Anda di halaman 1dari 11

BAB

1 Ruang Lingkup Biologi


KOMPETENSI DASAR (KD)
3.1 Menjelaskan ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat organisasi kehidupan),
melalui penerapan metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja
4.1 Menyajikan data hasil penerapan metode ilmiah tentang permasalahan pada berbagai obyek biologi dan tingkat
organisasi kehidupan

A. Hakikat Biologi sebagai Ilmu Sains


Biologi merupakan ilmu yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan
ilmu dasar bagi ilmu-ilmu terapan. Bilogi atau ilmu hayat merupakan bagian dari Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) yang disebut dengan Sains.

Adapun ciri-ciri Biologi sebagai berikut :


 a. Mempunyai objek kajian berupa benda konkret.
 b. Ilmu-ilmu dalam Biologi dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris.
 c. Menggunakan langkah-langkah urut dan bersifat baku.
 d. Menggunakan cara berfikir logis dan konsisten.
 e. Hasil kajian Biologi bersifat objektif.
 f. Teori yang dihasilkan berlaku secara umum.

     Objek Biologi meliputi semua makhluk hidup dan semua proses yang berlangsung di dalam
makhluk hidup tersebut. Berikut merupakan tingkat struktur Organisasi Kehidupan dalam
Biologi.

 1. Molekul
     Molekul tersusun atas atom-atom. Atom tersusun atas proton, neutron, dan elektron.
Contoh molekul yaitu molekul DNA dan molekul air.

 2. Sel
     Sel merupakan tingkatan organisasi kehidupan yang tersusun atas organel-organel sel.
Sebagian organisme seperti bakteri terdiri atas satu sel, tetapi sebagian besar organisme
merupakan kumpulan dari banyak sel yang terspesialisasi.

 3. Jaringan
     Jaringan merupakan sekumpulan sel yang memiliki persamaan struktur untuk melakukan
fungsi tertentu. Jaringan ditemukan pada organisme multiseluler.

 4. Organ 
     Sekumpulan jaringan yang bekerja sama untuk melakukan fungsi tertentu akan membentuk
organ. Organ hanya ditemukan pada organisme multiseluler.

 5. Sistem Organ


     Organ-organ yang melakukan fungsi dan tugas yang saling berkaitan satu sama lain disebut
sistem organ. 

 6. Organisme
     Berbagai sistem organ yang bekerja sama melakukan kegiatan kehidupan membentuk
individu atau organisme. Organisme terdiri atas organisme uniseluler dan organisme
multiseluler.

 7. Populasi

1
     Sekumpulan organisme sejenis yang hidup pada tempat tertentu dalam waktu yang sama
akan membentuk populasi.

 8. Komunitas
     Komunitas tersusun atas beberapa populasi yang saling berinteraksi di suatu tempat
tertentu.

 9. Ekosistem 
     Ekosistem berasal dari kata oikos (rumah sendiri) dan systema (saling memengaruhi). Jadi,
ekosistem adalah sistem yang terdiri atas komponen-komponen yang saling memengaruhi dan
berinteraksi satu sama lain pada suatu tempat tertentu.

 10. Bioma
     Bioma merupakan kumpulan ekosistem di dunia, seperti bioma tundra, bioma gurun,
bioma hutan hujan tropis, dan bioma savana.

 11. Biosfer
     Biosfer merupakan tingkatan organisasi kehidupan paling kompleks. Biosfer meliputi
seluruh lapisan kulit bumi, air, dan atmosfer tempat kehidupan berlangsung.

Berikut merupakan gambar tingkat organisasi kehidupan

Sumber : Google
Gambar 1.1 Tingkat Organisasi Kehidupan

Semakin berkembangnya permasalahan yang dihadapi manusia, cabang-cabang Biologi


juga semakin berkembang pesat. Berikut merupakan Cabang Ilmu dalam Biologi dan Bidang
Kajiannya :

1. Tingkat Organisasi Kehidupan 


a. Biologi Molekuler, Penyusun tubuh makhluk hidup tingkat molekul (tingkat molekuler).
b. Genetika, Cara pewarisan sifat pada makhluk hidup (tingkat molekuler).
c. Sitologi, Susunan dan fungsi bagian-bagian sel (tingkat sel).
d. Histologi, Susunan dan fungsi jaringan tubuh makhluk hidup (tingkat jaringan).
e. Anatomi, Struktur dalam tubuh makhluk hidup (tingkat organ dan sistem organ).

