1311-Article Text-3398-1-10-20191120
1311-Article Text-3398-1-10-20191120
Nairazi AZ
Dosen Tetap Prodi Hukum Pidana Islam (Jinayah)
Fakultas Syariah IAIN Langsa
ABSTRAK
Pemberian kompensasi kepada korban jangan lagi dibebankan dengan syarat-syarat
administrasi, dan baitul mal menyalurkan berdasarkan keputusan yang dibuat oleh
hakim. Dalam hal diyat baik itu pembunuhan maupun pemerkosaan adalah
kewenangan korban dan bukan hakim. Di dalam KUHP, bagi tindak pidana diatur
mengenai ganti rugi, akan tetapi besaran ganti rugi yang diterima oleh korban
hanya maksimal sebesar Rp. 2.500.000. Seharusnya bentuk denda yang dibayarkan
oleh pelaku jangan lagi masuk ke dalam kas negara, akan tetapi denda tersebut
diberikan kepada korban. Sedangkan untuk jarimah pemerkosaan yang pernah
diadili oleh Mahkamah Syar’iyah Kota Langsa terjadi pada tahun 2016. Dan di
dalam tuntutan korban yang dituangkan oleh Jaksa Penuntut Umum, tidak adanya
tuntutan yang tersalin dalam berkas tersebut mengenai prihal ganti rugi, dan hakim
tidak mungkin memutuskan suatu perkara yang tidak ada tuntutan, karena hal
tersebut dapat dikatakan sebagai ultra petita. Adapun implementasi mengenai
pembayaran uqubat ta’zir dalam Qanun Baitul Mal No. 10 Tahun 2018, teknis
pembayaran dilakukan dengan pembukaan rekening khusus daerah untuk
menerima dana ta’zir tersebut. Akan tetapi sampai saat ini, Pemerintah Kota
Langsa belum mengintruksikan kepada pihak Baitul Mal untuk membuka rekening
tersebut, dikarenakan Juknis mengenai hal itu belum diatur secara terperinci baik
melalui Pergub maupun Perwal.
Keyword: Pembayaran Ganti Rugi, Korban Jarimah Jinayat, Perspektif, Praktisi
Hukum
ta'zir funds. However, until now, the Langsa City Government has not instructed
the Baitul Mal to open the account, because the Technical Guidelines on this matter
have not been regulated in detail either through Pergub or Perwal.
Keyword: Compensation Payment, Victim Jarimah Jinayat, Perspective, Legal
Practitioner
1
Muslich, Ahamd Wardi.,
Pangantar dan Asas Hukum Pidana Islam:
2
Fiqh Jinayah, Jakarta: Sinar Grafika, 2006, Lihat, al-Muntaqa Syarah al-
h. 155 Muwatha', Juz V/268-269
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 98
oleh Ahmad Wardi Muslich, diyat barang yang di ghasb diistilahkan al-
adalah: badl, jika barang hilang yang hanya
وتودى,الدية هى المال الذى يجب بسبب الجناية bisa diganti dengan uang disebut al-
الى المجني عليه او وليه qimat.
Artinya: diyat adalah sejumlah harta Adapun yang menjadi dasar
yang dibebankan kepada
hukum dalam penerapan diyat bagi
pelaku, karena terjadinya
tindak pidana pembunuhan yaitu sebagaimana
(pembunuhan atau
disebutkan di dalam al-Quran QS. Al-
penganiayaan) dan
diberikan kepada korban Nisa’: 92.6 Selain ayat al-Quran,
atau walinya.5
banyak hadits menceritakan tentang
Konsep ganti rugi terhadap
diyat itu, di antaranya adalah hadits
korban disebutkan baik di dalam al-
yang meriwayatkan sebuah surat dari
Quran maupun Hadits dan prinsip-
Nabi kepada penduduk Yaman:
prinsip umum syariat Islam,
وفى كل, وفى المنقلة خمس عشرة من اال بل
walaupun tidak ada istilah yang
أصبع من االصا بع من اليد والرجل عشر من
spesifik mengenai ganti rugi dalam
وفى الموضحة, والسن خمس من االبل,اال بل
fiqh Islam. Terlalu banyak istilah
(رواه. وان الرجل يقتل بالمرأة,خمس من االبل
yang digunakan sebagai pengganti
7
)النسائ
istilah “ganti rugi” dalam kitab fiqh
Artinya: Dari Abu Bakar bin
klasik, sesuai dengan urf masyarakat
Muhammad bin Amr bin
fiqh setempat dan perbuatan yang Hazm dari Bapak dari
Kakeknya bahwa Rasulullah
dilanggarnya. Sebagai contoh ganti
SAW menulis surat kepada
rugi atau tebusan karena pelanggaran penduduk Yaman berisi
ketentuan tentang faraid,
pembunuhan disebut diyat atau
sunnah dan diyat. Surat itu
uqolah. Kalau dari akibat dibawa oleh Amr bin Hazm
dan saya membacakan
pengrusakan atas barang, sering
kepada penduduk Yaman
digunakan istilah dhaman. Jikalau naskahnya sebagai berikut:
yang diganti rugi itu atas hilangnya 6
Qs. al-Nisa: 92 (Lihat Qur’an
Kemenag.go.id)
7
Ahmad bin Syu’aib bin Abd al-
5
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Rahman al-Nasa’I, Sunan al-Nasa’I al-
dan Asas Hukum..., h. 166 Kubra, Juz II, h. 245
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 100
8
Al-Kahlani, Subul As-Salam, h.
243-244
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 101
bawah umur atau gila, Imam Malik, Sebab itu wajib membayar
Abu Hanifah dan Ahmad bin Hanbal diyat dari hartanya.12
diyat yang ditanggung oleh aqilah, Para ulama juga berbeda
walaupun tindak pidana itu dilakukan pendapat mengenai besarnya
dengan sengaja, karena kesengajaan sumbangan yang ditanggung oleh
dianggap tersalah (tidak sengaja) dan setiap anggota keluarga. Menurut
karena keduanya tidak mungkin imam Malik dan Ahmad bin Hanbal
mempunyai niat yang sah.11 diserahkan kepada pemerintah untuk
Sementara menurut madzhab Syafi’i mengaturnya, dan tidak memberatkan
dua pandangan yang berkaitan bagi anggota keluarga. Madzhab
dengan hal tersebut: Malik, setiap keluarga dibebani 1
a. Sepakat dengan pendapat dinar, madzhab Hanbali keluarga
imam Malik dan imam Abu kaya sebesar ½ Misqal emas,
Hanifah serta Ahmad bin pendapat ini dianut madzhab Syafi’i.
Hanbal Sedangkan menurut imam Abu
b. Kesengajaan anak di bawah Hanifah setiap anggota keluarga
umur dengan orang gola tetap dibebankan setingi-tingginya 3 atau 4
dianggap sengaja biasa, sebab dirham, tanpa membedakan antara
mereka dapat dididik untuk kaya dan menengah.13
membunuh dengan sengaja, Tetapi jika pelaku itu orang
meskipun mereka tidak miskin dan tidak punya keluarga,
mungkin dijatuhi hukum mereka berbeda pendapat. Pertama,
qishas, kesengajaan keduanya menurut madzhab Maliki, Syafi’i,
sama dengan orang yang Hanafi dan Ahmad bin Hanbal
sudah baligh dan berakal. diambil dari baitul mal atau kas
negara yang menanggung diyat.
12
Ibid, h. 74
11
Ahsin Sakho Muhammad, dkk, Abd. Qadir Audah, al-Tasyri’ al-
13
Ed., Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid Jina’i al-Islami muqaranan bil qanunil
III, h. 74 wad’i, Juz I, h. 673
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 104
21
Abdurrahman al-Jazaziri, Kitab al-
22
Fiqh 'ala Mazhahib al-Arba'ah, Beirut: Dar Lihat, al-Muntaqa Syarah al-
al-Fikr, tt, Juz V, h. 73 Muwatha', Juz V/268-269
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 109
(mahar) beliau kepada para isterinya menerima mahar yang sesuai baik itu
adalah 12,5 uqyah."23 perempuan merdeka atau budak.24
Maka, berdasarkan ta'zir Mengenai korban wajib
(hukuman yang diserahkan kepada diberikan ganti rugi berupa mahar
orang yang memenuhi syarat atau dan apabila perkosaan itu dilakukan
lembaga yang berwenang dalam dengan penganiayaan maka korban
suatu Negara karena tidak ada berhak mendapatkan diyat. Besarnya
ketentuan dalam syariat Islam) ganti-rugi yang diterima oleh korban
dengan menganalogikan (qiyas) ditentukan oleh hakim melalui
mahar Rasulullah SAW kepada para konsep hukumah al'adl.
isterinya, restitusi atau kompensasi Dalam Islam, restitusi (diyati)
bagi korban pemerkosaan paling dapat diambil dari Baitu Mal bila
sedikit 500 dirham dan paling banyak pelaku pembunuhan atau pelukaan
4.000 dirham dan 4.000 dinar. setelah mendapat pemaafan dari
Sementara ganti rugi menurut korban atau keluarganya, ternyata
yang diberikan kepada korban tidak mampu memenuhi pembayaran
pemerkosaan menurut pendapat diyat. Hal ini sesuai dengan tujuan
fuqaha dalam kitab Fiqh Ala pendirian Baitu Mal adalah untuk
Madzahibul Arba'ah yaitu: apabila kepentingan Islam dan kesejahteraan
seorang laki-laki memaksa umat Islam. 25
perempuan untuk melakukan zina Pada masa pemerintahan
maka wajib bagi perempuan itu Umar bin Khattab, salah satu aspek
pengeluaran keuangan baitul mal
yaitu menjamin kesejahteraan kepada
23
wanita yang ditinggal mati syahid
Uqyah: harga satu uqyah seharga
40 dirham atau 50 dirham. Maka 12,5 uqyah keluarganya. Seperti yang dialami al-
sekitar 500 dirham atau 625 dirham, harga 1
dirham setara 2,975 gram perak murni. Jadi,
24
500 dirham adalah 1.487,5 gram perak Abdur Rahman al-Jaziri, Kitabul
murni, bila dikonversi ke rupiah saat ini, jika Ala Madzahibul..., h. 73
25
harga 1 gram perak murni Rp. 95.000 maka Neng Djubaedah, Pornografi dan
1.487,5 gram perak murni senilai Rp. Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, 2009,
141.312.500 h. 300
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 110
rupiah secara berkala. Penetapan ini terjadi pada masa Rasulullah dengan
akan diubah dan disesuaikan setiap penyesuaian dalam konteks ke kinian,
ada perbedaan dengan harga pasar. hal ini mungkin tidak bisa diterima
Ketua Mahkamah Syar’iyyah wajib oleh logika, karena bisa jadi tidak
melakukan penyesuaian apabila harga menghargai hukum dan tidak
dalam penetapan telah berbeda dari berdampak pada penjeraan bagi
sepuluh persen dengan harga di pelaku jarimah jinayat tersebut,
pasaran, baik lebih mahal ataupun karena bagaimanapun korban
lebih murah. 33 pemerkosaan tetap mengalami
dampak psikologis yang sama seperti
D. PERSPEKTIF PRAKTISI
yang terjadi pada masa Rasulullah.
HUKUM KOTA LANGSA
Imam syafi’i memberikan
TERHADAP GANTI RUGI
pandangan mengenai adanya ganti
JARIMAH JINAYAT
rugi bagi korban pemerkosaan
Kasus kekerasan seksual yang
seharga mahar. Sedangkan Qanun
terjadi pada masa Rasulullah, tidak
Aceh No. 6 Tahun 2014 melakukan
ada penebusan yang dibayarkan
suatu inovatif mengenai pembayaran
pelaku kepada korban , yang ada
ganti rugi dengan berlandasakan diyat
hanyalah kasus pembunuhan jika
pada masa Rasulullah SAW. Dan
terjadinya maaf dan selanjutnya pihak
untuk jarimah pemerkosaan dihukum
pelaku membayarkan diyat kepada
rajam, karena rajam merupakan
pihak korban.
bentuk hukuman pokok dan ganti rugi
Pembayaran mengenai ganti
merupakan hukuman tambahan,
rugi bagi korban pemerkosaan yang
karena dalam hukum pidana Islam,
dituangkan ke dalam Qanun Jinayat
hukuman tambahan tidak pernah
Aceh sebagai bentuk inovasi
menghilangkan hukuman pokok.
penemuan hukum, dan jika dikurangi
Mengenai ganti rugi bagi
50% berdasarkan landasan yang
korban pemerkosaan yang tertuang di
dalam Qanun Aceh No. 6 Tahun 2014
33
Penjelasan Qanun Hukum Jinayat
LĒGALITĒ: Jurnal Perundang Undangan dan Hukum Pidana Islam 114
37
Hasil pemahaman penulis
mengenai wawancara dengan Wakil Ketua
Mahkamah Syar’iyah Kota Langsa, Bapak
Mursyid Syah, S.Ag Pada Tanggal 5 Agustus
2019 Pukul 14.00 WIB.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Qadir Audah, al-Tasyri’ al-Jina’i al-Islami muqaranan bil qanunil wad’i,
Ahmad bin Syu’aib bin Abd al-Rahman al-Nasa’I, Sunan al-Nasa’I al-Kubra,
Ahsin Sakho Muhammad, dkk, Ed., Ensiklopedia Hukum Pidana Islam, Jilid III
al-Jazaziri, Abdurrahman., Kitab al-Fiqh 'ala Mazhahib al-Arba'ah, Beirut: Dar al-
Fikr, tt, Juz V
Ash-Shalabi, The Great Leader of Umar bin Khattab, terj. Khoirul Amru Harahap
dan Akhmad Faozan, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008
Fazlur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, dengan judul asli “Economic Doctrines of
Islam”, Jilid I, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995
H.A. Djazuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam)
Jaribah al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar ibnu al-Khattab, terj. Asmuni Sholihin
Zamakhsyari, Jakarta: Khalifa Grup Pustaka al-Kaustar, 2010
Muslich, Ahamd Wardi., Pangantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fiqh Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, 20061
Neng Djubaedah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau dari Hukum Islam, 2009
122