Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Oleh:
3A-1
JURUSAN KEPERAWATAN
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akibat populasi usia lanjut yang meningkat maka akan terjadi transisi
epidemiologi yaitu bergesernya pola penyakit dari penyakit infeksi dan gangguan gizi
menjadi penyakit-penyakit degeneratif, diabetes, hipertensi, neoplasma, dan penyakit
jantung koroner. Konsekuensi dari peningkatan warga usia lanjut adalah meningkatnya
jumlah pasien geriatri dengan kerakteristiknya yang berbeda dengan warga usia lanjut
atau dewasa muda. Karakteristik pasien geriatrik adalah multipatologi, menurunnya
daya cadangan faali, berubahnya gejala dan tanda penyakit dari yang klasik,
terganggunya status fungsional pasien geriatri, dan kerap terdapat gangguan nutrisi, gizi
kurang atau buruk (Soejono,2006).
Jika karena sesuatu hal pasien geriatri mengalami kondisi akut seperti infeksi,
maka seringkali akan timbul gangguan fungsi kognitif, depresi, imobilisasi,
instabilisasi, dan inkontinensia (atau lazim disebut sebagai geriatric giants). Keadaan
akan semakin rumit jika secara psikososial terdapat hendaya seperti neglected atau
miskin (finansial). Sehingga pendekatan untuk pasien geriatri harus bersifat holistik dan
paripurna, yaitu bio-psiko-sosial, juga dari sisi kuratif, reehabilitatif , preventif, dan
promotif (Soejono,2006). Pendekatan klinis yang lazim dikerjakan seperti anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang ditambah pengkajian untuk mendeteksi gangguan
yang terutama sering terdapat pada usia lanjut yaitu fungsi kognitif dan afek, mobilitas,
gait, keseimbangan, kontinens, nutrisi, penglihatan dan pendengaran. Pengkajian status
fungsional untuk mengatasi hendaya menjadi penting karena sering hal ini yang
menjadi skala prioritas penyelesaian masalah (Supartondo,2001).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana latihan kognitif pada lansia?
2. Bagaimana tes kognitif pada lansia?
3. Bagaimana Interpretasi hasil latihan kognitif pada lansia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan kognitif?
C. TUJUAN
1. Mengetahui latihan kognitif pada lansia?
2. Mengetahui tes kognitif pada lansia?
3. Mengetahui Interpretasi hasil latihan kognitif pada lansia?
4. Mengetahui asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan kognitif?
BAB II
PEMBAHASAN
A. LATIHAN KOGNITIF PADA LANSIA
2. Defenisi Demensia
1. Kondisi Demensia
Kondis igangguan kognitif pada lanjut usia dengan berbagai jenis gangguan
seperti mudah lupa yang konsisten, disorientasi terutama dalam hal waktu,
gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan
dalam hubungan dengan masyarakat, gangguan dalam aktivitas di rumah dan
minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri.
8) Kurang konsentrasi
12) Tremor
a. Menurunkan cemas
b. Tehnik relaksasi
e. Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang paling memicu cemas (tidak
dilakukan secara berangsur – angsur) dengan menggunakan bayangan/imajinasi.
4. Terapi Kognitif
Nilai
Nilai Responde
Maksimum n
ORIENTASI
5
Sekarang (hari-tanggal-bulan-tahun) berapa dan musim apa?
REGISTRASI
Berilah nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar, bila masih salah
ulangi penyebutan ketiga nama tersebut sampai responden dapat
mengatakannya dengan benar:
MENGINGAT
BAHASA
9 a. Apakah nama benda ini? Perlihatkan pensil dan
arloji (2 nilai)
Jam selesai :
Tempat
wawancara :
d. Ingatan (3poin)
Pasien diperintahkan untuk mengucapkan 3 kata yang diberikan
sebelumnya kepada pasien dan disuruh mengingatnya. Pemberian skor
dihitung berdasarkan jumlah jawaban yang benar.
e. Bahasa dan praktek (9 poin)
I. PENGKAJIAN
1. ASSESMENT
Pengkajian menggunakan assesmen dengan wawancara langsung kepada
pasien dan keluarganya serta juga bisa dilakukan observasi secara langsung
pada tingkah laku klien. Observasi yang saudara lakukan terutama untuk
mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi prilaku pasien untuk
tanda-tanda seperti :
a. Kurang konsentrasi
b. Kurang kebersihan diri
c. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
d. Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
e. Tremor
f. Kurang kordinasi gerak
g. Aktiftas terbatas
h. Sering mengulang kata-kata.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat : apakah
lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek yang labil, datar
atau tidak sesuai. Bila data tersebut saudara peroleh, data subjective didapatkan
melalui wawancara.
a. Data subyektif :
1) Pasien mengatakan mudah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi.
2) Pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan waktu.
b. Data obyektif :
1) Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan objek
yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
2) Pasien sering mengulang-ngulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
3) Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-
kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-kata yang tepat.
Fokus assessment pada penderita demensia berupa riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik klien. Riwayat keperawatan meliputi status kesehatan masa
lalu klien yang beresiko terhadap demensia, berupa penyakit-penyakit yang
pernah diderita klien yang bisa menyebabkan demensia seperti : penyakit
degenaratif, penyakit serebrovaskuler, gagal jantung, trauma otak, infeksi (Aids,
ensefalitis, sifilis), Hidrosefaulus normotensif, Tumor primer atau metastasis,
stress mental, heat stroke, whipple disease, diabetes.
a. Ditandai dengan :
1) Kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah
laku defensif, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif
2) Tampak tanda stimulasi saraf simpatis, gangguan gastrointestinal, dan
perubahan kebiasaan makan
3) Gangguan tidur
b. Kriteria Hasil :
1) Mengidentifikasi perubahan
2) Mampu beradaptasi pada perubahan lingkungan dan aktivitas kehidupan sehari-
hari
3) Mempertahankan rasa berharga pada diri dan identitas pribadi yang positif.
4) Membuat pernyataan positif tentang lingkungan yang baru
5) Memperlihatkan penerimaan terhadap perubahan lingkungan dan penyesuaian
kehidupan
6) Mampu menunjukkan rentang perasaan yang sesuai/tidak cemas
7) Tidak menyimpan pengalaman menyakitkan
8) Menggunakan bantuan dari sumber yang tepat selama waktu pengaturan pada
lingkungan baru.
c. Intervensi keperawatan
2. Perubahan Proses Pikir
Berhubungan dengan : perubahan fisiologis, kehilangan memori/ingatan,
gangguan tidur, konflik psikologis, gangguan penilaian.
a. Ditandai dengan :
1) Hilang konsentrasi (distrakbilitas).
2) Hilang ingatan/memori.
3) Tidak mampu membuat keputusan, menghitung, mengumpulkan gagasan,
melakukan abstraksi/konseptualisasi, dan memecahkan masalah.
4) Tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.
5) Disorientasi waktu, tempat, orang, lingkungan, dan peristiwa.
6) Paranoid, delusi, obsesi, halusinasi, konfabulasi, bingung/frustasi dan perubahan
dalam respon tingkah laku.
b. Kriteria hasil :
1) Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani konsekuensi
kejadian yang menegangkan terhadap emosi dan pikiran tentang diri.
2) Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan diri yang negatif.
3) Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah laku dan faktor
penyebab.
4) Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak diinginkan,
ancaman dan kebingungan.
c. Intervensi keperawatan :
3. Perubahan persepsi-sensori
Berhubungan dengan :
a. Ditandai dengan:
1) Perubahan kemampuan pemecahan masalah
2) Perubahan respons terhadap stimulasi normal, seperti disorientasi spasial,
bingung, perubahan perilaku, konsentrasi menurun.
3) Respon emosional berlebihan, seperti kecemasan, paranoid, apatis, gelisah,
iritabilitas, depresi, takut, marah, dan halusinasi.
4) Ketidakmampuan mengatakan letak bagian tubuh tertentu.
5) Perubahan dalam sensasi rasa.
b. Kriteria hasil:
1) Mengalami penurunan halusinasi
2) Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress atau mengatur
perilaku
3) Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi
4) Perawat mampu mengidentifikasikan factor eksternal yang berperan terhadap
perubahan kemampuan persepsi sensori.
c. Intervensi
1) Kembangkan lingkungan yang suportif dan hubungan perawat –klien terapeutik
Rasional : meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan pada klien.
4) Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi klien termasuk penurunan penglihatan dan pendengaran.
Rasional : keterlibatan otak memperlibatkan masalah yang bersifat asimetris
menyebabkan klien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuh
( gangguan unilateral). Klien tidak dapat mengenali rasa lapar/haus, penerimaan
nyeri eksternal (dari luar).
6) Anjurkan untuk menggunakan kaca mata atau alat bantu pendengaran sesuai
keperluan.
Rasional : meningkatkan masukan sensori, membatasi/menurunkan kesalahan
interprestasi stimulasi.
7) Berikan lingkungan yang tenang dan tidak kacau jika diperlukan ( music yang
lembut, gambar/dinding cat sederhana)
Rasional : menghindarkan masukan sensori penglihatan atau pendengaran yang
berlebihan dengan mengutamakan kualitas yang tenang dan konsisten.
9) Berikan perhatian dalam indah secara berkala ( musik dan cerita peristiwa yang
menyenangkan, foto)
Rasional : meningkatkan perasaan nyaman yang memudahkan adaptasi pada
perubahan lingkungan.
a. Kriteria Hasil :
1) Meningkatkan tingkat aktifitas
2) Dapat beradaptasi dengan lingkungan umtuk mengurangi resiko cidera
3) Tidak mengalami trauma/cidera
4) Keluarga mengenali potensial dilingkungan dan mengidentifikaksi tahap-tahap
untuk memperbaikinya
b. Intervensi
1) Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan
presepsi visual. Bantu keluarga mengidentifikasi resiko terjadinya bahaya yang
mungkin timbul.
Rasional : mengidentifikasi resiko dilingkungan dan mempertinggi kesadaran
perawat akan bahaya. Klien dengan tingkah laku impulsive berisiko trauma
karena kurang mampu mengendalikan perilaku. Penurunan persepsi visual
berisiko terjatuh.
4) Kaji efek samping obat, tanda keracunan (tanda ekstra piramida, hipotensi
ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
Rasional : klien yang tidak dapat melaporkan tanda/gejala obat dapat
menimbulkan kadar toksisitas pada lansia. Ukuran dosis/penggantian obat
diperlukan untuk mengurangi gangguan.
A. KESIMPULAN
Penilaian fungsi kognitif pada lanjut usia penting karena dengan bertambahnya
umur, terjadi perubahan pada otak yang memicu perubahan proses berpikir dan
perilaku. Perbedaan tersebut mempunyai bentuk yang berbeda-beda pada tahap awal
proses, yang dipengaruhi oleh fungsi sosial dan aktifitas pekerjaan.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah The Mini Mental State
Examination (MMSE) dan Abbreviated Mental Test Score (AMT). MMSE menilai
orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, ingatan, bahasa dan praktek, dan
menirukan. Interpretasi penilaian MMSE adalah kelainan kognitif didapatkan pada
skor < 24. AMT merupakan instrumen untuk menilai fungsi kognitif pada lanjut usia
dengan waktu yang lebih singkat dan sederhana daripada MMSE. Sensitifitas dan
spesifisitas AMT lebih rendah daripada MMSE. AMT menilai memori baru dan lama,
atensi, dan orientasi. Skor <8 menunjukkan adanya defisit kognitif yang bermakna.
B. SARAN
Semoga untuk kedepannya diharapkan pendekatan untuk pasien geriatri harus bersifat
holistik dan paripurna, yaitu bio-psiko-sosial, juga dari sisi kuratif, reehabilitatif ,
preventif, dan promotif .
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 2009. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2009
Folstein MF, Folstein SE, McHugh PR, 1975. ""Mini-mental state". A practical method for
grading the cognitive state of patients for the clinician". Journal of psychiatric
research 12 (3): 189–98
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika.
MacKenzie DM, Copp P, Shaw RJ, et al,1996. Brief cognitive screening of the elderly: a
comparison of the Mini-Mental State Examination (MMSE), Abbreviated
Mental Test (AMT) and Mental Status Questionnaire (MSQ). Psychological
Medicine; 26:427–30.
Tangalos EG, Smith GE, Ivnik RJ, et al. 1996.The Mini-Mental State Examination in
general medical practice: clinical utility and acceptance. Mayo Clin Proc
71:829–37