2
f. Fisiologi, Proses dan kegiatan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup (tingkat organ
dan sistem organ).

2. Objek Biologi
     a. Virologi, Kehidupan virus dan pengaruhnya bagi makhluk hidup.
     b. Mikrobiologi, Kehidupan mikroorganisme dan peranannya bagi kehidupan.
c. Bakteriologi, Kehidupan bakteri dan peranannya bagi kehidupan.
     d. Mikologi, Kehidupan jamur dan peranannya bagi kehidupan.
     e. Botani, Kehidupan tumbuhan dan peranannya bagi kehidupan.
- Pteridologi, Kehidupan tumbuhan paku.
- Bryologi, Kehidupan tumbuhan lumut.
- Fikologi, Kehidupan Ganggang/ Alga
     f. Zoologi, Ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang hewan dan peranannya.
- Entomologi, Kehidupan serangga dan peranannya bagi makhluk hidup.
- Ornitologi, Kehidupan burung.
- Herpetologi, Kehidupan reptilia dan amfibi.
- Iktiologi, kehidupan ikan dan aspek-aspeknya
     g. Parasitologi, Kehidupan parasit dan pengaruhnya bagi makhluk hidup.
3. Persoalan/Tema Pokok
a. Ekologi, Hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungannya.
b. Evolusi, Perkembangan makhluk hidup dari yang sederhana sampai yang kompleks.
c. Immunologi, Sistem kekebalan tubuh makhluk hidup.
d. Taksonomi, Penggolongan makhluk hidup.
e. Patologi, Segala sesuatu yang berkaitan dengan penyakit.

4. Aspek Kehidupan
     a. Biologi perkembangan, Perkembangan individu atau organisme.
     b. Embriologi, Perkembangan embrio. 

5. Kaitannya dengan ilmu lain


     a. Biokimia, Proses-proses kimia dalam sistem kehidupan.
     b. Biofisika, Proses-proses fisika dalam sistem kehidupan.
     c. Bioteknologi, Teknologi yang memanfaatkan organisme.
     d. Paleontologi, Kehidupan makhluk hidup pada masa lampau dilihat dari fosil.

B. Metode ilmiah
Tahukah Kamu bahwa manusia memiliki rasa penasaran setelah melihat dan membaca
sesuatu? Rasa penasaran ini mendorong timbulnya berbagai pertanyaan tentang sesuatu tersebut.
Para peneliti biasanya memiliki metode tertentu untuk menemukan pertanyaan sampai ditemukan
jawabannya. Selanjutnya, hasil jawaban tersebut dituliskan dalam suatu metode tertentu juga.
Metode tertentu untuk menemukan jawaban dari suatu pertanyaan dinamakan metode ilmiah. Hasil
jawaban ditulis dalam metode tertentu yang dinamakan laporan ilmiah. Dalam membuat laporan
ilmiah harus dilakukan dengan langkah kerja ilmiah. Bagaimana langkah-langkah percobaan
menurut kerja ilmiah? Nah, untuk mengetahuinya, lakukan kegiatan berikut.

Berdasarkan kegiatan tersebut. Anda telah memperoleh informasi mengenai komponen-


komponen dalam laporan ilmiah. langkah-langkah percobaan, seria cara menyusun laporan
percobaan secara ilmiah. Sekarang, simaklah uraian berikut untuk memperjelas pemahaman Anda
mengenai langkah-langkah metode ilmiah, sikap-sikap ilmiah, dan format laporan ilmiah.

