Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Pemuliaan Tanaman

FENOLOGI BUNGA

Nama : M. Rizam Alimuddin


NIM : G011201225
Kelas : Pemuliaan Tanaman E
Asisten : 1. Yuzril Dzul Adza
2. Andre Tjora
3. Aldhi Maulana Malik

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenologi merupakan ilmu tentang periode fase-fase penting yang terjadi
secara alami pada tumbuhan. Berlangsungnya fase-fase tersebut dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan sekitar, seperti lamanya penyinaran, suhu dan kelembaban
udara. Tumbuhan memiliki perilaku yang berbeda pada pola pembentukan dan
perkembangan bunga dan buah, akan tetapi pada umumnya diawali dengan
kemunculan kuncup bunga dan diakhiri dengan pematangan buah (Tabla and
Vargas, 2004). Pemahaman terhadap fenologi tumbuhan bermanfaat mempelajari
biologi reproduksi yang berperan penting dalam programprogram konservasi jenis
tumbuhan yaitu untuk memperoleh bibit generasi baru (Ridesti, 2019).
Fenologi menurut Gill dan Thompson (1977), merupakan studi pengamatan
perkembangan organ tanaman yang berhubungan dengan kondisi lingkungan yang
sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Sumarwoto, 2019). Studi fenologi juga
bermanfaat untuk mengamati perubahan pola dan waktu reproduksi sebagai
respon terhadap perubahan iklim Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga
yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteks ini, satuan bunga yang
menyusun bunga majemuk disebut floret (Ridesti, 2019).
Informasi tentang tahap perkembangan dan struktur buah yang penting bagi
perencanaan program konservasi dan pemuliaan tanaman belum banyak tersedia,
khususnya bagi tumbuhan hutan yang jarang dijumpai bahkan dengan status
langka serta penyebaran yang sangat terbatas (Baskorowati dkk. 2018; Pramono
dkk., 2016). Keberhasilan proses reproduksi suatu tumbuhan bergantung pada
tahapan-tahapan perkembangan yang dimulai dari inisiasi buah sampai
kematangan buah dan biji. Karakter reproduksi sangat berpengaruh terhadap
penyebaran suatu jenis tumbuhan. Mengingat penyebaran jenis D.perfida yang
sangat terbatas dan manfaatnya baik kayu dan buahnya, maka informasi mengenai
fenologi bunga dan buah D. Perfida sangat diperlukan untuk mendukung program
konservasi dan perbanyakannya (Ridesti dkk, 2019).
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan pengamatan mengenai fenologi
bunga untuk mengetahui bagian-bagian bunga serta fungsinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Spermatophyta
Spermatophyta adalah sekelompok tanaman yang memiliki benih sebagai
karakteristik utama. Tanaman berkayu (arbo) adalah tanaman yang berasal dari
kayu, bentuknya besar, dan beragam jenis. Spesimen yang dikoleksi adalah
tumbuhan yang tergolong pada Spermatophyta. Tumbuhan Spermatophyta
memiliki penyebaran yang sangat luas dengan keanekaragaman yang tinggi.
Spermatophyta ini dibagi menjadi kelas Gymnospermae dan Angiospermae.
Gymnospermae disebut juga tumbuhan berbiji terbuka. Pada umumnya biji yang
dihasilkan tidak dilindungi oleh daun buah, tetapi berada di permukaan luar daun
buah dalam susunan strobillus (Tjitrosoepomo, G, 2012). Angiospermae disebut
sebagai tumbuhan berbiji tertutup karena bakal biji tumbuh di dalam daun .
Salah satu contoh tanaman berbiji adalah cabai. Cabai atau lombok
merupakan tanaman semak dari famili Solanaceae, berasal dari benua Amerika
tepatnya daerah Peru dan menyebar ke negara-negara benua Amerika, Eropa dan
Asia termasuk negara Indonesia. Ada dua cabai yang tumbuh dan ditanam di
Indonesia yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum
frutescens L.).Bunga tanaman cabai rawit berada pada ketiak daun, dengan
mahkota berwarna kuning kehijauan atau hijau keputihan dengan bentuk seperti
bintang dan anter memili warna biru Cabai memiliki banyak kandungan gizi dan
vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, B1
dan vitamin C. Cabai juga mengandung lasparaginase dan capsaicin yang
berperan sebagai zat anti kanker. Bunga cabai rawit berbentuk seperti terompet
atau bintang dengan warna bunga umumnya putih (Agustina, 2014).
