Anda di halaman 1dari 2

Vanessa Agatha

(03061282025021)

PERILAKU PENDUDUK RUMAH ADAT BALE LUMBUNG

Rumah Bale atau Balai merupakan rumah yang dipakai oleh masyarakat Suku Sasak sebagai
tempat tinggal mereka. Sedangkan Lumbung merupakan rumah yang dijadikan tempat menyimpan hasil
panen atau padi dan segala kebutuhan para masyarakat suku Sasak. Lumbung atau tempat menyimpan
memiliki filosofi sebagai bentuk rasa syukur masyarakat suku sasak kepada rezeki yang telah diberikan
oleh Tuhan nya . Sehingga para masyarakat suku sasak hidup berhemat dengan menyimpan hasil pada
mereka di sebuah Lumbung tersebut. Selain itu, Rumah Adat Bale Lumbung mencerminkan tingkatan
strata sosial masyarakat suku Sasak. Sebab, masyarakat suku Sasak pada zaman dahulu kala merupakan
orang-orang yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi. Rumah Adat Bale Lumbung yang
menghadap ke arah timur juga memiliki filosofi sebagai symbol kepercayaan suku Sasak terhadap Agama
Islam dan arah timur pun merupakan arah kiblat atau arah salat.

Masyarakat suku Sasak juga memiliki pakaian adat yang khas. Pakaian adat suku sasak dibagi
menjadi dua, untuk Wanita dan Pria. Sebutannya juga berbeda, pakaian adat suku sasak wanita Lambung
dan Pria Pegon.

Aktivitas penduduk Rumah Adat Bale Lumbung juga tidak jauh berbeda dengan aktivitas
keseharian manusia pada umumnya, Penduduknya yang rata-rata memiliki pekerjaan sebagai petani atau
penenun juga memiliki pola aktivitas seperti istirahat, memasak, mandi, beribadah, dan beberapa upacara
adat setempat.

Penduduk Rumah Bale menjadikan Bale dalem sebagai ruang istirahat dengan diisi dengan ruang
tidur khusus untuk wanita dan pawon/ dapur pada ruang sebelahnya. Sedangkan bagian serambi
(sesangkok) digunakan sebagai ruang tamu dan ruang tidur untuk pria. Dalam hal ini, Penduduk Bale
Lumbung membuat Pintu yang digunakan cenderung berukuran rendah dengan tujuan saat masuk ke
dalam rumah sambil menunduk, menandakan sikap rendah hati dan memberi salam kepada pemilik
rumah.

Di rumah adat suku Sasak umumnya tidak terdapat kamar mandi. Penduduk setempat
mengatakan jika masyarakat rumah adat ingin mandi maka harus ke sungai, pun untuk keperluan lainnya
seperti memasak, wudhu dalan lain sebagainya masyarakat harus mengambil air dari sungai
menggunakan periuq (wadah penyimpanan air yang terbuat dari tanah liat). Untuk kebutuhan mandi
masyarakat pergi kesungai, hal tersebut merupakan kebiasaan nenek moyang suku Sasak, sehingga sejak
zaman nenek moyang suku Sasak tidak terdapat adanya kamar mandi. Terdapat wadah penyimpanan air
yang disebut Bong. Wadah ini merupakan tempat penyimpanan air yang terbuat dari tanah liat berada di
luar rumah. Bong biasa ditempatkan di samping rumah adat. Keberadaan bong bukan untuk kepentingan
pribadi melainkan untuk kepentingan bersama-sama, untuk kebutuhan seperti wudhu. Penampungan air
dibolehkan di lingkungan rumah adat akan tetapi tidak boleh berukuran besar seperti kolam.
Penampungan air harus untuk kepentingan bersama-sama masyarakat rumah adat. Jika ada yang
melanggar untuk tetap membuat penampungan air yang berukuran besar maka akan mendatangkan roga
(penyakit) bagi yang melanggar pesan-pesan nenek moyang.

Anda mungkin juga menyukai