Menulis Paragraf
Dosen Pengampu : LAILI RAMADHANI, MM.
Disusun oleh:
MUHAMMAD YASKUR
Selain kesulitan untuk memulai sebuah tulisan, seorang penulis pemula pada umumnya
kesulitan untuk menyusun sebuah paragraf yang koheren. Seorang penulis pemula belum
memiliki kemampuan yang cukup untuk mengakhiri sebuah paragraf dan untuk mengawali
sebuah paragraf. Pergantian paragraf hanya dilakukan apabila ada keinginan untuk berganti atau
karena sudah terlalu panjang, bukan karena adanya pergantian ide.
Kesulitan penulis pemula di atas dapat diatasi dengan mempelajari terlebih dahulu
syarat-syarat paragraf yang baik. Tidak cukup sampai di situ saja, seorang penulis perlu terus
berlatih menulis sehingga ada semacam sensor otomatis yang membuat seorang penulis ingin
berganti paragraf ketika menulis. Hal itu bisa terjadi karena penulis sudah terbiasa dengan
keadaaan bahwa setiap pergantian ide akan diikuti dengan pergantian paragraf.
Pergantian paragraf perlu dilakukan oleh seorang penulis untuk memberi kesempatan
kepada pembaca berkonsentrasi kepada paragraf selanjutnya. Tulisan yang tanpa paragraf atau
menggunakan paragraf yang kacau akan mempersulit pembaca dalam memahami setiap ide
yang ada. Pembaca akan merasa tersiksa karena harus membaca berulang-ulang apa yang telah
dibacanya.
2. Apa itu Paragraf?
Sebuah tulisan yang utuh, misalnya artikel, esai, berita, dan resensi pasti disusun atas
beberapa paragraf. Setiap paragraf tersusun atas beberapa kalimat. Kalimat-kalimat yang
menyusun paragraf tentunya haruslah saling berhubungan satu dengan lainnya. Kalimat kedua
tentunya menjelaskan kalimat sebelumnya, begitu juga kalimat ketiga pasti akan berhubungan
dengan kalimat yang keempat. Kalau itu terjadi, paragraf tersebut dapat dikatakan koheren atau
padu.
Selanjutnya, apa yang dimaksud dengan paragraf? Beberapa ahli berpendapat bahwa
paragraf adalah kelompok kalimat yang saling berhubungan untuk membentuk sebuah ide.
Paragraf dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan pernyataan penulis sebagai suatu unit atau
kesatuan dalam pengembangan persoalannya. Paragraf dapat pula diartikan sebagai kesatuan
pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat.
Masih banyak lagi tentang paragraf, tergantung dari sudut pandang pendefinisiannya.
Paragraf adalah unit pikiran atau perasaan yang biasanya tersusun atas beberapa unit (kalimat)
dan bertindak sebagai bagian dari unit yang lebih besar, yaitu wacana. Paragraf dapat
dinyatakan sebagai
Dari berbagai pendapat tersebut selalu disebutkan bahwa paragraf adalah sebuah
kumpulan atau kelompok kalimat. Dengan demikian, sebuah paragraf selalu dibangun atas
beberapa kalimat yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Kalimat yang satu bertindak
sebagai kalimat topik, sedangkan yang lain berkedudukan sebagai kalimat penjelas.
Syarat Paragraf yang Baik
Tidak semua kumpulan kalimat dapat dikatakan sebagai sebuah paragraf, dan tidak
semua paragraf dapat dikatakan sebagai paragraf yang baik. Kumpulan kalimat yang saling
berhubungan dan memenuhi persyaratan tertentu sajalah yang dapat dikatakan sebuah paragraf.
Paragraf yang baik hendaklah memenuhi persyaratan: kesatuan, kepaduan, kelengkapan, dan
urutan.
Paragraf hendaknya hanya memuat satu kalimat topik dan setiap paragraf hendaknya memiliki
unsur kelengkapan, yaitu memiliki beberapa kalimat penjelas yang bisa berupa fakta-fakta atau
contoh-contoh. Selain itu, kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut hendaknya
benar-benar saling berhubungan.
3. Hakikat Menulis
Menulis merupakan suatu proses menuangkan suatu ide atau pikiran yang
disampaikan dalam bahasa tulis. Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat
diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai media penyampai. Sulistyo dalam buku Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi mengutip pendapat Burhan Nurgiyantoro bahwa menulis adalah aktivitas aktif
produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa. Sejalan dengan itu White dan Arndt
berpendapat menulis bukanlah sekadar menuliskan bahasa ke dalam lambang tulisan
melainkan suatu proses berpikir yang mengandung kebenaran (Sulistyo, 2015). Menulis
merupakan upaya mengekspresikan yang dilihat, dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam
bahasa tulis, informasi-informasi dan ide-ide tersebut dituangkan dalam bentuk tulisan
(Hakim, 2005). Menulis dapat bermanfaat bagi seseorang untuk mengungkapkan gagasan agar
dibaca dan dipahami oleh pembaca.
Dengan menulis, seseorang mampu mengungkapkan gagasan secara sistematis, jelas, logis,
serta mampu berkomunikasi sesuai dengan konteks. Selain itu, melalui kegiatan menulis,
gagasan yang diungkapkan dapat diketahui oleh banyak orang sehingga dapat bermanfaat
bagi masyarakat luas (Oktaria dkk., 2017).
Bila dibandingkan dengan tiga kompetensi berbahasa lainnya, keterampilan menulis
termasuk dalam kategori keterampilan yang membutuhkan bakat dan praktik yang
berkesinambungan. Keterampilan ini tidak kalah penting dengan keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, dan keterampilan berbicara. Menulis merupakan jenis keterampilan
produktif. Writing skill is more inclined towards the practice rather than to the theory. It
does not mean that the discussion of writing theory is sown in the teaching of writing. The
comparison between practice and theory should be more practice rather than theory
(Nurmayani, 2016). Writing skill is mechanistic. It means that the mastery of writing skill
must be through training or practice. In other words, it requires more and more activities to
write, and then someone is more capable to write (Munirah, 2017). In addition, writing is a
developmental process that can be observed and encouraged. It takes time for students to
achieve competency as they move through characteristic stages from scribbling to
conventional spelling (Muluneh, 2018).
Komponen Paragraf
Komponen paragraf adalah unsur-unsur yang membentuk sebuah paragraf. Komponen
yang pertama berupa ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik dan komponen yang
kedua berupa ide penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat topik merupakan
kalimat yang mengungkapkan ide pokok. Semua penjelasan harus mengacu kepada kalimat
topik. Apabila kalimat topik masih bersifat umum perlu dikembangkan dalam pernyataan-
pernyataan yang lebih khusus.
Kalimat penjelas merupakan kalimat yang berisi ide penjelas yang berfungsi untuk
menjelaskan kalimat topik sehingga terdapat kesatuan dan kepaduan paragraf. Kalimat
penjelas dapat berupa rangkaian detil, contoh-contoh, atau fakta-fakta yang dapat digunakan
untuk memperjelas kalimat topik. Kalimat-kalimat penjelas tersebut hendaknya disusun
dengan urut-urutan logis.
4. Tahapan Menulis
Menulis merupakan kemampuan yang paling akhir dikuasai setelah peserta didik
mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Hal tersebut tidak mengherankan karena dalam
menulis, peserta didik diharuskan untuk menguasai berbagai unsur kebahasaan dan unsur di
luar bahasa itu sendiri sehingga tulisan yang dihasilkan dapat runtut dan padu, kohesif, dan
kohern (Mahargyani dkk., 2012). Menulis merupakan keterampilan mengolah dan menyusun
kata-kata yang melalui berbagai macam tahapan agar menjadi tulisan yang baik. Tahapan
menulis dibagi menjadi 3, yaitu: (a) tahap prapenulis, (b) tahap penulisan, dan (c) tahap pasca
penulisan (Sulistyo, 2015).
Sulistyo mengutip pendapat dari Poet dan Gill (1986) yang menyatakan bahwa tahap
prapenulis merupakan fase mencari, menemukan, dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalaman yang dimiliki penulis untuk dapat dituangkan dalam sebuah tulisan yang baik.
Pada tahap ini seorang penulis menentukan topik, merumuskan judul, mengumpulkan bahan
tulisan, dan membuat kerangka karangan. Tahap ini sangat penting untuk dipersiapkan
Ka1imat topik dapat terletak pada awal paragraf, akhir paragraf, awal dan dipertegas di akhir
paragraf, dan menyebar di seluruh paragraf. Perhatikan contoh-contoh berikut!