Anda di halaman 1dari 44

Bubu Jadi Penulis T.O.P. B.C.T.

yang ditulis Arul Khan dijamin sangat


membantumu dalam menulis novel. Serius!
—Asma Nadia.
Penulis. CEO Lingkar Pena Publishing House
mudah diucapkan, namun sulit dipraktikkan. Dengan kata lain.
gampang-gampang susah! Gampangnya ada orang yang mahir di bidang
ini, namun ada juga yang susah bukan kepalang mengawali profesi ini.
Tul. nggal^Kalo ngomong doang, sih. mudah. Pa^ fhulai menulis
susahnya minta ampun! Sfp^kata pun langsung hilang ketiW hrndak
dituang
rtas. Kalo kamu nggak me omdo alias omong doang, coba kamu ikuti
perjalanan hari membuat novel dalam buku ini. 5o. dalam hitungan hari.
kamu bakal jadi penulis ngetop dan banjir karya. Penasaran, kan? Gebet
a'/a langsung buku ini!
PENUNTUN
Si Arul Khan
Seri Penuntun
JADI PENULIS T.O.P. B.G.T.
Penulis: Arul Khan
Penyunting naskah: Doel Wahab
Ilustrator: Dodi Rosadi
Penyunting ilustrasi: Andi Yudha Asfandiyar
Desain isi: Doel Wahab dan Dodi Rosadi
Desain sampul: Andi YA dan Dodi Rosadi
Pengarah desain: Andi Yudha Asfandiyar
Layout dan seting: Kemas Buku
Hak cipta dilindungi undang-undang
All rights reserved
Cetakan I, Dzulhijjah 1426 H/Januari 2006 Diterbitkan oleh Penerbit
DAR! Mizan Anggota IKAPI PT Mizan Bunaya Kreativa
Jin. Cinambo No. 137 Cisaranten Wetan, Bandung 40294 Telp. (022)
7834315-Faks. (022) 7834316 e-mail: mizandar@yahoo.com http ://www
.dar-mizan .com
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Khan, Arul
Jadi penulis T.O.P. B.G.T ./Arul Khan; penyunting, Doel Wahab.—Cet.
1—Bandung: DAR! Mizan, 2006.
188 him.j ilus.: 17 cm.—(Seri penuntun).
ISBN979-752-351-9I. Fiksi—Teknik Penulisan. I. Judul. II. Wahab,
Doel. III. Seri.
808.3
Didistribusikan oleh: Mizan Media Utama (MMU) Jin. Cinambo
(Cisaranten Wetan) No. 146
Ujungberung, Bandung 40294 Telp. (022) 7815500-Faks. (022)
7802288 e-mail: mizanmu@bdg.centrin.net.id
Pengantar Penulis : Mewujudkan mimpi menjadi penulis T.O.P ~ 15
Suplemen
Memoarku yang Pertama (Pipiet Senja) ~ 151
Tentang Tujuh Tahap Penting (Noviah Syahidah) - 161 Kepustakaan ~
167
Untuk calon penulis novel yang menjejakkan penanya di mana pun;
percayalah bahwa setiap goresan pena yang kita torehkan sangat bernilai
dan memiliki makna terdalam di jenak kehidupan kita. Maka, menulislah!
Untuk istri tercinta, Novia Syahidah ... dan anakku tersayang, Dinda
Hiiwa Syahidah, serta untuk anggota miiis novelis ....
Bukan hanya mengajarkan cara menulis novel dengan baik, buku ini
lebih komplet lagi, yakni cara menulis novel dengan baik dan ngebut!
Benny Rhamdani -Penulis, Editor Penerbit Cinta
Buku ini nggak istimewa, tapi cukup untuk bekal menulis novel. Jadi,
tetep layak dibeli....
Ali Muakhir
-Penulis Cerita Anak dan Remaja
Ide ada/ah berlian yang belum terasah. Buku ini menyodorkan
seperangkat asah yang mudah digunakan, sistematis, dan fungsional
ketika menulis novel untuk pemula.
Akmal Nasery Basral
Cerpenis, Wartawan Majalah TEMPO
Pengantar Penulis Mewujudkan Mimpi Jadi Penulis T.O.P.
Nulis novel? Nggak salah, nih?! Jangankan menulis novel, untuk
menghasilkan satu halaman cerita saja susahnya minta ampun, apalagi
mau puluhan, bahkan ratusan lembar!
Ya, mungkin masih ada sederet pertanyaan lainnya yang tiba-tiba saja
hadir ketika ada yang menyampaikan pertanyaan, "Mau jadi penulis
novel?".Bisa jadi, kamu sendiri nggak pernah membayangkan menjadi
seorang penulis novel sebagai profesi. Apalagi, bila melihat betapa
tebalnya buku-buku novel yang berjejer di toko buku, semakin jauhlah
keinginan untuk menggeluti dunia penulisan novel. Betul, kan?
Namun, pernahkah kamu membayangkan bila menulis novel itu bisa
dikerjakan siapa ajal Dan, tahukah kamu bila pekerjaan menulis novel itu
bisa menyenangkan? Dan, tahukah kamu bahwa sebuah novel bisa
dihasilkan hanya dalam waktu 60 hari? Dua bulan? Ah, masa, sih?
Masih nggak percaya? Yuk, kita mulai program 60 hari menulis novel!
Hari
1
Oke, kita mulai saja untuk menulis novel. Lalu, apa yang seharusnya
pertama kali kamu lakukan? Hm ... duduk dan mulai menyalakan
komputer? Eit, nanti dulu! Jangan terlalu terburu-buru menyalakan
komputer. Ada satu hal yang lebih penting dari sekadar menyalakan
komputer, yaitu komitmen. Kamu ulang kembali kata itu pelan-pelan, K-O-
M-I-T-M - E - N!
Komitmen? Ya, komitmen! Itu penting buat kamu-kamu yang mutusin
untuk memulai menulis novel. Komitmen pada diri sendiri bahwa, "Aku
akan menulis novel!" Sebab, tanpa komitmen atau keinginan yang kuat,
apa pun yang akan kamu lakukan untuk menulis novel itu mustahil bakal
terwujud!
Berarti, komitmen itu penting banget, dong?
Kafo dibilang komitmen itu "penting banget", bisa dikatakan memang
"iya". Pasalnya, komitmen itu juga bisa menga- ' tasi hambatan psikologis
mu sebagai penulis novel pemula. Bukan apa-apa, banyak orang dan
termasuk calon penulis novel yang belum apa-apa udah nyerah di tengah
jalan, hanya gara-gara melihat bahwa sebuah novel jumlah halamannya
bisa berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus
halaman! Dan juga kamu meyakini kalo hanya orang-orang tertentu
sajalah yang bisa menulis novel. Malah, kamu sampai pada kesimpulan
kalo kamu nggak memiliki kemam-puan buat menulis novel.
Komitmen juga bisa menepis khayalan kamu. Mungkin, kamu pernah
membayangkan bila suatu saat nanti kamu berhasil menulis novel,
diterbitkan, dibaca banyak orang, dan menjadi novel best seller.
Membayangkan bila nanti kamu akan menjadi seorang penulis novel
hebat, seperti Gola Gong, Fahri Asiza, Asma Nadia, Pipiet Senja, atau
Helvy Tiana Rosa. Namun, karena nggak ada komitmen, kamu hanya
terperangkap dalam kurungan angan-angan belaka.Akhirnya, tak ada satu
lembar pun yang berhasil kamu tulis!
Duh, bete kan, kalo cuma mimpi-mimpi doang? Makanya, hal pertama
yang harus kamu lakukan sebelum mulai menulis novel adalah membuat
komitmen pada diri sendiri; komitmen buat menulis novel, komitmen
untuk melalui semua hambatan dalam menulis novel, komit.Duh, bete
kan, kalo cuma mimpi-mimpi doang? Makanya, hal pertama yang harus
kamu lakukan sebelum mulai menulis novel adalah membuat komitmen
pada diri sendiri; komitmen buat menulis novel, komitmen untuk melalui
semua hambatan dalam menulis novel, komit, membuat terus belajar
menulis novel, dan komitmen menyelesaikan satu novel perdana kamu.
Mulai hari pertama ini,tanamkan dalam hati mu bahwa, "saya akan
menulis novel", "saya akan menulis novel", "saya akan menulis novel".
Pokoknya
Kalo diibaratkan mobil, "KOMITMEN" itu bensin. Tanpa bensin, mobil
nggak bakalan jalan. Tanpa "KOMITMEN", kamu nggak akan bisa jadi
penulis novel!
j
yang namanya komitmen, perlu kamu pegang erat-erat. Jangan
sampai lepas! Sebab, kalo lepas, kamu nggak akan pernah mewujudkan
impian menjadi seorang penulis novel.
Kalo diibaratkan mobil, "KOMITMEN" itu bensin. Tanpa bensin, mobil
nggak bakalan jalan. Tanpa "KOMITMEN", kamu nggak akan bisa jadi
penulis novel!

Hari 2
Nah, sekarang saatnya kamu membuat jadwal menulis. Jadwal ini
sangat membantu kamu untuk membiasakan diri menulis dalam jumlah
halaman yang panjang, seperti proyek novel kamu ini. Jadwal menulis ini
semacam waktu piket yang secara rutin kamu diwajibkan buat menulis.
Berapa lama, sih, waktu yang akan kamu sediakan buat menulis
novel? Hmmm ... mungkin satu atau dua jam di pagi hari atau sore hari,
dan ditambah beberapa jam setiap akhir pekan. Dengan demikian, rata-
rata kamu dapat menghasilkan satu hingga empat halaman atau sekitar
300 sampai 1500 kata per harinya, dan beberapa halaman yang
lebih banyak di akhir pekan. Nah, kamu penuhi jadwal rutin tersebut.
Yang pasti, setiap kamu memenuhi jadwal menulis tersebut harus
ada yang kamu hasilkan. Mung-mkin, kamu hanya mampu menghasilkan
beberapa paragraf atau bahkan hanya satu kalimat, tetapi itu jauh lebih
baik dibandingkan kamu melewatkan jadwal menulis yang telah
ditetapkan tanpa menghasilkan apa-apa. Jangan terburu-buru
menghabiskan berjam-jam setiap harinya hanya untuk menulis, kemudian
keesokan harinya kamu nggak menulis satu halaman pun.
Banyak calon penulis yang menyerah di tengah jalan hanya gara-gara
melewatkan jadwal menulis yang telah dibuatnya sendiri. Padahal dengan
adanya jadwal menulis, kamu tetap akan memiliki semangat sampai
proyek menulis kamu selesai.
Hari 3
Mulailah menulis. Ya, menulis!
Kamu nggak akan bisa menjadi seorang penulis novel kalo kamu
nggak langsung menulis. Ada ungkapan menarik yang dikatakan Helvy
Tiana Rosa. Menurut salah seorang pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) ini,
kalo seseorang yang ingin bisa bere-
nang, ia harus nyebur ke
dalam kolam renang.Mustahil, seseorang bisa berenang bila ia hanya
berdiri di pinggir kolam. Karena itu, ia mesti nyebur ke kolam.
Nggak bisa nulis dan nggak tahu bagaimana caranya menulis?
Duh, kok, kamu
udah nyerah dulu, sih! Menulis diary atau catatan ringan di biog (jurnal
pribadi di Internet) adalah langkah awal kamu menjadi seorang penulis
novel. So, mulailah menulis. Menulis apa ajal Yang penting, jangan
lewatkan hari-harimu tanpa menulis.
Hanya satu hal yang bisa mewujudkan impian kamu menjadi seorang
penulis novel, yaitu MENULIS!
Hanya satu hal yang bisa mewujudkan impian kamu menjadi seorang
penulis novel, yaitu MENULIS!
Hari 4
beka rang, ketika kamu udah siap menulis novel, apa yang pertama
kali mesti kamu lakukan? Tentu a/a, kamu mesti punya ide atau gagasan
cerita buat novelmu.
Mungkin, sebenarnya kamu udah punya ide, malah banyak ide yang
selama ini hanya ditumpuk di benakmu. Namun, kamu nggak tahu
bagaimana menuangkan ide tersebut menjadi sebuah novel. Nah, pilih
salah satu ide tersebut yang menurut kamu menarik, unik, dan cocok
kamu jadikan bahan dasar membuat novel.
Kalo kamu belum punya ide, temukan ide cerita apa yang akan kamu
tulis buat bahan proyek novel pertamamu ini. Banyak, kok, kejadian di
sekitar kamu yang bisa dijadikan ide menarik buat sebuah novel.
Misalnya, melakukan observasi atau pengamatan. Dengan begitu, kamu
akan mengasah intuisi menulismu sehingga semakin jeli mencari dan
menangkap semua informasi yang ada.
Penangkapan ide itu hanya bisa didapat kalo kamu sering jalan-jalan,
gaul, menonton televisi, baca buku, ngobrol, dan segala macam, deh! Hal
itu akan memperkaya imajinasi yang ada di benak kamu buat
menemukan sebuah ide yang menarik bagi novelmu.
Akan tetapi, kalo kamu diam aja di rumah, mengurung diri di kamar,
atau bahkan mengisolasi diri dan nggak berhubungan dengan orang lain
sela-
ma kamu menggarap novel, yakin, deh, kamu seperti katak dalam
tempurung! Kamu akan ketinggalan banyak informasi, dan bisa jadi, cerita
yang kamu buat itu sangat jauh dari kenya-taan yang ada di lapangan.
Misalnya, kamu menulis; di Amerika kalo orang menyetir mobil di sebelah
kanan, padahal di negara tersebut yang namanya setir mobil ada di
sebelah kiri. Duh, pembaca langsung bete kan, kalo menemukan fakta ini
di novelmu?!
Kalo kamu udah mendapatkan ide dan kamu merasa bahwa ide
tersebut udah pernah diangkat dalam sebuah novel, tetap pertahankan ide
tersebut. Jangan buru-buru dibuang, apalagi memaksakan diri mencari
ide yang baru. Sebab,nggak ada ide yang orisinal. Yang membedakan
adalah bagaimana seseorang menuangkan ide tersebut ke dalam bentuk
cerita. Misalnya, seorang mahasiswa yang mengetahui bahwa ternyata
kedua orangtuanya itu bukanlah orangtua kandung .... Ide ini sebenarnya
tergolong pasaran dan kesannya biasa aja. Namun, kalo kamu bisa
mengolahnya dengan alur cerita yang berbeda dan unik, tentu aja ide yang
pasaran itu menjadi ide yang luar biasa!
Nggak ada ide yang orisinal Yang membedakan adalah bagaimana
menuangkan ide tersebut ke dalam bentuk cerita.
J
Hari 5
Memang, nggak ada aturan ide cerita seperti apa yang harus
dipikirkan buat menulis novel. Nggak ada keharusan kalo kamu mesti
nulls tentang ini atau nulls tentang itu. Bebaskan dirimu untuk
mendapatkan ide apa aja yang menurutmu itu sesuai dan enak buat
ditulis menjadi novel.
Sering sekali seorang penulis pemula terburu-buru membuat
sebuah novel dengan suatu gagasan atau ide cerita yang besar.
Misalnya, melibatkan tokoh-tokoh cerita yang udah dikenal atau
memakai seting (latar tempat) yang terkenal di penjuru dunia.Namun, ada
baiknya bagi kamu yang baru mulai menulis novel, carilah ide yang
sederhana, berpikirlah tentang gagasan-gagasan cerita yang kecil
terlebih dahulu.
Hal itu bukan berarti kamu dilarang sama sekali buat menggarap ide
yang "besar", seperti perjalanan waktu, bumi di tahun 9DS6, atau tentang
jaringan terorisme dunia. Yang menjadi masalah adalah ketika kamu
mutusin mengambil ide yang "besar" itu, maka ada konsekuensinya;
mesti punya data-data, mesti menguasai fisika kuantum, mesti tahu
konspirasi antarnegara, dan mesti-mesti lainnya. Kebayang deh,
bagaimana repotnya kamu nanti menggarap novel pertamamu itu!
Pipiet Senja, seorang penulis prolifitik yang udah menghasilkan lebih
dari 70 novel, sering sekali mengangkat pengalaman hidupnya
menghadapi tha-lasemia sebagai salah satu ide buat novelnya. Dengan
demikian, ia akan mudah membangun karakter tokoh, menciptakan
dialog, hingga mutusin bagaimana alur cerita novelnya. Karena, semua
yang ditulis oleh Pipiet Senja ini adalah kejadian yang dia alami sendiri.
Mulailah dari ide cerita yang kecil dan sederhana!.
Mulailah dari ide cerita
yang kecil dan sederhana!
Hari 6
KamU udah punya satu ide yang akan kamu jadikan bahan novel
pertamamu. Untuk mempermudah penggarapan ide tersebut,
kelompokkan ide ceritamu itu ke dalam jenis novel apa yang akan kamu
hasilkan. Apakah misteri, fiksi ilmiah, romantis, spionase, petualangan,
atau dongeng anak-anak.
Setelah dikelompokkan, hal kedua yang kamu lakukan adalah
mengumpulkan semua jenis bacaan. Sebaiknya, novel yang berkaitan
dengan jenis novel yang akan kamu tulis. Bacalah beberapa di antaranya,
nggak perlu sampai habis. Tapi, bacalah beberapa bab aja, terutama
pada bagian awal, bagian pertengahan, dan bagian akhir.
Dengan mengelompokkan jenis ide dan membaca bahan referensi
yang sesuai dengan calon novelmu itu,kamu akan mengetahui
bagaimana sesungguhnya para penulis novel menuangkan ide cerita
mereka. Kamu akan mengetahui perbedaan antara menulis novel buat
anak-anak dan pembaca dari kalangan remaja atau dewasa. Kamu akan
mengetahui pilihan kata, jumlah kalimat dalam setiap paragraf,
percakapan atau dialog, konflik, dan seeng-gaknya sampai gaya bahasa
yang digunakan pada jenis novel tersebut.
