Anda di halaman 1dari 2

EDISI 27 PEB 2017

Politics, Retorics, Beauty


N ahj al-Balaghah adalah kumpulan
pidato, surat-surat dan renungan khalifah
Kita bisa menganggap surat Imam Ali ini
sebagai “manual for the rulers”, panduan
keempat, Ali ibn Abi Talib. Dia dianggap sebagai berkuasa. Di sana kita jumpai filosofi Imam
salah satu warisan keindahan tekstual yang Ali tentang kuasaan, etika memerintah,
menjadi kebanggaan umat Islam. batas-batas yang harus ditaati oleh seorang
penguasa, cara mengelola birokrasi
Memang agak disayangkan teks ini kurang terlalu perpajakan, cara menghadapi kaum
populer di kalangan umat Islam di kawasan pedagang, cara mengurus pasukan, cara
Melayu. Saya tidak tahu kenapa. Waktu belajar memperlakukan rakyat, dsb.
di pesantren dulu, saya sama sekali tak pernah
berkenalan dengan teks ini. Guru-guru saya pun Imam Ali menulis banyak surat yang
jarang yang menyinggungnya. ditujukan kepada para gubernurnya di
berbagai wilayah; juga surat-surat yang ia
Saya mengenal teks ini sudah cukup lama, tetapi tujukan kepada musuh-musuh politiknya
hanya pada beberapa bulan terakhir ini saya seperti Mu’awiyah. Yang mengesankan bagi
mulai membaca karya itu dengan sungguh- saya adalah bahwa surat-surat itu ditulis
sungguh. Nyaris setiap hari saya memaksakan bukan dengan bahasa birokrasi yang dingin,
diri untuk menyediakan waktu beberapa saat membosankan, tumpul, kering.
untuk membaca dua-tiga renungan Imam Ali.
Setiap khutbah, surat dan renungan dalam karya Surat-surat politik yang ditulis oleh Imam Ali
ini, di mata saya, mirip sebuah kristal yang sebagai seorang khalifah bukanlah surat
memendarkan pelbagai ragam pengertian yang biasa, melainkan “monument of belles-
sangat kaya. lettres” – monumen keindahan literer. Surat-
surat Imam Ali ditulis dengan bahasa yang
Salah satu bagian dalam Nahj al-Balaghah yang indah, dengan kualitas kebahasaan yang tak
memukau saya adalah surat panjang yang ditulis kalah dengan bahasa yang dipakai oleh
oleh Imam Ali kepada Malik ibn al-Harith al- penyair-penyair besar Arab di era jahiliyyah.
Asytar saat yang terakhir ini diangkat sebagai
gubernur Mesir – wilayah yang beberapa tahun Membaca Nahj al-Balaghah, saya
sebelumnya ditaklukkan oleh pasukan Islam. mendapatkan kesan yang kuat tentang
Halaman 4 dari 4 halaman adanya kaitan yang berkelindan antara tiga
Halaman 1 dari 4 halaman
Mang Darman pun terkulai tak
adanya kaitan yang berkelindan antara tiga Kalimat pembuka itu seperti hendak Imam Ali mengemukakan alasan yang etos sosial semacam ini, yaitu etos serba
elemen ini: politics, rhetorics, beauty. Saya mengingatkan Al-Asytar pada sejarah negeri menarik kenapa seorang penguasa tak boleh terburu-buru, tak mempertimbangkan segala
mendapatkan kesan berikut ini: di tengah Mesir yang panjang. Negeri ini pernah berada menjadi binatang buas yang menerkam segi dalam pengambilan keputusan. Etos
kekacauan politik yang berkecamuk pada di bawah kekuasaan Romawi dalam waktu rakyatnya sendiri. “Sebab,” kata Imam Ali, semacam ini jelas tak mendukung proyek
tahun-tahun menjelang terbunuhnya yang cukup lama. Dalam kehidupan agama, “manusia terbagi ke dalam dua kelompok politik yang sedang dikerjakan oleh umat Islam
khalifah ketiga, Usman ibn Affan, di negeri Mesir juga berada di bawah kekuasaan besar: mereka yang merupakan saudaramu saat itu: yaitu membangun sebuah negara.
tengah-tengah merosotnya politik sebagai gereja yang berpusat di Bizantium. Masa-masa karena kesamaan agama, atau mereka yang
“a mere exercise in brute power”, Imam Ali itu bukanlah seluruhnya indah. Negeri itu, menjadi saudaramu karena sesama Imam Ali mencoba mengenalkan etos lain yang
seperti hendak mengangkatnya kembali ke untuk waktu yang cukup lama, mengalami manusia.” sangat bermanfaat dalam “state formation”,
level moral yang lebih tinggi. tirani dan penindasan, baik secara politik yaitu pengambilan kebijakan dengan
maupun keagamaan. Nasihat Imam Ali selanjutnya: “Wa la pertimbangan yang masak-masak.
Melalui Nahj al-Balaghah, kita bisa melihat tusri’anna ila badiratin wajadta minha
suatu kehendak yang kuat pada diri Imam Mazhab kekristenan yang dianut oleh orang- manduhatan.” Jangan terburu-buru Bagian selanjutnya dalam surat Imam Ali
Ali untuk memulihkan politik ke dua level orang yang tinggal di Mesir berseberangan mengambil kebijakan tertentu jika ada menekankan bahaya tirani. “Wa la taqulanna
sekaligus: level ketinggian moral dan dengan mazhab Kristen di pusat, dan karena alternatif lain yang lebih baik. Kita akan inni mu’ammarun fa utha’a.” Jangan sekali-kali
sekaligus ketinggian literer. Politik haruslah itu hubungan antara agama Kristen di mengerti betapa pentingnya petuah politik ini menganggap diri Anda sebagai penguasa yang
merupakan tindakan dengan dua kualitas Bizantium dan kekristenan Mesir yang jika kita pertimbangkan fakta berikut ini. diangkat oleh kekuasaan yang lebih tinggi (i.e.
sekaligus: baik dan indah. Dalam surat- berpusat di Alexandria penuh dengan khalifah) dan kemudian meminta ketaatan
surat politik Imam Ali kita melihat dua hal ketegangan, karena paham kekristenan yang Bangsa Arab tidak pernah memiliki tanpa reserve dari rakyat.
ini sekaligus: kebijaksanaan politik dan dominan di Mesir dianggap “heterodox”, pengalaman bernegara sebelum kedatangan
keindahan bahasa; keduanya berkelindan sesat, menyimpang. Islam. Hanya suku-suku Arab yang hidup di Fakta bahwa seseorang telah menjadi
tanpa bisa dipisahkan satu dari yang lain. “borders of civilization”, di perbatasan penguasa tak meniscayakan ketaatan rakyat
Surat Imam Ali itu seperti hendak dengan peradaban besar di Iraq dan Siria, kepadanya. Ketaatan rakyat mensyaratkan
Surat Imam Ali yang ditujukan kepada mengingatkan kepada Malik al-Asytar: Jangan yang memiliki pengalaman bernegara. terpenuhinya kondisi-kondisi tertentu pada
gubernurnya Al-Asytar dibuka dengan mengulangi ketidakadilan itu kembali. Engkau seorang penguasa.
kalimat ini: harus mempraktekkan jenis kekuasaan yang Pada era pra-Islam, banyak hal dilakukan oleh
lain. suku-suku Arab secara spontan, terburu-buru, Sikap “adigang-adigung-adiguna” (tiranik)
“Wahai Malik al-Asytar, aku mengirim semata-mata karena dorongan “spur of the semacam itu, menurut Imam Ali, adalah
kamu ke sebuah negeri yang pernah Bagian dalam surat Imam Ali yang sangat moment,” kemendesakan sasaat, dan indikasi penyakit kejiwaan pada diri penguasa,
mengalami silih-bergantinya keadilan dan “menusuk” adalah kalimat berikut ini: “Wa akibatnya sangat fatal: perang antar-suku. selain ia akan merusak agama dan bahkan
tirani. Orang-orang di negeri itu akan takunanna ‘alaihim sabu’an dariyan Tak ada “judiciousness”, pertimbangan yang mempercepat kehancuran sebuah kekuasaan
menilaimu sebagaimana engkau menilai taghtanimu aklahum.” Janganlah engkau masak-masak sebelum melakukan sesuatu (taqarrubun ila al-ghiyar). Dengan kata lain,
para penguasa sebelum kamu. Mereka juga menjadi binatang buas yang memangsa yang memiliki dampak luas. tirani adalah jalan pintas menuju percepatan
akan berpendapat mengenai dirimu rakyat. Atau, dalam nomenklatur politik “regime change”, lengsernya kekuasaan.
sebagaimana engkau berpendapat modern: Imam Ali tak menghendaki negara Era pra-Islam disebut era “jahiliyyah”,
mengenai para penguasa itu.” menjadi monster Leviathan yang menakutkan. kebodohan, antara lain karena dominannya (U.Abshar.A)
etos sosial semacam ini, yaitu etos serba
Halaman 2 dari 4 halaman Halaman 3 dari 4 halaman

Anda mungkin juga menyukai