1.  Langkah-Langkah Metode Ilmiah

 Para ilmuwan memecahkan masalah yang dihadapi menggunakan metode ilmiah


Metode ilmiah merupakan suatu kegiatan penelitian objektif untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji ilmu pengetahuan. Metode ini menggunakan langkah metode
penelitian dikatakan sebagai metode ilmiah jika mempunyai kriteria-kriteria seperti berdasar
pada prinsip analisis, menggunakan hipotesis, mengguna kan penilaian secara objektif, dan
menggunakan teknik kuantifikasi. Metode ilmiah diperlukan dalam melakukan suatu

3
penelitian untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
Pelaksanaan metode ilmiah meliputi tujuh tahap berikut.

a.  Pemilihan Masalah


Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus mengidentifikasi masalah dan
melakukan studi pendahuluan. Masalah dapat muncul secara sengaja, seperti seorang
dokter ingin menguji dosis obat yang tepat untuk mengobati suatu penyakit. Masalah yang
muncul secara tidak disengaja contohnya tanaman yang tumbuh dekat kandang sapi
tampak lebih subur dibandingkan tanaman yang tumbuh di tempat lain. Untuk
memudahkan menemukan permasalahan, Anda dapat melihat penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya serta menganalisis hasil penelitian tersebut untuk
menemukan permasalahan baru. Selain itu, permasalahan juga dapat Anda temukan
melalui studi pustaka dari berbagai referensi. Sumber masalah juga dapat ukan melalui
pengamatan langsung di lapangan.

b.  Perumusan Masalah


Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. Tujuan merumuskan masalah
untuk memperjelas batasan masalah yang akan dipecahkan. Perumusan masalah biasanya
diawali dengan kuta tanya seperti apa, mengapa, dan bagaimana Contohnya, mengapa
tanaman yang disiram secara teratur lebih subur daripada tanaman yang tidak pernah
disiram?

c.  Pengumpulan Keterangan


Pengumpulan keterangan dapat dilakukan dengan studi referensi berupa teori,
konsep, dan hasil penelitian yang sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan. Segala
informasi yang mengarah dan dekat dengan pemecahan masalah dapat digunakan untuk
memperoleh jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan.

d.  Penyusunan Hipotesis


Hipotesis merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan yang
diperoleh berdasarkan data atau keterangan selama observasi atau studi pustaka.
Contohnya, air memengaruhi pertumbuhan tanaman.

e.  Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dapat dilakukan melalui eksperimen atau penelitian. Beberapa
hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penelitian yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang diperlukan selama penelitian serta menentukan kelompok-kelompok
penclitian. Ada dua macam kelompok penelitian yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.

Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak diberi perlakuan, sedangkan


kelompok perlakuan merupakan kelompok yang diberi perlakuan tertentu.
 
Kelompok perlakuan dapat diberi satu atau beberapa variabel. Variabel merupakan faktor
yang berpengaruh dalam suatu penelitian dan memiliki nilai yang dapat diubah. Variabel
dalam penelitian terdiri atas variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat.
1) Variabel bebas adalah variabel yang sengaja dibuat tidak sama dalam suatu penelitian.
2) Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat sama dalam suatu penelitian.
3) Variabel terikat adalah variabel yang muncul karena adanya variabel bebas.

f.  Pengolahan Data


Data diperoleh dari hasil eksperimen. Data hasil eksperimen dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang
tidak disajikan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk deskripsi. Sebagai contoh, data
perbedaan kondisi dan warna batang kecambah kacang hijau di tempat terang dan tempat
gelap. Adapun data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angka. Sebagai
contoh, data hasil pengukuran tinggi batang kecambah kacang hijau. Data kuantitatif harus
diolah dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram sehingga mudah dipahami orang lain.

4
Selanjutnya, hasil olahan data tersebut dibandingkan dengan teori, fakta, dan konsep yang
ada dalam studi referensi. Contoh tabel, grafik, dan diagram sebagai berikut.

1).  Tabel perbandingan pertumbuhan batang kecambah kacang hijau di tempat terang dan
tempat gelap.
Tempat Tempat
No. Data
Terang Gelap
1. Biji mulai berkecambah (hari ke- . . . ) 9 7
Panjang batang kecambah
-  Setelah 3 hari berkecambah 0,4 cm 0,5 cm
2. -  Setelah 4 hari berkecambah 1,0 cm 1,5 cm
-  Setelah 5 hari berkecambah 2,6 cm 4,0 cm
-  Setelah 6 hari berkecambah 3,5 cm 6,0 cm

2).  Diagram batang pertumbuhan batang kecambah kacang hijau di tempat gelap.