Kalo jenis novelmu itu tergolong fiksi ilmiah (science fiction),
penggunaan teknologi, rumus-rumus, penemuan, atau alat-alat canggih,
tentu akan mendominasi cerita. Sementara, kalo kamu
Kelompokkan ide ceritamu itu ke dalam jenis novel apa yang akan
kamu hasilkan. Apakah misteri, fiksi ilmiah,
romantis, spionase, petualangan, atau dongeng anak-anak.
menulis novel anak, kamu akan menemukan bahwa novel anak
menggunakan bahasa yang sederhana dan sedikit bahkan nggak ada
sama sekali menggunakan bahasa gaul atau slank yang dipakai buat
menulis novel remaja. Begitu juga dengan novel spionase, novel ini
menuntut ketegangan demi ketegangan, intrik, sampai pada
pengungkapan misteri.
Hari 7
Setelah kamu tahu manfaat mengelompokkan ide cerita dan
mengumpulkan jenis bacaan yang sesuai, sekarang kamu melakukan
langkah kedua di hari sebelumnya, yaitu membaca referensi novelmu, tapi
kali ini jauh lebih detail!
Ambil salah satu dari referensi novel tersebut. Kamu baca, pelajari,
dan amati dengan saksama bagaimana seorang penulis novel
merealisasikan dan mengemas idenya dalam novel tersebut.Setiap bab,
setiap halaman, setiap paragraf, setiap kalimat, dan setiap katanya.
Ya, seharian ini yang kamu kerjakan adalah meneliti referensi novel
sesuai dengan ide ceritamu. Kalo perlu, kamu beri catatan khusus pada
bebe-
Seharian ini yang kamu kerjakan adalah meneliti referensi novel
sesuai dengan ide ceritamu.
beberapa kalimat atau pada bab-bab tertentu, lalu kamu tandai. Siapa
tahu ketika mau menulis novel, kamu perlu contoh. Salah satunya adalah
bagaimana seorang penulis novel membangun ketegangan cerita.
Hari 8
KamU udah membaca referensi novel yang sesuai dengan ide
ceritamu. Mulailah menulis dengan melakukan latihan singkat meniru apa
yang ditulis oleh pengarang novel tersebut. Caranya? Bacalah beberapa
kali satu halaman dari novel tersebut dengan cermat, lalu tulis ulang
kembali penggalan cerita itu dengan gaya dan pemilihan bahasa yang
sesuai dengan keinginanmu sendiri.
Model seperti ini, sih, katanya copy the master alias menyalin dari
bahan yang udah ada. Hal ini merupakan tahap kamu melatih kepekaan
dan pengolahan ide.Proses ini sebenarnya nggak susah-
susah amat sebab kamu udah punya jalan ceritanya, tokoh, dialog,
bahkan kamu sempat menghafal kalimat-kalimatnya.Nah,kamu tinggal
menyalin ulang dengan bahasa dan gayamu sendiri.
Udah selesai dengan penggalan cerita yang pertama? Kalo udah,
kamu ambil lagi halaman lain yang mengandung konflik atau cerita yang
berbeda dan lakukan hal yang sama.
Kalo kamu merasa tertantang buat menguji kemampuanmu dalam
mengolah ide, cobalah membuat alternatif yang berbeda ketika kamu
melakukan copy the master itu. Maksudnya, kamu munculkan
kemungkinan-kemungkinan atau alternatif jalan cerita yang berbeda dari
halaman tersebut. Malah, kamu bisa juga memunculkan tokoh baru yang
nggak ada sama sekali dari bagian cerita yang kamu ambil untuk proses
penulisan ulang itu.
Tanpa sadar,dengan melakukan penulisan ulang tersebut, kamu
udah menciptakan ciri khas sendiri buat tulisan-tulisan kamu nantinya.
Kamu juga jadi tahu kalo cerita yang sama bisa dituturkan kembali secara
berbeda oleh penulis yang berbeda pula.Oleh karena itu, kamu mesti
pede aja dengan ide cerita yang kamu miliki dan yakin terhadap
kemampuanmu menulis novel, yang tak kalah dibandingkan para penulis
novel hebat pujaanmu itu. Ceileee ....
Copy the master sangat membantu melatih kepekaan dan
pengolahan ide cerita.
Copy the master sangat membantu melatih kepekaan dan
pengolahan ide cerita.
Hari 9
Kembali pada soal ide. Kamu, kan, udah punya ide dari novelmu,
coba kembangkanlah ide tersebut menjadi cerita sederhana sebanyak
satu atau dua halaman.Tulislah dari permulaan hingga akhir cerita, yang
seenggaknya dengan satu atau dua halaman itu, kamu bisa "mereka-
reka" kalo cerita novelmu itu akan seperti apa.
Kalo kamu masih punya ide yang lain, nggak ada salahnya, deh, kalo
ide tersebut kamu kembangkan juga. Toh, siapa tahu dengan
mengembangkan beberapa ide, kamu bisa memilih cerita mana yang
kamu anggap paling menarik buat proyek penulisan novel pertamamu.
Coba kembangkanlah ide tersebut menjadi cerita sederhana
sebanyak satu atau dua halaman.
Hari 10
KdfO kamu udah mengembangkan ide cerita dalam satu atau dua
halaman, sekarang kamu perlu memasukkan ke dalamnya bagian-bagian
penting dalam sebuah novel. Masukkan catatan tentang peristiwa-
peristiwa apa aja yang mungkin muncul dari cerita tersebut, berapa tokoh
yang akan terlibat, menggunakan latar tempat di mana, hingga data-data
apa aja yang dibutuhkan
Dengan demikian, kamu udah mendapatkan panduan cerita buat
novel pertamamu. Panduan cerita ini sering disebut dengan outline atau
kerangka cerita. Yang gampangnya, outline itu semacam sinopsis atau
ringkasan cerita.
Outline sangat membantu kamu dalam'menulis novel.Tanpa
kerangka cerita,mustahil ada yang bisa menuliskan karya novel. Karena
kerangka cerita, memainkan peranan penting buat memberikan arah atau
sebagai rel jalan cerita novel tersebut. Ia semacam panduan awal bagi
para penulis.Bahkan,buat penulis yang udah menghasilkan puluhan novel
pun tetap akan memerlukan outline meskipun mereka nggak mencatatnya
dan hanya direkam dalam benak mereka.
Outline adalah ringkasan cerita yang sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan novelnya mulai bab awal sampai bab terakhir,
Nah, buat kamu yang masih pemula banget dalam menulis novel,
membuat outline adalah satu langkah penting yang mesti kamu lalui!
Outline adalah ringkasan cerita yang sangat membantu penulis
dalam menyelesaikan novelnya mulai bab awal sampai bab terakhir.
Hari 11
Oke, saatnya ngebahas tokoh atau karakter yang akan masuk dalam
cerita novelmu.
Dalam outline sederhana yang telah kamu buat itu, kamu udah
memasukkan beberapa tokoh di dalamnya. Untuk mempermudah kamu
dalam menggunakan tokoh-tokoh tersebut, ada baiknya kamu
memberikan detail atau perincian tokohmu dengan karakter, data diri, dan
informasi lainnya. Termasuk, menentukan apa hubungan satu tokoh
dengan tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam calon novel pertamamu.
Kamu merasa kesulitan tentang karakter tokoh-tokoh novelmu? Untuk
mengatasinya cukup mudah, kok. Kamu tinggal memunculkan nama-
nama temanmu. Kamu bayangkan bagaimana mereka, apa yang mereka
biasa pakai, cara bicaranya, latar belakang keluarga atau pendidikannya,
kesenangannya, dan sebagainya. Hal ini akan membantumu dalam
mengenal karakter tokoh ceritamu.
Kamu memberikan detail atau perincian tokohmu dengan karakter,
data diri, dan informasi lainnya. Termasuk, menentukan apa hubungan
satu tokoh dengan tokoh-tokoh lain.
Misalnya, kamu udah nentuin kalo tokoh ceritamu yang bernama
Andra itu memakai kacamata. Itu artinya, ada kebiasaan-kebiasaan yang
sering dilakukan oleh orang yang berkacamata, seperti membetulkan
letak kacamata, membersihkan kacanya, dan sebagainya. Jadi, jangan
lupa buat memasukkan informasi tambahan ini dalam cerita novelmu. Hal
ini akan memperkaya, sekaligus menambah kekuatan tokoh dalam
novelmu.
Hari 12
Masih soal tokoh cerita. Kamu udah nentuin siapa-siapa dan
informasi apa aja tentang tokoh cerita yang terlibat dalam cerita novelmu,
tapi jangan terpaku. Bisa jadi, pada saat kamu menulis novel, salah satu
tokohmu akan mengalami perkembangan.
Fahri Asiza ketika menulis serial Syakila, ia membiarkan tokohnya
"hidup" dan menentukan arah ceritanya masing-masing. Bagaimana
bisa? Itu karena setiap tokoh dalam se-
rial tersebut memiliki kekuatan masing-masing dan bisa memainkan
perannya dalam imajinasi seorang penulis. Hal ini nggak mungkin kamu
dapat kalo kamu nggak "kenal" dengan tokoh novelmu.
Kenali tokoh-tokoh ceritamu dan biarkan mereka "hidup".
Kenali tokoh-tokoh ceritamu dan biarkan mereka "hidup".
Hari 13
Oke, kamu masih merasa kebingungan dengan tokoh atau kamu
belum begitu kenal dengan tokoh-tokoh dalam calon novelmu?
Nah, buat mengatasi hal itu, ambil buku bacaan (disarankan memang
jenis-jenis novel yang sesuai dengan yang ingin kamu tulis) dan
perhatikan bagaimana para penulis novel itu mendeskripsikan para
tokohnya. Juga, perhatikan apakah masing-masing tokoh memiliki
kebiasaan yang membedakannya dengan tokoh lain. Dengan cara ini,
kamu bisa menemukan bagaimana seorang penulis novel
mendeskripsikan emosi para tokohnya; mulai marah, senang, bercanda,
bahkan saat merenung.
Kamu bisa mengambil banyak pelajaran dari teknik menganalisis
tokoh melalui membaca novel karya penulis novel. Tidak percaya?
Bayangkan aja, seandainya saat ini kamu ingin menulis para pengemis
yang hidup di pinggir-pinggir jalan, sementara kamu sendiri adalah
seorang yang tinggal dalam keluarga yang berkecukupan.
Nah, kan, repot jadinya karena kamu belum menguasai betul tokoh
serta karakter dan lingkungannya. Memang, seandainya kamu melakukan
observasi atau tinjauan ke lapangan dan wawancara dengan para
gelandangan adalah salah satu cara yang bisa kamu lakukan buat
mengetahui kehidupan para gelandangan. Namun, bila bila kamu nggak
punya waktu yang banyak, karena proses observasi
Memahami tokoh dari hasil bacaan novel yang menjadi referensimu,
akan sangat membantu kamu untuk dapat menulis siapa aja dan karakter
apa aja dalam novelmu.
dan wawancara itu memang dan wawancara itu memang dibutuhkan
banyak waktu dan biaya teknik menganalisis tokoh melalui novel karya
penulis lain ini bisa kamu pertimbangkan.
Memahami tokoh dari hasil bacaan novel yang menjadi referensimu,
akan sangat membantu kamu untuk dapat menulis siapa aja dan karakter
apa aja dalam novelmu.
Hari
14
Menulis novel, tentu aja adalah jenis tulisan fiksi yang melibatkan
banyak tokoh, berbagai konflik, beragam adegan,seringnya dialog,hingga
banyaknya ekspresi dari masing-masing tokoh cerita. Untuk memudahkan
kamu mengingat karakter setiap tokoh cerita, sebaiknya kamu membuat
penggambaran masing-masing karakter atau profil tokoh.
Profil tokoh memuat, antara lain; berapa umurnya, makanan
kesukaannya, ciri khas ucapannya, hal-hal yang dilakukan ketika ia marah,
melucu, atau diam, keadaan keluarganya, dan
Sebaiknya kamu membuat penggambaran masing-masing karakter
atau profil tokoh.
dan yang paling penting nama tokoh dan keterlibatannya dalam
sebuah konflik.
Berikut ini salah satu contoh profil tokoh dalam novel Carikan Aku Istri
(FBA Press, 2DD4). Coba kamu amati, deh!
Profil Tokoh
Surya Putra Pratama Surya, Sur, Aa, Akang 34 Tahun
1 dari lima bersaudara, yang lain perempuan
Workaholic, tidak pemarah Lulusan SI Komunikasi dan selama
menjadi mahasiswa, ia sangat rajin dan aktif di organisasi, orator
Redaktur Pelaksana Majalah Mingguan
Menggaruk-garuk kepala, berkhayal, suka mengadu kepada Bang
Hamka, suka beradu pendapat dengan ibunya soal jodoh, ketika berbicara
sering menggunakan kata, "Oh, ya?" Bahkan,Alfred Hitchcock membuat
kartu indeks buat tokoh-tokoh dalam setiap cerita detektifnya. Dengan
demikian, ia bisa menentukan alasan apa dan kepentingan apa
melibatkan tokoh tertentu dalam suatu adegan cerita tertentu.
Nama Panggilan Umur Anak ke
Tipe
Pendidikan
Pekerjaan
Kebiasaan
Hari 15
walaupun kamu sedang menulis novel dengan melibatkan banyak
tokoh cerita, tentukan satu tokoh cerita yang akan menjadi pelaku utama
dalam ceritamu. Sesuai dengan labelnya "pelaku utama", tokohmu ini
adalah tokoh sentral yang terlibat dalam semua
masalah,ketegangan,konflik,pertarungan, misteri, dan segala hal dalam
novelmu. Nggak hanya itu, si pelaku utama ini akan membawa jalan cerita
sejak awal hingga bab terakhir novelmu.
Kebanyakan para penulis novel pemula terjebak karena persoalan
tokoh yang banyak ini. Mereka nggak bisa membedakan mana tokoh yang
berperan sebagai pelaku utama dan mana yang berperan hanya sebagai
pelaku pendamping. Sehingga, semua tokoh mendapatkan porsi yang
sama besarnya dan merebut perhatian pembaca. Kalo ini terjadi,
konsentrasi pembaca akan pecah dan jelas aja akan mengurangi
penilaian mereka terhadap novelmu.
Ingatlah! Pelaku utama merupakan tokoh sentral yang menjadi titik
perhatian dari cerita novelmu.
Ingatlah! Pelaku utama merupakan tokoh sentral yang menjadi titik
perhatian dari cerita novelmu.
Hari 16
Tentukan sudut pandang atau point of view (POV) yang kamu gunakan
buat menulis ide ceritamu. Kamu bisa menggunakan salah satu sudut
pandang, apakah menggunakan sudut pandang orang pertama atau
sudut pandang orang ketiga, yang masing-masing memiliki kekuatan dan
kelebihan Sudut pandang orang pertama menggunakan perspektif "aku"
atau "saya". Jadi, bila kamu mutu-
sin untuk menggunakan sudut pandang ini,semua cerita bahkan
sampai semua kejadian pun berpusat pada tokoh "aku". Posisi kamu
dalam sudut pandang ini, selain penulis cerita sekaligus sebagai tokoh
cerita novelmu itu.
Buat kamu yang senang bermain perasaan dan ingin
mengeksplorasi emosi
tokoh cerita, mungkin kamu bisa mempertimbangkan sudut pandang
ini. Ungkapan-ungkapan batin, pendapat, dan opini sang tokoh bisa
dimasukkan dalam alur cerita novelmu secara lebih bebas. Bah-kan, bisa
dikatakan sudut pandang ini menguasai seluruh jalan cerita novelmu
mulai bab pertama sampai bab terakhir. Berikut ini penggalan novel yang
menggunakan sudut pandang orang pertama, yang diambil
dari novel Putri Kejawen (Pustaka Annida, 2DD3)
Ternyata rumah Bu Wuian sangat besar dan bertingkat. Tangga besar
daiam rumahnya saja mirip tangga rumah orang-orang India yang pernah
kulihat dalam film, saat masih tinggal di Wonogiri dulu.
"Kamarmu di ujung sana!" jelasnya mengejutkanku. Penjelasan itu
lebih terdengar seperti bentakan di telingaku. Ya Tuhan, kenapa wanita
cantik ini jadi begitu kasar? Sikapnya yang waktu di yayasan tadi begitu
ramah, memang mulai terlihat lain sejak kami berada dalam mobil
mewahnya.
"Sekarang kamu boleh istirahat dulu, besok baru kerja!" katanya lagi.
e tap ketus. Lalu, ia pun pergi meninggalkanku terpaku dalam
ketidaknyamanan rasa. Aku menarik napas berat, seperti menghirup
udara pengap rasanya bernapas di rumah besar ini.
Sudut pandang orang ketiga adalah kamu menggunakan perspektif
orang ketiga. Artinya, kejadian, peristiwa, atau ungkapan batin yang bisa
melibatkan tokoh siapa aja dalam ceritamu, diceritakan kembali oleh
orang ketiga, yaitu kamu sendiri sebagai penulis novel.
Nah, posisi kamu dalam sudut pandang ini ud-
ah jelas sebagai orang yang menceritakan segala peristiwa dan
tokoh-tokoh yang terlibat dalam novelmu. Penulis cerita berada di luar
cerita itu sendiri dan penyebutan tokohnya dengan menggunakan kamu,
dia, mereka,atau menyebutkan nama, seperti Surya, Dinda, Hilwa, dan
sebagainya.
