Anda di halaman 1dari 35

BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

BAB V
MATERIAL DIELEKTRIK

Konsep penting dalam permasalahan dielektrik adalah momen dipol listrik


yang merupakan ukuran pengaruh medan listrik pada sepasang muatan listrik
yang besarnya sama tapi berlawanan tanda. Ketika medan listrik diberikan kepada
material maka fenomena populasi muncul. Bahkan dielektrik dipergunakan
terutama terkait dengan kemampuannya menyimpan muatan atau energi
elektrostatik. Dalam kaitan ini diperkenalkan beberapa konstanta material dielektrik
berkaitan dengan interaksinya dengan medan listrik diantaranya adalah
permitivitas dan susceptibilitas untuk besaran makro dan konstanta polarisasi
untuk skala mikro. Di lain pihak material dielektrik juga sangat luas dipakai sebagai
isolasi tegangan/ medan tinggi. Dalam keadaan demikian maka fungsi utama
material adalah untuk menahan medan listrik. Sebagai isolasi dikenal kekuatan
dielektrik/isolasi dan suatu konstanta penting yaitu rugi rugi dielektrik.

Baik fungsinya sebagai dielektrik maupun sebagai isolasi, materil dielektrik


memegang peranan sangat penting dalam elektroteknik. Komponen komponen
seperti kapasitor, hingga isolasi pada peralatan listrik seperti motor motor listrik,
generator, peralatan listrik rumah tangga adalah beberapa contoh peran material
dielektrik dalam kehidupan sehari hari.

Pada Bab ini akan dibahas mengenai material dielektrik sebagai dielektrik
maupun sebagai isolasi. Bertitik tolak dari polarisasi dan macam macamnya,
konstanta dielektrik serta pengaruh frekuensi dielektrik hingga kekuatan dielektrik
serta macam macam tembus isolasi.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 77


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.1. KAPASITANSI
Jika tegangan searah (dc) diberikan pada suatu kapasitor, antara kedua plat
yang satu bermuatan positip dan yang lainnya bermuatan negatip tergantung
polaritas medan listrik positip dan negatip. Besarnya kapasitansi C tergantung
muatan Q yang tersimpan antara kedua plat.

C = Q/V (5.1)

Dimana V adalah tegangan yang diberikan pada kapasitor. Satuan kapasitansi


coulomb per volt atau Farad.
Suatu kapasitor plat sejajar yang berisi udara antara kedua plat seperti
pada Gamber 5.1, maka kapasitansi dapat diketahui dengan persamaan,
A
C o (5.2)

Dimana A luas plat, l jarak antara kedua plat, o permitivitas udara (kapasitansi
dalam vakum) dengan nilai 8,854x10-12 Farad/m.
Jika material dielektrik dimasukkan diantara kedua plat (lihat Gambar 5.1a),
maka kapasitansi adalah,
A
C (5.3)

Dimana adalah permitivitas material dielektrik yang biasanya lebih besar o.

Prmitivitas relativ adalah r juga sering disebut konstanta dielektrik, yaitu rasio
antara permitivitas material dielektrik dengan permitivitas udara,

r (5.4)
o

Jika nilai r lebih besar dari satu, menunjukkan lebih tinggi kapasitas muatan
material dielektrik dari udara antara kedua plat. Konstanta dielektrik merupakan
salah satu sifat material yang dijadikan pertimbangan dalam mendesain kapasitor
dan isolator. Nilai r dari beberapa material dielektrik dapat diihat pada Tabel 5.1.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 78


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Gambar 5.1. Kapasitor plat sejajar (a) antara kedua plat berisi udara (vakum),
(b) antara kedua plat berisi material dielektrik.

Tabel 4.1 Konstanta dan Kekuatan Dilektrik Beberapa Material


Konstata Dielektrik Kekuatan Dielektrik
Material
60 Hz 1 MHz (V/mil)*
Keramik
Keramik Titanium - 15-10.000 50-300
Mika - 5,4 8,7 1000-2000
Steatite (MgO-SiO2) - 5,5-7,5 200-350
Soda-Lime Galas 6,9 6,9 250
Porselen 6,0 6,0 40-400
Silika Fuse 4,0 3,8 250
Polimer
Phenol-Formaldehyde 5,3 4,8 300-400
Nylon 6,6 4,0 3,6 400
Polystyrene 2,6 2,6 500-700
Polyethylene 2,3 2,3 450-500
Polytetrafluoroethylene 2,1 2,1 400-500
* 1 mil = 0,001 in

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 79


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.2. POLARISASI (P) DAN KONSTANTA DIELEKTRIK ( r )

Bila suatu material ditempatkan pada medan listrik maka terjadilah momen
dipol didalam material. Peristiwa ini dapat diilustrasikan dengan penempatan
material di antara dua pelat kapasitor yang diberi medan listrik E seperti pada
Gambar 5.2. Pada Gambar 5.2a material terpolarisasi dan pada pelat terinduksi
muatan yang berlawanan tanda. Gambar 5.2b menunjukkan bagian material saja
di mana dalam material terdapat untaian muatan positif negatif secara berantai.
Dengan demikian dilihat secara ruah (bulk) maka tidak ada muatan netto. Namun
demikian pada permukaan perbatasan dengan pelat terdapat muatan terikat
masing masing -Qp dan + Qp. Dua muatan inilah yang mewakili peristiwa polarisasi
secara bulk yang dialami oleh material akibat kehadiran medan listrik yang
diekspresikan dengan Gambar 5.2c.