Warna daun cabai di permukaan atas berwarna hijau tua dan dibawah
permukaan bawah berwarna hijau muda atau hijau terang. Warna batang Bunga
cabai rawit berbentuk seperti terompet atau bintang dengan warna bunga
umumnya putih, rawit berwarna hijau gelap berbentuk bulat dan memiliki struktur
yang keras dan berkayu. Bunga cabai rawit berbentuk seperti terompet atau
bintang dengan warna bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis cabai
yang memiliki warna bunga ungu.Bunga tanaman cabai rawit berada pada ketiak
daun, dengan mahkota berwarna kuning kehijauan atau hijau keputihan dengan
bentuk seperti bintang dan anter memili warna biru (Effendi, 2018).
2.2 Bunga Sempurna dan Tidak Sempurna
Bunga sempurna adalah bunga yang memiliki benang sari (alat kelamin jantan
bunga) dan putik (alat kelamin betina). Bunga tidak sempurna adalah bunga yang
hanya terdapat benang sari saja atau hanya terdapat putik saja. Menurut Sari
(2017), perbedaan bunga sempurna dan tidak sempurna adalah:
1. Pada bunga sempurna terdapat benang sari dan putik, sedangkan pada
bunga tidak sempurna hanya memiliki salah satu kelamin yaitu memiliki
benang sari saja atau kepala putik saja.
2. Mahkota bunga sempurna cenderung lebih menarik, sedangkan mahkota
bunga tidak sempurna tidak menarik.
3. Bunga sempurna banyak mengandung nektar atau madu sedangkan bunga
tidak sempurna sedikit mengandung nektar atau madu. Ternyata pada
sebagian tumbuhan, bunga merupakan cara tumbuhan untuk
memperbanyak dirinya atau berkembang biak. Sebagai contoh, bunga
akan menghasilkan buah dan pada akhirnya menghasilkan biji.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan
alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga sempurna atau
bunga lengkap (flos completes) yaitu bunga yang terdiri dari kelopak, tajuk bunga
atau mahkota bunga, benang sari dan putik. Bunga sempurna kedua bagian fertil
atau reproduksinya (stamen dan pistilum) ada dalam satu bunga. Bunga seperti ini
dinamakan pula bunga hermaphrodit. Bunga sempurna belum tentu merupakan
bunga lengkap karena tidak memiliki kelopak atau mahkota bunga (Sari, 2017).
Bunga tidak sempurna adalah bunga yang tidak memiliki serbuk sari atau
putik. Bunga tidak sempurna hanya memiliki satu macam alat reproduksi yaitu
stamen atau pistilum saja. Bunga disebut uniseksual jika hanya memiliki satu
organ reproduksi. Disebut staminat (bunga jantan) jika hanya memiliki benang
sari sedangkan karpelat jika bunga tersebut bunga betina hanya memiliki putik
saja. Jika bunga staminat dan karpelat terdapat pada individu yang sama, maka
disebut berumah satu (monoecious). Sebaliknya, suatu bunga spesies berumah dua
atau dioecious memiliki bunga staminat dan karpelat pada tumbuhan yang
berbeda. Bunga sempurna belum tentu merupakan bunga lengkap. Sedangkan
bunga tidak sempurna (imperfect flower), adalah bunga yang hanya memiliki
salah satu macam alat reproduksi, yaitu putik atau benang sari saja. Bunga seperti
ini juga dinamakan bunga uniseksual (Sari, 2017).
2.3 Bunga Lengkap dan Tidak Lengkap
Kelompok bunga berdasarkan kelengkapan komponen penyusun bunga ini
adalah ada atau tidak adanya benang sari, putik, mahkota, dan kelopak bunga.
