Anda di halaman 1dari 4

Prosedur Umum Menulis Fiksi

Materi malam ini, kita akan membahas apa yang sudah teman-teman kerjakan−mencari
ide cerita−beberapa hari yang lalu. Jika masih ada yang ingin dikonsultasikan silahkan. Bagi
yang sudah punya ide cerita, teman-teman bisa rapihkan ide cerita itu sesuai prosedur yang
sudah ada di bawah ini.
Prosedur di bawah ini wajib kamu lakukan sebelum membuat outline novel. Ini adalah
awal mula sebelum kamu memulai menulis cerita. Jangan terburu-buru. Jangan langsung
menulis cerita. Karya yang bagus itu tidak bisa dihasilkan dengan cara yang buru-buru. Kamu
perlu step by step dalam menyelesaikannya. Semoga prosedur malam ini bisa membantumu
untuk memulai membuat novel. Silahkan disimak!

Menentukan Tema
Jika kamu masih awal-awal membuat novel, saran saya carilah tema yang kamu sukai
dan tidak berat dalam mendalami kontennya. Misalnya, kamu ingin membuat novel dengan
background kedokteran, padahal kamu bukan dokter. Nah, ini pasti perlu mendalami ilmu
kedokteran terlebih dahulu. Pasti pusing dan kamu akan jenuh.
Coba cari tema-tema sederhana yang tidak memerlukan explore mendalam terkait
konten yang ada di dalam ceritamu nantinya. Semoga dengan itu, bisa menjadi awal
semangatmu dalam menulis. Misalnya, kisah tentang persahabatan, pelakor, dan sebagainya.

Pikirkan Premis
Premis? Premis adalah takdir cerita yang kamu tentukan. Bisa dibilang, di sini kamu
pura-pura menjadi “Tuhan” untuk menentukan takdir si tokoh. Bisa dibilang, ide yang kamu
buat kemarin, jatuhnya premis, kalau sudah memenuhi rumus premis. Tapi, ada beberapa yang
menurut saya belum memenuhi rumus premis. Sehingga, banyak yang saya komentari untuk
menentukan konfliknya apa dan sebagainya.
Premis itu intinya, ketika awal-awal kamu menuliskan naskah ... kamu boleh saja belum
tahu akhir ceritanya akan bagaimana. Tapi setidaknya, kamu sudah tahu tujuan dari kenapa
kamu membuat cerita tersebut. Memang rumus premis apa sih?

TOKOH + TUJUAN + HALANGAN


Tokoh, tentukan namanya, bagaimana karakternya, lalu hidupkanlah dia! Tujuan,
tentukanlah keinginan terbesar si tokoh. Novel yang kamu buat adalah dunianya dia. Jadi kamu
harus menentukan bagaimana nasib hidupnya. Halangan, kira-kira halangan seperti apa saja
yang bisa menghadang tercapainya tujuan dari tokoh yang kamu buat. Cukup tiga komponen
itu, kamu akan dapat gambaran dasar seperti apa nanti ceritamu.
Syarat membuat premis, yaitu cukup satu kalimat efektif saja, padat, lugas, singkat,
usahakan tidak punya anak kalimat, dan mencakup semua rumus premis di atas. Saya ambil
contoh dari novel saya yang beberapa hari yang lalu dikiri, ke penerbit:

Haritz, seorang sejarawan yang ditugaskan untuk menyelidiki sejarah islam terpendam di
Kota Paris. Namun, penyelidikannya terhambat oleh geng mafia paling brutal di Prancis,
yaitu Le Diable.

Kalau dilihat dari contoh di atas, ada tokoh, ada tujuan, dan ada halangan. Ketiga itu
cukup agar isi novel kita nanti tidak menjalar kemana-mana. ☺

