Anda di halaman 1dari 21

A.

Deskripsi Mata Ajaran


Mata kuliah ini menguraikan tentang konsep anatomi fisiologi tubuh manusia, patologi dan patofisiologi kelainan
struktur dan fungsi tubuh, gizi, mikrobiologi, parasitologi, dan farmakologi, serta prinsip-prinsip fisika dan
biokimia.

B. Kompetensi Dasar
Pada akhir perkuliah ilmu biomedik dasar mahasiswa mampu :
1. Menguasai konsep anatomi fisiologi tubuh manusia, patologi dan patofisiologi kelainan struktur dan fungsi
tubuh, gizi, mikrobiologi, parasitologi, dan farmakologi
2. Menguasai prinsip –prinsip fisika dalam keperawatan
3. Menguasai prinsip –prinsip biokimia

C. Evaluasi
 Tugas Seminar/Presentasi
 Buat 7 kelompok (maksimal 5-6 anggota/kelompok)
 Tiap kelompok membuat & mengumpulkan makalah
 Tiap kelompok menampilkan makalahnya dalam bentuk presentasi/PowerPoint.
 Waktu tampil 10 menit dilanjutkan sesi tanya jawab/diskusi.
 Tiap pertanyaan & jawaban ditulis oleh notulen dan dilampirkan dalam makalah.
 Tugas tambahan (tugas berkelompok berupa menjawab soal-soal, dikumpulkan pada saat akhir perkuliahan)*
 UTS (35 soal PG)

A. TUGAS SEMINAR/PRESENTASI
a. Biomekanik (kelompok 1). Pembahasan:
1. Penyakit yang berkaitan
2. Alat-alat yang berkaitan
3. Cara kerja alat (pilih satu alat untuk dibahas)
b. Fisika Fluida (kelompok 2). Pembahasan:
1. Penyakit yang berkaitan
2. Alat-alat yang berkaitan
3. Cara kerja alat (pilih satu alat untuk dibahas)
c. Bioakustik (kelompok 3). Pembahasan:
1. Penyakit yang berkaitan
2. Alat-alat yang berkaitan
3. Cara kerja alat (pilih satu alat untuk dibahas)
d. Termofisika (kelompok 4). Pembahasan:
1. Penyakit yang berkaitan
2. Alat-alat yang berkaitan
3. Cara kerja alat (pilih satu alat untuk dibahas)
e. Biolistrik (kelompok 5). Pembahasan:
1. Penyakit yang berkaitan
2. Alat-alat yang berkaitan
3. Cara kerja alat (pilih satu alat untuk dibahas)
f. Biooptik: Mata (kelompok 6). Pembahasan:
1. Penyakit yang berkaitan
2. Alat-alat yang berkaitan
3. Cara kerja alat (pilih satu alat untuk dibahas)
g. Instrumentasi dalam Keperawatan (kelompok 7). Pembahasan:
1. Pengertian instrumentasi.
2. Jenis – jenis instrumentasi serta perawatannya (disertai contoh alat dan gambar).

B. TUGAS KELOMPOK (Menjawab Soal-Soal)


a. Soal Biomekanika
1. Apakah pengertian dari pengukuran?
2. Apakah perbedaan antara pengukuran tunggal dan berulang?
3. Sebutkan contoh-contoh dari besaran pokok dan besaran turunan beserta satuannya masing-masing dalam sistem
internasional (SI)!
4. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi apabila tubuh dalam keadaan statis?
5. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi apabila tubuh dalam keadaan dinamis?
6. Sebutkan penerapan analisa gaya dalam kesehatan!
1
7. Apa yang dimaksud dengan traksi?
8. Sebutkan tujuan dari traksi!
9. Sebutkan tipe-tipe traksi!
b. Soal Fisika Fluida
1. Apa yang dimaksud dengan tekanan hidrostatis?
2. Sebutkan contoh-contoh hidrostatika dalam tubuh!
3. Apa yang dimaksud dengan hidrodinamika?
4. Apa saja yang termasuk pembahasan dari hidrodinamika?
5. Sebutkan contoh-contoh hidrodinamika dalam tubuh!
6. Sebutkan pernyataan dari Hukum Dalton?
7. Sebutkan pernyataan dari Hukum Boyle?
8. Sebutkan pernyataan dari Hukum Laplace?
9. Apa yang dimaksud dengan tekanan barometrik?
c. Soal Bioakustik
1. Apakah yang dimaksud dengan gelombang?
2. Apakah yang dimaksud dengan bunyi?
3. Sebutkan sifat-sifat bunyi?
4. Jenis bunyi yang dapat diterima oleh telinga manusia disebut …
5. Bunyi/suara ditandai oleh 3 hal, sebutkanlah!
6. Rentang frekuensi gelombang suara yang dapat dideteksi telinga manusia yaitu …
7. Sebutkan urutan proses hingga bunyi/suara sampai ke otak manusia!
d. Soal Termofisika
1. Jelaskan pengertian dan hakikat suhu!
2. Jenis termometer yang dapat mengukur suhu tanpa kontak yaitu …
3. Pada bagian mana saja pengukuran suhu tubuh biasa dilakukan?
4. Sebutkan prosedur pengukuran suhu tubuh pada bagian aksila!
5. Apakah yang dimaksud dengan kalor?
6. Apakah perbedaan antara kalor jenis dan kalor laten?
7. Apakah perbedaan dari transfer panas secara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi?

e. Soal Biolistrik
1. Bagaimanakah pernyataan hukum Joule mengenai arus listrik yang melewati suatu konduktor?
2. Sebutkan 7 pola isyarat listrik tubuh yang berhubungan dengan fungsi tubuh!
3. Sebutkan fungsi dari sel saraf!
4. Sebutkan macam-macam rangsangan yang dapat diterima oleh sel saraf!
5. Apakah jenis ion yang menempati membran sel di bagian luar?
6. Bagaimana mekanisme yang terjadi saat membran sel terdepolarisasi?
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan potensial aksi!
8. Dalam bentuk yang bagaimana listrik mengalir pada tubuh kita?
9. Sebutkan faktor-faktor pembeda kelistrikan antara otot jantung dengan otot bergaris maupun saraf!
f. Soal Biooptik
1. Sebutkan ruang lingkup pembahasan dari optika geometris!
2. Sebutkan ruang lingkup pembahasan dari optika fisis!
3. Apakah yang dimaksud dengan lensa?
4. Jelaskanlah! Apa yang dimaksud dengan lensa konvergen?
5. Sebutkan 3 sinar istimewa pada lensa cembung!
6. Kelainan mata hipermetropi dapat dikoreksi dengan kacamata/lensa …
7. Apakah yang dimaksud dengan daya akomodasi mata?
8. Bagaimanakah proses terjadinya akomodasi saat mata melihat benda dekat maupun jauh?
9. Apakah yang dimaksud dengan hipermetropi dan presbiopi? Sebutkan pula persamaan dan perbedaan diantara
keduanya?
g. Soal Instrumentasi dalam Keperawatan
1. Apakah fungsi utama dari instrumentasi?
2. Bagaimanakah perawatan untuk peralatan elektronika?
3. Sebutkan contoh-contoh peralatan kedokteran yang terbuat dari logam! Bagaimanakah cara untuk merawatnya?
4. Sebutkan contoh-contoh peralatan kedokteran yang terbuat dari gelas! Bagaimanakah cara untuk merawatnya?
5. Bagaimanakah perawatan untuk peralatan kedokteran yang terbuat dari karet!

D. Sumber Referensi:
- J.F.Gabriel - Fisika Kedokteran - Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996.
- J.J.Corr & J.M.Brown - Introduction to Biomedical Equipment Technology - John Wiley & Sons, 1981.
- Sutrisno - Seri Fisika Dasar - Penerbit ITB, 1983.
- J.R.Cameron & J.G.Skofronick – Medical Physics – John Wiley & Sons, 1978.
2
- M.Rudd – Basic Concepts of cardiovascular Physiology – Hewlett-Packard, 1973.
- Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional). Radiasi. 2005. Tersedia Online:
http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_radiasi/1-1.htm
- Ir. Hasan (staf pengajar Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor). Radiasi (CT Scan). Tersedia Online:
http://elektroindonesia.com/elektro/no3d.html
- Read more: http://www.kapukonline.com/2011/09/prosedurpengukuransuhutubuhoralaxillare.html#ixzz1aq8GVh91
- Buku: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat,
S.Kp, Musrifatul Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakrata : EGC : 2004

I. BIOMEKANIK

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali konsep & dasar – dasar mekanika:
1. pengertian pengukuran
2. jenis – jenis pengukuran
3. satuan dalam pengukuran
4. perbedaan statika dan dinamika
5. gaya dinamika pada tubuh
6. gaya statika pada tubuh
7. ketepatan pada pemasangan traksi
PENDAHULUAN
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada sistem biologi. Biomekanika merupakan kombinasi
antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir
semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, desain dan
pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedoteran.