Kelompok bunga ini terdiri dari bunga lengkap dan bunga tak lengkap. Bunga
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan kelengkapan perhiasan
bunganya, organ atau bagian reproduksinya, simetri bunganya, dan letak ovarium
terhadap perhiasan bunga. Bunga yang tidak lengkap (incomplete flower), adalah
bunga yang kehilangan atau tidak memiliki salah satu dari empat bagian bunga
(kelopak, mahkota, putik, dan benang sari) (Sari, 2017).
Bunga dapat dibedakan berdasarkan kelengkapan perhiasan bunga menjadi
bunga lengkap (complete flower), yaitu bunga yang memiliki keempat macam
organ atau bagian bunga, yaitu sepal, petal, stamen, dan putik (pistilum). Sepal
merupakan bagian terluar bunga. Mahkota bunga (petal) merupakan bagian yang
lebih besar dari kelopak bunga. Benang sari (stagmen) merupakan organ
perkembangbiakan (alat kelamin) jantan pada tumbuhan. Putik (carpel) terletak
dibagian pusat bunga setelah benang sari (Sari, 2017).
Bunga tidak lengkap, yaitu bunga yang kehilangan satu atau lebih bagian
bunga. Sehingga disebut sebagai bunga tidak lengkap, karena salah satu bagian
tersebut tidak ada atau tidak dimiliki. Pada umumnya bunga tidak lengkap hanya
memiliki satu alat produksi saja. Sebagai contoh, sebagian besar rumput memiliki
bunga tidak lengkap karena tidak memiliki mahkota bunga (Sari, 2017).
2.4 Pembentukan Bunga
Secara umum, tahapan perkembangan organ generatif (bunga-buah) terbagi
dalam 5 fase yaitu: pembentukan bunga, penyerbukan dan pembentukan
buah/benih, pertumbuhan buah, pemasakan buah/benih, dan penyebaran. Fase
atau tahap pembentukan bunga merupakan suatu tahapan perkembangan awal dari
pembungaan pembuahan yang dimulai dari terbentuknya tunas generatif atau
tunas primordia bunga hingga bunga mekar. Setelah tanaman diinduksi menjadi
bunga, gen meristem bunga menginduksi ekspresi gen identitas organ bunga yang
mengarahkan pembentukan primordia organ bunga di meristem. Pembentukan
bunga dihasilkan dari kompetisi antara hormon bunga dan inhibitor. Hormon
bunga bergerak ke atas dan ke bawah dari daun ke apeks melalui floem.
Pergerakan mereka mungkin terhambat karena aliran massa asimilat dan mungkin
oleh inhibitor. Tahap utama dari siklus hidup pada bunga adalah benih,
perkecambahan, pertumbuhan, reproduksi, penyerbukan, kemudian tahap
penyebaran benih (Annisa, 2017).
Hampir semua keanekaragaman menggambarkan kemampuan adaptasi bunga
terhadap polinator (penyerbuk) yang berbeda-beda. Penyerbukan (pollination)
dapat terjadi ketika serbuk sari yang terlepas dari kepala sari dan dibawa angin
atau hewan mendarat di kepala putik yang lengket yang terletak di ujung putik.
Tabung serbuk sari tumbuh ke bagian bawah karpel dan menuangkan sel-sel
sperma ke dalam kantong embrio, menyebabkan terjadinya pembuahan sel.
Masing-masing zigot akan menjadi embrio, dan saat embrio tumbuh, bakal biji
berkembang menjadi biji. Ovarium keseluruhannya, kemudian berkembang
menjadi buah yang mengandung satu atau lebih tergantung pada (Annisa, 2017).
Fase atau tahap pembentukan bunga merupakan suatu tahapan perkembangan
awal dari pembungaan pembuahan yang dimulai dari terbentuknya tunas generatif
atau tunas primordia bunga (apeks meristem reproduksi) hingga bunga mekar
(anthesis) (Annisa, 2017).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di Jl. Sukaria, Makassar, Sulawesi Selatan
pada hari minggu, 26 september 2021.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah Hp, Laptop, Kertas HVS, Pensil dan Pulpen.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Bunga kembang sepatu (Hibicus rosa-
sinensis), bunga Kertas, dan bunga Pepaya.