3).  Diagram garis pertumbuhan batang kecambah kacang hijau di tempat gelap.

4).  Diagram pie perbandingan persentase jumlah biji kacang hijau yang berkecambah dan
tidak berkecambah di tempat gelap.

5
g.  Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan mengacu pada hasil penelitian yang dilakukan. Kesimpulan dapat
mendukung atau tidak mendukung hipotesis yang dibuat. Jadi, terdapat dua kemungkinan
dalam pengambilan kesimpulan yaitu kemungkinan hipotesis diterima dan kemungkinan
hipotesis ditolak.

2.  Sikap Ilmiah


Dalam melakukan langkah-langkah metode ilmiah, seorang peneliti harus menerapkan
sikap ilmiah. Apa sajakah sikap ilmiah tersebut?
a.  Mampu Membedakan Opini dan Fakta
Opini merupakan karangan yang belum dapat dipastikan kebenarannya. Adapun
fakta biasanya berupa hasil penelitian yang sudah dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Seorang peneliti hendaknya mampu membedakan antara fakta dan opini
agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b.  Memiliki Rasa Ingin Tahu
Peneliti yang baik harus selalu berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya,
Keingintahuan seorang peneliti terhadap suatu hal sangat bermanfaat dalam penemuan
sebuah teori, konsep, maupun fakta. Dengan demikian, penelitian tersebut berdampak
positif bagi lingkungan sehingga bermanfaat bagi generasi selanjutnya.

c.  Peduli Lingkungan


Seorang peneliti harus memiliki sikap peduli lingkungan sehingga penelitian yang
dilakukan tidak merusak lingkungan. Dengan demikian, penelitian tersebut berdampak
positif bagi lingkungan sehingga bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
d.  Jujur terhadap Fakta
Pengambilan data dalam suatu penelitian dilakukan sesuai dengan fakta yang
sebenamya terjadi. Selain itu, seorang peneliti harus menghindari manipulasi data
meskipun data yang diperoleh tidak sesuai dengan keinginan atau yang diharapkan.
Kesalahan dan rekayasa dalam pencatatan dan pengolahan data dari suatu penelitian dapat
menimbulkan kerugian, baik secara moril maupun materiel serta hasil penelitiannya
menjadi bias (menyimpang), Jadi, kejujuran terhadap fakta sangat diperlukan oleh peneliti
agar data yang dihasilkan akurat.
e.  Terbuka dan Fleksibel
Seorang peneliti harus bersifat terbuka yang diwujudkan dalam sikap mau menerima
kritik dan saran dari orang lain. Selain itu, seorang peneliti harus terbuka dalam
menyampaikan hasil penelitiannya. Dengan demikian, hasil penelitiannya menjadi lebih
baik.
f.  Berani Mencoba
Rasa ingin tahu tentang sesuatu hal harus diikuti dengan sikap berani mencoba.
Dengan demikian, peneliti akan menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam
pikirannya.
g.  Berpendapat secara ilmiah dan Kritis

6
Setiap pendapat yang dikemukakan oleh seorang peneliti harus memiliki dasar
ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa bukti yang dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Dengan demikian, hasil penelitiannya memiliki dasar yang akurat.
h.  Bekerja Sama
Pada saat melakukan penelitian seorang peneliti harus mampu bekerja sama dengan
orang lain sehingga penelitian dapat dilakukan dengan baik dan hasil yang memuaskan.
i.  Ulet dan Gigih
Apabila seorang peneliti mengalami kegagalan dalam melakukan penelitian, pantang
baginya untuk berputus asa. Penelitian yang gagal tersebut harus dianalisis sehingga
ditemukan penyebab kegagalan tersebut. Dengan demikian, dapat menjadi perbaikan untuk
penelitian yang dilakukan selanjutnya.
j.  Bertanggung Jawab
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti harus dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu, keselamatan tim dan keselamatan lingkungan juga
menjadi tanggung jawabnya.

3. Laporan ilmiah
Hasil penelitian perlu dikomunikasikan kepada publik sehingga mendatangkan manfaat
dan mendapat masukan yang berguna untuk perbaikan hasil penelitian atau penelitian relevan di
masa mendatang. Hasil penelitian dikomunikasikan dalam bentuk laporan, makalah, ataupun
jurnal. Penulisan hasil penelitian harus mempunyai komponen-komponen ikut.
a. Judul Laporan
b. Prakata, berisi ucapan rasa syukur karena penelitian sudah selesai dan ucapan terima kasih
kepada pihak yang membantu menyelesaikan penelitian.
c. Daftar isi.
d. Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, dan tujuan penelitian.
e. Tinjauan pustaka, berisi teori-teori yang berkaitan dengan topik penelitian dan hipotesis.
f. Metode penelitian, berisi cara kerja, alat dan bahan, waktu, tempat, serta cara pengambilan
data yang digunakan dalam melaksanakan penelitian.
g. Hasil dan pembahasan, berisi data dan fakta yang diperoleh selama penelitian serta
pengolahan data dan analisis terhadap hasil penelitian.
h. Kesimpulan, berisi simpulan dari keseluruhan hasil penelitian.
i. Daftar pustaka, berisi sumber-sumber yang digunakan sebagai acuan dalam menunjang
penelitian.
j. Lampiran, berisi tabel, grafik, dan gambar yang mendukung penelitian.

C.  Prosedur Keselamatan Kerja di Labolatorium


Mengenal Prosedur Kerja di Laboratorium

Untuk meminimalkan kecelakaan di laboratorium pira pekerja laboratorium harus


mengetahui sumber-sumber bahaya, simbol tanda bahaya, teknik penggunaan alat-alat
laboratorium, dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja. Laboratorium yang baik juga
harus mempunyai peralatan keselamatan kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan laboratorium
tersebut. Beberapa peralatan keselamatan kerja di laboratorium sebagai berikut.
a. Jas laboratorium berfungsi untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya
yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia berbahaya.
b. Sarung tangan berfungsi melindungi tangan dari bahan yang sangat panas misalnya dari api
bunsen dan tanur. Bahan sarung tangan dapat terbuat dari karet alam, karet neopran, karet
nitril, dan asbes.
c. Pelindung mata dan muka berfungsi melindungi muka dan mata dari percikan bahan kimia. Di
samping itu, disarankan untuk tidak menggunakan lensa kontak apabila bekerja di
laboratorium karena asap/uap dapat menumpuk di bawah lensa kontak yang dapat
menimbulkan kerusakan mata.

7
d. Alat pencuci atau keran air berfungsi untuk memberikan pertolongan pertama apabila mata
terkena.
e. Cairan kimia, debu, dan butir-butiran yang terbang. Alat pemadam kebakaran berfungsi untuk
memadamkan api jika terjadi kebakaran dalam laboratorium. Alat pemadam kebakaran sangat
vital dan setiap laboratorium harus dilengkapi dengan alat ini. Bahan pemadam kebakaran
tergantung pada jenis bahan bakar yang menyebabkan kebakaran. Bahan pemadam kebakaran
ada yang berupa air tepung, atau karbon dioksida.
f. Tanda peringatan keselamatan diperlukan untuk menghindari kecelakaan dan wajib dipatuhi
setiap orang yang melakukan aktivitas di laboratorium.
g. Selain perlengkapan keselamatan pribadi, simbol-simbol yang menyatakan sifat bahan kimia
perlu dicantumkan pada setiap botol tempat penyimpanan. Hal ini bertujuan untuk memberi
tahu kepada para pengguna akan karakteristik dan bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
bahan tersebut.
Beberapa simbol bahan kimia dijelaskan dalam tabel berikut.

No. Simbol Keterangan


1. Bahan kimia yang ditempeli simbol ini menunjukkan
bahwa bahan tersebut beracun (toxic). Bahan tersebut
berbahaya bagi kesehatan apabila terhisap, tertelan,
atau terpapar pada kulit. Oleh karena itu, sangat
disarankan untuk menggunakan alat keselamatan
kerja di laboratorium dengan lengkap dan benar.

2. Bahan kimia yang ditempeli simbol ini menunjukkan


bahwa bahan tersebut mudah meledak (eksplosif)
pada kondisi tertentu. Bahan tersebut harus
dihindarkan dari benturan, gesekan, api, dan panas.

3. Bahan kimia yang ditempeli simbol ini menunjukkan


bahwa bahan tersebut dapat membakar bahan lain
(pengoksidasi). Bahan tersebut dapat menyebabkan
munculnya api atau menyebabkan api sulit
dipadamkan. Bahan ini harus dihindarkan dari panas
dan bahan-bahan lain yang mudah terbakar serta
yang bersifat reduktor.

4. Bahan laboratorium yang disertai dengan simbol ini


menunjukkan bahwa bahan tersebut sangat mudah
terbakar. Untuk menjaga keselamatan, bahan ini
harus dihindarkan dari paparan dengan udara secara
langsung, sumber api, maupaun loncatan sumber api.

5. Bahan laboratorium yang disertai dengan simbol ini


menunjukkan bahwa bahan tersebut dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan tubuh
manusia (korosif). Bahan ini tidak boleh sampai
terhirup manusia atau bersentuhan dengan kulit. Oleh
karena itu, peng gunaan masker dan sarung tangan
sangat dianjurkan.

6. Bahan laboratorium yang disertai dengan simbol ini


menunjukkan bahwa bahan tersebut berbahaya bagi

8
No. Simbol Keterangan
kehidupan organisme di lingkungan. Apabila dalam
penelitian meng gunakan bahan ini, sangat
disarankan untuk menggunakan alat keselamatan
kerja secara lengkap dan benar. Selain itu, sisa bahan
yang digunakan merupakan limbah berbahaya yang
tidak boleh dibuang sembarangan ke lingkungan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menggunakan bahan kimia sebagai berikut.
a. Perhatikan label atau etiket yang ditempel di botol atau wadah bahan kimia. Pada saat
menggunakan bahan kimia yang bersifat asam kuat, sebaiknya dilakukan di lemari asam.
b. Jika bahan kimia berwujud cair, gunakan pipet panjang atau pipet ukur untuk
mengambilnya. Jangan disedot dengan mulut, tetapi gunakanlah alat penyedot. Untuk
bahan kimia yang banyak, tuanglah terlebih dahulu ke gelas beker besar, lalu pindahkan ke
gelas beker kecil. Jangan menuang langsung ke tabung reaksi. Manfaatkan bentuk bibir
gelas beker untuk mengatur aliran/tetesan bahan kimia. Jika perlu, tuang ke dalam gelas
beker dengan batang pengaduk agar jatuhnya bahan kimia tidak terpercik.

c. Gunakan spatula untuk mengambil bahan kimia berbentuk serbuk atau butiran (misalnya
NaOH dan NaCl). Gunakan ujung yang pipih sebagai sendok dan ambillah bahan kimia
tersebut dalam takaran sedikit demi sedikit.

d. Cara menuang bahan kimia sebagai berikut.


    1).    Gunakan terlebih dahulu masker penutup mulut dan hidung.
    2).    Peganglah bagian botol yang terdapat labelnya.
    3).    Bukalah tutup botol, lalu letakkan tutup botol dalam posisi terbalik.
    4).    Pada saat menuang bahan kimia, jauhkan dari hidung.
    5).    Setiap kali selesai menuang bahan kimia, segeralah menutupnya kembali.

e. Biasakan segera mencuci tangan jika terkena bahan kimia atau selesai menggunakan bahan
kimia.

Dalam laboratorium juga diperlukan tata tertib untuk keselamatan kerja di laboratorium.
Standar Operasional Prosedur Laboratorium (Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di
laboratorium (Depkes RI, 2002) sebagai berikut.
a. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di ruang laboratorium.
Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium setelah selesai bekerja.
b. Cuci tangan sebelum pemeriksaan
c. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata, dan sepatu tertutup).
d. Semua spesimen harus dianggap infeksius (sumber penular) sehingga harus ditangani
e. Dengan sangat hati-hati. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya sehingga harus
ditangani dengan hati-hati.
f. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium.
g. Tidak menyentuh mulut dan mata saat bekerja.

9
h. Tidak diperbolehkan menyimpan makanan di dalam lemari pendingin yang digunakan
untuk menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.
i. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut dan gunakanlah peralatan
mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.
j. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar
k. Menutup ujung tabung penggumpal darah dengan kertas atau kain, atau jauhkan dari muka
sewaktu membuka.
l. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektan larutan klorin 0,5% dengan
cara merendam selama 20-30 menit.
m. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja setiap kali selesai bekerja
menggunakan larutan klorin 0,5%.
n. Memakai sarung tangan sewaktu membersihkan alat-alat laboratorium dari bahan gelas.
o. Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-bahan yang tajam.
p. Letakkan bahan-bahan limbah infeksi di dalam kantong plastik atau wadah dengan penutup
yang tepat.
q. Mencuci tangan dengan sabun dan beri desinfektan setiap kali selesai bekerja.
Kecelakaan kerja dapat terjadi di mana saja, termasuk saat bekerja di laboratorium.
Apabila terjadi kecelakaan kerja, lakukan pertolongan pertama untuk menghindari akibat yang
lebih fatal. Pertolongan pertama ini bersifat sementara sehingga korban harus segera dibawa ke
tempat pelayanan kesehatan, misalnya puskesmas atau rumah sakit. Tujuan pertolongan
pertama untuk mencegah meluasnya kecelakaan kerja dan mengurangi tingkat kerusakan atau
risiko kecelakaan kerja yang lebih besar. Beberapa jenis kecelakaan yang dapat terjadi saat
bekerja di laboratorium serta cara penanganannya sebagai berikut.

a. Terbakar
Apabila ada bagian tubuh yang terbakar, segera olesi dengan salep untuk luka
bakar. Jika tidak ada, luka bakar dapat diolesi dengan lendir tanaman lidah buaya untuk
pertolongan pertama. Lendir tanaman lidah buaya bersifat mendinginkan dan mengandung
bahan antibiotik alami sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi.

b. Iritasi Mata
Jika mata terkena bahan kimia, cuci mata dengan air sebanyak-banyaknya. Jika
bahan kimia tersebut bersifat asam, gunakan cairan pencuci mata dan 1% natrium
bikarbonat. Jika mata terkena bahan kimia bersifat basa, gunakan cairan pencuci mata dan
1% asam borat. Jika mata terkena benda asing yang sukar dikeluarkan, tutuplah mata
dengan kapas dan segera periksakan ke dokter.

c. Luka Sobek
Luka kecil dapat diolesi dengan antikuman, lalu dibalut dengan kasa steril. Namun,
jika lukanya dalam, ambillah kapas dan tekan pada luka untuk mengurangi pendarahan.
Posisikan daerah luka lebih tinggi dari bagian tubuh lain dan segera bawa ke dokter untuk
mendapatkan pengobatan.

d. Keracunan Bahan Kimia Melalui Mulut


Jika ada bahan kimia yang bersifat asam tertelan melalui mulut, minumlah air kapur
encer, lalu minum air sebanyak-banyaknya. Jangan minum obat yang menyebabkan
muntah. Jika larutan basa yang terminum, segera minum cuka encer dan minum banyak
air. Minum susu juga merupakan cara lain yang dapat menetralisir bahan kimia yang
masuk ke tubuh Dengan demikian, dampak buruk bahan kimia bagi tubuh akan segera
berkurang.

e. Keracunan Bahan Kimia Melalui Pernapasan


Pindahkan penderita keluar ruangan sambil mengendurkan semua pakaian yang
mengganggu pernapasan, Jika penderita pingsan, berilah bau-bauan yang menyengat agar
lekas siuman. Pernapasan buatan dapat juga diberikan agar penderita segera sadar.

Banyak kasus kecelakaan kerja di laboratorium terjadi akibat perilaku siswa yang
memiliki tingkat kesadaran rendah. Banyak bercanda, tidak fokus atau konsentrasi, kurang

10
perhatian terhadap prosedur kerja, merupakan beberapa faktor yang sering menjadi penyebab
terjadinya kecelakaan kerja.

Uji Kompetensi Bab 1

11

Anda mungkin juga menyukai