Pengukuran
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai
satuannya. Misalnya, Anda mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer, artinya Anda membandingkan suhu tubuh pasien
tersebut dengan satuan suhu yang ada pada termometer, yaitu derajat celcius, sehingga diperoleh hasil pengukuran, misalnya suhu
tubuh pasien adalah 37C. Hasil pengukuran digunakan untuk mencari korelasi atau interpretasi ataupun perbandingan terhadap
prediksi teoretis untuk mengetahui gambaran keadaan tubuh.
Besaran yaitu hasil pengukuran yang dapat dinyatakan dengan angka. Salah satu ciri dari besaran yaitu memiliki satuan,
sedangkan satuan yaitu acuan/standar yang dipakai dalam pengukuran. Besaran dibedakan menjadi 2:
1. Besaran pokok adalah besaran dasar yang tak teruraikan lagi. Dikenal 7 besaran pokok beserta satuannya dalam sistem
internasional (SI) : Satuan
1. Panjang (jarak) dengan satuan meter (m) No Besaran dasar Simbol Dimensi
2. Massa dengan satuan kilogram (kg) SI
3. Waktu dengan satuan dalam second (sec) atau detik 1 Panjang meter m [L]
4. Kuat arus listrik dengan satuan Ampere (A)
5. Suhu/temperatur dengan satuan Kelvin (K) 2 Massa kilogram kg [M]
6. Jumlah zat dengan satuan mole (mol) 3 Waktu sekon s [T]
7. Intensitas cahaya dengan satuan Candela (Cd) 4 Kuat Arus Listrik ampere A [I]
2. Besaran turunan adalah besaran dimana tersusun dari lebih dari
satu besaran pokok. Misalnya: 5 Suhu kelvin K []
1. Kecepatan dengan satuan internasionalnya (SI) dalam m/det 6 Jumlah Zat mol mol [N]
2. Luas dengan satuan internasionalnya (SI) dalam m2 7 Intensitas Cahaya kandela cd [J]
3. Volume dengan satuan internasionalnya (SI) dalam m3
4. Gaya dengan satuan internasionalnya (SI) dalam Newton atau kg.m/dt , dll.
2

Berdasarkan kebutuhan atau kondisi pengukuran dibedakan menjadi dua:


1. Pengukuran tunggal biasanya dilakukan jika kondisi tidak memungkinkan mengulang atau untuk kebutuhan sesaat, atau
untuk mengetahui pada rentang berapa (sekitar berapa). Pada pengukuran ini hanya dilakukan sekali terhadap objek/individu,
misalnya mengukur substansi asing yang dikeluarkan melalui ginjal atau mengukur potensial aksi dari suatu sel saraf.
2. Pengukuran berulang biasanya dilakukan untuk kebutuhan penelitian/pengontrolan yang memerlukan ketelitian. Proses
pengukuran seperti ini biasanya melibatkan sejumlah pengulangan perdetik, permenit, perjam dan sebagainya. Misalnya pada
pengukuran pernafasan diperoleh nilai pernafasan rata-rata (breathing rate) kira-kira 15 kali permenit, denyut nadi 70
kali/menit. Pada pengukuran berulang ditentukan nilai rata-rata dan standar deviasi.

Nilai rata-rata ditentukan dengan rumus: x=


∑ x i = x 1+ x2 + x 3 +…+ x n dengan strandar deviasi
n
3
n
SD=
√ ∑ ( xi −x )2
n−1
Pentingnya pengukuran
Registrasi
Mencatat hal-hal yang diperoleh dari hasil pengukuran disebut meregistrasi. Registrasi ini penting untuk memperoleh
informasi yang diperlukan. Kadang-kadang diperlukan registrasi kontinyu terhadap suatu keadaan selama waktu tertentu,
registrasi semacam ini disebut registrasi analog.

False Positif dan False Negatif


1. False positif = penyimpangan yang tejadi jika penderita dinyatakan menderita suatu penyakit padahal tidak sama sekali.
2. False negatif = penyimpangan yang tejadi jika penderita dinyatakan tidak menderita suatu penyakit padahal sakit.

Sehingga pengukuran harus memperhatikan:


1. Pengambilan pengukuran yang benar
2. Pengulangan pengukuran
3. Penggunaan alat-alat yang akurat dan presisi
4. Kalibrasi alat

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran:


1. Kepresisian (precision) yaitu derajat kepastian hasil pengukuran yang bergantung pada alat ukur. Umumnya semakin kecil
pembagian skala suatu alat, semakin presisi pula hasil pengukurannya. Selain itu, kepresisian juga berarti kemampuan
pengembalian suatu alat ukur saat digunakan berulang-ulang, apakah masih konsisten dengan hasil pengukuran sebelumnya
atau tidak. Kepresisian pengukuran belum menentukan akurasi secara mutlak, artinya suatu alat bisa jadi presisi tetapi
belum tentu akurat.
2. Keakurasian (accuracy) menunjukan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya (standar).
Keakurasian alat ukur harus dicek secara periodik dengan metode the two-point calibration. (cek posisi nol sebelum
digunakan & cek ketepatan terhadap standar).

Sumber Ketidakpastian Pengukuran


1. Ketidakpastian Sistematik
2. Ketidakpastian Random
3. Ketidakpastian Pengamatan

1. Ketidakpastian Sistematik
Bersumber dari alat ukur / kondisi saat pengukuran :
• Ketidakpastian Alat, terjadi akibat kalibrasi skala tidak tepat. Maka alat harus di kalibrasi setiap akan digunakan.
• Kesalahan Nol, skala penunjukan nol tidak tepat, jika tidak bisa maka harus diperhitungkan selisih kesalahan tsb tiap kali
pengukuran.
• Waktu respon tidak tepat, terjadi karena pengukuran (pengambilan data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data
yang seharusnya diukur.
• Kondisi tidak sesuai, terjadi karena alat ukur dipengaruhi oleh suatu kejadian. Misal akibat pengaruh panas.

2. Ketidakpastian Random
Bersumber dari gejala yang tak mungkin dikendalikan secara pasti atau tak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut
umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan atau pengontrolannya di luar kemampuan
kita.
• Fluktuasi pd tegangan ataupun kuat arus listrik sehingga nilai yg diukur juga berfluktuasi.
• Getaran landasan. Misal, gangguan getaran pada landasan alat yg sangat peka (seismograf).
• Radiasi latar belakang (kosmos) dari angkasa dpt mempengaruhi hasil pengukuran alat cacah.
• Gerak acak molekul udara (gerak Brown). Misalnya pada mikro-galvanometer.

3. Ketidakpastian Pengamatan
Bersumber dari kekurangterampilan manusia. Misalnya: metode pembacaan skala yang tidak tegak lurus (paralaks: lihat
gambar yaitu posisi A & C), salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur yang kurang tepat.

4
Statika dan Dinamika
Statika adalah bagian dari kinetika (ilmu tentang gerak) yang mempelajari keseimbangan benda. Keseimbangan pada suatu
benda harus memenuhi dua syarat berikut:
1. Resultan (jumlah) gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol (F = 0) dan
2. Resultan (jumlah) momen gaya (torsi/torque) juga sama dengan nol ( = 0).
Terdapat dua jenis keseimbangan:
1. Keseimbangan statis, yaitu benda diam.
2. Keseimbangan dinamis, yaitu benda bergerak dengan kecepatan konstan (tetap).
Dinamika adalah bagian dari kinetika yang mempelajari penyebab sebuah benda bergerak atau yang disebut dengan gaya.
Pengertian gaya pada pembahasan ini yaitu dapat berupa tarikan ataupun dorongan, menurut Newton gaya merupakan penyebab
terjadinya percepatan (perubahan kecepatan) pada sebuah benda.
Jika ditinjau dari segi statis dan dinamisnya tubuh manusia maka gaya yang bekerja pada tubuh manusia ini dibagi dalam
dua tipe:
1. Gaya pada tubuh dalam keadaan statis.
2. Gaya pada tubuh dalam keadaan dinamis.
Tubuh dalam keadaan statis berarti tubuh dalam keadaan setimbang yang berarti jumlah gaya dalam segala arah sama dengan nol
(F = 0) dan jumlah momen gaya terhadap sumbu juga sama dengan nol ( = 0).
Contoh dari gaya statika pada tubuh diantaranya gaya berat tubuh, gaya tarikan (traksi) yang digunakan untuk penangangan pada
pasien yang mengalami patah tulang, pergeseran sendi maupun kram otot, gaya yang dikerjakan oleh otot leher, gaya yang
dikerjakan oleh otot tumit saat menjinjit, gaya yang dikerjakan oleh otot lengan atas saat tangan menahan beban. Gaya berat
(seringkali cukup diistilahkan sebagai berat) terjadi karena tubuh kita ditarik oleh bumi (gaya gravitasi bumi).
Contoh dari gaya dinamika pada tubuh diantaranya gaya memijit-mijit otot polos pada saluran percernaan, gaya otot jantung saat
memompa darah, gaya lengan dan kaki saat berlari dll.

Analisa gaya dan penggunaannya dalam Traksi


Tulang dan otot tubuh manusia berfungsi sebagai sistem pengumpil. Ada 3 kelas sistem pengumpil :

1. Klas pertama: Titik tumpuan terletak diantara gaya berat dan otot Contoh: kepala & leher
2. Klas kedua Gaya berat diantara titik tumpu dan gaya otot. contoh: tumit menjinjit
3. Klas ketiga Gaya otot terletak diantara titik tumpuan dan gaya berat. Contoh: otot lengan

Pembahasan sistem pengumpil berguna untuk memperoleh keuntungan mekanik.


M rW
r W . W =r M . M → Keuntungan mekanik ( KM )= =
W rM
r W 25 cm
Contoh KM padalengan= = =12,5
r M 2 cm
Gaya paling sering diterapkan untuk menstabilkan ekstremitas (anggota gerak: tangan & kaki) yang cedera, leher,
punggung, atau area pelvik (panggul). Traksi terapeutik didapat dengan memberikan tarikan pada kepala, tubuh atau anggota
gerak menuju sedikitnya dua arah, misalnya: tarikan traksi dan tarikan traksi lawannya. Gaya traksi,
traksi berlawan atau gaya keduanya biasanya berasal dari: berat tubuh pasien pada saat bertumpu
atau berat lain.
Pembahasan gaya berguna untuk penentuan arah traksi yang tepat atau untuk meminimalisir
pergerakan tulang (immobile) sehingga mempercepat penyembuhan.