3.3 Metode Praktikum
Metode praktikum fenologi bunga adalah sebagai berikut :
1. Mengambil contoh bunga lengkap, tidak lengkap, sempurna dan tidak
sempurna masing-masing satu.
2. Menggambarkan bunga dan menyebutkan bagian – bagian bunga.
3. Menentukan jenis tanaman tersebut berdasarkan : struktur morfologi
bunga, kelengkapan organ seksual, dan tipe penyerbukannya.
4. Memberikan pembahasan umum pada lembar tersendiri.
5. Membuat laporan individu.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 1. Bunga lengkap ( Bunga kembang sepatu)

Gambar 2. Bunga tidak sempurna ( Bunga Pepaya)

Gambar 3. Bunga sempurna ( Bougenville / Bunga kertas)

Bunga Bougenville (Bougainvillea) berasal dari Negara Amerika Serikat.


Tanaman ini merupakan salah satu family dari Nytaginaceae. Bunga bougenville
sering diminati oleh banyak orang karena bentuknya yang cantik serta warna yang
beragam. Bunga ini sangat tipis, maka tak heran jika sering disebut-sebut sebagai
bunga kertas. Biasanya bunga bougenville akan menggugurkan daun-daunnya
ketika sedang berbunga sehingga akan terlihat bunga saja dan dilengkapi dengan
daun pelindung. Bunga bougenville termasuk bunga sempurna dan bunga
lengkap. Bunga bougenville tergolong bunga sempurna karena memiliki putik dan
benang sari dalam satu duduk sehingga sangat mudah untuk melakukan
penyerbukan. Bunga bougenville termasuk bunga lengkap karena memiliki bagian
utama bunga. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki 4 bagian
utama bunga, yaitu kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari (stamen), dan
putik (pistil). Bunga bougenville dapat melakukan penyerbukan sendiri maupun
dengan bantuan angin dan serangga (Wulandari, 2018).
Dari hasil identifikasi, diketahui bahwa Bunga Pepaya (Carica papaya L.)
termasuk kedalam kelompok tanaman dengan jenis bunga yang tidak sempurna
sebab dalam satu sistem bunga dari tanaman ini memisahkan antara bunga jantan
dan bunga betina, sehingga bunga jantan dan bunga betina masing-masing berdiri
sendiri, namun berada di satu tangkai. Tipe penyerbukan pada pepaya terbagi
menjadi dua, yaitu tanaman menyerbuk sendiri dan tanaman menyerbuk silang.
Sejalan dengan Budiyanti (2016), pepaya yang mempunyai tipe bunga
hermaprodit yang bersifat kleistogami termasuk dalam kelompok pepaya
menyerbuk sendiri. Tanaman pepaya mempunyai tiga jenis kelamin bunga, yaitu
tanaman jantan, tanaman betina, dan tanaman sempurna. Tanaman jantan hanya
menghasilkan bunga jantan, tanaman betina hanya menghasilkan bunga betina
(tanpa adanya serbuk sari), dan tanaman sempurna menghasilkan dua jenis bunga,
yaitu bunga jantan dan bunga sempurna.
4.2. Pembahasan
Bunga bougenville atau yang biasa disebut bunga kertas adalah salah satu
bunga sempurna yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Bunga ini
memiliki putik dan benang sari dalam satu duduk bunga sehingga sangat mudah
menyerbuk. Bagian-bagian bunga kertas terdiri atas daun pemikat, putik, benang
sari, dan mahkota bunga. Panjang daunnya sekitar 4-10 cm dan lebarnya adalah
26 cm. Bunga kertas (Bougenville) memiliki bentuk yang kecil dan memiliki tiga
kelopak bunga dan di setiap satu bunga, memiliki daun pelindung dengan ukuran
yang cukup besar (Budiyanto, 2020).
Bunga pepaya terdiri dari kelopak (calix), mahkota (corolla), benang sari
(stamen), dan putik. Benang sari terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tangkai sari
(filamentum), dan kepala sari (antera). Tangkai sari, yaitu bagian bunga yang
berbentuk benang dengan penampang melintang yang pada umumnya berbentuk
bulat, sedangkan kepala sari, yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung
tangkai sari. Di dalam ruang sari terdapat serbuk sari (polen), yaitu sel-sel kelamin
jantan atau gamet jantan yang berguna untuk penyerbukan. Tanaman pepaya
mempunyai tiga jenis kelamin bunga, yaitu tanaman jantan, tanaman betina, dan
tanaman sempurna. Tanaman jantan hanya menghasilkan bunga jantan, sedangkan
tanaman betina pepaya hanya menghasilkan bunga betina (tanpa adanya serbuk
sari), dan tanaman sempurna pepaya menghasilkan dua jenis bunga, yaitu bunga
jantan dan bunga sempurna (Schweiggert, 2012).
Tanaman pepaya mempunyai tiga jenis kelamin bunga, yaitu tanaman
jantan, tanaman betina, dan tanaman sempurna. Pepaya jantan mudah dikenal
karena ia memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan
bercabangcabang. Bunga pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah
bunga jantan. Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak
berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah. Pepaya betina hanya
menghasilkan bunga betina, bakal buahnya sempurna dan tidak berbenang sari,
untuk dapat menjadi buah harus diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya betina
berbunga sepanjang tahun, buah bulat bertangkai pendek. Pepaya sempurna
memiliki bunga yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah dan benang
sari. Oleh karena itu dapat melakukan penyerbukan sendiri (Schweiggert, 2012).
Bunga sepatu termasuk ke dalam kategori bunga lengkap yang memiliki
bagian utama (putik dan benang sari) dan bagian aksesoris (daun mahkota dan
daun kelopak sebagai daun perhiasan serta dasar bunga dan tangkai bunga).
Bunga kembang sepatu adalah bunga semak belukar yang selalu hijau atau pohon
kecil yang tumbuh setinggi 2,5–5 m dan 1,5–3 m, dengan daun mengkilap dan
soliter, petal bunga kembang sepatu berdiameter 10 cm, dengan kepala sari merah
berujung oranye yang menonjol. Akarnya adalah akar tunggang bercabang.
Batangnya tegak, hijau, silindris dan bercabang. Daunnya sederhana, dengan
phyllotaxy alternatif dan petiolate. Bentuk daun bunga kembang sepatu adalah
bulat telur, ujungnya lancip dan tepinya bergerigi (Nursia, 2013).
Bunga jagung merupakan bunga tidak lengkap, dimana bunga betina dan
jantan terpisahakan tetapi masih dalam satu batang yang sama. Hal yang unik dari
tanaman jagung dibanding dengan tanaman serealia yang lain ialah karangan
bunganya. Jagung merupakan tanaman berumah satu
4.2.1 Bunga Sempurna dan Bunga Tidak Sempurna
Bunga bougenville atau yang biasa disebut bunga kertas adalah salah satu
bunga sempurna yang banyak dibudidayakan masyarakat Indonesia. Bunga ini
memiliki putik dan benang sari dalam satu duduk bunga sehingga sangat mudah
menyerbuk. Bagian-bagian bunga kertas terdiri atas daun pemikat, putik, benang
sari, dan mahkota bunga. Panjang daunnya sekitar 4-10 cm dan lebarnya adalah 26
cm. Bunga kertas (Bougenville) memiliki bentuk yang kecil dan memiliki tiga
kelopak bunga dan di setiap satu bunga, memiliki daun pelindung dengan ukuran
yang cukup besar (Budiyanto, 2020).
Bunga pepaya terdiri dari kelopak (calix), mahkota (corolla), benang sari
(stamen), dan putik. Benang sari terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tangkai sari
(filamentum), dan kepala sari (antera). Tangkai sari, yaitu bagian bunga yang
berbentuk benang dengan penampang melintang yang pada umumnya berbentuk
bulat, sedangkan kepala sari, yaitu bagian benang sari yang terdapat pada ujung
tangkai sari. Di dalam ruang sari terdapat serbuk sari (polen), yaitu sel-sel kelamin
jantan atau gamet jantan yang berguna untuk penyerbukan. Tanaman pepaya
mempunyai tiga jenis kelamin bunga, yaitu tanaman jantan, tanaman betina, dan
tanaman sempurna. Tanaman jantan hanya menghasilkan bunga jantan, sedangkan
tanaman betina pepaya hanya menghasilkan bunga betina (tanpa adanya serbuk
sari), dan tanaman sempurna pepaya menghasilkan dua jenis bunga, yaitu bunga
jantan dan bunga sempurna (Schweiggert, 2012).
Tanaman pepaya mempunyai tiga jenis kelamin bunga, yaitu tanaman
jantan, tanaman betina, dan tanaman sempurna. Pepaya jantan mudah dikenal
karena ia memiliki bunga majemuk yang bertangkai panjang dan
bercabangcabang. Bunga pertama yang terdapat pada pangkal tangkai adalah
bunga jantan. Bunga jantan ini memiliki ciri-ciri putik atau bakal buah yang tidak
berkepala karenanya tidak dapat menjadi buah. Pepaya betina hanya menghasilkan
bunga betina, bakal buahnya sempurna dan tidak berbenang sari, untuk dapat
menjadi buah harus diserbuki bunga jantan dari luar. Pepaya betina berbunga
sepanjang tahun, buah bulat bertangkai pendek. Pepaya sempurna memiliki bunga
yang sempurna susunannya, ia memiliki bakal buah dan benang sari. Oleh karena
itu dapat melakukan penyerbukan sendiri (Schweiggert, 2012).
4.2.2 Bunga Lengkap dan Bunga Tidak Lengkap
Bunga sepatu termasuk ke dalam kategori bunga lengkap yang memiliki
bagian utama (putik dan benang sari) dan bagian aksesoris (daun mahkota dan
daun kelopak sebagai daun perhiasan serta dasar bunga dan tangkai bunga). Bunga
kembang sepatu adalah bunga semak belukar yang selalu hijau atau pohon kecil
yang tumbuh setinggi 2,5–5 m dan 1,5–3 m, dengan daun mengkilap dan soliter,
petal bunga kembang sepatu berdiameter 10 cm, dengan kepala sari merah
berujung oranye yang menonjol. Akarnya adalah akar tunggang bercabang.
Batangnya tegak, hijau, silindris dan bercabang. Daunnya sederhana, dengan
phyllotaxy alternatif dan petiolate. Bentuk daun bunga kembang sepatu adalah
bulat telur, ujungnya lancip dan tepinya bergerigi (Nursia, 2013).
Bunga jagung merupakan bunga tidak lengkap, dimana bunga betina dan
jantan terpisahakan tetapi masih dalam satu batang yang sama. Hal yang unik dari
tanaman jagung dibanding dengan tanaman serealia yang lain ialah karangan
bunganya. Jagung merupakan tanaman berumah satu (monoecious) di mana bunga
jantan terbentuk pada ujung batang, sedangkan bunga betina terletak pada
pertengahan batang. Penyerbukan dilakukan dengan bantuan angin dan terkadang
serangga (Rangkuti, 2015).
Tanaman jagung bersifat protrandi di mana bunga jantan umumnya
tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina. Oleh karena
bunga jantan dan bunga betina terpisah ditambah dengan sifatnya yang protrandi,
maka jagung mempunyai sifat penyerbukan silang. Produksi tepung sari (polen)
dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bunga
jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filarnen dan lemma. Adapun
bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji,
calon janggel, penutup kelobot dan rambut-tambut (Rangkuti, 2015).
Monoecious) di mana bunga jantan terbentuk pada ujung batang,
sedangkan bunga betina terletak pada pertengahan batang. Penyerbukan dilakukan
dengan bantuan angin dan terkadang serangga (Rangkuti, 2015).
Tanaman jagung bersifat protrandi di mana bunga jantan umumnya
tumbuh 1-2 hari sebelum munculnya rambut pada bunga betina. Oleh karena
bunga jantan dan bunga betina terpisah ditambah dengan sifatnya yang protrandi,
maka jagung mempunyai sifat penyerbukan silang. Produksi tepung sari (polen)
dari bunga jantan diperkirakan mencapai 25.000-50.000 butir tiap tanaman. Bunga
jantan terdiri dari gluma, lodikula, palea, anther, filarnen dan lemma. Adapun
bagian-bagian dari bunga betina adalah tangkai tongkol, tunas, kelobot, calon biji,
calon janggel, penutup kelobot dan rambut-tambut (Rangkuti, 2015).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
bunga adalah alat perkembangbiakan generatif tumbuhan biji tertutup yang
melalui proses penyerbukan. Penyerbukan adalah bertemunya benang sari dan
kepala putik atau bakal biji. Penyerbukan terdiri dari penyerbukan silang dan
penyerbukan sendiri. Bagian-bagian bunga terdiri dari mahkota, kelopak, benang
sari, putik, dasar bunga, dan tangkai bunga.
5.2 Saran
Praktikan mempelajari terlebih dahulu mengenai morfologi dan struktur
bunga sebelum mengidentifikasi suatu tanaman bunga agar mampu memahami
dengan benar penggolongan jenis bunga. Baik berdasarkan alat reproduksinya
maupun jenis penyerbukannya.  
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, S., Widodo, P. dan Hidayah, H.A., 2014. Analisis Fenetik Kultivar
Cabai Besar Capsicum Annuum L. dan Cabai Kecil Capsicum Frutescens
L. Scripta Biologica, 1(1), pp.113-121.
Annisa, R., Fakhrurrozi, Y. dan Rahayu, S., 2017. Proses Pembungaan Beberapa
Varietas Hoya Coronaria Dari Kawasan Hutan Kerangas Air Anyir,
Bangka. EKOTONIA: Jurnal Penelitian Biologi, Botani, Zoologi dan
Mikrobiologi, 2(1), pp.10-19.
Bahriannur, B., 2014. Inventarisasi Jenis Tumbuhan Herba Di lingkungan
Kampus STAIN Palangka Raya (Doctoral dissertation, IAIN Palangka
Raya).
Budiyanto, M.A.K., Rahardjanto, A. dan Waluyo, L., 2020. Mastery Of Sumber
Urip-1 Farmer Group In Malang Regency In The Production And
Application Of Organic Auxins And Gibberellins. Journal of Community
Service and Empowerment, 1(2), pp.64-72.
Effendi, M.A., Asyari, H. dan Gultom, T., 2018. Identifikasi Keragaman Species
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) Berdasarkan Karakter Morfologi Di
Kabupaten Deli Serdang.
Fananiar, A., Hidayati, N.R. dan Widiyanto, J., 2019. Identifikasi Keragaman
Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) Di Kawasan Pesisir Pantai Soge
Pacitan. In Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS (Vol. 3).
Harmiatun, Y., 2016. Fenologi Pembungaan Pada Tanaman Wijaya Kusuma
(Ephiphylum oxypetalum). Jurnal Pro-Life: Jurnal Pendidikan Biologi,
Biologi, dan Ilmu Serumpun, 3(3), pp.181-194.
Nursia, W.O., Munir, A. dan Sudrajat, H.W., 2013. Studi Morfologi Serbuk Sari
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). AMPIBI: Jurnal Alumni
Pendidikan Biologi, 1(2), pp.43-45
Pratiwi, H.A., Cahyanti, M. dan Lamsani, M., 2021. Implementasi Deep Learning
Flower Scanner Menggunakan Metode Convolutional Neural Network.
Sebatik, 25(1), pp.124-130.
Rangkuti, K., Siregar, S., Thamrin, M. dan Andriano, R., 2015. Pengaruh Faktor
Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Petani Jagung. AGRIUM: Jurnal
Ilmu Pertanian, 19(1).
Sari, N.K.Y., 2017. Struktur Morfologi Bunga Dan Anatomi Serbuk Sari Buah
Naga Super Merah (Hylocereus costaricensis). Jurnal Media Sains, 1(2).
Schweiggert, R.M., Steingass, C.B., Esquivel, P. dan Carle, R., 2012. Chemical
And Morphological Characterization Of Costa Rican.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai