1. PERSPEKTIF SEJARAH
Perubahan paradigma terhadap pengendalian hama. Setelah perang dunia selesai jumlah
penduduk melesat, kebutuhan pangan meningkat. Muncul tuntutan adanya benih atu bibit
atau varietas atau klon dengan produksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Karakter
klon produksi tinggi butuh input pupuk yang tinggi. Hal tersebut menyebabkan adanya
perubahan OPT. Pada saat itu pengendalian hama fokus pada eradikasi atau pemberantasa
hama. Berkembang menjadi pengendalian lalu pengelolaan.
Masa eradikasi salah satu ciirnya adalah penggunaan pestisida pada skala waktu tertentu
bisa harian, mingguan, dst.
Perubahan paradigma munculnya buku silent spring oleh Rachel carson tentang lingkungan
dan isu kesehatan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan.
1. Pengendalian yang terintegrasi atau terpadu. Perpaduan pestisida dan agen hayati
2. Pengendalian hama terpadu (IPC)
3. Pengelolaan hama terpadu, aspek sosial, budaya, dan SDM (IPM)
Sampai tahun 2000 an ASI mengandung DDT padahal DDT sudah dilarang sejak tahun 80 – 90 an.
BIMAS INMAS tahun 60 an, Insus tahun 80 an. Hasilnya swasembada beras tahun 1984.
Perbedaan benih unggul padi dengan yang tidak unggul ialah benih yang unggul anakan nya banyak,
malai nya banyak, bulir nya banyak. Anakan banyak, rimbun, iklim mikro berubah. Pertumbuhan
wereng meningkat karena cocok dengan lingkungan rimbun.
Masukan dari para ahli sudah ada sejak tahun 1970 namun karena belum ada eksplosi besar-
besaran, masukan dari para ahli belum dijadikan kebijakan. 1980 serang wereng batang padi coklat
keluar intruksi presiden (inpres) 3 tahun 86.
Sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT). FAO turun langsung ke Indonesia.
ASPEK EKOLOGI
Dalam lingkungan ekosistem pertanian ada sesuatu yang ada secara alami seperti musuh alami,
polinasi, air, bakteri yang menguntungkan, dsb. Input dari luar contohnya teknologi.
ASPEK EKONOMI DAN ASPEK SOSIAL
Ambang luka ekonomi / EIL= populasi terendah yang menyebabkan kerusakan dan kerugian
Ambang ekonomi / ET= tingkat populasi dimana kemudian harus dilakukan tindakan agar tidak
menyebabkan kerugian secara ekonomi
Garis keseimbangan umum / GEP = dalam kondisi normal tidak ada serangan hama dan tidak ada
tindakan pengendalian hama.
Pemilihan yang cerdas dan penggunaan metode pengendalian yang akan memastikan hasil secara
ekonomi, ekologi, sosial sukses dan tidak ada efek samping.
Mendasari bagaimana mengelola lingkungan yang kaitannya dengan masalah OPt agar semakin baik
dan berkelanjutan. Muncul karena masalah
Kultur teknis contohnya jarak tanam, pemberian jerami, pola tanam, tanama perangkap, memilih
varietas
PENGERTIAN HABITAT
Rumah alami untuk hidup bersama berbagai komponen di alam ini. Tanaman, mikroorganisme baik
yang bersifat merusak dan menguntungkan. Jika dijaga kehidupan akan berlangsung dengan baik.
Hutan yang masih alami jarang ada laporan serangan penyakit karena masih terjaga dengan baik
lingkungannya dan belum banyak kerusakan yang dilakukan manusia.
Membuat habitat harus difasilitasi dan dijaga sesuai dengan kebutuhan pakan musuh alami. Masing-
masing jika difasilitasi akan terjadi keseimbangan.
Faktos manusia dalam kerusakan habitat contohnya penanaman secara monokultur sehingga banyak
hama dan musuh alami yang sama. Penggunaan pestisida secara terus menerus sehingga hama
mengalami resisten.
HABITAT MANAGEMENT IN IPM cara agar semua komponen di lingkungan dapat hidup secara
berdampingan.
EXCLUSION tindakan pengendalian tetapi belum menyentuh bahan kimia. Contohnya pengendalian
gulma. Gulma dalam agronomi dimaknai sebagai musuh langsung karena competitor. Dalam HPT
menjadi inang alternatif hama. Maka dilakukan sanitasi gulma. Contoh lainnya dengan melakukan
trapping. Serangga pada umumnya tertarik pada sinar dan pada lampu terdapat air. Banyak diatasi
untuk hama penggerek di jawa barat. Lalu dengan menggunakan tanaman barrier yang bisa juga
untuk mengatasi kerusakan karena angin. Bisa juga memakai penutup dengan kain kasa. Atau bisa
juga mengambil hama manual dengan tangan. Pengendalian fiisik bisa menggunakan suhu, cahaya,
energi elektromagnetik, dan energi suara.
Agar habitat dapat terjaga dengan baik dan tidak mendukung tumbuhnya pathogen.
KOMPONEN BIOLOGI DALAM PENGELOLAAN OPT
Setelah varietas tahan dilepas, habitat nya harus dikelola secara bertahap mulai dari sanitasi
(penghilangan tanaman yang sakit sehingga tidak menjadi inoculum) dan membersihkan gulma.
Perawatan benih contohnya dengan dijemur, direndam dengan larutan garam dan direndam dengan
air hangat-hangat kuku agar pathogen mati namun tidak mematikan jaringan. Aplikasi fungisida.
Memperlambat penyebaran pathogen dengan rotasi varietas.
10 KOMPONEN KIMIAWI DALAM PERLINDUNGAN TANAMAN
Biopestisida tidak meninggalkan bekas karena mudah terdegradasi oleh faktor faktor tanah.
Di dalam bio pestidia terdapat pestisida nabati yang mengandung metabolit sekunder tanaman.
Lebih aman daripada pestisida hayati.
Contoh : Neem Based / daun mimba (di gunung kidul banyak di tanam di pinggir jalan) contohnya
azadirachtin, rotenone, pyrethrum / phyretroit / eukaliptus.
NEEM BASED PESTICIDES Banyak dipakai sebagai biopestisida dan zat lain seperti kosmetik dst
ROTENONE yang dipakai bukan daun nya, melainkan akar. Bertindak sebagai racun kontak dan racun
makanan. Dapat membuat manusia pusing karena mengeluarkan racun / gas yang mengganggu
pernafasan.
PESTISIDA DARI MIKROBIA Mikroia menghasilkan metabolit sekunder yang dapat mengganggu atau
bahkan membunuh OPT tertentu.
Tidak semua metabolirt sekunder aman bagi manusia, contohnya fitotoksin yang dihasilkan dari
aspergillus.
PESTISIDA KIMIA SINTESIS = bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama. Pestisida selain di
bidang pertanian juga banyak di kesehatan dipakai untuk membunuh vector contoh nya nyamuk.
DEFINISI EPA zat apapun atau campuran dari berbagai macam zat yang digunakan untuk mencegah,
menghancurkan, mengusir, atau mengelola OPT.
D Indonesia paling banyak dipakai herbisida untuk mengendalikan gulma, lalu insektisida, dan
fungisida.
Pestisida terdiri atas beberapa sub, tidak hanya bahan aktif namun ada zat zat lain.
Pestisida kimia adalah racun bagi manusia dan lingkungan, bagi petani pestisida adalah obat.
DDT sudah dilarak secara internasional sejak 2001, tetapi di kesehatan masih dipakai. DDT sangat
berbahaya karena toksisitas tinggi dan residu nya bertahan lama di tanah dan air.
SEJARAH PENGGUNAAN PESTISIDA belerang paling banyak dipakai sejak awal. Cina sudah memakai
pestisida botani untuk pestisida hama. Penggunaan agen hayati pada awal 1800-1900. 1939
ditemukan DDT.
GENERASI PERTAMA
Pestisida menjadi pentting karena muncul penyakit yang menjadi bencana contohnya potato blight
di Inggris, Irlandia, dan Belgia pada tahun 1840.
GENERASI KEDUA
Ditemukannya DDT yang kemudian menjadi populer karena efektif dan murah. 1958 ditemukan
Carbamates. 1962 muncul buku silent spring.
Saat mulai dilakukan intensifikasi pertanian paling mudah menggunakan DDT. Kemudian timbuo
masalah karena DDT persisten di lingkungan dalam waktu lama dan bisa terakumulasi di jaringan
lemak, contohnya susu sapi yang bisa mencemari manusia.
BUKU SILENT SPRING ditulis karena penggunaan pestisida kimia dalam bidang pertanian
GENERASI KETIGA ciri khas nya adalah sudah jauh lebih ramah lingkungan. Hampir semua pestisida
generasi ketiga tidak meninggalkan residu atau persistensi nya rendah. Chitin synthesis inhibitors
yang hampir sama dengan insect growth regulator namun IGR lebih luas sedangkan chitin untuk
menghambat serangga dalam berganti kulit. Juvenile hormones membuat serangga gabisa
bertambah dewasa.
Terdiri atas bahan aktif, bahan inerts, dan adjuants yang opsional terdapat di produk dan memiliki
fungsi yang sama dengan bahan inerts. Adjuvant akan dibeli dengan sebutan perekat agar saat hujan
tetap menempel.
BAHAN AKTIF benar benar berfungsi untuk mengendalikan hama. Dapat dilihat di kemasan nya.
BAHAN INERT kombinasikan dengan bahan aktif agar lebih efektif, aman, dan mudah diaplikasikan.
Disebut juga bahan pembawa agar lebih mudah menyimpan, mengemas, dsb.
PEMBAGIAN PESTISIDA ada yang berdasarkan hama target, bahan kimia, dan cara kerja.
TIPE FORMULASI
Secara prinsip ada yang kering, tepung atau butiran, langsung tabur atau campur air. Ada yang
berupa liquid / cairan misalnya untuk fogging. Ada yang berupa gas contohnya fumigant.
LD50/LD90 = jumlah material pada suatu saat atau dosis tertentu yang menyebabkan kematian 50%
serangga uji atau organisme yang diuji.
RESIKO PESTISIDA KIMIA berbahaya bagi pengguna, organisme non target, menyebabkan resistensi
dan resurgensi, menimbulkan residu pada lingkungan. Bisa terpapar lewat kulit, pencernaan,
pernafasan.
Pestisida kimia paling aman waktu terdegradasi nya kurang dari 2 minggu.
Kalau mau menggunakan pestisida terus menerus pada hama tertentu maka hama akn menjadi
kebal / resistensi nya meningkat.
Residu pestisida = bahan yang beracun yang tertinggal pada bahan pangan atau lingkungan dan
dapat menimbulkan efek negatif bagi ekosistem, manusia, dan hewan.