Anda di halaman 1dari 5

ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

PERANAN KOTA TEMBILAHAN SEBAGAI PUSAT


PERDAGANGAN MULTI ETNIS DI KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR
Edi Susrianto
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Indragiri, Tembilahan

Abstrak
Kota-kota di Indragiri Hilir mengalami pertumbuhan sebagai sentra perekonomian.
Lancarnya arus transportasi membawa pengaruh yang sangat besar terhadap mobilitas dan
arus perdagangan di daerah ini. Perdagangan mengalami kemajuan pesat berkat adanya
pembukaan pelabuhan di Riau sebagai pelabuhan bebas untuk ekspor-import. Indragiri
sebagai daerah penopang (hinterland) yang terletak di jalur perdagangan, memiliki
kepentingan besar dengan proses ini sejak tahun 1828. Hal ini sangat berpengaruh pada
arus perniagaan dan transportasi dari pedalaman Indragiri menuju pantai, khususnya sejak
dibukanya hubungan lansung dengan Singapura sebagai pelabuhan transit internasional.
Jalan-jalan tradisional yang sudah ada diperlebar dan diperbaiki, sehingga memudahkan
sarana pengangkutan produk setempat menuju pusat-pusat perkotaan. Hal itu terlihat pada
jalan-jalan penghubung antara kota Taluk Kuantan, Rengat, Kuala Cinaku dan Tembilahan.
Dengan heterogenitas tersebut, Tembilahan mengalami kemajuan yang cukup pesat
bergeser dari perkembangan biasa menjadi pusat-pusat pemukiman dan pusat perdagangan.

Kata Kunci: Kota Tembilahan, Pusat Perdagangan, Multi Etnis.

1. PENDAHULUAN saling membalas kebaikan dalam kehidupan


sehari-hari (norm of reciprocity).
Sebagai bangsa yang plural, Indonesia
Indragiri Hilir pada zaman colonial
merupakan pertalian dari berbagai elemen
Belanda termasuk salah satu wilayah
baik yang berbentuk komunitas maupun
afdeling Indragiri, Keresidenan Riouw.
asosiasi yang memiliki tujuan yang sama,
Afdeling ini memiliki luas 22. 090,50 Km
yaitu: untuk mencapai tingkat kesejahteraan
yang terdiri atas tiga Onderafdeeling, yakni
yang sesuai dengan harkat dan martabat
Teluk Kuantan, Indragiri Hulu, dan Indragiri
kemanusiaan. Untuk mencapai tujuan
Hilir [2;3;4]. Ketika Indonesia telah
tersebut perlu adanya landasan cultural
merdeka, saat Riau menjadi provinsi pada
berupa potensi modal social (social capital)
tahun 1958, Indragiri Hilir adalah salah satu
dalam sikap dan prilaku berbagai etnis agar
kabupaten yang terdapat di wilayah itu.
tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
Indragiri Hilir memisahkan diri dari
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah
Kabupaten Indragiri berdasarkan Undang-
dilakukan para ahli Fukuyama pada 1995
undang No. 6 tahun 1965 [2;3;4]
telah memperlihatkan bagaimana peranan
Daerah Indragiri Hilir terletak di bagian
modal yang dimiliki oleh kelompok
selatan Provinsi Riau dengan luas wilayah
masyarakat. Studi ini membuktikan bahwa
11. 605,97 Km persegi. Adapun batas
modal social berperan aktif dalam menjalin
wilayahnya di sebelah Utara dengan pantai
kerjasama tidak hanya antara individu
Timur Sumatera, sebelah Selatan dengan
antara masyarakat tetapi juga lembaga-
keresidenan Jambi, sebelah Barat berbatas
lembaga pemerintah. Keberhasilan ini
dengan wilayah Indragiri Hulu, sebelah
karena prinsip dasar dari modal social yang
Timur berbatas dengan afdeeling Tanjung
menekankan pentingnya menjaga hubungan
Pinang [2;3;4]. Tetapi dengan terjadinya
baik dan kepercayaan antara sesama warga
pemekaran wilayah di banyak tempat di
masyarakat dan berbagai lembaga-lembaga
Indonesia pada Dasawarsa abad ke 20 ini,
pemerintah [1].
kondisi ini juga terjadi diwilayah Riau.
Modal social (social capital) yang
Terkait dengan hal tersebut, perbatasan
dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk
Indragiri Hilir dengan daerah sekitarnya
kerjasama dalam suatu jaringan social
tentu mengalami perubahan juga. Misalnya,
(social network) yang dilandasi saling
sebelah Utara Indragiri Hilir berbatas dengan
percaya (reciprocal trust) antara komunitas
kabupaten Pelalawan, sebelah Selatan
etnis. Hal ini dapat terjadi karena adanya
berbatas dengan kabupaten Tanjung
kemampuan suatu komunitas etnis untuk
Jabung Barat-Jambi, sebelah Barat
merajut pranata sosial yang berfungsi untuk

218 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016


ISSN: 2442-7845 SELODANG MAYANG

berbatasan dengan kabupaten Indragiri g. Distrik Retih terdiri dari 8 onderdistrik,


Hulu, dan sebelah Timur berbatas dengan yaitu: Kota Baru, Kuala Patah Parang,
kabupaten Tanjung Balai Karimun Kepulauan Kuala sungai Kerang, Lubuk Besar,
Riau. Kemuning Muda, Dusun Jukimun,
Selingsing, dan Kuala Bubur [4].
Penduduk Indragiri Hilir awal abad ke 20,
2. METODOLOGI PENELITIAN berjumlah kira-kira 100.000-an jiwa. Jumlah
itu berasal dari berbagai suku bangsa yang
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yakni
ada. Jumlah terbesar dari suku-suku yang
mendeskripsikan tentang peranan Kota
ada tersebut adalah penduduk pribumi yang
Tembilahan sebagai pusat perdagangan
terdiri dari orang melayu dan orang laut.
multietnis di Kabupaten Indragiri Hilir
Jumlah mereka sekitar 65.914 jiwa,
provinsi Riau, khususnya mengungkap
selebihnya adalah pendatang. Dalam
sejarah perjalanan kota Tembilahan dari
konteks orang Melayu yang bermukim di
masa ke masa, mengetahui faktor penyebab
Indragiri Hilir kiranya perlu juga untuk
kedatangan berbagai etnis ke kota
dikemukakan dalam penelitian ini. Sebab,
Tembilahan, dan mengetahui pola adaptasi
tidak semua orang melayu yang menetap di
yang dilakukan berbagai etnis itu di kota
onderafdeeling itu adalah penduduk asli,
Tembilahan. Adapun masalah utamanya
melainkan sebagian di antara mereka adalah
ialah tentang peran kota Tembilahan sebagai
kaum pendatang yang berasal dari Indragiri
pusat perdagangan multietnis di kabupaten
Hulu, terutama mereka yang tinggal di Anak
Indragiri Hilir. Penelitian ini menggunakan
Serka di distrik Gaung.
jenis penelitian kualitatif. Alasan
Untuk mengetahui orang Melayu lebih
menggunakan metode kualitatif adalah
jauh, bisa dilihat pada beberapa pengertian.
karena penelitian ini mengkaji gejala-gejala
Dalam arti luas, orang melayu adalah
sosial (social life) yang dinamis [5;6].
rumpun ras bangsa Melayu di dunia, yang
meliputi Nusantara, Semenanjung Melayu,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Philipina, Malagasi, Muangthai, dan sebagian
Indragiri Hilir pada masa pemerintahan dari pulau di Lautan Teduh. Sedang dalam
kolonial Belanda dibagi atas tujuh distrik, arti sempit orang melayu adalah suku
yaitu: Tembilahan, Tempuling, Sungai Luar, bangsa yang bermukim di daratan rendah
Enok Dalam, Mandah, Gaung dan Reteh. atau pantai Sumatera Timur dan daerah
Distrik-distrik tersebut terbagi pula kepada pantai lainnya yang dinamakan juga orang
beberapa daerah bawahan (onderdistrik) Melayu Pesisir.
yaitu: Pada Awal abad 20, orang Melayu yang
bermukim di Indragiri Hilir umumnya
a. Distrik Tembilahan memiliki 6 berprofesi sebagai petani dan nelayan.
onderdistrik, yaitu: Tembilahan, Sapat, Namun dalam perkembangannya sejak
Penyimahan, Batang Tuaka, Teluk Dalam Indonesia merdeka orang Melayu banyak
dan sungai Perak. yang bekerja di pemerintahan. Di samping
b. Distrik Tempuling, memiliki 5 itu, suku Duano atau orang Laut pada
onderdistrik, yakni: Tempuling, Pekan umumnya berprofesi sebagai nelayan.
Tua, Pengalehan, Sungai Salak, dan Sehubungan dengan hal itu, kebanyakan di
Pulau Palas. antara mereka ini memilih untuk tinggal di
c. Distrik Sungai Luar terdiri dari 4 daerah-daerah pantai. Daerah pantai yang
onderdistrik, yaitu: Anak Serka, Sungai menjadi pilihan mereka, diantaranya muara
Sekandum, Batang Tuaka, dan Perigi sungai Indragiri, sungai Bela, Concong,
Raja. Kuala Enok, dan distrik lainnya.
d. Distrik Enok Dalam terdiri dari 8 Sejak ditandatanganinya Tractaat
onderdistrik, yaitu: Enok, Sungai Bela, Vriendchaap tanggal 27 Desember 1938
Sungai Enok, Tekulai, Lubuk Cabang, antara kerajaan Indragiri dengan Belanda,
Kuala Enok, Air Tawar Besar, dan Air maka kesultanan Indragiri menjadi
Tawar Kecil. Zelfbestuur, yang di kepalai oleh seorang
e. Distrik Mandah terdiri dari 4 onderdistrik, Controlleur, yang membagi wilayah Indragiri
yaitu: Khairiah Mandah, Igal, Anak Hilir menjadi 6 wilayah, yaitu: Tembilahan,
Pariye, dan Meranggung. Batang Tuaka, Tempuling, Mandah, Enok
f. Distrik Gaung terdiri dari 6 onderdistrik dan Reteh. Controlleur memegang
yaitu: Teluk Sungka, Piabung, Teluk wewenang semua jawatan, bahkan juga
Luas, Lahat, Simpang Gaung, dan Batang menjadi Hakim di Pengadilan wilayah,
Tuwo. sehingga Zelfbestuur Kerajaan Indragiri

