Anda di halaman 1dari 11

A.

Teori-Teori Evolusi

Evolusi ( Latin : ​evolvere ​: membuka gulungan) adalah proses perubahan


struktur makhluk hidup dari bentuk yang sederhana menjadi bentuk yang lebih
kompleks dan berlangsung dari generasi ke generasi dalam jangka waktu yang
sangat lama. Gagasan atau teori mengenai evolusi biologis berkaitan erat dengan
nama ​Charles Darwin ​(1809-1892). Akan tetapi, sebenarnya teori tersebut telah
didiskusikan dan didukung oleh beberapa ahli biologi dan ahli geologi jauh sebelum
dipublikasikannya teori evolusi Darwin yang kontroversial pada tahun 1858 di
Inggris.

1. Teori Evolusi sebelum Charles Darwin


Teori evolusi Darwin pada tahun 1855 memberikan penjelasan yang baik
tentang proses evolusi, tetapi sebenarnya teori-teori evolusi telah ada sebelum itu.
Beberapa ahli mengemukakan teori evolusi sebelum Darwin, antara lain Aristoteles,
William Paley, George Louis Leclerc, Erasmus Darwin, Jean Baptiste Lamarck,
George Cuvier, dan Charles Lyell.

a. Aristoteles ( 384 - 322 SM )


Beberapa filsuf Yunani telah berbicara mengenai evolusi kehidupan. Namun,
Aristoteles yang merupakan peneliti tentang makhluk hidup, tidak mendukung
konsep tersebut. Dalam sistem klasifikasi yang diciptakannya, Aristoteles menyusun
makhluk hidup berdasarkan pertambahan bentuk kekompleksannya. Sistem
klasifikasi tersebut tidak memberikan tempat bagi bentuk-bentuk kehidupan baru
yang muncul pada masa depan. Bagi Aristoteles, spesies memiliki bentuk yang tetap
dan tidak mengalami perubahan.

b. William Paley (1743-1805)


Dalam bukunya yang berjudul ​Natural Theology,​ William Paley berpendapat
bahwa kekompleksan makhluk hidup merupakan bukti kerja Sang maha pencipta.
Hipotesis tersebut dikenal sebagai ​teori penciptaan khusus. ​Para penganut teori
ini percaya bahwa semua jenis makhluk hidup di bumi muncul bersama-sama pada
suatu waktu dan tetap tidak berubah sejak mereka diciptakan oleh Tuhan.

c. George Louis Leclerc ( Comte de Buffon atau Count of Buffon )


(1707-1788)
George Louis leclerc atau Comte de Buffon atau Count of Buffon adalah
seorang dokter, ahli zoologi, ahli matematika, dan ahli sains dari Prancis. Ia
mengatakan bahwa makhluk hidup berubah sepanjang waktu dan bumi berusia lebih
dari 6.000 tahun. Makhluk hidup mungkin saja berubah jika organ tubuhnya tidak
digunakan dan mengalami degenerasi. Buffon juga menulis bahwa spesies-spesies
yang mirip satu sama lain memiliki nenek moyang yang sama. Pada tahun 1774, ia
memperkirakan bumi sekurang-kurangnya 75.000 tahun. Ia juga berpendapat bahwa
manusia dan kera berkerabat dekat karena kera dianggap sebagai manusia yang
mengalami degenerasi. Buffon sangat hati-hati menyembunyikan pendapatnya itu
dalam sebuah buku ​Natural History y​ ang terdiri atas 44 volume. Hal itu
dilakukannya untuk mencegah luasnya kritik dari masyarakat. Walaupun Count of
Buffon merupakan pelopor yang menyatakan bahwa spesies dapat berubah dari
generasi ke generasi, ia secara terbuka menolak pendapat bahwa suatu spesies
dapat berevolusi menjadi spesies lain.

d. Erasmus Darwin (1731-1802)


Erasmus Darwin adalah penganut teori evolusi pada akhir abad ke-18 yang
juga merupakan kakek Charles Darwin. Erasmus merupakan seorang dokter,
penyair, dan ahli sains(amatir). Setelah membaca buku Buffon, ia percaya bahwa
evolusi terjadi pada semua makhluk hidup (evolusi organik), termasuk manusia. Ia
juga percaya bahwa karakteristik yang diperoleh orang tua akan diwariskan kepada
keturunannya. Erasmus Darwin menuliskan pendapat-pendapatnya dalam sebuah
buku berjudul ​Zoonomia or the Laws of Organic Life. ​Ia juga menulis tentang
evolusi kehidupan dari “setetes kecil di lautan purba” hingga membentuk ikan,
amfibi, reptil, dan manusia. Selain dalam buku, Erasmus Darwin juga menulis
tentang evolusi dalam puisinya. Namun, seperti halnya Count de Buffon, Erasmus
Darwin tidak tahu apa yang menyebabkan evolusi.

e. Jean Baptiste de Monet de Lamarck (1744-1829)


Jean Baptiste de Monet de Lamarck merupakan bangsawan Prancis dan ahli
evolusi pertama yang dengan penuh percaya diri serta sangat terbuka mengajukan
pendapat mengenai proses-proses yang mendorong perubahan biologis. Namun,
teorinya mengenai evolusi sepenuhnya tidak benar.

Lamarck mempercayai bahwa organisme mikroskopis muncul secara spontan


dari bahan-bahan tidak hidup yang kemudian berevolusi menjadi bentuk-bentuk
yang lebih kompleks. Lamarck menduga produk akhir evolusi adalah manusia.
Dalam bukunya yang berjudul ​Philosophie Zoologique (​ 1809), Lamarck
mengajukan suatu teori evolusi berdasarkan pada organ-organ “yang digunakan dan
yang tidak digunakan” (​use and disuse​). Ia percaya bahwa evolusi terjadi saat suatu
organisme menggunakan suatu bagian tubuh dengan suatu cara sehingga tubuh itu
berubah sepanjang hidupnya dan perubahan tersebut diwariskan kepada
keturunannya. Yang menarik, beberapa tahun sebelumnya Erasmus Darwin juga
mengajukan teori serupa.
f. George Cuvier (1769-1832)
George Cuvier mampu menunjukkan hubungan antara organisme hidup dan
fosil suatu bentuk kehidupan yang telah punah. Walaupun mengkritik Lamarck,
George Cuvier tidak menolak teori bahwa pernah ada bentuk-bentuk kehidupan
awal. George Cuvier merupakan ahli sains pertama yang mendemonstrasikan
kepunahan hewan-hewan purba. Namun, ia menolak teori bahwa keberadaan
hewan-hewan purba menandakan terjadinya evolusi. Ia tetap teguh
mempertahankan teori bahwa spesies memiliki bentuk yang tidak berubah.

George Cuvier menganut teori ​katastrofisme. ​Teori itu mengatakan bahwa


terdapat kekerasan dan bencana (katastrofi) alam yang tiba-tiba, seperti banjir.
Akibatnya, tumbuhan dan hewan-hewan yang hidup di tempat terjadinya
peristiwa-peristiwa tersebut menjadi mati. Kemudian, masuk bentuk-bentuk
kehidupan baru yang berpindah dari daerah-daerah lain. Akibatnya, catatan fosil
pada daerah itu menunjukkan adanya perubahan yang tiba-tiba.

g. Charles Lyell (1797-1875)


Charles Lyell adalah seorang ahli sains Inggris yang menulis sebuah buku
berjudul ​Principles of Geology. ​dalam bukunya, Charles Lyell menuliskan
beberapa hal yang agak mengejutkan mengenai evolusi fisik bumi. Menurut Charles
Lyell, bumi berusia lebih tua daripada yang diperkirakan orang. Charles Lyell juga
berpendapat bahwa teori katastrofisme Cuvier adalah salah. Menurutnya, bumi
mengalami perubahan-perubahan yang progresif dan lebih lambat.
Perubahan-perubahan pada permukaan bumi itu disebabkan oleh kekuatan alami
yang telah mengubah bumi di masa lalu dan tetap bekerja hingga saat ini.
Kekuatan-kekuatan tersebut meliputi erosi, gempa bumi, pergerakan glasial, gunung
berapi, dan bahkan dekomposisi( peruraian) tumbuhan serta hewan.

Teori yang dikemukakan Charles Lyell tersebut dinamakan teori


uniformitarianisme yang asal-usulnya dikembangkan oleh ahli geologi Skotlandia
bernama ​ James Hutton ​(1726-1797).

2. Teori Evolusi menurut Charles Darwin (1809-1882)


Walaupun bukan yang menemukan atau menciptakan teori evaluasi, Charles
Darwinlah yang melakukan penelitian penting untuk meyakinkan bahwa evolusi
benar terjadi dan kemudian membuat pendapat itu dapat diterima oleh ahlu-ahli
sains dan masyarakat umum.
Charles Darwin adalah anak seorang dokter Inggris dari kalangan kelas
menengah. Dia diharapkan menjadi seorang dokter seperti ayahnya., tetapi tidak
berhasil. Ktika berumur 22 tahu (1831), Darwin ikut dalam pelayanan keliling dunia
bersama kapal HMS Beaglel. Tujuan pelayaran itu adalah untuk menyelidiki
pantai-pantai Amerika Selatan dan beberapa kepulauan Pasifik. Pelayaran tersebut
dimulai pada tanggal 29 Desember 1831.
Setelah berlayar selama tiga tahun, Darwin dan kapal Beagle tiba ke kepulauan
Galapagos yang terletak di samudera Pasifik, di sebelah barat Ekuador, Amerika
Selatan. Kepulauan Galapagos terdiri atas beberapa pulau dengan kondisi
lingkungan yang berbeda. Di sana terdapat spesies-spesies yang tidak ditemukan di
tempat-tempat lain di bumi. Meskipun begitu, spesies-spesies itu mirip dengan
spesies-spesies yang ada di Amerika Selatan.
Darwin mempelajari kehidupan liar yang ada pada tiap pulau di Kepulauan
Galapagos dan menemukan beberapa perbedaan burung finch (sejenis burung
pipit). Ada 13 spesies burung finch di Kepulauan Galapagos yang berhasil
diidentifikasi oleh Darwin. Ketiga belas spesies burung finch itu memiliki banyak
kemiripan dengan satu spesies burung finch yang ada di daratan Amerika Selatan,
sekitar 1.000 mil ke timur dari Kepulauan Galapagos. Darwin mengamati bahwa 13
spesies burung finch yang ada di Kepulauan Galapagos berbeda dalam hal bentuk
paruh. Menurut Darwin, keanekaragaman bentuk paruh itu berhubungan dengan
perbedaan makanan. Darwin berkesimpulan bahwa ketiga belas spesies burung
finch itu berasal (berevolusi) dari satu spesies moyang burung finch yang ada di
daratan Amerika Selatan yang menyebar ke kepulauan Galapagos dan beradaptasi
dengan kondisi lingkungan yang ada di sana. Proses evolusi beberapa spesies
burung finch dari satu spesies moyang burung finch dikenal sebagai ​radiasi adaptif​.
Setelah beberapa generasi, burung burung finch itu berubah secara anatomi yang
memungkinkan mereka mendapat cukup makanan dan bertahan hidup untuk
bereproduksi.
Selain burung finch, Darwin juga menemukan berbagai kura-kura, kadal, kerang
serangga, dan beberapa macam tumbuhan titik pada saat itu, Darwin belum
mengetahui arti penting penemuan penemuan nya. Namun, setelah 22 tahun
kemudian ia mengembangkan teori evolusi dengan menggunakan
penemuan-penemuannya tersebut.
Saat kembali ke Inggris, Darwin membaca sebuah artikel berjudul ​An Essay on the
Principle of Population yang ditulis oleh ​Thomas Robert Malthus ​(1766-1834)
pada tahun 1798. Dalam artikel itu, Malthus menulis bahwa laju pertambahan
populasi manusia cenderung lebih cepat daripada laju pertambahan produksi bahan
pangan. Populasi manusia bertambah menurut deret ukur (2,4,8,16,...), sedangkan
produksi bahan pangan bertambah menurut deret hitung (1,2,3,4,...). Akibatnya,
akan terjadi persaingan atau kompetisi untuk memperoleh bahan pangan. Malthus
menduga jumlah penduduk dikendalikan oleh kelaparan, penyakit, dan peperangan.
Oleh Darwin prinsip-prinsip tersebut diterapkan pada populasi hewan dan tumbuhan.
Berdasarkan artikel Malthus dan Darwin berpendapat bahwa agar dapat bertahan
hidup suatu individu harus berjuang dan akibatnya akan terjadi kompetisi.
Pada tahun 1837, yaitu setahun setelah kembali dari berlayar bersama kapal
Beagle, Darwin membuat catatan rinci tentang evolusi (ia menyebutnya
"transmutasi") dan membuat naskah pertama tentang teorinya pada tahun 1842.
Keinginan untuk menerbitkan naskah tersebut muncul setelah pada tahun 1858 Ia
mendapat kiriman naskah yang berisi hipotesis yang sama mengenai evolusi, yaitu
evolusi terjadi melalui seleksi alam, dari ​Alfred Russel Wallace ​(1823-1913). Pada
tahun itu juga Darwin bersama Wales menerbitkan suatu karya tulis mengenai
seleksi alam yang merupakan faktor utama penyebab perubahan secara evolusi.
Setahun kemudian, yaitu tahun 1859 Darwin menerbitkan bukunya yang terkenal
berjudul ​On the Origin of Species by Means of Natural Selection atau lebih
dikenal dengan ​The Origin of Species​.
Teori Darwin tentang evolusi yang disebabkan oleh seleksi alam dibuat berdasarkan
hasil observasi sebagai berikut.
a. Lebih banyak keturunan yang dihasilkan dari pada yang benar-benar mampu
bertahan hidup.
b. Dalam suatu spesies tidak ada individu individu yang identik (sama) karena
selalu terjadi variasi dan beberapa Individu memiliki sifat-sifat yang cocok
dengan kondisi lingkungan yang ada dibandingkan individu lainnya.
Dari hasil observasi tersebut, Darwin mengambil simpulan sebagai berikut.
a. Terdapat persaingan atau kompetisi di antara organisme-organisme untuk
mendapatkan bahan pangan, ruang, dan pasangan, dengan kata lain terdapat
perjuangan untuk tetap ada (eksis).
b. Individu-individu yang mampu beradaptasi lebih baik mampu hidup lebih lama
dan menghasilkan lebih banyak keturunan dibandingkan yang tidak.
c. Kemampuan untuk bertahan hidup dan berkembang biak dapat diwariskan
dari orang tua kepada keturunannya.
d. Individu yang kurang mampu beradaptasi akan mati sebelum mampu
berkembang biak. Dalam populasi, jumlah individu dengan sifat-sifat kurang
menguntungkan akan berkurang.
e. Perubahan alam yang tiba-tiba disebut seleksi alam.
f. Terjadinya perubahan pada individu suatu spesies karena proses adaptasi.
g. Sering berlalunya waktu akan timbul spesies baru.
Empat pokok pikiran Darwin yang terdapat dalam buku ​The Origin of Species adalah
sebagai berikut.
a. Bentuk-bentuk kehidupan tidaklah bersifat tetap tetapi mengalami perubahan
secara bertahap dan terus-menerus.
b. Spesies-spesies yang ada sekarang merupakan hasil evolusi dari
spesies-spesies terdahulu.
c. Spesies-spesies yang berkerabat dekat revolusi dari moyang yang sama.
d. Seleksi alam merupakan mekanisme untuk terjadinya evolusi.

C. Bukti-Bukti Terjadinya Evolusi


1. Fosil
Bukti langsung terjadinya evolusi dijumpai dalam catatan fosil. Istilah fosil
berasal dari bahasa Latin ​fossilis y​ ang berarti menggali karena umumnya fosil
ditemukan dengan cara menggali lapisan tanah atau batuan. Fosil merupakan tubuh,
bagian tubuh, jejak, ataupun sisa-sisa makhluk hidup yang terawetkan dalam
beberapa cara, antara lain dalam batuan sedimen (kebanyakan dalam batu kapur
dan tanah liat), dalam es, ataupun dalam getah lengket yang dihasilkan oleh
pohon-pohon tertentu (misalnya, pinus).
Fosil umumnya terbentuk dari bagian terkeras suatu organisme. Pada hewan,
bagian yang menjadi fosil adalah eksoskeleton Arthropoda, Mollusca,
Echinodermata, ataupun endoskeleton dan gigi Vertebrata. Pada tumbuhan, bagian
yang menjadi fosil adalah jaringan kayu (Xilem dan serat), biji, serta spora atau
serbuk sari yang memiliki lapisan pelindung. Walaupun memberikan bukti-bukti
terjadinya perubahan makhluk hidup secara evolusi, catatan fosil tersebut tidaklah
lengkap. Terdapat “celah” dalam catatan fosil yang seharusnya diisi oleh fosil-fosil
makhluk hidup bentuk peralihan.
Salah satu catatan fosil yang terbaik adalah catatan fosil evolusi kuda
(​Gambar 9.13)​. Anggota kuda modern (ordo Eqiudae) yang meliputi kuda, zebra,
dan kedelai, semuanya berukuran besar dan memiliki kaki yang panjang serta
merupakan hewan pelari cepat yang teradaptasi hidup di padang rumput terbuka.
Kuda, zebra, dan keledai diklasifikasikan dalam genus ​Equus y​ ang diduga berasal
dari moyang kuda ​Eohippus ( Hyracotherium) ​dari zaman Eosin sekitar 55 juta tahun
yang lalu. Studi terhadap fosil-fosil kuda memberikan catatan yang sangat baik
bagaimana evolusi terjadi melalui adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

(Gambar 9.13 : Evolusi Kuda).

Antara ​Eohippus d ​ ari zaman Eosin dan ​Equus ​(Kuda modern) terdapat
sangat banyak spesies-spesies peralihan. Beberapa di antaranya ​Mesohippus,
Merychippus, ​dan ​Pliohippus. N ​ amun, sebagian besar spesies-spesies peralihan
tersebut telah punah. Penyusunan tulang dan gigi kuda yang telah memfosil
menunjukkan suatu rangkaian evolusi kuda yang meliputi pertambahan ukuran
tubuh dan panjang kaki-kakinya, mereduksinya jari lateral (samping) dan
menyatunya jari ketiga (tengah), serta perkembangan gigi geraham pada rahang
atas dan rahang bawah.
Contoh lain bentuk-bentuk peralihan yang ditemukan dalam catatan fosil
adalah ​Archaeopteryx ​(Berarti sayap purba) yang merupakan “​missing link”​ antara
reptil dan burung (​Gambar 9.14​). Berdasarkan catatan fosil yang ditemukan,
Archaeopteryx m ​ emiliki gigi dan ekor yang bertulang belakang. Hal ini merupakan
ciri-ciri reptil. Namun, ​Archaeopteryx ​juga memiliki ciri-ciri burung, yaitu berparuh dan
berbulu. Karena ​Archaeopteryx ​memiliki ciri-ciri reptil dan burung, diduga ada
hubungan kekerabatan secara evolusi antara reptil dan burung. Meskipun begitu,
Archaeopteryx b ​ ukanlah moyang burung atau moyang reptil modern yang ada
sekarang, tetapi merupakan “cabang” dari evolusi reptil, sepupu burung modern.
Ada dua metode untuk menghitung umur fosil (​dating fossil), y​ aitu
penanggalan (pentarikhan) relatif (​relative dating) ​dan penanggalan absolut
(​absolute dating.)​
a. Pentarikhan Relatif
Metode ini dilakukan dengan menentukan umur batuan tempat
ditemukannya fosil. Umur batuan dapat ditentukan melalui seberapa jauh jarak
batuan tersebut dari permukaan bumi. Batuan tua terdapat di lapisan terbawah. Data
dari fosil lain yang ditemukan pada lapisan batuan yang sama juga dapat digunakan
untuk memperkirakan umur sampel fosil baru.
b. Pentarikhan Absolut
Pentarikhan absolut dilakukan berdasarkan penghitungan laju
peluruhan radioaktif dalam batuan. Dengan mengukur perbandingan antara bentuk
radioaktif suatu unsur, misalnya uranium-238, menjadi bentuk nonradioaktif (bentuk
“meluruh”), para ilmuwan dapat menentukan kapan batuan terbentuk. Perubahan
bertahap asam amino dari bentuk satu ke bentuk lainnya setelah organisme mati
juga dapat digunakan untuk pentarikhan beberapa fosil.
2. Perbandingan Anatomi
Perbandingan anatomi meliputi proses membandingkan struktur tubuh,
seperti jantung dan rangka, pada hewan-hewan yang berbeda. Jika pada
hewan-hewan berbeda terdapat struktur organ yang serupa, dapat diindikasikan
hewan-hewan tersebut memiliki moyang yang sama.

(​Gambar 9.16 : Struktur rangka tungkai depan lima jenis Vertebrata).

Walaupun tungkai depan kelima jenis Vertebrata ini memiliki fungsi yang
berbeda, misalnya untuk menggenggam, terbang, berlari, dan berenang, susunan
serta jumlah tulang-tulangnya hampir sama. Ada satu humerus dengan sendi peluru
pada salah satu uung tulang dan sendi engsel pada ujung tulang yang lain. Humerus
berhubungan dengan dua tulan lain, yaitu radius dan ulna, yang bergabung
membentuk suatu tulang-tulang pergelangan yang berujung pada lima kelompok
tulang-tulang jari. Pada burung, kelompok tulang pergelangan dan jari menghilang,
jika hewan-hewan tersebut tidak berhubungan, tampaknya sangat aneh bahwa
susunan rangka tungkai depan yang mirip digunakan untuk melakukan hal-hal yang
berbeda, seperti terbang, berlari, berenang, dan menggenggam. Struktur
organ-organ tubuh dengan bentuk dasar yang sama, tetapi memiliki fungsi yang
berbeda dinamakan ​homologi. ​Contohnya adalah sirip depan ikan. Sementara itu,
organ-organ tubuh dengan bentuk dasar yang berbeda, tetapi memiliki fungsi yang
sama dinamakan ​Analogi. ​Contoh organ-organ tubuh yang analog adalah sayap
burung dengan sayap kupu-kupu.
Homologi organ menunjukkan adanya hubungan kekerabatan antara
spesies-spesies yang berbeda dan merupakan bukti terjadinya ​Evolusi Divergen​.
Yaitu evolusi dari satu spesies menghasilkan beberapa spesies dengan anatomi
(Bentuk dasar) yang sama. Sementara itu, kecenderungan spesies-spesies yang
tidak berkerabat untuk memiliki bentuk, struktur, dan fungsi organ yang sama
(organ-organ analog) menunjukkan terjadinya ​Evolusi Konvergen. ​Evolusi
konvergen merupakan evolusi beberapa spesies berbeda yang menempati
lingkungan yang sama dan akhirnya memiliki organ-organ tubuh yang sama
fungsinya, meskipun secara anatomi (bentuk dasar) berbeda. (​Gambar 9.17​)
3. Perbandingan Embriologi
Suatu studi embriologi (ilmu yang mempelajari tentang embrio) terhadap
anggota-anggota Vertebrata menunjukkan adanya suatu kemiripan pada
tahap-tahap awal perkembangan embrio. Hal itu juga menunjukkan adanya
kesamaan moyang. Semua Vertebrata memulai kehidupan sebagai sel tunggal
(zigot) yang merupakan hasil pertemuan antara sperma dan ovum. Selanjutnya,
zigot berkembang menjadi morula, blastula, dan gastrula. Setelah itu, embrio akan
mengalami diferensiasi jaringan sehingga terbentuk bermacam-macam organ tubuh.
Perkembangan embrio-embrio Vertebrata menjadi organisme kompleks multiseluler
memiliki kesamaan, antara lain adanya notokord, ekor, dan kantong insang
(faringeal) (​Gambar 9.18​).
Perkembangan makhluk hidup dari zigot hingga dewasa dinamakan
Ontogeni, ​sedangkan perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang paling
sederhana hingga menjadi bentuk yang paling kompleks dinamakan ​Filogeni.
Dalam kaitannya dengan evolusi, ada suatu hubungan yang menarik antara
ontogeni dan filogeni. Perkembangan embrio dari zigot hingga ke bentuk dewasa
menunjukan suatu perkembangan dari bentuk yang paling sederhana menuju bentuk
yang sempurna atau kompleks. Dalam hal ini dapat dikatakan terjadi filogeni.
Sementara itu, makhluk hidup yang bereproduksi secara seksual selalu mengalami
perkembangan dari zigot hingga menjadi dewasa atau selalu terjadi ontogeni. Dari
kedua hal tersebut, dapat dilihat bahwa dalam ontogeni terkandung pengertian
terjadinya filogeni. Ontogeni selalu terjadi berulang-ulang dari satu generasi ke
generasi berikutnya sehingga ​Erns Haeckel ​(1834 - 1919) mengatakan bahwa
ontogeni merupakan pengulangan singkat filogeni.
4. Perbandingan Biokimia
Bukti-bukti perbandingan biokimia mungkin merupakan petunjuk
adanya hubungan evolusioner yang paling kuat. Semua organisme memiliki
DNA sebagai bahan genetik dengan suatu kode genetik yang hampir
universal. Tidak hanya itu, semua organisme memiliki ATP sebagai energi
cadangan dan melakukan jalur metabolik yang serupa, contohnya dalam
proses respirasi. Proses-proses fisiologis, seperti respirasi, melibatkan
reaksi-reaksi biokimiawi yang serupa pada semua spesies.
Membandingkan DNA merupakan cara lain untuk mengetahui tingkat
kekerabatan dua spesies organisme. Hal ini dapat kita lihat dari evolusi
Primata berdasarkan teknik hibridisasi (persilangan) DNA.
Cara lain untuk, mengukur tingkat kekerabatan spesies adalah dengan
mencari persamaan jumlah urutan asam amino dalam protein penting,
misalnya sitokrom c dan protein hemoglobin yang terdapat pada Vertebrata.
Variasi dalam urutan asam amino disebabkan oleh mutasi spontan (yang
jarang terjadi) gen-gen mengkodenya. makin jauh hubungan kekerabatan dua
spesies organisme, makin banyak perbedaan komposisi proteinnya karena
makin banyak mutasi yang terjadi selama rentang waktu geologis yang
memisahkan mereka. Sebagai contoh, sitokrom c monyet dan sapi lebih mirip
dibandingkan dengan sitokrom c monyet dan ikan. Kemiripan dan perbedaan
tersebut menunjukkan bahwa monyet dan sapi berkerabat lebih dekat
daripada monyet dan ikan. Adapun manusia dan simpanse memiliki urutan
asam amino dan hemoglobin yang sama.

5. Alat Tubuh yang Tersisa


Beberapa organisme memiliki struktur atau organ-organ yang
tampaknya tidak memiliki fungsi yang berguna. Sebagai contoh, manusia
memiliki satu tulang ekor di ujung tulang belakang yang diduga tidak memiliki
fungsi apa-apa. Beberapa jenis ular memiliki tulang pelvis (panggul) dan
tulang tungkai, sedangkan beberapa jenis salamander gua memiliki mata,
walaupun anggota spesies tersebut buta total. Manate (sapi laut) memiliki
kuku-kuku jari pada siripnya dan paus memiliki tulang pelvis (panggul) seperti
Mamalia lainnya. Organ-organ yang tampak tak berfungsi itu dinamakan
organ vestigial. Jadi, organ-organ vestigial ini dianggap sebagai bukti
terjadinya evolusi. Artinya, organisme-organisme yang memiliki organ-organ
vestigial diduga memiliki moyang yang sama dengan organisme-organisme
yang memiliki organ-organ yang homolog secara fungsional.

6. Domestikasi atau Seleksi Buatan


Domestikasi merupakan pembudidayaan makhluk hidup. Persilangan
tumbuhan maupun hewan yang didomestikasi menciptakan varietas-varietas
yang memiliki sedikit kemiripan ciri-ciri eksternal dengan spesies liar
moyangnya. Seleksi buatan juga menyebabkan banyaknya varietas
persilangan kucing, anjing, burung dara, sapi, dan hewan-hewan peliharaan
lainnya. Dalam beberapa kasus, persilangan dikembangbiakkan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu. suatu famili organisme yang diseleksi oleh
penyilang (manusia) menunjukkan ciri-ciri tertentu, contohnya burung dara
yang memiliki bulu ekor berbentuk kipas. Penyilang mengawinkan
burung-burung dara tersebut secara bersama-sama dan menyeleksi lagi
keturunan-keturunannya untuk mendapatkan burung dara berbulu ekor
berbentuk kipas yang lebih lebar. Seleksi buatan ini mengakibatkan
munculnya varietas persilangan murni burung dara dengan bulu ekor
berbentuk kipas. Seleksi buatan menghasilkan perubahan-perubahan dalam
waktu singkat. para penyilang melakukan seleksi buatan untuk mendapatkan
tumbuhan dan hewan dengan sifat-sifat yang diinginkan.
Charles Darwin mulai menyeleksi burung dara sebagai akibat langsung
dari keterkaitannya terhadap variasi-variasi pada organisme. Dia mencatat hal
itu dalam bukunya ​The Origin of Species.​ Buku itu menyatakan bahwa
terdapat lebih dari selusin varietas burung dara, yang menurut ahli ornitologi
adalah burung liar. Burung-burung itu dikenali sebagai spesies-spesies
berbeda. Semua burung dara tersebut berasal dari burung dara batu, suatu
jenis burung dara liar. Darwin berpendapat bahwa suatu spesies mampu
berevolusi menjadi spesies lain karena adanya perubahan-perubahan yang
terjadi secara bertahap dan karena adanya seleksi alam.

D. Mekanisme Evolusi
1. Seleksi Alam
2. Mutasi Gen
3. Hukum Hardy-Weinberg
Pada tahun 1908, seorang ahli matematika Inggris bernama Godfrey Harold
Hardy dan seorang dokter Jerman bernama Wilhelm Weinberg secara terpisah
berhasil menemukan suatu simpulan sama, yaitu perubahan secara evolusi hanya
terjadi apabila ada sesuatu yang mengganggu keseimbangan genetik. Untuk
selanjutnya, hal tersebut dirumuskan dalam ​hukum Hardy-Weinberg ​yang
menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen (alel) dan
genotipe selalu tetap atau konstan dari generasi ke generasi. Yang dimaksud
“kondisi tertentu” agar keseimbangan genetik selalu terjaga adalah
a. populasi harus cukup besar sehingga tidak memberi peluang bagi perubahan
frekuensi gen;
b. perkawinan antara genotipe yang satu dan genotipe yang lain terjadi secara
acak;
c. tidak terjadi mutasi;
d. tidak terjadi seleksi;
e. tidak terjadi migrasi secara besar-besaran.
Namun, pada kenyataannya, kondisi seperti di atas jarang dijumpai. Kondisi
tersebut hanya dapat dijumpai dalam suatu populasi yang ideal (secara teori).
Hukum Hardy-Weinberg digunakan untuk menghitung frekuensi alel dan
genotipe dalam suatu populasi. Sebagai contoh, jika dalam suatu populasi ideal
berisikan manusia terdapat sebuah gen dengan dua buah alel, yaitu alel A
(dominan) yang menyebabkan pigmentasi pada kulit dan alel a (resesif) yang
menyebabkan albino. Dalam populasi tersebut ada tiga kemungkinan genotipe, yaitu
AA (homozigot dominan), Aa (heterozigot), dan aa (homozigot resesif). Jika populasi
tersebut telah berbaur cukup lama, frekuensi gen serta alel-alel penyusunnya akan
selalu tetap dari generasi ke generasi. Dalam kondisi demikian, persentase
masing-masing alel akan tetap dan jumlah totalnya akan selalu 100%.
Umpamanya, p mewakili frekuensi alel A (alel dominan) dan q mewakili
frekuensi alel a (alel resesif). Frekuensi alel dominan ditambah frekuensi alel resesif
menghasilkan frekuensi total semua alel, yaitu 1, untuk gen tertentu dalam populasi
sehingga
p + q = 1 (100%)
dengan p = 1 - q atau q = 1- P
Andaikan frekuensi alel A dalam suatu populasi adalah 60%, kita dapat
menghitung atau mencari frekuensi alel a dengan menggunakan persamaan di atas.
Mula-mula, kita ubah % menjadi desimal:
frekuensi A = 60% sehingga p = 60% atau 0,6
Kemudian, dengan menggunakan persamaan Hardy-Weinberg di atas:
p+q=1
q = 1,0 - 0,6
= 0,4
Jadi, frekuensi alel a adalah 0,4 atau 40%.
Kombinasi acak alel p dan q dalam perkawinan adalah
(p + q) × (p + q)
kemudian menjadi p² + 2pq + q² = 1,0
dengan p² = frekuensi genotipe homozigot dominan
2pq = frekuensi genotipe heterozigot
q² = frekuensi genotipe homozigot resesif
1,0 = populasi total
Dengan mengambil contoh genotipe AA, Aa, dan aa:
- frekuensi AA diwakili oleh p;
- frekuensi Aa diwakili oleh 2pq;
- frekuensi aa diwakili oleh q.
Dalam suatu populasi yang stabil, persamaan p + q = 1,0 digunakan untuk
mencari frekuensi alel, sedangkan untuk persamaan p² + 2pq + q² = 1,0 digunakan
untuk mencari frekuensi genotipe. Berikut adalah contoh-contoh penggunaan
persamaan Hardy-Weinberg.

Anda mungkin juga menyukai