Anda di halaman 1dari 19

DEGRADASI LINGKUNGAN SEBAGAI ISU GLOBAL DAN KEPENTINGAN

BISNIS DALAM DALAM PROGRAM KONSERVASI


KELOMPOK 6
Disusun oleh :
Azra Netia Andalusia
(203401083)
Estry Haryanti
(203401103)
Randie Amarul Akhfa
(203401105)
Tami Husnul Khotimah
(203401109)
Wina Winaningsih
(203401115)
Widodo
(203401121)

I. DEGRADASI LINGKUNGAN SEBAGAI ISU GLOBAL


A. Pengertian Degradasi lingkungan
Degradasi lingkungan adalah runtutan peristiwa dari penurunan mutu lingkungan
atau penurunan kemampuan daya dukung lingkungan yang diakibatkan oleh manusia
maupun yang diakibatkan oleh alam (FAO,1997). Degradasi lingkungan merupakan
penurunan kualitas lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pembangunan yang
dicirikan yaitu tidak berfungsinya komponen-komponen lingkungan sebagaimana
mestinya atau kualitas lingkungan telah berubah tidak seperti sebelum dilakukan
pembangunan. Degradasi lingkungan pada dasarnya disebabkan oleh adanya intervensi
atau campur tangan manusia yang berlebihan terhadap keberadan lingkungan secara
alamiah.
B. Pengertian Degradasi Lingkungan Isu global
Degradasi lingkungan sebagai isu global adalah peristiwa yang menyita banyak
perhatian masyarakat secara keseluruhan yang menimbulkan banyaknya suatu isu
masalah terkait suatu penurunan daya dukung kualitas terhadap lingkungan yang
mengalami suatu bentuk kondisi alami mengarah pada kerusakan keanekaragaman hayati
yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan hal ini disebabkan oleh pengambilan
dan pemanfaatan sumber daya lingkungan yang berlebihan hal ini menimbulkan
beberapa masalah seperti, bencana alam,penyakit, serta pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan ini diakibatkan dari suatu kegiatan pembangunan oleh manusia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan
antara lain yaitu:
 Faktor Alam
Faktor alam ini misalnya seperti terjadinya bencana alam, gempa bumi, gunung
meletus, tsunami, angin topan dll. Karena diakibatkan dari faktor alam menyebabkan
terjadinya degradasi hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan yang tidak dapat
diprediksi dan tidak dapat dihindarkan oleh manusia sehingga ketika terjadi bencana
alam maka alam juga yang akan mengembalikan keadaan lingkungan yang tadinya
mengalami keadaan yang tidak membaik menjadi seimbang kembali hal ini disebut
sebagai konsep homoeostatis.
 Faktor Manusia
Faktor manusia ini menjadi penyebab utama dalam kerusakan lingkungan hal ini
disebabkan oleh aktivitas pembangunan ekonomi yang menyebabkan lahan hutan
semakin gundul hal ini dapat mengakibatkan terjadinya deforestasi atau kehilangan
hutan.
 Banjir
Banjir diakibatkan karena ulah manusia yang kurang peduli terhadap lingkungan,
banjir tidak hanya menyebabkan teredamnya suatu tempat saja, tetapi bnjir juga bisa
menyebabkan banyak nyawa yang melayang karena arus yang sangat deras dan hal ini
pula disebabkan oleh manusia yang membuang sampah sebarangan. Selain ulah dari
manusia banjir juga bisa terjadi karena faktor alam misalnya, hujan yang terus menerus,
curah hujan akan membuat sungai meluap atau membuat tanngul jebol sehingga tidak
dapat menampung air yang besar, selain itu juga dapat pula merusak lapisan tanah yang
subur hilang karena terbawa air, dan tanaman- tanaman rusak.
 Gempa Bumi
Gempa bumi ini terjadi disebabkan adanya pergerakan lempengan bumi atau
aktivitas gunung berapi sehinga mengakibatkan banyaknya bangunan yang roboh, tanah
longsor sehingga dapat merusak lingkungan sekitar tidak hanya hal itu dampak dari
kekuatan gempa yang besar memungkinkan terjadinya tsunami.

 Limbah industri
Limbah industri ini hasil pengolahan dari air limbah pabrik yang mengandung zat
berbahaya, misalnya industri dari pabrik tekstil atau pabrik kertas yang paling banyak
menjadi polutan. Jenis limbah dari keduanya memiliki bau yang tidak sedap sehingga
jika tidak dikelola dengan baik limbah tersebut dapat merusak lingkungan hidup. Tidak
hanya limbah pabrik saja yang dapat merusak lingkungan tetapi ada juga limbah rumah
tangga misalnya limbah berbahaya berwujud oli bekas bengkel- bengkel kendaraan bila
dibuang sembarangan dapat menimbulkan pencemaran.
 Gunung meletus
Pada saat terjadinya gunung berapi meletus dapat mengeluarkan abu
vulkanik,lahar,lava, uap panas, dan material lainnya yang dapat merusak lingkungan.
Dampak dari letusan dapat berlangsung lama tergantung pada besarnya kekuatan dari
letusan tersebut, letusan gunung berapi ini dapat mengakibatkan gangguan pada fungsi
pernafasan seperti sesak nafas akibat dari gas beracun yang dikeluarkan ini akan dapat
mematikan lingkungan sekitar.
 Membuang sampah sembarangan
Saat ini, masih banyak orang yang membuang sampah sembarangan, terutama di
sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir apalagi pada saat musim penghujan tiba air
dapat meluap karena adanya banyak sampah yang dibuang secara sembarang.
 Menebang hutan secara liar
Saat ini luas hutan diindonesia semakin berkurang karena maraknya penebangan
hutan liar, akibat dari adanya penebangan tersebut lahan akan semakin sedikit serta
tumbuhan berkurang dan hutan akan gundul hal ini tidak dapat meresap dan menahan
aliran air hujan sehingga dapat terjadinya tanah longsor. Hal ini menjadikan sebuah
bencana bagi lingkungan sekitar yang menimbulkan korban jiwa karena banyak
pemukiman yang tertimpa batu- batuan dari lerang ataupun bukit.
C. Dampak Degradasi Lingkungan
Dampak dari degradasi lingkungan ini juga sangat banyak sekali pada saat ini
penggunaan serta cara pengolahan yang kurang efektif, sehingga hal tersebut
menyebabkan kerusakan lingkungan.