Jadi, emosi yang muncul bisa disandangkan pada semua tokoh
cerita. Dengan demikian, mendeskripsikan segala hal yang berkaitan
dengan emosi pun, seperti kamu mendeskripsikan bagaimana
tanggapan dan reaksi sebagai orang ketiga.
Bila ada ungkapan batin pun, porsinya nggak mencakup keseluruhan
novel seperti layaknya bila kamu menggunakan sudut pandang orang
pertama. Berikut contoh yang diambil dari novel DIT! (GIP, 2DD5):
Dan ternyata tidak hanya John yang menghadangnya. Saat Ujang
menoleh ke samping kanan, ia melihat orang lain. Ujang tidak kenal siapa
orang kedua ini, tapi dari dandanan dan aroma yang sempat tercium oleh
hidungnya dapat dipastikan kalau orang itu berandal, layaknya John, yang
sedang mabuk.
"Halo, Jagoan!" sapa John mengejek. Ujang diam. Matanya
memerhatikan dengan saksama kedua sosok yang menghadangnya itu.
Ia sadar ada hawa permusuhan yang coba ditebarkan kepadanya.
"Puas lo? Puas lo ya, jadi anjing buduk-
nya aparat'" Hawa permusuhan John semakin terasa. "Cuma orang
yang siap mati saja yang berani macem-macem sama gue!"
Ujang mengepal tangannya. Ia sudah siap menghadapi apa pun yang
bakal terjadi. Pelan-pelan John berjalan. Mengitari Ujang dengan tatapan
bak serigala terhadap mangsanya. "Gue mau tahu sampai sejauh mana
nyali lo sampai berani berurusan sama gue," suara John masih saja
sinis.
Ujang masih waspada. Ia tahu, sejak melaporkan perbuatan Ujang
yang menjual pil ekstasi untuk anak-anak di kampungnya kepada polisi,
suatu saat nanti, John akan balas dendam. Ujang memang sudah
menduga kalau ia akan menghadapi hal yang paling buruk sekalipun. Dan
ternyata, hari ini dugaannya menjadi kenyataan.
Dari dua contoh tersebut, kamu udah bisa, dong, melihat perbedaan
soal sudut pandang ini. Masing-masing sudut pandang memiliki
kelebihan dan kekuatan, juga sama-sama memiliki kekurangan dan
kelemahan. Bergantung pada kamu, mau menggunakan sudut pandang
yang mana.
Kalo kamu menggunakan sudut pandang orang pertama, tokoh "aku"
mendominasi cerita novelmu sejak awal sampai akhir. Sebaliknya, bila
sudut pandang orang ketiga yang kamu pakai, perspektif orang
ketigalah yang kamu gunakan.
Apa pun pilihanmu, kamu mesti konsisten. Jangan mempertukarkan
atau mencampuradukkan dua sudut pandang ini dalam cerita novelmu.
Hari 17
UnSUr lain dalam cerita novel adalah latar (seting). Pengertian latar,
biasanya berkaitan dengan tempat, waktu, ataupun suasana sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam novel.
Dengan demikian, latar terbagi atas tiga bagian.
Pertama, latar tempat, menunjukkan di mana lokasi atau tempat saat
peristiwa dalam novel itu terjadi. Penggunaan latar tempat ini nggak hanya
terpaku dengan lokasi-lokasi, seperti Jakarta, Bandung, atau Bali. Tetapi
juga, tempat yang nggak secara detail disebutkan namanya, namun dapat
dijelaskan gambaran tempat tersebut,misalnya di tepi pantai, di halte bus,
atau di hutan.
Kedua, latar waktu, menerangkan kapan terjadinya peristiwa tersebut.
Untuk beberapa jenis novel, kapan waktu terjadinya cerita itu secara tegas
disebutkan oleh sang penulis.contohnya Jumat,
28 Mei 2005 atau di sela-sela terjadinya Perang Mataram.
Ketiga, latar sosial, menjelaskan bagaimana perilaku kehidupan
sosial masyarakat yang berbeda dengan kehidupan sosial masyarakat
lainnya. Penggunaan latar sosial ini nggak bisa dipisahkan dari dua latar
sebelumnya. Karena, penggunaan tempat dan waktu akan menentukan
suasana serta informasi yang akan kamu sampaikan dalam novelmu.
Kaio kamu menggunakan seting di Jakarta pada 1980-an akan berbeda
dengan Jakarta pada 2000-an.
Sekarang, kamu udah punya ide, pikirkan untuk memasukkan soal
seting ini ke dalam ide ceritamu itu. Hal ini akan memudahkanmu dalam
menulis cerita, dan nantinya akan memudahkan pembaca membangun
gambaran di benak mereka tentang apa yang kamu ceritakan.
Hari 18
Sekarang, satu hal terakhir yang kamu perlukan buat menulis novel
adalah plot atau alur cerita. Alur cerita ini menegaskan bagaimana unsur
cerita, tokoh,dan seting itu digunakan dalam novelmu secara utuh,
Pikirkan untuk memasukkan soal seting ini ke dalam ide ceritamu.
Mulai halaman awal sampai halaman terakhir, plot memberikan
penegasan bagaimana cerita ini berjalan. Bahasa mudahnya, plot adalah
urutan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang muncul karena adanya
sebab-akibat.
Ada dua jenis plot, yaitu alur maju dan alur balik (flash back).
Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang bersifat kronologis. Artinya,
peristiwa-peristiwa terjadi secara berurutan dari segi waktu. Cerita dimulai
pada tahap awal, tengah, dan akhir.
Praktisnya, plot maju seperti ini, misalnya ...
... setelah mahasiswa itu tahu bahwa orangtuanya selama ini bukan
orang tua kandungnya, ia memutuskan mencari orang tua kandungnya. Ia
mengalami beberapa peristiwa di tengah pencariannya. Akhirnya, dia pun
menemukan orang tua kandungnya dan menerima keduanya, baik orang
tua kandung maupun orang tua tiri sebagai orangtuanya.
Kalo pakai skema, contoh tadi seperti ini: A — B — C — D — E
Sementara, alur balik (flash back), cerita nggak menurut aturan
kronologis waktu. Alur flash back ini, memungkinkan cerita dimulai bisa
dari sebagian tahap tengah atau tahap akhir, baru ke tahap permulaan.
Atau, menceritakan kembali sebagian tahap tengah dan akhir cerita.
Misalnya, masih gagasan cerita tadi, cerita dimulai dari peristiwa saat
orangtua kandung tersebut menitipkan anaknya
Satu hal terakhir yang kamu perlukan buat menulis novel adalah plot
atau alur cerita.
pada satu keluarga, lalu cerita beranjak pada beberapa tahun
mendatang saat mahasiswa itu mengetahui bahwa orangtuanya selama
ini bukan orangtua kandung.
Ia pun memutuskan mencari orangtua kandungnya, mengalami
beberapa peristiwa di tengah pencariannya dalam menemukan orangtua
kandungnya itu, menjelaskan mengapa mereka menitipkannya, dan tetap
menerima keduanya, baik orangtua kandung maupun orangtua tiri
sebagai orangtuanya.
Nah, skema alur balik seperti di bawah ini:
DI — A — B — C — D2 — E
Oh, ya, nggak mesti kamu menempatkan peristiwa lalu itu di awal
cerita. Bisa aja, kamu menempatkannya di mana aja dan melihat
kebutuhan cerita.
Mungkin aja, skema ceritamu jadi seperti ini: A — El — B — C — D —
E2 A — Cl — B — C2 — D — E A — BI — DI — C — B2 — D2 —E
Skema ini bisa jadi kombinasi apa aja, bergantung pada sejauh mana
imajinasi dan daya kreativitasmu mengolah ide atau gagasan ke dalam
bentuk cerita. Nggak ada aturan baku yang mengharuskan kamu memilih
bentuk seperti ini dan nggak boleh menggunakan bentuk yang lain. Yang
jelas, semua karya fiksi baik cerita pendek maupun novel masing-masing
memiliki alur cerita. Semua, sekali lagi, bergantung pada imajinasi dan
kreativitasmu.
Ada beberapa penulis yang menggunakan flash back dalam novelnya.
Misalnya, dalam novel Senja
yang Menghilang (DAR! Mizan, 2004) dan Di Selubung Malam (DAR!
Mizan, 2004).
Beralih pada ide cerita yang udah kamu punya, bacalah dan lakukan
analisis sederhana. Misalnya, kira-kira ide ceritamu mau menggunakan
alur cerita seperti apa? Nggak ada kekurangan dan kelebihan pada
masing-masing alur. Alur cerita hanya membantu kronologis terjadinya
peristiwa dalam novelmu.
Hari 19
KamU udah belajar sedikit soal plot atau alur cerita, dan kamu juga
udah punya gagasan cerita, tokoh-tokoh, serta seting. Cobalah tulis
kerangka cerita yang sederhana dari bahan-bahan yang kamu punya itu.
Buatlah dari awal, tengah, sampai akhir cerita, dan masukkan unsur-
unsur yang telah ada, seperti tokoh atau seting. Nggak perlu banyak,
mungkin satu atau maksimal dua hala-man aja.
Kalo udah, penggallah bagian-bagian kerang-ka ceritamu itu sesuai
dengan apa yang ingin kamu sampaikan. Jadikanlah penggalan-
penggalan itu sebagai bab-bab dalam novelmu. Apakah yang kamu
lakukan ini untuk meng-hasilkan outline atau panduan menulis yang jauh
lebih lengkap?
Penggallah bagian-bagian kerangka ceritamu itu sesuai dengan apa
yang ingin kamu sampaikan.
KdfO kamu mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide untuk
dijadikan outline cerita, oke, saatnya kamu tahu jurus rahasia
mengembangkan idemu menjadi sebuah outline.
Pertama, anggaplah ide dasar calon novelmu tentang seorang
mahasiswa yang mengetahui bahwa orangtuanya selama ini bukanlah
orangtua kandung.
Kedua, dari ide sederhana ini, kamu dapat memenggalnya menjadi:
seorang mahasiswa; mengetahui bahwa; orangtuanya selama ini;
bukanlah orangtua kandung. Empat bagian ini adalah kata kunci ide
novelmu.
Ketiga, ambillah satu kata kunci dan ajukan pertanyaan - pertanyaan
memakai rumus SW + IH, yang dalam bahasa Indonesia, berarti siapa,
apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
Seandainya kamu mengambil kata kunci "seorang mahasiswa",dari
kata kunci ini dan setelah
Kalo kamu mengalami kesulitan dalam mengembangkan ide untuk
dijadikan outline cerita, oke, saatnya kamu tahu jurus rahasia
mengembangkan idemu menjadi sebuah outline.
diajukan pertanyaan memakai rumusan tadi kamu menemukan;
Hendra, mahasiswa semester enam Jurusan Komunikasi Universitas
Kebangsaan, umurnya 21 tahun, aktivis organisasi kemahasiswaan
kampus, hobi baca buku, dan senang traveling.
Keempat, lakukan hal yang sama dengan tiga kata kunci lainnya.
Dengan demikian, kamu udah menemukan empat bab buat calon
novelmu. Yaitu, bab tentang sang mahasiswa yang menjadi tokoh utama;
bab tentang keluarganya atau orangtua kandungnya yang dianggap
sempurna; bab tentang bagaimana sang tokoh mengetahui kenyataan
bahwa ia bukanlah anak kandung mereka; dan bab tentang siapa
orangtua kandungnya.
Kelima, saat kamu sampai pada tentang siapa orangtua kandungnya
itu, kamu bisa mengembangkan cerita lebih jauh. Apakah mau bercerita
tentang usaha menemukan orangtua kandungnya, bercerita soal
kegalauan hati sang tokoh saat mengetahui kabar itu, atau bercerita
tentang orangtua kandungnya dengan menggunakan flash back agar
pembaca tahu bagaimana cerita itu bisa terjadi.
Keenam, percayalah pada akhirnya, empat bab yang kamu miliki itu
akan bertambah banyak bila kamu melakukan langkah kelima, plus
dengan metode SW + IH, dan kamu bisa membuat kerangka cerita yang
utuh.
Hari 21
Saat kamu sedang berusaha menyusun satu kerangka cerita yang
utuh, mungkin akan muncul alternatif-alternatif cerita yang lain, seperti
pemecahan masalah atau apa yang dilakukan sang tokoh itu selanjutnya.
Buatlah kerangka cerita lain yang menggunakan alternatif ceritamu itu
karena kadang seorang penulis novel pun membuat beberapa kerangka
cerita, dan mereka akan mutusin di tengah jalan saat menulis di depan
komputer bagian-bagian mana yang akan ia pakai buat cerita novelnya.
Akan tetapi, kalo kamu cukup menggunakan satu kerangka cerita aja,
nggak apa-apa. Pastikan kalo kerangka cerita itu sebagai acuan dalam
menulis novel pertamamu.Sehingga, kamu tahu apa yang mesti kamu
tulis; tahu tokoh-tokoh mana aja yang terlibat dalam peristiwa itu, konflik
yang terjadi berlangsung di mana, pada bagian mana puncak konflik
(klimaks) itu terjadi, dan pada bagian mana penyelesaian konflik
(antiklimaks) itu,dan bagaimana akhir cerita novelmu apakah selesai atau
menggantung.
Outline atau kerangka cerita merupakan panduan menulis yang
sangat membantu penulis untuk menyelesaikan novelnya.
Outline atau kerangka cerita merupakan panduan menulis
yang sangat membantu penulis untuk menyelesaikan novelnya.
Hari 22
beka rang, kamu udah melewati tiga pekan. Wah, nggak terasa, ya!
Nah, selama tiga pekan tersebut, seenggaknya kamu udah memiliki tujuh
hal, yaitu;
• komitmen menulis novel
• jadwal menulis novel
• referensi
• satu gagasan atau ide cerita
• tokoh
• seting (latar) cerita
• kerangka cerita (outline)
Sebelum kamu benar-benar akan terjun menggarap novel
pertamamu, ada baiknya kamu perhatikan sekali lagi dengan lebih
saksama ketujuh poin tersebut. Pastikan nggak ada satu pun yang kamu
lewati dan kamu abaikan. Sebab, ketujuh poin ini adalah modal dasar
setiap penulis entah itu penulis pemula atau penulis novel ternama untuk
mulai menggarap novel.
Anggap aja kamu sedang berada di dapur dan ingin memasak
sesuatu. Semua yang kamu inginkan udah ada; mulai bumbu dapur,
peralatan dapur, alat-alat memasak, bahan mentah masakan, dan
keperluan lainnya. Nah, begitu juga dengan menulis novel. Kalo kamu
udah punya tujuh poin tadi, berarti kamu udah memiliki semua yang kamu
perlukan untuk "memasak" novelmu itu.
Tujuh hal penting dalam menulis novel, yaitu komitmen, jadwal
menulis, referensi, ide cerita, tokoh, seting, dan kerangka cerita.
beka rang , mulailah menulis. Ya, menulis!
Selama tiga minggu, kamu telah menyiapkan bahan novel
pertamamu. Kamu udah memegang jalinan cerita yang dikembangkan
dari awal sampai akhir. Tokoh-tokoh ceritamu pun udah meresap dalam
benakmu, bahkan kamu udah pula mengumpulkan beberapa referensi;
mulai referensi novel sejenis, referensi berkaitan dengan seting (latar
tempat) di mana peristiwa dalam novel kamu itu terjadi.
Kamu malah udah mempunyai beberapa dialog dan beberapa
kalimat yang akan mendeskripsikan ceritamu. Kamu ... udah banyak
memiliki bahan, maka udah saatnya pula, kamu segera menulis.
Pasanglah target! Satu hari paling sedikit kamu mesti mendapatkan
satu hingga empat halaman atau kamu tentukan sendiri jumlah
halamannya. Jumlah halaman yang telah kamu tentukan itu, jadikan target
yang harus kamu penuhi.
Kadang, ketika mood atau keinginan menulis sedang datang, kamu
bisa menghasilkan lima belas hingga dua puluh halaman setiap kali
menulis. Tetapi, bagi penulis pemula, buatlah rata-rata target menulis
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Target 300 sampai 1.500
kata per hari, misalnya, dan kamu bisa melipatgandakan jumlah
halamannya di setiap akhir pekan saat kamu memiliki watu yang lebih
luang. Pokoknya, kamu nggak boleh melewatkan satu hari pun tanpa
menghasilkan satu paragraf tulisan sebagai calon novel pertamamu itu.
Ayo, buka komputermu, mesin tikmu, atau bukumu! Tulislah novel
pertamamu!
Kamu nggak boleh melewatkan satu hari pun tanpa menghasilkan
satu paragraf tulisan.
Hari 24
Jangan terlalu terburu-buru menyelesaikan setiap bab atau episode
dari kerangka cerita yang kamu buat. Jangan terlalu puas telah
menyelesaikan satu adegan atau episode novelmu sebab bisa jadi, apa
yang kamu buat itu dapat menjadi sumber untuk proses pengembangan
lebih jauh.
Ya, pengembangan! Kata ini adalah kata yang membedakan antara
menulis cerita pendek dan novel. Sesuai dengan namanya, cerita pendek
adalah jenis cerita yang memiliki batasan halaman tertentu, sementara
novel nggak.
Nah, di sinilah kamu dituntut lebih mengembangkan apa yang telah
kamu tulis. Menulis novel membebaskanmu berimajinasi,memainkan
karakter atau tokohmu, melebarkan dialog-dialog, bahkan sampai
memanjangkan paragraf-paragraf yang
telah kamu tulis. ., , .
Kamu masih bingung? Kalo masih bingung
dengan kata "pengembangan" itu, kamu lihat, deh,
contoh penggalan cerita ini:
Pelan-pelan Irfan membuka kelopak matanya. Ia telah sadar.
Kamu dituntut lebih mengembangkan apa yang telah kamu tulis.
J/
"Syukurlah kau selamat, Fan."
Suara itu jelas sekali sangat dikenalnya. Drigo. Untuk apa ia ada di
sini? Bukankah ini Singapura dan Drigo masih di Jakarta? Dia terus
dilanda kebingungan.
"Aku menemukanmu dalam kondisi tidak sadar. Kukira kau sudah
menjadi korban dalam peledakan itu, "lanjut Drigo.
Kalo kamu jeli dan mata kamu teliti (ceile ... bahasanya!), kamu akan
menemukan kalo cerita kedua memiliki maksud yang sama dengan cerita
yang pertama. Hanya dalam cerita kedua ini, ada "pengembangan" cerita,
yaitu saat-saat Irfan siuman.
Ya, menceritakan lebih detail atau lebih panjang saat Irfan siuman
serta apa yang dialaminya, itulah yang menunjukkan bahwa menulis novel
memungkinkan untuk lebih mengembangkan bagian-bagian cerita yang
telah kamu tulis itu.
Namun, jangan sampai kamu terlalu asyik mengembangkan bagian
kecil ceritamu itu sehingga melupakan bagian besar yang menjadi inti dari
apa yang akan kamu sampaikan dalam novelmu itu.
Kamu bisa mengembangan bagian cerita saat siuman itu dengan
cerita yang lebih panjang lagi, tetapi jangan sampai hasilnya malah
mengalihkan suasana cerita yang sedang kamu bangun. Karena cerita
tokoh Irfan yang siuman itu, hanyalah satu bagian kecil dari inti cerita yang
sebenarnya. Coba, deh, kamu buka novel spionase LABIRIN (DAR! Mizan,
2005) yang merupakan sumber contoh cerita tadi.
Kamu, kan, udah menghasilkan beberapa halaman cerita, nah
sekarang temukan bagian mana yang bisa kamu kembangkan! Ayo,
tunggu apa lagi?!
Hari 25
KafTlU udah belajar bagaimana mengembangkan bagian cerita yang
telah kamu tulis itu, kan? Sekarang, ada satu hal yang mesti kamu
perhatikan dalam melakukan proses "pengembangan" itu, yaitu setiap
kata, setiap kalimat, setiap paragraf, setiap bab, hingga seluruh bab
dalam novelmu itu merupakan bagian yang utuh dari inti novel yang kamu
tulis.Maksudnya, walaupun dalam menulis novel untuk mengembangkan
cerita itu lebih mungkin dilakukan, dibandingkan menulis cerpen, tetap
ada rambu-rambu yang mesti kamu ingat.
Novel memang karya fiksi yang panjang, tapi bukanlah karya yang
bertele-tele!
Biasanya, kelemahan seorang penulis novel pemula adalah terlalu
banyak menceritakan hal-hal yang sama sekali nggak ada kaitannya
dengan tema cerita. Bahkan, sampai menghabiskan dua per tiga bagian
novelnya hanya menceritakan kehidupan sehari-hari sang tokoh,
sementara konfliknya itu sendiri hanya sepertiganya atau kurang sama
sekali.
Hal ini karena-salah satunya, lho! dari target halaman yang dibuat
penulis novel pemula itu; Bahwa untuk mendapatkan hasil tulisan dengan
jumlah halaman yang banyak, seorang penulis novel berhak
mengembangkan ceritanya dengan panjang, bisa memasukkan informasi
dari mana pun, bahkan boleh menceritakan tentang apa aja\
Padahal, tanpa sadar, ia telah mengorbankan cerita dan pada
akhirnya menyebabkan pembaca bosan membaca novel tersebut.
Bahkan, seandainya beberapa halaman yang ditulis itu dihilangkan, nggak
akan mengurangi cerita novel tersebutkah, kalo udah begini,
pembaca akan males melanjutkan membaca novelmu itu. Pembaca
jadi bete dengan novelmu!
Novel memang karya fiksi yang panjang, tapi bukanlah karya yang
bertele-tele!
Hari 26
Uddh menjadi hal yang biasa bila pada bab-bab awal, pembaca
membuat keputusan apakah mereka akan menyelesaikan membaca
seluruh halaman novel, membaca sebagian, atau meng-hentikan
bacaannya sama sekali.
Hal tersebut bergantung pada mereka apakah menemukan alasan
yang cukup kuat pada saat mereka mulai membuka halaman pertama.
Apalagi dengan jumlah halaman novel yang lumayan banyak dan tebal,
perlu ada timbal balik antara apa yang didapat dari novel tersebut dan
keluangan waktu yang disediakan oleh mereka!
Oleh karena itu, pada bab-bab inilah yang merupakan pertaruhan
antara kamu dan pembaca novelmu. Apabila pembaca nggak
menemukan hal yang menarik, menggugah rasa keingintahuan, dan
menerbitkan penasaran dalam benak mereka, jangan berharap mereka
akan melanjutkan membaca novelmu ke halaman berikutnya!
Dengan demikian, buatlah pada awal-awal cerita novelmu suatu
peristiwa yang menarik, menegangkan, dan mengundang tanda tanya.
Akan lebih baik bila pada bab pertama, kamu udah menyuguhkan petikan
konflik permulaan dan samar-samar, dibandingkan kamu menulis
pemandangan sekitar atau biodata sang tokoh.
Coba, deh, kamu baca contoh penggalan cerita dari halaman pertama
novel Carikan Aku Istri
Buatlah pada awal-awal cerita novelmu suatu peristiwa yang menarik,
menegangkan, dan mengundang tanda tanya.
(FBA Press, 2DD4);
"Setahun lagi!"
Mata wanita separuh baya itu lurus tajam menatapnya. "Umurmu
berapa sekarang?"
Surya tidak menjawab. Sebaliknya malah tersenyum nakal dan sedikit
menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal itu.
"Adik-adikmu, selain si bungsu Nur-maya, sudah pada menikah
semuanya. Sudah punya anak, bahkan sebentar lagi adikmu, Nabi/a,
anaknya akan nambah lagi satu."
Surya berpikir sebentar, lalu, "Lima. Berarti kalau ditambah satu lagi
dari Nabi/a, Ibu sudah punya enam orang cucu."
"Iya. Tapi tak ada yang Ibu dapatkan dari satu-satunya anak lelaki Ibu,
cucu darimu."
Lagi-lagi lelaki itu hanya bisa tersenyum. "Tapi kan masih ada
Nurmaya, Bu? Dia kan belum menikah," kata Surya berdiplomasi.
"Kamu itu memang pandai mencari alasan."
Terasa, kan, penggalan cerita tersebut udah masuk ke dalam
konflik permulaan yang masih samar-samar, yaitu konflik antara tokoh
Surya dan tokoh ibu. Soal keinginan ibu mendapatkan menantu dan cucu
dari anak lelaki satu-satunya.
Sebagai contoh lain, kamu juga bisa membaca bagaimana Novia
Syahidah menulis pada halaman pertama dalam novel Titip Rindu Buat
Ibu (DAR! Mizan, 2003):
Angin yang bertiup maiam itu membuat kegelapan kian menggigit
tulang. Suara binatang malam riuh rendah mendendangkan nyanyian
alam. Sayup-sayup terdengar percakapan dari surau Haji Mahmud yang
sederhana. Surau dengan penerangan lampu minyak yang nyalanya
terkadang meredup ditiup angin dari celah-celah dinding.
"Bagaimana keadaanmu, Nak?" sapa Haji Mahmud lembut. Pemuda
yang duduk di hadapannya menunduk dalam.
"Apakah saudara tirimu itu masih suka berbuat jahat padamu ?"
"Tidak, Buya."
"Jangan berbohong pada Buya, Faisal. Kau tidak bisa menutupi
perasaanmu." Haji Mahmud menatap prihatin. Pemuda bernama Faisal
itu mengangkat kepalanya. Ada riak bening berpendar di matanya yang
hitam.
Hari 27
Novel memang merupakan karya fiksi. Namun, nggak berarti untuk
menulis novel, kamu sama sekali meninggalkan fakta-fakta yang
sesungguhnya. Pasalnya, fakta akan memperkuat novelmu. Dengan fakta,
membuat pembaca merasa dekat dengan cerita, seting, dan bahkan
tokoh yang kamu ciptakan itu. Pembaca akan merasa kalo apa yang kamu
tulis itu adalah kenyataan yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, kamu ingin menulis karakter tokoh cerita yang berasal dari
suku Sunda dengan memasukkan beberapa kata dalam bahasa Sunda
ke dalam dialog tokoh tersebut. Pembaca novelmu akan segera
mengetahui bila tokoh tersebut adalah orang Sunda, tanpa perlu
menuliskan secara gamblang dari mana asal suku tokoh tersebut.
Begitu juga ketika kamu mutusin untuk menggunakan suatu daerah
sebagai latar tempat dan kebiasaan-kebiasaannya. Jangan sampai
karena kekurangan data, kamu menyatakan sesuatu yang mengernyitkan
kening pembaca.
Ya, kamu harus teliti dalam mengolah ceritamu dan mendekatkannya
dengan fakta. Mendekatkannya dengan kenyataan yang ada dalam kehi-
Fakta akan membuat novelmu terasa lebih kuat, membuat pembaca
merasa dekat dengan cerita, seting, dan bahkan tokoh cerita yang ada
dalam kehidupan sehari-hari.
dupan sehari-hari.
Manfaatkan di sela-sela waktumu menulis novel buat melakukan riset
yang akan memperkuat fakta cerita novelmu. Kamu bisa memulai dari
perpustakaan, kliping surat kabar atau majalah, Internet, dan bertanya
kepada setiap orang yang mengetahui permasalahan yang sedang kamu
angkat.
Bayangkan seandainya kamu menulis novel spionase atau detektif.
Lalu, dalam ceritamu itu, kamu memunculkan tokoh seorang petugas
kepolisian, sementara kamu nggak tahu sama sekali pangkatnya apa.
Duh, kebayang, deh, bagaimana jadinya tokoh ceritamu itu.
£—
Hari 28
Kekuatan karya fiksi seperti novel ada pada kekuatan "berdialog"
dengan pembacanya. Dialog di sini, nggak terpaku pada pengertian
pembicaraan antar tokoh aja, tetapi juga tentang deskripsi peristiwa,
suasana hati, keadaan sekeliling, ataupun keterangan latar tempat.
Setiap paragraf yang kamu tulis semestinya memiliki tujuan. Karena,
setiap paragraf memiliki kekuatan yang memastikan pembaca
mengetahui apa
Kekuatan karya fiksi seperti novel ada pada kekuatan "berdialog"
dengan pembacanya.
yang sedang "dikatakan" oleh novelmu. Hal ini juga akan mendorong
pembaca dalam situasi yang kamu bangun, merasakan emosinya,
membayangkan suasananya, dan melibatkan pembaca, seolah-olah
mereka sendiri yang ada dalam konflik novel tersebut.
Ini sekadar contoh penggambaran emosi yang diambil dari novel
Mengemas Rindu (LPPH, 2DD4):
Amoy duduk sendiri di taman mungil yang terletak di samping rumah
Nenek Wen. Bangku dari batu yang dipahat itu membuatnya betah duduk
melamun. Air mancur kecil yang keluar dari mulut sebuah patung singa
membuat air kolam di tengah taman itu tak henti beriak. Nenek memang
telaten dan berselera seni yang tinggi, batin Amoy kagum.
Namun, sejenak kemudian pikirannya kembali melayang ke
Bengkalis. Sedang apakah Ayah dan Mak sekarang? Ayah pasti sudah
berangkat ke laut, menjalani hari-harinya sebagai nelayan. Dan Mak, pasti
sudah asyik di dapur. Ah, ia jadi rindu gubal buatan Mak. Lalu Azis? Sudah
lupakah pemuda itu padanya? Sudahkah ia mendapatkan gadis lain
sebagai pengganti dirinya? Wajah Amoy berubah mendung. Hhh, tidak!
Hati kecilnya membantah. Ia tahu betul bagaimana Azis. Pemuda itu pasti
juga sedang terluka seperti dirinya.
"Kasihan Bang Azis ...." Ia berbisik sendiri. Andai saja ia tahu tempat
tinggal Azis di Malaysia, setidaknya tempat kuliahnya, pasti ia sudah
sampai ke negeri itu. Sayang, ia tak menemukan sedikit pun informasi
tentang Azis sejak berangkat ke Malaysia. Semuanya seperti sengaja
dirahasiakan darinya. Bahkan, ketika ia berhasil menemui Mak diam-diam
sebelum berangkat ke Singapura, Mak cuma menatapnya iba. Tak
sepatah kata pun keluar dari mulut Mak perihal Azis.
"Lupakanlah dia, Nak," ucap Mak waktu itu. Dan Amoy terpaksa pulang
dengan tangan hampa. Masih untung ia tak dipergoki ayahnya. Ya, semua
itu masih sangat lekat di ingatannya. Perlahan Amoy menarik napas
dalam, menatap daun bougenville yang bergoyang tanpa bunga.
Tenang aja, kamu nggak perlu merasa kurang pede karena nggak
bisa menghasilkan tulisan yang bsa berdialog dengan pembaca. Toh,
namanya juga kamu sedang belajar menulis novel!
Melalui latihan demi latihan, kamu pasti akan bisa merangkai kata
dan kalimat tersebut. Salah satu cara yang bisa kamu lakukan adalah
dengan menggunakan kalimat yang umum, yang udah sehari-hari sering
kamu dengar. Bahkan, kamu ucapkan dengan teman, sahabat, saudara,
om, tante, teteh,
aa, bapak, ibu, dan semua orang, deh! Entar, kalo diterusin kayak
iklan mobil, ya?!
Oh, ya, satu hal lagi yang perlu kamu pertimbangkan bahwa pembaca
novel berasal dari tingkat pendidikan yang berbeda sehingga kamu nggak
bisa sekenanya memasukkan kata-kata ilmiah, ungkapan, atau
percakapan dalam bahasa asing tanpa kamu menjelaskan maksud dari
percakapan tersebut.
Hari 29
Hidupkan karakter tokoh ceritamu! Peran karakter tokoh cerita nggak
hanya pada saat mereka melakukan dialog, tetapi juga bahasa tubuh dan
apa yang sedang mereka lakukan. Isyarat nonverbal, seperti kening yang
berkerut,menarik napas, atau memelototkan mata, kadang lebih
berkomunikasi secara efektif dibandingkan kata-kata.
Sejak awal, kamu memang udah menyiapkan diri untuk menjadikan
tokoh ceritamu benar-benar "hidup" dengan menyiapkan semua informasi
tentang tokohmu, dan bahkan mencatatnya dalam sebuah kartu indeks.
Sekarang,saatnya kamu buktikan. Ketika kamu menulis novel, tulislah
tokoh ceritamu itu seperti seseorang yang benar-benar ada di dunia nyata.
Bahkan, lebih luar biasa lagi bila ada yang menyatakan kalo tokoh
tersebut memang orang-orang yang ada di sekitarmu, atau malah ada
yang bertanya, "Ini cerita tentang kamu, ya?" Keren, deh!
Yuk, ambil novel-novel yang kamu jadikan referensi dan baca
bagaimana para penulis itu menghidupkan tokoh dan ceritanya!
Hari 30
Dalam menulis novel, kamu mesti teliti. Semua yang kamu butuhkan
buat menulis novel udah kamu siapkan. Jangan sampai kamu
mengabaikannya sehingga membuat ceritamu menjadi aneh.
Nah, pastikan bila tokoh ceritamu adalah tokoh yang menyenangi
petualangan alam bebas. Kamu benar-benar menceritakan pakaian yang
dikenakannya yang berbeda dengan pakaian orang-orang kantoran.
Kalo kamu menggunakan latar di pedesaan, tentu ada banyak hal
menarik yang membedakan suasana sekitar pedesaan dengan suasana
perkotaan. Bila kamu menggunakan sudut pandang orang ketiga, kamu
adalah pencerita dan bukan orang yang terlibat dalam cerita tersebut.
Hidupkan karakter tokoh ceritamu!
Kalo kamu udah menyelesaikan satu paragraf, jangan merasa bosan
buat membaca ulang kembali paragraf yang kamu tulis. Lalu, bandingkan
dengan novel-novel lain yang menjadi referensimu! Seandainya paragraf
itu perlu direvisi, bahkan penulisan ulang, kamu harus melakukannya!
Hari 31
Saat sedang menulis, pasti kamu akan menemui hal-hal yang
sifatnya writers block atau kebuntuan menulis! Gitu, nggak?
Hal ini biasanya penyakit semua penulis kalo tiba-tiba aja merasa
mandek dan bingung mau menulis apa atau bagaimana meneruskan
cerita yang udah ditulis.
Untuk beberapa kasus,yang namanya kebuntuan menulis ini bisa
menyebabkan penulis pemula menghentikan sama sekali novelnya di
tengah jalan. Wah,memang berabe, deh, kalo ketemu penyakit menulis
yang satu ini.
Makanya, kalo kamu
Saat sedang menulis, pasti kamu akan menemui hal-hal yang
sifatnya writers block atau kebuntuan menulis!
merasa buntu, segera cari akar masalahnya. Mungkin, ada yang
kurang dari perencanaan menulismu. Bisa jadi, referensi kamu lemah,
kerangka kamu kurang lengkap, tokoh kamu nggak sesuai dengan
cerita,atau kamu nggak memiliki data penunjang sama sekali. Atasi
segera! Jangan sampai kebuntuan menulis ini semakin parah dan
menyebabkan kamu enggan menyelesaikan novel pertamamu.
Novia Syahidah, penulis novel Di Selubung Malam (DAR! Mizan,
2004), yang karyanya ini terpilih sebagai Novel Remaja Terpuji Anugerah
Pena Forum Lingkar Pena (FLP), 2005, mengaku kalo ia sering menemui
kebuntuan menulis bila bahan-bahan buat menulis novel itu kurang. Oleh
karena itu, ia selalu menyempatkan diri membaca karya-karya novel atau
referensi yang sejenis dengan cerita yang sedang dibuatnya. Harapannya,
dengan melakukan hal tersebut, persoalan kebuntuan menulis akan
terselesaikan.
Sementara penulis novel lainnya, Zaenal Radar T., mengaku kalo
sedang menemui kebuntuan dalam menulis,ia akan jalan-jalan atau
menonton sinetron. Hal ini dilakukannya guna menyegarkan pikiran, yang
mungkin saat itu pikirannya udah jenuh dalam menulis dan mesti
diistirahatkan sejenak.
Hari 32
Jangan beralih dari sudut pandang (point of view) yang udah ada
sejak awal perencanaan menulis novelmu. Melalui ini, pembaca novelmu
akan mendapatkan suatu pijakan terhadap karakter tokoh utama ataupun
tokoh-tokoh lainnya dalam ceritamu. Apakah kamu menggunakan sudut
pandang orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga?
Mumpung kamu baru sampai pada bab-bab awal ceritamu, kamu
bisa mutusin mana sudut pandang terbaik yang bisa kamu gunakan, yang
sesuai dengan kemampuanmu sebagai seorang penulis novel pemula.
Kalo kamu merasa lebih mudah menggunakan sudut pandang orang
pertama, segera perbaiki dan ubah sudut pandang orang ketiga yang
telanjur kamu tulis.
Memang, melakukan perubahan tersebut memerlukan waktu dan
energi lagi, tapi kalo itu malah membuatmu mudah dalam menulis, why
not?
Gunakan sudut pandang sesuai dengan kemampuanmu menulis.
Gunakan sudut pandang sesuai dengan kemampuanmu menulis.
Hari 33
Siapkan buku kecil dan bawalah ke mana aja kamu pergi. Buku kecil
tersebut berguna untuk mencatat gagasan-gagasan baru yang muncul
setiap saat. Karena terkadang, tanpa diduga, ada aja gagasan yang
muncul berkaitan dengan novelmu. Bahkan, kadang malah ide baru buat
calon novelmu berikutnya.
Bisa jadi, saat kamu sedang makan di kantin, sedang jalan-jalan di
mal, atau sedang menghadiri pesta, tiba-tiba aja gagasan itu datang. Bila
gagasan itu dipakai akan memperkaya nuansa atau alur cerita calon
novelmu tersebut. Dengan membawa buku kecil, kamu tinggal
mengambilnya dan mencatat gagasan tersebut.
Catatan sangat berguna buat menulis setiap ide-ide baru yang kamu
dapatkan saat itu juga. Bila hanya mengandalkan rekaman di otak, nggak
bisa dipastikan kalo kamu bisa menyimpan ide tersebut dalam waktu
cukup lama. Mungkin aja karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, aktivitas
kampus, dan kegiatan-kegiatan lain, menyebabkan ide yang disimpan di
otak bisa terlupakan begitu aja. Sayang, kan?
Tahu nggak, beberapa penulis novel kadang menggunakan tape
recorder atau alat perekam buat menyimpan gagasan, bahkan susunan
kalimat yang akan mereka gunakan. Penggunaan alat perekam dan buku
kecil ini, hanyalah upaya buat menyimpan gagasan yang muncul begitu
aja. Sehingga,
Ide sifatnya liar. Ia bisa muncul di mana pun dan kapan pun tanpa
bisa kita duga. Catatan sangat membantu buat merekam ide yang tiba-
tiba datang.
kamu nggak perlu khawatir kehilangan gagasan, kata-kata, dan
bahkan alur cerita yang bagus buat novelmu!
Ide sifatnya liar. Ia bisa muncul di mana pun dan kapan pun tanpa
bisa kita duga. Catatan sangat membantu buat merekam ide yang tiba-
tiba datang.
Hari 34
Ketegangan adalah suatu ramuan dasar dalam membuat novel. Oleh
karena itu, buatlah pembaca untuk selalu bertanya, "Apa yang akan terjadi
berikutnya?".Dengan demikian, pembaca akan berusaha menemukan
jawaban demi jawaban dalam novelmu.
Ketegangan dibangun melalui konflik, perseteruan, beda pendapat,
sampai pada pertarungan antara tokoh-tokoh dalam cerita novelmu.
Setiap karya novel, biasanya selalu ada tokoh yang mewakili kebaikan
(protagonis) dan tokoh yang selalu berseberangan (antagonis) dengan
tokoh protagonist tokoh ini nggak mesti selalu jahat.
Berbeda dengan karya fiksi lain yang berupa cerita pendek, yang
hanya menyajikan satu konflik sederhana. Dalam sebuah novel terdapat
banyak konflik kecil di luar konflik utama.
Jenis novel sebagai karya yang berhalaman
banyak menyebabkan kamu bebas menciptakan dan memasukkan
berbagai macam konflik. Bukan hanya konflik yang melibatkan tokoh-tokoh
utama, melainkan juga pada semua tokoh ceritamu. Konflik-konflik kecil
inilah, yang pada akhirnya, melahirkan ketegangan dalam novelmu.
Misalnya, gagasan cerita seorang mahasiswa yang mengetahui
bahwa ternyata kedua orangtuanya selama ini bukanlah orangtua
kandung. Ada beberapa konflik kecil yang bisa kita munculkan, seperti;
Apakah orangtua kandungnya yang asli itu masih hidup atau nggak?
Apakah mereka orang kaya atau orang miskin? Ketika si tokoh
mahasiswa itu masih kecil, apakah mereka sengaja membuangnya atau
dititipkan ke panti asuhan? Bagaimana hubungan mereka dengan
orangtua mahasiswa tersebut selama ini?
Wah, banyak hal yang bisa dimunculkan dalam novelmu untuk
membuat ketegangan demi ketegangan.
Hari 35
Walaupun novel memuat banyak konflik, kamu juga harus
memastikan bahwa di antara konflik memiliki kekuatan yang berbeda.
Jangan sampai konflik-konflik yang kamu bangun saling merebut
perhatian pembaca dan membuat pembaca bertanya-
Jangan membuat pembaca nggak bisa menemukan konflik utama
dalam novelmu!
tanya, misalnya; "Mana sesungguhnya konflik utama novel ini?".
Kamu harus memberikan penekanan, porsi yang berbeda, dan
konsisten menjaga konflik utama novelmu. Munculnya konflik-konflik lain,
hanyalah konflik pendukung yang akan mengantarkan pembaca pada
konflik sebenarnya yang menjadi inti cerita novelmu. Begitu juga dengan
ketegangan yang kamu bangun. Ketegangan-ketegangan itu, hanyalah
pintu pembuka untuk sampai pada ketegangan utama dalam novelmu.
Hari 36
I penulis novel pemula, membuat draf cerita melalui tulisan tangan
sangat membantu untuk membuat alur cerita dan melakukan revisi
sebelum beralih pada komputer.
Dengan membuat draf tulisan tangan, kamu memiliki waktu yang
lebih luang untuk melihat kembali cerita yang telah kamu buat kapan aja
dan di mana aja. Mencocokkan datamu dengan bahan referensi yang
terdapat di perpustakaan, toko buku, ataupun hasil pencarianmu di
warung Internet. Sehingga, ketika kamu menyalin draf tersebut ke dalam
komputer, maka kamu udah mendapatkan cerita
yang sesungguhnya. Hal ini juga akan sangat membantu kamu agar
nggak bersu-sah payah lagi melakukan editing atau tahap perbaikan.
Memang, membuat draf tulisan terlebih dahulu akan memakan waktu
yang lama. Namun,hal ini sangat membantu dan kamu nggak merasa
seperti sedang dikej menyelesaikan novelmu!.
-kejar harimau untuk
Hari 37
Jangan pernah merasa puas dengan gagas-an cerita yang telah
kamu tuliskan! Oleh karena itu, baca ... baca ... dan baca kembali
tulisanmu! Sebab, bisa jadi dengan sering membaca kembali apa yang
telah kamu tuliskan itu, kamu akan menemukan sebuah gagasan baru
yang lebih mengejutkan dan unik untuk cerita novelmu. Dengan demikian,
kamu akan mendapatkan alur cerita yang menurutmu jauh lebih baik.
Dalam menggarap novel, hal yang wajar bila di tengah jalan
mengganti beberapa paragraf, mengganti alur cerita, mengganti tokoh-
tokoh cerita,dan bahkan menghilangkannya sama sekali.
Novel Berjanji di Surau Lama ketika udah sampai pada tahap akhir
novel tersebut, sang penulis akhirnya mengganti seluruh tokoh dalam
ceritanya. Atau, novel Carikan Aku Istri yang diganti sudut pandangnya dari
sudut pandang orang pertama menjadi sudut pandang orang ketiga, dan
itu dilakukan oleh penulisnya ketika jumlah halaman udah mencapai
angka 100. Waw!
Jadi,sering-seringlah membaca hasil tulisanmu dan bukalah
kemungkinan untuk melakukan perbaikan atau perubahan.
Hari 38
Pembaca sangat menyenangi novel yang menjelaskan secara detail
dan terperinci tentang segala sesuatunya. Apakah itu suasana
hati,keadaan alam, kondisi tempat tinggal, apa yang diucapkan, suhu
udara, dan sebagainya. Terutama, ketika kamu menggunakan latar
tempat.
Dengan perincian atau detail yang kamu tulis tentang lokasi atau
keunikan apa yang ada di lokasi
Jangan pernah merasa puas dengan gagasan cerita yang telah kamu
tuliskan!
tersebut akan memperkaya cerita novelmu. Sehingga, pembaca akan
merasa benar-benar berada di tempat yang tertulis dalam novelmu. Simak
penggambaran singkat berikut ini yang diambil dari novel Senja yang
Menghilang'.
Rumah itu bercat cokelat muda. Dari celah-celah pagar besi, siapa
pun akan bisa melihat beberapa tanaman yang tertata rapi di ha/amannya;
sekumpulan bambu Jepang, pohon pinus, dan beberapa tanaman bunga-
ada bunga aster dan mawar di sana yang kelopaknya mulai memekar. Di
teras ada sepasang bangku terbuat dari bambu, satu meja yang raknya
dipenuhi oleh majalah serta koran, dan satu pot berisi tanaman pakis
berada di pojoknya. Asri!
Namun, kamu mesti selektif juga memberikan detail dan penjelasan
dalam ceritamu.Jangan membuat pembaca novelmu bosan karena terlalu
banyak penjelasan di setiap paragraf ceritamu.Bahkan,sampai
menghabiskan beberapa halamananya untuk mendeskripsikan, misalnya
bagaimana suasana di
Tulislah secara detail dan terperinci, tapi jangan berlebihan!
tepi pantai setelah hujan turun.
Tulislah secara detail dan terperinci, tapi jangan berlebihan!
m
Hari 39
Tulislah dengan imajinasi, tapi jangan pernah melupakan ceritamu
sendiri!
Ya, imajinasi adalah kekuatan yang diperlukan setiap penulis novel.
Dengan berimajinasi, seorang penulis novel akan menciptakan karakter,
misteri, ketegangan, konflik, alur cerita,hingga bagaimana ia
menyelesaikan cerita tersebut.
Apalagi, buat novel-novel yang berjenis fiksi ilmiah (science fiction),
seperti; Area X (DAR! Mizan, 2003) dan Terdampar di Planet Ars; jenis
misteri atau spionase, seperti Labirin (DAR! Mizan, 2005) dan serial
Syakiia (DAR! Mizan, 2003-2004), atau contoh lainnya novel serial Harry
Potter, para penulisnya mengembangkan imajinasi mereka sampai batas
maksimal. Namun, mereka tetap berpijak pada logika
cerita.Artinya,seberapa liar pun mereka mempergunakan imajinasi,
namun cerita tetap terjaga dan mengundang minat pembaca untuk
menyelesaikan bacaannya.
Hari 40
Novel memang karya fiksi yang berjumlah halaman banyak, tetapi
bukan berarti kamu mesti phobia (ketakutan) terhadap banyaknya jumlah
halaman yang harus kamu selesaikan tersebut. Dan, bukan berarti, kamu
juga nggak akan bisa menyelesaikan proyek menulis novelmu sampai
pada halaman terakhir.
Percaya, deh, perasaan-perasaan seperti itu bukan karena kamu
nggak bisa, melainkan hanya rasa nggak yakin yang datangnya dari dirimu
sendiri. Atasi hal tersebut! Yakinlah kepada dirimu bahwa kamu bisa
menulis novel! Biarkan imajinasi dan pikiranmu mengalir begitu aja ketika
menulis novel.
Jumlah halaman yang banyak bukan alasan untuk nggak menulis
novel!
Jumlah halaman yang banyak bukan alasan untuk nggak menulis
novel!
Hari 41
Ka fTl U masih membawa catatan atau alat perekam ke mana pun
kamu pergi?
Jangan sampai gagasan cerita atau ide yang tiba-tiba muncul di
tengah jalan itu hilang begitu aja. Mungkin, nggak akan terpakai buat
proyek cerita novelmu sekarang, tapi siapa tahu, bahan-bahan yang udah
kamu catat dan rekam itu akan
berguna nanti, misalnya untuk proyek novelmu selanjutnya.
Begitu juga ketika kamu menemukan data baru yang nggak kalah
menariknya, misalnya di majalah, surat kabar, atau Internet. Simpanlah
data-data tersebut di tempat khusus yang mudah dibuka kembali bila
diperlukan.
Hari 42
KamU masih mengerjakan novelmu, kan?
Nah, cobalah untuk menulis apa-apa yang saat itu ada dalam
benakmu. Ya, kalo saat ini kamu duduk di depan komputer dan tiba-tiba
dalam benakmu muncul cerita bagus buat halaman terakhir
novelmu,sementara kamu sedang mengerjakan bab-bab awal, ya ...
tulislah halaman terakhir itu terlebih dahulu. Jangan terpaku pada aturan
standar penulisan ketika seorang penulis novel harus meyelesai-kan bab
awal terlebih dahulu sebelum menyelesaikan bab selanjutnya.
Beberapa penulis novel mengambil pola menuliskan di beberapa
bagian pertengahan novel mereka; ada yang langsung pada konflik cerita
dan ada pula yang udah menulis di akhir cerita mereka.
Mungkin, hal yang baik-buat menjaga alur dan nuansa cerita dengan
menulis novel berdasarkan bab per bab. Namun, nggak ada salahnya bila
kamu mencoba menulis nggak berurutan. Hal ini akan membantumu
menuangkan gagasan-gagasan cerita yang ada dalam benakmu, yang
masih segar dan baru itu. Daripada gagasan itu kamu endapkan, dengan
kemungkinan akan kehilangan daya tariknya, hanya gara-gara kamu udah
terlalu letih dahulu untuk menyelesaikan halaman sebelumnya.
Jadi, tulislah ceritamu di bagian mana aja\ Jangan biarkan
gagasanmu hilang hanya gara-gara terlalu lama menunggu giliran bagian
cerita tersebut
Cobalah menulis apa yang muncul dalam benakmu saat itu
walaupun yang kamu tulis
nantinya adalah halaman terakhir novelmu.
ditulis. Bisa jadi, pada saat itu, kamu menemukan ungkapan, kata-
kata, kalimat, dan malah paragraf yang jauh lebih bagus. Yang
kemungkinan besar, nggak bisa kamu jamin hal itu akan muncul untuk
kedua kalinya.
Cobalah menulis apa yang muncul dalam benakmu saat itu
walaupun yang kamu tulis nantinya adalah halaman terakhir novelmu.
Hari 43
Jagalah karakter tokoh ceritamu. Jangan melupakan dan menukarkan
identitas di antara tokoh-tokoh cerita yang sejak awal ada dalam novelmu.
Misalnya, pada awal cerita, kamu menulis tentang tokoh "A" yang
vegetarian, tetapi pada bagian tertentu kamu malah mengangkat tokoh "A"
yang sedang memakan daging. Ini merupakan kesalahan yang fatal bagi
seorang penulis novel, yaitu nggak bisa menjaga tokoh ataupun atribut
lain dalam cerita.
Biasanya, buat penulis pemula, karena jumlah halaman yang
dihasilkan banyak menyebabkan munculnya kesalahan-kesalahan kecil.
Salah satunya berkaitan dengan tokoh cerita. Inilah gunanya kartu
indeks yang kamu tuliskan setiap karakter dan informasi yang
berkaitan dengan tokoh ceritamu.
$
Hari 44
Jangan menjadikan pekerjaan menulis novel ini sebagai pekerjaan
rumah yang menakutkan dan harus segera diselesaikan. Kamu bukanlah
robot yang bisa mengerjakan satu tugas aja.
Lakukanlah kebiasaan yang sering kamu kerjakan. Misalnya,
menonton teve, jalan-jalan, bergaul dengan teman, baca buku, naik
sepeda, atau apa aja yang bisa kamu lakukan. Jangan memaksakan diri
hanya untuk menulis novel! Nikmati aja saat-saat menulis novel itu!
Hari 45
Seka rang, carilah teman atau siapa aja yang bisa kamu ajak diskusi
soal novelmu.Katakan kepada mereka tentang ide cerita novelmu dan
mintalah
Nikmatilah saat-saat menulis novel!
pendapat mereka tentang hal tersebut. Berdis-kusilah! Mungkin,
dengan melakukan diskusi-diskusi ringan, kamu akan menemukan
gagasan cerita atau informasi tambahan buat novelmu.
m
Hari 46
Buka draf naskah novel yang telah kamu tulis dan hitunglah berapa
halaman yang telah kamu tulis. Apabila kamu benar-benar memegang
komitmen buat menghasilkan tulisan paling sedikit satu hingga empat
halaman, atau sekitar 300 sampai 1.500 kata per harinya dan beberapa
halaman yang lebih banyak di akhir pekan, kamu mungkin udah mencapai
minimal 50 halaman. Atau, bahkan lebih?
Luar biasa! Ya, kamu udah melakukan hal yang sangat luar biasa.
Kamu udah menulis novel!
Nah, itu berarti,kamu udah saatnya memasuki tahap selanjutnya dari
program penulisan novel ini, yaitu meneruskan kembali novelmu hingga
selesai sambil melakukan perbaikan-perbaikan (proses editing) untuk
cerita yang telah kamu hasilkan.
Hari 47
KamU udah menemukan teman atau anggota keluarga yang bisa
diajak berdiskusi tentang ide dari novelmu itu? Hari ini, ajak teman atau
anggota keluargamu itu untuk melangkah lebih jauh, melibatkannya
dalam proyek penulisan novel pertamamu. Mintalah mereka membaca
draf novel yang telah kamu hasilkan!
Dua keuntungan yang bisa didapatkan dengan melakukan hal
tersebut. Pertama, novelmu adalah hasil karya yang akan dibaca oleh
banyak orang. Dengan melibatkan orang-orang terdekat sebagai
pembaca pertama draf novelmu, maka kamu akan mengetahui secara
langsung tanggapan mereka terhadap draf tersebut. Kedua, kehadiran
mereka akan membuka peluangmu buat melakukan diskusi atau tukar
pikiran yang lebih jauh tentang proyek yang sedang kamu kerjakan ini.
Kamu akan mendapatkan saran, masukan, bahkan kritikan positif yang
dikeluarkan secara jujur oleh mereka.
Mintalah orang lain untuk membaca draf novel yang telah kamu
hasilkan!
__f
Hari 48
Jangan ceritakan, tapi tunjukkan! Ya, kamu tuntun pembaca untuk
merasakan bagaimana karakter tokoh-tokoh ceritamu yang sebenarnya.
Menulislah secara detail tentang lokasi yang digunakan, pakailah bahasa
sederhana yang sehari-hari digunakan banyak orang, ajak pembaca buat
berimajinasi dan selama ini, kamu udah melakukan hal itu semua!
Persoalannya, walaupun kamu udah berusaha semampumu
menggarap novel pertamamu ini, biarkan imajinasi pembaca bergerak
sendiri buat menemukan ceritanya. Bila pembaca bisa tertawa, menangis,
marah, dan bahkan seolah-oleh mereka terlibat dalam ceritamu, itu berarti
kamu udah berhasil menyampaikan ide cerita melalui tulisanmu.
Bagaimana caranya? Kamu cukup melakukan hal tersebut dengan
melihat ekspresi dari mereka yang kamu pilih sebagai pembaca draf
novelmu. Sebaiknya, jangan kamu yang pertama kali mengajukan
pertanyaan, tapi biarlah pembaca draf novelmu yang memberikan
pernyataan terhadap alur cerita dalam novelmu itu.
Biarkan pembaca yang menilai karya novelmu!
Biarkan pembaca yang menilai karya novelmu!
Hari 49
Struktur kalimat yang baik adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
tata bahasa dan menggunakan kata yang sesuai dengan Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI).
Nah, sekarang kamu harus melupakan pernyataan itu! Tidak berarti
kamu benar-benar mengabaikan kaidah tata bahasa sama sekali, tetapi
berlakulah fleksibel atau berilah kelonggaran terhadap cerita novel yang
kamu buat.Sebab, pada saat ini,kamu bukan sedang menggarap sebuah
karya ilmiah, melainkan kamu sedang mengerjakan novel. Biarkan
bahasa atau percakapan sehari-hari menjadi percakapan atau dialog
dalam tokoh-tokoh ceritamu.
Dengan demikian, pembaca akan merasa nyaman dan dapat
langsung mengerti dengan apa yang kamu tulis dan ingin kamu
sampaikan dalam novelmu itu. Bahkan, kamu bisa menggunakan bahasa
daerah atau bahasa asing. Kalo perlu, kamu juga bisa memasukkan kata-
kata gaul yang sedang ngetren saat ini.
Hal ini dimaksudkan agar pembaca merasa dekat dengan cerita
novelmu. Dan dengan menggunakan bahasa sehari-hari, diharapkan
pembaca akan tahu kalo karakter ceritamu itu ada dalam kehidupan nyata.
Wah ... hebat, kan?
Namun, karena novel adalah bahasa tulisan dan bukan bahasa lisan
yang pengucapannya dilengkapi dengan ekspresi dari orang yang
berbicara,
kamu mesti memerhatikan betul penggunaan bahasa tersebut dalam
novelmu.
Cukup mudah untuk mengetahui apakah kamu udah pas
menggunakan kalimat tersebut atau bukan, yaitu baca keras-keras setiap
kalimat langsung dari draf novelmu. Lalu, tanyakan apakah kalimat
tersebut enak didengar? Apakah kalimat langsung yang kamu gunakan
nggak terkesan kaku? Apakah kata-kata yang dipergunakan sering
didengar orang lain? Apakah dengan menggunakan sebuah kata tertentu
nggak membuat pembaca bertanya-tanya?
Kalo kamu menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing, apakah
kata tersebut juga udah diketahui oleh umum? Seberapa pentingkah
bahasa daerah atau bahasa asing itu menjadi bagian dari novelmu?
Apakah lebih baik bahasa tersebut diganti dengan bahasa Indonesia aja?
Kalo harus menggunakan bahasa daerah atau bahasa asing, apakah
penggunaannya nggak mengurangi ketegangan cerita yang kamu
bangun? Dikhawatirkan, pembaca akan menghentikan rasa penasaran
untuk terus membaca novelmu karena mereka terlalu sibuk mencari arti
kata dari bahasa daerah atau bahasa asing yang kamu gunakan.
Baca keras-keras ceritamu! Hal ini sangat membantumu buat
menemukan mana kalimat janggal dan terdengar aneh.
Baca keras-keras ceritamu! Hal ini sangat membantumu buat
menemukan mana kalimat janggal dan terdengar aneh.
Hari 50
Kalo saat ini proyek novelmu sedang dalam tahap mengerjakan
puncak konflik (klimaks), perlakukanlah secara berhati-hati. Sering sekali,
penulis novel pemula membiarkan konflik yang biasa dan apa adanya
sehingga nggak meninggalkan bekas kepada pembaca. Bahkan, ada
pula yang menggarap konfliknya dengan terburu-buru.
Perlu dicatat, konflik adalah jantung dari cerita yang kamu buat.
Bahasa kerennya, konflik merupakan inti dari seluruh cerita. Dengan
demikian, tentu aja pembaca ingin mengetahui bagaimana inti cerita itu
disajikan oleh seorang penulis novel.
Kalo kamu menulis cerita tentang mencari orangtua kandung,
pembaca berharap bahwa kamu menyajikan saat-saat si tokoh bertemu
dengan sang orangtua, apa yang dialami oleh tokoh tersebut, termasuk
pergulatan batinnya. Dan, apa pula tanggapan sang tokoh ketika ia harus
menghadapi kenyataan kalo orangtuanya tersebut, ternyata nggak sesuai
dengan apa yang diharapkan olehnya.
Oleh karena itu, jadikanlah konflik sebagai kekuatanmu
menyampaikan tema besar yang ada dalam novelmu ini. Berikan porsi
atau bab tersendiri dalam novelmu untuk menceritakan tentang puncak
konflik, dan dalam bab lain, buatlah penyelesaian konfliknya (antiklimaks).
Jangan bernafsu buat mengakhiri atau mematikan tokoh ceritamu hanya
karena kamu nggak sabar mengolah konflik.
Konflik adalah jantung dari cerita yang kamu buat. Konflik merupakan
inti dari seluruh cerita.
Konflik adalah jantung dari cerita yang kamu buat. Konflik merupakan
inti dari seluruh cerita.
Hari 51
Duh, kamu masih bingung bagaimana membangun dan menuliskan
konflik dengan baik? Atau, kamu merasa kalo konflik yang kamu tulis
kesannya biasa aja? Atau, kamu merasa konflik kamu itu udah bagus
banget, tapi bingung menuliskannya?
Nggak apa-apa, namanya juga penulis pemula. Jadi, wajar dong, kalo
kamu belum piawai mengolah kata-kata menjadi kalimat yang
menggambarkan konflik ceritamu itu. Wajar dong, kalo kamu bingung dan
merasa bete karena hasil tulisanmu nggak sesuai dengan yang kamu
bayangkan. Uih ... sebel banget, kan?
Pokoknya, kamu jangan menyerah dan jangan putus asa dulu.
Perjuangan belum berakhir ... hehe he .... Kayak slogan tayangan teve aja.
Toh, sejak awal, kamu udah menyiapkan novel-novel yang menjadi
referensimu dalam menulis, bukan?
Baca kembali referensi novel tersebut, dan lihatlah bagaimana
mereka membangun konflik dan menyelesaikannya dengan baik.
Perhatikan seteliti mungkin setiap kata, kalimat, dan paragraf yang
Lihat, bagaimana penulis novel yang kamu kagumi itu
memperlakukan emosi setiap tokoh ceritanya ketika dalam suasana
konflik,
digunakan. Lihat, bagaimana penulis novel yang kamu kagumi itu
memperlakukan emosi setiap tokoh ceritanya ketika dalam suasana
konflik.
m
Hari 52
KamU udah bosen, jenuh, dan merasa semakin hari kemampuanmu
menulis semakin menurun? Jangan heran, ini penyakit yang nggak hanya
mendera para penulis pemula, mereka yang udah menulis puluhan novel
pun kadang merasakan hal yang sama. Yang membedakan, mereka bisa
mengatasi penyakit itu dan menyelesaikan tulisannya.
Eh, kamu tahu nggak, biasanya penyakit yang paling sering muncul itu
adalah penyakit jumlah halaman. Ya, kamu begitu bete banget gara-gara
udah berminggu-minggu nulis jumlah halaman, tapi yang kamu dapatkan
hanya puluhan lembar. Dan kamu selalu bertanya, "Kapan selesainya?".
Tenang, jangan panik dan jangan buru-buru meninggalkan proyek
pertamamu ini. Coba, buka komputermu dan hitung kembali berapa
halaman yang telah kamu hasilkan hingga hari ini. Mungkin, memang
udah saatnya mengakhiri cerita novelmu. Pasalnya, sejumlah penerbit
menerapkan kebijakan yang beragam untuk menerbitkan naskahnya.
Salah
satunya, berkaitan dengan jumlah halaman.
Kalo kamu udah mendapatkan jumlah 80 sampai 100 halaman
dengan 1,5 spasi, maka kamu udah bisa mengakhiri novelmu. Jumlah
seperti itu udah cukup, kok, buat diajukan pada penerbftHan tetapi, kamu
me! awal, kamu punya komitmen untuk menyelesaikan proyek pertama
menulis novelmu itu. Jadi, kalo penyakit halaman ini muncul, kamu mesti
cukup tangguh buat mengatasinya. Mungkin, kamu hanya dapat satu
halaman atau bahkan satu paragraf, tapi itu udah lebih baik daripada
nggak menulis apa-apa.
sejak
Hari 53
Oke, sekarang saatnya kamu menyelesaikan akhir cerita novelmu itu.
Bagian akhir nggak kalah pentingnya buat sebuah novel. Karena seperti
yang telah kamu ketahui ketika membahas soal konflik bagian akhir
sebuah novel merupakan bagian konflik itu diselesaikan atau anti-
klimaks.
Sering sekali penulis novel menggunakan rumus dalam cerita
detektif, yaitu untuk mengetahui siapa pembunuh dan motif si pelaku,
maka bacalah di bagian akhir cerita tersebut. Rumus ini bisa kamu pakai
buat menjawab semua pertanyaan dan rasa penasaran pembaca yang
telah kamu sajikan di permulaan dan pertengahan cerita novelmu. Beri
kepuasan kepada pembaca buat mengetahui sesuatu yang menjadi
alasan mereka membaca novelmu sejak halaman pertama.
Kamu bisa memunculkan beberapa draf alternatif yang bisa kamu
pilih sebagai cerita untuk mengakhiri novelmu.Beberapa draf ini sangat
membantumu untuk melengkapi bagian-bagian novel yang telah kamu
susun sebelumnya. Pastikan, pilihanmu adalah pilihan terbaik buat
menyelesaikan novelmu.
Hari 54
Ada penulis novel yang membuat akhir cerita novelnya dengan akhir
(ending) cerita yang menggantung, berakhir bahagia (happy ending), atau
berakhir dengan kesedihan (sad ending).
Tentukan, model akhir cerita seperti apa yang ingin kamu pilih!
Di antara ketiga jenis ending yang tadi
Rumus dalam cerita detektif, yaitu untuk mengetahui siapa pembunuh
dan motif si pelaku, maka bacalah di bagian akhir cerita tersebut.
_9
disebutkan, ending yang menggantung akan menempatkan serta
membiarkan pembaca menentukan sendiri ke arah mana cerita ini akan
bermuara. Apakah akan berakhir bahagia atau berakhir dengan
kesedihan? Apakah ceritanya semakin berkembang atau berakhir begitu
aja? Apakah akan memunculkan konflik baru atau nggak? Semua itu
terserah kepada pembaca. Model seperti ini juga menguntungkan kamu
buat menulis lanjutan novelmu di buku yang berbeda.
Akan tetapi, model seperti ini juga memiliki kelemahan. Kaio ending
yang menggantung, bila nggak digarap dengan baik, akan menjebak
cerita novel yang telah susah payah kamu buat menjadi cerita yang
membosankan, menjemukan, dan nggak jelas mau dibawa ke mana
ceritanya.
Oleh karena itu,bila seseorang mutusin buat membaca sebuah cerita
novel sampai halaman akhir, ia akan mengharapkan akhir cerita yang
udah tentu seenggaknya sesuai dengan dugaan sang pembaca. Paling
nggak, cerita itu nggak menyisakan ruang kosong yang menyebabkan
pembaca bertanya-tanya; entah nasib sang tokoh, konflik, bahkan
ceritanya itu.
Mau bikin bagian akhir novelmu menggantung? Mari, kita sama-sama
lihat bagaimana Novia Syahidah mengakhiri novel Di Selubung Malamnya.
Tentukan, model akhir cerita seperti apa yang ingin kamu pilih!
Jamanik menatap kertas di tangannya dengan mata kabur. Genangan
di pelupuk matanya nyaris menitik seandainya ia tak cepat-cepat
mengusapnya. Dengan perasaan yang sulit diartikan, kembali diejanya
kata demi kata, kalimat demi kalimat yang tertera di kertas itu. Ia seakan
tak yakin bahwa di dalam surat itu tersirat sebuah harapan baginya,
harapan untuk bisa bertemu lagi dengan Baiq Mandalika suatu saat kelak.
Kak Jamanik ....
Meskipun saya harus pergi jauh ke negeri yang entah ada di mana,
namun sesungguhnya hati saya tetap ada di Lombok.Tak ada yang
mampu menukar kecintaan seorang putri Sasak terhadap tanah Lombok
ini, kecuali ketentuan dari Yang Maha kuasa. Dan sejauh-jauhnya langkah
ini terayun, saya berharap suatu saat nanti akan kembali berpijak di sini.
Saya akan tetap berdoa untuk Kakak.Meski jasad Kakak terpenjara,
semoga hati Kakak tetap bisa bebas mengembara, mencari kedamaian
dan kecintaan dari-Nya. Sungguh, saya percaya bahwa Kak Jamanik
sangat ikhlas menjalani suratan nasib, dan semoga keikhlasan itu
diturunkan pula oleh Allah ke
dalam hati saya selama berada di rantau yang jauh. Hingga saya
yakin bahwa di mana pun kita berada, sesungguhnya rid-ha dan rahmat-
Nya adalah yang paling berharga.
Jamanik mendekap surat itu ke dadanya. Terngiang kembali ucapan
Tuan Guru Zainuddin beberapa waktu sebelum ia mendekam di penjara
ini.
"Aku tahu kau menyukai gadis bernama Mandalika itu, Jamanik. Tapi
kau juga harus ingat satu hal, selagi dia belum menjadi bagian yang sah
dalam hidupmu, kau tidak boleh larut dalam perasaan itu. Kau harus bisa
menjaga agar hatimu tidak merana dalam angan-angan, tidak berharap
yang muluk-muluk, dan tidak berkhayal yang bukan-bukan. Percayalah,
jika Allah memang sudah takdirkan dia menjadi pendampingmu, kelak
Allah akan mengantarkannya ke sisimu."
Jamanik menghela napas dalam. Kembali ditatapnya lembaran surat
di tangannya. Ia yakin, kalimat-kalimat dalam surat itu ditulis Baiq
Mandalika dengan segenap perasaan dan kejujuran. Kalimat yang
membuatnya juga yakin bahwa suatu saat nanti, gadis itu pasti akan
kembali ke Lombok. Meski entah kapan ....
Hari 55
Pastikan novel yang telah kamu tulis memiliki penyelesaian cerita
yang baik. Baik, bukan berarti paling bagus dan sempurna. Seenggaknya
yang dimaksud baik di sini adalah kamu telah menyelesaikan novelmu
secara utuh. Bab atau paragraf terakhir yang telah kamu tulis itu memang
benar-benar untuk menutup cerita novelmu dan nggak membuat pembaca
bertanya-tanya tentang novel tersebut.
Pasalnya, penutup cerita ibarat kesimpulan dari semua pergulatan
karakter, tokoh, dan ide cerita novelmu. Selain itu, kata "penutup" juga
berarti akhir dari cerita yang kamu buat.
Kemudian,tanyakan apakah kamu nggak terlalu terburu-buru menutup
cerita novelmu itu?
Apakah ketika membacanya, kamu mendapatkan bahwa penutup
cerita novelmu memang berkaitan erat dengan bab-bab sebelumnya?
Apakah nggak ada konflik yang tertinggal untuk diselesaikan dalam
penutup novelmu?
Mungkin,kamu memerlukan bantuan orang lain untuk mengetahui
pendapat mereka mengenai akhir cerita yang kamu buat. So, jangan tunda
lagi, lakukanlah! Pintalah pendapat mereka tentang akhir ceritamu. Toh,
sejak awal kamu udah melibatkan ora-
Akhiri cerita novelmu dengan baik. Lalu, bacalah bagaimana penulis-
penulis novel favoritmu mengakhiri cerita mereka. Kamu akan
menemukan cara yang baik mengakhiri cerita dalam novelmu!
ng lain sebagai pembaca draf novelmu, bukan?
Akhiri cerita novelmu dengan baik. Lalu, bacalah bagaimana penulis-
penulis novel favoritmu mengakhiri cerita mereka!
Hari 56
Sekarang, kamu udah menyelesaikan cerita novelmu. Nah, udah
saatnya kamu beralih pada judul, baik judul besar novelmu maupun judul-
judul kecil yang memisahkan bagian-bagian cerita dalam novelmu.
Judul memiliki peran penting bagi ceritamu. Selain nama pengarang
dan cover (sampul buku) seandainya novelmu diterbitkan maka judul yang
menarik, unik, dan anehlah yang menyebabkan banyak orang
memutuskan membaca sebuah karya. Begitu juga dengan para editor
yang bekerja di penerbitan buku. Karenajudul bagi editor merupakan nilai
jual cerita novelmu di pasaran.
Bagi kamu yang memutuskan untuk membuat judul setiap bab atau
setiap episode ceritamu, maka buatlah judul itu semenarik mungkin.
Seenggak-nya ketika kamu memilih kata atau rangkaian kata, ada
keyakinan kalo judul itu adalah pilihan yang terbaik.
Buatlah judul semenarik, seunik, dan seaneh mungkin!
Selain itu, judul juga menggambarkan isi dari keseluruhan cerita
novel. Kadang hanya membaca judul, seseorang bisa mengetahui jenis
atau genre apa novel tersebut. Seandainya ada dua judul novel, Aku dan
Titip Rindu Buat Ibu, judul yang kedua ini jauh lebih menarik dibandingkan
judul pertama.
Helvy Tiana Rosa dalam bukunya Segenggam Gumam (Syaamil,
2DD4) memberikan penekanan terhadap pemilihan judul: "Judul yang
baik dan menarik haruslah yang membuat pembaca tertarik dan ingin
tahu. Tetapi di sisi lain, judul juga harus mampu menggambarkan cerita
secara keseluruhan."
Lalu, bagaimana dengan judul novelmu?
Buatlah judul semenarik, seunik, dan seaneh mungkin!
Hari 57
Nggak terasa kamu udah memasuki minggu kesembilan, bukan?
Dan, kamu udah menyelesai-kan novel pertamamu itu. Atau, kamu udah
dalam tahap akhir menyelesaikan cerita? Wah ... luar biasa, bukan?
Kaio udah selesai, kamu mesti membaca cerita novel yang telah
kamu buat sekali lagi. Dengan membaca ulang, kamu bisa memastikan
bahwa
nggak ada bagian-bagian tertinggal dari cerita novel tersebut.
Tentu, kamu akan menemukan kekurangan mungkin dialognya,
penggunaan kalimat atau kata, penggarapan seting tempat, atau data-
data lainnya. Tetapi untuk saat ini, yang perlu kamu perhatikan ketika
membaca ulang itu, adalah cerita yang kamu buat udah utuh, baik itu
permulaan, pertengahan, maupun akhir cerita.
Kalo kamu udah membaca ulang, cetaklah novelmu di kertas dan
berikan tanda-tanda atau kode tertentu yang menunjukkan kekurangan
tersebut. Hal ini akan membantu kamu lebih mudah menemukan bagian
mana yang mesti kamu perbaiki bila sedang melakukan proses
pengeditan.
Hari 58
Sekarang, novel pertamamu udah selesai dan udah dicetak di kertas.
Lalu, apa yang selanjutnya harus kamu lakukan? Tinggalkan! Ya,
tinggalkan novelmu! Biarkan novelmu mengendap buat beberapa lama.
Jangan menyentuhnya dan jangan membacanya sama sekali, bahkan
nggak untuk satu kalimat pun!
Cetaklah novelmu di kertas dan berikan tanda-tanda atau kode
tertentu yang menunjukkan kekurangan dalam novelmu.
Izzatul Jannah penulis novel Gadis Daiam Kaca (D&D Publishing,
2003) perlu beberapa minggu untuk mengendapkan novel yang telah ia
selesaikan. Begitu juga dengan Pipiet Senja, Novia Syahidah, Zaenal
Radar T., dan penulis-penulis lainnya. Bahkan, Pipiet Senja setelah
menyelesaikan novel dalam dua minggu, ia memerlukan waktu yang
sama untuk mengendapkan novel tersebut.
Proses pengendapan ini sangat membantumu untuk sejenak
mengalihkan perhatian dan mengistirahatkan otakmu. Dengan demikian,
ketika saat melakukan proses editing naskah, kamu akan mendapatkan
tenaga, pikiran, dan semangat yang masih baru (fresh).
Setiap penulis memiliki rentang waktu yang berbeda buat melakukan
proses ini. Ada yang satu minggu, satu bulan, berbulan-bulan, dan ada
juga yang per tahun. Untuk kamu ... hmmm, dua minggu tampaknya waktu
yang cukup, deh, untuk mengendapkan novelmu itu.
Hari 59
Hdfi ini, kamu nggak mengerjakan apa pun yang berkaitan dengan
pengerjaan novel. Ya, kamu masih dalam masa melakukan
pengendapan. Banyak hal
yang bisa kamu lakukan, jalan-jalan atau membaca buku. Tapi,
pernah kamu berpikir buat bergabung dengan kelompok atau komunitas
kepenulisan?
Saat ini, banyak kelompok dan komunitas yang kegiatannya nggak
terlepas dari hal-hal yang berkaitan dengan kepenulisan. Banyak manfaat
yang bisa kamu dapatkan. Dengan bergabung di kelompok atau
komunitas kepenulisan,kamu bisa bertukar pikiran, berdiskusi, atau
mendapat wawasan dari para penulis lain.
Kamu bisa mendengarkan pengalaman para penulis ketika
mengerjakan dan menghasilkan novelnya. Kamu juga bisa mendapatkan
informasi acara, workshop, seminar, pelatihan, dan kegiatan-kegi atan
lain yang berkaitan dengan kepenulisan.
Hal ini penting banget karena dengan ikut bergabung dalam
komunitas kepenulisan, kamu bisa tahu rahasia menembus penerbit. Ya,
kamu bisa belajar dari para penulis senior yang udah menerbitkan
bukunya. Kamu bisa bertanya seluk-beluk dunia penerbitan. Informasi ini
sangat membantu kamu apabila naskah novel pertamamu itu ingin kamu
terbitkan.
Pokoknya, banyak banget, deh, manfaatnya kaio kamu gabung
dengan kelompok atau komunitas yang isinya para penulis.
So, gaul dong, dengan sesama penulis!
Bergabung di kelompok atau komunitas kepenulisan, kamu bisa
bertukar pikiran, berdiskusi, atau mendapat wawasan dari para penulis
lain.
Hari 60
KamU, kan, sedang menunggu masa pengendapan itu berakhir.
Berikut ini beberapa hal yang kudu dan wajib kamu lakukan apabila masa
pengendapan itu berakhir:
• Membaca kembali naskah novelmu. Temukan hal-hal yang
menurutmu janggal sehingga perlu ditulis ulang kembali, atau sesuatu di
bagian ceritamu yang perlu mendapatkan porsi penceritaan jauh lebih
baik, atau perlu dihilangkan sama sekali;
• Melakukan proses editing, baik cerita maupun penggunaan kata.
Memeriksa titik, koma, tanda seru,atau simbol-simbol yang kamu
gunakan;
• Memastikan bahwa novelmu memiliki permulaan. Bagian tersebut
mulai mengenalkan tokoh dan gagasan cerita, suatu pertengahan saat
terdapat konflik cerita, dan bagian akhir saat konflik itu diselesaikan;
• Sekali lagi ajak saudara, teman, sahabat, dan bahkan kalo perlu,
guru kamu di sekolah buat membaca novelmu.Pintalah saran dan kritik
mereka. Dengarkan dan pertim-
bangkan untuk memperbaiki novelmu berdasarkan kritik dan saran
mereka;
• Jangan terlalu puas dengan hasil yang kamu dapat. Banyak penulis
novel yang melakukan revisi demi revisi. Semua itu dilakukan mereka
untuk menghasilkan sebuah karya yang terbaik. Memang, nggak ada karya
yang sempurna,tapi apa salahnya kalo kamu mencoba untuk menjauhi
batas ketidaksempurnaan;
• Kalo poin-poin tersebut udah benar-benar kamu lakukan, cetaklah
kembali novelmu dengan rapi biasanya menggunakan margin kanan 4
cm, kiri 3 cm, atas 4 cm, bawah 3 cm,dan menggunakan spasi 2 atau 1,5.
Lalu, berilah sebuah pengantar dan sinopsis atau ringkasan cerita. Nggak
lupa, lampirkan biodata singkat yang menjelaskan siapa kamu dan
prestasi yang telah kamu capai. Setelah semua itu selesai, kirimlah ke
penerbit!
Sambil menunggu proses penilaian dari redaksi penerbit atas
novelmu, sebaiknya kamu mulai lagi menggarap novel yang kedua!
Mulailah dari hari pertama dan seterusnya!
Ternyata, menulis novel itu mudah, kan? Selamat, kamu telah
berhasil membuat novel!
Memoarku yang Pertama
Suka duka Pipiet Senja dalam menulis novel
Saya pernah mengalami in-coma. Selama dua puluh satu hari, saya
sempat berada di ruang isolasi; antara eling dan nggak eling. Hanya
Kuasa Allah lah yang telah menarik "pulang" ruh si sulung ini pada
pangkuan keluarganya.
Tatkala hati sudah sumerah, pasrah lillahita'-ala jika memang Dia
menghendaki ruh ini kembali ke-pada-Nya, ternyata Allah mengabulkan
doa panjang kedua orangtua dan enam saudara saya.
Pada 1978, bulan Ramadhan memasuki pekan kedua, saya ceritanya
mondok di sebuah pesantren kawasan Rangkasbitung.Malam itu, mak
menginap di kobong bersama saya. Mak menceritakan kesedihannya
bahwa rumah kami di Cimahi akan diambil oleh rentenir karena mak
menunggak pinjaman uang.
Tanpa berpikir panjang, hanya karena merasa iba melihat ibu tercinta
berurai air mata, saya menyanggupi buat membantu. Maka,saya segera
sibuk merapikan bundelan naskah yang selalu saya simpan di antara
tumpukan pakaian di tas. Bundelan naskah itu berupa catatan harian yang
belum sempat dimasukkan dalam buku harian.
Kemudian, saya mengetiknya. Sepanjang ma-
lam itu, diselingi shalat Tahajud. Saya mengetik mengetik, dan terus
mengetik. Beberapa kali mak terbangun. Beliau mengingatkan saya agar
istirahat.
Namun, kemudian mak ikut bergabung bersama saya. Kami pun
shalat Tahajud bersama. Memohon langsung kepada Sang Pemurah
agar kami diberi jalan keluar dan diberi kemudahan untuk mendapatkan
rezeki yang halal. Amiiin ....
Saya naik kereta dari Stasiun Rangkasbitung menuju kota. Meskipun
kereta pertama, tetaplah penuh sesak. Para penumpang dicampur
dengan bakul ikan pindang, kaleng kerupuk, duren, pete. Baunya itu, lho ...
luar biasa, pusiiing ...!
Saya berzikir sepanjang jalan walaupun hati tetap kebat-kebit.
Bagaimana caranya menjajakan naskah yang belum jadi ini? Ya, tentu
saja, naskah ini belum jadi. Lha wong, baru ditik tadi malam! Hasil
begadang sepanjang malam itu berupa tematik dan prolog. Sembilan
halaman kertas ukuran folio. Tak kurang, tak lebih!
Bahkan,setibanya di stasiun kota, saya masih deg-deg-plas. Ke mana
sebaiknya naskah ini dijajakan? Namun, saya tetap punya keyakinan
akan ke-murahan-Nya. Di musala stasiun kota itu, saya menyempatkan
diri shalat Dhuha dua rakaat.
Agak lama, saya tepekur, berdoa panjang. Saat keluar dari musala,
ide itu muncul begitu saja. Saya teringat kepada seorang rekan sesama
pengarang. Dia lebih senior daripada saya. Kami suka berkorespondensi.
Dia pernah bilang, di tempatnya bekerja sedang dibuka usaha
penerbitan buku.
Macam-macam bukunya, seperti buku ilmiah, fiksi, sastra, dan
sebagainya.
Berbekal keyakinan akan kemurahan Allah Swt, ditambah mental
badak, barangkali, ya?Akhirnya, ke situlah langkah saya diayunkan.
Ketika sampai di depan resepsionis, saya diberi tahu bahwa senior
itu telah lama hengkang dari penerbitan tersebut. Ups, beberapa saat,
saya hanya ceiingak-ceiinguk di lobi yang sejuk ber-AC wangi itu. Sampai
kemudian, ada seorang wartawati yang mengenali saya. Dia mengajak
saya ke lantai empat untuk dikenalkan kepada Aristides Katoppo,
atasannya. Di ruangan nyaman itu, ternyata sudah ada dua senior, yakni
Leon Agusta dan Sutardji Calzoum Bachri. Mereka pun baru memberikan
naskah buat diterbitkan.
"Hei, apa kabar Pipiet Senja? Mana Pipiet Malamnya?" Sutardji
berseloroh.
Alhamdulillah, dia masih mengenali saya. Beberapa bulan
sebelumnya, dia Leon Agusta dan sejumlah senior dari Jakarta memang
pernah mampir ke rumah saya, mengikuti acara lesehan kepenulisan
yang diselenggarakan Forum Penyair Bandung. Beruntung, kali ini kedua
senior itu sama sekali nggak bertampang "perang".
Perlu kamu tahu, sejak dekade 70-an, ada semacam Jakartasentris
di kalangan sastrawan kita. Artinya, para sastrawan yang bermukim di ibu
kota, kebanyakan "galak-galak" terhadap rekannya di daerah. Entahlah,
kenapa begitu, tanyakan saja pada ... rumput yang bergoyang!
Saya serahkan sembilan halaman yang diklip dalam map itu kepada
Pak Aristides Katoppo. Untuk beberapa saat, saya mencoba
mempresentasikan buku yang akan saya garap tersebut. Selesai itu, saya
mencoba mengetuk hati mereka. Terpaksa, walaupun dengan menahan
rasa malu tak terhingga, saya paparkan juga sekilas tentang kesulitan
yang sedang saya alami. Terutama, tentang utang bekas biaya
pengobatan saya.
"Buku ini semacam memoar, catatan kehidupan saya seorang
penderita kelainan darah bawaan yang secara berkala harus ditransfusi,
sering ngedrop hingga sekarat
"Saya baru membuat prolognya, insya Allah akan saya rampungkan
secepatnya
"Mmmm ... masalahnya adalah ... mmm, jujur saja saat ini, saya lagi
butuh banget uang ....Rumah kami akan diambil rentenir karena
menunggak pinjaman .... Ibu saya meminjam uang dari rentenir setahun
yang lalu
"Semua itu terpaksa dilakukan ibu saya demi mengobati putrinya ini
"Mmmm ... kalo bisa, honornya ingin saya minta duluan sekarang juga
Beberapa saat, mulut saya terkatup rapat. Kedua senior seketika
memberi dukungan simpati, bahkan seolah-olah begitu akrab dengan
saya. Intinya, mereka mendorong direktur penerbitan itu agar segera
membantu kesulitan saya. Oh ... oooh ... inilah solidaritas antarseniman.
Jadi, image Jakarta-sentris atau senioritas itu ... raib seketika!
"Oke ... oke ... berapa yang Anda butuhkan?" tanya Aristides, bahkan
hanya sepintas lalu saja mencermati naskah saya.
"Mmmm ... bisakah 250 ribu?"
"Baik, bisa. Ini saya bikinkan memonya." S re t, s re t, s re t ... tanda
tangan, eh, paraf di atas memo!
Berbekal secarik rekomendasi dari Aristides itu, saya mencairkannya
di bagian keuangan. Saya langsung menandatangani kontrak segala.
Serasa mimpi saja, saat Bondan Winarno menjelaskan jumlah
honorarium yang berhak saya terima. Satu juta, katanya.
Saat keluar melalui lift dengan 250 ribu. Subhanallah, nggak bisa
saya lukiskan bagaimana mengharubirunya hati ini. Saya berlari mencari
suatu sudut untuk bersujud syukur. Alhamdulillah, jerit saya berulang-
ulang dalam hati. Nggak henti-hentinya, saya mengucapkan terima kasih
kepada Sang Maha Pemurah. Air mata membasahi pipi saya yang pucat.
Inilah honorarium terbesar ketiga yang pernah saya terima. Usia saya
masih 22 tahun. Saya masih sangat muda untuk mampu menghasilkan
uang satu juta rupiah. Bila dibandingkan dengan penghasilan kebanyakan
pegawai atau karyawan biasa kala itu.Kalau tak salah, gaji bapak sebagai
seorang perwira menengah sekitar 100 ribuan.
Saya kembali ke stasiun kota, lalu shalat Zuhur di musala. Keluar dari
musala, barulah terasa perut keroncongan. Sahurnya hanya dengan
sema-
ngkuk mi instan dan sebutir telur. Duh, Gusti... jerit saya dalam hati.
Terasa lemas sekali dibarengi keringat bercucuran membasahi sekujur
tubuh yang terbalut kemeja kedombrangan dan celana jins belel. Padahal,
di ruang kerja Aristides, saya sempat ditawari minuman, tapi saya
menolaknya dengan halus. Mungkin, dia nggak tahu kalau saya berpuasa.
Entahlah ....
Kereta /angsam yang menuju Rangkasbitung akan berangkat. Sesaat
hati sempat sabii. Apakah saya harus membatalkan puasa karena rasa
lelah dan lemas yang nyaris nggak tertahankan ini? Saya lantas berpikir,
apakah itu karena saya memiliki uang banyak dan masih ada lagi tiga
perempatnya hingga seluruh energi habis terkuras? Lantas, saya ingin
membatalkan puasa dengan makan-makan dan minum di tengah hari
bolong? Astaghfirullah, mohon berilah kekuatan-Mu, Ya Rabb\
Hujan lebat, petir saling menyambar di atas kereta yang bergerak
bagai siput. Kereta sempat mogok tepat di atas jembatan yang tinggi
kecuramannya luar biasa di mata saya. Saat saya melongok ke luar
jendela yang tiris oleh curah hujan. Masya Allah! Tangan-tangan Malaikat
'Izrail seakan sedang siap mencabut nyawa para penumpang kereta
/angsam petang itu. Lantas ... Allahu Akbar, Allahu Akbaaar...!
Ya, akhirnya suara azan magrib sayup-sayup terdengar dari surau di
pinggir rel kereta. Bersama para penumpang Muslim lainnya, saya pun
berbuka dengan penganan yang dibeli dari nyai-nyai kue
baskom.Kue-kue kampung itu terasa amat lezat dan nikmat bagi
orang yang baru berbuka puasa. Alhamdulillah, nikmat-Mu ini, Ya Rabb!
Sepanjang perjalanan, saya merasakan kesakitan luar biasa pada
bagian perut. Ya, limpa saya ngamuk rupanya. Saya meringkuk di sudut
bangku panjang sambil merasakan sakit nggak teperi. Saya cuma bisa
meneteskan air mata. Berzikir sebanyak-banyaknya. Pasrah, tawakal, dan
berserah diri kepada Sang Pencipta. Saya pikir, kalaupun memang harus
pergi juga saat ini .... Ya Allah, tolong jangan biarkan bibir saya jauh dari
asma-Mu.
Demikianlah di balik cerita memoar pertama saya, Sepotong Hati di
Sudut Kamar (Sinar Kasih, 1979).
Akhirnya, saya ambruk juga dan diboyong mak kembali ke RS Dustira,
Cimahi. Karena sudah terikat janji dengan penerbit meskipun terbaring
sakit saya tetap berusaha keras merampungkannya. Mesin tik yang dibeli
dari pasar loak itu nggak pernah jauh-jauh dari ranjang. Begitu para suster
dan dokter lengah, saya akan "taktek-tok" mengetik. Kalau ada pasien
mengeluh, biasa-nya kuboyong "si Denok" ke kamar mandi, dan berjam-
jam saya pun menulis di situ.
"Jangan memaksakan diri, Bapak nggak izinkan kamu mengetik
dulu!" ayah saya akhirnya mengamankan "si Denok" dari jangkauan saya.
"Aduuuh, nggak bisa begitu atuh, Bapak!" protes saya panik sekali.
"Kan, kata Bapak, kita harus selalu amanah dengan kepercayaan orang
"Itu betul, tapi bukan begini caranya. Kelakuanmu seperti ini, malah
hanya akan memperlama kesembuhanmu. Kamu ini lagi komplikasi. Apa
mau seperti dulu lagi ... masuk ke ruangan isolasi?"
"Yeee ... jangan atuh, Bapak! Teteh mah da mau sembuh, hiksss
Saya jadi sesenggukan, merasa nggak berdaya. Tangis saya baru
berhenti ketika melihat benda mungil di tangan Bapak.
"Apa itu?" tanya saya ingin tahu.
"Tape recorder, Teteh, kemarin saya yang belinya disuruh Bapak,"
adik saya, En, yang menjawab.
Otak saya sekejap berputar. Apa pikiran saya sama dengan Bapak?
"Sekarang, ayo, omongkan saja semua yang mau kamu tulis!"
saran bapak sambil menyodorkan tape recorder mini. Oh, benar saja!
Mau nggak mau, saya mengikuti gagasan bapak yang juga adalah
titahnya, dan sama sekali nggak bisa dibangkang lagi. Mulailah saya
ngomong, ngomong, dan ngomoooooong .... Adik saya, En, yang ngebut
mengetikkannya. Hasilnya, ... sungguh menyebalkan! Nggak keruan!
"Mana paragraf, mana dialog, ini bukan titik, seharusnya koma ...
aduuuuh!"
"Yeeeh ...,si Teteh mah bukannya terima kasih udah dibantuin juga!"
En manyun hebat.
"Bukan begitu,eh ... iya, makasih mah makasih, tapi ini ... apaan?!"
"Kerjain aja sendiri!" adik saya yang manis
ngacir, nggak sudi membantu lagi.
Begitu sudah sembuh, saya mengetik ulang hingga merasa puas dan
pede buat diserahkan kepada penerbit.
Sepotong Hati di Sudut Kamar, itulah satu-satunya karya saya yang
pernah melakoni berbagai peristiwa; sakit, air mata, kepedihan,
pembangkangan terhadap dokter, ribuan pil, injeksi, transfusi .... Apa pun
itu, begitu banyak ibrah yang saya dapatkan. Bila mengingatnya kini, ketika
saya sudah melahirkan puluhan buku ... subhanallah ....
Nikmat dan berkahnya sungguh tak termaknai!
Tentang Tujuh Tahap Penting
Proses kreatif Novia Syahidah ketika menulis novel Di Selubung
Malam
Novel Di Selubung Malam itu, saya tulis sekitar Juni-Juli 2003,
sepulang saya dari NTB. Mungkin, mereka yang udah biasa membaca
tulisan-tulisan saya yang lain, nggak akan heran lagi kenapa saya menulis
novel dengan latar Lombok-Sumbawa. Karena memang sejak awal, saya
menekuni dunia kepenulisan fiksi dan saya lebih suka mengangkat tema
budaya dan daerah. Bukan buat gaya-gayaan atau ingin tampil beda dari
teman-teman penulis muda lainnya, melainkan karena kecenderungan
semata.
Menulis adalah panggilan jiwa yang nggak bisa direkayasa, apalagi
dipaksakan. Jadi,wajar kalo kita menemukan seseorang yang memilih
spesifikasi berbeda dalam tema, alur, dan pasar tulisan, dibandingkan
penulis yang lain. Sebab, setiap orang memiliki kecenderungan, pola pikir,
bakat, kesenangan, dan lingkungan yang berbeda-beda pula.
Bagi saya, sebelum orang lain bisa menikmati tulisan saya, maka
saya harus terlebih dahulu bias menikmatinya. Dan, ketika membaca
tulisan saya yang bertema budaya kedaerahan inilah, saya me-
rasa sangat menikmatinya dibandingkan tulisan-tulisan saya yang
lain.
Lalu, bagaimana proses kreatif terciptanya novel Di Selubung Malam
tersebut?
Nggak lari dari kalimat pertama saya tadi, lahirnya novel ini jelas
dilatarbelakangi perjalanan saya ke NTB pada Mei 2003. Banyak catatan
dan cerita menarik yang saya kantongi sepulang saya dari sana.
Namun demikian, bukanlah hal yang gampang menyorot sesuatu
yang berada di luar lingkungan keseharian kita. Saya tetap harus (sangat)
berhati-hati dalam memilih persoalan yang akan diangkat menjadi konflik
cerita. Unsur SARAyang begitu sensitif adalah pertimbangan terberat buat
saya. Padahal, bisa jadi, inilah hal yang sangat perlu disorot, sekaligus
sangat rawan pula buat disinggung.
Namun, seorang penulis tentulah punya kiat tersendiri agar masalah-
masalah semacam itu nggak menjadi kendala dalam menuangkan ide-
idenya. Kehalusan bahasa, kepekaan rasa, serta kepiawaian dalam
menjalin cerita adalah modal utama buat mengatasi semua itu.
Intinyajangan memosisikan diri sebagai hakim yang menentukan
salah atau benarnya sesuatu, tapi jadilah sahabat yang bersifat mengajak
buat melihat sesuatu dari kacamata objektif, serta memberikan banyak
perbandingan. Setelah itu, biarkan pembaca yang menilainya.
Untuk novel Di Selubung Malam, saya memilih tema paling populer di
daerah Lombok, yaitu ten-
tang adat dan budayanya yang unik dan cukup rumit. Sebab, buat
menulis sebuah novel dengan latar daerah tertentu, kita memang dituntut
buat mengangkat tema yang khas dan berkaitan erat dengan daerah
tersebut. Ini semua buat menghindari kesan "tempelan" terhadap latar
yang kita ambil. Dengan demikian, cerita novel tersebut akan memiliki
kekuatan secara emosional dan menyatu dengan logika pembaca.
Namun, meskipun temanya masalah adat dan budaya, sebenarnya
puncak konflik dalam novel tersebut adalah masalah perjudian yang
berbuntut perkosaan dan pembunuhan. Tentunya, ini sah-sah aja karena
yang terpenting adalah menyatunya konflik, tema, dan latar secara padu
sehingga pembaca bisa merasakan aroma lingkungan cerita yang kita
bangun.
Lalu, tahap-tahap penting apa aja yang saya lakukan dalam
menyelesaikan novel ini?
Pertama, memilih latar atau seting cerita. Seperti kebiasaan saya
selama ini, saya lebih suka memilih latar cerita terlebih dahulu sebelum
menulis sebuah cerita. Sebab, dengan mengetahui daerah yang akan
dijadikan latar itulah, saya bisa mempelajari hal-hal penting yang bisa
saya garap. Jadi, dengan sendirinya, mencari referensi sebanyak mungkin
tentang daerah yang akan dijadikan latar cerita merupakan pekerjaan awal
bagi saya.
Kedua, saya baru memilih tema atau ide cerita. Biasanya, setelah
saya mempelajari latar sebuah daerah, saya akan bisa menentukan, apa
bagian
paling menarik dari daerah tersebut. Dan, bagian tersebut, tentunya
harus berkaitan erat dengan adat dan budaya daerah setempat. Sebab,
tema dan latar adalah dua unsur yang harus saling mengikat buat
menciptakan nuansa khas daerah tersebut.
Ketiga, merupakan tahap pengumpulan referensi tambahan.
Referensi mengenai latar aja tentu belum cukup. Kita perlu mencari
referensi lain yang berhubungan dengan cerita yang akan kita bangun.
Sebab, dalam sebuah novel, sering sekali dijumpai beberapa tema atau
konflik tambahan. Tema atau konflik tambahan itu nggak berkaitan
langsung dengan tema utama, namun sangat diperlukan buat
menguatkan alur cerita. Kaio tema atau konflik tambahan tersebut di luar
pengetahuan kita,di sini tentu juga diper-lukan referensi tambahan.
Keempat, mulai menulis. Ketika semua bahan referensi udah siap,
tema dan konflik juga udah dipilih, barulah saya mulai menulis. Dengan
lengkapnya bahan yang akan digarap, akan sangat melancarkan saya
dalam menulis. Bagaimana bentuk alur cerita yang akan dibangun, itu
sama sekali belum terpikirkan sebab saya selalu memulai dari hal-hal
yang menarik menurut saya. Mungkin, karena saya juga kurang rajin
membuat coretan-coretan sebelum menulis dan pengaruh kebiasaan
saya yang selalu menulis secara spon-tan.
Keiima, inilah tahap buat mengembangkan imajinasi agar cerita yang
kita buat benar-benar memukau. Ibaratnya, pembaca bukan hanya seperti
sedang membaca cerita, melainkan seperti menon-
tonnya.Atau,lebih dahsyat lagi,pembaca seperti ikut masuk ke dalam
lingkungan cerita yang kita cipta-kan. Di sini sangat diperlukan kekuatan
emosi dalam bangunan cerita. Emosi tersebut bisa dibangun melalui
narasi ataupun dialog. Karena saya kurang menguasai narasi, saya lebih
menekankan pada dialog. Kekuatan emosi ini juga sangat diperlukan buat
mempertajam konflik cerita.
Keenam, barulah masuk ke tahap editing atau perbaikan. Pada tahap
ini, yang perlu dilakukan adalah memperbaiki huruf-huruf dan tanda baca.
Di tahap ini, saya juga melakukan pembagian cerita ke dalam beberapa
bab. Kira-kira di bagian mana sebaiknya sebuah cerita dipenggal
sebelum masuk ke bab selanjutnya. Begitupun dalam mengatur alur yang
mungkin masih kurang tepat. Misalnya, bab dua lebih tepat diletakkan
pada bab tiga atau sebaliknya.
Ketujuh, inilah tahap pengendapan. Lamanya proses pengendapan
sebuah cerita, sangat bergantung pada masing-masing penulis. Ada yang
hanya memerlukan waktu begitu singkat, ada yang malah sangat lama
hingga berbulan-bulan. Masing-masing, tentu ada kelebihan dan
kekurangannya. Setelah masa pengendapan selesai, hal terakhir yang
perlu dilakukan adalah membaca ulang keseluruhan cerita dan
memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang masih ada.
Sekadar catatan aja, apa yang kita tulis hari ini, baru akan terasa
kekurangannya beberapa hari, minggu, atau bulan berikutnya. Sebab,
ketika me-
nulis, emosi biasanya lebih ke depan sehingga kita jadi subjektif
dalam menilai. Namun, setelah mengalami pengendapan, barulah logika
kita yang bermain dan bisa menilai sesuatu secara objektif.
Itulah tujuh tahap penting yang saya lakukan dalam menulis sebuah
novel, termasuk novel Di Selubung Malam.
Kepustakaan
King, Stephen, On Writing, Bandung: Qanita, 2DDS. Nadeak, Wilson,
Bagaimana Menjadi Penulis yang
Sukses, Bandung: Sinar Baru, 1983. Nurgiyantoro, Burhan, Teori
Pengkajian Fiksi,
Yogyakarta: UGM Press, 1995. Rosa, Helvy Tiana, Segenggam
Gumam, Bandung:
Syaamil, 2DD3. Salman Faridi, ed., Proses Kreatif Penulis Hebat,
Bandung: DAR! Mizan, 2DD3. Thahar, Harris Effendi, Kiat Menulis
Cerita Pendek, Bandung: Angkasa, 1999.
ARUL KHAN bekerja sebagai media relations pada NGO bidang
kesehatan untuk dhuafa dan koresponden salah satu media luar negeri.
Saat ini, ia sedang menyelesaikan studi Pasca sarjana Magister Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta
konsentrasi Ilmu Jurnalistik.
Menulis esai, catatan perjalanan jurnalistik, cerpen, ataupun puisi di
majalah Ceria Remaja,GATRA, Mandiri Online, Satu Arah (Malaysia),
GARDA, PARAS, tabloid Fikri, Kharisma, cyber-sastra.net, Akcaya
Pontianak Post, SKM Partisipasi, dan sebagainya.Ia juga menulis karya
fiksi dalam bahasa Malaysia, dan beberapa karyanya itu, diterbitkan di
SARIN A dan Es as tera Malaysia.
Mantan redaktur majalah UMMI dan wartawan majalah GATRA ini
telah menerbitkan karya-karya fiksi, antara lain novel Carikan Aku Istri
(FBA Press, 2DD4), novel Senja yang Menghilang (DAR! Mizan, 2004),
kumpulan cerpen Romantisme Masa Lalu (DAR! Mizan, 2004), novel
Labirin (DAR! Mizan, 2005), serial Gang Buntu 13 ke-I; Bintang Sinetron
(DAR! Mizan, 2005), Gang Buntu 13 ke-2; Hati yang Terluka (DAR! Mizan,
2005), Gang Buntu 13 ke-3 Cewek Sombong Banget(DMK\ Mizan, 2005),
Gang Buntu 13 ke-4; Ujian, Oh Ujian (DAR! Mizan, 2005), Lelaki yang
Kupilih (FBA Press, 2DD5), Ada
Janji untuk Istriku (LPPH, 2005), dan The Graffiti Lover (Syaamil,
2005).
Cerpen-cerpennya juga dimuat di antologi Putri Surat Cinta (LPPH,
2005), Episode Kelam Feli (MU3 Books, 2005), Jendela Cinta (GIP, 2005),
dan 17 Tahun (FBA Press, 2005). Buku nonfiksinya, Pendidikan
Integralistik Menurut Moh. Natsir (STAIN Press, 2003) terpilih sebagai
salah satu karya dalam program buku unggulan IKAPI-Ford
Foundation.Dan, puisinya juga termuat dalam antologi puisi Bisikan Kata
Teriakan Kota (DKJ, Bentang Budaya, 2003).
Saat ini, ia diamanahi sebagai Ketua Umum Indonesia Muslim
Blogger (1MB), sebuah komunitas Muslim yang berinteraksi melalui blog
di dunia Internet. Ia dapat dihubungi melalui e-mail di arulkhana
@yahoo.com atau mengunjungi blog-nya di www. arulkhan.blogdrive.com.

Anda mungkin juga menyukai