Penerapan Analisa Gaya dalam Terapan Kesehatan


1. Gaya Berat Tubuh & Posisi Duduk yang menyehatkan Tulang Belakang
Punggung adalah salah satu organ tubuh yang bekerja nonstop selama 24 jam. Dalam keadaan
tidur pun, punggung tetap menjalankan fungsinya untuk menjaga postur tubuh. Punggung tersusun
dari 24 buah tulang belakang (vertebrae), dimana masing-masing vertebrae dipisahkan satu sama
lain oleh bantalan tulang rawan atau diskus. Seluruh rangkaian tulang belakang ini membentuk tiga buah lengkung alamiah, yang
menyerupai huruf S. Lengkung paling atas adalah segmen servikal (leher), yang dilanjutkan dengan segmen toraks (punggung
5
tengah), dan segmen paling bawah yaitu lumbar (punggung bawah). Lengkung lumbar inilah yang bertugas untuk menopang berat
seluruh tubuh dan pergerakan.
”Postur tubuh yang baik akan melindungi dari cedera sewaktu melakukan gerakan karena beban disebarkan merata
keseluruh bagian tulang belakang,” (Barbara Dorsch) . Postur tubuh yang baik akan dicapai jika telinga, bahu, dan pinggul berada
dalam satu garis lurus ke bawah. Duduk dalam posisi tegak 90 derajat, kerap menyebabkan timbulnya pergerakan sendi belakang
sehingga posisi tubuh tidak seimbang. Maka itu, posisi duduk santai dengan postur miring 135 derajat adalah posisi terbaik.
Dalam posisi ini, tulang belakang akan berada dalam posisi ideal, di mana tulang belakang bagian bawah akan berbentuk seperti
huruf S.

Kelebihan dari posisi ini adalah: Posisi duduk dengan sudut kemiringan 135 derajat akan memperbaiki sirkulasi darah di bagian
bawah tubuh, sehingga dapat terhindar dari gangguan varises, selulit, dan penggumpalan darah di kaki serta mengurangi kelelahan
di kaki. “Tubuh akan terasa lebih rileks, sehingga mengurangi terjadinya ketegangan otot”. Duduk dengan posisi kemiringan 135
derajat juga akan menghasilkan mobilitas yang lebih baik, mudah bergerak di atas kursi, dan lebih mudah untuk naik turun kursi.

2. Traksi dalam Praktik Klinik


Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan
otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur (patah tulang), dislokasi (pergeseran sendi) atau spasme (kram) otot dalam
usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan. Ada dua tipe utama dari traksi:
1. traksi skeletal (tulang), dan
2. traksi kulit.
Prinsip Traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh, tungkai, pelvis (panggul) atau tulang
belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan yang disebut dengan countertraksi. Tahanan dalam
traksi didasari pada hukum ketiga Newton (Footner, 1992 and Dave, 1995). Traksi dapat dicapai melalui tangan sebagai traksi
manual, penggunaan talim splint, dan berat sebagaimana pada traksi kulit serta melalui pin, wire, dan tongs yang dimasukkan
kedalam tulang sebagai traksi skeletal (Taylor, 1987 and Osmond, 1999).
Traksi dapat dilakukan melalui kulit atau tulang. Kulit hanya mampu menanggung beban traksi sekitar 5 kg pada dewasa.
Jika dibutuhkan lebih dari ini maka diperlukan traksi melalui tulang. Traksi tulang sebaiknya dihindari pada anak-anak karena
growth plate (sel-sel pertumbuhan tulang) dapat dengan mudah rusak akibat pin tulang.
Indikasi traksi kulit diantaranya adalah untuk anak-anak yang memerlukan reduksi tertutup, traksi sementara sebelum
operasi, traksi yang memerlukan beban 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di antaranya adalah nekrosis kulit
(Nekrosis kulit (kulit mati) adalah komplikasi yang jarang terjadi, di mana kulit jatuh di daerah nekrotik. Masalahnya
dapat bervariasi dalam derajat. Luka yang dihasilkan maka perlu untuk menyembuhkan biasanya membutuhkan
perawatan luka diperpanjang), obstruksi vaskuler (obstruksi = hambatan. Vaskular adalah istilah yang mencakup segala
yang terkait arteri dan vena dalam sistem pembuluh darah.), oedem distal (pembengkakan yg jauh dari poros), serta
peroneal nerve palsy pada traksi tungkai. Traksi tulang dilakukan pada dewasa yang memerlukan beban > 5 kg, terdapat
kerusakan kulit, atau untuk penggunaan jangka waktu lama. Kontratraksi diperlukan untuk melawan gaya traksi, yaitu misalnya
dengan memposisikan tungkai lebih tinggi pada traksi yang dilakukan di tungkai.

FRAKTUR FEMUR (PAHA) TRAKSI TULANG TRAKSI KULIT TRAKSI TULANG

dislokasi bahu

6
1. Counter traksi

2. Teknik Stimson

3. Teknik Milch
4. Manuver Kocher

5.

II. FISIKA FLUIDA


Hidrodinamika dan Hidrostatika
Hidrostatika adalah ilmu yang mempelajari tentang zat cair yang berada dalam keadaan diam, sedangkan hidrodinamika
adalah ilmu yang mempelajari tentang zat cair yang berada dalam keadaan bergerak. Zat cair termasuk kedalam fluida. Fluida
yaitu zat yang dapat mengalir berupa zat cair ataupun gas. Dengan demikian zat padat tidak termasuk fluida. Namun, seperti
halnya pada zat padat, zat cair (fluida) juga memiliki tekanan. Tekanan yang dihasilkan oleh suatu zat cair yang diam disebut
tekanan hidrostatis yang memiliki arah ke segala arah. Zat cair akan mengalir dari daerah bertekanan tinggi menuju daerah
bertekanan rendah.
Tekanan (disimbolkan dengan huruf P) didefinisikan sebagai gaya per satuan luas. Satuannya adalah N/m 2, yang di dalam
sistem satuan SI dinyatakan dengan Pascal atau Pa. Di dalam dunia medis satuan tekanan dinyatakan dalam millimeter mercuri
atau disingkat dengan mmHg. Tekanan atmosfer lingkungan kita adalah 760 mmHg. Atmosfer memiliki tekanan sebesar 1 atm
7
(atm adalah singkatan dari atmosfer). Jadi 1 atm = 760 mmHg. Karena kita hidup di lingkungan atmosfer, maka pengukuran
tekanan apapun dihitung relatif terhadap tekanan atmosfer.
Pada zat cair yang mengalir, hukum-hukum yang berlaku diantaranya
1. Hukum Poiseuille (cairan yang mengalir melalui suatu pipa akan berbanding langsung dengan penurunan tekanan sepanjang
pipa dan pangkat empat jari-jari pipa).
2. Persamaan kontinuitas (semakin kecil luas penampang (pipa) maka semakin cepat alirannya, begitupula sebaliknya)
Sehingga dapat disimpulkan, semakin kecil luas penampang (pipa) yang dilalui zat cat cair maka semakin cepat alirannya tetapi
tekanannya akan menurun (A << → v >> → P <<), begitupula sebaliknya, semakin besar luas penampang (pipa) yang dilalui zat
cat cair maka semakin lambat alirannya tetapi tekanannya akan meningkat (A >> → v << → P >>).
Aliran Zat Cair Melalui Pembuluh

Hidrodinamika dan Hidrostatika pada Tubuh


Ada sejumlah tempat di dalam tubuh yang tekanannya relatif lebih kecil dari tekanan atmosfer sehingga memungkinkan
udara di lingkungan kita dapat mengalir ke dalam paru-paru. Ketika seseorang minum air dari sebuah gelas dengan menggunakan
sedotan, tekanan di dalam mulutnya harus jauh lebih kecil dari tekanan atmosfer di sekitar gelas agar air di dalam gelas tersebut
dapat mengalir ke dalam mulut.
Di dalam tubuh kita, jantung berperan sebagai sebuah pompa yang dapat menghasilkan tekanan yang betul-betul tinggi (~
100 sampai 140 mmHg) untuk menghasilkan gaya dorong yang besar agar darah dapat didorong mengalir dari paru-paru ke
seluruh tubuh melalui arteri. Darah yang telah dialirkan ke seluruh tubuh akan dialirkan kembali ke paru-paru melalui venous
(pembuluh darah), oleh karena itu tekanan pada venous harus betul-betul cukup kecil agar darah (khususnya pada bagian tubuh
yang paling bawah seperti kaki) dapat disedot kembali ke dalam jantung. Kegagalan dalam menyedot kembali darah yang telah
dialirkan ke wilayah kaki ini sering menghasilkan pembengkakan pada pembuluh darah (veins).

Tekanan di dalam tengkorak


Cairan di dalam otak (cerebrospinal fluid atau CSF sekitar 150 cm3) dapat mengalir keluar dari wilayah otak menuju rongga
tulang belakang (spinal column). Cairan ini mengalir bersirkulasi secara terus menerus.
Jika tersumbat, cairan CSF akan terjebak di dalam ruang otak (tengkorak) sehingga akan meningkatkan tekanan internal tengkorak
yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran tengkorak (hydrocephalus yang sering terjadi pada bayi). Penanggulangan
hydrocephalus dapat dilakukan melalui pembedahan dengan mem-by-pass sistim aliran CSF yang tersumbat. Nilai normal
panjang keliling kepala untuk bayi adalah 32 sampai 37 cm.

Tekanan Pada Mata


Cairan bening di dalam bola mata yang terdapat antara permukaan mata dan retina memiliki tekanan tertentu sehingga dapat
menjaga bola mata pada bentuk dan ukuran yang tetap. Jangan sekali-kali menekan bola mata terlalu keras karena dapat berakibat
fatal dimana tekanan internal mata tidak dapat mengembalikan bola mata ke dalam bentuk semula (dapat menyebabkan kebutaan).
Tekanan normal cairan bening mata berada pada interval 12 sampai 23 mmHg.
Mata secara kontinu menghasilkan cairan, dan oleh sistim pengaliran yang dimilikinya membuat cairan yang berlebihan
dapat dibuang dengan baik. Apabila sistim pengaliran ini mengalami penyumbatan maka akan mengakibatkan tekanan di dalam
mata menjadi meningka yang dapat membatasi suplai darah ke retina mata sehingga mempengaruhi kejelasan penglihatan
(glaucoma) jika sangat parah dapat menyebabkan kebutaan.

Tekanan Pada Sistem Pencernaan


Sistim pencernaan dilengkapi dengan katup-katup (valves) yang berperan
sebagai pembuka dan penutup sehingga sistim pencernaan berproses dengan
sempurna. Katup di dalam usus berperan untuk meratakan penyaluran (pengaliran)
makanan di dalamnya. Katup-katup terdapat pada antara lambung dan usus kecil
(pylorus; yang berperan untuk menghidari aliran makanan dari usus kecil kembali
ke lambung) dan antara usus kecil dan usus besar (valve between small and large
intestine). Pada beberapa kejadian aliran penyaluran terbalik dapat saja terjadi,
seperti pada saat muntah, aliran makanan berbalik dari yang normalnya.
Tekanan di dalam lambung dan usus (bagian-bagian dari sistim pencernaan)
lebih besar dari pada tekanan atmosfer. Makanan yang dimakan (setelah kenyang)
meningkatkan tekanan pada sistim pencernaan.
Di samping itu, pada saat makan biasanya udara yang sempat dihirup melalui
pernafasan tertahan dan terjebak di dalam tubuh. Udara yang terjebak ini menambah tekanan secara signifikan pada sistim
pencernaan. Tekanan di dalam sistim pencernaan dapat juga dibangkitkan oleh gas-gas yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri yang
terdapat di dalam usus. Gas-gas ini umumnya dikeluarkan dalam bentuk kentut (flatus). Kadang-kadang suatu bentuk
penyumbatan terjadi pada katup antara usus besar dan usus kecil dan membangkitkan tekanan yang berlebihan sehingga
menghalangi organ pembuluh darah yang ada di perut untuk mengalirkan darah ke organ-organ penting di dalamnya. Jika tekanan
yang terjadi ini menjadi cukup besar akan menghentikan mekanisme sistim aliran darah di dalam perut yang dapat berakibat pada
kematian. Suatu teknik intubation (memasukkan pipa kecil melalui hidung, lambung dan usus) biasanya dilakukan untuk
mengurangi tekanan tersebut. Jika usaha ini gagal, selanjutnya diatasi dengan melakukan pembedahan. Penambahan tekanan yang
besar di dalam usus akan menyebabkan resiko infeksi pada dinding usus, karena tekanan yang besar akan menyebabkan dinding
usus cenderung robek atau retak-retak seperti teriris terluka kecil, dan gas-gas yang terjebak di dalam usus akan dengan cepat
8
menyebar dan memasuki luka-luka tersebut. Resiko ini dapat direduksi/dikurangi dengan melakukan pembedahan di ruangan
bertekanan tinggi, dimana tekanan ruangan lebih tinggi dari tekanan usus penderita.

Tekanan di dalam kandung kemih(bladder)


Peningkatan tekanan yang terjadi pada kandung kemih adalah akibat adanya akumulasi (pertambahan terus menerus) volume
air kencing (urine). Untuk orang dewasa volume maksimum kandung kemih adalah 500 ml dengan tekanan rata-rata 30 cmH 2O.
Pada penderita prostatic (saluran kandung kemihnya tersumbat), tekanan kandung kemihnya dapat mencapai lebih 100 cmH2O.
Tekanan pada kandung kemih dapat bertambah pada saat batuk, saat duduk dan pada saat dalam keadaan tegang. Khusus untuk
wanita hamil, tekanan pada kandung kemihnya akan bertambah dengan bertambah beratnya janin yang dikandung dan biasanya
oleh karena itu ia sering buang air kecil. Pada situasi yang stress pun juga dapat meningkatkan tekanan pada kandung kemih,
belajar saat mau ujian membuat anda sering buang air kecil ke toilet. Hal ini disebabkan karena “nerves”.

Hukum-hukum yang berlaku dalam pernafasan


1. Hukum Dalton
“ Suatu campuran dari beberapa gas, setiap gas akan membentuk kontribusi tekanan total, seakan-akan gas itu berdiri
sendiri”. Misalnya dalam suatu ruangan terdapat udara dengan tekanan 1 atmosfer (760 mmHg). Udara terdiri dari 20%
oksigen (O2) dan 80% nitrogen (N2), maka tekanan parsial oksigen (pO2) = 20/100 x 760 mmHg  150 mmHg (= tekanan
parsial O2 saat respirasi dengan O2 sebanyak 20,9%, tekanan parsial paru-paru pH 2O = 47 mmHg dan pada temperatur 37C)
dan tekanan parsial nitrogen (pN2) = 80/100 x 760 mmHg  610 mmHg
2. Hukum Boyle
“Jika suhu gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor dijaga konstan (tetap), maka hubungan P.V = konstan”
dengan P = tekanan (dalam satuan: N/m2 = Pascal = Pa) dan V = volume (dalam satuan: N/m2 = Pascal = Pa)
Berdasarkan persamaan P.V = konstan diperoleh bahwa hubungan antara volume dan tekanan berbanding terbalik, artinya
 jika volume menurun (bejana mengecil) maka tekanan akan meningkat (V << → P >>), begitu pula sebaliknya
 jika volume meningkat maka tekanan akan menurun (V >> → P <<)
peristiwa ini terjadi pada saat kita bernafas. Pada saat inspirasi (menarik nafas), volume paru-paru meningkat, sedangkan
tekanan intrapleura (selaput dalam paru-paru mengalami penurunan. Namun pada saat ekspirasi, volume paru-paru menurun,
sedangkan tekanan intrapleura mengalami peningkatan.
3. Hukum Laplace
“Tekanan pada gelembung alveoli berbanding terbalik terhadap radius (jari-jari) dan berbanding terhadap tegangan
permukaan”

P=
atau dapat ditulis R
dengan P = tekanan (dalam satuan: dyne /cm2 = 0,1 Pa),  = tegangan permukaan (dalam satuan: dyne /cm) dan R = jari-jari
(dalam satuan: cm), di sini alveoli diibaratkan sebagai gelembung.

Tekanan Barometrik
Udara (gas) termasuk fluida yang juga memiliki tekanan. Tekanan yang dihasilkan oleh udara luar (disekeliling kita/yang
menyelimuti permukaan bumi) disebut tekanan barometrik /tekanan atmosfer. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan
bumi/laut maka tekanan barometrik akan menurun yang diikuti penurunan tekanan oksigen (jumlah oksigen menurun).
Efek tekanan barometrik terhadap kesehatan:
 Pada ketinggian 20.000 feet (6.096 m) suplai oksigen kurang, biasanya selama 10 menit atau lebih, manusia akan
mengalami kollaps (lemah mental hariness)
 Pada ketinggian 20.000 s.d 24.000 feet (6.096 s.d 7.315 m) manusia akan masuk pada fase kritis.
 Pada ketinggian diatas 30.000 (9.144 m) dalam waktu 1 menit manusia akan koma (tidak sadarkan diri).

III. BIOAKUSTIK
(Keterkaitan antara bunyi/gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan)

Prinsip – Prinsip Gelombang


Gelombang adalah:
 perambatan energi
 getaran yang merambat
 fenomena perambatan gangguan
Contoh gelombang: gelombang simpangan tali, gelombang permukaan air dan gelombang bunyi di udara. Medium pada proses
perambatan gelombang tidak selalu ikut berpindah tempat bersama dengan rambatan gelombang. Misalnya bunyi yang merambat
melalui medium udara akan membuat partikel-partikel udara bergerak osilasi (lokal) saja.

Berdasarkan arah rambat, gelombang dibedakan menjadi:


1. Gelombang Longitudinal yaitu arah rambat gelombang sejajar dengan arah gerak partikel-partikel medium.
2. Gelombang Transversal yaitu arah rambat gelombang tegak lurus dengan arah gerak partikel-partikel medium.

9
Berdasarkan mekanismenya, gelombang dibedakan menjadi:
1. Gelombang mekanis yaitu gelombang yang cepat rambatnya tergantung pada besaran mekanik.
2. Gelombang elastik yaitu gelombang yang cepat rambatnya tergantung pada besaran-besaran elastisitas.
3. Gelombang permukaan dalam zat cait yaitu gelombang yang cepat rambatnya tergantung pada besaran permukaan cairan.
4. Gelombang elektromagnetik yaitu gelombang yang cepat rambatnya tergantung pada besaran listrik dan magnetik.