(a) (b) (c)

Gambar 5.2: Ilustrasi polarisasi material dielektrik

Polarisasi di dalam material direpresentasikan dengan besaran polarisasi P


yang menyatakan momen dipol per satuan volume. Bila momen dipol per dipol p =
q.d, dan kerapatan dipol N per meter kubik maka polarisasi dapat dinyatakan
sebagai :

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 80


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

P = Np (5.5)
Polarisasi tergantung dari besarnya medan listrik yang diberikan. Untuk material
yang bersifat homogen dan isotropik maka

P = 0 e E (5.6)

Dimana 0 = permitivitas ruang hampa dan E = kuat medan listrik, e adalah

susceptibilitas listrik material. Dengan demikian maka

P = P/N = 0 e E/N atau P=N E

Dimana = 0 e / N disebut sebagai konstanta polarisasi.

Bila dibandingkan dengan sebelum ditempatkannya material dielektrik di


antara dua pelat maka pada saat tidak dielektrik (ruangan diisi ruang hampa
/udara ) berlaku hubungan

D= O E (5.7)

Dimana D = kerapatan fluk listrik.


Pada saat ruang hampa diganti dengan bahan dielektrik maka hubungan
menjadi

D= E= r O E (5.8)

Dimana = permitivitas dielektrik dan r = permitivitas relatif = / O

Perubahan pada D dengan kehadiran dielektrik disebabkan oleh


munculnya polarisasi di dalam dielektrik.

D= E= O E+ P

Dengan demikian polarisasi

P=( r 1) O E O e E (5.9)

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 81


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.3. MACAM MACAM POLARISASI

Polarisasi dibedakan atas polarisasi elektronik, polarisasi atomik/ionik,


polarisasi dipolar dan polarisasi interfacial. Deskripsi dari masing masing polarisasi
adalah sebagai berikut:

5.3.1 Polarisasi Elektronik

Teori atom menyatakan bahwa suatu atom tersusun atas inti atom
bemuatan positif dan elektron yang mengitari inti bermuatan negatif. Muatan neto
dalam atom adalah netral. Dalam keadaan tidak ada pengaruh medan luar maka
pusat muatan positif inti atom terimpit dengan pusat muatan negatif elektron.
Dengan demikian tidak ada momen dipol dalam atom. Namun bila atom berada
pada daerah dengan medan listrik maka muatan akan berinteraksi dengan medan
dan terjadilah pergeseran pusat muatan baik positif maupun negatif. Munculah
polarisasi. Polarisasi demikan disebut dengan polarisasi elektronik seperti
diilustrasikan pada gambar berikut.

Gambar 5.3. Polarisasi elektronik

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 82


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Pergeseran pusat muatan sejauh x akan oleh medan E menimbulkan gaya atraksi
antar pusat muatan yang cenderung untuk mendekat. Bila atom mempunyai
nomor Z yang berarti mempunyai Z elektron maka gaya yang mendorong elektron
menjauh dari inti atom akibat medan listrik adalah ZeE. Di lain pihak gaya yang
mendorong elektron untuk mendekati inti adalah sebanding dengan pergeseran x
yaitu Fr x . Di sini adalah konstanta dan tanda negatif menunjukkan bahwa

gaya berarah ke inti atom. Dalam keadaan seimbang maka berlaku

ZeE = x

Dengan demikian besar momen dipol induksi elektronik adalah

Z 2e2
pe ZeE E (5.10)

momen dipol ini akan tetap bila medan yang diberikan adalah DC dan konstan. Bila
tiba tiba medan hilang gaya atraksi berperan. Pergerakan pusat muatan negatif
dapat dinyatakan dengan persamaan

d2 x
x Zme (5.11)
dt 2

Penyelesaian dari persamaan diferensial ini kan menghasilkan persamaan posisi


yaitu

x(t) x o cos( o t) (5.12)

dimana
1/2

o
Zm e

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 83


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Adalah frekuensi osilasi awan elektron disekitar inti atom dan xo merupakan jarak
sebelum medan dihilangkan. Konstanta polarisasi elektronik dapat dinyatakan
sebagai

p Ze 2
e 2 (5.13)
E me o

5.3.2. Polarisasi Ionik

Yaitu polarisasi pada molekul/ ion yang disusun beberapa atom dengan
kehadiran medan listrik. Kristal ionik seperti NaCl, KCl dan sebagainya mempunyai
susunan rantai ion positif dan negatif. Sebagai contoh kita lihat untuk NaCl. Pada
saat tidak ada medan luar maka NaCl tidak terjadi polarisasi karena rantai tersusun
oleh momen dipol yang sama besar dan berlawanan arah seperti pada Gambar
(5.4a. Namun dengan kehadiran medan luar maka posisi ion positif dan negatif
sedikit bergeser dan terjadilah polarisasi netto seperti ditunjukkan oleh Gambar
(5.4b.

Gambar 5.4. Ilustrasi polarisasi ionik pada NaCl


(a) tidak ada medan (b) ada medan

Sebagaimana pada polarisasi elektronik maka dikenal adanya konstanta


polarisasi ionik/atomik.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 84


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

p
e
E lokal
Besar konstanta polarisasi ionik dapat dicari dengan persamaan Clasium Mossotti
yang akan dibicarakan kemudian.

5.3.3. Polarisasi Orientasi ( dipolar)

Yaitu polarisasi akibat dipol dipol di dalam bahan dielektrik mengalami


perubahan orientasi akibat medan listrik. Polarisasi ini terjadi di dalam material
dielektrik yang mempunyai dipol permanen (dipolar) seperti HCl. Pada saat tidak
ada medan luar maka dipol dipol terorientasi secara acak dan tidak ada polarisasi
netto. Gambar a dan b menunjukkan momen dipol permanen HCl dan orientasi
random dari dipol pada saat tidak ada medan.
Kehadiran akan membuat orientasi dipol dipol mengarah pada medan dan
muncullah polarisasi netto seperti ditunjukkan Gambar (5.5c dan (5.5d.

Gambar 5.5 : Ilustrasi polarisasi orientasi (dipolar)

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 85


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Konstanta polarisasi orientasi tergantung dari temperatur dan dapat dihitung


dengan menggunakan statistik Boltzmann dan diperoleh

1 2
o (5.14)
3 kT
dimana adalah dipol permanen, k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah
temperatur.

5.3.4. Polarisasi Interfacial

Yaitu polarisasi akibat terjadi penumpukan muatan pada perbatasan bahan


dielektrik yang tidak homogen.
Dengan mempertimbangkan tiga macam polarisasi yaitu elektronik, ionik
dan orientasi maka polarisasi dapat diuraikan menjadi :

P = Pe + Pi + PO (5.15
Dengan
Pe = e NE
Pi = i NE

Po = o NE

Dengan demikian = e + i + o

Yaitu total koefisien polarisasi merupakan penjumlahan dari komponen koefisien


polarisasi. Koefisien polarisasi total menjadi :

2
= e + i + / (3kT) (5.16)
dan
2
e + i + /(3kT) = o ( r 1 )/N

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 86


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Tabel 5.1
Permetivitas relatif beberapa material dan jenis polarisasi

Material Polarisasi Permitivitas Statik


Gas Argon Elektronik 1,0005
Argon Cair Elektronik 1,53
Si Elektronik 11,9
NaCl Ionik 5,9
CsCl Ionik 7,2
Air Orientasi / dipolar 80
PVC Orientasi / dipolar 7

5.4. POLARI SASI PADA ZAT PADAT DAN PERSAMAAN


CLAUSIUS MOSSOTTI.

Pada zat pada antar atom berinteraksi sehingga antar dipol juga
berinteraksi. Dalam nengevaluasi koefisien polarisasi maka pengaruh dipol
disekitarnya perlu dipertimbangkan. Bila medan E diberikan ke dalam dielektrik
maka suatu titik di dalam dielektrik akan mengalami medan tambahan akibat
interaksi dipol seperti digambarkan berikut.
E

- - -
E1
+ + +

Gambar 5.6. Medan luar dan medan lokal

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 87


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Medan lokal di dalam dielektrik adalah E* = E + E1


Medan akibat dipol E1 dapat dihitung dengan penjumlahan seluruh pengaruh dipol
dan akan menghasilkan
E1 = P/3 O

Dengan demikian medan total dapat dituliskan sebagai ;


E* = E + P/3 O (5.17)
dan konstanta polarisasi menjadi
a = P/NE* = P/N (E + E1)
Dengan subtitusi persamaan sebelumnya akan didapat

N /3 O =( r 1)/( r + 2) (5.18)

Pada frekuensi optik maka yang ada hanyalah polarisasi elektronik maka
persamaan dapat dituliskan menjadi

N e /3 O =( re 1)/( re +2) (5.19)

Pada kondisi ini dipenuhi hubungan bahwa re = n 2 dimana n adalah indek bias
bahan dielektrik. Subtitusi n ke dalam persamaan sebelumnya diperoleh
persamaan Clausius Mossotti yaitu

N e /3 O = (n2 1)/(n2 + 2) (5.20)

Bila Polarisasi orientasi tidak ada maka

N( e + i )/ 3 O =( r 1)/( r +2) (5.21)

Karena N = Na x /M dimana Na = bilangan Avogadro dan kerapatan maka

/M x Na ( e + i )/3 O =( r 1)/( r +2) (5.22)

Didefinisikan konstanta polarisasi molar yaitu besar polarisasi per satu molar
dielektrik yaitu:

Na( e + I )/3 O = M/ x ( r 1)/( r +2) (5.23)

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 88


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.5. PENGARUH FREKUENSI

Konstanta dielektrik statik adalah konstanta dielektrik akibat polarisasi


dalam keadaan DC. Bila signal/ medan yang diberikan adalah sinusoidal maka
konstanta dielektrik dalam keadaan sionusoidal ini akan berbeda dengan pada
keadaan DC. Kehadiran medan sinusoidal akan membuat besar dan arah
polarisasi berubah secara periodik mengikuti perubahan medan. Jika momen dipol
dapat mengikuti perubahan medan secara sempurn maka

p E
d (5.24)

dengan konstanta polarisasi maksimum


2
po
ad (5.25)
3kT

Kehadiran medan sinusoidal akan membawa kepada kondisi dimana tidak semua
dipol dapat mengikuti perubahan medan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor.
Faktor pertama adalah agitasi thermal yang cenderung membuat orientasi dipol
menjadi random. Faktor kedua adalah friksi dengan atom/ kisi/ dipol di sekitarnya
yang cenderung untuk menghambat terjadinya orientasi untuk mengikuti medan.
Bila medan berubah dengan cepat maka dipol tidak dapat lagi mengikuti
perubahan medan dan sebagai akibatnya sebagian besar dipol tetap berada pada
kondisi random. Pada frekuensi yang sangat tinggi maka ad akan cenderung
menjadi nol. Dengan demikian maka ad maksimum pada kondisi DC dan
mengecil menuju pada frekuensi tinggi.
Anggap pada suatu dielektrik gas diberikan medan DC untuk waktu lama
dan tiba tiba medan diturunkan dari Eo menjadi E seperti pada Gambar (5.7.
Karena E menjadi lebih kecil maka dipol induksi DC juga mengecil dan dapat
dinyatakan sebagai

d (0)E (5.26)

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 89


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

dimana d (0) adalah konstanta polarisasi pada frekuensi = 0. dengan demikian

momen dipol induksi per molekul akan berkurang atau mengalami relaksasi dari

d (0)E O ke d ( 0) E .

Bila adalah waktu relaksasi rata rata di antara dua tumbukan / gesekan selama
proses relaksasi maka waktu yang diperlukan sehingga dipol induksi menjadi
random adalah . Bila momen induksi sesaat adalah p maka p - d (0)E adalah

momen dipol induksi sisa yang harus menjadi random selama relaksasi untuk t
mendekati tak hingga. Kecepatan perubahan momen dipol dapat dituliskan sebagai
dp p d (0)E
(5.27)
dt

Gamba 5.7. perubahan polarisasi akibat perubahan medan pada DC

Untuk kondisi AC, dapat diasumsikan mempunyai bentuk


E EO sin ( t )

atau dalam bentuk eksponensial E Eo exp (j t) , didapat

dp p d (0)
exp(j t) (5.28)
dt

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 90


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Solusi dari persamaan ini diperoleh momen dipol induksi sesaat sebagai

p d ( )E O exp( j t ) (5.29)

dimana
(0)d
d ( ) (5.30)
1 j
yang menyatakan konstanta polarisasi pada keadaan AC. Konstanta polarisasi pada
keadaan AC merupakan bilangan kompleks yang menyatakan bahwa dalam
keadaan AC antara p dan E berbeda phasa.
Bila N adalah jumlah molekul per unit volume maka P = Np. Pada frekuensi
rendah maka t 1, d ( ) mendekati d (0) dan p sephasa dengan E. Pada

frekuensi tinggi t 1, kecepatan relaksasi 1/ jauh lebih lambat dari kecepatan

perubahan medan sehingga tidak bisa mengikuti.

Gambar 5.8 (a) Medium dipolar dengan medan AC


(b) Permitivitas relatif kompleks.

Untuk kerapatan molekul N per satuan volume maka konstanta dielektrik dapat
dinyatakan sebagai

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 91


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

N d
r 1 (5.31)
O

Dalam bentuk kompleks dituliskan sebagai

N ( 0)
d N ( 0) 1 j
r r j r" 1 1 (5.32)
O 1 j O 1 ( )2

Besaran N d (0) merupakan konstanta dielektrik DC sehingga

N d ( 0)
r ( 0) 1 (5.33)
o

Pemisahan bagian riil dan imajiner didapatkan


( 0) 1
r
r ' 1
1 ( )2

r( 0) 1
r " (5.34)
1 ( )2

Persamaan ini disebut dengan persamaan Debye yang menggambarkan perilaku


konstanta dielektrik kompleks terhadap frekuensi.

Gambar 5.9. Ketergantungan terhadap frekuensi dari komponen ril dan


imajiner dari konstanta dielektrik untuk berbagai polarisasi

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 92


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.8. RUGI RUGI DIELEKTRIK

Konstanta dielektrik kompleks merupakan konstanta material. Dalam aplikasi


kerekayasaan kita meminimasi komponen imajiner untuk suatu harga komponen
riil. Didefinisikan konstanta rugi rugi dielektrik (loss tangent, loss factor, fektor
rugi rugi) sebagai tan "/ yang tergantung dari frekuensi dan mencapai
maksimum disekitar 1/ .
Untuk medan sinusoidal maka rugi rugi dielektrik per satuan volume adalah

W vol E2 o r tan (5.35)

Dengan demikian rugi rugi dielektrik per satuan volume ditentukan oleh tiga faktor
yaitu:
- Frekuensi, makin tinggi frekuensi makin tinggi pula rugi rugi
- Medan, makin tinggi medan listrik makin tinggi pula rugi rugi
- Konstanta rugi rugi, makin tinggi konstanta rugi rugi makin tinggi pula
rugi rugi dielektrik.

Sebagai contoh untuk bahan cross linked polyethylene (XLPE) yang banyak
digunakan untuk kabel dan alumina yang banyak digunakan untuk komponen
elektronik pada frekuensi 60 Hz dan 1 MHz dan pada medan sebesar 100 kV/cm
dapat dihitung losses per cm kubik (silakan coba) seperti pada tabel berikut:

Tabel 5.2
Rugi rugi dielektrik untuk XLPE dan Alumina
60 Hz 1 MHz
Material tan W (W/cm ) 3
tan W (W/cm3)
r r

XLPE 2,3 3 10-4 0,23 2,3 40 10-4 5,12

Alumina 8,5 10 10-4 0,84 8,5 10 10-4 47,3

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 93


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.7. RANGKAIAN EKIVALEN DIELEKTRIK

Apabila kepada suatu kapasitor yang berisi dielektrik diberikan tegangan AC


dengan frekuensi maka akan mengalir arus listrik sebesar
I= r COdV/dt j r CO V (5.36)

Dengan memasukkan permitivitas kompleks dielektrik yaitu r r ' j r " maka

didapat
I CO ( r " j r ' )V (5.37)

Co adalah kapasitansi kapasitor bila tidak diisi dengan bahan dielektrik (berisi ruang
bebas.

(a) (b)

Gambar 5.10. (a) Dielektrik dengan arus AC


(b) Diagram phasor arus

Dielektrik yang diberi tegangan AC dapat dinyatakan dengan rangkaian ekivalen


seri atau pararel seperti pada Gambar 5.10 berikut:

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 94


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

(a) (b)

Gambar 5.11. Rangkaian ekivalen dielektrik (a) pararel (b) seri

Pada rangkaian ekivalen pararel komponen permitivitas relatif kompleks terdiri dari
Cp
"
CO

1
' (5.38)
R pCO

Dengan demikian konstanta rugi rugi dielektrik menjadi


" 1
tan (5.39)
' R p CO

Selain rangkaian pararel ini dapat juga dipergunakan rangkaian ekivalen seri
seperti Gambar 5.10(b). Hubungan hubungan yang dapat diturunkan adalah
Rp
RS 2 2 2
1 Rp Cp