Peranan Kota Tembilahan Sebagai....(Edi) 219


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

terus dipersempit sampai dengan masuknya majunya perdagangan dan peningkatan


pendudukan Jepang tahun 1942. kepentingan sektor ekonomi menyebabkan
Pergantian kekuasaan dari Kolonial Tembilahan menjadi tempat pertemuan
Belanda kepada pemerintahan Jepang, tidak antar etnis yang bersifat heterogen.
banyak merubah struktur politik dan system Peningkatan pertumbuhan Kota
kekuasaan. Pada masa pendudukan Jepang, Tembilahan juga dipicu oleh kehadiran
Sultan Indragiri dinyatakan sebagai kepala sejumlah perusahaan bidang perkebunan
wilayah setempat dan diakui keberadaannya dan industry pengolahan kelapa sawit.
oleh pemerintah militer Jepang. Namun Perusahaan besar seperti Sambu Group di
demikian, pimpinan pendudukan Jepang Pulau Guntung, AEC di Kuala Enok, Sinar
juga menyodorkan beberapa persyaratan Mas di Kota Baru adalah contoh beberapa
kepada sultan yang intinya adalah menjamin perusahaan yang bergerak bidang
kesetiaan kepada pemerintahan Jepang. Di pengolahan minyak kelapa sawit. Sama
antaranya yang disebutkan adalah halnya dengan perindustrian bidang
penyediaan tenaga kerja bagi pembangunan perkayuan, munculnya industry kelapa sawit
infrastruktur militer, sipil dan bahan pangan mengundang dan menarik banyak orang
bagi kebutuhan pendudukan Jepang. datang ke Tembilahan untuk mencari
Tidak ada catatan sejarah yang pasti pekerjaan, dengan sendirinya akan
tentang sejak kapan Tembilahan mulai mengubah komposisi dan persentase
dijadikan sebagai pusat transaksi kelompok etnis yang ada. Menurut H.
perdagangan. Tapi paling tidak, sejak abad Darsah, umumnya tenaga kerja
ke 19 ketika masa pemerintahan kesultanan diperusahaan kayu yang ada di Indragiri
Indragiri, daerah ini sudah menjadi tempat Hilir berasal dari Jawa dan Kalimantan,
persinggahan para pedagang dari berbagai sedangkan yang bekerja di perkebunan
daerah. Penghasilan utama kesultanan sawit kebanyakan orang dari Sumatera
Indragiri memang berasal dari berbagai Utara dan Pulau Jawa.
cukai yang dipungut dari komoditas yang Juwono tahun 2005 menyatakan bahwa
diperdagangkan melalui sungai Indragiri. orang Banjar telah mulai masuk dan
Pada waktu itu yang merupakan komoditas bermukim di Indragiri Hilir pada tahun 1900
utama perdagangan adalah hasil bumi sekitar 1000 jiwa [8]. Lima belas tahun
seperti Kelapa, Karet, Beras, Rempah- kemudian (1915) jumlah mereka bertambah
rempah, Tembakau, Gambir dan Sayur- drastis yakni 18.798 jiwa. Pada akhir perang
sayuran. dunia I atau dekade kedua abad ke 20
Perkembangan selanjutnya tidak terlepas jumlah orang Banjar di Indragiri Hilir
dari upaya pemerintah Kolonial Belanda diperkirakan 20 ribuan jiwa. Secara pasti
yang membangun jalan penghubung dari sulit diketahui jumlahnya, karena wilayah
wilayah pesisir seperti Taluk Kuantan ke Riau sangat luas dan terdiri dari belahan
Sumatera Barat, Taluk Kuantan ke kepulauan yang terletak di selat Malaka
Pekanbaru, dan Taluk Kuantan ke Rengat sampai ke laut Cina Selatan dan belahan
dan selanjutnya ke Tembilahan. Terbukanya daratan di pulau Sumatera berbatasan
arus jalan ini menyebabkan masuknya arus dengan Sumatera Barat, Sumatera Utara
perantau yang datang dengan menggunakan dan Jambi.
kendaraan darat. Kedatangan mereka tidak Berdasarkan cerita tetua Banjar, awalnya
hanya untuk membawa barang-barang mereka datang di distrik Reteh, kemudian
dagangan semata, tetapi untuk merantau pindah ke distrik Penyimahan, lalu dari situ
dengan membuka usaha dagang di mereka menyebar keseluruh onderafdeeling
Tembilahan. Indragiri Hilir. Tetapi mereka lebih dominan
Menurut penuturan salah seorang bermukim di sepanjang sungai Indragiri,
narasumber penelitian, lancarnya aksebilitas mulai dari Kuala Cenaku sampai Perigi Raja
transportasi dari berbagai daerah menuju [2;3;4]. Kenyataan ini menggambarkan
Tembilahan, pada gilirannya akan bahwa orang Banjar dalam kehidupan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan sehari-hari lebih akrab dengan kehidupan
pembangunan kota tersebut, sekaligus pertanian. Karena didistrik yang tercatat itu
percepatan pertambahan jumlah penduduk merupakan daerah pertanian, baik
dengan banyaknya jumlah suku yang persawahan dan perkebunan. Di Indragiri
datang. Hal itu juga sangat berpengaruh Hilir orang Banjar merintis hutan rawa
karena lebih cepatnya terjadi transformasi pasang surut untuk bersawah, berkebun
sosial budaya, yang berpengaruh pula pada kelapa dan karet.
pola interaksi antara pendatang dengan Kalau etnis Bugis awal kedatangannya
penduduk tempatan. Di samping perubahan cenderung bergerak dibidang pertanian
Kota, pertambahan penduduk terjadi akibat seperti orang Banjar. Buktinya dapat dilihat

220 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016


ISSN: 2442-7845 SELODANG MAYANG

bahwa mereka lebih banyak tinggal di erat dengan aktivitas kehidupan mereka
daerah pertanian didistrik Reteh dan Enok. sebagai pedagang. Kebanyakan daerah asal
Dua distrik ini merupakan daerah mereka adalah Danau Singkarak, dan ini
perkebunan kelapa yang luas. Hingga saat sangat erat hubungannya dengan hubungan
ini pun mereka masih mendominasi jumah dagang yang menggunakan transportasi air
penduduk di dua daerah tersebut dan mata sungai Indragiri yang hulu sungainya di
pencarian utama mereka tetap dari hasil Danau Singkarak. Jumlah mereka dari tahun
perkebunan Kelapa. Sementara etnis Cina ke tahun terus meningkat, dan daerah asal
yang ada di Indragiri Hilir ini berasal dari mereka pun semakin luas. Apa lagi
Singapura dan Malaka. Mereka bekerja semenjak dibangunnya jalur darat dari
sebagai pedagang perantara antar etnis Tembilahan-Rengat-Taluk Kuantan ke
yang ada di Indragiri Hilir. Kelompok ini Sumatera Barat.
cenderung tinggal di pasar-pasar tradisional Kelompok migran terakhir yang datang di
yang ada di setiap distrik seperti Indragiri Hilir adalah etnis Jawa dan Sunda.
Tembilahan, Kuala Enok, sungai Luar, Sapat. Kedua etnis ini datang pada mulanya
Orang cina yang ada di Indragiri Hilir dapat sebagai tenaga kerja di perkebunan. Jumlah
kita bedakan kedalam empat kelompok, mereka tidak begitu besar jika dibandingkan
yaitu: (1) orang Cina Tio Tjie, yang dengan etnis lainnya, dan umumnya tinggal
berfrofesi sebagai pedagang. Mereka banyak di kompleks perkebunan. Setelah habis
tinggal di distrik Perigi Raja, Tembilahan, ikatan kerja, banyak dari mereka yang
Reteh, Tempuling, Igal, Khairiah Mandah kemudian tinggal di pusat-pusat kota untuk
dan Kuala Parie, (2) orang Cina Hokkian, bekerja sebagai tenaga professional sebagai
mereka umumnya memiliki usaha perasan tukang, tenaga kuli, pedagang kecil dan
sagu, tinggal di sungai Anak Serka dan sebagainya. Namun ada juga dari etnis ini
Mandah, (3) orang Cina Hailan, mereka yang membuka hutan untuk ditanami padi
adalah orang-orang pemilik kedai kopi yang dan palawija. Dengan demikian di daerah
tinggal di kampung-kampung di sepanjang pinggiran perkebunan tumbuh pemukiman
sungai Indragiri, (4) orang Cina Khec, petani Jawa yang permanen.
Makau, siopu, dan Kongfu yang memiliki Bagi etnis Jawa yang mampu dan berhasil
pekerjaan sebagai tukang kayu [2;3;4]. dalam usahanya, mereka akan mengirim
Pada masa kekuasaan kesultanan anak-anak mereka bersekolah dan dididik
Indragiri, para pedagang Cina tidak hanya menjadi tenaga ahli di Pulau Jawa. Makanya
menjadi pemasok utama kebutuhan rumah tidak mengherankan apabila di pusat-pusat
tangga istana sultan terutama dalam hal kota Tembilahan dekade 1930-an dan 1940-
produk-produk impor, mereka juga menjalin an cukup banyak dijumpai tenaga terdidik
transaksi bisnis dengan kalangan keluarga keturunan Jawa. Suku Jawa terkenal dengan
kerajaan. Sehingga dengan cara seperti itu keuletannya dalam bekerja dan
mereka merasa mendapat perlindungan dari berpengalaman di bidang perkebunan,
pihak kerajaan dan jaringan perdagangan makanya mereka selalu datang dengan
mereka menjadi semakin luas. tujuan bekerja di perkebunan yang luas
Orang Melayu Palembang yang bermukim maupun sempit.
di Indragiri Hilir awal abad 20 juga Sebagai daerah yang terletak dan
merupakan salah satu suku yang tertarik menjadi bagian dari kawasan Melayu, tidak
dengan kondisi kemajuan ekonomi Indragiri mengherankan bahwa masyarakat dan
Hilir. Realitas itu terlihat, bahwa mereka mayoritas penduduknya adalah etnis
menelusuri pantai Timur Sumatera dan Melayu. Orang-orang Melayu di Indragiri
akhirnya menetap di Indragiri Hilir. Mereka Hilir memainkan peranan yang cukup
hampir seluruhnya bergerak dibidang penting di daerah ini, mengingat kalangan
pertanian, khususnya perkebunan kelapa elit penguasa tradisional diduduki oleh
dan mereka banyak tinggal di Distrik generasi orang-orang keturunan Melayu.
Mandah, terutama di Bekawan. Secara turun temurun mereka menguasai
Pada Tahun 1930-an, para perantau dari posisi strategis sebagai pusat kekuasaan
arah pantai Barat Sumatera (orang Minang dan aparat pemerintah. Jumlah penduduk
Kabau) memasuki Indragiri Hilir. Mereka Melayu pada masa kesultanan Indragiri tidak
bekerja lebih dominan sebagai pedagang dapat diketahui dengan pasti, karena pihak
yang tinggal di pasar-pasar, seperti kesultanan tidak pernah mengadakan
Tembilahan, Sapat, Kuala Enok dan sensus penduduk. Namun berdasarkan
Guntung. Mereka banyak membuka sensus yang dilakukan oleh pemerintah
pemukiman dimanapun mereka tinggal kolonial Belanda pada tahun 1916, jumlah
terutama di tempat pemberangkatan dan orang Melayu dalam kekuasaan sultan
kedatangan kapal, sebab hal ini berkaitan Indragiri 25.890 orang. Menurut asal

Peranan Kota Tembilahan Sebagai....(Edi) 221


ISSN : 2442-7845 SELODANG MAYANG

usulnya, etnis Melayu yang ada tersebut DAFTAR PUSTAKA


adalah dari Semenanjung Malaysia yang
meninggalkan daerahnya merantau menuju
[1] Fukuyama, F, Trust:The Social Virtues
and The Creation of Prosperity. New
pulau Sumatera. Jadi terdapat perbedaan
York: The Free Press. 1995
antara suku Melayu yang menghuni daerah
Indragiri dengan suku Melayu yang [2] ANRI. Politik Verslag van Geweest Riouw
mendiami pantai Timur Sumatera [2;3;4]. en Onderhoorigheden, Tweede Half Jaar
Semua kelompok suku yang ada di 1932. Dalam Bundel MvO, serie 4e,
Indragiri Hilir hidup dan berkembang secara Jakarta. Memorie, A. Stuurman,
turun temurun. Mereka hidup berdampingan Onderafdeeling Indragiri 2 Mei 1932,
dan melakukan berbagai interaksi sosial. Bundel MvO Serie Ie. Jakarta: Khasanah
Oleh karena itu, sepanjang sejarah ANRI.
perkembangan sosial di Indragiri Hilir tidak [3] ANRI. Politik Verslag van Geweest Riouw
pernah terjadi komplik sosial atau en Onderhoorigheden, Tweede Half Jaar
peperangan yang bersumber dari perbedaan 1932. Dalam Bundel MvO, serie 4e,
kelompok atau etnis. Bahkan dengan Jakarta: Khasanah ANRI
heterogenitas tersebut menjadikan Indragiri [4] ANRI. Politik Verslag van Geweest Riouw
Hilir berkembang pesat dan membuat en Onderhoorigheden, Tweede Half Jaar
pergeseran dari daerah hutan liar menjadi 1937. Dalam Bundel MvO, serie 4e,
pemukiman dan akhirnya berkembang Jakarta: Khasanah ANRI
menjadi kota-kota sebagai sentra [5] Junus, H. Kerajaan Indragiri. Pekanbaru:
perekonomian yang cukup maju. Universitas Islam Riau Press.2003
[6] Neuman, W. L. Sosial Research Methods
Qualitative and Quantitative Approach.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Boston: Allyn Bacon. 1997
[7] Creswell, J. W. Research Design
Lancarnya arus transportasi, membawa Qualitative & Quantitave Approaches.
pengaruh besar terhadap mobilitas dan SAGE Publications International
perdagangan di daerah ini. Perdagangan Educational and Professional Publisher
mengalami kemajuan pesat berkat adanya Thousand Oaks. London: New Delhi,
pembukaan lahan-lahan perkebunan, 1994
pertumbuhan pemukiman baru dari berbagai [8] Juwono, H dan Hutagalung. Y. Tiga
etnis yang tinggal di Indragiri Hilir. Sebagai Tungku Sajarangan, Sejarah Kesultanan
daerah hinterland yang terletak pada jalur Indragiri sampai Peristiwa 5 Januari
perdagangan, Indragiri Hilir memiliki 1945. Yogyakarta: Ombak, 2005
kepentingan besar dengan proses
perkembangannya sejak tahun 1928. Ini
memang berpengaruh besar pada dunia
perekonomian, pertumbuhan usaha dan
kemajuan daerah, khususnya lagi semenjak
dibukanya hubungan lansung dengan
Singapura sebagai pelabuhan transito
internasional. Jalan-jalan tradisional yang
ada diperbaiki, diperluas, sehingga memberi
peluang semakin mudahnya masyarakat
melakukan aktivitas apapun terutama
kegiatan perekonomian menuju pusat-pusat
kota yang pada umumnya juga menjadi
pusat perdagangan.
Peran serta berbagai etnis yang
bermukim di Indragiri Hilir memberi dampak
positif atas kemajuan daerah ini, terutama
kota Tembilahan sebagai pusat
pemerintahan dan perdagangan terbesar
saat ini. Hingga akhir penelitian ini
dilakukan, peran kota Tembilahan sebagai
pusat perdagangan lintas etnis masih terasa
dengan sangat nyata, namun kondisinya
sudah jauh lebih berbeda, dan jenis
kerjasama perdagangan lintas etnis itupun
berkembang ke berbagai bidang usaha.

222 Jurnal BAPPEDA, Vol. 2 No. 1, April 2016

Anda mungkin juga menyukai