Dampak dari degradasi lingkungan diantaranya yaitu sebagai berikut:


 Pemanasan Global
Pemanasan global merupakan fenomena global yang dipicu oleh kegiatan
manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna
lahan. Hal ini dapat menghasilkan gas- gas karbondioksida (CO2) karena efek dari
adanya rumah kaca hal ini berdampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem lainnya
karena adanya perubahan iklim sehingga pada saat siang hari akan terasa panas dan pada
malam hari akan terasa dingin. Hal ini disebabkan kurangnya hayati yang menopang
keseimbangan dari suatu lingkungan.
 Ketersediaan air yang semakin berkurang
Meskipun manusia itu mendapatkan tempat tinggal, namun jika ketersediaan air
bersih berkurang maka kebutuhan air akan menghambat kegiatan manusia sehari- hari.
Apalagi pada saat musim panas akan semakin sulit sekali memperoleh air hal ini dapat
merugikan manusia maupun lingkungan sekitar lainnya.
 Sulitnya bercocok tanam
Para petani akan susah untuk bercocok tanam akibat adanya kekurangan air yang
mengakibatkan penghasilan petani berkurang dan makanan pokok misalnya nasi yang
dihasilkan dari petani dalam negeri akan berkurang, lama kelamaan jiga hal tersebut
tidak segera teratasi dapat menimbulkan krisis bahan pokok makanan serta banyak orang
akan kelaparan.
 Berkurangnya unsur hara
Unsur hara semakin berkurang akibatnya tanaman sulit untuk tumbuh misalnya
seperti sayur- sayuran dan buah- buahan akan menjadi berkurang karena berkurangnya
ketersediaan makanan sehat hal ini dapat menghambat pertumbuhan manusia.
 Berkurangnya habitat hewan
Akibat adanya perluasan lahan pemukiman dan pembangunan pabrik dapat
mengakibatkan hutan gundul hal ini dapat juga mengakibatkan pula berkurangnya habitat
hewan, karena mereka merasa bahwa lingkunga hidupnya terancam maka akan mati dan
bahkan akan terancam punah.
 Kurangnya Hayati
Kurangnya hayati dapat menimbulkan erosi, abrasi, dan polusi udara sehingga
mengakibatkan lapisan ozon berlubang yang menimbulkan efek yang berbahaya bagi
kesehatan misalnya penyakit pernafasan baik penyakit menular ataupun tidak.

D. BENTUK DEGRADASI LINGKUNGAN


1. Pencemaran Air
Menurut PP No 20 Tahun 1990, Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan komponen lain kedalam air akibat
kegiatan manusia sehingga kualitas air menurun hingga pada saatnya air tersebut tidak
berguna sesuai dengan kegunaannya. Menurut Michael:1990, Pencemaran Air adalah
Penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya.
 Sumber-Sumber Pencemaran Air
Air adalah salah satu sumber energi yang utama,yakni semua makhluk hidup
sudah pasti membutuhkannya.Namun ada banyak hal yang menyebabkan air tersebut
tidak murni dan menjadi tercemar, hal ini tidak lain karena ulah manusia sendiri,
diantaranya yaitu : Limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai, seperti detergen, air
sabun bekas mandi, sampah plastik, sisa-sisa makanan, Limbah Industri, seperti bahan
kimia, bahan bakar, kebocoran pipa-pipa minyak tanah, Limbah Pertanian, seperti
penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebuhan untuk pemelihara tanaman,
Limbah Peternakan yakni pada saat pemotongan hewan ternak seperti darah, kotoran
yang dibuang sembarangan ke sungai, Penggunaan Nuklir oleh nelayan untuk
penangkapan ikan, dan lain-lainnya. Dengan demikian Stok air bersih akan semakin
berkurang jika tidak ada kesadaran tentang pentingnya memelihara lingkungan terutama
air.
2. Pencemaran Udara
Pencemaran Udara adalah terdapatnya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya (Wardhana:1995, h.27). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor
1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
menyebutkan bahwa Pencemaran Udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, atau komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan
manusia.
 Sumber-sumber pencemaran udara
Ada berbagai macam hal yang dapat menyebabkan pencemaran udara, terutama
kegiatan yang dilakukan oleh manusia.Dengan demikian tercemarnya udara akan
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan pada makhluk hidup khususnya manusia.
Diantara sumber-sumber yang mengakibatkan terjadinya pencemaran udara adalah :
Asap Kendaraan bermotor, Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada
kegiatan rumah tangga, dan kegiatan industry, Proses peleburan, seperti proses peleburan
baja, pembuatan soda, semen, keramik, aspal, Abu Polutan Letusan Gunung Berapi,
Proses kimia, seperti pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan pembuatan
keris, Limbah Pertanian yakni dengan adanya gas akibat dari penggunaan pupuk dan
pestisida, Proses percobaan atom atau nuklir, Kebakaran Hutan, Penimbunan Sampah.
3. Pencemaran Suara
Pencemaran Suara adalah suatu kondisi masuknya suara yang terlalu bising atau
terlalu berlebih yang mengganggu kenyamanan makhluk hidup di sekitarnya.
 Sumber-sumber pencemaran suara
Pencemaran suara merupakan sesuatu yang tidak asing lagi terutama di kota-kota
besar. Hal ini juga akan berdampak kepada kesehatan salahsatunya pada gangguan
telinga. Diantara sumber-sumber yang mengakibatkan pencemaran suara adalah : Alat
Transfortasi, Seperti kendaraan bermotor yang menggunakan knalpot yang bukan
seharusnya, pesawat terbang yang akan mendarat atau lepas landas, Alat rumah tangga,
seperti mesin pemotong rumput, Industri, seperti mesin-mesin yang digunakan, dan
Aktivitas Sosial, seperti penggunaan petasan, kembang api pada waktu-waktu tertentu.
E. CARA MENCEGAH DAN MENGATASI DEGRADASI LINGKUNGAN
Ada banyak cara untuk mengatasi dan mencegah terjadinya Degradasi
Lingkungan agar lingkungan tetap terjaga dan terjamin keutuhannya, diantaranya:
1. Masyarat harus lebih memahami pentingnya kebersihan lingkungan dan bahaya dari
kerusakan lingkungan bagi kesehatan.
2. Menegaskan kembali tentang peraturan perundang-undangan yang telah disusun agar
masyarakat lebih menaati kembali peraturan perundang-undangan tersebut.
3. Memberikan sanksi yang berat kepada masyarat yang melanggar aturan atau kepada
penjahat lingkungan. Dengan memberikannya sanksi yang sepadan dengan perbuatannya
agar pelaku tidak mengulanginya lagi.
4. Tidak membuang sampah sembarangan,khususnya ke sungai agar tidak terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan seperti banjir dan kekurangan air bersih.
5. Mengurangi intensitas limbah rumah tangga.
6. Melakukan penyaringan limbah pabrik.
7. Pembuatan sanitasi agar sumber air bersih yang lainnya tidak tercemar.
8. Menanam kembali hutan yang gundul untuk keseimbangan ekosistem.
9. Kurangi emisi atau penggunaan kendaraan pribadi tujuannya untuk menguranginya
polusi udara akibat penggunaan kendaraan yang berlebih.
10. Menggunakan produk yang ramah lingkungan.
11. Mengurangi penggunaan bahan kimia yang berlebih.
12. Melakukan sosialisi tentang dampak dari penggunakan alat yang menimbulkan
kebisingan.
13. Menggunakan produk yang ramah lingkungan.
F. CONTOH KASUS DEGRADASI LINGKUNGAN
1. Pengertian Pemanasan Global
Degaradasi lingkungan dianggap sebagai isu global karena dampaknya yang
sangat besar salah satunya yaitu Pemanasan Global. Global warming ialah suatu bentuk
tidak seimbangnya ekosistem di bumi yang diakibatkan oleh proses meningkatnya rerata
suhu di bumi. Kenaikan suhu bumi sejak tahun 1981 sampai 2021 meningkat beberapa
kali lebih cepat daripada tahun-tahun sebelumnya.

Foto: tren perubahan suhu 1850 – 2021

2. Penyebab Pemanasan Global


a. Efek Rumah Kaca
Banyak hasil pembakaran yang terjadi akibat berbagai kegiatan manusia
seperti pembakaran hutan maupun hasil pembakaran bahan bakar menghasilkan
karbondioksida yang berlebihan menyelubungi bumi seolah seperti kaca yang
menutup permukaan bumi. Selain karbondioksida, banyak zat berbahaya yang
menutupi permukaan bumi. Disebut sebagai efek rumah kaca sebab mempunyai sifat
yang mirip dengan kaca. Banyak gas yang melapisi permukaan bumi memantulkan
sinar infra merah matahari dan terperangkap di bumi dimana seharusnya
dikembalikan ke luar bumi. Sinar inframerah yang berlebihan ini menyebabkan
gelombang panas yang meningkatkan suhu di bumi.

b. Efek Umpan Balik


Proses pemanasan dapat membentuk CO2 dan uap air. Semakin banyak
pemanasan yang terjadi maka semakin melimpah juga uap air yang naik ke atmosfer.
Uap air memiliki efek yang mirip dengan efek rumah kaca. Umpan balik yang kedua
disebabkan oleh penguapan awan yang memantulkan lagi radiasi ke permukaan bumi
yang berakibat meningkatnya efek pemanasan global. Umpan balik yang lain adalah
permukaan es tidak lagi mampu memantulkan cahaya. Pemanasan global berakibat
mencairnya es di kutub. Ironisnya makin lama pencairannya makin cepat, dan
menyebabkan terbukanya permukaan daratan yang tadinya tertutup es.
c. Variasi Matahari
Variasi matahari yaitu perubahan kuantitas pancaran energi yang dihasilkan
matahari. Variasi matahari memiliki efek yang sangat kecil dalam memberi andil
dalam pemanasan global. Variasi Matahari dapat menyumbang peningkatan kecil
dalam global warming.
3. Dampak Pemanasan Global
Berikut beberapa dampak pemanasan global diantaranya; (1). mencairnya es di
kutub yang disebabkan oleh peningkatan suhu bumi, (2). meningkatnya volume air
laut yang diakibatkan oleh es kutub yang mencair, (3). krisis air bersih yang terjadi
akibat banyaknya penguapan air di bumi, (4). kebakaran hutan karena suhu tinggi
yang terjadi di bumi, (5). kabut asap yang terjadi akibat terbakarnya hutan, (6). terjadi
wabah penyakit karena wabah yang disebabkan oleh tingginya suhu bumi, (7). krisis
pangan yang terjadi karena peningkatan suhu air laut, (8). bencana alam ekstrim
akibat meningkatnya suhu bumi.
4. Upaya Penanggulangan Pemanasan Global
a. Konservasi lingkungan, contohnya reboisasi, serta penghijauan hutan yang rusak.
b. Memanfaatkan energi baru yang terbarukan.
c. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

II. KEPENTINGAN BISNIS DALAM PROGRAM KONSERVASI


Dalam Pasal 15 UU NO. 25 tahun 2007 mengenai Penanaman Modal menyebutkan
bahwa setiap penanam modal berkewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab social
perusahaan yang dijelaskan dalam pasal 15 (b) yang mendefinisikan corforate social
respontibility (CSR) sebagai tanggung jawab yang telah melekat pada perusahaan agar
dapat menciptakan hubungan yang serasi dan seimbang sesuai dengan lingkungan sekitar
juga memiliki nilai norma dan budaya masyarakay setempat. Kemudian di dalam pasal
16 (d dan e) UU No 5 tahun 2007 juga di jelaskan bahwa setiap penanam modal
memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, menciptakan
keselamatan, Kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan pekerja. Pada UUD 1945
dinyakatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak
konstitusional bagi warga negara Indonesia oleh sebab itu, pemerintah dan jajarannya
memiliki kewajiban untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup sebagai bentuk
upaya pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia tetap menjadi
sumberdaya yang menunjang kehidupan masyarakat dan makhlik hidup lain.
Badan usaha atau badan hukum yang dalam proses produksinya berhubungan
langsung dengan lingkungan hidup disebut dengan perusahaan. Hal tersebut
memungkinkan dalam setiap produksinya terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan
yang dapat merugikan masyarkat sekitar. Pada kenyataannya tidak sedikit perusahaan
yang menjalankan proses produksi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sekitar
bahkan beberpa perusahaan yang melabelkan diri sebagai perusahaan ramah lingkunga
namun pada kenyataan nya tidak demikian. Masalah pencemaran lingkungan hidup
merupakan suatu persoalan lama yang hingga saat ini masih belum bisa diselesaikan
dengan baik (Hartanti, 2018). Disisi lain pencemaran lingkungan merupakan suatu hal
yang sangat berpengaruh pada kelangsungn hidup masyarakat lingkungan sekitar.
Seharusnya perusahaan dapat memprioritaskan pemeliharaan dan pengelolaan
lingkungan agar tidak terjadi pencemaran secara terus menerus.
A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Konservasi Lingkungan Hidup
Corforate social responsibilility atau dikenal juga dengan istilah tanggung jawab
social perusahaan merupakan sebuah konsep yang mengintegrasikan kepedulian social
dari perusahaan terhadap lingkungan sekitar dalam menjalankan bisnisnya. Di Indonesia
sendiri kewajiban tersebut di atur dalam UU No. 25 tahun 2007 tentang penanaman
modal pada pasal 15 yang berbunyi “setiap penanam modal berkewajiban untuk
menerapkan prinsip tata Kelola perusahaan yang baik, melaksanakan tanggung jawab
social perusahaan, membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada BPKPM menghormati tradisi budaya sekitar serta mematuhi
semua ketentuan perundang-undangan.” Kemudia dalam pasal 16 juga di cantumkan
pula tanggung jawab bagi penanam modal yaitu untuk menjaga kelestarian lingkungan
hidup serta menciptakan keselamatan,Kesehatan,kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja.
Selain pasal 15 dan 16 pada UU no 25 tahun 2007 tentang penanaman modal juga
ditegaskan bahwa setiap penanam modal diwajibkan menerapkan prinsip tata Kelola
perusahaan yang baik dalam melaksanakan tanggung jawab social perusahaan sehingga
dapat menciptakan hubungan yang serasi dan seimbang sesuai nilai, norma dan budaya
setempat pada pasal 17 dan 34. Walaupun pelaksanaan tanggung jawab social
perusahaan telah di tulis dalam UU namun pelaksanaanya sejauh ini masih kurang dan
dinilai setengah-setengah dalam pelaksanaanya. Mayoritas dari 20 CEO di perusahaan
Indonesia tidak benar-benar percaya bahwa kegiatan tanggung jawab social perusahaan
terhadap lingkungan dapat memberikan keuntungan bisnis bagi perusahaann.

B. Peran Analisis Dampak Lingkungan Dalam Konservasi Lingkungan Hidup


Dalam Hartanti, 2018, dirumuskan hubungan antara perusahaan dan lingkungan hidup
yang di dalamnnya terdapat beberapa butir pokok pikiran sehubungan dengan konservasi
lingkungan hidup yang bermanfaat bagi manusia diantaranya : ekologi mengupayakan
alam sebagai arena demi kesejahteraan masyarakat Bersama., melindungi hutan adalah
mutlak demi melindungi kesejahteraan seluruh dunia., keadilan ekonomis hanya dapat
berjalan dengan keadilan ekologis., tanggung jawab social dan ekologis adalah prasyarat
industry lestari., dll. Maka menjaga dan memelihara lingkungan hidup mutlak menjadi
tanggung jawab Bersama termasuk perusahaan dalam rangka melaksanakan
pembangunan berkelanjutan. Sebagai salahsatu pelaku dalm pembangunan ekonomi
perusahaan secara khusus memiliki kaitan yang erat dengan lingkungan hidup tempat
perusahaan tersebut melaksanakan kegiatan usahanya.
UU No. 23 tahun 2007 tentang pengelolaan lingkungan hidup menyatakan adanya
hubungan antara aktivitas perusahaan dengan lingkungan hidup yang di dalamnya
terdapat penegasan bahwa dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam untuk
memajukan kesejahteraan umum perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup. Kepentingan para pebisnis dalam mengikuti berbagai
organisasi maupun program konservasi lingkungan hidup dalm upaya untuk mengatasi
berbagai masalah, nampaknya tidak sesungguhnya untuk hal tersebut. Karena tugas
utama para pelaku bisnis lebih untuk pada aktivitas akumulasi modal dan penyediaan
lapangan kerja, bukan suatau konservasi lingkungan kalaupun ada , halitu hanta untuk
mengurangi citra buruk dikalangan masyarakat bahwa industrialisasi yang dilakukan
oleh para pelaku bisnis dapat merusak lingkungan . Para pelaku bisnis tidak memiliki
otoritas untuk mengeluarkan peraturan perlindungan lingkungan dan dari segi prinsip
wirausaha tidak dapat dibenarkan untuk melakukan penurunan aktivitas dan penurunan
produktivitas demi konservasi lingkungan.

C. Contoh Kepentingan Bisnis Dalam Program Konservasi PT Bakrie Sumatera


Plantations Tbk
1. Kelapa Sawit
Produksi
Buah sawit (TBS) yang dipanen dari perkebunan diproses setiap hari menjadi minyak
sawit di pabrik perusahaan. Perusahaan saat ini memiliki delapan pabrik yang dikelola,
termasuk dua pabrik yang dimiliki 25% bersama ARBV.
Hal ini memberikan BSP kapasitas memproses 390 ton TBS per jam, yang cukup untuk
produksi TBS saat ini. Namun juga telah direncanakan membangun pabrik baru untuk
mendukung perkebunan baru pada saat mereka mencapai puncak produksi.
Produk
 CPO
Kelapa sawit berwarna kuning gelap hingga kuning kemerahan (karena mengandung
karoten yang tinggi) yang diperoleh dengan memeras atau merebus daging buah kelapa sawit.
 PK
Inti sawit (PK) diperoleh setelah kandungan minyak dari buah telah disuling. Inti sawit
selanjutnya dihancurkan untuk mendapatkan minyak inti sawit yang berwarna putih
kekuningan. Biasanya membeku pada suhu ruangan dan sering digunakan dalam industri
oleokimia.
2. Karet
Produksi
Sebagian besar hasil produksi kebun BSP diolah menjadi lateks kualitas tinggi. Namun,
perusahaan juga menjual jenis lain dari produk karet alam, yakni sebagai berikut produk
bernilai tambah bagi PT BSP:
Produk kualitas tinggi: SIR 3 CV, SIR 10/20, RSS-1, Cream Latex dan Centrifuge Latex.
Produk kualitas lebih rendah: Bulk Standard Rubber dan Brown Crepe Rubber.
3. Industri Hilir
 Minyak inti sawit
Minyak inti sawit merupakan minyak nabati yang dapat dimakan berasal dari inti
kelapa sawit Elaeis guineensis, semi-padat pada suhu kamar, lebih jenuh daripada
minyak kelapa sawit dan sebanding dengan minyak kelapa. Seperti semua minyak sayur,
minyak turunan kelapa sawit ini tidak mengandung kolesterol. Minyak inti sawit adalah
bahan umum untuk memasak, didukung oleh biaya produksi yang rendah,
penggunaannya meningkat di industri makanan komersial di seluruh dunia karena
stabilitas oksidatif (saturasi) nya tinggi untuk menggoreng, dan rendahnya kolesterol dan
asam trans-lemak, dipandang baik untuk kesehatan jantung. Setelah buah sawit diproses
dan di ekstraksi minyaknya , maka inti sawit dan fibernya akan dikeringkan dan
dipisahkan. Lalu inti sawit akan di ekstraksi minyaknya , minyaknya tersebut adalah
minyak inti Sawit. Hasil produk sampingan dari minyak inti sawit tersebut akan dijual
sebagai pakan ternak.
Proses Penyulingan dan Fraksinasi Minyak Sawit
Proses ini adalah penting untuk memastikan ketidakadaan senyawa perekat, lilin,
fosfatida dan asam lemak bebas (FFA) dari minyak, untuk memberikan warna yang seragam
dengan menghilangkan pigmen pewarna dan untuk menyingkirkan bau yang tidak
menyenangkan dari minyak. Produk minyak sawit dihasilkan dengan proses penggilingan dan
pemurnian, proses pertama adalah fraksinasi yakni dengan kristalisasi dan proses pemisahan
yakni menghasilkan bentuk padat (yakni stearin), dan bentuk cair (yakni olein). Proses
degumming adalah proses untuk menghilangkan kotoran pada minyak. Selanjutnya minyak
dibersihkan dan dijernihkan. Berikutnya proses menghilangkan bau dan warna.
 Oleokimia
Oleokimia adalah produk kimia yang berbasis alam, minyak yang dapat terurai
dan lemak nabati atau sumber hewani.Keserbagunaan membuat produk tersebut ideal
untuk produk berkinerja tinggi dibanyak aplikasi seperti alat pembersih, deterjen,
pelumas mesin jet, rekayasa plastik, kosmetik dan produk farmasi, dan lainnya. Sumber
bahan baku menentukan aplikasinya. Bahan baku yang kami gunakan adalah minyak inti
sawit (CPKO), minyak kelapa (CNO), minyak sawit (CPO), dan RBDPS.
D. Program Lingkungan Hidup PT BSP:
1. Pengelolaan Dampak Lingkungan
PT BSP menyadari sepenuhnya bahwa usaha perkebunan di Indonesia memiliki
tanggung jawab lingkungan yang besar, oleh karenanya melakukan upaya untuk terlibat
aktif dalam pelestarian lingkungan; termasuk komitmen terhadap ketentuan ISPO dan
RSPO. Pengelolaan lingkungan dalam PT BSP pada tahun 2018 diwarnai dengan upaya
pencegahan kebakaran lahan terkait bencana asap nasional, di samping difokuskan pada
pemenuhan terhadap ketentuan ISPO dan RSPO. Sejalan dengan persyaratan yang
ditetapkan dalam kedua proses sertifikasi, seluruh lahan tanaman produksi sawit dikelola
dengan pertimbangan atas pemeliharaan keanekaragaman hayati, area konservasi, daerah
aliran sungai dan kearifan lokal; pemanfaatan lahan untuk perkebunan – baik sawit
maupun karet – diupayakan tidak menimbulkan konflik dengan masyarakat tempatan
serta memberikan kontribusi positif bagi perekonomian dan kesejahteraan rakyat.
2. Efisiensi Pemakaian Energi dan Sumber Daya Air
Industri sawit sering dinyatakan sebagai industri yang banyak menggunakan
sumber daya alam. PT BSP menyikapi stigma tersebut dengan berinisiatif untuk
mengurangi konsumsi energi. Upaya penghematan energi dan air dilakukan baik di
tingkat korporasi maupun di setiap unit usaha. Semua unit usaha PT. BSP – termasuk
unit korporasi (Jakarta) – telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 untuk Sistem
Pengelolaan Lingkungan. Pada tingkat korporasi, setiap Departemen dan Divisi
bertanggung jawab atas upaya penghematan pemakaian air. Sedangkan pada setiap unit
usahanya, PT. BSP menetapkan target yang disesuaikan dengan kondisi terkait
optimalisasi operasi dalam mengupayakan efisiensi penggunaan energi dan air. Program
Pengelolaan Lingkungan diterapkan di semua unit usaha untuk memastikan pelaksanaan
upaya perlindungan dan pelestarian lingkungan diaudit oleh lembaga sertifikasi terkait
melalui penilaian lapangan atas upaya penghematan energi yang dilakukan di setiap area
operasi PT. BSP.
3. Pengelolaan Energi
Penggunaan solar sebagai sumber energi tidak terbarukan diupayakan menurun,
antara lain dengan modifikasi boiler dari tipe SFPO menjadi tipe Membrane, yang
memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi, dengan sumber energi alternatif biomassa
(cangkang dan serat) sebagai bahan bakar boiler, yang telah dilakukan sejak tahun 2008.
4. Pengelolaan Air
Untuk perkebunan sawit, PT. BSP menerapkan penggunaan parit – baik parit
alami maupun yang dibuat khusus – dalam upaya menjaga kelembaban tanah pada lahan
gambut, dengan perbandingan 1 parit untuk setiap 4 baris tanaman sawit. Pengawasan
atas ketinggian air dalam parit dilakukan guna menjaga pasokan bagi kebutuhan air
tanaman sawit (sebagai penampungan saat musim hujan dan cadangan air slow release
saat musim kemarau).
PT. BSP senantiasa melakukan pemantauan efisiensi penggunaan air terkait
upaya penurunan konsumsi air yang telah dilakukan sejak tahun 2008, sejalan dengan
upaya PT. BSP melakukan sosialisasi secara rutin kepada karyawan tentang pentingnya
penggunaan air yang efisien; serta melakukan perawatan instalasi air dan segera
melakukan perbaikan instalasi jika terjadi kebocoran.
PT. BSP mendorong seluruh unit usahanya untuk secara bijaksana menggunakan
sumber air, baik yang berada di permukaan tanah maupun yang berasal dari bawah tanah;
dengan prioritas penggunaan air dari sumber permukaan tanah untuk proses
pembersihan, dan air bawah tanah untuk proses produksi yang lebih steril.Untuk
penggunaan air bawah tanah, PT. BSP berupaya memenuhi kebutuhan air dari sumber air
yang ada dengan menjaga daerah tangkapan air di dalam wilayah operasi – termasuk
menjaga penghijauan sepanjang daerah aliran sungai – sehingga tidak mengganggu
aktivitas masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya dalam pemanfaatan
air.Kebutuhan air juga dipenuhi dengan memanfaatkan hasil daur ulang olahan limbah
cair yang dikelola dalam kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang telah
dimiliki setiap unit usaha. PT BSP memiliki komitmen untuk terus melakukan upaya
efisiensi energi dalam kegiatan operasionalnya.
5. Pengelolaan Limbah
Usaha perkebunan dan industri kelapa sawit dan karet menghasilkan berbagai
limbah yang berbentuk padat maupun cair.
Limbah Padat
 Tandan kosong
Sejak tahun 2011 PT. BSP melakukan pembuatan kompos dengan memanfaatkan tandan
kosong di Unit Jambi yang diaplikasikan untuk kegiatan penanaman dan perawatan pohon
sawit serta untuk menghambat pertumbuhan gulma.
 Cangkang dan Serat
PT. BSP telah memanfaatkan cangkang dan serat sebagai sumber energi alternatif untuk
bahan bakar boiler, sebagai mulsa dalam pembibitan kelapa sawit, serta sebagai material
konstruksi pengerasan jalan sekitar wilayah usaha.
Limbah Cair
Guna mengurangi tingkat pencemaran air sungai oleh limbah cair pabrik kelapa sawit,
perusahaan memanfaatkan limbah cair pabrik sebagai bahan pupuk organik untuk
meningkatkan produksi tandan buah segar (TBS). Limbah cair pabrik diolah dengan sistem
land application. Selain itu untuk mencegah pencemaran tanah akibat tumpahan BBM Solar
saat kondisi darurat, PT BSP antara lain melakukan penyimpanan pada tangki timbun di
gudang Bunut; membuat tampungan dan lantai kedap air. Lebih lanjut, dalam mencegah
pencemaran tanah dan air, serta menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan karyawan, PT
BSP melakukan pengelolaan sampah anorganik secara berkelanjutan, berkoordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten setempat.

 Pengolahan Air Limbah


Untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), PT. BSP memiliki 8 kolam
pengolahan di Unit Usaha Jambi 1 (AGW), 11 kolam pengolahan di Jambi 2 (SNP) dan 7
kolam pengolahan di Sumbar (BPP Air Balam). Untuk SNP dan BPP, PT. BSP telah
menerapkan teknologi Clean Development Mechanism/ CDM (lihat bagian Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca).
Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
PT. BSP senantiasa memegang komitmen untuk memantau penggunaan limbah,
khususnya B3, mulai dari proses pengangkutan dari rantai pasokan, penyimpanan di gudang,
penggunaan, hingga pengelolaan bekas pakai. Limbah B3 pelumas (oli) dari proses produksi
dalam jumlah yang signifikan; berasal dari mesin genset, turbin, kendaraan bermotor, gear
box mesin-mesin produksi dan aktivitas bengkel. Selain itu, limbah B3 lainnya dapat berupa
aki bekas, filter oli bekas, lampu neon/merkuri, toner bekas, majun bekas dan kemasan bahan
kimia yang digunakan dalam operasional perkebunan.
Dalam pengelolaan limbah, PT BSP melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
 Meminta izin penyimpanan sementara limbah B3 yang dikeluarkan oleh Kantor
Lingkungan Hidup di Jakarta yang berlaku selama tiga tahun;
 Menyimpan limbah B3 selama 90-180 hari sesuai Peraturan Pemerintah yang berlaku;
 Mengirim limbah B3 ke tempat pengumpul dan pemusnah limbah B3 yang sudah
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
E. Konservasi Lingkungan Alam
1. Perlindungan Keanekaragaman Hayati
Menjaga keanekaragaman hayati di lokasi operasi usaha merupakan salah satu komitmen
PT. BSP dalam menjaga keseimbangan antara kegiatan operasi dengan alam, juga sejalan
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam proses sertifikasi ISPO dan RSPO terkait
pemeliharaan areal konservasi. Pada tahun 2014, PT. BSP tidak melakukan pembukaan lahan
baru.
2. Areal Konservasi
PT BSP mengembangkan dan menjaga areal konservasi di beberapa unit usaha,
dengan mengalokasikan lahan seluas 15-30 Ha yang kaya akan keanekaragaman hayati
dan tidak ditanami dengan tanaman komoditas. Lahan tersebut menjadi kluster di tengah
lokasi perkebunan. Model kluster ini akan digunakan sebagai model acuan bagi
pengembangan lahan serupa di masa mendatang. Total areal konservasi PT BSP pada
tahun 2018 mencakup 63,45 Ha. Adanya areal konservasi ini mempertegas bahwa PT
BSP dalam menjalankan usahanya senantiasa menjaga dan melestarikan keanekaragaman
hayati dan juga warisan adat serta budaya (cultural heritage) yang ada di dalam
perkebunan PT BSP. Areal Konservasi Pertama PT BSP telah diresmikan pada tanggal
11 September 2006, berlokasi di kebun inti Air Balam, Pasaman Barat, milik Unit
Sumbar. Areal seluas hampir 30 Ha ini dinamakan sesuai dengan pendiri Kelompok
Usaha Bakrie, H. Achmad Bakrie. Sampai saat ini, PT BSP sangat menjaga areal
konservasi tersebut yang berfungsi sebagai kawasan pelestarian flora dan fauna langka,
penyerapan air, serta untuk kepentingan pendidikan. Dikelola bersama Dinas Kehutanan,
areal konservasi tersebut pun dijaga oleh komunitas sekitar yang telah mengikuti
sosialisasi hutan lestari. PT BSP juga mengelola areal konservasi di wilayah operasi Unit
Sumut 1 dan Jambi dengan luas masing-masing 19,10 Ha dan 14,35 Ha.
3. Miniatur Hutan Konservasi
PT. BSP melalui Unit Jambi juga telah mengembangkan “Miniatur Hutan
Konservasi” seluas 17 Ha, berlokasi di tengah perkebunan sawit dan dekat dengan
lingkungan masyarakat sekitar; bertujuan untuk menjaga serta mengembangkan
keanekaragaman hayati yang ada, melalui upaya penanaman bibit tanaman langka
dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga terkait yang juga bertujuan untuk
memelihara ekosistem yang ada, perlindungan dan pemeliharaan flora dan fauna yang
terdapat di dalamnya, pengembangan jenis flora, serta upaya pemantauan dan pelaporan;
juga menjadi areal resapan air, area yang memproduksi O2 dan menyerap CO2, sumber
makanan hewan, serta sebagai area wisata bagi masyarakat dan karyawan.
4. Hutan Vegetasi
PT. BSP melalui Unit Jambi mulai tahun 2011 membangun kawasan hutan
vegetasi di beberapa lokasi kebun yang bertujuan untuk mempertahankan kelestarian
lingkungan khususnya habitat hewan dan tumbuhan, sebagai upaya untuk
mengembalikan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta memperbaiki keseimbangan
ekosistem. Hutan vegetasi pertama telah dikembangkan di Tanjung Jabung Barat, Jambi.
Hutan vegetasi dan habitat yang ada di dalamnya berjalan secara alami. PT BSP tidak
melakukan pemantauan khusus terhadap habitat hewan dan tumbuhan yang ada di
dalamnya.
5. Pemberantasan Hama Secara Pengendalian Hayati
PT. BSP menerapkan upaya pengendalian hayati dalam pemberantasan hama
untuk mengurangi penggunaan pestisida/zat kimia lainnya, sejalan dengan fokus untuk
menjaga kualitas produksi tanaman sawit serta penerapan operasi yang ramah
lingkungan.
Upaya pengendalian hayati yang dilakukan mencakup pemanfaatan tanaman
Bunga Pukul Delapan (Turnera ulmifolia dan Turnera subulata) sebagai inang bagi
serangga pemangsa hama Ulat Api (Setothosea asigna), serta penangkaran Burung Hantu
(Tyto alba) sebagai pemangsa hama tikus.
6. Menjaga Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi
Selain mengembangkan dan menjaga areal konservasi yang sebelumnya sudah
kaya akan keanekaragaman hayati, PT BSP juga melakukan identifikasi atas kawasan
bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value – HCV) dengan melakukan kajian
terhadap luasan kebun secara keseluruhan.
7. Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Dalam proyek CDM, PT. BSP melakukan pengolahan limbah cair di fasilitas
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL/Waste Water Treatment-WWT) menjadi biogas
dan menangkap serta membakar gas metana yang dihasilkan dari proses tersebut.
Besarnya biogas yang diproduksi, menjadi dasar perhitungan besarnya emisi karbon
yang direduksi. Gas metana yang dihasilkan dari proses ini memiliki intensitas 21 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan Karbon Dioksida (CO2). Proyek CDM ini diharapkan
dapat mendorong upaya berkelanjutan dalam penurunan emisi gas rumah kaca, serta
untuk pemanfaatan biogas sebagai sumber energi alternatif dalam jangka panjang.
Dengan demikian, CDM juga memberikan keuntungan tambahan seperti adanya akses
untuk efisiensi penerangan dan memasak, peningkatan kualitas udara dan kualitas hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Harmayani, Kadek D., dan Suthhanaya P. Alit. (2015) “ Analisis Degradasi Lingkungan
Akibat Dari Pembangunan Lingkar Nusa Peninda”. Program Pasca Sarjana,
Universitas Udayana.
Ahmad. (2020) “Pengertian, Penyebab, Dan Upaya Penanggulangan Pemanasan Global.
Diakses pada 11 November 2021, dari
https://www.gramedia.com/literasi/pemanasan-global/
Aziz Faruqi Amir. (2021). “10 Dampak Pemanasan Global Terhadap Lingkungan &
Manusia”. Diakses pada 11 November 2021, dari
https://www.tokopedia.com/blog/dampak-pemanasan-global-edu/
Duniapcoid. (2021) “Pengertian Degradasi Lingkungan: Penyebab, Dampak, Bentuk”.
Diakses pada 11 November 2021, dari https://duniapendidikan.co.id/pengertian-
degradasi/
Pengajarku. (2021) “Degradasi Lingkungan: Pengertian, Penyebab, Dan Dampak, Contoh”.
Diakses pada 11 November 2021, dari https://pengajar.co.id/degradasi-lingkungan/
Ahmad Rapi. (2016) “Pengertian Pencemaran Air Menurut Para Ahli”. Diakses pada 11
November 2021, dari http://ahmadrapi01.blogspot.com/2016/09/pengertian-
pencemaran-air-menurut-paia.html?m=1
Tuju, C. 2016. “Tanggung Jawab Perusahaan dalam Konservasi Lingkungan Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal” dalam Lex
Crimen Volume 5 (hlm. 147-154). doi: https://media.neliti.com/media/publications
/147131-ID-tanggung-jawab-perusahaan-dalam-konserva.pdf. Diakses 13-11 2021.
Bakrie, S. 2021. “Program Lingkungan Hidup”. Diakses 15 November 2021, dari
https://www.bakriesumatera.com/index.php/id/tanggung-jawab-sosial/lingkungan-
hidup/251-program-lingkungan-hidup

Anda mungkin juga menyukai