9-Article Text-26-1-10-20171104
9-Article Text-26-1-10-20171104
Abstrak
Kota-kota di Indragiri Hilir mengalami pertumbuhan sebagai sentra perekonomian.
Lancarnya arus transportasi membawa pengaruh yang sangat besar terhadap mobilitas dan
arus perdagangan di daerah ini. Perdagangan mengalami kemajuan pesat berkat adanya
pembukaan pelabuhan di Riau sebagai pelabuhan bebas untuk ekspor-import. Indragiri
sebagai daerah penopang (hinterland) yang terletak di jalur perdagangan, memiliki
kepentingan besar dengan proses ini sejak tahun 1828. Hal ini sangat berpengaruh pada
arus perniagaan dan transportasi dari pedalaman Indragiri menuju pantai, khususnya sejak
dibukanya hubungan lansung dengan Singapura sebagai pelabuhan transit internasional.
Jalan-jalan tradisional yang sudah ada diperlebar dan diperbaiki, sehingga memudahkan
sarana pengangkutan produk setempat menuju pusat-pusat perkotaan. Hal itu terlihat pada
jalan-jalan penghubung antara kota Taluk Kuantan, Rengat, Kuala Cinaku dan Tembilahan.
Dengan heterogenitas tersebut, Tembilahan mengalami kemajuan yang cukup pesat
bergeser dari perkembangan biasa menjadi pusat-pusat pemukiman dan pusat perdagangan.
bahwa mereka lebih banyak tinggal di erat dengan aktivitas kehidupan mereka
daerah pertanian didistrik Reteh dan Enok. sebagai pedagang. Kebanyakan daerah asal
Dua distrik ini merupakan daerah mereka adalah Danau Singkarak, dan ini
perkebunan kelapa yang luas. Hingga saat sangat erat hubungannya dengan hubungan
ini pun mereka masih mendominasi jumah dagang yang menggunakan transportasi air
penduduk di dua daerah tersebut dan mata sungai Indragiri yang hulu sungainya di
pencarian utama mereka tetap dari hasil Danau Singkarak. Jumlah mereka dari tahun
perkebunan Kelapa. Sementara etnis Cina ke tahun terus meningkat, dan daerah asal
yang ada di Indragiri Hilir ini berasal dari mereka pun semakin luas. Apa lagi
Singapura dan Malaka. Mereka bekerja semenjak dibangunnya jalur darat dari
sebagai pedagang perantara antar etnis Tembilahan-Rengat-Taluk Kuantan ke
yang ada di Indragiri Hilir. Kelompok ini Sumatera Barat.
cenderung tinggal di pasar-pasar tradisional Kelompok migran terakhir yang datang di
yang ada di setiap distrik seperti Indragiri Hilir adalah etnis Jawa dan Sunda.
Tembilahan, Kuala Enok, sungai Luar, Sapat. Kedua etnis ini datang pada mulanya
Orang cina yang ada di Indragiri Hilir dapat sebagai tenaga kerja di perkebunan. Jumlah
kita bedakan kedalam empat kelompok, mereka tidak begitu besar jika dibandingkan
yaitu: (1) orang Cina Tio Tjie, yang dengan etnis lainnya, dan umumnya tinggal
berfrofesi sebagai pedagang. Mereka banyak di kompleks perkebunan. Setelah habis
tinggal di distrik Perigi Raja, Tembilahan, ikatan kerja, banyak dari mereka yang
Reteh, Tempuling, Igal, Khairiah Mandah kemudian tinggal di pusat-pusat kota untuk
dan Kuala Parie, (2) orang Cina Hokkian, bekerja sebagai tenaga professional sebagai
mereka umumnya memiliki usaha perasan tukang, tenaga kuli, pedagang kecil dan
sagu, tinggal di sungai Anak Serka dan sebagainya. Namun ada juga dari etnis ini
Mandah, (3) orang Cina Hailan, mereka yang membuka hutan untuk ditanami padi
adalah orang-orang pemilik kedai kopi yang dan palawija. Dengan demikian di daerah
tinggal di kampung-kampung di sepanjang pinggiran perkebunan tumbuh pemukiman
sungai Indragiri, (4) orang Cina Khec, petani Jawa yang permanen.
Makau, siopu, dan Kongfu yang memiliki Bagi etnis Jawa yang mampu dan berhasil
pekerjaan sebagai tukang kayu [2;3;4]. dalam usahanya, mereka akan mengirim
Pada masa kekuasaan kesultanan anak-anak mereka bersekolah dan dididik
Indragiri, para pedagang Cina tidak hanya menjadi tenaga ahli di Pulau Jawa. Makanya
menjadi pemasok utama kebutuhan rumah tidak mengherankan apabila di pusat-pusat
tangga istana sultan terutama dalam hal kota Tembilahan dekade 1930-an dan 1940-
produk-produk impor, mereka juga menjalin an cukup banyak dijumpai tenaga terdidik
transaksi bisnis dengan kalangan keluarga keturunan Jawa. Suku Jawa terkenal dengan
kerajaan. Sehingga dengan cara seperti itu keuletannya dalam bekerja dan
mereka merasa mendapat perlindungan dari berpengalaman di bidang perkebunan,
pihak kerajaan dan jaringan perdagangan makanya mereka selalu datang dengan
mereka menjadi semakin luas. tujuan bekerja di perkebunan yang luas
Orang Melayu Palembang yang bermukim maupun sempit.
di Indragiri Hilir awal abad 20 juga Sebagai daerah yang terletak dan
merupakan salah satu suku yang tertarik menjadi bagian dari kawasan Melayu, tidak
dengan kondisi kemajuan ekonomi Indragiri mengherankan bahwa masyarakat dan
Hilir. Realitas itu terlihat, bahwa mereka mayoritas penduduknya adalah etnis
menelusuri pantai Timur Sumatera dan Melayu. Orang-orang Melayu di Indragiri
akhirnya menetap di Indragiri Hilir. Mereka Hilir memainkan peranan yang cukup
hampir seluruhnya bergerak dibidang penting di daerah ini, mengingat kalangan
pertanian, khususnya perkebunan kelapa elit penguasa tradisional diduduki oleh
dan mereka banyak tinggal di Distrik generasi orang-orang keturunan Melayu.
Mandah, terutama di Bekawan. Secara turun temurun mereka menguasai
Pada Tahun 1930-an, para perantau dari posisi strategis sebagai pusat kekuasaan
arah pantai Barat Sumatera (orang Minang dan aparat pemerintah. Jumlah penduduk
Kabau) memasuki Indragiri Hilir. Mereka Melayu pada masa kesultanan Indragiri tidak
bekerja lebih dominan sebagai pedagang dapat diketahui dengan pasti, karena pihak
yang tinggal di pasar-pasar, seperti kesultanan tidak pernah mengadakan
Tembilahan, Sapat, Kuala Enok dan sensus penduduk. Namun berdasarkan
Guntung. Mereka banyak membuka sensus yang dilakukan oleh pemerintah
pemukiman dimanapun mereka tinggal kolonial Belanda pada tahun 1916, jumlah
terutama di tempat pemberangkatan dan orang Melayu dalam kekuasaan sultan
kedatangan kapal, sebab hal ini berkaitan Indragiri 25.890 orang. Menurut asal