Bunyi/Gelombang bunyi merupakan:


 Gelombang mekanik longitudinal yang merambat melalui medium (padat, cair atau gas).
 terjadi akibat vibrasi/getaran molekul-molekul zat dan saling beradu satu sama lain.
 memiliki cepat rambat sekitar 331 m/s (di udara pada 20oC).

Peristiwa yang dapat dialami pada saat bunyi merambat (sifat bunyi):
1. refleksi (pemantulan)
2. transmisi (diteruskan)
3. absorpsi (penyerapan)
4. refraksi (pembelokan)
5. scattering (penyebaran/penghamburan)

Jenis gelombang bunyi berdasarkan frekuensinya (f):


1. Infrasonik f < 20 Hz.
2. Audiosonik f = 20 – 20000 Hz, dapat didengar manusia (audible frequency).
3. Ultrasonik f > 20000 Hz

Suara ditandai oleh nada, intensitas/kepekaan dan kualitas/warna nada:


1. Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada.
2. Intensitas atau Kepekaan suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah
bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara.
Kepekaan/kekerasan suara dinyatakan dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel
disebut desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni 1,26 kali.
3. Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada
dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan perbedaan khas suara manusia.

Jenis– jenis bunyi/suara yang dapat diterima oleh telinga:


 Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20 – 20.000 siklus per detik (Hz), tetapi paling peka terhadap
frekuensi 1000 dan 4000 Hz.
 Suara yang lebih kuat dari 100 dB dalam merusak perangkat sensorik di koklea.
 Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara 20 – 20.000 Hz. Namun, rentang/frekuensi suara
bergantung pada perluasan kekerasan suara yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 desibel dibawah 1 dyne/cm 2 tingkat
tekanan suara, rentang suara adalah 500 – 5000 Hz. Hanya dengan suara keras rentang 20 – 20.000 Hz dapat dicapai secara
lengkap.
 Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya menurun menjadi 50 – 8.000 Hz atau kurang.
 Suara 3000 Hz dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara. Suara
100 Hz dapat dideteksi hanya jika intensitasnya 10.000 kali lebih besar dari ini.

Proses terjadinya penerimaan bunyi/suara


Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Suara ditandai oleh
nada, intensitas, kepekaan. Proses pendengaran dimulai saat suara masuk
melewati saluran telinga kemudian menggetarkan gendang telinga. Kemudian
gelombang suara diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah.
Selanjutnya peningkatan tekanan gelombang suara bertambah saat melewati
jendela oval, cairan pada koklea pun bergetar. Getaran ini menyebabkan sel-sel
rambut yang melekat pada membran basalis bergerak naik turun dan
memunculkan potensial aksi. Impuls listrik ini kemudian diteruskan hingga ke
otak untuk diterjemahkan. sistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi
suara adalah dengan menentukan posisi di sepanjang membrane basilaris yang
paling terangsang.

IV. TERMOFISIKA

10
Suhu didefinisikan sebagai derajat panas atau dinginya suatu benda atau sistem. Benda yang panas memiliki suhu yang tinggi
sedangkan benda yang dingin memiliki suhu yang rendah. Pada hakikatnya suhu merupakan ukuran energi kinetik (gerak) rata-
rata yang dimiliki oleh molekul-molekul suatu benda. Sehingga suhu menggambarkan bagaimana gerakan molekul-molekul suatu
benda.
Termometer yaitu alat untuk mengukur suhu. Termometer dibuat berdasarkan sifat termometrik dari suatu benda. Sifat
termometrik yaitu sifat-sifat suatu benda yang dapat berubah akibat adanya perubahan suhu misalnya pemuaian zat padat,
pemuaian zat cair, pemuaian gas, tekanan zat cair, tekanan udara, regangan zat padat, hambatan zat terhadap arus listrik dan
intensitas cahaya (radiasi benda).

Tabel 3.1. Jenis – Jenis Termometer


Jenis – Jenis Termometer Keterangan
Termometer yang pipa kacanya diisi dengan raksa/alkohol, jangkauan ukur raksa -
Termometer raksa/alkohol
40 s/d 350 (C), umumnya dijumpai dalam keseharian
Termometer klinis Biasa digunakan para dokter & perawat untuk mengukur suhu tubuh manusia
dapat mengukur suhu tanpa kontak. Termometer diarahkan pada permukaan
Termometer non-kontak atau
obyek dan secara langsung memberikan pembacaan suhu. Alat ini sangat berguna
termometer inframerah
untuk pengukuran di tungku atau suhu permukaan dan lain sebagainya.
Bekerja berdasarkan hubungan antara gaya gerak listrik dengan gradien
Termokopel temperatur diantara dua buah konduktor, jangkauan ukur
-190 s/d 300 (C), banyak digunakan industri untuk perubahan suhu yang cepat
Termasuk termometer elektronik yang menggunakan termistor, jangkauan ukur
Termometer tahanan
-250 s/d 1760 (C), banyak digunakan di klinik untuk memonitor suhu pernafasan

Nilai hasil pemeriksaan suhu tubuh merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran
panas tubuh. Nilai ini akan menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi demikian dapat juga disebabkan
oleh vasodilatasi (pelebaran pembuluh), berkeringat, hiperventilasi (peningkatan pernafasan) dan lain-lain. Demikian sebaliknya,
bila pembentukan panas meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat pada peningkatan metabolisme
dan kontraksi otot.
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh. Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan secara: oral,
rectal (rectal), aksila (auxiliary) dan membran tympani (selaput suara). Prosedur kerja pengukuran suhu tubuh:
Langkah awal:
 Jelaskan prosedur kepada klien
 Cuci tangan
 Gunakan sarung tangan
 Atur posisi pasien
a. Untuk pemeriksaan suhu oral
 Tentukan letak bawah lidah
 Turunkan suhu termometer dibawah antara 34C – 35C (untuk termometer raksa, dengan cara dikibas-kibaskan)
 Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
 Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 – 5 menit
Catatan. Cairan dan sisa rokok di mulut akan mempengaruhi hasil pengukuran oral temperature. Sebaiknya pengukuran dilakukan
10 – 15 menit setelah makan, minum, atau merokok terakhir kali
b. Untuk pemeriksaan suhu aksila (ketiak)
 Tentukan letak aksila (ketiak) dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tissue
 Turunkan suhu termometer dibawah antara 34C – 35C
 Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada (mendekap dada)
 Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
Catatan. Dibandingkan dengan pengukuran lainnya, pemeriksaan suhu aksila terhitung yang paling tidak akurat karena sangat
dipengaruhi lingkungan. Termometer biasa yang kurang akurat akan menampilkan perbedaan hingga turun 1C.
c. Untuk pemeriksaan suhu rektal
 Atur posisi pasien dengan posisi miring
 Pakaian diturunkan sampai dibawah glutea (dibawah pantat)
 Tentukan letak rektal, lalu oleskan vaseline
 Turunkan suhu termometer dibawah antara 34C – 35C
 Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien, masukkan termometer kedalam rektal dengan perlahan-lahan, jangan sampai
berubah posisi dan ukur suhu
 Setelah 3 – 5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
Catatan. Hasil pengukuran rectal ini biasanya lebih tinggi 0,4 – 0,5 C dari oral.
Langkah akhir:
 Catat hasil pengukuran
 Bersihkan termometer dengan kertas / tissue
11
 Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Pengukuran suhu thimpanic membrane temperature merupakan cara pengukuran yang paling praktis, cepat, dan akurat tetapi
tidak dianjurkan bagi orang awam yang tidak mengetahui anatomi telinga karena berhubungan dengan bagian pendengaran yang
vital. Umumnya, thimpanic membrane temperature akan menunjukkan perbedaan hingga 0,8 derajat celcius lebih tinggi daripada
oral temperature. Hasil akurat akan didapatkan bila termometer diarahkan dengan tepat ke bagian membrane tympani (selaput
suara). Untuk pemakaian rumah tangga biasanya oral temperature dan auxiliary temperature menjadi pilihan.

Kalor
Kalor (Q) merupakan transfer energi atau energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan
suhu. Jadi kalor merupakan salah satu bentuk energi. Sedangkan energy merupakan kemampuan untuk melakukan usaha, energy
dapat berubah bentuk, dari satu bentuk ke bentuk lainnya (hukum kekekalan energi). Dua jenis kalor:
1. Kalor jenis (c) yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk merubah suhu benda (sebesar 1C atau 1 K untuk setiap 1 kg
benda tsb.) atau c = Q/(m.T). Kalor jenis setiap benda berbeda-beda. Misalnya kalor jenis air = 4190 J/kg.K sedangkan
kalor jenis besi = 450 J/kg.K. Hal ini berarti air membutuhkan kalor lebih banyak daripada besi untuk menaikan suhu sebesar
1C meskipun massa kedua benda tersebut sama yaitu 1 kg.
2. Kalor laten (L) yaitu banyaknya kalor yang diperlukan untuk merubah wujud suatu zat/benda (untuk setiap 1 kg benda tsb.)
atau L = Q/m. Wujud benda ada 3 jenis: padat, cair dan gas. Perubahan wujud dari padat ke cair disebut melebur, perubahan
wujud dari cair ke gas disebut menguap dan perubahan wujud dari padat ke gas disebut menyublim. Kalor laten setiap benda
berbeda-beda. Kalor laten digunakan untuk merubah wujud benda, misalnya ketika es melebur dari padat ke cair, kalor lebur es
= 336 kJ/kg, ini berarti air membutuhkan kalor sebanyak 336.000 joule untuk melebur es sebanyak 1 kg menjadi air
seluruhnya.
Catatan. Q = banyaknya kalor yang diperlukan (J), m = massa zat/benda (kg), T = perubahan suhu (C atau Kelvin)

