Anda di halaman 1dari 3

1.

Discharge Planning
No. RM : 272693 Alamat : Kabupaten Semarang
Nama : Tn. A Kota
Jenis Kelamin : Laki-laki Ruang Rawat : Kasuari I/102
Tanggal MRS : 25 Januari 2022 Tanggal KRS : 28 Januari 2022 Pukul
Pukul 08.00 WIB 10.00 WIB
Diagnosa MRS : Gangguan sistem Diagnosa KRS : Gangguan sistem
perkemihan Gagal Ginjal Kronik perkemihan Gagal Ginjal Kronik
Diagnosa Keperawatan : Chronic Kidney Disease Stage V on Hemodialisis
Aturan Diet :
Diet rendah garam rendah protein
Obat-obat yang masih diminum, dosis, warna dan efek samping :
1. Obat Furosemide 20 mg tablet, 2x1/sehari sesudah/sebelum makan, warna obat
putih, efek samping: sakit kepala, hypovolemia, gangguan saluran cerna,
mengantuk, dehidrasi, lemah, lesu, oliguria.
2. Obat Amlodipine 10 mg tablet, 1x1/sehari sebelum/sesudah makan, warna obat
merah muda (pink), efek samping: merasa lelah, pusing, mual, pembengkakan
tungkai, jantung berdebar.
3. Asam Folat 1 mg tablet, 2x1/sehari sebelum/setelah makan, warna obat kuning
muda, efek samping: demam tinggi, kulit memerah, napas jadi pendek, ruam
kulit, gatal-gatal pada kulit, dada sesak, kesulitan bernapas, mengi.
Aktifitas dan istirahat :
Aktivitas secukupnya, jangan sampai kelelahan dan istirahat 7-8 jam/hari
Tanggal / tempat kontrol :
31 Januari 2022 / Poli Penyakit dalam
Yang dibawa pulang (hasil Lab, Foto, ECG) :
Hasil Laboratorium
Dipulangkan dari RSUD Abdul Wahab Sjahranie dengan keadaan :
Keadaan pasien membaik, tetapi belum sepenuhnya pulih
Sembuh  Pulang paksa 
Meneruskan dengan obat jalan  Lari 
Pindah ke RS lain  Meninggal 
Semarang, 28 Januari 2022
Pasien / Keluarga Perawat

( Tn. A ) ( Kel 3 Reg )


Mengetahui,
Kepala Ruang

( Bagas Ardiyanto, MN )
2. Evidence Based Practice
a. Intradialytic exersice merupakan latihan yang dilakukan pada saat menjalani
hemodialysis. Manfaat dari intadialytic exersice adalah dapat meningkatkan
aliran darah otot dan peningkatan jumlah area kapiler pada otot yang
sedang bekerja sehingga akan menghasilkan aliran urea dan racun-racu yang
lainnya dari jaringan ke area vaskuler yang dipindahkan selanjutnya pada dialiser.
b. Evaluasi dari implementasi intradialytic yang telah dilakukan selama 3 minggu
(6x latihan) terjadi kestabilan tekanan darah selama melakukan latihan. Hasil
observasi pada pasien yang memiliki tekanan darah yang stabil saat pre dan
post-HD menunjukkan bahwa mereka mengikuti intradialytic exercise dengan
maksimal yakni melakukan gerakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan
teratur setiap 2 kali perminggu. Sedangkan pada pasien yang memiliki
tekanan darah tidak stabil saat pre dan post-HD dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya frekuensi latihan, kondisi stres, dan gangguan tidur.
c. Adapun faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ketidakstabilan tekanan
darah selama latihan antara lain: durasi intradialytic exercise dan intensitas
latihan, peran obat anti hipertensi, dan ada tidaknya penyakit lain, menyebabkan
hasil penerapan latihan ini belum sepenuhnya menunjukkan efek dari
intradialytic exercise terhadap kestabilan tekanan darah yang sebenarnya pada
populasi.
DAFTAR PUSTAKA

K, Prima Daniyati. (2013). Evidence Based Practice Intradialytic Exercise Untuk


Pengelolaan Tekanan Darah Pada Pasien Chronic Kidney Disease (CKD) Stage V.
Diakses pada 26 Januari 2022, dari https://adoc.pub/evidence-based-practice-
intradialytic-exercise- untuk-pengelo.html.

Khasanah, Rizqi Nurul. (2016). Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Gangguan Ginjal Kronis
di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Tahun 2014. Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai