Teori-Teori Evolusi
Antara Eohippus d ari zaman Eosin dan Equus (Kuda modern) terdapat
sangat banyak spesies-spesies peralihan. Beberapa di antaranya Mesohippus,
Merychippus, dan Pliohippus. N amun, sebagian besar spesies-spesies peralihan
tersebut telah punah. Penyusunan tulang dan gigi kuda yang telah memfosil
menunjukkan suatu rangkaian evolusi kuda yang meliputi pertambahan ukuran
tubuh dan panjang kaki-kakinya, mereduksinya jari lateral (samping) dan
menyatunya jari ketiga (tengah), serta perkembangan gigi geraham pada rahang
atas dan rahang bawah.
Contoh lain bentuk-bentuk peralihan yang ditemukan dalam catatan fosil
adalah Archaeopteryx (Berarti sayap purba) yang merupakan “missing link” antara
reptil dan burung (Gambar 9.14). Berdasarkan catatan fosil yang ditemukan,
Archaeopteryx m emiliki gigi dan ekor yang bertulang belakang. Hal ini merupakan
ciri-ciri reptil. Namun, Archaeopteryx juga memiliki ciri-ciri burung, yaitu berparuh dan
berbulu. Karena Archaeopteryx memiliki ciri-ciri reptil dan burung, diduga ada
hubungan kekerabatan secara evolusi antara reptil dan burung. Meskipun begitu,
Archaeopteryx b ukanlah moyang burung atau moyang reptil modern yang ada
sekarang, tetapi merupakan “cabang” dari evolusi reptil, sepupu burung modern.
Ada dua metode untuk menghitung umur fosil (dating fossil), y aitu
penanggalan (pentarikhan) relatif (relative dating) dan penanggalan absolut
(absolute dating.)
a. Pentarikhan Relatif
Metode ini dilakukan dengan menentukan umur batuan tempat
ditemukannya fosil. Umur batuan dapat ditentukan melalui seberapa jauh jarak
batuan tersebut dari permukaan bumi. Batuan tua terdapat di lapisan terbawah. Data
dari fosil lain yang ditemukan pada lapisan batuan yang sama juga dapat digunakan
untuk memperkirakan umur sampel fosil baru.
b. Pentarikhan Absolut
Pentarikhan absolut dilakukan berdasarkan penghitungan laju
peluruhan radioaktif dalam batuan. Dengan mengukur perbandingan antara bentuk
radioaktif suatu unsur, misalnya uranium-238, menjadi bentuk nonradioaktif (bentuk
“meluruh”), para ilmuwan dapat menentukan kapan batuan terbentuk. Perubahan
bertahap asam amino dari bentuk satu ke bentuk lainnya setelah organisme mati
juga dapat digunakan untuk pentarikhan beberapa fosil.
2. Perbandingan Anatomi
Perbandingan anatomi meliputi proses membandingkan struktur tubuh,
seperti jantung dan rangka, pada hewan-hewan yang berbeda. Jika pada
hewan-hewan berbeda terdapat struktur organ yang serupa, dapat diindikasikan
hewan-hewan tersebut memiliki moyang yang sama.
Walaupun tungkai depan kelima jenis Vertebrata ini memiliki fungsi yang
berbeda, misalnya untuk menggenggam, terbang, berlari, dan berenang, susunan
serta jumlah tulang-tulangnya hampir sama. Ada satu humerus dengan sendi peluru
pada salah satu uung tulang dan sendi engsel pada ujung tulang yang lain. Humerus
berhubungan dengan dua tulan lain, yaitu radius dan ulna, yang bergabung
membentuk suatu tulang-tulang pergelangan yang berujung pada lima kelompok
tulang-tulang jari. Pada burung, kelompok tulang pergelangan dan jari menghilang,
jika hewan-hewan tersebut tidak berhubungan, tampaknya sangat aneh bahwa
susunan rangka tungkai depan yang mirip digunakan untuk melakukan hal-hal yang
berbeda, seperti terbang, berlari, berenang, dan menggenggam. Struktur
organ-organ tubuh dengan bentuk dasar yang sama, tetapi memiliki fungsi yang
berbeda dinamakan homologi. Contohnya adalah sirip depan ikan. Sementara itu,
organ-organ tubuh dengan bentuk dasar yang berbeda, tetapi memiliki fungsi yang
sama dinamakan Analogi. Contoh organ-organ tubuh yang analog adalah sayap
burung dengan sayap kupu-kupu.
Homologi organ menunjukkan adanya hubungan kekerabatan antara
spesies-spesies yang berbeda dan merupakan bukti terjadinya Evolusi Divergen.
Yaitu evolusi dari satu spesies menghasilkan beberapa spesies dengan anatomi
(Bentuk dasar) yang sama. Sementara itu, kecenderungan spesies-spesies yang
tidak berkerabat untuk memiliki bentuk, struktur, dan fungsi organ yang sama
(organ-organ analog) menunjukkan terjadinya Evolusi Konvergen. Evolusi
konvergen merupakan evolusi beberapa spesies berbeda yang menempati
lingkungan yang sama dan akhirnya memiliki organ-organ tubuh yang sama
fungsinya, meskipun secara anatomi (bentuk dasar) berbeda. (Gambar 9.17)
3. Perbandingan Embriologi
Suatu studi embriologi (ilmu yang mempelajari tentang embrio) terhadap
anggota-anggota Vertebrata menunjukkan adanya suatu kemiripan pada
tahap-tahap awal perkembangan embrio. Hal itu juga menunjukkan adanya
kesamaan moyang. Semua Vertebrata memulai kehidupan sebagai sel tunggal
(zigot) yang merupakan hasil pertemuan antara sperma dan ovum. Selanjutnya,
zigot berkembang menjadi morula, blastula, dan gastrula. Setelah itu, embrio akan
mengalami diferensiasi jaringan sehingga terbentuk bermacam-macam organ tubuh.
Perkembangan embrio-embrio Vertebrata menjadi organisme kompleks multiseluler
memiliki kesamaan, antara lain adanya notokord, ekor, dan kantong insang
(faringeal) (Gambar 9.18).
Perkembangan makhluk hidup dari zigot hingga dewasa dinamakan
Ontogeni, sedangkan perkembangan makhluk hidup dari bentuk yang paling
sederhana hingga menjadi bentuk yang paling kompleks dinamakan Filogeni.
Dalam kaitannya dengan evolusi, ada suatu hubungan yang menarik antara
ontogeni dan filogeni. Perkembangan embrio dari zigot hingga ke bentuk dewasa
menunjukan suatu perkembangan dari bentuk yang paling sederhana menuju bentuk
yang sempurna atau kompleks. Dalam hal ini dapat dikatakan terjadi filogeni.
Sementara itu, makhluk hidup yang bereproduksi secara seksual selalu mengalami
perkembangan dari zigot hingga menjadi dewasa atau selalu terjadi ontogeni. Dari
kedua hal tersebut, dapat dilihat bahwa dalam ontogeni terkandung pengertian
terjadinya filogeni. Ontogeni selalu terjadi berulang-ulang dari satu generasi ke
generasi berikutnya sehingga Erns Haeckel (1834 - 1919) mengatakan bahwa
ontogeni merupakan pengulangan singkat filogeni.
4. Perbandingan Biokimia
Bukti-bukti perbandingan biokimia mungkin merupakan petunjuk
adanya hubungan evolusioner yang paling kuat. Semua organisme memiliki
DNA sebagai bahan genetik dengan suatu kode genetik yang hampir
universal. Tidak hanya itu, semua organisme memiliki ATP sebagai energi
cadangan dan melakukan jalur metabolik yang serupa, contohnya dalam
proses respirasi. Proses-proses fisiologis, seperti respirasi, melibatkan
reaksi-reaksi biokimiawi yang serupa pada semua spesies.
Membandingkan DNA merupakan cara lain untuk mengetahui tingkat
kekerabatan dua spesies organisme. Hal ini dapat kita lihat dari evolusi
Primata berdasarkan teknik hibridisasi (persilangan) DNA.
Cara lain untuk, mengukur tingkat kekerabatan spesies adalah dengan
mencari persamaan jumlah urutan asam amino dalam protein penting,
misalnya sitokrom c dan protein hemoglobin yang terdapat pada Vertebrata.
Variasi dalam urutan asam amino disebabkan oleh mutasi spontan (yang
jarang terjadi) gen-gen mengkodenya. makin jauh hubungan kekerabatan dua
spesies organisme, makin banyak perbedaan komposisi proteinnya karena
makin banyak mutasi yang terjadi selama rentang waktu geologis yang
memisahkan mereka. Sebagai contoh, sitokrom c monyet dan sapi lebih mirip
dibandingkan dengan sitokrom c monyet dan ikan. Kemiripan dan perbedaan
tersebut menunjukkan bahwa monyet dan sapi berkerabat lebih dekat
daripada monyet dan ikan. Adapun manusia dan simpanse memiliki urutan
asam amino dan hemoglobin yang sama.
D. Mekanisme Evolusi
1. Seleksi Alam
2. Mutasi Gen
3. Hukum Hardy-Weinberg
Pada tahun 1908, seorang ahli matematika Inggris bernama Godfrey Harold
Hardy dan seorang dokter Jerman bernama Wilhelm Weinberg secara terpisah
berhasil menemukan suatu simpulan sama, yaitu perubahan secara evolusi hanya
terjadi apabila ada sesuatu yang mengganggu keseimbangan genetik. Untuk
selanjutnya, hal tersebut dirumuskan dalam hukum Hardy-Weinberg yang
menyatakan bahwa dalam kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen (alel) dan
genotipe selalu tetap atau konstan dari generasi ke generasi. Yang dimaksud
“kondisi tertentu” agar keseimbangan genetik selalu terjaga adalah
a. populasi harus cukup besar sehingga tidak memberi peluang bagi perubahan
frekuensi gen;
b. perkawinan antara genotipe yang satu dan genotipe yang lain terjadi secara
acak;
c. tidak terjadi mutasi;
d. tidak terjadi seleksi;
e. tidak terjadi migrasi secara besar-besaran.
Namun, pada kenyataannya, kondisi seperti di atas jarang dijumpai. Kondisi
tersebut hanya dapat dijumpai dalam suatu populasi yang ideal (secara teori).
Hukum Hardy-Weinberg digunakan untuk menghitung frekuensi alel dan
genotipe dalam suatu populasi. Sebagai contoh, jika dalam suatu populasi ideal
berisikan manusia terdapat sebuah gen dengan dua buah alel, yaitu alel A
(dominan) yang menyebabkan pigmentasi pada kulit dan alel a (resesif) yang
menyebabkan albino. Dalam populasi tersebut ada tiga kemungkinan genotipe, yaitu
AA (homozigot dominan), Aa (heterozigot), dan aa (homozigot resesif). Jika populasi
tersebut telah berbaur cukup lama, frekuensi gen serta alel-alel penyusunnya akan
selalu tetap dari generasi ke generasi. Dalam kondisi demikian, persentase
masing-masing alel akan tetap dan jumlah totalnya akan selalu 100%.
Umpamanya, p mewakili frekuensi alel A (alel dominan) dan q mewakili
frekuensi alel a (alel resesif). Frekuensi alel dominan ditambah frekuensi alel resesif
menghasilkan frekuensi total semua alel, yaitu 1, untuk gen tertentu dalam populasi
sehingga
p + q = 1 (100%)
dengan p = 1 - q atau q = 1- P
Andaikan frekuensi alel A dalam suatu populasi adalah 60%, kita dapat
menghitung atau mencari frekuensi alel a dengan menggunakan persamaan di atas.
Mula-mula, kita ubah % menjadi desimal:
frekuensi A = 60% sehingga p = 60% atau 0,6
Kemudian, dengan menggunakan persamaan Hardy-Weinberg di atas:
p+q=1
q = 1,0 - 0,6
= 0,4
Jadi, frekuensi alel a adalah 0,4 atau 40%.
Kombinasi acak alel p dan q dalam perkawinan adalah
(p + q) × (p + q)
kemudian menjadi p² + 2pq + q² = 1,0
dengan p² = frekuensi genotipe homozigot dominan
2pq = frekuensi genotipe heterozigot
q² = frekuensi genotipe homozigot resesif
1,0 = populasi total
Dengan mengambil contoh genotipe AA, Aa, dan aa:
- frekuensi AA diwakili oleh p;
- frekuensi Aa diwakili oleh 2pq;
- frekuensi aa diwakili oleh q.
Dalam suatu populasi yang stabil, persamaan p + q = 1,0 digunakan untuk
mencari frekuensi alel, sedangkan untuk persamaan p² + 2pq + q² = 1,0 digunakan
untuk mencari frekuensi genotipe. Berikut adalah contoh-contoh penggunaan
persamaan Hardy-Weinberg.