Anda di halaman 1dari 27

PEMBAYARAN GANTI RUGI BAGI KORBAN JARIMAH JINAYAT

MENURUT PERSPEKTIF PRAKTISI HUKUM KOTA LANGSA

Nairazi AZ
Dosen Tetap Prodi Hukum Pidana Islam (Jinayah)
Fakultas Syariah IAIN Langsa
ABSTRAK
Pemberian kompensasi kepada korban jangan lagi dibebankan dengan syarat-syarat
administrasi, dan baitul mal menyalurkan berdasarkan keputusan yang dibuat oleh
hakim. Dalam hal diyat baik itu pembunuhan maupun pemerkosaan adalah
kewenangan korban dan bukan hakim. Di dalam KUHP, bagi tindak pidana diatur
mengenai ganti rugi, akan tetapi besaran ganti rugi yang diterima oleh korban
hanya maksimal sebesar Rp. 2.500.000. Seharusnya bentuk denda yang dibayarkan
oleh pelaku jangan lagi masuk ke dalam kas negara, akan tetapi denda tersebut
diberikan kepada korban. Sedangkan untuk jarimah pemerkosaan yang pernah
diadili oleh Mahkamah Syar’iyah Kota Langsa terjadi pada tahun 2016. Dan di
dalam tuntutan korban yang dituangkan oleh Jaksa Penuntut Umum, tidak adanya
tuntutan yang tersalin dalam berkas tersebut mengenai prihal ganti rugi, dan hakim
tidak mungkin memutuskan suatu perkara yang tidak ada tuntutan, karena hal
tersebut dapat dikatakan sebagai ultra petita. Adapun implementasi mengenai
pembayaran uqubat ta’zir dalam Qanun Baitul Mal No. 10 Tahun 2018, teknis
pembayaran dilakukan dengan pembukaan rekening khusus daerah untuk
menerima dana ta’zir tersebut. Akan tetapi sampai saat ini, Pemerintah Kota
Langsa belum mengintruksikan kepada pihak Baitul Mal untuk membuka rekening
tersebut, dikarenakan Juknis mengenai hal itu belum diatur secara terperinci baik
melalui Pergub maupun Perwal.
Keyword: Pembayaran Ganti Rugi, Korban Jarimah Jinayat, Perspektif, Praktisi
Hukum

Providing compensation to victims should not be subject to administrative


requirements, and baitul mall distributes based on decisions made by judges. In the
case of diyat, both murder and rape are the authority of the victim and not the
judge. In the Criminal Code, criminal offenses are regulated regarding
compensation, but the amount of compensation received by victims is only a
maximum of Rp. 2,500,000. The form of fines paid by the perpetrators should no
longer go into the state treasury, but the fines are given to victims. As for the rape
that was tried by the Langsa City Syar'iyah Court, it occurred in 2016. And in the
victim's claim set forth by the Public Prosecutor, there were no claims made in the
file regarding the matter of compensation, and the judge could not have decided on
a cases that have no claim, because it can be said to be ultra petita. As for the
implementation of ta'zir uqubat payment in Baitul Mal Qanun No. 10 of 2018,
technical payments are made by opening a special regional account to receive the
96
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 97

ta'zir funds. However, until now, the Langsa City Government has not instructed
the Baitul Mal to open the account, because the Technical Guidelines on this matter
have not been regulated in detail either through Pergub or Perwal.
Keyword: Compensation Payment, Victim Jarimah Jinayat, Perspective, Legal
Practitioner

A. PENDAHULUAN hak Allah (haqqullah), sedangkan


Dalam Islam telah diatur mahar adalah hak manusia (Haqqun
mengenai perlindungan hukum Adam). Dalam hal ini, kedua-duanya
terhadap korban tindak pidana yaitu boleh dikumpulkan dalam satu
berbentuk ganti kerugian (diyat). Dan hukuman, sebagaimana orang yang
diyat adalah hukuman pokok untuk mencuri, selain dikenai sanksi potong
tindak pidana pembunuhan dan tangan (hadd shariqah) yang
penganiayaan baik sengaja dan tidak merupakan (Haqqullah), juga
sengaja (khata’). Meskipun bersifat diwajibkan mengembalikan harta
hukuman, namun harta yang yang dicuri yang merupakan (Haqqul
diberikan untuk korban atau Adami).2
keluarganya, bukan untuk Dalam dimensi Hukum
perbendaharaan Negara. 1 Pidana Islam, seluruh pihak berkaitan
Imam Syafi'I juga dengan perbuatan tindak pidana akan
menyatakan hukuman terhadap dilindungi hak-haknya, berupa
pelaku pemerkosaan selain kewajiban perlindungan hukum bagi korban,
membayar mahar, juga mendapatkan khususnya perkosaan yang dibuktikan
sanksi hadd zina. Pendapat ini juga dengan adanya hukuman tambahan
dinyatakan oleh Imam al-Laits, dan yang dibebankan kepada pelaku
diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin perkosaan berupa pemberian ganti
Abi Thalib menyatakan hal yang kerugian atau dalam literatur fiqh
sama. Bahwa hadd zina merupakan dikenal at-ta'wid dalam bentuk as-

1
Muslich, Ahamd Wardi.,
Pangantar dan Asas Hukum Pidana Islam:
2
Fiqh Jinayah, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Lihat, al-Muntaqa Syarah al-
h. 155 Muwatha', Juz V/268-269
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 98

shadaq kepada pihak korban. 3 Setiap pemerkosaan yang tertuang di dalam


orang (lelaki) yang memperkosa Pasal 51 yang berbunyi:
wanita, baik gadis maupun janda (1) Dalam hal ada permintaan
maka dia harus membayar mahar korban, setiap orang yang
mitsil atau sebesar nilai mahar. dikenakan ‘uqubat sebagaimana
Berapa jumlah mahar yang dimaksud dalam pasal 48 dan
dibayarkan kepada atau diterima pasal 49 dapat dikenakan ‘uqubat
seorang isteri? Yaitu berdasarkan restitusi paling banyak 750 (tujuh
asas kesederhanaan dan kemudahan ratus lim puluh) gram emas
yang jumlahnya kesepakatan kedua murni.
pihak (Pasal 30 dan 31 KHI). (2) Hakim dalam menetapkan
Untuk masalah pembayaran besaran ‘uqubat restitusi
ganti rugi bagi korban, Islam sebagaimana dimaksud pada ayat
mengatur secara terperinci baik itu di (1) perlu mempertimbangkan
dalam al-Quran maupun hadits yaitu kemampuan keuangan terhukum.
pembayaran ganti rugi bagi korban (3) Dalam hal jarimah sebagaimana
pembunuhan. Jika ditelusuri lebih dimaksud pada ayat (1) dilakukan
mendalam, korban pemerkosaan karena terpaksa oleh sesuatu
sama seperti korban pembunuhan, kekuasaan yang tidak dapat
karena bagaimanapun korban dihindari, maka ‘uqubat restitusi
pemerkosaan telah dibunuh secara untuk korban dibebankan kepada
psikologis yang rentan mengalami yang memaksa dan pelaku.4
kegilaan dan bunuh diri.
B. GANTI RUGI DALAM
Sedangkan dalam Qanun
HUKUM PIDANA ISLAM
Aceh No. 6 Tahun 2014 Tentang
Dalam hukum Islam ganti
Hukum Jinayat tercantum mengenai
rugi disamakan dengan diyat.
ganti kerugian bagi korban
Menurut Sayyid Sabiq yang dikutip
3
al-Jazaziri, Abdurrahman., Kitab
4
al-Fiqh 'ala Mazhahib al-Arba'ah, Beirut: Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014
Dar al-Fikr, tt, Juz V, h. 73 Tentang Hukum Jinayat
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 99

oleh Ahmad Wardi Muslich, diyat barang yang di ghasb diistilahkan al-
adalah: badl, jika barang hilang yang hanya
‫ وتودى‬,‫الدية هى المال الذى يجب بسبب الجناية‬ bisa diganti dengan uang disebut al-
‫الى المجني عليه او وليه‬ qimat.
Artinya: diyat adalah sejumlah harta Adapun yang menjadi dasar
yang dibebankan kepada
hukum dalam penerapan diyat bagi
pelaku, karena terjadinya
tindak pidana pembunuhan yaitu sebagaimana
(pembunuhan atau
disebutkan di dalam al-Quran QS. Al-
penganiayaan) dan
diberikan kepada korban Nisa’: 92.6 Selain ayat al-Quran,
atau walinya.5
banyak hadits menceritakan tentang
Konsep ganti rugi terhadap
diyat itu, di antaranya adalah hadits
korban disebutkan baik di dalam al-
yang meriwayatkan sebuah surat dari
Quran maupun Hadits dan prinsip-
Nabi kepada penduduk Yaman:
prinsip umum syariat Islam,
‫ وفى كل‬, ‫وفى المنقلة خمس عشرة من اال بل‬
walaupun tidak ada istilah yang
‫أصبع من االصا بع من اليد والرجل عشر من‬
spesifik mengenai ganti rugi dalam
‫ وفى الموضحة‬,‫ والسن خمس من االبل‬,‫اال بل‬
fiqh Islam. Terlalu banyak istilah
‫ (رواه‬.‫ وان الرجل يقتل بالمرأة‬,‫خمس من االبل‬
yang digunakan sebagai pengganti
7
)‫النسائ‬
istilah “ganti rugi” dalam kitab fiqh
Artinya: Dari Abu Bakar bin
klasik, sesuai dengan urf masyarakat
Muhammad bin Amr bin
fiqh setempat dan perbuatan yang Hazm dari Bapak dari
Kakeknya bahwa Rasulullah
dilanggarnya. Sebagai contoh ganti
SAW menulis surat kepada
rugi atau tebusan karena pelanggaran penduduk Yaman berisi
ketentuan tentang faraid,
pembunuhan disebut diyat atau
sunnah dan diyat. Surat itu
uqolah. Kalau dari akibat dibawa oleh Amr bin Hazm
dan saya membacakan
pengrusakan atas barang, sering
kepada penduduk Yaman
digunakan istilah dhaman. Jikalau naskahnya sebagai berikut:
yang diganti rugi itu atas hilangnya 6
Qs. al-Nisa: 92 (Lihat Qur’an
Kemenag.go.id)
7
Ahmad bin Syu’aib bin Abd al-
5
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Rahman al-Nasa’I, Sunan al-Nasa’I al-
dan Asas Hukum..., h. 166 Kubra, Juz II, h. 245
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 100

Bismillahirrahmanirrahim, ‫بين خير تين اما أن يعخذ الدية أو‬


dari Muhammad Sang Nabi 8
.‫يقتل‬
kepada Syurahbil bin Abd
Kulal, Nu’aim bin Abd Kulal Artinya: Dari Abi Syuraih al-Khuza’I
dan al-Haris bin Abd Kulal ia berkata: telah bersabda
Penguasa Ru’ain, Musafir Rasulullah SAW, maka
dan Hamadan, … di dalam barang siapa yang salah
surat itu dikatakan bahwa seorang anggota
barang siapa yang keluarganya menjadi korban
membunuh seorang mukmin pembunuhan setelah
tanpa alasan maka ucapanku ini, keluarganya
hukumannya adalah dibunuh memiliki dua pilihan:
pula. Kecuali, jika para wali adakalanya memilih diyat
(keluarga) korban yang atau memilih qishas.
terbunuh merelakannya. Diyat dalam pembunuhan
Dan bahwa diyat membunuh
sengaja itu bukan hukuman pokok,
seseorang adalah serratus
ekor unta, menghilangkan melainkan hukuman pengganti dari
fungsi hidung, lidah, bibir
qishas, bila qishas tidak dapat
dan dua buah pelir
kemaluan, tulang rusuk dan dilaksanakan atau dihapus dengan
dua mata dikenai diyat
sebab-sebab tertentu, misalnya tidak
penuh, menghilangkan satu
kaki diyatnya separuh diyat, adanya tempat yang diqishas
al-mamumah dan al-Jaifah
memperoleh ampunan bersyarat dari
sepertiga diyat, al-
munaqillah diyatnya 15 ekor korban atau keluarganya dan
unta, menghilangkan jari
perdamaian.
tangan atau jari kaki 10 ekor
unta, merontokkan gigi dan Demikian juga diyat berlaku
al-mudihah 5 ekor unta dan
bagi pembunuhan semi sengaja dan
laki-laki dihukum bunuh
karena membunuh pembunuah tersalah. Diyat syibhul
perempuan.
‘amdi (pembunuhan menyerupai
Begitu juga pada hadits
sengaja) sama seperti dengan diyat
Rasulullah SAW yang lain
pembunuhan sengaja, baik dalam
disebutkan:
jenis kadar maupun pemberatannya.
.‫ م‬.‫وعن أبي شريح الخزاعى قال رسول هللا ص‬
Menurut Imam Abu Hanifah dan
‫فمن قتل له قتيل بعد مقالتى هذه فأهله‬

8
Al-Kahlani, Subul As-Salam, h.
243-244
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 101

Malik, diyat meliputi 3 jenis, yaitu: qishas dimaafkan oleh


100 ekor unta, seribu dinar dalam keluarga korban. Sedangkan
emas atau 12 ribu dirham perak, Malikiyah berpendapat
demikian juga pendapat Imam Syafi’i mughaladzah dalam
dalam qaul qadimnya. Akan tetapi pembunuhan disengaja
dalam qaul jadidnya, Imam Syafi’i berlaku apabila disetujui oleh
mengungkapkan diyat hanya unta wali si korban, dan juga
saja, sedangkan emas dan perak dalam pembunuhan oleh
diqiyaskan kepada harga unta.9 orang tua kepada anaknya.
Hanya saja keduanya berbeda Diyat mughaladzah
dalam hal penanggung jawab dan hanya berlaku apabila diyat
waktu pembayarannya. Dalam hal tersebut dibayar dengan unta,
pembunuhan sengaja, pembayaran sesuai dengan ketentuan
diyatnya dibebankan kepada pelaku, syara’ dan tidak berlaku
dan harus dibayar tunai. Sedangkan dalam jenis yang lain, seperti
diyat untuk pembunuhan menyerupai emas dan perak. Diyatnya
sengaja dibebankan kepada ‘aqilah adalah seratus unta yang
(keluarga), dan pembayarannya dapat pembagiannya adalah 30 ekor
diangsur dalam waktu tiga tahun. unta hiqqah, 30 ekor unta
Diyat sebagai hukuman jadza’ah dan 30 ekor unta
pembunuhan terdapat dua macam khalifah (unta bunting).
yaitu diyat mughaladzah (berat) dan Pemberatan diyat
diyat mukhaffafah (ringan). dalam pembunuhan sengaja
a. Diayt mughaladzah dan menyerupai sengaja dapat
Menurut jumhur ulama, diyat dilihat dari tiga aspek, yaitu:
mughaladzah berlaku dalam 1. Pembayaran ditanggung
pembunuhan sengaja apabila sepenuhnya oleh pelaku;
2. Pembayaran harus tunai
9
H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya
Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), h.
(tidak boleh diangsur);
156
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 102

3. Umur unta lebih dewasa. 2. Pembayaran diangsur


Misal menurut selama tiga tahun
Syafi’iyyah unta harus 3. Komposisi diyat dibagi
berumur tiga tahun ke menjadi lima kelompok,
atas, bahkan sebagian yaitu:
harus sedang bunting. a. 20 ekor unta bintu
Diyat pembunuhan makhad (unta betina
sengaja menurut Malikiyyah, 1-2 tahun)
Syafi’iyyah dan Muhammad b. 20 ekor unta ibnu
Ibn Hasan adalah: makhad (unta jantan
1. Tiga puluh ekor unta umur 1-2 tahun)
hiqqah (umur 3-4 tahun) menurut Hanafiyah
2. Tiga puluh ekor unta dan Hanabilah: atau
jadza’ah (umur 4-5 20 ekor unta bintu
tahun) labun (unta jantan
3. Empat puluh ekor unta umur 2-3 tahun),
khalifah (sedang bunting) menurut Malikiyah
b. Diyat Mukhafafah dan Syafi’iyah
Diyat mukhafafah c. 20 ekor unta bintu
adalah diyat untuk tindak labun (unta betina 2-3
pembunuhan karena tahun)
kesalahan, yaitu diyat yang d. 20 ekor unta hiqqah
diperingan. Keringanan (unta umur 3-4 tahun)
tersebut dapat dilihat dalam e. 20 ekor unta jadza’ah
tiga aspek., yaitu: (umur 4-5 tahun).10
1. Kewajiban pembayaran Para fuqaha berbeda pendapat
dibebankan kepada aqilah mengenai orang yang menanggung
(keluarga) diyat apabila tindak pidana masih di
10
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar
dan Asas Hukum Pidana..., h. 170-171
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 103

bawah umur atau gila, Imam Malik, Sebab itu wajib membayar
Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal diyat dari hartanya.12
diyat yang ditanggung oleh aqilah, Para ulama juga berbeda
walaupun tindak pidana itu dilakukan pendapat mengenai besarnya
dengan sengaja, karena kesengajaan sumbangan yang ditanggung oleh
dianggap tersalah (tidak sengaja) dan setiap anggota keluarga. Menurut
karena keduanya tidak mungkin imam Malik dan Ahmad bin Hanbal
mempunyai niat yang sah.11 diserahkan kepada pemerintah untuk
Sementara menurut madzhab Syafi’i mengaturnya, dan tidak memberatkan
dua pandangan yang berkaitan bagi anggota keluarga. Madzhab
dengan hal tersebut: Malik, setiap keluarga dibebani 1
a. Sepakat dengan pendapat dinar, madzhab Hanbali keluarga
imam Malik dan imam Abu kaya sebesar ½ Misqal emas,
Hanifah serta Ahmad bin pendapat ini dianut madzhab Syafi’i.
Hanbal Sedangkan menurut imam Abu
b. Kesengajaan anak di bawah Hanifah setiap anggota keluarga
umur dengan orang gola tetap dibebankan setingi-tingginya 3 atau 4
dianggap sengaja biasa, sebab dirham, tanpa membedakan antara
mereka dapat dididik untuk kaya dan menengah.13
membunuh dengan sengaja, Tetapi jika pelaku itu orang
meskipun mereka tidak miskin dan tidak punya keluarga,
mungkin dijatuhi hukum mereka berbeda pendapat. Pertama,
qishas, kesengajaan keduanya menurut madzhab Maliki, Syafi’i,
sama dengan orang yang Hanafi dan Ahmad bin Hanbal
sudah baligh dan berakal. diambil dari baitul mal atau kas
negara yang menanggung diyat.

12
Ibid, h. 74
11
Ahsin Sakho Muhammad, dkk, Abd. Qadir Audah, al-Tasyri’ al-
13

Ed., Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid Jina’i al-Islami muqaranan bil qanunil
III, h. 74 wad’i, Juz I, h. 673
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 104

Kedua, Abu Hanifah dan Muhammad menghendaki tercapainya


serta sebagian madzhab Hanbali, keadilan dan peersamaan
seluruh diyat ditanggung oleh pelaku, terpenuhinya hak-hak korban
karena pada prinsipnya ia melakukan sepenuhnya. Karena itu jika
kejahatan, maka dia yang tanggung. mereka hanya menanggung
Keluarga dalam hal ini hanya sifatnya dosanya sendiri, maka pidana
membantu untuk meringankan diyat itu hanya dikenakan kepada
yang dibebankan kepadanya.14 orang-orang kaya saja,
Pendapat yang menyebutkan bahwa padahal jumlah mereka
diyat ditanggung oleh keluarga sedikit. Sebaliknya jika
mungkin hanya dapat pidana itu tidak dapat
dipertimbangkan ketika pelaku itu dikenakan terhadap orang
adalah orang miskin, tetapi alasan itu miskin, sedangkan jumlah
dapat dibantah bahwa kejahatan yang mereka lebih banyak. Dengan
dilakukan itu kejahatan yang demikian jika pelaku adalah
dilakukan sendiri bukan melibatkan orang kaya, maka korban atau
keluarga. Maka dalam hal ini posisi walinya akan mendapatkan
aqilah sifatnya hanya membantu diyat yang lengkap, tetapi jika
berdasarkan kerelaannya. pelaku adalah orang-orang
Adapun alasan aqilah menengah, maka korban atau
menanggung diyat, yaitu: walinya akan memperoleh
1. Prinsip umumnya dalam sebagian diyat, dan jika
hukum Islam bahwa setiap pelaku tindak pidana orang
orang menanggung dosanya miskin, maka korban dan
sendiri. Tetapi pengecualian walinya tidak mendapatkan
dalam hukum Islam pula apa-apa. Sebab itu hilanglah
bahwa keadaan pelaku dan keadilan dan persamaan
korban sama-sama antara pelaku tindak pidana
14
Ahsin Sikho Muhammad, dkk,
dengan korban atau walinya.
Ed., Ensiklopedia Hukum Pidana..., h. 76
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 105

Harus meninggalkan aturan pokoknya adalah qishas.


umum dan pengecualian Qishas itu baru berganti
diperlukan. dengan pidana diyat jika sang
2. Pidana diyat merupakan korban atau wali memaafkan
sanksi, tetapi tetap merupakan atau mengampuni qishas itu.
hak kebendaan (materil) bagi Mereka tidak akan
korban atau walinya. Jika mengampuni kecuali ada
aturan umum diterapkan, jaminan akan mendapatkan
hanya pelaku yang diyat sebagai pengganti
menanggung diyat, maka qishas. Apabila harta pelaku
dapat dipastikan hampir tidak cukup sedangkan korban
sebagian besar korban tidak atau walinya terus
akan menerima diyat atas memaafkan, berarti korban
kejadian yang menimpanya, dan walinya tidak dirugikan
karena jumlah diyat biasanya atas keadaan yang dipilihnya.
lebih besar dari harta 3. Aqilah hanya menanggung
kekayaan perseorangan. diyat dalam tindak pidana
Katakanlah diyat lengkap itu tidak sengaja dan tindak
100 ekor unta. Karena itu pidana semi sengaja. Dasar
meninggalkan aturan umum hukumnya adalah tindak
melakukan pengecualian pidana tidak sengaja terjadi
dalam kasus seperti ini karena kecerobohan atau
memberikan jaminan ketidak hati-hatian pelaku.
diterimanya hak tersebut oleh Biasanya kecerobohan dan
yang berhak menerimanya. Di ketidak hati-hatian itu terjadi
pihak lain korban tindak karena salah asuh atau salah
pidana disengaja atau didik, yang bertanggungjawab
keluarganya tidak merasa atas pendidikan terhadap
teraniaya, sebab hukuman seseorang adalah yang
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 106

memiliki pertalian darah yang lainnya, masyarakat


dengan pelaku atau yang satu dengan masyarakat
masyarakat. Karena itu ketika lainnya.
pelaku tidak sanggup 5. Ketentuan diyat terhadap
membayarnya, maka beban pelaku dan keluarganya
itu menjadi tanggungjawab merupakan rahmat bagi
keluarga dan kahirnya pelaku. Dalam ketentuan diyat
menjadi tanggungjawab ini tidak terdapat
masyarakat manakala ketidakadilan dan menzalimi
keluarga pelaku tidak sanggup orang lain, sebab seseorang
membayarnya. Kecerobohan pelaku suatu saat ditanggung
juga terjadi karena measa oleh keluarganya dan pada
suprioritas dan kuat. Realitas saat yang lain akan
menunjukkan bahwa menanggung diyat dari
masyarakat mayoritas lebih keluarga lain. Sebab manusia
cenderung tidak hati-hati selalu mengalami kekeliruan.
dibanding dengan masyarakat 6. Dalam kaidan pokok hukum
minoritas. Karenanya Islam, adlaah adanya
keluarga dan masyarakat keharusan memelihara jiwa
harus menanggung akibat seseorang dan tidak boleh
ketidak sengajaan selama menyia-nyiakan. Diyat itu
keduanya menjadi sumber ditetapkan untuk menjadi
utama terjadinya kelalaian itu. pengganti memelihara jiwa.
4. Menurut karakaternya sistem Bila hanya pelaku sendiri
keluarga dan masyarakat yang dibebani diyat padalah
dibangun atas dasar tolong dia tidak mampu
menologn dan kerja sama. melakukannya, berarti darah
Setiap anggota keluarga wajib korban akan menjadi sia-sia.
membantu anggota keluarga Karena itu menjadi keharusan
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 107

agar jiwa korban tidak bin Khattab RA untuk membebaskan


menjadi sia-sia tanpa ada seorang perempuan yang dipaksa
penggantinya. 15 berzina oleh seorang pengembala,
Sedangkan untuk demi mendapatkan air minum karena
pemerkosaan dalam bahasa Arab perempuan tersebut sangat
disebut al-Wath’u bi al-Ikraah yaitu kehausan. 18
hubungan seksual dengan paksaan. ِ‫ع ْن ُه َما أ َ َّن َرسُ ْو ُل هللا‬
َ ُ‫ى هللا‬ َ ‫ض‬ َ ‫َّاس َر‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِْن‬َ
Apabila seorang laki-laki ‫ع ْن‬َ ‫او ُز لِي‬ َ ‫ ا َِّن هللاَ ت َ َج‬: َ‫سلَّ َم قَال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ
memperkosa seorang wanita, jumhur ‫علَ ْي ِه (حسن‬ َ ‫أ ُ َّمتِى ْال َخ‬
َ ‫طأ َ َوالنِ ْس َيانَ َو َما ا ْست ُ ْك ِره ُْوا‬
fuqaha sepakat bahwa laki-laki 19
.)‫رواه ابن ماجه والبيهقى وغيرهما‬
tersebut dijatuhi hukuman zina, baik Jika seorang wanita
berbentuk 100 kali cambukan disetubuhi secara paksa, maka tidak
maupun rajam. 16 Dan untuk orang ada hukuman hadd baginya,
yang menjadi korban pelacuran sebagaimana yang tertulis pada ayat
adalah yang dipaksa melakukan di atas “barangsiapa terpaksa bukan
pelacuran atau orang yang menjadi karena menginginkannya dan tidak
korban perkosaan, terhadap mereka pula melampaui batas, maka tidak
dapat ditentukan hak ganti kerugian ada dosa baginya”. Tidak ada seorang
berdasarkan ta’zir. ulamapun yang menyelisihinya, tetapi
Adapun dalil al-Quran yang mereka berbeda pendapat tentang
membahas korban pemerkosaan wajib mahar baginya. Malik dan
adalah surat al An’am: 145.17 Ibn Syafi’i berpendapat wajib mahar
Qayyim mengisahkan ayat ini baginya, sedangkan Abu Hanifah
dijadikan hujjah oleh Ali bin Abi tidak wajib mahar baginya. 20
Thalib RA di hadapan khalifah Umaf
Abdul Qadir Audah, al-Taysri’ al-
18

Jina’I al-Islami..., h. 294


15 19
Ahsin Sakho Muhammad, dkk, Bukhari no.7352, Muslim
Ed., Ensiklopedi Hukum Pidana..., h. 76-78 no.1716, Ahmad (IV/198), Abu Daud
16
Abdul Qadir Audah, al-Tasyri’ al- no.3574, Ibn Majah no. 2314 dan Baihaqi
Jina’i al-Islami..., Juz II, h. 364 (X/118-119)
17
QS. al-An’am: 145 (Lihat Quran 20
Sayyid Sabiq, Ringkasan Fiqh
kemenag.go.id) Sunnah, h. 578
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 108

Dalam dimensi Hukum tangan (hadd shariqah) yang


Pidana Islam, seluruh pihak berkaitan merupakan (Haqqullah), juga
dengan perbuatan tindakan pidana diwajibkan mengembalikan harta
akan dilindungi hak-haknya, yang dicuri yang merupakan (Haqqun
perlindungan hukum terhadap korban Adami).22
tindak pidana, khususnya perkosaan Setiap orang (lelaki) yang
dibuktikan dengan adanya hukuman memperkosa wanita, baik gadis
tambahan yang dibebankan kepada maupun janda maka dia harus
pelaku perkosaan berupa pemberian membayar mahar mitsil atau sebesar
ganti kerugian atau dalam literatur nilai mahar. Berapa jumlah mahar
fiqh dikenal at-ta'wid dalam bentuk yang dibayarkan kepada atau diterima
as-shadaq kepada pihak korban. 21 seorang isteri? Yaitu berdasarkan
Imam Syafi'I juga asas kesederhanaan dan kemudahan
menyatakan hukuman terhadap yang jumlahnya kesepakatan kedua
pelaku pemerkosaan selain kewajiban pihak (Pasal 30 dan 31 KHI). Namun,
membayar mahar, juga mendapatkan penentuan jumlah mahar untuk
sanksi hadd zina. Pendapat ini juga dijadikan analog (qiyas) terhadap
dinyatakan oleh Imam al-Laits, dan retitusi yang wajib dibayar
diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin pemerkosa tidak bisa berdasarkan
Abi Thalib juga menyatakan hal yang ketentuan mahar dalam KHI,
sama. Bahwa hadd zina merupakan sebagaimana hadits yang
hak Allah (haqqullah), sedangkan disampaikan Abu Salamah bin
mahar adalah hak manusia (Haqqun Abdurrahman bin Auf az-Zuhri al-
Adam). Dalam hal ini, kedua-duanya Qurasyi bahwa ia pernah bertanya
boleh dikumpulkan dalam satu kepada Aisyar RA, Isteri Rasulullah
hukuman, sebagaimana orang yang SAW, "Berapa mahar Rasulullah?"
mencuri, selain dikenai sank potong Aisyah menjawab, "Mas kawin

21
Abdurrahman al-Jazaziri, Kitab al-
22
Fiqh 'ala Mazhahib al-Arba'ah, Beirut: Dar Lihat, al-Muntaqa Syarah al-
al-Fikr, tt, Juz V, h. 73 Muwatha', Juz V/268-269
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 109

(mahar) beliau kepada para isterinya menerima mahar yang sesuai baik itu
adalah 12,5 uqyah."23 perempuan merdeka atau budak.24
Maka, berdasarkan ta'zir Mengenai korban wajib
(hukuman yang diserahkan kepada diberikan ganti rugi berupa mahar
orang yang memenuhi syarat atau dan apabila perkosaan itu dilakukan
lembaga yang berwenang dalam dengan penganiayaan maka korban
suatu Negara karena tidak ada berhak mendapatkan diyat. Besarnya
ketentuan dalam syariat Islam) ganti-rugi yang diterima oleh korban
dengan menganalogikan (qiyas) ditentukan oleh hakim melalui
mahar Rasulullah SAW kepada para konsep hukumah al'adl.
isterinya, restitusi atau kompensasi Dalam Islam, restitusi (diyati)
bagi korban pemerkosaan paling dapat diambil dari Baitu Mal bila
sedikit 500 dirham dan paling banyak pelaku pembunuhan atau pelukaan
4.000 dirham dan 4.000 dinar. setelah mendapat pemaafan dari
Sementara ganti rugi menurut korban atau keluarganya, ternyata
yang diberikan kepada korban tidak mampu memenuhi pembayaran
pemerkosaan menurut pendapat diyat. Hal ini sesuai dengan tujuan
fuqaha dalam kitab Fiqh Ala pendirian Baitu Mal adalah untuk
Madzahibul Arba'ah yaitu: apabila kepentingan Islam dan kesejahteraan
seorang laki-laki memaksa umat Islam. 25
perempuan untuk melakukan zina Pada masa pemerintahan
maka wajib bagi perempuan itu Umar bin Khattab, salah satu aspek
pengeluaran keuangan baitul mal
yaitu menjamin kesejahteraan kepada

23
wanita yang ditinggal mati syahid
Uqyah: harga satu uqyah seharga
40 dirham atau 50 dirham. Maka 12,5 uqyah keluarganya. Seperti yang dialami al-
sekitar 500 dirham atau 625 dirham, harga 1
dirham setara 2,975 gram perak murni. Jadi,
24
500 dirham adalah 1.487,5 gram perak Abdur Rahman al-Jaziri, Kitabul
murni, bila dikonversi ke rupiah saat ini, jika Ala Madzahibul..., h. 73
25
harga 1 gram perak murni Rp. 95.000 maka Neng Djubaedah, Pornografi dan
1.487,5 gram perak murni senilai Rp. Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, 2009,
141.312.500 h. 300
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 110

Khansa yang ditinggal empat orang Kemudian Umar menambahkan lagi


putranya yang gugur di medan perang padanya seribu dirham. Kemudian
al-Qadisiyah. Kepada al-Khansa umar memberikan seribu dirham lagi
diberikan tunjangan untuk keempat kepada orang itu. Demikian
putranya sebesar 200 dirham untuk seterusnya umar menambah seribu
setiap anak setiap bulan hingga al- dirham hingga lelaki itu pergi. Hal
Khansa wafat.26 demikian Umar lakukan sebagai ganti
Begitu juga masa atas luka di wajahnya.28
kepemimpinan Umar bin Khattab
membentuk Departemen Jaminan C. GANTI RUGI DALAM
Sosial yang pendistribusiannya QANUN ACEH NO. 6 TAHUN
melalui baitu mal untuk membantu 2014
kalangan-kalangan seperti fakir Mengenai ganti rugi yang
miskin dan orang-orang yang terdapat di dalam Qanun Aceh No. 6
menderita, sehingga mereka Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat
memperoleh penghidupan sendiri yaitu:
yang diberikan bantuan keuangan Pasal 51 yang berbunyi:
secara tahunan dari baitu mal. 27 (1) Dalam hal ada permintaan
Ketika Umar membagikan korban, setiap orang yang
harta fai’ kepada kaum muslimin, dikenakan ‘uqubat
tiba-tiba ia melihat di wajah salah sebagaimana dimaksud dalam
seorang dari mereka terdapat bekas pasal 48 dan pasal 49 dapat
luka yang ternyata luka akibat dikenakan ‘uqubat restitusi
pertempuran di medan perang. paling banyak 750 (tujuh ratus
lim puluh) gram emas murni.
26
Ash-Shalabi, The Great Leader of
Umar bin Khattab, terj. Khoirul Amru
Harahap dan Akhmad Faozan, Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2008, h. 209
27 28
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Jaribah al-Haritsi, Fikih Ekonomi
Islam, dengan judul asli “Economic Umar ibnu al-Khattab, terj. Asmuni Sholihin
Doctrines of Islam”, Jilid I, Yogyakarta: PT. Zamakhsyari, Jakarta: Khalifa Grup Pustaka
Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 172 al-Kaustar, 2010, h. 367
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 111

(2) Hakim dalam menetapkan Gagasan pengaturan tentang ganti


besaran ‘uqubat restitusi kerugian dan rehabilitasi, sebetulnya
sebagaimana dimaksud pada bukan pemikiran orisinal yang ada di
ayat (1) perlu dalam Hukum Acara Jinayah, namun
mempertimbangkan di dalam undang-undang yang lebih
kemampuan keuangan dahulu sudah ada, dalam hal ini
terhukum. adalah Undang-Undang Pokok
(3) Dalam hal jarimah Kekuasaan Kehakiman Tahun 1964.
sebagaimana dimaksud pada Akan tetapi, pengaturan tentang ganti
ayat (1) dilakukan karena kerugian dan rehabilitasi tidak
terpaksa oleh sesuatu memiliki peraturan pelaksanaannya,
kekuasaan yang tidak dapat sehingga proses pengajuan ganti
dihindari, maka ‘uqubat kerugian dan rehabilitasi masih
restitusi untuk korban terhambat.
dibebankan kepada yang Ganti kerugian dan
memaksa dan pelaku. 29 rehabilitasi diatur dalam Pasal 97
sampai dengan 100 Qanun Hukum
Untuk Qanun Hukum Acara Acara Jinayah. Pasal 97 menyatakan
Jinayat (QHAJ) menyebutkan bahwa:
mengenai ganti kerugian yang “Tersangka, Terdakwa atau
terdapat di dalam Qanun Aceh No. 6 Terpidana berhak menuntut
Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat ganti kerugian karena
sebagaimana berikut: ditangkap, ditahan, dituntut
Ganti kerugian dan rehabilitas dan diadili atau dikenakan
di dalam QHAJ di mana sebelumnya, tindakan lain tanpa alasan
pengaturan tentang ganti kerugian yang berdasarkan Qanun dan
dan rehabilitasi tidak pernah muncul, Peraturan Perundang-
baik di dalam IR maupun HIR. undangan lainnya atau karena
29
Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014
kekeliruan mengenai
Tentang Hukum Jinayat
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 112

orangnya atau hukum yang gram emas dibulatkan. Dengan


diterapkan” demikian setengah hukuman mati,
Berdasarkan ketentuan Qanun yaitu hukuman cambuk seratus kali
Hukum Acara Jinayah Pasal 89 dapat disamakan dengan denda
ditetapkan bahwa ganti kerugian sebesar 2.000 (dua ribu) gram emas.
karena kesalahan penangkapan atau Berdasarkan uraian di atas maka satu
penahanan, untuk satu hari ditetapkan kali hukuman cambuk pada dasarnya
sebesar 0,3 gram emas murni atau dianggap sama dengan penjara satu
uang yang nilainya setara dengan itu. bulan atau denda sebesar 20 (dua
Adapun ganti kerugian akibat puluh) gram emas.31
kesalahan penggeledahan atau Namun demikian dengan
penyitaan adalah sebesar kerusakan mempertimbangkan kondisi ekonomi
atas barang penggeledahan dan masyarakat di Aceh, penetapan denda
penyitaan tersebut.30 dengan menggunakan emas dalam
Yang menjadi landasan jumlah yang relatif besar terasa
mengenai uqubat denda dan restitusi sangat memberatkan. Oleh karena itu,
dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014 besaran uqubat denda diturunkan
Tentang Hukum Jinayat yaitu buku- jumlahnya hingga 50% (lima puluh
buku fiqh dan hadits yang persen) dari ketentuan asal. Dengan
menyatakan bahwa pada masa nabi demikian ditetapkan kesetaraan baru
diyat berat yaitu 100 (seratus) ekior 1 (satu) kali cambuk setara dengan 1
unta dewasa dianggap sama dengan (satu) bulan penjara dan setara pula
harga 1.000 (seribu) dinar emas, lebih dengan 10 (sepuluh) gram emas.32
kurang sama dengan 4.200 (empat Untuk memudahkan, Ketua
ribu dua ratus) gram emas pada masa Mahkamah Syar’iyyah Aeh diberi
sekarang. Berdasarkan pendapat ini, kewenangan untuk menetapkan
uqubat mati dapat disamakan dengan kesetaraan harga emas dengan uang
denda sebesar 4.000 (empat ribu)
31
Dinas Syariat Islam Aceh, Hukum
30
Qanun No. 7 Tahun 2013 Tentang Jinayat, h. 60
32
Hukum Acara Jinayat Ibid
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 113

rupiah secara berkala. Penetapan ini terjadi pada masa Rasulullah dengan
akan diubah dan disesuaikan setiap penyesuaian dalam konteks ke kinian,
ada perbedaan dengan harga pasar. hal ini mungkin tidak bisa diterima
Ketua Mahkamah Syar’iyyah wajib oleh logika, karena bisa jadi tidak
melakukan penyesuaian apabila harga menghargai hukum dan tidak
dalam penetapan telah berbeda dari berdampak pada penjeraan bagi
sepuluh persen dengan harga di pelaku jarimah jinayat tersebut,
pasaran, baik lebih mahal ataupun karena bagaimanapun korban
lebih murah. 33 pemerkosaan tetap mengalami
dampak psikologis yang sama seperti
D. PERSPEKTIF PRAKTISI
yang terjadi pada masa Rasulullah.
HUKUM KOTA LANGSA
Imam syafi’i memberikan
TERHADAP GANTI RUGI
pandangan mengenai adanya ganti
JARIMAH JINAYAT
rugi bagi korban pemerkosaan
Kasus kekerasan seksual yang
seharga mahar. Sedangkan Qanun
terjadi pada masa Rasulullah, tidak
Aceh No. 6 Tahun 2014 melakukan
ada penebusan yang dibayarkan
suatu inovatif mengenai pembayaran
pelaku kepada korban , yang ada
ganti rugi dengan berlandasakan diyat
hanyalah kasus pembunuhan jika
pada masa Rasulullah SAW. Dan
terjadinya maaf dan selanjutnya pihak
untuk jarimah pemerkosaan dihukum
pelaku membayarkan diyat kepada
rajam, karena rajam merupakan
pihak korban.
bentuk hukuman pokok dan ganti rugi
Pembayaran mengenai ganti
merupakan hukuman tambahan,
rugi bagi korban pemerkosaan yang
karena dalam hukum pidana Islam,
dituangkan ke dalam Qanun Jinayat
hukuman tambahan tidak pernah
Aceh sebagai bentuk inovasi
menghilangkan hukuman pokok.
penemuan hukum, dan jika dikurangi
Mengenai ganti rugi bagi
50% berdasarkan landasan yang
korban pemerkosaan yang tertuang di
dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014
33
Penjelasan Qanun Hukum Jinayat
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 114

yaitu pembayaran restitusi diputuskan korban, tetap merupakan kewenangan


oleh hakim berdasarkan hakim, dan pihak baitul mal sendiri
pertimbangan keuangan sipelaku, dan hanya menyalurkan dana berdasarkan
ini merupakan celah bagi pelaku keputusan yang dibuat oleh hakim
untuk tidak membayarkan restitusi. dengan aspek-aspek pertimbangan
Seharusnya butuh dilakukan revisi kas baitul mal. Seharusnya ada aturan
hukum mengenai ganti rugi yang khusus baitul mal yang mengatur
dibayarkan pelaku kepada korban, tentang kompensasi, terutama
terserah bagaimana cara pelaku untuk pelanggaran-pelanggaran tindak
mendapatkan uang pembayaran ganti pidana yang layak diberikan ganti
rugi kepada korban, dan ini sebaiknya rugi berbentuk kompensasi oleh
tertuang di dalam Qanun Jinayat baitul mal kota.
Aceh secara jelas yang teknis Dalam hal diyat baik
pembayarannya langsung diberikan pembunuhan maupun perkosaan yang
kepada korban, tidak perlu lagi memutuskan berapa pembayaran
melalui baitul mal, akan tetapi ganti rugi itu adalah kewenangan
mekanisme pembayaran ganti rugi pihak korban, dan bukan kewenangan
dilakukan di depan pengadilan. pada hakim. Karena bagaimanapun
Mengenai saran kepada pihak keadilan secara substantif ataupun
baitul mal kota tentang pengelolaan keadilan hukum belum tercapai
dana uqubat ta’zir, pihak pengelola dengan adanya pembatasan dalam
harus pro aktif dalam hal segera Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014
melakukan pencarian dana terutama mengenai ganti rugi bagi
kompensasi yang diberikan kepada korban pemerkosaan.
korban, dan jangan lagi dibebankan Mengenai belum adanya
syarat-syarat administrasi kepada aturan yang terperinci terutama
korban dalam hal penerimaan mengenai ganti rugi bagi korban
kompensasi tersebut. Seberapa besar pemerkosaan terkait kompensasi ,
kompensasi yang diterima oleh dari sudut pandang HAM
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 115

Internasional yang diterapkan di korban. Hakim selaku praktisi tidak


Indonesia, bahwa tindak pidana bisa memutuskan perkara tindak
pemerkosaan masih dianggap sesuatu pidana secara berlebihan, dan mereka
tindak pidana biasa, jika tidak harus mengikuti aturan perudang-
disandingkan dengan tindak-tindak undangan yang ada, seperti kasus
pidana yang luar biasa, maka pemerkosaan terhadap anak akan
perudang-undangan Negara baru diputuskan berdasarkan undang-
mengakui bahwa tindak pidana undang perlindungan anak baik
tersebut merupakan tindak pidana secara maksimal maupun minimal.
yang luar biasa, sehingga layak Dan hukuman berbentuk denda dalam
diberikan kompensasi berdasarkan tindak pidana masuk ke dalam kas
putusan Peradilan HAM. Mungkin negara, tetapi untuk korban langsung
sebagi contoh jika terjadi biasanya mengajukan kembali
pemerkosaan secara massif seperti gugatan untuk ganti rugi.
yang terjadi pada masa penjajahan Untuk kasus pemerkosaan
jepang, barulah perundang-undangan yang diajukan ke Pengadilan Negeri
Negara menganggap itu merupakan Kota Langsa, korban tidak pernah
tindak pidana yang luar biasa.34 mengajukan permintaan ganti rugi
Mengenai ganti rugi bagi kepada pelaku yang disampaikan
korban pemerkosaan dalam KUHP melalui hakim dalam persidangan,
disebutkan bahwa permintaan dan hakim sendiri bersifat pasif. Dan
tersebut diajukan oleh korban. hakim sendiri tidak bisa memutuskan
masyarakat awam sering sekali tidak kasus-kasus selama aturan tersebut
mengetahui hal tersebut, dan hakim belum ada. Dalam memutuskan
sendiri tidak bisa secara vulgar untuk perkara pemerkosaan di Pengadilan
memberitahukan kepada pihak Negeri Kota Langsa saat ini, akan
memberikan hukuman yang seberat-
34
Hasil pemhaman penulis mengenai
wawancara dengan Ketua MPU (Majelis beratnya kepada pelaku sebagaimana
Permusyawaratan Ulama) Kota Langsa,
Bapak Dr. Zulkarnain, MA Pada Tanggal 15
Juli 2019 Pukul 10.00 WIB
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 116

yang tertuang di dalam perundang- oleh si pelaku yaitu restitusi maupun


undangan Negara. kompensasi yang dibayarkan oleh
Praktisi Pengadilan Negeri baitul merupakan selangkah lebih
Kota Langsa selaku wanita, sangat maju dari hukum perundang-
setuju jika aturan ganti rugi bagi undangan Negara khususnya
pemerkosaan diatur dengan mengenai ganti rugi bagi korban
pertimbangan HAM Internasional pemerkosaan. Dan ini mungkin
yang di deklarasi di Milan pada belum terpikirkan oleh sipembuat
Tahun 1985 mengenai Declaration hukum yang ada di Negara Indonesia,
for justice for victims. Karena hukuman ini bisa menjadi lex
bagaimanapun dengan diberikannya spesialis bagi provinsi Aceh sendiri.
ganti rugi baik berbentuk restitusi Untuk kasus pemerkosaan
maupun kompensasi akan dapat pada tahun 2017 yang masuk ke
mengobati korban secara psikologis, Mahkamah Syar’iyah kota Langsa
walaupun dampak pemerkosan tidak sebanyak 2 kasus, dan kasus tersebut
akan menghapus aib dan dampak diambil alih oleh Kejaksaan Negeri
psikologis korban seumur hidup. Kota Langsa dan dilimpahkan ke
Di dalam KUHP, bagi tindak Pengadilan Negeri Kota Langsa
pidana diatur mengenai ganti rugi, dikarenakan korban pemerkosaan
akan tetapi besaran ganti rugi yang tersebut masuk ke dalam katagori
diterima oleh korban hanya sebesar anak-anak. Untuk kasus asusila
Rp. 2.500.000. Seharusnya bentuk terhadap anak telah diatur secara
denda yang dibayarkan oleh pelaku khusus dalam perundang-undangan
jangan lagi masuk ke dalam kas Negara yaitu Undang-undang
negara, akan tetapi denda tersebut perlindungan anak. Adapun asas
diberikan kepada korban. sanksi dalam KUHP sendiri berbicara
Mengenai aturan ganti rugi mengenai hukuman yang diberikan
yang tertuang di dalam qanun aceh oleh peradilan yang berwenang
no. 6 tahun 2014 yang dibayarkan
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 117

adalah hukuman seminimal mungkin Pasca lahirnya Qanun Baitul


dan melindungi terdakwa. Mal no. 10 Tahun 2007, yang mana
Untuk provinsi Aceh sendiri, di dalam Qanun Baitul tersebut,
sebaiknya aturan-aturan yang dijalani tertuang mengenai pelaku jarimah
terutama terhadap jarimah jinayat membayarkan denda yang ditetapkan
melalui mekanisme yang bersinergi oleh Mahkamah Syari’iyah ke baitul
dengan Qanun Aceh No. 9 Tahun mal, dan baitul mal sendiri membuka
2008 Tentang Lembaga adat. rekening uqubat ta’zir. Setelah
Sedangkan mengenai korban terbukanya rekening Baitul Mal
pemerkosaan, seharusnya khusus menerima dana uqubat ta’zir
mencantumkan di dalam dakwaan dari pelaku sebanyak Rp. 7.600.000,
jaksa penuntut umum dengan akan tetapi pihak baitul mal tidak
mencantumkan aturan mengenai mengetahui adanya penyetoran uang
hukuman bagi pemerkosaan yang ada denda tersebut, dikarenakan si pelaku
di dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun tidak melapor ke Baitul Mal Kota
2014 Tentang Hukum Jinayat. Langsa. dan pihak Baitul Mal Kota
Sedangkan untuk aturan ganti tidak pernah menerima salinan
rugi bagi korban pemerkosaan, baik putusan baik dari Mahkamah
berbentuk restitusi maupun Syar’iyah Kota Langsa maupun
kompensasi seharusnya dinas-dinas Kejaksaan Negeri Kota Langsa.
terkait melakukan sosialisasi, bisa Penyetoran yang dilakukan
jadi pihak penyidik tidak mengetahui oleh si pelaku diperkirakan terjadi
tentang ganti rugi ini yang tercantum pada Tahun 2013 oleh 1 orang, dan
di dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun sekarang dana yang tersimpan dari
2014 Tentang Hukum Jinayat.35 dana uqubat ta’zir yang ada di Baitul
Mal Kota Langsa sebanyak Rp.
8.300.000, yang mana penambahan
35
Hasil pemhaman penulis mengenai
wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri tersebut dari bagi hasil yang
Kota Langsa, Ibu Dr. Nurnaningsih Andriani,
SH, MH Pada Tanggal 16 Juli 2019 Pukul
diperoleh melalui bank.
10.00 WIB.
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 118

Adapun implementasi pembahasan mengenai implementasi


mengenai pembayaran uqubat ta’zir aturan secara terperinci yang
dalam Qanun Baitul Mal No. 10 mengatur permasalahan dana uqubat
Tahun 2018, teknis pembayaran ta’zir yang masuk ke rekening Baitul
dilakukan dengan pembukaan Mal.
rekening khusus daerah untuk Pihak Baitul Mal Kota Langsa
menerima dana ta’zir tersebut. Akan sendiri menyatakan bahwa, jika
tetapi sampai saat ini, Pemerintah Baitul Mal Kota Langsa mengelola
Kota Langsa belum mengintruksikan dana uqubat ta’zir, tentu dana
kepada pihak Baitul Mal untuk tersebut tidak akan mencukupi untuk
membuka rekening tersebut, diberikan kepada korban jarimah
dikarenakan Juknis mengenai hal itu pidana melalui putusan Mahkamah
belum diatur secara terperinci baik Syar’iyah. Dan Baitul Mal Kota
melalui Pergub maupun Perwal. Langsa juga tidak mempunyai
Sedangkan untuk pengelolaan Baitul landasan hukum yang kuat untuk
Mal Kota Langsa yaitu segala dana menarik dana dari sumber yang lain,
yang ada di Baitul Mal disetorkan ke yang akan diberikan kepada korban
PAD (Pendapatan Asli Daerah), jarimah pidana berbentuk
terkecuali dana uqubat ta’zir yang kompensasi.
akan diberikan kompensasi kepada Baitul Mal dalam penggunaan
korban tindak pidana berdasarkan anggaran yang ada, harus melalui
keputusan Mahkamah Syar’iyah yang persetujuan dewan yang ada di baitul
dieksekusi langsung oleh Kejaksaaan mal, barulah pihak baitul mal akan
Negeri. menganggarkan dana tersebut
Pasca lahirnya Qanun Baitul beredasarkan tupoksi-tupoksi yang
Mal No. 10 Tahun 2018, dibuatlah telah di atur oleh ketentuan-ketentuan
suatu ruang diskusi oleh pimpinan Pemerintah Provinsi Aceh.36
Baitul Mal Provinsi, akan tetapi
sampai saat ini belum adanya 36
Hasil pemahaman penulis
mengenai wawancara dengan Kepala Baitul
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 119

Sejak lahirnya qanun Aceh mengenai ganti rugi (restitusi)


No. 6 Tahun 2014 Tentang Hukum tersebut. Akan tetapi di dalam
Jinayat, sampai saat ini belum ada Undang-undang No. 11 Tahun 2012
pelaku jarimah jinayat yang diberikan Tentang sistem peradilan pidana anak
sanksi berupa diyat (denda) melalui yaitu khusus korbannya adalah anak,
putusan yang diputuskan oleh ada disebutkan di dalam undang-
Mahkamah Syar’iyah Kota Langsa. undang tersebut mengenai ganti rugi.
Sedangkan untuk jarimah Walaupun asas sanksi yang
pemerkosaan yang pernah diadili oleh tertuang di dalam Qanun Aceh No. 6
Mahkamah Syar’iyah Kota Langsa Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat,
terjadi pada tahun 2016. Dan di akan tetapi untuk implementasinya
dalam tuntutan korban yang bisa berupa asas majemuk
dituangkan oleh Jaksa Penuntut (gabungan), dan itu harus dituangkan
Umum, tidak adanya tuntutan yang ke dalam tuntutan yang dibuat oleh
tersalin dalam berkas tersebut jaksa penuntut umum. Dan khusus
mengenai prihal ganti rugi, dan mengenai jarimah pemerkosaan
hakim tidak mungkin memutuskan diatur di dalam Qanun Jinayat Aceh,
suatu perkara yang tidak ada tuntutan, boleh dilakukan pengajuan ulang
karena hal tersebut dapat dikatakan yang oleh pihak korban berbentuk
sebagai ultra petita. tuntutan ganti rugi kepada pelaku
Dalam Qanun Aceh No. 6 (restitusi).
Tahun 2014 disebutkan mengenai Pihak Mahkamah Syar’iyah
delik pemerkosaan bahwa korban sendiri juga menimbang tentang
pemerkosaan berhak menuntut ulang difersi yang dilakukan oleh kedua
berupa ganti rugi yang diberikan oleh belah pihak sebelum pengajuan
pelaku, akan tetapi dalam kasus tuntutan ke mahkamah Syar’iyah,
pemerkosaan pada tahun 2016, tidak terutama mengenai pemberian ganti
adanya permintaan ulang korban kerugian kepada korban. Dan hal ini

Mal Kota Langsa, Bapak Tgk. Alamsyah


disampaikan kepada ketua mahkamah
Pada Tanggal 30 Juli 2019 Pukul 10.00 WIB
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 120

Syar’iyah pada saat pengajuan di yang diberikan kepada pelaku yaitu


persidangan, mahkamah sendiri bentuk keringanan hukuman, jika
berwenang untuk mengawasi hasil pelaku bisa memberikan asas
dari difersi tersebut. pemulihan kepada korban.
Sedangkan mengenai Adapun mengenai kasus
kompensasi yaitu pembayaran ganti pemerkosaan yang terjadi kepada
rugi yang diberikan oleh lembaga anak pada tahun 2017, yang masuk
yang berwenang yaitu Baitul Mal, ke Mahkamah Syar’iyah Kota
melalui dana uqubat ta’zir yang Langsa, yang selanjutnya diambil alih
disetorkan ke Baitul Mal melalui oleh kejaksaan Negeri serta
putusan Mahkamah Syar’iyah, Pada dilimpahkan t ke pengadilan Negeri
prinsipnya diyat yang dibayarkan ke dikarenakan Mahkamah Syar’iyah
baitul mal merupakan kewenangan Kota Langsa pada saat itu hakim
kejaksaan sebagai eksekutor, yang mahkamah syar’iyah belum memiliki
menjadi landasan hukum kejaksaan lisensi hakim anak. Untuk saat ini,
adalah hasil putusan yang sudah mahkamah syar’iyah Kota Langsa
inkrah dari peradilan, dan peradilan telah memiliki 3 orang hakim yang
sendiri sebagai pengawas dalam berlisensi hakim anak. Dan Jika ada
pelaksanaan kompensasi tersebut. kasus pemerkosaan yang terjadi
Mengenai keterkaitan HAM kepada anak, maka pihak mahkamah
Internasional yang berupa pemberian Syar’iyah lah yang mempunyai
ganti rugi kepada korban, dalam kewenangan untuk mengadili.
sistem hukum pidana sendiri Jika jaksa penuntut umum
terjadinya peralihan asas, dari asas menuntut agar sipelaku diberikan
pembalasan ke asas pemulihan hukuman sanksi serta denda, dan
kepada korban dengan tidak hakim mempertimbangkan keuangan
menghilangkan hukum pokok yang korban, maka hakim berhak
diberikan kepada pelaku. Akan tetapi memutuskan agar pihak baitul mal
hakim mempertimbangkan hukuman memberikan kompensasi untuk
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 121

pemulihan kepada korban. Dan untuk


hal ini sebagai eksekutor adalah
kejaksaan, dan kejaksaan serta baitul
mal lah yang mencari solusi dari hasil
putusan kompensasi yang ditetapkan
oleh mahkamah syar’iyah. 37

37
Hasil pemahaman penulis
mengenai wawancara dengan Wakil Ketua
Mahkamah Syar’iyah Kota Langsa, Bapak
Mursyid Syah, S.Ag Pada Tanggal 5 Agustus
2019 Pukul 14.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami muqaranan bil qanunil wad’i,

Ahmad bin Syu’aib bin Abd al-Rahman al-Nasa’I, Sunan al-Nasa’I al-Kubra,

Ahsin Sakho Muhammad, dkk, Ed., Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid III

al-Jazaziri, Abdurrahman., Kitab al-Fiqh 'ala Mazhahib al-Arba'ah, Beirut: Dar al-
Fikr, tt, Juz V

Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Khattab, terj. Khoirul Amru Harahap
dan Akhmad Faozan, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008

Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, dengan judul asli “Economic Doctrines of
Islam”, Jilid I, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995
H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam)

Jaribah al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar ibnu al-Khattab, terj. Asmuni Sholihin
Zamakhsyari, Jakarta: Khalifa Grup Pustaka al-Kaustar, 2010
Muslich, Ahamd Wardi., Pangantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fiqh Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, 20061
Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, 2009

122

Anda mungkin juga menyukai