PAPER Pemahaman Agama Mengenai Aborsi
PAPER Pemahaman Agama Mengenai Aborsi
Abstrack
Di zaman ini, wacana mengenai aborsi dalam Gereja Katolik semakin penting.
Ada desakan sangat kuat dari berbagai pihak agar Gereja Katolik mengendurkan
aturannya dan memperbolehkan aborsi. Desakan terjadi karena Gereja Katolik sejak awal
sampai saat ini tetap mempertahankan pandangannya bahwa Aborsi harus dilarang
karena tidak sesuai dengan kehendak Allah dimana Allah Menghendaki kehidupan bukan
kematian. Zaman ini juga ditandai dengan perkembangan di berbagai bidang kehidupan
masyarakat. Perkembangan ini berdampak positif karena memberikan sumbangan positif
bagi manusia. Didalam dampak positif tersebut terselubung dampak negatif misalnya
aborsi. Banyak keluarga-keluarga Katolik dapat dengan mudah melakukan hal-hal yang
bertentangan dengan ajaran Agama. Jika mereka tidak senang dengan bayi dalam
kandungan atau bayi tersebut tidak sesuai dengan keinginan mereka, mereka dengan
mudah melakukan aborsi. Hal ini karena prosesnya cepat dan mudah serta tanpa efek
samping. Maka tidak mengherankan banyak orang melakukan aborsi tanpa merasa beban
apa-apa seolah-olah manusia tidak ada arti lagi. Hal ini terjadi mungkin tanpa disadari
atau mungkin dengan penuh kesadaran.
I. Latar Belakang
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal,
perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil diluar nikah. Janin : (manusia dalam
rahim) pengguguran kandungan alias aborsi (abortus, bahasa Latin) secara umum dapat
dipilah dalam dua kategori, yakni aborsi alami (abort us natural) dan aborsi buatan
(abortus provocatus), yang termasuk didalamnya abortus provocatus criminalis, yang
merupakan tindakan kejahatan dan dilarang di Indonesia (diatur dalam pasal 15 ayat 2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992).
Aborsi tidak hanya dilakukan oleh para wanita berstatus istri yang bermaksud
menghentikan kelangsungan kandungannya, tetapi juga banyak penyandang hamil
pranikah melakukannya. Kecenderungan melakukan aborsi ini tak lepas dari pandangan
terhadap hakikat kapan kehidupan anak manusia dimulai. Aborsi merupakan masalah
yang kompleks, mencakup nilai-nilai religius, etika, moral dan ilmiah serta secara
spesifik sebagai masalah biologi.
- Ajaran Gereja
Abad Pertengahan
Gereja mengakui dan mendukung kewajiban Negara yang perlu untuk
membela dan memajukan hak-hak manusia. Ajaran Gereja mengenai aborsi
dalam abad pertengahan tidak mengalami perubahan yang berarti karena memang
sejak awal mula Gereja, aborsi selalu dipandang salah dan mendapatkan hukuman
sebagai pembunuhan.
Dalam zaman ini, perkembangan yang terjadi adalah diskusi mengenai
hukuman itu sendiri. Dalam zaman ini terjadi dua arah jenis hukuman itu. Ada
satu aliran yang membedakan antara janin yang sudah terbentuk, yakni ketika
jiwa masuk kedalam janin, dan janin yang belum terbentuk, yakni janin yang
belum kemasukan jiwa. Hukuman dari aborsi itu tergantung pada saat aborsi
dilaksanakan. Kalau dilaksanakan sesudah janin berbentuk (=jiwa sudah masuk),
maka hukumannya sama dengan melakukan pembunuhan; sedangkan kalau
dilakukan sebelum janin berbentuk (=jiwa belum masuk) maka hukumannya
tidak sama dengan pembunuhan. Pembedaan macam ini kemudian disebut late
animation (penyawaan yang tertunda) sebab masuknya jiwa (anima) terjadi
beberapa hari sesudah adanya badan.
Sementara itu aliran pemikiran lainnya tidak membuat pembedaan antara janin
yang sudah terbentuk dan yang belum terbentuk. Semua aborsi adalah
pembunuhan, kapanpun pelaksanaannya. Dalam perkembangan selanjutnya aliran
ini kalah dibanding dengan aliran late animation.
Pandangan semacam ini semakin menjadi pandangan umum pada masa
sesudahnya. Didalam Gereja sendiri juga ada dekrit resmi yang membedakan
antara janin yang sudah dimasuki jiwa yang belum. Aborsi yang dilakukan
sesudah jiwa masuk kedalam badan disebut pembunuhan, sedangkan yang dibuat
sebelum jiwa masuk kedalam badan tidak disebut pembunuhan, tetapi Quasi
pembunuhan. Hukuman diberikan sesuai dengan tingkat pembunuhan janin yang
di aborsi itu.
- Magisterium Gereja
Konsili Vatikan II
Salah satu dokumen resmi yang paling penting dimasa Gereja modern yang
mengutuk aborsi ialah Konstitusi Pastoral Gaudium Et Spes, yang diumumkan
secara resmi pada tanggal 7 Desember 1965. Disitu dikatakan “apa saja yang
berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang
manapun juga, penumpasan suku, pengguguran , euthanasia dan bunuh diri yang
disengaja; apapun yang melanggar keutuhan pribadi manusia seperti
pemenggalan anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa maupun raga,
dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan itu lebih
mencermarkan mereka yang melakukannya, daripada yang menanggung
ketidakadilan, lagipula sangat berlawanan dengan Sang Pencipta.
V. Kesimpulan
Menjalani kehamilan itu berat, apalagi kehamilan yang tidak dikehendaki.
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi dilakukan karena terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah karena kontrasepsi yang gagal, perkosaan,
masalah ekonomi, jenis kelamin atau hamil diluar nikah. Gereja mengajak kita untuk
menghormati hidup manusia sejak dari awal, oleh karena itu dapat dikatakan dengan
tegas, kita menolak adanya pengguguran. Aborsi hanya boleh dilakukan dengan keadaan
darurat sebagai cara untuk menyelamatkan ibunya. Jadi, aborsi yang dilakukan oleh
karena alasan lain, jelas-jelas dilarang. Gereja katolik sangat kuat mempertahankan
pandangannya bahwa aborsi harus dilarang karena berkaitan dengan hak asasi manusia.
Manusia mempunyai hak asasi manusia karena ia adalah manusia ciptaan Allah. Ia
diciptakan menurut gammbar dan rupa Allah.
Hak asasi itu datang dari kodratnya sebagai manusia dan menyatu lekat dengan
martabatnya sebagai manusia. Hak itu tidak dapat diberi atau diambil oleh orang lain
atau institusi lain, melainkan melekat dengan dirinya sebagai manusia. Sejak manusia
ada hak itu melekat padanya dan akan hilang bersama perginya manusia dari dunia ini
(meninggal). Bagi seorang manusia, hidup adalah nilai fundamental untuk dapat
merealisasikan nilai-nilai lainnya. Maka, hak untuk hidup menjadi syarat utama dan
mendasar ketika berbicara mengenai hak asasi manusia. Manusia diciptakan menurut
gambar Allah. Dalam kitab suci dikisahkan bahwa Allah melarang melakukan
pembunuhan terhadap sesama. Berdasarkan kenyataan diatas Gereja menganjurkan agar
pewartaan akan luhurnya pribadi manusia harus terus diwartakan karena manusia adalah
luhur.
Sumber :
KWI.2104.Katekismus Gereja Katolik.Folres:Nusa Indah
KWI. 2005. ABORSI. Jakarta Pusat
LAI.2008.Alkitab Deuterokanonika.Jakarta:Percetakan Lembaga
Indonesia
http://bilbisa.blogspot.com/2015/10/makalah-agama-katolik.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.
Dewantara, A. W. (2015). Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan Agama Di
Indonesia. CIVIS, 5(1/Januari).
Dewantara, A. W. (2017). Kerasulan Awam Di Bidang Politik (Sosial-Kemasyarakatan), Dan
Relevansinya Bagi Multikulturalisme Indonesia. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 18(9),
3-15.
Dewantara, A. (2014). Filosofi Pendidikan Katolik dalam Perspektif Filsafat Aristotelian. JPAK:
Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 12(6), 3-18.