Energi panas (kalor) yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada 4 cara:
1. Konduksi: perpindahan panas dari suatu objek yang suhunya lebih tinggi ke objek lain dengan jalan kontak langsung.
Konduksi terjadi akibat interaksi molekular yaitu panas dipindahkan dengan cara tumbukan antar molekul tetapi molekul
tersebut tidak berpindah tempat. Misalnya panas mengalir dari kulit kita ke udara. Zat yang mudah menghantarkan panas
disebut konduktor, misalnya alumunium, tembaga dan besi. Sedangkan zat yang sukar menghantarkan panas disebut isolator,
misalnya gas (udara), air (zat cair) dan kayu yang digunakan untuk pegangan pada alat-alat masak.
2. Konveksi: perpindahan panas dari suatu daerah yang suhunya lebih tinggi ke daerah lain dengan jalan pergerakan molekul.
Konveksi tejadi pada fluida (zat cair dan gas). Contohnya perpindahan panas pada suatu ruangan, udara yang berada dekat
pemanas akan membawa panas bergerak menjauh kemudian menuju tempat yang lebih dingin, sedangkan udara dingin
mendekati pemanas demikian seterusnya sehingga terjadi perputaran udara sehingga seluruh ruangan menjadi panas dan
berinteraksi dengan kulit kita.
3. Radiasi: perpindahan panas dari suatu permukaan objek yang suhunya lebih tinggi ke objek lain tanpa kontak diantara kedua
objek tersebut. Radiasi terjadi dalam bentuk gelombang elektomagnetik (cahaya). Contohnya perpindahan panas yang terjadi
saat kita dekat api unggun/saat berjemur di bawah sinar matahari, api/matahari akan memancarkan cahaya ke tubuh kita maka
kita akan merasa panas dalam bentuk radiasi. Pada hakikatnya, setiap benda memancarkan radiasi gelombang elektromagnetik
karena tiap benda akan memantulkan cahaya yang mengenainya.
4. Evaporasi: perpindahan panas dari bentuk cairan menjadi uap. Manusia kehilangan sekitar 9 x 103 kalori/gram melalui
penguapan paru-paru. Jika seseoarang bekerja/berlatih dengan sangat berat maka dia akan minum hingga 4 liter/jam, ini
menunjukan adanya proses pertukaran energi termal (panas). Kehilangan panas dapat terjadi secara evaporasi apabila:
1. adanya perbedaan tekanan uap air antara keringat pada kulit dan udara ambien.
2. temperatur lingkungan yang lebih rendah daripada normal sehingga evaporasi dari keringat dapat terjadi dan hal ini dapat
terjadi apabila temperatur basah kering dibawah temperatur kulit.
3. adanya gerakan angin.
4. adanya kelembaban.

V. BIOLISTRIK (Kelistrikan dalam tubuh)

Hukum-hukum dalam biolistrik


a. Hukum Ohm : “Perbedaan potensial antara ujung konduktor berbanding lurus dengan arus yang melewati dan berbanding lurus
dengan hambatan dari konduktor” atau V = I.R R
V = beda potensial/tegangan (volt),
I = kuat arus (ampere), R = hambatan (ohm)
b. Hukum Joule : “Arus listrik yang melewati konduktor dengan beda potensial V, dalam waktu tertentu akan menimbulkan
kalor” atau Q = W = P.t = VI.t
Q = energi panas (joule), P = daya listrik (watt) dan
t = waktu (detik)

12
Muatan listrik (q), merupakan sifat yang dimiliki suatu benda/partikel/atom akibat kelebihan atau kekurangan elektron. Dua jenis
muatan listrik:
1. Muatan positif (+) terbentuk akibat partikel tersebut kekurangan/kehilangan elektron (disebut ion +)
2. Muatan negatif (–) terbentuk akibat partikel tersebut kelebihan/mendapat tambahan elektron (disebut ion –)
Suatu benda/atom umumnya tidak bermuatan (netral): jumlah muatan (+) = jumlah muatan (–)
Misal (+5) + (-5) = 0 = netral
Misal elektron loncat/pindah sebanyak 2 maka (+5) + (-3) = +2 = bermuatan positif
Misal dapat tambahan elektron sebanyak 2 maka (0) + (-2) = -2 = bermuatan negatif

Interaksi antar muatan listrik


Jika muatan sejenis saling berdekatan maka akan terjadi gaya listrik (gaya Coulomb): tolak-menolak
Jika muatan berlawanan jenis saling berdekatan maka akan terjadi gaya listrik: tarik-menarik
q
Medan listrik (E), yaitu daerah disekeliling muatan listrik yang masih dipengaruhi oleh gaya listrik atau E=k
Arah medan listrik: dari muatan positif menuju muatan negatif r2
q
V =k
Potensial listrik (V), terjadi apabila sejumlah muatan yang berada pada jarak tertentu dari suatu titik atau r
Makin jauh dari suatu titik pengamatan maka potensial akan semakin menurun.
E = kuat medan listrik, dalam newton/coulomb (N/C) k = tetapan Coulomb = 9 x 109 N.m2/C2
q = besarnya muatan, dalam coulomb (C) r = jarak terhadap muatan, dalam meter (m)
 Jika potensial listrik pada suatu tempat bernilai +1 volt, artinya di dekat tempat tersebut ada sejumlah muatan positif.
 Jika potensial listrik pada suatu tempat bernilai –1 volt, artinya di dekat tempat tersebut ada sejumlah muatan negatif.
q
I=
Arus listrik (atau disebut listrik saja) (I), yaitu aliran muatan listrik dalam waktu tertentu (t) atau t .
Listrik terjadi karena adanya perbedaan potensial. Listrik mengalir dari daerah berpotensial tinggi menuju potensial rendah.

W
P=
Daya listrik (P) yaitu energi listrik yang dihasilkan dalam waktu tertentu atau t
Penjelasan harga efektif arus dan potensial listrik
Harga arus dan potensial listrik yang terukur pada alat ukur disebut harga efektif dari arus dan potensial listrik tersebut (harga
efektif ini berlaku juga untuk arus bolak-balik/yang berupa sinusoida)

Jenis – jenis listrik dalam tubuh/Isyarat Listrik Tubuh.


Isyarat listrik tubuh merupakan hasil perlakuan kimia dari tipe sel tertentu. Dengan mengukur isyarat ini secara selektif maka
hasil isyarat ini sangat berguna untuk memperoleh informasi klinik tentang fungsi tubuh. Ada 7 pola isyarat listrik tubuh yang
berhubungan dengan fungsi tubuh yaitu:
1. EMG – Elektromiogram. (mio = otot)
2. ENG – Elektroneurogram. (neuro = saraf)
3. ERG – Elektroretinogram. (retino = retina mata)
4. EOG – Elektrookulogram. (okulo = kornea mata)
5. EGG – Elektrogastrogram. (gastro = pencernaan)
6. EEG – Elektroensefalogram. (ensefalo = otak)
7. EKG – Elektrokardiogram. (kardio = jantung)

Penjelasan potensial listrik pada syaraf


Sistem Saraf
Semua isyarat kelistrikan dalam tubuh manusia disalurkan melalui sistem saraf dan neuron (sel saraf). Impuls dalam sistem
syaraf → ion-ion yang mengalir sepanjang sel syaraf (mirip dengan aliran elektron dalam konduktor/kabel)

Fungsi sel saraf: menerima, menginterpretasikan (mengubah rangsangan menjadi sinyal listrik)
& menghantarkan isyarat listrik ke/dari bagian tubuh. Sistem saraf dibagi dua :
1. sistem saraf pusat saraf: otak, medulla spinalis & saraf perifer (serat saraf):
a. saraf afferent: mengirimkan informasi isyarat sensoris ke otak atau ke medulla spinalis
(sumsum tulang belakang).
b. saraf efferen: mengirimkan informasi dari otak atau medulla spinalis ke bagian otot dan sistem kelenjar.
2. sistem saraf otonom: bekerja secara mandiri dan otomatis (diluar kesadaran) seperti pada organ dalam (jantung, usus, dan
kelenjar).
Mekanisme kerja sel saraf ditentukan oleh perubahan perbandingan setiap saat konsentrasi ion-ion di dalam dan diluar sel.
Setiap sel saraf menghasilkan sedikit ion negatif tepat di dalam sel dan ion positif tepat diluar membran sel Di dalam sel terdapat

13
ion Na+, K+, Cl– dan protein (A–). Ion-ion tersebut berasal dari cairan elektrolit NaCl, elektrolit KCl dan protein. Sel saraf
menggunakan difusi pasif dan transportasi aktif untuk mempertahankan distribusi ion melalui membran sel.
Mobilitas pergerakan ion (isyarat listrik) lebih ditentukan oleh ion Na + karena lapisan membrane (lapisan myelin) suatu akson
hanya selektif terhadap ion Na+.
Break 1A 17 September

Sel Saraf istirahat


Pada keadaan istirahat (tidak ada rangsangan impuls listrik) maka bagian di dalam membran sel relatif lebih negatip dari pada
di luar membran (konsentrasi ion Na+ di luar membran sel lebih banyak). Beda potensial listrik antara bagian dalam dan luar
membran mencapai –90 miliVolt dan membran ini disebut dalam keadaan terpolarisasi dengan potensial istirahat –90 miliVolt.
Potensial sel saraf istirahat dapat diganggu oleh rangsangan: listrik, kimia atau fisis/mekanik. Respon membran sel terhadap
rangangan. Secara sederhana proses perubahan keadaan membran saat ada rangsangan:
RANGSANGAN → DEPOLARISASI → REPOLARISASI (REFARKTER ABSOLUT & RELATIF)
1. DEPOLARISASI terjadi saat membran menerima rangsangan:
 butiran-butiran lapisan membran berubah
 ion-ion Na+ masuk ke dalam sel
 bagian dalam sel menjadi kurang negatif
 bagian dalam sel menjadi lebih positif
 potensial membran naik
 membran terdepolarisasi (polarisasinya berkurang dari –90 miliVolt)
2. REPOLARISASI
Kembalinya membran pada nilai istirahatnya (-90 mV), Na + ke luar sel setelah gangguan akibat depolarisasi. Proses
repolarisasi sel membran disebut perioda refrakter. Perioda refrakter dibedakan menjadi dua tahap:
1. refrakter absolut: tahap perubahan polaritas terjadi secara spontan dan berlangsung selama 2,5 mikrodetik
2. refrakter relatif: tahap menuju keadaan setimbang dan < 1 mikrodetik.
Keseluruhan proses depolarisasi dan repolarisasi akibat rangsangan < 3 mikro detik.
Potensial aksi:
 terjadi akibat rangsangan kuat (melewati nilai ambang)
 potensial membran berubah secara transien/tiba-tiba
 terjadi depolarisasi membran secara cepat/tiba-tiba sehingga perubahan potensial menjadi terbuka
 Ion-ion Na+ mengalir masuk sel dalam waktu cepat dan jumlah banyak, sehingga menimbulkan arus listrik
 potensial membran naik dengan cepat
 perubahan potensial membran mencapai overshoot/ maksimum (hingga +40 miliVolt)
 depolarisasi dari -90 mV menjadi -50 mV (potensial ambang)
Saat potensial aksi mencapai maksimum (+40 miliVolt) saluran Na + tertutup selama 1 ms sampai membran tidak dapat
dirangsang lagi maka mekanisme pengangkutan ion di dalam sel dengan cepat mengembalikan konsentrasi ion ke keadaan semula
(repolarisasi)

Perambatan potensial aksi


Potensial aksi mampu merangsang daerah sekitar sel membrane untuk mencapai nilai ambang sehingga terjadi proses
depolarisasi berkelanjutan yang irreversible (gelombang depolarisasi merambat hingga seluruh bagian sel dan mencapai ujung
saraf, gelombang depolarisasi akan berhenti dan tidak pernah terjadi aliran balik ke arah mulai datangnya rangsangan). Jadi aliran
listrik dalam tubuh kita berupa gelombang depolarisasi.

Penjelasan potensial listrik pada otot


Otot (sehari-hari disebut daging) didukung oleh banyak unit serat motorik dan setiap unitnya terdiri dari cabang tunggal saraf
dari otak atau medulla spinallis. Ada 25 – 2000 serat otot dihubungkan dengan saraf melalui ujung serat ini. Sehingga potensial
istirahat yang melewati serat otot serupa dengan potensial istirahat yang melewati serat saraf. Oleh Karena itu gerakan otot
berkaitan dengan potensial aksi yang merambat sepanjang akson dan diteruskan ke serat otot melalui ujung serat motorik.

Penjelasan listrik pada jantung


Sel membran otot jantung (miokardium) berbeda dengan saraf dan otot bergaris (otot lurik). Saraf dan otot lurik memerlukan
rangsangan supaya terjadi depolarisasi (ion Na+ masuk ke dalam sel). Aktifitas Kelistrikan otot jantung:
 Pada sel otot jantung, ion Na + mudah bocor (tidak perlu rangsangan luar), setelah repolarisasi komplit, ion Na+ akan masuk
lagi ke dalam sel → depolarisasi spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial aksi tanpa memerlukan
rangsangan luar.
 Terjadinya potensial aksi tanpa rangsangan luar dihasilkan oleh sekumpulan sel utama (sebagai pengaktif /pemacu
jantung/Pace Maker)
 Pace Maker juga berperan sebagai sumber gelombang depolarisasi
 Pace Maker secara cepat akan mendepolarisasi sel otot jantung yang sedang mengalami istirahat.
 Menghasilkan gelombang depolarisasi untuk seluruh otot miokardium
 Depolarisasi sel membran otot jantung oleh perambatan potensial aksi menghasilkan kontraksi otot → denyut jantung

14
VI. BIOOPTIK

Optika geometris dan optika fisis


Dalam ilmu optik ada dua cara pendekatan mengenai gejala optik yaitu:
1. Optika geometris adalah cabang ilmu pengetahuan tentang cahaya yang mempelajari sifat-sifat perambatan cahaya seperti
pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), serta prinsip jalannya sinar-sinar.
2. Optik fisis memandang cahaya sebagai sebuah gelombang, membahas tentang sifat-sifat cahaya, dispersi (penguraian warna),
interferensi (penggabungan), difraksi (pelenturan), polarisasi (penyerapan sebagian arah getar), hakikat cahaya dan
pemanfaatan sifat-sifat cahaya.

Lensa (kanta)
Lensa adalah benda bening transparan yang di batasi oleh dua bidang/permukaan lengkung atau sebuah bidang lengkung
dengan sebuah bidang datar. Lensa umumnya terbuat dari plastik atau kaca yang dibentuk. Lensa memiliki dua titik fokus (titik
fokus aktif yang terletak di depan lensa dan titik fokus pasif yang terletak di belakang lensa).

Tabel 4.1. Jenis – Jenis Lensa


Jenis Permukaan Contoh Sifat Nama lain
 Mengumpulkan cahaya  Lensa positif
1. Lensa
 Membiaskan cahaya hingga terfokus pada sebuah  Lensa cembung
konvergen
1. Lensa sferis/ titik  Lensa konveks
lengkung  Lensa negatif
2. Lensa divergen Menyebarkan cahaya  Lensa cekung
 Lensa konkaf
2. Lensa silindris Lensa silindris Membiaskan cahaya hingga terfokus pada sebuah garis

Lensa cembung (lensa positif). Tiga sinar istimewa pada lensa cembung:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan melalui titik fokus pasif (F2)
2. Sinar datang yang seakan-akan menuju titik fokus pasif (F2) dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa pembiasan

Lensa cekung (lensa negatif). Tiga sinar istimewa pada lensa cekung:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama lensa dibiaskan seakan-akan berasal dari titik fokus aktif (F1)
2. Sinar datang yang seakan-akan menuju titik fokus pasif (F2) dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa pembiasan

Mata
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak terjauh saat benda tampak jelas
tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat harus direfraksikan
(dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan
penglihatan yang jelas disebut pemfokusan. Cahaya dibiaskan jika melewati kornea. Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh
lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk
lensa ini akibat kerja otot siliari. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-beda disebut daya akomodasi.

Tabel 4.2. Kelainan kelainan optik pada Mata


Jenis Kelainan Ciri-ciri Penyebab Penanganan/Koreksi
15
1. Miopi  titik dekat (P) dan titik jauh (r) terlalu bola mata terlalu panjang/terlalu kaca mata lensa
(mata dekat/ dekat lonjong: bayangan jatuh di cekung (negatif)
rabun jauh)  Jarak baca/titik dekat (P) < 25 cm depan retina
 tak dapat melihat benda yang jauh
2. Hipermetropi  Titik dekat (P) dan titik jauh (r) bola mata terlalu pendek/agak kaca mata lensa
(rabun dekat) terlalu jauh gepeng: bayangan jatuh di cembung (positif)
 Jarak baca/titik dekat (P) > 25 cm belakang retina
 tak dapat melihat benda yang dekat
3.Presbiopi  tak dapat melihat benda yang terlalu: berkurangnya elastisitas/ kaca mata lensa
(mata tua) dekat maupun jauh kelenturan lensa mata (faktor rangkap/bifokal
 jarak baca/titik dekat membesar > 25 usia) akibat serat-serat lamelar (cekung dan cembung)
cm subepitel terus diproduksi
4.Astigmatisma  tak dpt memfokuskan benda dengan kelengkungan kornea (fokus lensa silindris/toroidal:
jelas mata) atau permukaan lensa memiliki beberapa
 sekumpulan garis akan terlihat lebih mata mempunyai yang berbeda- fokus.
tajam dibanding garis lainnya beda: bayangan jatuh pada
tempat yang berbeda-beda
5. Buta warna tidak dapat membedakan warna  faktor keturunan (genetis)
yang diturunkan dari ibu
 kekurangan kone (bagian mata
yang sensitive terhadap warna)
6.Katarak  lensa mata buram  pengapuran pada lensa
 pandangan menjadi kabur  berkurangnya
 daya akomodasi berkurang elastisitas/kelenturan lensa
mata
.

VII.INSTRUMENTASI DALAM KEPERAWATAN


Instrumentasi berarti alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang
lebih besar dan lebih kompleks. Fungsi utama instrumentasi yaitu alat pengukuran, alat analisa (diagnostik) & alat kendali.

Tabel 7.1 Berbagai macam peralatan kedokteran beserta perawatannya


No Jenis Peralatan Contoh Peralatan Perawatan
1 Elektronika Electrocardiography  Hindarkan dari goncangan
(menggunakan (EKG), unit  Hindarkan dari medan magnet yang kuat
sumber daya listrik) thermography,  Tempatkan pada suhu 18C s.d 25C
ventilator, unit  Pasang kipas angin pada bagian power supply
monitor EKG  Bersihkan debu dengan vacum cleaner
 Pahami prosedur kerja alat
2 Logam (nikel, alpaka, Forcep ekstraksi,  Simpan pada temperatur tinggi ( 37C agar terhindar dari karat)
besi, tembaga, gunting, pinset, jarum  Simpan di tempat kering
alumunium dan hecting  Bersihkan dari debu & air, olesi dgn minyak oli/minyak rem atau
logam campuran) paraffin cair
 Gunakan bahan silikon sebagai penyerap air (zat higroskopis)
3 Gelas (pyrex dan Ekstraksi vakum,  Simpan pada temperatur 27C s.d 37C dan diberi tambahan lampu
fiber gelas) pipet, tabung reaksi, 25 watt
buret  Ruang penyimpanan diberi bahan silikon
 Bersihkan permukaannya dari debu dgn alcohol, aceton, kapas,
sikat halus & pompa angin
 Hindari pemanasan langsung pd tabung reaksi, gunakan kawat kasa
 Gelas yg akan direbus, masukan dahulu ke dalam air dingin, lalu
panaskan bertahap. Hindari pendinginan mendadak
 Segera bersihkan bahan/kotoran dari gelas setelah dipakai dengan:
air bersih, detergent atau larutan (kalium dikromat 10 gram, asam
belerang 25 ml dan aquadest 75 ml)
4 Plastik/karet Sarung tangan/hand Bersihkan kotoran dgn sabun, jemur (di bawah matahari/hembusan
schoen udara hangat) lalu taburi talk di seluruh permukaannya

Sebagian besar instrumen terbuat dari bahan baja anti karat (stainless steel), suatu campuran logam yang terdiri atas besi,
karbon, dan kromium. Sebagian instrumen terbuat dari titanium. Instrumen dirancang agar dapat bertahan lama dan mudah

16
dibersihkan serta memiliki desain yang sederhana-fungsional sehingga mudah disterilisasi. Sebagian instrumen dirancang agar
dapat diuraikan menjadi beberapa bagian.

A. USG atau Ultrasonografi


merupakan suatu alat penunjang diagnostik di bidang kedokteran sebagai sarana pencitraan untuk mendiagnosa suatu penyakit.

Prinsip Kerja alat ULTRASONOGRAPHY

Transducer bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator
diubah menjadi energi akustik/bunyi oleh transducer yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan
dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan
bermacam-macam pantulan sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan
membentur transducer, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk
cahaya pada layar oscilloscope.

Cara Kerja USG


USG sendiri memiliki beberapa komponen penting untuk penunjang penyakit. Beberapa komponen dan cara kerja setiap bagian
komponen antara lain:
1. Transduser, merupakan komponen pada alat USG yang berbentuk gagang pipih yang mudah digenggam oleh tangan.
Ujungnya berbentuk hampir setengah yang ditempelkan di dinding bagian perut atas atau bawah. Gelombang ultrasound akan
masuk ke bagian tubuh dan dipantulkan kembali sehingga struktur organ dapat terlihat di monitor.
2. Monitor USG, berfungsi untuk memperlihatkan gambar hasil dari transuder. Monitor USG yang normal berbentuk piksel
hitam putih. Butuh keahlian khusus untuk membaca hasil USG, terutama oleh dokter spesialis kandungan atau dokter spesialis
radiologi.
3. Mesin USG, memiliki CPU dan komponen gelombang Gelombang elektrik & memantulkannya dari dan ke transduser

Sampai saat ini USG dibagi menjadi 3 antara lain


1. USG 2D menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan
janin dapat ditampilkan.
2. USG 3D, dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip
seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari
posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).

3. USG 4D. Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar
yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat “bergerak”. Jadi pasien dapat
melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim.

17
4. USG Doppler. Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan
untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.

B. EKG

Elektrokardiogram (EKG) sebenarnya adalah rekaman aktivitas listrik jantung. Dimana aktivitas listrik atrium digambarkan oleh
gelombang P dan aktivitas listrik ventrikel digambarkan oleh gelombang QRS dan T.
Sederhananya EKG adalah alat untuk merekam aktivitas listrik jantung kita berupa aktivitas atrium maupun ventrikel. Kalau
kamera merekam kejadian dengan hasil gambar, EKG merekam aktivitas listrik jantung kita dengan pola "garis-garis".

Bagaimana Gambaran Aktivitas Jantung Yang Normal di EKG?


Prinsip yang utama dalam membaca EKG adalah mampu membedakan apakah hasil EKG ini normal atau abnormal.
Aktivitas jantung listrik yang normal artinya jantung berfungsi secara fisiologis, menjalankan fungsinya sebagai pemompa "darah
bersih" ke seluruh tubuh, dan memompa "darah kotor" ke paru-paru untuk dibersihkan. Artinya juga, aktivitas jantung listrik yang
normal adalah pola yang sama yang didapatkan hampir lebih dari 90% hasil EKG pasien yang sehat, tanpa keluhan penyakit
jantung.

18
Prinsipnya ada 5 komponen dasar yang harus dimiliki sebuah gambaran EKG yang normal
1. Gelombang P, pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri. Kelainan pada atrium
akan menyebabkan kelainan pada gelombang ini.
2. Segmen PR, merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan gelombang QRS. Menggambarkan aktivitas
listrik dari atrium ke ventrikel. Gangguan konduksi dari atrium ke ventrikel akan menyebabkan perubahan pada segmen PR.
3. Gelombang Kompleks QRS ialah suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil depolarisasi ventrikel kanan dan kiri.
Gelombang kompleks QRS pada umumnya terdiri dari gelombang Q yang merupakan gelombang ke bawah yang pertama,
gelombang R yang merupakan gelombang ke atas yang pertama, dan gelombang S yang merupakan gelombang ke bawah pertama
setelah gelombang R.
4. Gelombang ST, merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.
5. Gelombang T, merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri.
Sebenarnya masih ada satu komponen lagi, yaitu Gelombang U. Namun, gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada.
Asal gelombang ini masih belum jelas.

Satu hal yang penting adalah aktivitas listrik jantung yang normal selalu diawali dengan depolarisasi otot jantung di SA node
(sistem sinus). SA node secara anatomis terletak di atrium. SA node disebut sebagai "dirigen" tertinggi dalam sistem konduksi
listrik jantung.
Istilah ilmiahnya SA node mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam sistem konduksi jantung.
Depolarisasi atrium ini digambarkan dalam EKG sebagai gelombang P. Sederhananya, jika dalam gambaran EKG kamu tidak
dapat menemukan gelombang P, pasti gambaran EKG itu abnormal. Lebih khususnya, tanpa gelombang P kamu harus
pertimbangkan pasien mengalami aritmia (mis Ventrikel Fibrilasi dan Ventrikel Takikardia).

19
Cara menentukan EKG Normal atau Abnormal?
Di bawah ini ada 4 gambaran EKG, silakan tentukan apakah gambar no 1, 2, 3, dan 4 normal atau tidak?

1. Gambaran EKG No 1, Normal atau Abnormal?

2. Gambaran EKG No 2, Normal atau Abnormal?

3. Gambaran EKG No 3, Normal atau Abnormal?

4. Gambaran EKG No 4, Normal atau Abnormal?

Jawaban dan Pembahasan

20
1. Gambaran EKG ini abnormal, gelombang P TIDAK TERLIHAT JELAS
2. Gambaran EKG ini normal, ditemukan pola gelombang P yang diikuti kompleks QRS

3. Gambaran EKG ini normal, ditemukan pola gelombang P yang diikuti kompleks QRS

4. Gambaran EKG ini abnormal, TIDAK ADA gelombang P 

By dr Ragil Nur Rosyadi, SpJP

Kisi-Kisi UTS IBD (FISIKA)


1. Pengertian & tipe-tipe traksi
2. Pernyataan Hukum Dalton, Laplace & Boyle
3. a. Fungsi sel saraf
b. Jenis rangsangan yg dapat diterima sel saraf
c. Pengertian potensial aksi
d. Proses yg terjadi saat potensial aksi
e. Proses perambatan potensial aksi
f. Tujuh pola isyarat listrik tubuh
g. Mekanisme yang terjadi pada saat membran sel depolarisasi & repolarisasi
h. Mekanisme kelistrikan otot jantung
4. Jenis-jenis kelainan optik pada mata beserta ciri-ciri, penyebab & penanganannya
5. a. Pengertian bunyi
b. Peristiwa yg dapat dialami pada saat bunyi merambat (sifat bunyi)
c. Rentang frekuensi bunyi yg dapat didengar telinga
d. Urutan proses terjadinya penerimaan suara pada telinga manusia
6. a. Pengertian suhu
b. Jenis-jenis pengukuran suhu pada tubuh
c. Prosedur kerja pengukuran suhu tubuh
d. Pengertian kalor
e. Pengertian kalor jenis
f. Empat cara hilang atau masuknya energi panas (kalor) ke dalam tubuh melalui kulit
7. a. Cara perawatan bahan logam, gelas & elektronik
b. Gelombang yg digunakan utk USG
c. Penjelasan komponen-komponen pada USG
d. Penjelasan dari jenis-jenis USG
e. Lima komponen dasar gelombang yg wajib dimiliki oleh rekaman EKG normal
f. Posisi pemasangan elektroda dan sensor yg tepat pada tes EKG
g. Grafik rekaman EKG normal

Selesai .....

21

Anda mungkin juga menyukai