Dalami materi
Bukan penulis namanya kalau tidak explore materi ceritanya. Kalau dilihat dari contoh
premis di atas, banyak hal yang perlu saya dalami. Misalnya, bagaimana nuansa Kota Paris,
bagaimana kebiasaan orang Paris, bangunan apa saja yang memamerkan sejarah islam,
museum apa saja yang bersejarah di sana, masjid apa saja yang tertua dan penuh dengan
sejarah, dan yang paling penting adalah sejarah islam apa yang terpendam di Kota Paris.
Semua itu harus di explore untuk memaksimalkan isi novel agar lebih hidup dan sesuai dengan
realita.
Bahkan dulu, saya pernah nonton IG LIVE salah satu novelis yang cukup terkenal. Ia
berkata bahwa “saya itu, untuk menuliskan sepuluh menit berlari dari gedung A ke gedung B,
saya benar-benar mempraktekkannya langsung. Berapa menit yang bisa saya tempuh ketika
berlari dari gedung A ke gedung B yang jaraknya sekitar 20 meter.”
Terniat enggak sih? ☺ Tapi memang begitulah. Setiap penulis punya cara explore-
nya masing-masing. Kaya penulis di atas, untuk menulis 10 menit saja, ia perlu
mempraktekkannya langsung. Apakah benar waktu tempuhnya 10 menit atau tidak.
Ini hanya contoh sederhananya saja. Intinya adalah kamu perlu mendalami segala apa
yang perlu kamu dalami dalam novel yang sedang kamu buat.
Tentukan Konflik Pendukung
Penghalang utama sudah kamu buat di premis. Sekarang, saatnya kamu juga
memikirkan konflik-konflik yang bisa memperindah isi novel kamu. Kenapa harus konflik
pendukung? Karena kamu sedang membuat novel. Bukan cerpen yang konfliknya sederhana.
Novel memiliki konflik yang kompleks dan banyak anak-anak konfliknya. Inilah konflik
pendukung. Intinya, ini adalah percabangan dari konflik utama.
Konflik pendukung ini ada yang berhubungan dengan konflik utama, namun ada juga
yang tidak berhubungan dengan konflik utama. Mari kita bahas satu per satu.
Misalnya, kalau yang berhubungan dengan konflik utama, saya ambil contoh dari
novel yang saya buat (sesuai premis di atas). Haritz punya cinta pertama di masa kecil ketika
ia di Indonesia, namanya Ana. Ternyata, ketika ia ke Paris, Haritz bertemu dengan Ana. Tanpa
ia ketahui, ternyata Ana punya masalah serius dengan geng mafia Le diable. Sehingga membuat
Haritz yang sudah punya masalah dengan Le Diable, semakin terseret dalam berurusan dengan
Le Diable.
Kalau yang tidak berhubungan dengan konflik utama, Ternyata Haritz masih
memendam rasa dengan Ana. Padahal sudah tidak bertemu lebih dari 20 tahun. Sehingga,
ketika mereka bertemu di Paris, Haritz sedikit canggung dan bingung apa yang harus
dikatakannya. Nah, ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan Le Diable.
Nah, konflik utama novel saya itu Harits yang punya masalah dengan Le Diable.
Konflik pendukung di atas menjadi pelengkap novel bahwa cerita di dalam novel ini punya
beberapa konflik pendukung yang bisa membuat ini novel jadi lebih menarik dan penuh intrik.
Paham tidak maksudnya konflik pendukung?

Buat semuanya menjadi sinopsis


Sinopsis itu versi panjangnya dari premis dan versi pendeknya dari keseluruhan isi
novel kamu nantinya kalau sudah jadi. Jika premis hanya satu kalimat, maka sinopsis akan
banyak kalimat dan kamu akan memperluas atau mengembangkan isinya. Jadi, sinopsis itu
keseluruhan cerita dari awal sampai akhir secara garis besarnya saja. Tuliskan inti-inti alurnya
saja. Biasanya sinopsis tidak lebih dari dua halaman A4, time new roman, margin normal, font
12, dan spasi 1,5.
Isi sinopsis apa saja sih? Tokoh utama, tokoh pendukung (kalau tokoh sekadar lewat
tidak perlu dimasukkan), alur utama (yang ada di dalam premis), alur sampingan yang paling
penting, dan akhir cerita yang konklusif. Semua perkara yang tidak ada hubungannya dengan
alur utama, jangan dimasukkan ke dalam sinopsis. Paham sampai sini maksudnya?
Kenapa harus punya sinopsis? Agar kamu punya pegangan tentang cerita kamu dan
penerbit bisa memahami ceritamu lebih cepat.
Kembangkan Semuanya di Dalam Outline
Terakhir, kembangkan semua yang di atas ke dalam outline. Apa yang belum dipikirkan
seperti alur lengkap, latar, penokohan, POV, dan sebagainya, kamu bisa tambahkan semua ke
dalam outline. Prosedur ini sebagai gambaran dasar sebelum kamu membuat outline. Apakah
perlu????
Kalau kamu mau langsung membuat outline, tidak masalah. Tapi, bagi saya ...
sepengalaman saya selama ini, terburu-buru itu tidak akan menghasilkan karya yang bagus.
Saya sudah merasakan itu. Bahkan sampai sekarang pun, saya selalu menulis dengan prosedur
yang ada dan dengan outline juga. Jadi, saya tidak mungkin langsung nulis.
Bahkan saya termasuk orang yang jangka waktu menulisnya lama. Paling cepat tiga
bulan. Paling lama empat bulan. Biasanya, dua bulan saya gunakan untuk membaca banyak
buku dahulu, baru bulan berikutnya saya mulai membuat outline, baru mulai menulis. Karena
sepertinya, itulah yang bisa membuat isi tulisan saya kaya akan makna kehidupan dan
pengetahuan.
So, buat kamu yang suka terburu-buru, hati-hati ... kalau tersandung, berdarah, lalu
menangis dan panggil mama, akhirnya kapok dan tidak mau lagi menulis. Hehe ....

Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai