Anda di halaman 1dari 3

Seorang penulis harus pandai memilih kata yang tepat dan merangkainya dalam kalimat yang

ringkas, jelas, dan efektif karena jika tidak, hal tersebut bisa melahirkan keluhan bahkan protes dari
khalayak pembaca, pendengar atau pemirsa.

Menurut barnet (1974:61), paragraf merupakan seperangkat kalimat yang berkaitan erat satu
sama lainnya. Kalimat-kalimat tersebut disusun menurut aturan tertentu sehingga makna yang
dikandungnya dapat dibatasi, dikembangkan, dan diperjelas (tarigan, 1981:10-11).

A. Arti dan Definisi Paragraf Jurnalistik


1. Pengertian Paragraf Jurnalistik
Paragraf kerap disebut alinea. Sevara fisik visual, sebuah paragraf atau alinea ditandai
dengan penulisan kata awal kalimat yang menjorok ke dalam beberapa ketukan. Biasanya
cukup 5-7 ketukan. Inilah yang lazim dinamakan baris baru atau ganti batis. Paragraf bisa terdiri
atas beberapa kalimat, bisa pula hanya sebuah kalimat. Contoh:karya feature cukup banya yg
hanya 1 kata.
Menurut pakar bahasa Djago Tarigan, ga ada ukuran yang difinitif berapa sebaiknya
panjang paragraf. Latar belakang atau keadaan pembaca menentukan panjangnya paragraf.
Contoh: bacaan bagi anak-anak sebaiknya menggunakan paragraf dan kalimat yg pendek-
pendek, serta kata-kata yang sesuai dengan perkembangan jiwa mereka. Tapi bagi orang dewasa
dapat digunakan paragraf yang lebih panjang.
Sifat atau karakterisitik media punya tututan tersendiri terhadap panjangnya paragraf.
Misalnya surat kabar yang pendek paragrafnya, majalah yang lebih panjang paragrafnya, dan
buku ilmiah atau karangan ilmiah yang bahkan lebih panjang lagi paragrafnya.
Dalam jurnalistik, sangat dihindari penggunaan paragraf panjang. Rata-rata terdiri atas
3-5 baris saja. Alasannya secara filosofis dan teknis. Alasan filosofis, bahasa jurnalistik harus
disajikan secara sederhana dan ringkas karena khalayak media massa sangat heterogen serta
berada dalam sifat ketergesa-gesaan. Alasan teknis, bahasa jurnalistik disajikan dalam ruang
lajur-lajur kolom yang sangat pendek dan sempit.

2. Definisi Paragraf Jurnalistik


Pakar bahasa Djago Tarigan mendefinisikan paragraf sebagai berikut: paragraf adalah
seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran
yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (tarigan,
1981:11). Guru besar bahasa gorys keraf menjelaskan paragraf atau alinea tidak lain dari suatu
kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan
himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah
gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang
maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tersebut secara lebih jelas. Melalui
alinea-alinea kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema
mulai dan berakhir (keraf, 2000:62).
Paragraf jurnalistk adalah paragraf yang mengandung unsur materi jurnalistik, misalnya
tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, berita, teks foto berita, wawancara, atau feature.
Paragraf jurnalistik adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang
tersirat dalam keseluruhan paparan materi jurnalistik tertentu.

F. Kualitas Paragraf Jurnalistik


Selain kriteria untuk menilai kualitas paragraf-paragraf jurnalistik, terdapat juga
indikator untuk mendeteksi penyajian bahasa jurnalistik. Menurut seorang pakar bahasa, ada 6
kriteria kualitas paragraf, yaitu:
1. Satu hal saja
Isi paragraf berpusat (berfokus) hanya pada satu hal atau satu ide saja.
2. Relevan
Isi paragraf relevan (berkaitan dan tidak menyimpang) dengan isi karangan atau pokok
bahasan. Paragraf yang baik harus mencerminkan keseluruhan isi karya jurnalistiknya dan tidak
menyesatkan perhatian khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa.
3. Menyatu dan Padu
Paragraf jurnalistik harus memenuhi 2 prinsip yaitu:
1) Kesatuan (Unity)
Kesatuan menekankam seluruh uraian berada dalam satu kesatuan diliat dari
sifatnya, isinya, dan tujuannya.
2) Pertautan (Coherence)
Pesan yang diuraikan harus mengalir lancar dari kalimat yang satu ke kalimat
yang lain. Dari paragraf yang satu ke paragraf yang lain (sumadiria, 2005:60)
4. Jelas dan sempurna
Kalimat topik harus dikembangkan dan diperinci dengan jelas dan sempurna. Tidak
boleh ada pertentangan bahkam menegasikan kalimat utama.
5. Bervariasi
Syarat mutlak struktur paragraf jurnalistik adalah harus variatif agar jauh dari kesan
monoton dan menjemukan. Variasinya terletak pada pilihan kata atau diksi, penempatan frasa
atau klausa, penempatan panjang-pendeknya kalimat atau paragraf, penentuan kalimat efektif,
dan pemilihan gaya bahasa.
6. Benar dan baik
Bahasa jurnalistik merujuk sekaligus tunduk kepada bahasa baku, yaitu benar menurut
kaidah tata bahasa dan baik menurut pertimbangan situasi dam kondisi sosiologis, psikologis,
dan etis. Pemakaian bahasa harus yang benar (objektif) dulu baru kemudian baik (subjektif).

Dalam buku ini, sesuai dengan prespektif bahasa jurnalistik, penulis menambahkan 3 kualitas
paragraf jurnalistik yaitu:
7. Singkat padat
Singkat berarti mengutamakan prinsip kehematan dengan hanya menggunakan kata-kata
yang penting, terukur, dan fungsional. Sedangkat padat berarti sarat informasi.
8. Logis dan sistematis
Logis berarti sesuai dengan atau dapat diterima menururt pertimbangan akal sehat
(common sense). Sistematis berarti deretan kata dan kalimat yang terdapat dalam setiap
paragraf jurnalistik, tertata dengan baik, runtut, bagaikan aliran sungan dari hulu ke hilir.
9. Memiliki karakter khas
Karakter memberikan identitas yang berbeda kepada setiap individu, begitu pula dengan
karya-karya jurnalistik. Karakter itu hanya mungkin muncul dalam paragraf-paragraf kurjalistik
jika sejak awal penulis memiliki dan mengembangkan karakter atau gaya penulisan yang khas.

Anda mungkin juga menyukai