2 2 2
1 Rp Cp
CS 2 2
(5.40)
Rp Cp

Konstanta rugi rugi dinyatakan sebagai tan R S CS

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 95


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.8. KEKUATAN DIELEKTRIK DAN TEMBUS DIELEKTRIK

Material dielektrik banyak dipakai sebagai isolasi tegangan tinggi. Sebagai


isolasi maka kekuatan menahan medan listrik yang besar merupakan syarat. Suatu
bahan dielektrik mampunyai kekuatan menahan medan listrik tertentu. Kekuatan
menahan medan listrik tertentu disebut dengan kekuatan isolasi (satuan kV/cm
dll.). Setiap bahan isolasi mampunyai harga kekuatan isolasi masing masing.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan isolasi seperti struktur
molekul, kehadiran ketidakmurnian, temperatur dan kelembaban. Secara umum
material isolasi padat mempunyai kekuatan isolasi paling tinggi dan isolasi gas
mempunyai harga yang paling rendah.
Bila kepada bahan dielektrik tersebut diberikan medan listrik melebihi
kemampuannya maka isolasi akan mengalami kegagalan berupa tembus
(breakdown). Tembus pada zat padat bersifat permanen sedangkan tembus pada
isolasi cair dan terutama gas pada umumnya bersifat sementara. Kejadian tembus
isolasi diikuti oleh kenaikan arus yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat pada diagram
karakteristik arus tegangan ditandai dengan kenaikan arus yang sangat tajam.
Arus

Ib Tegangan

Gambar 5.12. Karakteristik arus tegangan

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 96


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.8.1. Tembus pada dielektrik gas

Dielektrik gas mempunyai susunan molekul/ atom yang relatif jarang


dibandingkan dengan dielektrik cair atau padat. Untuk terjadinya tembus perlu ada
elektron awal. Elektron awal dapat muncul dalam gas melalui berbagai cara seperti
akibat radiasi kosmik, eksitasi termal atau elektron dari permukaan katoda akibat
berbagai proses seperti radiasi atau emisi medan.
Bila suatu elektron awal telah tersedia di dalam gas maka bila medan listrik
dalam gas cukup besar maka elektron akan bergerak dipercepat dan akan
memperoleh energi kinetik yang besar pula. Energi kinetik yang besar yang dimiliki
elektron memungkinkan mengionisasi molekul/ atom gas bila bertumbukan.
Dengan adanya ionisasi gas ini maka muncul elektron kedua. Kedua elektron akan
memulai proses serupa untuk menghasilkan dua elektron baru dan seterusnya.
Sehingga didalam gas akan terjadi multiplikasi elektron secara eksponensial.
Peristiwa ini disebut dengan Avalanche. Bila kenaikan elektron berjalan terus maka
suatu ketika kedua elektroda akan dijembatani oleh avalanche elektron dan
terjadila tembus.
Tembus gas dipengaruhi oleh tekenan gas. Makin tinggi tekanan gas maka
kerapatan juga makin tinggi. Hal ini mengakibatkan jarak rata rata antara molekul
atau atom semakin kecil dan sebagai akibatnya energi kinetik elektron lebih kecil
dan ionisasi molekul/ atom gas semakin sulit. Dengan demikian secara umum maki
tinggi tekanan gas makin tinggi pula kekuatan tembus.
Tembus gas juga dipengaruhi oleh tingkat kemurnian gas tersebut.
Kandungan zat pengotor dan kelembaban dapat menurunkan kekuatan dielktrik.
Temperatur juga dapat mempengaruhi kekuatan dielektrin cair namun biasanya
terkait dengan parameter phisik yang lainnya.
Pada tekanan 1 atm dan frekuensi 60 Hz maka kekuatan tembus udara
adalah 31 kV/ cm. Pada saat ini telah ditemukan dielektrik gas dengan kekuatan
isolasi tinggi misalnya SF6. Yang mempunyai kekuatan pada 1 atm 79,3 kV/ cm,

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 97


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

CHCl3 dengan kekuatan sekitar 150 kV/cm, CCl4 dengan kekuatan yang lebih tinggi
yaitu sekitar 215 kV/cm.

5.8.2. Tembus pada dielektrik cair

Kejadian tembus pada dielektrik cair masih menyimpan banyak misteri dan
tidak sejelas dielektrik gas. Kehadiran gelembung gas (buble) dan partilek
konduktif di dalam dielektrik cair dianggap sebagai bertanggungjawab atas
terjadinya tembus pada dielektrik cair. Gelembung gas akan tembus walaupun
dielektrik cair masih sehat karena kekuatan tembus dielektrik cair lebih tinggi dari
gas. Tembus didalam gelembung gas akan menghasilkan gas baru yang akan
memperbanyak jumlah gelembung atau memperbesar ukuran gelembung gas.
Juga dapat timbul partilek konduktif akibat oksidasi selama tembus gas dalam
gelembung berlangsung. Emisi elektron dari permukaan elektroda juga mungkin
terjadi. Bila kejadian ini berlangsung terus menerus maka suatu saat dapat
menjembatani kedua elektroda dan terjadilah tembus dielektrik cair.

Tabel 5.3
Kekuatan dielektrik cair

Material dielektrik Cair Kekuatan dielektrik (kV/cm)


exana 130
Benzena 110
Nitrogen cair 170
Oksigen cair 240
Minyak trasformator 150
Minyak kapasitor 200
Askarel 200

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 98


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.8.3 Tembus pada dielektrik padat

Secara umum kekuatan dielektrik padat lebih besar dari dielektrik gas dan
cair. Tembus dielektrik padat dibagi atas :
tembus interisik (intrinsic breakdown)
tembus thermal (thermal brekdown)
tembus elektomekanik (electromechanical breakdown)
tembus peluahan (discharge breakdown)

a. Tembus intrisik
Bila ke dalam dielektrik diberikan tegangan tinggi maka munculah medan
tinggi. Bila di dalam bahan dielektrik terdapat elektron konduksi maka elektron
akan dipercepat. Percepatan elektron berbanding lurus dengan kuat medan listrik.
Elektron yang dipercepat akan mendapatkan energi kinetik dalam perjalanannya
karena kecepatan makin bertambah. Elektron ini bergerak diantara atom atom
dielektrik. Bila selama tumbukan dengan atom semua energi elektron tidak dapat
diserap oleh atom maka elektron mengionisasi atom dan munculah elektron baru
yang siap mengalami proses yang sama. Dengan demikian sepanjang perjalanan
muncul elektron makin banyak. Terjadilah konduksi elektron yang sangat besar
disebut dengan elektron avalanche. Tembus intrisik sering disebut juga dengan
tembus elektronik. Hal ini karena proses terjadinya tembus yang disominasi oleh
proses elektronik.
Kekuatan tembus intrinsik bahan isolasi berharga sangat tinggi dan biasanya
diperoleh dengan pemberian tagangan yang sangat cepat (impuls). Polyethylene
mempunyai harga mencapai 500 Mega Volt per meter.

b. Tembus thermal
Tembus jenis ini muncul bila isolasi beroperasi pada kondisi yang
memanaskan kisi kisi bahan. Pemanasan bisa terjadi karena dielectric losses.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 99


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Sebagian panas dapat disalurkan ke lingkungan, Sebagian lagi akan memanaskan


isolasi. Persamaan keseimbangan kalor/panas memenuhi hubungan.

Kalor yang dihasilkan Laju penambahan kalor Laju disipasi kalor


Oleh pemanasan listrik = dalam bahan berupa kenaikan + ke lingkungan
Temperatur bahan

Secara sistematis persamaan dapat dinyatakan sebagai


dT
E2 C .( T) (5.41)
dt
dimana adalah konduktivitas panas dan CV adalah kapasitas kalor bahan.

Bila kalor yang dihasilkan oleh pemanasan listrik sedikit dan dapat diatasi
dengan disipasi ke lingkungan maka temperatur meterial akan tetep stabil. Akan
tetapi bila pemanasan listrik membesar maka suatu saat kalor tidak lagi dapat
dibuang ke lingkungan dan sebagai akibatnya temperatur kisi kisi material akan
naik dan mencapai harga kritis Tc.
Bila pemanasan lebih hebat lagi maka temperatur akan lebih tinggi lagi.
Akibat pemanasan ini maka atom akan lebih mudah terionisasi oleh tumbukan
elektron. Dengan demikian dapat diperkirakan tegangan tembus jenis ini akan jauh
lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tembus intrinsik. Sebagai contoh untuk
polyethylence tegangan tembus dapat turun menjadi hanaya mega 5 Volt per
meter pada daerah frekuensi relaksasi (losses tinggi).
Temperatur kisi tertinggi
dalam material, T

Waktu, t
Gambar 5.13 : ilustrasi kesetimbangan thermal dan tembus termal

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 100


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

c. Tembus elektromekanik
Ketika dielektrik padat dikenai medan listrik tinggi maka akan muncul gaya
kompresi yang menekan dieletrik tersebut. Bila tebal spesimen adalah do dan
terkompresi menjadi d akibat medan oleh suatu tegangan V maka berlaku
hubungan
V2 do
o r Y ln (5.42)
2d 2 d
dimana Y adalah modulus Young dari dielektrik.
Penyelesaian dari persamaan di (5.40

Dari eksperimen mekanik didapatkan bahwa secara empirik instabilitas mekanik


akan terjadi bila kompresi terlah menyebabkan d/ do = 0,5. Dengan memasukkan
kriteria instabilitas ini sebagai awal terjadinya tembus elektromekanik maka
diperoleh besarnya medan kritis untuk terjadinya tembus elektromekanik sebagai.

Y
E max 0,6 1/ 2 (5.43)
o r

Stark dan garton telah mengamati peristiwa tembus elektromekanik ini pada
dielektrik polyethylene.

d. Discharge breakdown
Bahan bahan seperti mika atau keramik atau bahan pada lainnya sering kali
ditemukan gas yang terperangkap di dalamnya. Gas mempunyai kekuatan isolasi
yang lebih kecil dari isolasi padat. Secara umum gas mempunyai konstanta
dielektrik kecil (mendekati 1) sedangkan isolasi padat mempunyai konstanta
dielektrik 2 5. Dengan demikian gas yang berada di dalam isolasi padat akan
mendapatkan kuat medan yang lebih besar dari isolasi padat. Padahal
kekuatannya lebih rendah. Dengan demikian gas akan tembus pada saat isolasi

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 101


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

pada masih jauh lebih tembus. Tembus ini sering disebut dengan tembus sebagian
(partial discharge).
Pada isolasi polimer seringkali ditemukan tembus sebagian ini. Dari tembus
sebagian di dalam void dapat tumbuh kanal bercabang cabang membentuk suatu
struktur menyerupai ranting pohon yang disebut dengan pepohonan listrik
(electrical treeing). Pepohonanan listrik makin lama makin makin panjang dan
jumlah cabang akan semakin banyak seperti pada Gambar 5.14. Bila pepohonanan
listrik ini telah menjembatani kedua elektroda maka biasanya isolasi padat sudah
tidak dapat lagi berfungsi untuk menahan medan normal. Terjadilah kegagalan
isolasi.

(a) (b)

Gambar 5.14. Pepohonan (treeing) listrik di dalam isolasi polimer (a) Proses awal
terbentunya treeing, (b) Treeing menjembatangi kedua elektroda

Pepohonan listrik juga dapat bermula dari medan yang sangat tinggi di
dalam isolasi padat karena adanya permukaan konduktor yang tajam atau ada
kontaminan konduktif. Medan lokal sebesar lebih dari 1 MV/ m dapat muncul di
daerah seperti ini. Degradasi lokal akibat stress medan listrik seperti ini akan
menginisiasi munculnya pemohonana listrik. Daerah dengan medan sangat tinggi

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 102


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

ini bisa menyebabkan kegagalan lokal isolasi padat sehingga pemohonan listrik
akan timbul.
Teknik pembuatan, material dasar, pemasangan dan pengoperasian
merupakan faktor faktor penting yang dapat mempengaruhi pemunculan titik titik
isolasi yang menyebabkan bermulanya kegagalan isolasi.

Tabel 5.4
Kekuatan dielektrik material padat

Permitivitas Relatif Kekuatan dielektrik


Material
( r) (kV/cm)
XLPE 2,3 217
Silicon rubber 3,7 158
Polystyrene 2,5 200-250
Polyester 3,2 175
Mika 6,9 1000
Al2O3 (keramik) 8,5 1000

5.9. PIEZOELEKTRIK

Ada penomena yang disebut dengan electrostriction yaitu keadaan dimana


polarisasi mengubah dimensi material dan sebaliknya perubahan dimensi dielektrik
menyebabkan perubahan polarisasi yang berakibat munculnya medan atau
tegangan.
Dielektrik yang menunjukkan sifat demikian disebut piezoelectric. Kejadian
ini diilustrasikan sebagai berikut :

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 103


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Gaya

(a) (b) (c) (d)

Gambar 5.15. Efek piezoelektrik

Pada Gambar 5.15a. tidak ada tekanan makanik maupun medan sehingga
tidak ada perubaan bentuk maupun keluaran tegangan. Pada Gambar 5.15b
kepada material diberikan tekanan maka timbul polarisasi yang akan menghasilkan
tegangan. Pada Gambar 5.15c. dan 15.15d karena kepada material diberikan
tegangan maka terjadilah perubahan bentuk/ ukuran hanya saja perubahan
tergantung juga oleh polaritas tegangan yang diberikan.
Kristal piezoelektrik tidak mempunyai pusat simetri. Sebagai contoh kristal
kubik mempunyai pusat simetri sehingga tidak menunjukkan sifat piezoelektrik
(Gambar 5.16). Sebaliknya kristal heksagonal tidak mempunyai pusat simetri
sehingga menunjukkan sifat piezoelektrik (Gambar 5.17).

Gaya

(a) (b)

Gambar 5.16. Kristal kubik tidak menunjukkan sifat piezoelektrik


(a) tanpa tekanan (b) dengan tekanan

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 104


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Gaya

(a) (b) (c)

Ganbar 5.17. Kristal heksagonal (a) tanpa tekanan (b) dengan tekanan arah
vertikal (c) dengan tekanan arah horizontal

Secara umum tekanan pada arah tertentu kepada kristal piezoelektrik akan
memberikan polarisasi pada arah yang lainnya. Konstanta kristal piezoelektrik (d)
biasanya menyatakan beberapa meter pengecilan atau pembesaran dengan
pemberian tegangan satu volt. Disamping itu juga ada konstanta efisiensi (K) yang
menyatakan rasio dari input energi mekanik menjadi energi listrik atau sebaliknya
dari energi listrik menjadi energi mekanik. Harga d dan K untuk beberapa kristal
piezoelektrik diberikan pada Tabel 5.5. Aplikasi yang paling banyak dari material
piezoelektrik adalah untuk pengukuran tekanan (tekanan tegangan), transmisi
gelombang elestik dalam zat padat dan sebagainya.

Tabel 5.5
Konstanta piezoelektrik d dan K untuk beberapa kristal
KonstantaEfisiensi Konstanta piezoelektrik
Kristal Piezoelektrik
( K) d (m/V)x10-12
Quartz 0,1 2,3
BaTiO3 0,49 100
PbZrTiO6 0,27 250
Polyvinylidene ( PVD ) - 18
PbNb2O6 - 80

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 105


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5.10. CONTOH SOAL

1. Suatu dielektrik mempunyai konstanta 2,5 dan diberi tegangan DC. Bila
ketebalan 0,5 mm dan tegangan yang diberikan 100V, berapa polarisasi ?
Jawab:
E = V/d = 100/0,0005 = 20 kV/m
P=( r 1) o E = 1,5 x 8,85.10-12 x 2.105 = 2,7.10-6 C/m2.

2. Suatu spesimen dielektrik padat mempunyai permitivitas relatif 4,2 dan tan =
0,001 pada frekuensi 50 Hz. Bila kepada spesimen diberikan medan sebesar 50
kV/cm. Tentukan kalor yang timbul akibat rugi rugi dielektrik.

Jawab:

Rugi rugi dielektrik padza suatu medan dapat dituliskan sebagai


W = E2 o r tan
Dengan memasukkan harga harga yang ada didapatkan kalor sebesar 0,291
mJ/cm3 per detik.

3. Kristal LiF mempunyai konstanta dielektrik 9,27, indeks refraksi 1,395 dan
kerapatan 2,635x103 kg/m3 . Tentukan konstanta polarisasielektronik dan ionik
molar per unit volume.
Jawab :

LiF merupakan kristal ionik non polar sehingga polarisasi dipolar dapat diabaikan.
Yang adalah polarisasi ionik dan elektronik. Dengan demikian :
NA e NA i r 1 M
3 o 3 o r 2

dimana M adalah berat molar dan NA adalah bilangan Avogadro.


Untuk komponen elektronik berlaku
NA i r 1 M
3 o r 2

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 106


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

Sehingga untuk ionik dapat dinyatakan sebagai

NA i r 1 re 1 M
3 o r 2 re 2

Diketahui indeks refraksi LiF adalah 1,395 maka re = (1,395) 2 = 1,94. Dengan
demikian didapat konstanta polarisasi ionik.
NA i 9,27 1 1,94 1 M
4,9
3 o 9,27 2 1,94 2

4. Kristal CsCl tiap pasang ion ionnya mempunyai parameter a = 0,412 nm.
Konstanta polarisasi ion Cs+ dan ion Cl- adalah 3,35x10 40
Fm2 serta konstanta
0
polarisasi ionik 6x10 Fm2. Berapakah konstanta dielektrik pada frekuensi
rendah dan frekuensi tinggi ?
Jawab :

Jumlah pasangan ion per unit volume adalah

1
Ni 1,43 10 28 m 3

a3

Ni juga merupakan kerapatan kation dan anion.

Dari persamaan Claussius Mossotti diperoleh

r 1 1
Ni e (Cs ) N i e (Cl ) N i i
r 2 3 o

1,43 10 28 (3,35 10 40 3,4 10 40


6,1 10 40
)
=
3 8,85 10 12

ro = 2,71

Jadi konstanta dielektrik pada frekuensi tinggi menjadi 2,71.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 107


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

5. Suatu kabel koaksial mempunyai konduktivitas dalam dan luar a dan b. Bila
tegangan yang diberikan antara konduktor dalam dan luar adalah V, tentukan:
a. Kuat medan listrik sebagai fungsi dari jarak dari sumbu kabel.
b. Bila a = 5 mm dan isolasi antara kedua konduktor adalah XLPE dengan
ketebalan 5 mm dimana permitivitas relatif = 2,3 dan V = 220 kV, tentukan
kuat medan maksimum.
c. Bagaimana bila dalam isolasi terdapat void berisi udara ?
Jawab:
a. Dari Hukum Gaus didapat

E
2 r o

Medan listrik terjadi pada r = a yaitu pada permukaan konduktor dalam. Di


tempat ini kuat medan listrik adalah

E
2 a r o

Karena E merupakan fungsi r maka

V = Edr ln r
2 r o

Bila tegangan yang diberikan V maka


b
V= ln
2 r o a

b. Dari rumus sebelumnya didapat kuat medan maksimum adalah


b 10
Vbr E maks a ln 22.000 5.10 3 ln 76,2kV
a 5
c. Bila dalam isolasi terdapat void berisi udara maka medan pada void akan
lebih besar dari medan pada isolasi. Dalam hal ini karena permitivitas relatif
isolasi (XLPE) adalah 2,3 maka kuat medan listrik dalam void akan 2,3 kali
lebih besar dari kuat medan pada isolasi sehat. Karena kuat medan listrik
pada isolasi XLPE merupakan fungsi dari posisi radial maka kuat medan

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 108


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

listrik di dalam void tergantung dari posisi viod. Bila void berada pada
daerah permukaan konduktor dalam maka akan mengalami kuat medan
yang sangat tinggi. Sebaliknya bila void berada di daerah permukaan
konduktor luar maka kuat medan tidak terlalu tinggi bahkan boleh jadi lebih
rendah dari kuat medan listrik XLPE di daerah permukaan konduktor
dalam.

6. Suatu kapasitor pelat sejajar berfungsi untuk menyimpan muatan sebesar 0,1
mC pada tegangan 3 kV. Ketebalan dielektrik 0,1 mm. Berapakah luas dielektrik
bila dielektrik tersebut adalah teflon, BaTiO3 dan mika ?
Jawab:
C = Q/V = 33,3 nF
A = Cd/ r

Dengan memasukkan harga harga diperoleh A = 0,7525/ r m2. Sehingga,


Untuk teflon dengan permitivitas relatif 2 didapat A = 0,35 m2.
Untuk BaTiO3 dengan permitivitas relativ 3000 didapat A = 2,5 cm2.
Untuk nika dengan permitivitas relatif 7 didapat A = 0,11 m2.

5.11. SOAL SOAL LATIHAN

1. Sebutkan jenis jenis polarisasi dan apa perbedaan masing masing.


2. Bagaimana pengaruh frekuensi terhadap polarisasi ?
3. Suatu material diberi medan listrik 2 kV/m dan timbul polarisasi didalamnya
sebesar 50 Nc/m2. Perkirakan konstanta dielektrik material tersebut.?
4. Tentukan kuat medan yang diperlukan agar di dalam polietilen terjadi polarisasi
sebesar 100 Nc/m2.
5. Berapakah tegangan diperlukan untuk menghasilkan muatan sebesar 25 nC
dalam kapasitor pelat sejajar ukuran 20 x 20 mm dan jarak pisah 0,1 mm bila
dielektrik adalah (a) vakum (b) politelin.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 109


BAB V MATERIAL DIELEKTRIK

6. Suatu material ditempatkan di dalam medan listrik 200 V/ m dan menghasilkan


polarisasi 50 nC/m2. Tentukan konstanta dielektrik material tersebut.
7. Tentukan medan yang diperlukan agar terjadi polarisasi 200 nC/ m2 di dalam
polietilen. Mampukah polietilen menahan medan tersebut ?
8. Polistiren dengan ukuran 25x25x0,01 mm dipakai sebagai dielektrik kapasitor
yang beroperasi pada frekuensi 1 MHz. Berapa tegangan maksimum yang
diberikan agar losses tidak melebihi harga 0,1 W ?
9. Kristal silikon mempunyai konstanta dielektrik 11,9 dan kerapatan 5x1028/m3.
Tentukan:
a. Konstanta polarisasi elektronik.
b. Berapakah frekuensi resonansi ?
10. KCL mempunyai konstanta kristal a = 0,629 nm. Konstanta polarisasi elektronik
untuk K+ adalah 1,26x10-40 Fm2 sedangkan untuk Cl- adalah 3,4x10-40 Fm2 .
Tentukan permitivitas relatif padas frekuensi optik. Bandingkan harganya
dengan hasil pengukuran 2,2.

Diktat Kuliah Material Elektroteknik 110


This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.
The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

Anda mungkin juga menyukai