Anda di halaman 1dari 35

SELF MANAGEMENT BEHAVIOR HIPERTENSI DI DESA MELEBUNG

PEKANBARU

PROPOSAL PENELITIAN

PUTRIA DAMAYANTI
18010023

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PEKANBARU MEDICAL CENTER

TAHUN 2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan suatu keadaan

dimana peningkatan darah sistolik berada diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Kondisi ini menyebabkan pembuluh

darah terus meningkatkan tekanan

Kelompok penyakit tidak menular yang sangat umum dan mudah dideteksi di

masyarakat adalah hipertensi Tekanan darah tinggi terjadi ketika tekanan darah terlalu

tinggi. Tekanan darah seseorang meliputi tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan

darah sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak. Tekanan darah diastolik adalah

tekanan darah saat jantung dalam keadaan istirahat. Tekanan darah normalnya adalah

140/90 mmHg. Secara umum, hipertensi atau hipertensi diukur dua kali dengan interval

lima menit di bawah istirahat yang cukup.Tekanan darah sistolik meningkat lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik meningkat lebih dari 90 mmHg (Harsismanto et

al., 2020; Whelton et al., 2018).

Menurut data Rikesdas terakhir di Asia Tenggara pada tahun 2018, jumlah penderita

hipertensi di Indonesia mencapai 36, meningkat 34,1% dari tahun ke tahun.

Dibandingkan dengan data hasil Riskesdas tahun 2013, angka kejadian ini mengalami

peningkatan yang cukup tinggi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut

pengukuran tekanan darah orang Indonesia berusia 18 tahun ke atas, hingga 25,8% orang
memiliki tekanan darah tinggi, dan pengukuran tekanan darah mengalami peningkatan

yang signifikan. Nilai penduduk di atas 60 tahun menyumbang 25,8%

(Andri et al., 2021; Tirtasari & Kodim,2019)

Dengan tingginya angka kejadian hipertensi yang ada di Indonesia, perlu adanya

berbagai macam upaya yang bisa dilakukan untuk mengendalikan angka kejadian

hipertensi yang tinggi tersebut sehingga dapat menekan angka hipertensi

(Andri et al., 2018; Sartika etal., 2018)

Menurut penelitian Sumartini & Miranti (2019) pernapasan dalam lambat merupakan

salah satu teknik relaksasi yang mempengaruhi sistem saraf dan mempengaruhi

pengaturan tekanan darah, selain itu dapat digunakan sebagai terapi alternatif non-obat,

olahraga atau pengobatan untuk pasien hipertensi. Menurut penelitian Samosir &

Triyulianti (2021) perbedaan antara pre-test dan post-test dapat dilihat dari tekanan darah

sistolik, dan diperoleh p-value 0,027. Untuk tekanan darah diastolik nilainya berubah

dari sebelum tes dan setelah tes p-value 0,015, yang berarti ada perbedaan antara dan

mempengaruhi setelah Intervensi dan pijat punggung lambat memiliki efek menurunkan

tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi

Hipertensi menempati urutan nomor 4 dari 10 penyakit terbanyak rawat inap di

Rumah Sakit Provinsi Riau tahun 2018 yaitu 5148 kasus. Penyakit hipertensi merupakan

urutan pertama jenis penyakit kronis tidak menular yang dialami oleh kelompok usia

lanjut di Provinsi Riau dan di Kota Pekanbaru (Riskesdas, 2018

Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dari penderita hipertensi yakni penderita

harus memiliki tanggung jawab dalam prilaku management diri ( self management

behavior). Menurut (Hayes, 2010) kurangnya self management behavior dapat


berpotensi terjadinya komplikasi. Pentingnya self management behavior karena

meningkatkan kepuasan pada pasien dalam menjalankan hidupya, dapat juga

menurunkan biaya perawatan, meningkatkan percaya diri, kemandirian pasien, dan

meningkatkan kualitas hidup pada pasien (Lia mulyati dkk, 2013)

Self management behavior merupakan kemampuan seseorang dalam berprilaku efektif

dari diet dan olahraga, penggunaan obat yang diresepkan, pemantauan mandiri dan

koping emosional. Self management behavior tujuannya adalah untuk mengubah gaya

hidup seperti monitoring tekanan darah, minum obat dengan teratur, konsumsi makan

yang sehat yang kaya khasiat ini juga membantu pasien dalam meminimalkan komplikasi

dari hipertensi (Galuh,2018)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka rumusan masalah ini meneliti

tentang self management behavior hipertensi yang dilakukan, upaya dan presepsi terhadap

penyakit.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana prilaku self management behavior pada penderita

hipertensi didesa melebung

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui tentang self management behavior hipertesi didesa melebung


b. Mengetahui tentang bagaimana upaya penderita mengetahui penyakitnya

c. Mengetahui presepsi terhadap penyakit hipertensi

D. Manfaat Peneliti

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis Penelitian ini dilakukan untuk menambah wawasan dan memperluas

pengetahuan tentang prilaku selfcare management pada penderita hipertensi

2. Manfaat praktis

a. Bagi peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan menambah ilmu pengetahuan tentang prilaku self

management behavior pada penderita hipertensi

b. Bagi institut pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut guna untuk

menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi referensi bahan penelitian

selanjutnya

c. Bagi masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk masyarakat agar dapat

menambah pengetahuan tentang prilaku self management behavior penderita

hipertensi

d. Bagi tempat peneliti

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukan yang bermanfaat

untuk mengetahui prilaku selfcare management penderita hipertensi


E. Ruang Lingkup penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa melebung penyusunan dimulai pada bulan desember

2021 sampai bulan januari 2022. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 30hari pada

februari 2022, penelitian berakhir pada bulan mei 2022

Seperti hal yang telah dijelaskan dilatar belakang penelitian ini berhubungan dengan

ruang lingkup keperawatan medical bedah.

F. Keaslian penelitian

Nama peneliti Judul peneliti Metode penelitian Hasil peneliti


Ria pertiwi, Perilaku self care pada Kuantitatif (deskriptib Didapatkan hasil
maulina, dini usia dewasa dengan pendekatan c1`ross perilaku self care
mulyati masalah hipertensi sectional study) pada kategori rendah
sebanyak 123
responden.
Salami Perilaku self care Kualitatif Pengobatan yang
management penderita dilakukan, upaya self
hipertensi care management dan
presepsi terhadap
penyakitnya
Dwi septa Hipertensi pada Menggunakan metode
aryatiningsih analitik
masyarakat diwilayah

kerja puskesmas

harapan raya pekanbaru

Rina novita sari Hubungan self Menggunakan metode Mengetahui


cross sectional hubungan self
management behavior management behavior
dengan tingkat
dengan tingkat hipertensi pada
penderita tekanan
hipertensi pada darah tinggi didesa
semowo
penderita tekanan darah

tinggi didesa semowo


G. Hipotesis

terdapat faktor resiko pada penderita hipertensi dan beberapa self management behavior

yang harus diterapkan kepada penderita hipertensi didesa melebung tenayan raya.

H. Kerangka konsep

Hipertensi

Faktor resiko
skunder Primer

Self management

bebehavior
I. Kerangka teori

Hipertensi

Hipertensi primer

Hipertensi skunder

Faktor resiko hipertensi

Yang dapat Yang tidak


diubah: dapat diubah
a. Merokok
a. Riwayat
b. Kurang keluarga
aktifitas
fisik b. Usia
c. Konsumsi c. Jenis
alkohol Kelamin
d. Kebiasaan
minum d. Obesitas
kopi
e. Ras/etik
e. Kebiasaan
konsumsi
makanan
tinggi
garam dan
lemak

Self Care Management

a. Integrasi diri

b. Regulasi diri

c. Interaksi dengan tenaga


kesehatan dan lainnya

d. Pemantauan tekanan darah

e. Kepatuhan terhadap aturan


yang dianjurkan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling

tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila

tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg

(Elizabeth dalam Ardiansyah M., 2012).

Menurut Price (dalam Nurarif A.H.,& Kusuma H. (2016) Hipertensi adalah sebagai

peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90

mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga

menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi

tekanan darah, makin besar resikonya.

Sedangkan menurut Hananta (I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu

peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih

dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen

seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen seperti

obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi

merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan

hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga

berdenging atau tinnitus dan mimisan.

2. Klasifikasi

1. Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H.

2016), klasifikasi hipertensi klinis berdasarkan tekanan

darah sistolik dan diastolik yaitu :


No Kategori Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
1. Optimal <120 <80
2. Menurut 2. Normal 120-129 80-84 World Health
3. High Normal 130-139 85-89 Organization
(dalam 4. Hipertensi Noorhidayah,
S.A.2016) 5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99 klasifikasi
hipertensi 6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109 adalah :
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau

sama dengan 140 mmHg dan diastolik kurang atau sama

dengan 90 mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik

141-149 mmHg da n diastolik 91-94 mmHg.

3. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan diastolik

lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

4. Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016), tanda dan gejala

pada hipertensi dibedakan menjadi

1.Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini

berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak

teratur.

2. Gejala yang lazim

Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri

kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang

mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Beberapa pasien

yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

5. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

faktor resiko Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2

kelompok yaitu :
1. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :

a. Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara

kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena

hipertensi.

b. Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-

laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita

meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

c. Jenis Kelamin

Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.

d. Ras/etnik

Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi

banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika

Hispanik

2. Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam

rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah

kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin

memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau


adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung

bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam

Andrea, G.Y., 2013).

b. Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan

faktor risiko independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan

diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara global (Iswahyuni, S.,

2017).

c. Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu

dapat meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan

jantung dipaksa memompa darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke

jaringan mencukupi Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat

meningkatkan tekanan darah, (Komaling, J.K., Suba, B., Wongkar, D., 2013)

d. Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk

peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi

mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Salah satu zat yang

dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein didalam tubuh

manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang

berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan


peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan

dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam

(Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2018)

e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak.

Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah.

Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2018),

natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang

berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau

asites, dan hipertensi.

f. Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I,2016)

lemak didalam makanan atau hidangan memberikan kecenderungan

meningkatkan kolestrol darah, terutama lemak hewani yang mengandung

lemak jenuh, kolestrol yang tinggi bertalian dengan peningkatan prevalensi

penyakit hipertensi

B. Self care Management

a. Defini self care management


Self care menurut Orem adalah kemampuan individu dalam melakukan aktifitas

perawatan diri untuk mempertahankan hidup, meningkatkan, dan memelihara

kesehatan serta kesejahteraan individu (Kozier, 2010). Perawatan diri didefinisikan

sebagai aktifitas individu untuk mengontrol gejala, melakukan perawatan, keadaan

fisik, dan psikologis serta merubah gaya hidup yang disesuaikan dengan penyakit

yang diderita untuk memelihara hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. Tujuan utama

dilakukannya self care management adalah klien dapat efektif memanajemen

kesehatannya secara berkelanjutan, terutama pada klien dengan penyakit kronis

(Akther , 2010).

Orem mengemukakan bahwa perawatan diri memiliki tujuan dan berperan terhadap

integritas struktural, fungsi, dan perkembangan manusia. Tujuan yang ingindicapai

yaitu berdasarkan keperluan universal, perkembangan, dan perawatan kesehatan

akibat penyimpangan kesehatan. Keperluan self care universal ditemukan pada

seluruh manusia dan berhubungan dengan proses kehidupan individu dalam

mencapai kesejahteraan umum. Kebutuhan perkembangan berhubungan dengan

tahapan perkembangan yang dialami setiap individu. Kebutuhan pada penyimpangan

kesehatan disesuaikan dengan penyimpangan atau perubahan yang dialami pada

tubuh dan fungsi organ individu (Andriany, 2016).

Menurut Orem, asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak dapat memenuhi

kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial. Perawat akan menilai apa

yang membuat klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya, apa yang harus dilakukan

untuk meningkatkan kemampuannya, serta menilai seberapa jauh klien mampu

memenuhinya secara mandiri.

Perawatan diri disebut sebagai kebutuhan perawatan diri dimana individu diharuskan

mengetahui cara atau tindakan yang dilakukan. Orem telah membagi keharusan

perawatan diri ke dalam tiga kategori, diantaranya yaitu keharusan universal yang
bersifat umum bagi seluruh individu dimana individu diharuskan melakukan

perawatan diri untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti kebutuhan

oksigenasi, kebutuhan nutrisi cairan, kebutuhan istirahat tidur, kebutuhan relaksasi,

kebutuhan aman nyaman, dan meningkatkan fungsi hidup normal. Kategori

selanjutnya yaitu keharusan perkembangan dimana individu diharuskan melakukan

perawatan diri sesuai dengan perubahan citra tubuh yang dialami akibat

bertambahnya usia. Kategori yang terakhir adalah keharusan akibat perubahan

kesehatan akibat dari penyakit, cedera, atau dampak penanganan penyakit (Kozier,

2010).

Klien dengan penyakit tertentu tentunya memiliki keharusan melakukan

perawatan diri karena adanya penyimpangan kesehatan yang dialaminya. Keharusan

melakukan perawatan diri akibat penyimpangan kesehatan yang dialami oleh setiap

individu berbeda, disesuaikan dengan penyakit yang diderita. Perilaku perawatan diri

klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya harus diketahui terlebih dahulu oleh

tenaga kesehatan, setelah itu tenaga kesehatan mencari tahu bagaimana klien

melakukan perawatan diri berdasarkan penyakit yang diderita (Saraswati, 2015).

Perihal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan diantaranya bagaimana klien

mencari pelayanan kesehatan, apakah klien menyadari adanya perubahan kesehatan

yang dialami, apakah klien dan keluarga mengetahui informasi terkait penyakit yang

diderita klien, apakah klien dan keluarga memahami cara merawat dan mengatasi

gejala yang timbul akibat penyakit. Perihal lain yang harus diketahui oleh tenaga

kesehatan, yaitu apakah klien memiliki motivasi dan kemampuan untuk melakukan

perawatan medis, apakah klien mengetahui perawatan diri yang dapat membantu

menangani penyakitnya selain perawatan medis, apakah klien menerima dan

mengetahui perawatan diri yang dapat membantu menangani penyakitnya selain

perawatan medis, apakah klien menerima dan melaksanakan perawatan medis secara
teratur, apakah klien menyadari akan adanya efek samping dari perawatan medis

yang diterima, apakah klien mengetahui cara mengatasi efek samping yang timbul

(Saraswati, 2015).

b. Self care management hipertensi

Self care management pada hipertensi merupakan salah satu bentuk usaha positif

klien. Self care management hipertensi bertujuan untuk mengoptimalkan kesehatan,

mengontrol dan memanajemen tanda dan gejala yang muncul, mencegah terjadinya

komplikasi, meminimalisir gangguan yang ditimbulkan pada fungsi tubuh, emosi,

dan hubungan interpersonal dengan orang lain yang dapat menganggu kehidupan

klien(Mulyati, 2013).

Lin dan Akther berpendapat bahwa self care management sebagai intervensi

secara sistemik pada penyakit kronis, adalah dengan mengontrol kesadaran diri dan

mampu membuat keputusan dalam perencanaan pengobatan (Akther , 2010).Self

care pada hipertensi merupakan tindakan mandiri yang harus dilakukan oleh

penderita hipertensi dalam kehidupannya sehari-hari. Tujuan melakukan tindakan

selfcare untuk mengontrol tekanan darah. Tindakan yang dapat mengontrol tekanan

darah, meliputi pengaturan pola makan (diet), patuh terhadap terapi pengobatan,

perubahan gaya hidup, dan perilaku kesehatan yang positif (Akther , 2010).

c. Komponen selfcare management

Akther(2010) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa self care management

klien hipertensi dapat dilakukan dengan menerapkan 5 komponen self care


management pada klien diabetes yang disesuaikan dengan perawatan diri pada klien

hipertensi. yaitu :

1. Integrasi diri

Integrasi diri mengacu pada kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan

dengan menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari mereka seperti

diet yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan. Berdasarkan pernyataan diatas,

yaitu dengan melakukan modifikasi perilaku dan perubahan gaya hidup seperti

(Canadian Hypertension Education Program, 2012)

2. Mengurangi berat badan secara efektif

Penurunan berat badan pada sebagian orang dapat membantu mengurangi tekanan

darah. Mengurangi berat badan dapat menurunkan beban kerja jantung sehingga

kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang. Menurunkan berat

badan secara perlahan-lahan sampai menjadi normal dengan nilai indeks massa tubuh

(IMT) 18,5-25 kg/m2 dan menjaganya agar niali IMT tidak melebihi 25 kg/m 2 sangar

dianjurkan bagi klien hipertensi, karena dapat membantu menurunkan tekanan darah

sebanyak 5-20 mmHg/10kg.

3. Menghindari minum alkohol

Minuman beralkohol dapat meningkatkan tekanan darah dan berat badan. Minum

alkohol tiga gelas atau lebih setiap hari sudah cukup untuk meningkatkan tekanan

darah dan berlanjut menjadi hipertensi. Pria tidak boleh meminum alkohol lebih dari

2 gelas perharinya, sedangkan wanita dan orang dengan berat badan ringan tidak

boleh lebih dari 1 gelas. Bagi penderita hipertensi, alkohol dapat menyebabkan obat

tekanan darah tinggi yang dikonsumsi menjadi tidak bermanfaat (Noviyanti, 2015).

4. Mengkonsumsi makanan rendah garam


Penderita hipertensi perlu membatasi asupan garam, karena kandungan mineral

natrium (sodium) di dalamnya memegang peranan penting terhadap timbulnya

hipertensi. Garam yang dimaksud yaitu garam natrium, baik yang berupa garam

dapur yang ditambahkan sewaktu memasak maupun semua bahan makanan yang

mengandung natrium tinggi. Garam yang terkandung dalam makanan tidak lebih dari

1 sendok teh per hari atau 1500 mg (65 mmol) per hari bagi usia dewasa <50 tahun,

1300 mg (57 mmol) perhari bagi usia 51-70 tahun, dan 1200 mg (52 mmol) per hari

bagi usia > 70 tahun.

5. Pola diet sehat

Klien hipertensi disarankan menerapkan pola diet sehat dengan menekankan pada

meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak,

makanan yang berserat tinggi, biji-bijian dan protein nabati, dan kurangi konsumsi

makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh. Pola diet klien hipertensi

sebaiknya mengacu pada rencana makan DASH (Dietary Approaches to Stop

Hypertension). Dengan menerapkan pola diet dapat membantu mengurangi tekanan

darah sebanyak 8-14 mmHg.

6. Berhenti merokok

Berhenti merokok sangat penting untuk dilakukan oleh klien hipertensi, karena dapat

mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Bahan kimia dalam tembakau dapat

merusak lapisan dinding arteri, sehingga dapat menyebabkan arteri menyempit dan

meningkatkan tekanan darah. Asap rokok diketahui juga dapat menurunkan aliran

darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.

7. Olahraga/aktivitas fisik yang teratur

Olahraga atau latihan fisik secara teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah

tinggi. Olahraga atau latihan dinamis dengan intensitas sedang seperti berjalan kaki,

jogging, bersepeda, atau berenang dapat dilakukan secara rutin selama 30-60 menit
selama 4-7 hari dalam seminggu. Olahraga atau latihan dinamis intensitas sedang

yang rutin dilakukan selama 4-7 hari dalam seminggu diperkirakan dapat

menurunkan tekanan darah 4-9 mmHg. Sebelum memutuskan untuk melakukan

olahraga, hendaknya denyut nadi diukur terlebih dahulu. Jika berkisar 60-80/menit

artinya normal dan dapat memulai olahraga. Namun jika lebih dari 100 harus

istirahat terlebih dahulu karena beban kerja jantung sudah tinggi. Tekanan darah,

takaran, dan jenis olahraga juga jadi pertimbangan boleh tidaknya berolahraga,

terutama bagi penderita hipertensi (Noviyanti, 2015).

8. Mengontrol stres

Stres perkepanjangan akan meningkatkan tekanan darah. Para penderita

hipertensidianjurkan untuk hidup relaks dan menghindari stres. Stres dapat dihindari

dengan relaksasi, meditasi, yoga, peregangan otot, pemijatan, dan terbuka dalam

mengungkapkan masalah kepada orang lain.

9. Regulasi diri

Regulasi diri mencerminkan perilaku mereka melalui pemantauan tanda dan gejala

yang dirasakan oleh tubuh, penyebab timbulnya tanda dan gejala yang dirasakan,

serta tindakan yang dilakukan. Perilaku regulasi diri meliputi

1). mengetahui penyebab berubahnya tekanan darah

2). mengenali tanda – tanda dan gejala tekanan darah tinggi dan rendah

3). bertindak dalam menganggapi gejala

4). membuat keputusan berdasarkan pengalaman

5). mengetahui situasi yang dapat mempengaruhi tekanan darah

6). membandingkan perbedaan antara tingkat tekanan darah.

10). Interaksi dengan tenaga kesehatan

Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya didasarkan pada konsep yang

menyatakan bahwa kesehatan (dalam kasus hipertensi tekanan darah yang terkontrol
dengan baik) dapat tercapai karena adanya kolaborasi antara klien dengan tenaga

kesehatan dan individu lain seperti keluarga dan teman. Perilaku yang mencerminkan

interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya adalah sebagai berikut:

a. nyaman ketika mendiskusikan rencana pengobatan dengan penyedia layanan

kesehatan

b. nyaman ketika menyarankan perubahan rencana perawatan kepada penyedia

layanan kesehatan

c. nyaman ketika bertanya kepada penyedia layanan kesehatan terkait hal yang

ditidak dipahami

d. berkolaborasi dengan penyedia layanan kesehatan untuk mengindentifikasi alasan

berubahnya tingkat tekanan darah

e. meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan darah

f. nyaman ketika bertanya pada orang lain terkait teknik manajemen yang dilakukan

untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

11. Pemantauan tekanan darah

Pemantauan tekanan darah dilakukan untuk mendeteksi tingkat tekanan darah

sehingga klien dapat menyesuaikan tindakan yang akan dilakukan dalam self care

management. Perilaku pemantauan tekanan darah meliputi:

a. memeriksa tekanan darah saat merasa sakit

b. memeriksa tekanan darah ketika mengalami gejala tekanan darah rendah

c. memeriksa tekanan darah untuk membantu keputusan hipertensi perawatan diri.

12. Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan

Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan mengacu pada kepatuhan pasien

terhadap konsumsi obat anti-hipertensi dan kunjungan klinik. Komponen ini juga

melibatkan konsumsi obat sesuai dosisyang telah ditentukan, waktu yang ditentukan

untuk minum obat, dan kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan.
National Heart, Lung and Blood Institute from United States Department of Health

and Human Services melalui the Seventh Report of the Joint National Commitee

merekomendasikan beberapa perubahan gaya hidup dalam upaya mengontrol

tekanan darah seperti: penurunan berat badan, perubahan pola makan, menghindari

konsumsi alkohol, olahraga secara teratur, berhenti merokok, dan penggunaan terapi

dengan obat-obatan (National Heart, Lung, & Blood Institute, 2016). Self care

management pada penderita hipertensi menurut McCulloch terdiri dari menitoring

tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan, dan mengurangi

konsumsi alkohol (Saraswati, 2015). Sedangkan menurut Canadian Hypertension

Education Program, pelaksanaan pencegahan dan pengobatan pada hipertensi dengan

aktif melakukan kegiatan fisik (olahraga), menurunkan atau mengendalikan berat

badan, konsumsi alkohol, diet, mengurangi stres, dan berhenti merokok (Canadian

Hypertension Education Program, 2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

Hayes menyatakan bahwa manajemen hipertensi yang efektif salah satunya adalah

dengan menghentikan kebiasaan merokok, mempertahankan diet yang sehat dan

aktifitas fisik yang sehat. Modifikasi perilaku sangat bermanfaat untuk mengurangi

atau menunda dampak buruk yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi(Hayes, 2010).

d. Pengukuran self care management pada hipertensi

Kuesioner Hypertension Self Management Behavior Quetionnaire (HSMBQ)

yang dimodifikasi dari Diabetes Self Management Instrument yang dikembangkan oleh

Lin et al dalam penelitiannya pada tahun 2008. Nargis Akhter menyusun instrumen

Hypertension Self Management Behavior Quetionnaire di Bangladesh untuk

penelitiannya yang berjudul “Self Management Among Patients With Hypertension in

Bangladesh” pada tahun 2010. Kuesioner ini terdiri dari 40 pernyataan yang dibagi ke

dalam 5 komponen self management yang telah dialih bahasakan menjadi Bahasa
Indonesia dengan metode back translate oleh dosen Jurusan Ilmu Keperawatan,

Universitas Diponegoro, Asih Nurakhir, S.Pd., M.Pd., dengan pendidikan S1 dan S2

bahasa inggris.

Sistem penilaian (skoring) pada kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan range

1-5, yaitu skala penilaian 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-kadang, 4 = selalu,

dan 5 = tidak sesuai. Dari 40 item pernyatan dalam kuesioner ini, merupakan item

pernyataan favorable (pernyataan benar/positif). Perhitungan nilai untuk membagi

kategori menggunakan rumus mean dan standar deviasi. Rumus pada nilai baik yaitu

jumlah mean dan standar deviasi, nilai kurang yaitu selisih mean dan standar deviasi.

Nilai baik jika >139, cukup jika ≥96 s/d ≤139, dan kurang jika <96 (Rohadatul, 2016).
Kuesioner perilaku management perawatan diri hipertensi (HSMQ)

Petunjuk:

Kuesioner ini untuk menilai sebarapa sering anda melakukan aktifitas untuk mengontrol

hipertensi dalam beberapa bulan terakir. Tidak ada jawaban benar atau salah. Karenanya,

jawablah secara jujur pada masing – masing pertanyaan untuk menggambarkan perilaku anda

yang sebenarnya dengan memberikan tanda (x) pada kolom yang sesuai

Gunakan 5 pilihan jawaban sbb:

1= tidak pernah (saya tidak pernah melakukan perilaku ini)

2= jarang (saya jarang melakukan perilaku ini)

3= kadang- kadang (kadang – kadang saya melakukan perilaku ini)

4= selalu (saya selalu melakukan perilaku ini)

N/A= tidak dilakukan ( perilaku ini tidak saya lakukan dalam hidup saya

Contoh

No. Perilaku management diri pada hipertensi 1 2 3 4 N/A

1. Saya makan buah, sayur, gandum, dan kacang- x

kacangan lebih dari yang saya makan saat saya

tidak mengalami hipertensi

Kalau anda menjawab (x) pada kolom 4, itu artinya anda selalu makan

buah,sayur,gandung,dan kacang- kacangan lebih dari yang anda makan sebelum anda

didianogsa hipertensi
Sekarang berikan jawaban pada tiap pernyataan berikut sesuai dengan kondisi yang

nyata yang anda alami dalam hidup anda.

No. Perilaku management diri pada hipertensi 1 2 3 4 N/A

Integrasi diri

1. Saya mempertimbangkan porsi dab pilihan

makanan ketika saya makan

2. Saya makan buah,sayur, dan kacang-kacangan

lebih banyak dari yang saya makan saat saya tidak

mengalami hipertensi

3. Saya mengurangi makanan yang mengandung

lemak jenuh (misalnya keju, minyak kelapa,daging

kambing dll) semenjak di dianogsa hipertensi

4. Saya memikirkan tekanan darah saya saat memilih

makan

5. Saya mencoba berhenti meminum minuman

alkohol

6. Saya mengurangi jumlah makanan setiap kali saya

makan untuk menurunkan berat badan

7. Saya memilih makanan rendah garam

8. Saya berolahraga untuk menurunkan berat badan

(misalnya jalan,jogging/lari,atau bersepeda) sekitar

30-60 menit setiap hari

9. Saya berpikir bahwa hipertensi bagian dari hidup

says
10. Saya melakukan rutinitas saya sesuai dengan hal-

hal yang harus saya lakukan untuk mengontrol

hipertensi saya (misalnya pekerjaan dan periksa

kedokter)

11. Saya berhenti merokok/mencoba berhemti

merokok

12. Saya mencoba mengontrol emosi saya dengan

mendengarkan musik, istrahat, dan berbicara pada

tema/keluaega

13. Saya tidak pernah menggunakan garam yang

berlebihan untuk membumbui makanan semenjak

saya terkena hipertensi

Regulasi diri

14. Saya mengetahui mengapa tekanan darah saya

berubah

15. Saya mengenali tanda dan gejala tekanan darah

tinggi

16. Saya mengontrol tanda gejala hipertensi dengan

tepat

17. Saya mengenali tanmda dan gejala tekanan darah

rendah

18. Saya mengontrol tanda dan gejala hipertensi

(tekanan darah rendah) dengan tepat

19. Saya menentukan tujuan saya untuk mengontrol

tekanan darah
20. Saya membuat rencana tindakan untuk mencapai

tujuan saya mengontrol tekanan darah

21. Saya membandingkan tekanan darah saya saat ini

dengan tekanan darah yang saya targetkan

22. Saya mengontrol keadaan yang mugkin dapat

meningkatkan tekanan darah saya

Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya

23. Saya mendiskusikan rencana pengobatan saya

dengan dokter atau perawat

24. Saya masukan pada dokter untuk mengubah

rencana pengobatan jika saya tidak bisa

menyesuaikan diri dengan rencana tersebut

25. Saya bertanya pada dokter atau perawat ketika ada

hal-hal yang tidak saya pahami

26. Saya membantu dokter atau perawat mencari tahu

kenapa tekanan darah saya tidak terkontrol dengan

baik

27. Saya mendiskusikan denga dokter atau perawat

saat tekaknan darah saya terlalu tinggi atau

renmdah

No. Perilaku management diri pada hipertensi 1 2 3 4 N/A

28. saya bertanya pada dokter atau perawat darimana

saya bisa belajar klebih jauh tentang hipertensi

29. Saya meminta bantuan orang lain (misalnya

teman,tetangga,atau pasien lain) terkait hipertensi


yang saya alami

30. Saya meminta bantuan orang lain (misal,

tetangga,teman,pasien lain) untuk membantu

mengontrol tekanan darah saya

31. Saya bertanya pada orang lain (misalnya

teman,tetangga,atau pasien lain) apa cara yang

mereka gunakan untuk mengontrol tekanan darah

tinggi

Pemantauan tekanan darah

32. Saya pergi ke dokter untuk menge check tekanan

darah saya saat merasakan tanda dan gejala

tekanan darah tinggi

33. Saya pergi ke dokter untuk mengetahui tekanan

darah saya saat merasa sakit

34. Saya pergi kedokter untuk mengecek tekanan

darah saya saat merasakan tanda dan gejala

tekanan darah rendah

35. Saya mengecek tekanan darah saya secara teratur

untuk membantu saya membuat keputusan

management sendiri

Kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan

36. Saya sangat ketat dalam minum obat anti-

hipertensi

37 Saya minum obat anti-hipertensi sesuai dengan

dosis yang diberikan dokter


38. Saya minum obat anti-hipertensi dalam waktu

yang benar

39. Saya periksa ke dokter sesuai dengan waktu yang

dijadwalkan

40. Saya mengikuti saran dokter atau perawat dalam

mengontrol tekanan darah saya.

e. Hubungan Self Care dengan Penderita Hipertensi

Hubungan self care management dengan hipertensi adalah suatu hal yang

sangat erat kaitannya, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak melakukan dengan

rutin self care management tersebut, padahal hal ini dapat berpotensi terjadinya

komplikasi pada penderita hipertensi. Self care management merupakan kemampuan

individu mempertahankan perilaku efektif meliputi mengikuti diet dan olahraga,

penggunaan obat diresepkan, pemantuan mandiri dan koping emosional. Faktor

internal dan faktor eksternal dalam self care menjadi bagian penting dalam

meningkatkan self care management pada penderita hipertensi (Zhong et al, 2011
BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Mode penelitian

Penelitian dengan judul “self management behavior hipertensi” menggunakan

metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menekankan aspek yang di ungkap pada

wawancara terbuka berupa sikap, pandangan, perasaan, dan prilaku subjek.

Pada penelitian ini menggunakan dasar penelitian kualitatif yang bertumpu pada

pendekatan dengan cara meneliti subjek untuk mentelaah dan memahami

sikap,pandangan, perasaan, serta prilaku yang dapat didasarkan pada riset kualitatif

yang berbentuk kalimat pernyataan dan pengelaman subjek.

Berdasarkan judul diatas tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana self

management behavior penderita hipertensi di Desa Melebung.

B. Waktu dan lokasi penelitian


waktu penelitian ini dilakukan pada bulan desember 2021, penelitian ini dilakukan di

Desa Melebung, alasan pemilihan lokasi ini adalah didesa melebung banyak

masyarakat yang kurang akan self management terutama untuk penderita hipertensi

peneliti mendapatkan fenoma self management behavior pada penderita hipertensi

C. Sampling penelitian dan Teknik sampling penelitian

a. Sampling

Yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah 5 orang masyarakat di desa

melebung yang mengalami hipertensi, dengan pertimbangan bahwa

kurangnya self management behavior pada masyarakat yang menderita

hipertensi.
Kreteria sampel:

1. Orang penderita hipertensi

2. Yang tidak mengerti presepsi hipertensi

3. Kurang self management behavior

b. Teknik sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive

sampling yakni pengambilan sampel berdasarkan kapasitas dan kapabelitas

atau yang kompeten/benar paham diantara anggota populasi. Subjek

penelitian ini adalah orang yang akan menjadi data dalam suatu penelitian,

dimana sumber menjadi suatu kunci utama untuk masalah yang akan diteliti

D. Teknik pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah wawancara

mendalam,observasi,dokumentasi,pemeriksaan fisik adalah dalam bentuk lisan

maupun gambar (sugiyono, 2010). Adapun beberapa teknik yang dapat dilakukan

untuk mempermudah dalam pengumpulan data.

1. Wawancara

Teknik wawancara mendalam terstruktur terhadap tujuh partisipan penderita

hipertensi di desa melebung Desember sampai dengan mei 2022 Teknik

wawancara menggunakan pedoman berupa wawancara yang penulis susun

mengacu Self Care Management Behaviour. Wawancara dilakukan oleh

peneliti sendiri dengan menggunakan hand phone dan menuliskan ekspresi

pasien pada buku catatan.


Wawancara dilakukan sebanyak 2-3 kali dengan waktu rata-rata 45-60

menit. Wawancara berlangsung di rumah partisipan dan di tempat lain yang

sudah disepakati. Sebelum melakukan wawancara peneliti mengatur waktu

dan tempat wawancara sesuai kesepakatan dengan partisipan. Pedoman

wawancara yang berisikan aspek-aspek tentang pengelolaan penyakit.

Pertanyaan yang diajukan adalah perilaku self care management yang

meliputi pengobatan, diet kadar garam,keteraturan berolahraga,

pengendalian berat badan dan pengurangan merokok dan meminum alkohol

Seluruh partisipan mengisi informconsent sebelum wawancara dilakukan.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Observasi merupakan kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk

memberikan suatu kesimpulan atau dianogsis. Observasi adalah adanya

perilaku yang tampak dan adanya tujuan yang akan digapai.

Perilaku yang terlihat langsung oleh mata , dapat didengar, dapat dihitung,

dan dapat diukur (herdiansyah, 2010)

Observasi yang dilakukan dalam penelitan ini adalah bagaimana sikap

peduli, perhatian terhadap self management yang dilakukan penderita

hipertensi, prsepsi tentang penyakit yang dideritanya. Tujuan dari observasi

ini adalah memperkuat bukti penelitian kepada partisipan atau sampel.

Observasi lakukan 2minggu.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan mengguanakan pemeriksaan fisik

secara body major system kepada subjek penelitian ini menggunakan teknik

a. Inpeksi

b. Palpasi

c. Perkusi

d. Auskultasi
3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh peneliti

dengan metode kualitatif untuk mendapat gambaran dari sudut pandang

subjek melalui suatu media tertuis dan dokumen lain yang yang ditulis atau

dibuat oleh subjek yang bersangkutan (herdiansyah 2009)

E. Pengelolaan dan Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak penelitian dilapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengumpulkan fakta, selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban dari peneliti yang diperoleh dari

invensi wawancara yang mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah peneliti. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan

studi dokumentasi yang menghasilkan data dan dipresentasikan oleh peneliti. Urutan

dalam analisis adalah

a. Pengumpulan data (display)

Dari data yang didapat melalui wawancara dengan klien, penulis dapat

menemukan data subjektif dan objektif berupa keluhan yang dialami klien

penderita hipertensi (bagus 2020)

b. Mereduksi data

Reduksi adalah proses pemilihan, pemustaan perhatian, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang diperoleh, kemudian dipilih sesuai dengan

peneliti. Hasil wawancara yang terkumpul dalam catatan lapangan dijadikan

satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan
objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnistik kemudian

dibandingkan dengan nilai normal (bagus 2020)

c. Penyajian data (display)

Setelah merudiksidata, tahap selanjutnya adalah penyajian data. Data yang

disajikan dalam uraian naratif dan sintesis serta tidak menutup kemungkinan

ada bentuk agrumentative

Dari data yang ditampilkan kemudian data tersebut dibahas lalu

dibangdingkan dengan hasil studi kasus terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.

d. Verifikasi data

Langkah selanjutnya dalam analisis kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang

dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena rumusan masalah

bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.

Apabila kesimpulan dapat ditemukan pada tahap aal,dan didukung oleh bukti

yang kuat dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan

data, maka kesimpulan yang dapat ditemukan berupa kesimpulan yang

kredibel.

F. Etika penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti meminta izin kepada RT desa melebung untuk

mendapatkan persetujuan kegiatan pengumpulan data dan menekankan masalah etika

yang meliputi:

a. Lembar persetujuan penelitian (informed consent)


Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan agar partisipan

mengerti maksd dan tujuan penelitian dilakukan. Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lrmbar

persetujuan untuk menjadi responden. Jika partisipan harus menandatangani

lembar persetujuan yang diberikan.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden,

alamat lengkap, ciri fisik, dan gambar serta identitas lainnya yang mungki

dapat mengidentifikasi responden secara pasti tetapi menggunakan inisial.

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Semua data yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti.

d. Benefience dan non malefience

Etika penelitian benefience menurut penelitian yang dilakukan memberikan

keuntungan atau manfaat dari penelitian. Peneliti hendaknya berusaha

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh karena itu

pelaksanaan penelitian harus dapat dicegah atau mengurangi rasa sakit,

cidera, stress maupun kematian subjek peneliti.

e. Keadilan (justice)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran dan

keterbukaan. Oleh karena itu lingkungan peneliti perlu memenuhi prinsip

keterbukaan, yaki dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

ini dapat menjamin bahwa semua subyek memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan

sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai