Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Pelayanan Kesehatan Reproduksi
DOSEN PEMBIMBING :
Hellen F, S.ST, M. Kes.
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
1. RANTI NUR EKA PRATIWI
2. RIZKI ANGGRAINI
3. SEPTI
4. SRI NURHAYATI
5. SUCI LANAVIA
6. YURIDA AKBAR
Segala puji bagi Allah swt. Yang telah menciptakan kami dengan akal dan
budi, kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan
teman – teman yang menginspirasi. Karena berkat rahmat – Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teknologi Kebidanan Tepat Guna.
Shalawat beriring salam kami sampaikan juga kepada Nabi Besar Muhammad
saw. Sebagai suri tauladan atas umatnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………… i
Bab I Pendahuluan………….…………………………………………..
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang
ini sangat mendukung dalam kehidupan manusia di Indonesia bahkan di dunia,
penemuan yang setiap waktu terjadi dan para peneliti terus berusaha dalam
penelitiannya demi kemajuan dan kemudahan dalam beraktivitas.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang
mulai dari peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta
spesialis tidak mau ketinggalan untuk bisa memiliki dan memahami wawasan
serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali
teori-teori serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis
kesehatan reproduksi.Wilayah keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi
mengemban tugas untuk bisa menolong para pasien yang mana demi kesehatan,
kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan kodratnya sebagai
perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan
atau spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-
istri atau perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi
kesehatan, dan kesejahteraan meraka.
B. Rumusan Masalah
Apa saja tehnologi dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan kb
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa saja tehnologi dalam pelayanan kesehatan
reproduksi dan kb
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
9. Umbilical Cord Clem Nylon
10. Tourniquet
3
6. Hasil diagnosa akan lebih akurat, cepat, dan tepat
4
4) Kesehatan reproduksi remaja.
c) Hak-hak reproduksi
Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan, disepakati,
bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh, baik
kesehatan rohani dan jasmani, meliputi :
1) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4) Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
6) Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual
8) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
9) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
kehidupan kesehatan reproduksi
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi
5
dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif
(Soetjiningsih,2004).
Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa
pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas
(Widyastuti Yani, 2009).
3. Perubahan pada remaja
1) Perubahan Fisik
Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan
laki-kali memasuki usia antara 9 – 15 tahun, pada saat itu mereka tidak hanya
tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja.
2) Mimpi basah
Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma bisa
dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma
melalui penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja
laki-laki) melalui mimpi basah.
3) Proses terjadinya menstruasi
Menstruasi terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi
oleh sel sperma dalam rahim. Sel telur tersebut menempel pada dinding
rahim dan membentuk lapisan, kemudian menipis dan luruh keluar melalui
mulut rahim dan vagina dalam bentuk darah, yang biasanya terjadi antara
3-7 hari. Jarak antara satu haid dengan haid berikutnya tidak sama pada
setiap orang. Adakalanya 21 hari atau bisa juga 35 hari.
4. Alat reproduksi
1) Pada perempuan
Bibir luar dan labia minora
Kelentit (clitoris)
Lubang vagina
Rambut kemaluan (mons veneris)
Vagina
Mulut rahim (cervix)
Rahim (uterus)
Sal telur (tuba fallopi ) dan Indung telur (ovarium)
6
2) Pada laki-laki
Zakar (penis)
Buah zakar (testis)
Saluran zakar (uretra)
Skrotum
Sal sperma (vas deferens)
Kelenjar prostat
Bladder (kandung kencing)
2. Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma.
Syarat-syarat kontrasepsi yang ideal antara lain:
Dapat dipercaya
Tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
Tidak memerlukan motivasi terus-menerus
Mudah pelaksanaannya
Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
7
Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.
Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur secara rasional
berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti:
a. Masa menunda kehamilan
b. Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan
c. Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.
d. Jenis- Jenis Akseptor KB
Menurut Handayani (2010) jenis akseptor KB sebagai berikut
Akseptor KB baru
Akseptor KB baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pertama kali
menggunakan kontrasepsi setelah mengalami kehamilan yang berakhir
dengan keguguran atau kelahiran.
Akseptor KB lama
Akseptor KB lama adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan
kunjungan ulang termasuk pasangan usia subur yang menggunakan alat
kontrasepsi kemudian pindah atau ganti ke cara atau alat yang lain.
Akseptor KB aktif
Peserta KB aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang pada saat ini
masih menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi.
e. Alat Kontrasepsi
Jenis-Jenis Kontrasepsi
Menurut Saifiddin (2008) dan (Hartanto 2002).
1) Metode Sederhana (Tanpa alat)
Jenis (KB alamiah)
Metode kelender
Metode suhu badan basal (Thermal)
Metode lender serviks (Billings)
2) Senggama terputus (Coitus interuptus) dengan alat
Jenis Barrier
Kondom
8
Diafragma
Kimiawi : Spermisid vaginal
Metode moderen (Kontrasepsi hormonal) : PIL, Implant, IUD
3) Kontrasepsi mantap
a) MOW (Medis Operatif Wanita)
b) MOP (Medis Operatif Pria).
9
3. Jenis Lima Imunisasi Lengkap
a. BCG
b. Hepatitis B
c. Polio
d. DPT
e. Campak
4. Vit K
Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki
peranan penting dalam mengaktifkan zat-zt yang berperan dalam
pembekuan darah, diantaranya zat yang dikenal dengan protrombin dan
faktor-faktor pembekuan.
3 bentuk Vitamin K :
a. Vitamin K1 (phytomenadione) terdapat pada sayuran hijau
b. Vitamin K2 (menaquinone) bakteri normal usus
c. Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetik
5. ALAT
a. Inkubator : Alat yang berfungsi untuk Kelahiran bayi prematur agar
berat badan bertambah.
b. Blue light merupakan alat yang berfungsi untuk bayi Ikterus
6. Prosedur IMD
a. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini : pentingnya kontak kulit dan IMD
karena mendarangkan manfaat yang sangat banyak bagi bayi
khususnya.
b. Metode Kanguru merupakan metode perawatan dini dan terus
menerus dengan sentuhan kulit ke kulit antara bayi prematur dan
BBL dalam posisi seperti Kanguru. Prinsip metode kanguru
menggantikan perawatan bayi baru lahir dalam inkubator seperti
ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan
mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal yaitu 36,5-37,5
10
7. ASI eksklusif
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saj pada bayi sejak usia 0
sampai 6 bulan tanpa penambahan apapun, air juga tidak karena
lambung bayi sangat kecil. ASI saja sudah memenuhi kebutuhan bayi
secara sempurna.
8. Skrining
Skrining (screening) adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas
dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang
dapat digunakan secara cepat untuk membedakan orang-orang yang
kelihatannya sehat tetapi sesunguhnya menderita suatu kelainan.
Test skrining dapat dilakukan dengan :
Pertanyaan (anamnesa)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
9. Baby Masssage
Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia. Sentuhan dan pijat
pada bayi atau dikenal dengan baby massage setelah kelahiran dapat
memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat
mempertahankan perasaan aman pada bayi.
11
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu
pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi
baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan
sehat, yang meliputi :
Pemeriksaan dan perawatan Bayi Baru Lahir
Perawatan Tali pusat
Melaksanakan ASI Eksklusif
Memastikan bayi telah diberi Injeksi Vitamin K1
Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi
bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah
pemberian ASI.
Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada
waktu perawatan bayi baru lahir
Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan Buku KIA.
Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teknologi Tepat Guna merupakan teknologi yang telah dikembangkan
secara tradisional dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan
lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat setempat.
Sebelum menggunakan TTG, terlebih dahulu kita lakukan penerapan dari
TTG tersebut kepada masyarakat. Dengan adanya penerapan ini di harapkan
masyarakatnya berubah dan mengerti tentang manfaat TTG dan mampu
menggunakan TTG tersebut dengan sebaik mungkin. Sehingga penggunaa
dari TTG tersebut bermanfaat bagi masyarakat, yaitu dapat memenuhi
kebutuhan individu atau masyarakat karena kebutuhan masyarakat semakin
hari semakin meningkat.
B. Saran
Teknologi tepat guna apabila dimanfaatkan dengan baik maka akan
memperoleh hasil yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
13