Anda di halaman 1dari 201

WAWAN EKO PRASETIYO

TENIS LAPANGAN

Berbasis Blended Learning

SEBUAH PENDEKATAN UNTUK PENDIDIKAN DAN


PEMBINAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

PROGRAM STUDI PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


i
KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah SWT dan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, atas tersusunnya naskah bahan Ajar Pendidikan Jasmani tenis lapangan ,
sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak. Dengan disusunnya naskah
bahan ajar Pendidikan Jasmani tenis lapangan, merupakan bagian dari upaya
untuk menyelesaikan tugas akhir dalam penguasaan matakuliah Pembelajaran
Blended Learning. Kita sadari sepenuhnya bahwa hanya dengan
ketekunan,keuletan, kesabaran, dan bantuan dari berbagai pihak yang telah
membantu, penulisan bahan ajar ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini
diucapkan terimakasih kepada:

1. Yth. Dr. Wasis Djoko Dwiyogo, M.Pd. selaku dosen pengampu matakuliah
Pembelajaran Blended Learning yang telah membimbing sehingga
tersusunnya bahan ajar ini. Semoga dengan upaya yang telah kami
lakukan demi menyusun bahan ajar, dapat bermanfaat untuk
peningkatan mutu pendidikan, khususnya pendidikan jasmani.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan bahan ajar ini

Dengan adanya buku ajar ini masih banyak kekurangan dalam isi dan
penyusunan. Jika terjadi kesalahan, semua tidak lepas dari keterbatasan
penulis. Penulis mengucap terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-
pihak yang telah membantu. Semoga Akhirnya, dengan doa semoga upaya yang
telah dilakukan mampu memberikan pemahaman bagi pembaca.

Malang, 23 Oktober 2021


Wawan eko prasetiyo

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................I

PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU .........................................................................II

UCAPAN TERIMAKASIH.........................................................................................III

DAFTAR ISI...........................................................................................................IV

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................VII

DAFTAR BARCODE...............................................................................................IX

DAFTAR TABEL.................................................................................................... X

PENDAHULUAN .................................................................................................. XI

BAB I PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING ..................................................... 1

A. Blended learning .......................................................................................... 5

B. Landasan model blended ............................................................................... 8

C. Model pembelajaran tatap muka on-line dan off-line .................................. 13

D. Model pembelajaran menggunakan modul elektronik………………………………16

E. Model pembelajaran menggunakan teks, audio, video dan multimedia……

F . Komposis penggunaan blended learning……………………………………………………

G. Keuntungan blended learning ……………………………………………………………………

H. Peran pengajar peran………………………………………………………………………………….

I. Unsur-unsur blended learning ……………………………………………………………………..


J. Pembelajaran berbasis masalah …………………………………………………………………

K. Pembelajaran tutorial…………………………………………………………………………….

L. Pembelajaran kolaborasi………………………………………………………………………

BAB II PENDIDIKAN JASMANI......................................................................

A. Pendidikan pendidikan jasmani ........................................................ 19

B. Kesatuan unsur tubuh dan pikiran………………………………………………………22

C. Sejarah istilah pendidikan jasmani………………………………………………………….

D. Hubungan pendidikan jasmani, play (bermain) dan sport………………………

E. Pendidikan jasmani: bidang kajian yang sangat luas…………………………….

BAB III KONSTRUKSI NILAI MELALUI PENDIDIKAN OLAHRAGA……………..

A. Konsep dasar pendidikan olahraga

B. Dekonstruksi nilai-nilai olahraga

C. Rekonstruksi pembelajaran

D . Penerapan nilai

BAB IV PRINSIP-PRINSIP POLA BERMAIN TENIS LAPANGAN

A. Prinsip-prinsip pola bermain tenis lapangan


B. Daerah lapangan permainan tenis

C. Prinsip-prinsip pola bermain tenis lapangan

D. Klasifikasi musuh petenis

E. Tenis permainan yang penuh resiko kesalahan

F. Setiap pukulan berusaha membuka daerah lawan


BAB V SEJARAH TENIS LAPANGAN

A. Sejarah tenis lapangan

B. Peralatan yang diperlukan dalam tenis lapangan

C. Peraturan skor dalam tenis lapangan


BAB VI TEKNIK DASAR BERMAIN TENIS

A. Cara memegang raket


B. Pukulan dasar tenis lapangan
C. pukulan backhand drive
D. . Fase pukulan

BAB VI PERMAINAN MIKRO TENIS SEBAGAI ALTERNATIF KETERBATASAN


KETERSEDIAAN FASILITAS LAPANGAN TENIS

A. Metode analisis dalam penelitian tenis lapangan


B. . Hasil dalam penelitian tentang mikro tenis lapangan

BAB VII STUDI MANAJEMEN PELATIH DAN ATLET PADA PEMBINAAN PRESTASI
CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

BAB VIII ANALISIS GERAK FOREHAND TENIS LAPANGAN PADA RAFAEL NADAL

BAB IX HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KEKUATAN MENGGENGGAM


TERHADAP PUKULAN FOREHAND TENIS LAPANGAN
A. Hubungan kekuatan menggenggam terhadap pukulan forehand
BAB X ANALISIS GERAK TEKNIK SERVIS TENIS LAPANGAN
A. Pengertian biomekanika
B. Analisis gerak teknik serve crespo and miley
C. Tahap persiapan
BAB XI STUDI MINAT MAHASISWA TERHADAP OLAHRAGA TENIS LAPANGAN
A. Bagaimanakah minat mahasiswa programstudi pendidikan kepelatihan
olahraga terhadap olahraga tenis lapangan
B. Minat mahasiswa program studi pendidikan kepelatihan olahraga terhadap
olahraga tenis lapangan

PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang


Sistem Keolahragaan Nasional menyatakan bahwa “Olahraga adalah segala
kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan
potensi jasmani, rohani dan sosial. Dalam rangka mengembangkan potensi
jasmani, rohani dan sosial, olahraga menjadi bagian terpenting dalam
kehidupan masyarakat.

Masyarakat adalah kelompok warga negara Indonesia nonpemerintah


yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang keolahragaan.
Masyarakat turut berperan aktif untuk mengembangkan kegiatan keolahragaan
untuk kemajuan olahraga nasional. Kegiatan keolahragaan dapat dilakukan
dalam berbagai bentuk seperti even-even atau turnamen, perlombaan,
pelatihan-pelatihan dan kegiatan keolahragaan lainnya.

Olahraga terbagi kedalam tiga ruang lingkup yaitu olahraga pendidikan,


olahraga rekreasi dan olahraga prestasi. Olahraga pendidikan diselenggarakan
sebagai bagian dari proses pendidikan sehingga dapat dilaksanakan melalui
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Olahraga rekreasi
merupakan bagian dari proses pemulihan kebugaran dan kesehatan serta dapat
dilakukan oleh setiap orang, perkumpulan, organisasi olahraga dan lainnya.
Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan
martabat bangsa. Dalam mengembangkan olahraga prestasi banyak hal yang
harus dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang harapkan. Hal-hal yang harus
dipersiapkan seperti atlet, pelatih, manajemen, sarana dan prasarana,
kompetisi, perangkat pertandingan, serta tenaga keolahragaan lainnya. Atlet
harus dipersiapkan dengan baik mulai dari tahapan pemanduan bakat sampai
pada pembinaan atlet yang berjenjang dan berkelanjutan. Pelatih juga harus
meningkatkan kompetensinya sebagai pelatih dengan mengikuti berbagai
pelatihan untuk mengembangkan keilmuannya.

Manajemen organisasi juga terus diperbaiki pengelolaannya, sarana


dan prasarana juga ditingkatkan kualitasnya sesuai dengan standar. Kompetisi
harus dilakukan secara berkelanjutan agar atlet dapat meningkatkan
kemampuan dan menambah pengalamannya. Selain itu yang juga penting
untuk ditingkatkan adalah kualitas perangkat pertandingan atau perlombaan
yaitu wasit, juri, maupun linesman. Hal ini menjadi faktor yang sangat
berpengaruh pada sebuah kompetisi, pertandingan maupun perlombaan. Wasit
atau juri yang memimpin pertandingan atau perlombaan harus dapat
memimpin dengan adil sehingga keputusannya tidak merugikan atlet. Menjadi
wasit dan juri yang adil tentu harus dibekali dengan pengetahuan dan
pemahaman tentang peraturan permainan suatu cabang olahraga.
Pengetahuan dan pemahaman peraturan permainan dapat ditingkatkan dengan
adanya penataran maupun pelatihan sehingga wasit atau juri mendapatkan
pemahaman yang sama dari instruktur tentang peraturan permainan tersebut
BAB I

PEMBELAJARAN MODEL BLENDED LEARNING

Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan


komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi
(blended). Terjadinya pembelajaran awalnya karena adanya tatap muka dan
interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka
guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual,
sumber belajar dalam pembelajaran mengkombinasi antara pengajar, media
cetak, clan audio visual. Namun terminologi blended learning muncul setelah
berkembangkanya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh
pebelajar secara offline maupun online. Saat ini pembelajaran berbasis blended
learning dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka,
teknologi cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer,
dan teknologi m-learning (mobile learning).

Bersin (2004) menggambarkan sejarah blended learning yang


berkembang di dunia pelatihan pada awalnya juga seperti yang dilakukan pada
lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama adalah pelatih/fasilitator.
Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan dilakukam menggunakan
mainframe based yang dapat melakukan kegiatan pelatihan secara individual
tidak bergantung pada waktu dan materi yang sama (tidak sinkron).
Perkembangan berikutnya pembelajaran yang tetap menggunakan basis
komputer tetapi daya jangkaunya menjadi lebih lugas melintasi pulau dan
benua karena perkembangan teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan
dilakukan penyebarannya melalui CD ROM dan internet. Saat ini pelatihan
menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien
dengan, konsep kombinasi (blended).

A. Blended Learning

Blended learning terdiri dari kata blended (kombinasi/ campuran) dan


learning (belajar). Istilah lain yang sering digunakan adalah hybrid course
(hybrid = carnpuran/kombinasi, course = mata kuliah). Makna asli sekaligus
yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang
mengkombinasi atau mencampur antara pembelajaran tatap muka (face to face
= f2f) dan pembelajaran berbasis komputer (online dan offline). Thorne (2003)
menggambarkan blended learning sebagai "it represents an opportunity to
integrate the innovative and technological advances offered by online learning
with the interaction and participation offered in the best of traditional learning.

Sedangkan Bersin (2004) mendefinisikan blended learning sebagai: "the


combination of different training "media" (technologies, activities, and types of
events) to create an optimum training program for a specific audience. The
term "blended" means that traditional instructor-led training is being
supplemented with other electronic formats. In the context of this book,
blended learning programs use many different forms of learning, perhaps
complemented with instructor-led training and other live formats".

Model pembelajaran blended adalah suatu model pembelajaran yang


mengkombinasikan metode pengajaran face to face dengan metode pengajaran
berbantukan komputer baik secara offline maupun online untuk membentuk
suatu pendekatan pembelajaran yang berintegrasi. Dahulu, materi-materi
berbasis digital telah dipraktekkan namun dalam batas peran penopang, yaitu
untuk mendukung pengajaran face-to face. Tujuan blended learning adalah
untuk memberikan pengalaman pembelajaran yang paling efektif dan efesien.
Blended learning juga sering didefinisikan sebagai sistem belajar yang dilakukan
dengan menggabungkan pembelajaran face-to-face dengan pembelajaran
bermediasi teknologi (technology mediated instruction) (Bonk & Graham,
2006). Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak
kombinasi yang dirujuk sebagai blended learning. Valiathan (2010) misalnya
menyebut istilah blended dengan "hybrid," and "mixed-mode". Dalam
metodologi penelitian, digunakan istilah “mix-methods” untuk menunjukkan
kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif. Adapula yang menyebut
di dalam pembelajaran adalah pendekatan eklektif, yaitu mengkombinasi
berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian pembelajaran
berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi
penyampaikan pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran
berbasis komputer (offline), dan komputer secara online (internet dan mobile
learning).
Ilustrasi Blended Learning (kombinasi face to face, online dan offline)

Pembelajaran berbasis blended learning, disamping untuk


meningkatkan hasil belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan
komunikasi pada tiga mode pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang
berbasis ruang kelas tradisional, yang blended, dan yang sepenuhnya online.
Para peneliti memberikan bukti yang menunjukkan bahwa blended learning
menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat antar mahasiswa daripada
pembelajaran tradisional atau sepenuhnya online.

B. Landasan Model Blended

Konsep dalam pengembangan pembelajaran digunakan model blended.


Model ini dianggap memberikan solusi dalam pengembangan model
pembelajaran pada institusi yang masih menerapkan pembelajaran non online
sebagai tolok ukur aktivitas. Secara konsep, pengembangan didasarkan pada
model-model pembelajaran menurut Srisakdi (2006) dalam buku Pedoman
Pengembangan Bahan ajar Berbasis Web terbitan Departemen Pendidikan
Nasional, membagi model pembelajaran secara umum menjadi 4 kelompok.
Seperti yang terlihat pada tabel model pembelajaran Srisakdi. Konsep
pembagian pengembangan merupakan hitungan- hitungan matematis yang
perlu dijabarkan dalam kerangka implementasi pembelajaran. Masing-masing
model diungkapkan oleh Srisakdi dalam skalaskala matematis berupa
prosentase. Lebih jauh skala tersebut belum menggambarkan implementasi
aktivitas riil yang dijalankan.

Konsep pembelajaran secara rinci dijabarkan mulai dari pembelajaran


tradisional hingga online. Selain hitungan-hitungan matematis Srisakdi juga
mendeskripsikan definisi-definisi. Pada setiap diskripsi yang dipaparkan
memberikan konsep aktivitas sebagai patokan kegiatan pembelajaran. Model
blended learning yang dikembangkan mengacu pada definisi-definisi yang telah
digambarkan dalam tabel berikut. Sehingga pengembangan pembelajaran
online bukan lagi sebagai pelengkap atau pengganti kegiatan tatap muka,
diskusi, forum dll semuanya dilakukan secara sistematis dan terintegrasi pada
web yang dikembangkan.
Secara teknis pengembangan pembelajaran model blended learning,
merupakan kombinasi model pembelajaran yang menggunakan beberapa
model tatap muka yang dilakukan dalam konteks online dan offline.

C. Model pembelajaran tatap muka on-line dan off-line

Proses pembelajaran tatap muka disebut juga dengan masa


pengenalan, dimana berlangsung proses pembelajaran tatap muka offline
(bertemu dalam kelas nyata). Kegiatan di kelas nyata adalah pembelajar
menyampaikan suatu penjelasan secara teknis penggunaan sistem pembelajarn
berbasis web dan pebelajar mendengarkan, menyimak dan mempraktekkan
petunjuk. Namun dalam blended learning masa tatap muka secara nyata hanya
dilaksanakan di awal-awal pertemuan. Pada definisi yang telah dipaparkan oleh
Srisakdi disebutkan dalam hitungan prosentase adalah 30 % dari keseluruhan
masa satu semester. Pada pengembangan pembelajaran blended learning
dipakai hitungan dalam 1 semester ada 5 bulan efektif , maka masa tatap muka
dilaksanakan dalam 2 hingga 3 minggu. Sisa 4 bulan 1 minggu mahasiswa akan
belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web dan ujian semester. Dalam
masa belajar mandiri (4 bulan 1 minggu), mahasiswa akan berkumpul dan
bertemu beberapa kali dengan dosen di web atau bertemu langsung sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Proses tatap muka ditujukan untuk memfasilitasi
setiap permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama proses belajarnya.

D. Model pembelajaran menggunakan modul elektronik

Pengembangan blended juga mengarah pada bahan ajar yang


digunakan. Bahan ajar yang digunakan salahsatunya berupa modul dalam
kemasan elektronik. Dalam pembelajaran berbasis web modul elektronik ini
dikenal dengan istilah bahan ajar mandiri atau bahan ajar yang dikemas untuk
mahasiswa belajar mandiri. Di dalam bahan ajar mandiri selain materi juga
disediakan latihan-latihan yang harus dikerjakan mahasiswa untuk mengukur
perkembangan belajarnya. Dalam pembelajaran blended, selain bahan ajar
modul elektronik, dalam proses belajarnya mahasiswa juga memanfaatkan
bahan ajar berbasis web.

E. Model pembelajaran menggunakan teks, audio, video dan multimedia

Pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan


media/teknologi merupakan salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis
web, diantaranya pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia. Penggunaan
teks, audio, video dan multimedia adalah untuk pengayaan materi untuk
berlatih (drill and practice) dan untuk penguatan mahasiswa dalam mempelajari
salah satu topik. Dalam pembelajaran blended, pengemasan dilakukan secara
digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web. Pemanfaatan teks, audio,
video dan multimedia dilakukan pada masa belajar mandiri. Materi yang
dikemas dengan menggunakan teks, audio, video dan multimedia ini dikemas
dengan media penyimpan tertentu. Sebagai sarana pembelajaran terpenting
dalam pembelajaran online pengembangan blended learning menggunakan
web.

Penggunaaan teknologi web diperlukan dalam pembelajaran untuk


melakukan tatap muka, penyimpanan file, diskusi, pemantauan dll. Dengan
model pembelajaran web diharapkan porsi waktu masa belajar mandiri lebih
banyak dibandingkan dengan tatap muka baik offline maupun online. Sehingga
bila satu semester adalah 5 bulan, maka proses pembelajaran berbasis web ini
akan dilakukan kurang lebih selama 4 bulan dan 1 minggu. Dalam pembelajaran
berbasis web, mahasiswa tidak hanya mengakses bahan ajar, melainkan
beberapa aktifitas yang dilakukan adalah: 1) Melakukan interaksi, baik melalu
email, chal ataupun forum diskusi. mahasiswa dapat bertanya maupun
mengajukan pendapat tentang suatu hal baik dengan dosen ataupun dengan
teman/kelompoknya; 2) Mengerjakan tugas (assignments). Mahasiswa akan
diberikan beberapa tugas baik perorangan maupun kelompok; 3) Menjawab
soal latihan. Di setiap topik akan disediakan beberapa soal latihan yang harus
dijawab mahasiswa. 4) Surfing the web. Untuk literature, images, video, etc.; 5)
Berkomunikasi dengan ahli bidang ilmu di negara lain.

Seperti yang sudah dibahas pada model pembelajaran tatap muka,


dalam masa pembelajaran berbasis web (selama 3 bulan 1 minggu) ini, akan
ada pertemuan dengan dosen. Pada pertemuan tersebut mahasiswa dapat
menyampaikan beberapa permasalahan selama proses belajar berbasis web,
baik itu terkait bahan ajar ataupun permasalahan terkait dengan koneksi
internet. Setelah mahasiswa menyelesaikan masa belajar mandiri pada minggu
terakhir dan di akhiri dengan ujian semester.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran blended,


proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan 4 model kombinasi:
tatap muka, media elektronik, teks, audio, video dan multimedia dan berbasis
web. Porsi belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web lebih besar
dibandingkan proses tatap muka.

F. Komposis Penggunaan Blended Learning

Komposisi blended yang sering digunakan yaitu 50/50, artinya dari


alokasi waktu yang disediakan, 50% untuk kegiatan pembelajaran tatap muka
dan 50% dilakukan pembelajaran online. Atau ada pula yang menggunakan
komposisi 75/25, artinya 75% pembelajaran tatap muka dan 25% pembelajaran
online. Demikian pula dapat dilakukan 25/75, artinya 25% pembelajaran tatap
muka dan 75% pembelajaran online. Pertimbangan untuk menentukan apakah
komposisinya 50/50, 75/25 atau 25/75 bergantung pada analisis kompetensi
yang ingin dihasilkan, tujuan mata pelajaran, karakteristik pebelajar, interaksi
tatap muka, strategi penyampaian pembelajaran online atau kombinasi,
karakteristik, lokasi pebelajar, karakteristik dan kemampuan pengajar, dan
sumber daya yang tersedia. Berdasarkan analisis silang terhadap berbagai
pertimbangan tersebut, pengajar akan dapat menentukan komposisi
(presentasi) pembelajaran yang paling tepat. Namun demikian, pertimbangan
utama dalam merancang komposisi pembelajaran adalah penyediaan sumber
belajar yang cocok untuk berbagai karakteristik pebelajar agar dapat belajar
lebih efektif, efisien, dan menarik.

Dalam skenario pembelajaran berikutnya tentu saja harus


memutuskan untuk tujuan mana yang dilakukan dengan pembelajaran tatap
muka, dan bagian mana yang offline dan online. Misalnya dalam pembelajaran
komputer, pada saat menjelaskan pengetahuan dan materi Microsoft Office
dapat dilakukan melalui pembelajaran berbasis komputer (offline), untuk
melihat aplikasi penggunaan/praktek Microsoft Office dapat dilakukan melalui
akses internet (online), dan pada saat menjelaskan dan mendemonstrasikan,
melatih keterampilan, dan diskusi kelas lebih cocok dilakukan dengan tatap
muka. Demikian pula dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
di mana guru atau instruktur semua kegiatan berbasis audio (pemahaman
pendengaran, ekspresi oral) akan berlangsung di ruang kelas, sedangkan
kegiatan berbasis teks akan dilakukan secara online. Yang penting,
pembelajaran berbasis blended learning bertujuan untuk memfasilitasi
terjadinya belajar dengan menyediakan berbagai sumber belajar dengan
memperhatikan karakteristik pebelajar dalam belajar. Pembelajaran juga dapat
mendorong peserta untuk memanfaatkan sebaik-baiknya kontak face-to-face
dalam mengem-bangkan pengetahuan. Lalu, persiapan dan tindak-lanjutnya
dapat dilakukan secara offline dan online. Program belajar yang total online
tidak dianjurkan untuk pembelajaran yang masih mempertimbangkan perlunya
kontak tatap muka antara pebelajar dan pengajar. Namun, dalam pembelajaran
ada kalanya pebelajar tidak dapat datang karena berbagai kendala, misalnya di
jurusan pendidikan jasmani ada sebagian mahasiswa yang aktif sebagai
olahragawan yang mempunyai jadwal latihan dan pertandingan yang ketat dan
tidak sinkron dengan jadwal perkuliahan, maka pembelajaran berbasis offline
dan online menjadi memungkinkan untuk dilakukan pada kelas reguler
mahasiswa.

Pembelajaran berbasis blended learning merupakan pilihan terbaik


untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan daya tarik yang lebih besar dalam
berinteraksi antar manusia dalam lingkungan belajar yang beragam. Belajar
blended menawarkan kesempatan belajar untuk menjadi baik secara bersama-
sama dan terpisah, demikian pula pada waktu yang sama maupun berbeda.
Sebuah komunitas belajar dapat dilakukan oleh pelajar dan pengajar yang dapat
berinteraksi setiap saat dan di mana saja karena memanfaatkan yang diperoleh
komputer maupun perangkat lain (iPhone) sebagai fasilitasi belajar. Blended
learning memberikan fasilitasi belajar yang sangat sensitif terhadap segaia
perbedaan karakteristik pskiologis maupun lingkungan belajar. Hasil penelitian
Karen Precel, Yoram Eshet-Alkalai, and Yael (2009) terkait dengan kontribusi
komponen-komponen dalam blended learning menunjukkan bahwa komponen
pembelajaran yang dianggap paling berkontribusi belajar adalah tugas-tugas
(rerata = 4,72), buku cetak (rerata = 4,54), presentasi pertemuan (rerata = 4,42),
clan pertemuan kuliah tatap muka dengan instrukoir (rerata = 4,15). Video
online kuliah memberikan kontribusi terhadap belajar (rerata = 3,83), bu;w
pelajaran online memiliki kontributsi rata-rata untuk belajar (rerata = 3.32),
walaupun kontribusinya rendah hampir setengah dari peserta (46,5%)
menyatakan Bering menggunakannya.

G. Keuntungan Blended Learning

Berdasarkan perkembangan teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk


pembelajaran, saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk
semua jenis pembelajaran pelatihan, karena setiap teknologi memiliki
keunggulan masing-masing.

Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai


sumber belajar, dapat dibawa ke mana-mana tanpa menggunakan listrik.
Sedangkan komputer mempunyai keunggulan pembelajaran yang lebih
interaktif dapat berupa teks, gambar, film, animasi dan dapat dikonversi dalam
berbagai bentuk digital, tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung kepada
catu daya listrik. Pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif
dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai
keunggulan untuk tujuan belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu.

Demikian juga metode pembelajaran untuk siswa di Sekolah Dasar


dapat efektif, tetapi tidak untuk mahasiswa pascasarjana, demikian pula
sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran yang berbeda
untuk karakteristik pebelajar yang berbeda. Untuk memenuhi semua
kebutuhan belajar dengan berbagai karakteristik orang yang belajar maka
pendekatan melalui blended learning adalah yang paling tepat.

Dengan blended leaning memungkinkan pembelajaran menjadi lebih


profesional untuk menangani kebutuhan belajar dengan cara yang paling
efektif, efisien, dan memiliki daya tarik yang tinggi. Keuntungan yang diperoleh
dengan manfaat pembelajaran berbasis blended bagi lembaga pendidikan atau
pelatihan adalah:

 memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan;

 kemudahan implementasi;

 efisiensi biaya;

 hasil yang optimal;

 menyesuaikan berbagai kebutuhan pebelajar, dan

 meningkatkan daya tarik pembelajaran.

H. Peran pengajar Peran

pengajar dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat


penting dalam mengelola pembelajaran. Yang pasti pengajar harus melek
informasi. Di samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi
pembelajaran tatap muka, pengajar juga harus memiliki kpengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis computer
(Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk
mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau lebih metode
pembelajaran tersebut.
Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan tatap muka
terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis komputer
offline dan pembelajaran secara online. Kombinasi pembelajaran juga dapat
diterapkan pads integrasi e-learning (online), menggunakan komputer di kelas,
dan pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan belajar perlu diberikan
kepada pebelajar sejak awal, agar para pebelajar memiliki keterampilan belajar
kombinasi sejak awal, karena kemampuan ini akan menjadi alat belajar di mass
depan. Peran pengjaar sangat penting karena hal ini memerlukan proses
transformasi pengetahuan isi dan blended learning sebagai alat. Dengan makin
baiknya sistem ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, maka penduduk dunia
akan semakin banyak pula, oleh karena itu perlu dilakukan pembelajaran yang
efisien dalam pemanfaatan sumber daya, pembelajaran berbasis blended
learning merupakan suatu keniscayaan untuk dilaksanakan dalam sistem
pembelajaran, khususnya di Indonesia. Kunci dari semua ini terletak pads peran
pengajar yang mengusai kompetensi untuk mengelola pembelajaran berbasis
blended learning.

I. Unsur-Unsur Blended Learning

Pembelajaran berbasis blended learning mengkombinasikan antara


tatap muka dan elearning tinggi paling tidak memiliki 6 (enam) unsur, yaitu: (a)
tatap muka (b) belajar mandiri, (c) aplikasi, (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f)
evaluasi. Pembelajaran Tatap muka Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti
yang sudah di!akukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan
komputer, pengajar sebagai sumber belajar utama. Pengajar menyampaikan isi
pembelajaran, melakukan tanya jawab, diskusi, memberi bimbingan, tugastugas
kuliah, dan ujian. Semua dilakukan secara sinkron (synchronous), artinya semua
pebelajar belajar isi pembelajaran pads waktu dan tempat yang sama.
Beberapa variasi yang dilakukan, misalnya dosen membagi perkuliahan
ke dalam topik-topik yang harus di bahas oleh mahasiswa di depan kelas,
mehasiswa membuat makalah untuk presentasi mahasiswa sebagai peserta dan
melakukan klarifikasi, tanyajawab, dan memecahkan masalah. Dengan
menggunakan pendekatan berpusat pads pebelajar, kuliah dilakukan dengan
tutorial, buku kerja, menulis makalah, dan penilaian.

Dalam pembelajaran tatap muka, untuk mengakomodasi perbedaan


individual kemudian berkembang cara dengan memberikan tugas belajar
mandiri melalui pembelajaran menggunakan dengan sekarang di sekolah
digunakan Lembar Kerja Siswa. Tujuannya tentu agar siswa yang berlainan
karakteristik kecerdasannya akan belajar sesuai dengan kecepatan belajarnya.
Dalam sumber belajar untuk pembelajaran mandiri ini, kebanyakan pengajar
memerlukan buku teks 2 atau atau lebih sebagai sumber belajar.

Dalam pembelajaran berbasis blended learning, akan banyak sumber


belajar yang harus diakses oleh pebelajar, karena sumber-sumber tersebut
tidak hanya terbatas pads sumber belajar yang dimiliki pengajar, perpustakaan
lembaga pendidikannya saja, melainkan sumber-sumber belajar yang ada di
perpustakaan seluruh dunia. Pengajar yang profesional dan kompeten dalam
disiplin ilmu tentu dapat merancang sumber-sumber belajar mana saja yang
dapat diakses untuk mengkombinasikan dengan buku, multimedia, dan sumber
belajar lain.

J. Pembelajaran Berbasis Masalah

Aplikasi dalam pembelajaran berbasis blended learning dapat dilakukan


melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Masalah. Melalui pembelajaran
berbasis masalah, pebelajar akan belajar berdasarkan masalah yang harus
dipecahkan, kemudian melacak konsep, prinsip, dan prosedur yang harus
diakses untuk memecahkan masalah tersebut. Ini berbeda dengan
pembelajaran konvensional, yang di tahap awal disajikan konsep, prinsip, dan
prosedur yang diakhiri dengan menyajikan masalah. Asumsinya, pebelajar
dianggap belum memiliki pengetahuan prasyarat untuk memecahkan masalah,
sehingga konsep-konsep tersebut disajikan terlebih dahulu. Melalui
pembelajaran berbasis masalah, pebelajar akan secara aktif mendefinisi kan
masalah, mencari berbagai alternatif pemecahan, dan melacak konsep, prinsip,
dan prosedur yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah tersebut.

K. Pembelajaran Tutorial

Program pembelajaran berbasis komputer memerlukan kegiatan


tutorial tatap muka, namun sifat tutotial berbeda dengan pembelajaran tatap
muka konvensional. Pada tutorial, pebelajar yang aktif untuk menyampaikan
masalah yang dihadapi, seorang pengajar akan berperan sebagai tutor yang
membimbing. Sejumlah program universitas menggunakan berbagai
pembelajaran interaktif komputer. Perusahaan menyediakan pembelajaran
berbasis CD-ROM dan konten online. Meskipun aplikasi teknologi dapat
meningkatkan keterlibatan pebelajar dalam belajar, peran pengajar masih
diperlukan sebagai tutor.

L. Pembelajaran Kolaborasi

Kerjasama atau kolaborasi merupakan salah satu ciri penting


pembelajaran mass depan yang lebih banyak mengedepankan kemampuan
individual, namun kemampuan ini kemudian disinergikan untuk menghasilkan
produk, karena produk mass depan, apalagi produk komputer balk berupa
perangkat keras maupun perangkat lunak yang kompleks, diperlukan
pendekatan interdisipliner. Oleh karena itu produk mass depan adalah produk
yang dihasilkan dari kegiatan kolaborasi. Keterampilan kolaborasi harus menjadi
bagian penting dalam pembelajaran berbasis blended learning.

Hal ini tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka konvensional


yang sernua pebelajar belajar di dalam kelas yang sama di bawah kontrol
pengajar, dalam pembelajaran berbasis blended, maka pebelajar bekaerja
secara mandiri dan berkolaborasi. Oleh karena itu, tagihan dalam pembelajaran
ini akan berbeda dengan pembelajaran tatap muka.

Evaluasi pembelajaran berbasis blended learning tentunya akan sangat


berbeda dibanding dengan evaluasi pembelajaran tatap muka. Evaluasi harus
didasarkan pads proses dan hasil yang dapat dilakukan melalui penilaian
evaluasi kinerja belajar pebelajar berdasarkan portofolio. Demikian pula
penilaian perlu melibatkan bukan hanya otoritas pengajar, namun perlu ada
penilaian diri oelh pebelajar, maupun penilai pebelajar lain.
BAB II

Pendidikan Jasmani

A. Pengertian Pendidikan Jasmani

Dr. Siedentop (1991), seorang pakar pendidikan jasmani dari Amerika


Serikat, mengatakan bahwa dewasa ini pendidikan jasmani dapat diterima
secara luas sebagai model “pendidikan melalui aktivitas jasmani”, yang
berkembang sebagai akibat dari merebaknya telaahan pendidikan gerak pada
akhir abad ke-20 ini dan menekankan pada kebugaran jasmani, penguasaan
keterampilan, pengetahuan, dan perkembangan sosial. Secara ringkas dapat
dikatakan bahwa: "pendidikan jasmani adalah pendidikan dari, tentang, dan
melalui aktivitas jasmani".
Menurut Jesse Feiring Williams (1999; dalam Freeman, 2001),
pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih
sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini
didukung oleh adanya pemahaman bahwa:

„Manakalah pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur


yang terpisah, pendidikan, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan
fisikal.melalui pemahaman sisi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan
individu adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani
diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukkan
bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan
personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan
estetika.’

Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui


aktivitas fisikal (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek
perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa.
Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus
dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu pula berdampak pada
perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain. Rink
(1985) juga mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai "pendidikan melalui
fisikal", seperti:

‘Kontribusi unik pendidikan jasmani terhadap pendidikan secara umum


adalah perkembangan tubuh yang menyeluruh melalui aktivitas jasmani. Ketika
aktivitas jasmani ini dipandu oleh para guru yang kompeten, maka basil berupa
perkembangan utuh insani menyertai perkembangan fisikal-nya. Hal ini hanya
dapat dicapai ketika aktivitas jasmani menjadi budaya dan kebiasaan jasmani
atau pelatihan jasmani.
Pendapat lain namun dalam ungkapan yang senada, seperti
diungkapkan. Barrow (2001; dalam Freeman, 2001) adalah bahwa pendidikan
jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak
insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot,
termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan jasmani (exercise).
Hasil yang ingin dicapai adalah individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini
menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya
ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Dalam menempatkan posisi pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa


kontribusi pendidikan jasmani hanya akan bermakna ketika
pengalamanpengalaman gerak dalam pendidikan jasmani berhubungan dengan
proses kehidupan seseorang secara utuh di masyarakat. Manakala pengalaman
dalam pendidikan jasmani tidak memberikan kontribusi pada pengalaman
kependidikan lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam pelaksanaan
program pendidikan jasmaninya.

James A.Baley dan David A.Field (2001; dalam Freeman, 2001)


menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani
yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini
menyebutkan bahwa:

‘Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan


pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural,
emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai
aktivitas jasmani.’

Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin


dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada
berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan
sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat
membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau
prestasi.

Pendidikan jasmani memusatkan diri pada semua bentuk kegiatan


aktivitas jasmani yang mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik),
memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, olahraga, dan fungsi
dasar tubuh manusia. Dengan demikian, Freeman (2001:5) menyatakan
pendidikan jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok bagian, yaitu:

1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media fisikal, yaitu: beberapa


aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.

2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup


berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus
didapat perbedaan yang mencolok.

3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini,
tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa fisikal, nonfisikal pun
bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga
perkembangan kognitif dan afektif.

Secara utuh, pemahaman yang harus ditangkap adalah: pendidikan


jasmani menggunakan media fisikal untuk mengembangkan kesejahteraan total
setiap orang. Karakteristik pendidikan jasmani seperti ini tidak terdapat pada
matapelajaran lain, karena hasil kependidikan dari pengalaman belajar fisikal
tidak terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja. Konteks melalui aktivitas
jasmani yang dimaksud adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi
tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan pikiran.
Tentu, pendidikan jasmani tidak hanya menyebabkan seseorang
terdidik fisiknya, tetapi juga semua aspek yang terkait dengan kesejahteraan
total manusia, seperti yang dimaksud dengan konsep “kebugaran jasmani
sepanjang hayat”. Seperti diketahui, dimensi hubungan tubuh dan pikiran
menekankan pada tiga domain pendidikan, yaitu: psikomotor, afektif, dan
kognitif. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga, Syer &
Connolly (1984); Clancy (2006); Begley (2007), menyebutkan hal senada bahwa
“tubuh adalah tempat bersemayamnya pikiran.” Ada unsur kesatuan
pemahaman antara tubuh dengan pikiran.

B. Kesatuan Unsur Tubuh dan Pikiran

Salah satu masalah besar, untuk selama bertahun-tahun lamanya


seolah tidak akan pernah tuntas, adalah perdebatan antara intelektual dan
jasmani. Kepercayaan banyak orang adalah bahwa tubuh terpisah dari
pikiran, yang kemudian memunculkan pemahaman "dualisme" dan
cenderung mengarah pada pikiran adalah sesuatu yang diutamakan,
sementara tubuh adalah sesuatu yang inferior. Sebagai contoh, sering
didapatkan pada rohaniawan yang mengutamakan pada kesempurnaan
pikiran daripada kesejahteraan fisiknya. Bahkan sampai pada keyakinan
bahwa pikiran berada di atas unsur tubuh, dan mengendalikan semua
sistem tubuh yang ada.

Sebaliknya, ada juga filosofi yang menyebutkan bahwa tubuh dan


pikiran bersatu, yang kemudian dikenal sebagai aliran pemahaman holism,
suatu kesatuan antara tubuh dan pikiran. Keyakinan ini dapat dengan
mudah dikenali, seperti yang sering didengar sebuah semboyan Orandum
est ute sit men sana in corpore sano atau seperti: a sound mind in a sound
body (Krecthmar, 2005:51). Moto seperti ini, sering dijadikan rujukan dalam
setiap pelaksanaan pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memanfaatkan
aktivitas jasmani untuk mengembangkan aspek tubuh dan pikiran, dan
bahkan aspek spiritual. Hal ini pun menjadi fokus orientasi utama dalam
pengembangan aktivitas jasmani sebagai upaya pengembangan utuh-
manusia.

Pertanyaan utama yang patut dimunculkan adalah apakah benar


keyakinan terhadap kesatuan tubuh dan pikiran? Pada kenyataannya di
masyarakat sering ditemukan keyakinan bahwa tubuh dan pikiran berada
pada sifat dualism. Sesungguhnya, pendidikan jasmani mencoba
membuktikan dan meyakinkan setiap orang bahwa tubuh dan pikiran
berpadu menjadi satu kesatuan dalam konsep holism, meskipun pikiran
berada di atas kedudukan tubuh. Inilah bukti bahwa perdebatan itu akan
senantiasa muncul sebagai akibat adanya dinamika dalam pemikiran.

Pendapat yang bijak dapat dimunculkan ketika mencoba


memposisikan diri pada pemikiran netral, bijak dalam memposisikan
masing-masing pendapat, pikiran mengendalikan tubuh, tetapi tubuh pun
dapat memberikan informasi dan mempengaruhi pikiran. Pembenaran akan
dapat diterima ketika apa yang terjadi sesuai dengan landasan teoritisnya.
Tetapi, teori dapat diterima ketika sejalan dengan apa yang terjadi.

C. Sejarah Istilah Pendidikan Jasmani

Sejarah istilah pendidikan jasmani di Amerika Serikat berawal dari


istilah gymnastics, hygiene, dan physical culture Siedentop (1972). Di tanah
air, istilah pendidikan jasmani berawal dari istilah gerak badan atau aktivitas
jasmani. Dalam perjalanan sejarah juga pernah mengalami istilah
pendidikan olahraga, pendidikan jasmani kesehatan rekreasi, pendidikan
jasmani kesehatan, sebelum kembali pada istilah pendidikan jasmani
sekarang ini. Perjalanan ini menunjukkan ketidak-konsistenan misi dan visi
pendidikan jasmani yang diemban di tanah air, terombang-ambing
pengaruh zaman dan budaya serta nilai orientasi yang diyakini masyarakat.
Hingga saat ini pun, di sekolah dikenal istilah matapelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, tetapi seolah sepakat semua orang
menyebutnya sebagai matapelajaran olahraga.

Bahkan diantara para guru-nya pun lebih senang dipanggil sebagai


guru olahraga daripada guru pendidikan jasmani. Inilah bukti ketidak-
konsistenan arah dan tujuan pendidikan jasmani di tanah air. Istilah
gymnastics yang pernah ada di Amerika, terjadi sekitar tahun 1800-an, yang
merujuk pada aktivitas jasmani atau latihan yang dilakukan di gymnasium.
Istilah ini juga populer di negara Eropa, tetapi di Amerika digunakan sebagai
bagian fase perkembangan program pendidikan jasmani. Pada saat ini,
karena terjadi penciutan makna, berubah menjadi lebih spesifik, seperti:
olympic gymnastics atau corrective gymnastics.

Hygiene, suatu istilah populer lainnya pada tahun 1800-an, yang


mengacu pada pengetahuan untuk mengantarkan orang menjadi sehat.
Istilah ini muncul kembali pada tahun 1900-an meski menjadi istilah health
education. Pada saat kemunculan itu para pemimpin di bidang pendidikan
jasmani memusatkan diri dan mengembangkan diri untuk bias
mengantarkan para siswanya sehat.

Istilah lain yang pernah muncul di Amerika Serikat adalah physical


culture. Pada sekitar tahun 1800-an, istilah ini sangat dekat dengan tema
pelatihan jasmani, yang lebih mengarah pada program latihan kondisi fisik.
Program seperti ini juga sering diselenggarakan pada program militer
mereka. Tetapi, tentu istilah ini tidak akan sesuai jika diselenggarakan
dalam program pendidikan jasmani di sekolah.
D. Hubungan Pendidikan Jasmani, Play (bermain) dan Sport

Merumuskan pengertian pendidikan jasmani harus


mempertimbangkan dalam hubungan-nya dengan bermain (play) dan
olahraga (sport). Berbagai studi di negara maju telah menelusuri dan
mengembangkan konsep bermain dan implikasinya bagi kesejahteraan-
total manusia. Demikian juga dengan studi tentang pendidikan jasmani dan
olahraga, tetapi sesungguhnya ketiga istilah itu memiliki perbedaan yang
cukup signifikan. Bermain adalah aktivitas yang digunakan untuk
mendapatkan kesenangan, keriangan, atau kebahagiaan. Dalam budaya
Amerika bermain adalah aktivitas jasmani non-kompetetif, meskipun
bermain tidak harus berbentuk aktivitas jasmani.

Bermain, seyogyanya bukanlah pendidikan jasmani atau olahraga.


Tetapi sayang, kegiatan aktivitas jasmani anak-anak di masa lalu, seperti:
eggrang, bakiak, gobag sodor, atau gebuk bantal dikategorikan sebagai
olahraga tradisional dari bentuk permainan, maka tidak jelas perbedaannya
dengan kegiatan olahraga secara umum. Penulis menyadari, secara tidak
sengaja telah terjadi keragaman makna olahraga seharusnya dikategorikan
sesuai dengan tujuannya, namun demikian sangat memungkinkan
terjadinya kerancuan dalam pemaknaan hakiki olahraga. Kerancuan ini
terjadi pada pemaknaan konsep bermain dengan konsep olahraga
tradisional. Karena itu, disarankan olahraga tradisional tetap saja sebagai
kegiatan permainan, dan bukan mengarah pada makna kompetisi atau
olahraga. Sport, jika diartikan sebagai olahraga (ingat: olahraga bisa
bermakna ganda, olahraga dalam Bahasa Indonesia, yang berarti membina
raga, mengembangkan tubuh agar sehat, kuat, dan atau produktif; dan
olahraga dalam pemaknaan konsep sport).
Sport dalam sistem budaya Amerika adalah bentuk aktivitas
bermain yang diorganisir dan bersifat kompetetif. Coakley (2001),
menyatakan bahwa olahraga memiliki tiga indikator, yaitu: 1) sebagai
bentuk keterampilan tingkat tinggi; 2) dimotivasi oleh faktor intrinsik dan
ekstrinsik motivasi; dan 3) ada lembaga yang mengatur dan mengelolanya.
Sport dalam budaya Amerika tidak sama dengan olahraga dalam budaya
Indonesia. Karena itu pula, olahraga bukanlah sport. Sebagai contoh:
cobalah bandingkan ketika: a) sepuluh orang anak bermain sepakbola di
suatu halaman serambi swalayan, masing-masing berusaha memasukan
bola kegawang lawan, dengan b) sebelas orang pemain PERSIB bertanding
sepakbola melawan sebelas orang pemain PERSIJA. Manakah yang disebut
olahraga? Dan manapula yang disebut sebagai kegiatan bermain?

Lebih lanjut, olahraga dalam konteks sport adalah keterampilan


yang diformalkan kedalam beberapa tingkatan dan dikendalikan oleh
aturan atau peraturan yang telah disepakati. Meskipun peraturan tersebut
tertulis atau tidak tertulis, tetapi diakui sebagai rujukan bersama dan tidak
bisa diubah ketika sedang melakukan olahraga tersebut.

Olahraga tidak dapat diartikan terpisah dari ciri kompetitif-nya.


Ketika olahraga kehilangan ciri kompetitifnya, maka aktivitas jasmani itu
menjadi bentuk permainan atau rekreasi. Bermain dapat berubah menjadi
olahraga, sementara olahraga tidak akan pernah menjadi bentuk bermain;
unsur kompetitif menjadi aspek penting pada kegiatan olahraga sebagai
sport.

Pendidikan jasmani memiliki ciri bermain dan olahraga, tetapi


secara eksklusif bukanlah suatu kombinasi yang setara diantara istilah
bermain dan olahraga. Seperti sudah dikemukakan pada bagian awal tulisan
ini, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang diarahkan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik dan
juga aktivitas pendidikan, tetapi baik itu kegiatan bermain atau olahraga
(sebagai sport), keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses
kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat
dimanfaatkan untuk pencapaian kepentingan pendidikan.

Bermain, olahraga (sport) dan pendidikan jasmani mengandung


unsur "gerak insani". Ketiganya dapat dimanfaatkan untuk proses
kependidikan. Bermain dapat dimanfaatkan untuk kepentingan relaksasi
dan hiburan, tanpa ada dampak pada tujuan pendidikan, seperti juga
olahraga muncul bukan diarahkan untuk kepentingan-kepentingan
pendidikan. Sebagai contoh: beberapa atlet profesional (dalam beberapa
cabang olahraga) tidak menunjukkan adanya ciri-ciri kependidikan.
Sedangkan, ada pula beberapa ahli kependidikan jasmani belum
menerapkan olahraga sebagai ciri kehidupannya. Keriangan dan pendidikan
bukanlah sesuatu yang bermakna eksklusif, tetapi semua itu dapat dan
harus muncul bersama-sama.

Beragamnya makna olahraga oleh masyarakat menandakan bahwa


olahraga memiliki sejuta makna yang dapat diterjemahkan menurut selera
dan wawasan pengetahuan masyarakat itu sendiri. Makna yang sangat
sederhana adalah aktivitas jasmani. Namun terkadang juga diterjemahkan
sebagai bentuk "prestasi" dari penampilan keterampilan tingkat tinggi.
Makna olahraga bercampur antara olahraga sebagai aktivitas jasmani,
bermain, atau gerak badan, sampai dengan makna olahraga sebagai bentuk
"prestasi" tingkat tinggi. Sistem budaya dan kepercayaan kemudian
menentukan bahwa olahraga di masyarakat terbagi ke dalam olahraga
pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga prestasi. Selain itu juga dikenal
olahraga kesehatan, olahraga rehabilitiasi, dan olahraga tradisional. Hal ini
terjadi ditunjang pula oleh nilai-nilai atau keyakinan yang diperoleh, untuk
kemudian dikelompokkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dari
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan olahraga.

E. Pendidikan Jasmani: Bidang Kajian yang Sangat Luas.

Pendidikan jasmani, sangat memungkinkan untuk sepadan dengan


istilah gerak insani (human movement), karena menggunakan aktivitas
jasmani sebagai alat untuk mendapatkan perkembangan yang menyeluruh
dalam hal kualitas fisik, mental, dan emosional seseorang. Pendidikan
jasmani memperlakukan seseorang sebagai individu yang utuh dan
menyeluruh mencakup kesejahteraan total manusia, dan tidak memisahkan
dimensi fisik dan kualitas mental, yang selama ini dianggap tidak memiliki
hubungan kuat atau terpisah satu sama lain. Pendidikan jasmani adalah
suatu kajian yang sangat luas. Fokus kajiannya pada peningkatan kualitas
gerak manusia. Secara lebih spesifik menghubungkan kajian antara gerak
insani dengan pendidikan. Hubungan itu termasuk pengembangan dimensi
pikiran dan jiwa spiritual. Kajiannya juga termasuk pada dampak
perkembangan jasmani terhadap pertumbuhan dan kontribusi unik
pendidikan jasmani. Tidak ada suatu kajian yang memusatkan pada
pengembangan total manusia secara utuh, kecuali pendidikan jasmani.
Karena itu pula, hal inilah yang mencirikan luasnya bidang kajian pendidikan
jasmani.

BAB III
KONSTRUKSI NILAI MELALUI PENDIDIKAN OLAHRAGA

Mencermati perilaku masyarakat pada umumnya dan pelajar pada


khususnya dewasa ini, bangsa Indonesia patut merenung dan mengungkapkan
rasa keprihatinan yang mendalam. Indonesia yang dulu dikenal sebagai bangsa
yang santun, toleran, dan bersahabat; kini seolah berubah menjadi bangsa yang
suka marah, suka melakukan kekerasan, dan tidak taat pada aturan main.
Berbagai panggung kehidupan telah memberikan bukti kepada bangsa ini
tentang hal tersebut, baik dalam skala mikro seperti kekerasan dalam keluarga
maupun bersifat makro seperti penyerangan terhadap aliran keagamaan,
tawuran antarpelajar, tindakan anarkis mahasiswa dalam berdemo, dan
kerusuhan suporter sepakbola. Apa yang sedang terjadi pada bangsa ini?
Mengapa semua itu harus terjadi? Upaya apa yang bisa dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut? Tidak mudah untuk mencari jawaban atas pertanyaan
tersebut, mengingat banyak faktor yang melingkupinya seperti faktor
pendidikan, ekonomi, sosial, dan kemiskinan.

Dalam konteks pendidikan, ketika sebagian pelajar dianggap tidak lagi


memiliki etika bertingkah laku, banyak pihak yang mengusulkan dihidupkannya
kembali pendidikan budi pekerti. Nostalgia masa lalu ketika mendapatkan
pendidikan seperti itu tampaknya menjadi dasar pijakan. Pihak-pihak tersebut
seolah berkesimpulan, anak-anak sekarang perilakunya buruk karena tidak
mendapatkan pelajaran budi pekerti. Ada juga yang berpendapat, untuk
meningkatkan moral anak, jam pelajaran Agama perlu ditambah. Per-
tanyaannya kemudian: Apakah dengan penambahan jam pelajaran pendidikan
agama akan terjadi peningkatan moral peserta didik? Tidak mudah untuk
menjawab pertanyaan tersebut.

Setidaknya diperlukan penelitian yang mendalam untuk dapat


menjelaskan hal tersebut. Tulisan berargumentasi bahwa penambahan mata
pelajaran baru, dalam hal ini budi pekerti, dibutuhkan suatu kebijakan di tingkat
makro seperti keputusan Menteri, dan dalam pelaksanaannya pun akan
menimbulkan masalah baru, seperti siapa yang harus mengajar dan bagaimana
bentuk pengajarannya. Demikian juga dalam hal pendidikan agama. Jika
orientasi pendidikan agama bersifat indoktrinasi dan mengedepankan ritual
seperti yang selama ini terjadi, tidak banyak yang bisa diharapkan meskipun jam
pelajarannya ditambah.

Banyak pihak menaruh harapan kepada pendidikan olahraga, meskipun


dengan Pendidikan Olahraga memang tidak serta merta sejumlah persoalan di
atas akan terselesaikan. Pendidikan Olahraga juga bukanlah segala-galanya,
akan tetapi melalui Pendidikan Olahraga banyak hal yang bisa diajarkan.
Misalnya, terkait dengan nilai persamaan dan kebersamaan, fair play,
kompetisi, toleransi yang kesemuanya merupakan prasarat dasar mewujudkan
masyarakat madani (civil society). Meskipun demikian, harus juga diakui bahwa
apa yang dikemukakan di atas belum sesuai dengan yang diharapkan. Ada
kesenjangan yang cukup dalam antara tataran teoretik dan empirik. Penelitian
yang dilakukan terhadap masalah ini (misalnya: Kleiber & Robert, 1981;
Bredemeier & Shields, 1986) belum menunjukkan kesimpulan yang konsisten.
Pertanyaannya, mengapa kondisi yang demikian bisa terjadi? Bagaimanakah
model pembelajaran yang memungkinkan nilai-nilai moral seperti kejujuran,
respek, tanggung jawab, dan toleransi terkonstruksi dalam diri siswa? Hal inilah
yang menjadi fokus tulisan ini. Uraian akan dimulai dengan memberikan
pengertian dasar dari pendidikan olahraga, dilanjutkan dengan dekonstruksi
nilai yang terjadi di dalamnya. Pembahasan akan diakhiri dengan menawarkan
sebuah solusi fundamental berupa rekonstruksi pembelajaran olahraga di
sekolah.
A. Konsep Dasar Pendidikan Olahraga

Sebelum membahas lebih jauh, perlu disepakati dulu tentang beberapa


istilah yang acapkali digunakan secara bertukar (interchangeable), yakni:
Olahraga, Olahraga Pendidikan, Pendidikan Jasmani, Pendidikan Olahraga, dan
bisa jadi ada istilah lain. Tulisan ini tidak akan membahas definisi setiap istilah
tersebut karena penulis tidak ingin terjebak dalam diskusi definisi, melainkan
memberikan highlight atas beberapa istilah tersebut. Dua istilah yang pertama,
subjek dasarnya adalah olahraga sedangkan kata pendidikan memberikan
keterangan. Keduanya menginduk pada Ilmu Keolahragaan (sport sciences) dan
secara yuridis mengacu pada UU No. 3/2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional.

Sementara itu, dua istilah yang terakhir, subjek dasarnya adalah


pendidikan sedangkan kata olahraga sekedar memberi keterangan. Keduanya
menginduk pada Ilmu Pendidikan dan secara yuridis mengacu pada UU No.
20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam tulisan ini sengaja
digunakan istilah pendidikan olahraga untuk memberikan kesan kuat makna
pen-didikan. Istilah Pendidikan Olahraga dalam tulisan ini didefinisikan sebagai
usaha sadar dan terencana yang dilakukan melalui aktivitas fisik terpilih untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara paripurna, baik menyangkut
kepribadian, intelektual, sosial, dan keterampilan. Secara sederhana,
pendidikan olahraga dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang dilakukan
melalui aktivitas olahraga. Mengingat pendidikan sebagai core-nya, maka tidak
mengherankan apabila nilai-nilai pendidikan yang ada dalam aktivitas olahraga
menjadi hal yang sangat penting untuk diketengahkan. Sementara itu, nilai
(value) dalam tulisan ini didefinisikan sebagai “… an enduring belief that a
specific mode of conduct or endstate of existence is personally or socially
preferable to an opposite or converse mode of conduct or end-state of existence
(Schwartz & Bilsky, 1990; Rokeach, 1973).

Perlu juga ditegaskan di sini bahwa pengertian nilai dalam tulisan ini
lebih difokuskan pada nilai-nilai moral (Miller, Roberts & Ommundsen, 2005).
Kendati banyak aspek nilai lain yang terkandung dalam aktivitas olahraga. Telah
menjadi keyakinan umum bahwa aktivitas olahraga syarat dengan nilai-nilai
pendidikan seperti kejujuran, sportivitas, disiplin, dan tanggung jawab. Bahkan,
ada ungkapan yang sudah menjadi keyakinan sejarah dari waktu ke waktu:
Sport build character (Maksum, 2005; 2002). United Nations (2003) melalui
Task force on Sport for Development and Peace menyatakan bahwa olahraga
merupakan instrumen yang efektif untuk mendidik kaum muda, terutama
dalam hal nilai-nilai. Sport provides a forum to learn skills such as discipline,
confidence and leadership and it teaches core principles such as tolerance,
cooperation and respect. Sport teaches the value of effort and how to manage
victory, as well as defeat. When these positive aspects of sport are emphasized,
sport becomes a powerful vehicle through which the United Nations can work
towards achieving its goals (p. v). Sejumlah nilai yang ada dan dapat dipelajari
melalui aktivitas olahraga meliputi: Cooperation, Communication, Respect for
the rules, Problem-solving, Understanding, Connection with others, Leadership,
Respect for others, Value of effort, How to win, How to lose, How to manage
competition, Fair play, Sharing, Self-esteem, Trust, Honesty, Self-respect,
Tolerance, Resilience, Teamwork, Discipline, Confidence (United Nations, 2003).
Uraian di atas menunjukkan bahwa aktivitas olahraga mengandung nilainilai
yang sangat esensial bagi kehidupan dan kemanusiaan.

Ketika peserta didik bermain sepakbola, misalnya, selain belajar


keterampilan seperti menendang dan menggiring bola, juga belajar bekerja
sama, kepercayaan, dan respek kepada orang lain. Sulit rasanya menciptakan
goal ke gawang lawan tanpa adanya kerjasama yang optimal di antara pemain.
Seorang pemain tidak akan memberikan bola kepada teman sesama tim andai
saja tidak percaya kepada yang bersangkutan. Demikian juga melalui sepakbola
peserta didik belajar menghormati dan menghargai lawan, misalnya ketika
lawan mengalami cedera atau bahkan memenangkan suatu pertandingan.
Meskipun nilai-nilai tersebut demikian menonjol dalam olahraga, sayangnya
dalam tataran praktis masih jauh dari apa yang diharapkan. Tidak banyak insan
olahraga yang mau dan mampu menerapkannya. Kepentingan sesaat seperti
kemenangan dan gengsi lebih menonjol dibanding penghormat-an terhadap
nilai-nilai kemanusiaan. Tentu hal ini merupakan ironi.

B. Dekonstruksi Nilai-nilai Olahraga

Andai saja Baron Pierre de Coubertin sebagai penggagas Olimpiade


modern masih bisa menyaksikan berbagai pagelaran akbar olahraga seperti SEA
Games, ASIAN Games, Commonwealth Games, dan Olympic Games, Baron
Pierre de Coubertin mungkin akan tersenyum karena apa yang dirintis sejak
lebih dari satu abad yang lalu telah berkembang demikian pesat dengan
melibatkan ribuan peserta dari berbagai negara. Sebagai contoh, pada tahun
1896 di mana Olimpiade pertama dilakukan di Athens hanya diikuti oleh 13
negara dengan 280 atlet. Sementara pada tahun 2008 di Beijing yang baru lalu,
Olimpiade diikuti oleh 204 negara dengan 11.028 atlet.

Namun demikian, senyum yang merupakan ekspresi dari kebahagiaan


tersebut, sangat bolehjadi akan berubah dalam sekejap menjadi tangis – pilu,
mengingat olahraga telah mengalami distorsi dan pendangkalan nilai-nilai.
Olahraga sudah bukan lagi merupakan ekspresi homo ludens, akan tetapi telah
menjadi objek homo economicus. Pentas olahraga direduksi menjadi persoalan
“menang-kalah” dan “hadiah” yang pada gilirannya cenderung kurang
menjunjung tinggi sportivitas yang merupakan spirit dasar dari olahraga itu
sendiri. Lihatlah bagaimana pertandingan sepakbola Liga Indonesia belakangan
ini. Dari sejumlah pertandingan yang digelar, kerusuhan seolah menjadi
peristiwa yang sulit untuk dihindari. Belum lagi kasus-kasus lain seperti
pemalsuan umur, ijazah, dan suap. Ironinya, kasus-kasus tersebut tidak hanya
terjadi dalam lingkup olahraga prestasi yang notabene mengedepankan
kemenangan dan pencapaian prestasi tinggi, tetapi juga pada olahraga di
lingkungan persekolahan.

Peserta didik hanya diajarkan bagaimana memenangkan suatu


permainan dalam olahraga, bukan menemukan learning points dari permainan
tersebut, misalnya bagaimana bermain dengan cara-cara yang sportif dan
bermartabat. Nilai-nilai luhur olahraga yang seharusnya diajarkan dan dijunjung
tinggi justru terdistorsi oleh hasrat untuk menang dan mengalahkan pihak lain.
Semangat yang demikian justru semakin menjauhkan olahraga dari hakikat
dasarnya sebagaimana dikemukakan oleh Coubertin sendiri bahwa tujuan
olahraga bukanlah kemenangan, melainkan keikutsertaan, persahabatan, dan
hubungan antar umat manusia. The most important thing in the olympic games
is not to win, but to take part; just as the most important thing in life is not the
triumph, but the struggle. Persoalan distorsi nilai-nilai olahraga pada dasarnya
bukan hal baru dan telah menjadi masalah internasional. Apalagi setelah motif
ekonomi demikian menghegemoni dunia olahraga. Faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi kondisi tersebut adalah persoalan pendidikan jasmani di
sekolah. Penelitian yang dilakukan di sejumlah negara menunjukkan bahwa
pendidikan jasmani ada dalam kondisi krisis (Hardman, 2003a; 2003b).

Posisinya semakin terpinggirkan dalam struktur kurikulum, perhatian


pemerintah relatif kurang memadai, infrastruktur semakin berkurang, dan
model pembelajaran yang kurang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengoptimalkan potensinya, termasuk pengembangan nilai-nilai.
C. Rekonstruksi Pembelajaran

Untuk mengembalikan olahraga kepada hakikat dasarnya, memang


bukan persoalan mudah. Dibutuhkan usaha yang luar biasa dari semua pihak,
pemangku kepentingan (stakeholders) di bidang olahraga, mulai dari hulu
hingga hilir. Tanpa bermaksud menyederhanakan persoalan, yang memang
tidak sederhana, tulisan ini menawarkan satu solusi fundamental, yakni
melakukan rekonstruksi pembelajaran olahraga di sekolah. Setidaknya, ada tiga
alasan pokok mengapa rekonstruksi pembelajaran olahraga di sekolah diyakini
sebagai solusi yang efektif. Pertama, sebagian besar peserta didik mengenal
olahraga melalui institusi sekolah.

Kedua, usia sekolah merupakan periode efektif untuk menanamkan


nilai-nilai. Ketiga, pembelajaran olahraga di sekolah selama ini lebih
menekankan pada penguasaan keterampilan dan cenderung mengabaikan
proses pembelajaran nilai. Harus diakui bahwa proses pembelajaran olahraga di
sekolah selama ini kurang memungkinkan nilai-nilai luhur olahraga
terkonstruksi dalam kognitif siswa. Dengan demikian, bisa dipahami apabila
nilainilai luhur yang terkandung dalam olahraga belum dapat terinternalisasi
dalam diri peserta didik, apalagi mentransformasi ke dalam tingkah laku.
Bagaimana proses pembelajaran nilai dalam pendidikan olahraga? Seperti telah
diketahui bahwa terdapat tiga jenis pembelajaran, yaitu: pembelajaran motorik,
pembelajaran afektif, dan pembelajaran kognitif. Pembelajaran motorik terkait
dengan pengembangan kompetensi aktual. Pembelajaran afektif terkait dengan
pembentukan nilai, sikap, dan perasaan. Sementara itu, pembelajaran kognitif
terkait dengan pemerolehan informasi dan konsep-konsep yang terkait dengan
substansi materi yang dilatihkan. Ketiga jenis pembelajaran tersebut terkait
satu dengan yang lain. Pada tingkat tertentu pembelajaran afektif merupakan
dasar dari pembelajaran motorik dan dalam beberapa hal pembelajaran kognitif
menjadi dasar terjadinya pembelajaran afektif.

Ketiga pembelajaran tersebut akan efektif apabila peserta didik


mengalaminya dalam konteks yang riil. Johnson & Johnson (1991) menyatakan
bahwa pendekatan belajar melalui pengalaman bertujuan untuk menyiapkan
struktur kognitif, memodifikasi sikap, dan meningkatkan keterampilan perilaku
dari si pembelajar. Pendekatan belajar melalui pengalaman (experiential
learning) adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada
pengalaman langsung dan nyata di lapangan. Di sini peserta mencoba
menemukan sendiri hasil pembelajaran (learning point) dari aktivitas yang
dilakukan melalui tahapan yang disebut refleksi dan tinjauan atas pengalaman
(review). Oleh karena itu, dalam pendekatan belajar melalui pengalaman,
pengalaman dan tinjauan atas pengalaman tersebut merupakan komponen
yang sangat penting.
Lalu, bagaimana konstruksi nilainilai dapat terjadi? Tulisan ini
menawarkan sebuah model yang diberi nama SportEd, yakni sebuah model
pembelajaran olahraga berbasis pendidikan nilai. Model ini berasumsi bahwa
suatu nilai terbentuk melalui proses interaksi antara kecenderungan diri
individu mengorganisasikan pengalamannya ke dalam pola interpretasi yang
bermakna dan pengalaman lingkungan dalam memberikan informasi mengenai
realitas sosial. Pembentukan nilai dilihat sebagai sebuah proses reorganisasi
dan transformasi struktur dasar penalaran individu (Maksum, 2007; Shields, &
Bredemeier, 2006).

Pembentukan nilai bukanlah sekadar menemukan berbagai macam


peraturan dan sifat-sifat baik (Popov, 2000) melainkan suatu proses yang
membutuhkan perubahan struktur kognitif dan rangsangan dari lingkungan
sosial. Dengan demikian, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga tidak dengan
sendirinya membentuk nilai individu, tetapi apa yang dianggap sebagai nilai-
nilai tersebut harus diorganisasi, dikonstruksi, dan ditransformasikan ke dalam
struktur dasar penalaran individu yang berpartisipasi di dalamnya (Stornes &
Ommundsen, 2004; Stuntz & Weiss, 2003). Secara lebih konkrit, ada tiga
tahapan yang perlu dilakukan, yakni (1) identifikasi nilai, (2) pembelajaran nilai,
dan (3) memberikan kesempatan untuk menerapkan nilai tersebut.

1. Identifikasi Nilai Identifikasi

nilai terkait dengan nilai-nilai moral apa saja yang sekurangkurangnya


harus dimiliki oleh individu. Dalam realitas kehidupan, ada sejumlah nilai yang
terkonstruksi di dalam masyarakat, yang antara masyarakat yang satu dengan
yang lain berbeda. Ada kalanya konstruksi nilai dipengaruhi oleh kultur di mana
nilai tersebut dibentuk. Karena itu, untuk menghindari pemahaman yang
berbeda atas suatu nilai, perlu diidentifikasi nilainilai yang berlaku universal.
Dari beberapa literatur, setidaknya ada enam nilai moral yang perlu dimiliki
oleh individu, yaitu: respect, responsibility

Secara sederhana, keenam nilai tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut.


Respek adalah suatu sikap yang menaruh perhatian kepada orang lain dan
memperlakukannya secara hormat. Sikap respek antara lain dicirikan dengan
memperlakukan orang lain sebagaimana individu ingin diperlakukan; berbicara
dengan sopan kepada siapa pun; menghormati aturan yang ada dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Tanggung jawab adalah kemampuan untuk
memberikan respons, tanggapan, atau reaksi secara cakap.

Tanggung jawab dicirikan antara lain dengan melakukan apa yang telah
disepakati dengan sungguh-sungguh; mengakui kesalahan yang dilakukan tanpa
alasan; memberikan yang terbaik atas apa yang dilakukan. Peduli adalah
kesediaan untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada sesama.
Peduli antara lain ditandai dengan memperlakukan orang lain, diri, dan sesuatu
dengan kasih sayang; memperhatikan dan mendengarkan orang lain secara
seksama; menangani sesuatu dengan hati-hati. Jujur adalah suatu sikap
terbuka, dapat dipercaya, dan apa adanya. Sikap jujur antara lain ditandai
dengan mengatakan apa adanya; menepati janji; mengakui kesalahan; menolak
berbohong, menipu, dan mencuri.

Fair adalah bersikap adil dalam melakukan dan memperlakukan


sesuatu. Sikap fair antara lain ditandai dengan menegakkan hak sesama
termasuk dirinya; mau menerima kesalahan dan menanggung resikonya;
menolak berprasangka. Beradab adalah sikap dasar yang diperlukan dalam
bermasyarakat yang berintikan pada kesopanan, keteraturan, dan kebaikan.
Beradab antara lain dicirikan dengan menempatkan sesuatu pada tempatnya;
mengapresiasi terhadap keteraturan.

2. Pembelajaran Nilai

Setelah proses identifikasi nilai dilakukan dan ditemukan enam nilai


moral yang berlaku universal, maka keenam nilai moral tersebut selanjutnya
diajarkan kepada peserta didik melalui langkah-langkah sebagai berikut.

a) Menciptakan lingkungan yang memungkinkan nilai-nilai moral tersebut


diterapkan. Peran ini demikian penting dilakukan oleh guru pendidikan olahraga
dalam rangka membangun kesamaan wawasan mencapai tujuan, menciptakan
iklim moral bagi peserta didik.

b) Adanya keteladanan atau model perilaku moral. Menunjukkan perilaku


bermoral memiliki dampak yang lebih kuat daripada berkatakata tentang moral.
One man practicing good sportsmanship is better than fifty others preaching it.
c) Menyusun aturan atau kode etik berperilaku baik. Peserta didik perlu
mengetahui apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Artinya, ada pemahaman yang sama terkait dengan perilaku moral.

d) Menjelaskan dan mendiskusikan perilaku bermoral. Ketika usia anakanak,


peserta didik belajar perilaku moral dengan cara imitasi dan praktik tanpa harus
mengetahui alasan mengapa hal itu dilakukan atau tidak dilakukan. Memasuki
usia remaja dan remaja, kemampuan bernalarnya telah berkembang. Karena
itu, perlu ada penjelasan dan bila perlu ada proses diskusi untuk sampai pada
pilihan perilaku moral yang diharapkan.

e) Menggunakan dan mengajarkan etika dalam pengambilan keputusan.


Individu acapkali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang harus diambil
keputusan. Mengambil keputusan adalah proses mengevaluasi tindakan-
tindakan dan memilih alternatif tindakan yang sejalan dengan nilai moral
tertentu.

f) Mendorong individu siswa mengembangkan nilai yang baik. Guru pendidikan


olahraga perlu menciptakan situasi dan menginspirasi peserta didik untuk
menampilkan perilaku moral. A mediocre teacher tells, a good teacher explains,
a superior teacher demonstrates, and the great teacher inspires.

D . Penerapan Nilai

Setelah pengajaran nilai dilakukan, maka tahap ketiga yang perlu


dilakukan adalah memberikan kesempatan untuk mengaplikasikannya. Hal
terpenting bertalian dengan penerapan nilai adalah konsistensi antara apa yang
diajarkan dengan apa yang diterapkan. Artinya, apa yang dikatakan harus
berbanding lurus dengan apa yang dilakukan, baik pada lingkungan sekolah
maupun dalam keluarga. Terkait dengan penerapan nilai, ada dua model yang
dapat diaplikasikan. Pertama, membentuk kebiasaan rutin yang bermuatan
nilai-nilai moral. Situasi olahraga, sebagaimana dikemukakan di atas, banyak
memberikan peluang terjadinya perilaku moral. Misalnya berjabat tangan
dengan lawan main sebelum dan setelah bertanding, peduli kepada teman yang
ingin mempelajari keterampilan olahraga tertentu dengan cara memberikan
mentoring, bekerjasama untuk mencapai tujuan (goal), bermain dengan
berpegang pada aturan, menghormati keputusan wasit, dan sebagainya. Kedua,
memberikan reward bagi peserta didik yang menampilkan perilaku bernilai
moral.

Menanamkan dan membentuk nilai moral memang tidak secepat


mengajarkan keterampilan seperti menendang atau memukul bola. Dalam
membentuk nilai moral membutuhkan proses yang relatif panjang, konsisten,
dan tidak sekali jadi. Bisa jadi peserta didik belum sepenuhnya menampilkan
perilaku bernilai moral sebagaimana yang diinginkan. Karena itu, penghargaan
tidak harus diberikan ketika peserta didik mengakhiri serangkaian kegiatan,
melainkan juga dalam proses “menjadi”. Penghargaan dapat diberikan dalam
berbagai bentuk. Misalnya dalam bentuk sertifikat, stiker, peran tertentu
seperti kapten tim, dan sebagainya.
BAB IV

PRINSIP-PRINSIP POLA BERMAIN TENIS LAPANGAN

A. PRINSIP-PRINSIP POLA BERMAIN TENIS LAPANGAN

Ide dasar dari permainan tenis adalah memukul bola sebelum atau
sesudah mantul di lapangan dengan menggunakan raket, melewati di atas net
dan masuk ke dalam lapangan permainan lawan. Cara-cara yang dilakukan
dalam memukul bola agar dapat menuju ke lapangan lawan dinamakan dengan
istilah teknik-teknik dasar pukulan bermain tenis. Adapun teknik-teknik dasar
pukulan dalam bermain tenis di antaranya adalah forehand-backhand
groundstrokes, serve, volley, smash, dan jenis pukulan lain untuk pemain
tingkat tinggi (Crespo, Miley, 1998: 67-89). Selanjutnya, Kriese (1988: 43)
mengelompokkan teknik pukulan dalam tenis meliputi forehand, backhand
pegangan satu dan dua tangan, serve, volley, overhead smash, pukulan transisi
(approach shots, passing shots, net return of serve, first volley), lob, dan drop
shot. Sedangkan Bornemann et al., (2000: 79-113) membagi teknik pukulan
tenis menjadi groundstrokes (forehand-backhand), volley (forehand-backhand),
serve, lob (forehand-backhand), dan smash. Secara sederhana Pankhurst (1990:
6) menyatakan bahwa dasar pukulan dalam tenis meliputi forehand, backhand,
serve, dan volley, dan Sue Rich (1991: 17-28) yang menggolongkan teknik dasar
tenis secara lebih sederhana, yaitu teknik groundstrokes (forehand-backhand),
serve, dan volleys (forehandbackhand).

Secara garis besar teknik dasar pukulan dalam permainan tenis antara
lain meliputi teknik servis, groundstrokes, voli, lob, dan smes. Sebenarnya
masih ada beberapa jenis teknik pukulan bermain tenis yang lain yang
merupakan pengembangan dan kombinasi dari berbagai gerak dasar teknik
dasar tersebut. Gerak dasar utama merupakan pola gerak yang inheren dan
membentuk dasar-dasar untuk gerak-gerak terampil kompleks yang khas.

Adapun yang dimaksud dengan dasar gerak meliputi (1) gerak


lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) gerak manipulasi (Harrow, 1977: 53-
54). Gerak lokomotor adalah perilaku gerak yang mengubah dari satu tempat ke
tempat lain, seperti merayap, merangkak, berjalan, lari, lompat, loncat. Gerak
non lokomotor adalah perilaku gerak yang melibatkan anggota badan atau
bagian tubuh di dalam gerak yang melingkari persendian atau poros, seperti
menarik, mendorong, mengayun, menghentikan, menekuk, dan memutar.
Sedangkan gerak manipulasi adalah perilaku gerak yang biasanya digambarkan
sebagai gerak-gerak kaki dan tangan yang terkoordinir, seperti menggenggam,
menggunting, mengeblok, dan gerak-gerak yang memerlukan keterampilan.

Teknik-teknik pukulan dalam permainan tenis merupakan perpaduan


dari ketiga unsur dasar gerak tersebut, yang dilakukan dalam serangkaian gerak
yang utuh dan simultan. Selanjutnya agar dalam melakukan teknik-teknik
pukulan dapat keras, konsisten, dan tahan lama maka diperlukan unsur-unsur
dari dasar gerak. Pengertian dasar gerak adalah keadaan tubuh (komponen
biomotor) yang mendasari tugas gerak seseorang, antara lain seperti kekuatan,
ketahanan, kecepatan, dan fleksibilitas. Berdasarkan pengelompokan teknik
dasar pukulan dalam tenis tersebut, bila ditinjau dari jenis gerak dasarnya,
maka teknik-teknik dasar yang meliputi: (1) teknik groundstrokes gerak
dasarnya adalah gerakan mengayun (swing), (2) voli gerak dasarnya adalah
gerakan memblok (block atau punch), serta (3) servis dan smes gerak dasarnya
adalah gerakan melempar (throwing), sedangkan untuk teknik lob gerak
dasarnya adalah gerakan mengangkat. Selanjutnya, permainan tenis termasuk
dalam jenis keterampilan yang terbuka (open skill). Artinya, kondisi lingkungan
bermain tenis sulit diprediksi dan dikendalikan oleh petenis.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kondisi lingkungan sulit


diprediksi dan dikendalikan selama dalam permainan antara lain adalah (1)
lawan bermain, (2) angin, dan (3) sinar matahari. Lawan bermain merupakan
kondisi yang paling sulit diprediksi, sebab setiap teknik pukulan yang dilakukan
oleh petenis selalu berusaha untuk mempersulit lawan dalam
pengembaliannya. Tidak pernah pukulan petenis bolanya akan selalu jatuh pada
satu tempat, tentu selalu berpindah-pindah. Ada lima karakteristik bola yang
diterima dari lawan yang perlu dipahami oleh petenis, yaitu: (1) ketinggiannya
(heights) dengan net, (2) kedalaman jatuhnya bola (depths), (3) laju
kecepatannya (speeds), (4) arah kanan atau kiri (directions), dan (5) putarannya
(spins) (Tennis Canadian Coaching Certification System, 1994: 12).

Selain itu, situasi bermain seperti berikut ini juga berpengaruh terhadap
tingkat kesulitan petenis dalam mengendalikan dan memprediksi lingkungan
bermain. Adapun situasi bermain antara lain seperti posisi petenis (1) saat
servis, (2) saat mengembalikan servis, (3) bila kedua petenis berada di belakang,
(4), bila petenis melakukan approach shot atau bergerak maju ke net, dan (5)
posisi bila lawan melakukan approach shot atau bergerak maju ke net. Tiupan
angin juga dapat mempersulit situasi bermain tenis, karena akan mengganggu
jalannya bola. Selain itu, sinar matahari juga berpengaruh terhadap
pelaksanaan teknik pukulan, terutama untuk memukul bola-bola yang di lob
tinggi dengan posisi petenis menghadap matahari. Hal itu akan mengakibatkan
terganggunya pandangan setelah melihat ke arah sinar matahari, yaitu menjadi
silau dan tidak dapat dengan jelas melihat bola. Tentunya masih banyak lagi
faktor-faktor yang dapat mempersulit petenis dalam mengendalikan dan
memprediksi kondisi lingkungan bermain tenis.

B. DAERAH LAPANGAN PERMAINAN TENIS

Beberapa pakar membagi daerah lapangan permainan ada yang


berdasarkan tempat jatuhnya bola pertama mantul di lapangan, dan ada yang
berdasarkan tempat posisi berdiri petenis saat memukul bola. Namun, kedua
dasar penentuan tersebut secara hakiki memiliki kesamaan terhadap keputusan
petenis dalam menentukan jenis intensitas pukulan yang dilakukan. Menurut
Tennis Canadian Coaching Certification System (1994: 12) daerah lapangan
permainan tenis secara garis besar dibagi menjadi empat daerah permainan.
Pembagian daerah tersebut atas dasar tempat jatuhnya bola pertama kali
mantul di lapangan. Adapun keempat daerah tersebut adalah daerah lapangan
(1) dekat net (net court), (2) tengah (middle court), (3) tiga per empat (¾ court),
dan (4) belakang (back court). Di mana setiap daerah tempat jatuhnya bola
tersebut memerlukan jenis intensitas pukulan tertentu. Artinya, pemilihan
intensitas pukulan yang digunakan oleh petenis akan berbeda-beda atas dasar
tempat jatuhnya bola. Berikut ini gambar keempat daerah tempat jatuhnya
bola.
Gambar 1: Daerah permainan tenis berdasarkan tempat jatuhnya bola (Tennis
Canadian Coaching Certification System, 1994: 12)

Keterangan:

 A = Daerah depan/net (net court)

 B = Daerah tengah (middle court)

 C = Daerah ¾ lapangan (¾ court)

 D = Daerah belakang (back court)

Dengan mengacu pada pembagian daerah berdasarkan tempat


jatuhnya bola di atas, maka intensitas teknik pukulan yang dilakukan secara
garis besar sebagai berikut. Bola yang jatuh di daerah net, maka jenis intensitas
pukulan yang dilakukan harus menyerang (attact) dan sekuat-kuatnya (force),
yaitu memukul bola dengan power. Pada daerah lapangan tengah, maka
intensitas teknik pukulan yang seharusnya dilakukan adalah menyerang (attact),
tetapi bila bolanya cepat dan petenis tidak memiliki waktu untuk persiapan
yang cukup maka dilakukan dengan cara counter-attact. Pada daerah ¾
lapangan intensitas teknik pukulan yang dilakukan dapat dengan cara
menyerang (attact), atau jika bolanya cepat dengan cara rally. Selanjutnya, pada
daerah lapangan belakang intensitas pukulan yang dilakukan adalah rally dan
bertahan (defence).

Namun, prinsip pukulan bertahan dalam permainan tenis yaitu bola


dipukul tinggi di atas net dan diusahakan jatuhnya di daerah lapangan belakang
(back court). Dengan demikian daerah tempat jatuhnya bola pertama kali
mantul di lapangan merupakan salah satu pertimbangan untuk menerapkan
pola permainan, yang pada akhirnya akan menjadi strategi dan taktik bermain.
Selanjutnya, Nick Bollettieri (1991: 1.2) membagi daerah lapangan permainan
tenis menjadi lima, yang terkenal dengan istilah the 5 keys to tennis. Di mana
pembagian daerah tersebut berdasarkan posisi petenis berdiri saat akan
memukul bola. Berikut ini gambar daerah lapangan tenis.

Gambar 2: Daerah permainan tenis berdasarkan posisi berdiri petenis saat


memukul bola (Nick Bollettieri, 1991: 1.3)

Keterangan:

 A = Daerah depan/net (net court), warna merah, siaga


 B = Daerah tengah (middle court), warna hijau terang, terus bergerak maju

 C = Daerah ¾ lapangan (¾ court), warna hijau, maju

 D = Daerah belakang (back court), warna kuning, siap-siap

 E = Daerah belakang jauh (deep back court), warna biru, hati-hati

Apabila petenis bergerak pada daerah 5 (biru), di mana pada daerah 5


merupakan daerah paling sulit untuk mendapatkan angka. Untuk itu, pukulan
yang dilakukan sebaiknya mengarahkan bola agar jatuh dalam (deepth) di
lapangan permainan lawan. Dengan cara demikian petenis dapat bergerak ke
depan minimal ke daerah 4 atau syukur dapat bergerak masuk ke daerah 3,
sehingga dapat melakukan tekanan pada lawan. Petenis yang berada di daerah
4 (kuning) merupakan daerah home base, sehingga memberikan kesempatan
yang baik bagi petenis untuk mengendalikan pukulan dan berusaha untuk mulai
menyerang. Jenis pukulan yang dilakukan adalah rally-rally dengan penempatan
bola yang jauh dari jangkauan lawan secara konsisten.

Dengan pukulan yang menyulitkan, maka keseimbangan lawan akan


terganggu dan bersiap-siap bergerak maju ke daerah 3 untuk berinisiatif
menyerang. Petenis yang berada di daerah 3 (hijau) biasanya menerima
bolabola yang mudah dari lawan, sehingga kesempatan tersebut dapat
dimanfaatkan oleh petenis untuk menyerang. Sebab petenis yang berdiri di
daerah 3 memiliki kesempatan yang baik dan sempurna untuk melakukan
tekanan dan serangan terhadap lawan. Untuk itu pukulan petenis harus lebih
agresif dan menekan lawan agar memudahkan dalam bergerak maju ke daerah
2. Selanjutnya, petenis yang berada di daerah 2 (hijau terang) dapat melakukan
pukulan yang mampu memberikan angka dengan pukulan yang keras dan
akurat. Pada umumnya serangan yang dilakukan dari daerah 2 persentase
untuk mendapatkan angka lebih besar daripada menyerang dari daerah 3,
apalagi dari daerah 4. Namun, bila lawan masih mampu mengembalikan bola,
biasanya hasil pukulannya kurang baik dan mudah untuk diserang. Dengan kata
lain pengembalian bola lawan posisinya tanggung, sehingga petenis harus terus
bergerak ke depan masuk ke daerah 1 untuk melakukan pukulan yang mampu
mematikan lawan.

Petenis yang berada pada daerah 1 setiap pukulan yang dilakukan


harus keras atau penuh dengan tenaga (powerful) yang dapat mematikan
lawan. Namun, petenis yang berdiri di daerah 1 ini harus lebih siaga, kalau-
kalau lawan mampu mengembalikan bola dan melakukan pukulan bertahan
dengan teknik lob yang baik. Kondisi seperti itu seringkali dapat berubah
menjadi bumerang, yang semula mampu menekan lawan malah berbalik
terserang dengan teknik lob yang akurat.

Oleh karena itu filosofi petenis yang berdiri di daerah 1 adalah


mematikan atau dimatikan lawan (kill or to be kill). Berdasarkan uraian di atas,
maka secara garis besar bentuk pola permainan dalam tenis dikelompokkan
menjadi tiga daerah, yaitu pola bermain dari daerah lapangan belakang
(backcourt), lapangan tengah (middle court), dan daerah lapangan yang dekat
dengan net (net court). Secara rinci mengenai bentuk-bentuk latihan (drill)
teknik yang harus dilakukan dari ketiga daerah tersebut belum akan dibahas
dalam tulisan ini. Untuk dapat mempraktekkan setiap bentuk drill tekniknya,
maka perlu dipahami lebih dahulu mengenai prinsip-prinsip pola bermain tenis
lapangan. setelah memahami dan mengusai prinsip pola tersebut akan
memudahkan dalam melakukan drill-drill teknik. Berikut ini akan dibahas
mengenai prinsip-prinsip pola bermain tenis lapangan.

C. PRINSIP-PRINSIP POLA BERMAIN TENIS LAPANGAN


Perolehan angka dalam permainan tenis merupakan hasil dari
serangkaian pukulan yang dilakukan oleh petenis secara kontinyu yang dapat
melewati di atas net dan masuk ke dalam lapangan permainan lawan. Pada
dasarnya pengulangan-pengulangan setiap teknik pukulan tersebut akan
terakumulasi menjadi pola-pola permainan. Oleh karena itu, para pelatih tenis
dituntut untuk selalu mencatat dan mempraktekkan semua bentuk materi
latihan teknik pada setiap sesi latihan. Dari hasil proses dokumentasi tersebut
sangat membantu para pelatih tenis dalam memilih materi untuk meningkatkan
keterampilan sekaligus pola bermain. Untuk itu, bagi petenis yang aktif
mengikuti turnamen, harus dibekali dan dilatih dengan bentuk pola-pola
permainan yang banyak serta komprehensif agar petenis memiliki taktik
bermain yang menguntungkan. Taktik bermain merupakan bagian penting yang
harus dilakukan dalam setiap sesi latihan, sebab akan membantu dalam
mencarikan solusi dari situasi bermain yang selalu berubah-ubah (Hohm and
Klavora, 1988: 146). Artinya, bila taktik bermain selalu dilatihkan dalam setiap
sesi latihan, maka latihannya sudah menyerupai (simulasi) dengan kebutuhan
nyata dalam pertandingan. Dengan bekal latihan yang ajeg, progresif, dan
komprehensif, diharapkan bentuk pola-pola bermain akan menjadi gerak yang
otomatis. Hal itu secara langsung akan memperkaya taktik bermain bagi
petenis. Untuk itu perlu dipahami mengenai prinsip-prinsip pola bermain dalam
tenis lapangan.

Adapun beberapa prinsip dalam menerapkan pola bermain di


antaranya adalah (1) klasifikasi musuh petenis, (2) permainan tenis adalah
permainan yang penuh dengan resiko kesalahan, (3) setiap pukulan berusaha
membuka daerah lawan, (4) buatlah lawan selalu bergerak ke seluruh area
lapangan permainan, (5) pelajari permainan lawan, (6) pelajari kondisi
lingkungan bermain, dan (7) perhatikan posisi tempat jatuhnya bola dengan
posisi berdiri.
D. Klasifikasi Musuh Petenis

Konsep dasar bermain tenis adalah memukul bola sebelum atau


sesudah mantul di lapangan, melewati di atas net, dan masuk ke dalam
lapangan permainan lawan. Berdasarkan konsep dasar tersebut, maka musuh
yang harus diatasi oleh setiap petenis selama dalam bermain urutannya antara
lain adalah (1) ketinggian net, (2) garis, (3) lawan bermain, (4) wasit, dan (5)
hakim garis. Net merupakan musuh yang pertama kali harus diatasi oleh
petenis, karena setiap pukulan yang mengakibatkan bola menyangkut di net
maka secara mutlak keuntungan untuk lawan. Untuk itu setiap teknik pukulan
yang dilakukan petenis tujuan utamanya adalah melewati di atas net, sehingga
bola yang melewati di atas net masih memberikan berbagai kemungkinan untuk
mendapatkan angka. Setelah bola yang dipukul mampu melewati di atas net,
maka musuh berikutnya yang harus diatasi adalah garis. Di mana daerah
lapangan permainan tenis dibatasi oleh garis, yaitu garis belakang (baseline),
garis samping untuk permainan tunggal (singgle side line) atau garis samping
untuk permainan ganda (double side line). Untuk itu setiap tenik pukulan yang
dilakukan petenis harus masuk di dalam daerah lapangan permainan, sebab
bola yang jatuh di luar daerah lapangan permainan mengakibatkan keuntungan
angka bagi lawan. Usaha selanjutnya dari setiap pukulan yang dilakukan oleh
petenis adalah menjauhkan bola dari jangkauan lawan, agar menyulitkan lawan
dalam proses pemgembaliannya. Penempatan bola yang menyulitkan lawan,
akan memudahkan untuk menekan dan menyerang lawan.

Pada akhirnya lawan yang tertekan akan mengembalikan bola yang


memudahkan untuk mendapatkan angka. Oleh karena itu, salah satu filosofi
dalam bermain tenis adalah memukul bola dengan penempatan yang
menyulitkan lawan. Artinya, setiap petenis jangan berkeinginan untuk
mendapatkan angka hanya dengan satu kali pukulan. Kondisi tersebut justru
akan mengakibatkan terjadinya unforces error pada petenis. Unforces error
terjadi karena petenis terburu-buru berkeinginan hanya dengan sekali pukulan
untuk mendapatkan angka, sehingga mengakibatkan kurang konsentrasi pada
saat melakukan pukulan (Burwash dan Tullius, 1989: Selanjutnya, setelah
pukulan yang dilakukan mampu melewati di atas net, masuk di dalam daerah
lapangan permainan lawan, dan menyulitkan lawan, maka lawan selanjutnya
adalah wasit. Artinya, hasil pukulan bola yang jatuh di atau dekat dengan garis
sering kali meragukan penglihatan para wasit, bila tanpa pembantu hakim garis.
Tingkat kemampuan konsentrasi dan kecermatan para wasit inilah yang
seringkali menghasilkan keputusan yang kontroversi dengan kondisi
sesungguhnya. Sebagai contoh, sebenarnya bola itu ke luar tetapi wasit
menyatakan masuk atau sebaliknya bola itu masuk malah menjadi ke luar. Hal
itu mengingatkan kepada para pecinta tenis kepada John McEnroe, petenis
yang temperamental terhadap keputusan wasit. Bahkan McEnroe rela didenda
dengan jumlah yang besar demi keputusan wasit yang salah dan ditentangnya.
Kejadian seperti itu dapat juga terjadi pada hakim garis, yang kurang
konsentrasi dalam bertugas, maka musuh keempat petenis adalah hakim garis.

Berdasarkan klasifikasi musuh petenis tersebut di atas, yang mutlak


ditentukan oleh petenis adalah net, garis, dan lawan bermain. Untuk itu, setiap
petenis harus dibekali dengan kualitas teknik, fisik, dan taktik yang prima agar
dapat mengatasi setiap permainan lawan. Adapun salah satu caranya adalah
petenis harus dilatih dan dibekali dengan berbagai kemampuan dalam
menerapkan pola-pola permainan tenis.

E. Tenis Permainan yang Penuh Resiko Kesalahan

Berdasarkan hasil pengamatan para pakar di bidang permainan tenis


lapangan pada setiap tingkatan pemain, bahwa hanya sekitar 15% perolehan
angka yang dihasilkan oleh petenis dari pukulan yang tepat dan akurat.
Selebihnya 85% perolehan angka dihasilkan akibat dari kesalahan lawan dalam
memukul bola (USTA, 1996: 3). Kesalahan yang dilakukan oleh petenis dapat
berupa hasil pukulan bola yang menyangkut di net, ke luar dari daerah lapangan
permainan, atau penerapan taktik yang tidak tepat, sehingga menguntungkan
bagi lawan. Dengan 85% perolehan angka dihasilkan akibat dari kesalahan
lawan, dapat disimpulkan sementara bahwa permainan tenis merupakan
permainan yang penuh dengan resiko kesalahan. Oleh karena itu dalam setiap
melakukan teknik pukulan diusahakan agar lawan selalu mengalami kesulitan
dalam pengembalian bola. Kondisi tersebut akan menguntungkan terhadap
proses perolehan angka pada pelaksanaan teknik berikutnya. Artinya, dalam
permainan tenis jangan terlalu banyak berharap hanya dengan satu kali pukulan
akan dapat menghasilkan angka, tetapi harus melalui proses yang bertahap dan
sistematis.

Bila petenis mengharapkan hanya dengan satu kali pukulan dapat


menghasilkan angka, justru yang akan terjadi sebaliknya, yaitu unforced errors.
Pada umumnya 85% perolehan angka tersebut di atas diakibatkan dari pukulan
lawan yang unforced errors. Untuk itu diperlukan proses latihan yang
berkualitas agar petenis menguasai pola-pola dalam permainan tenis, tujuan
utamanya adalah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya unforced errors
yang lebih besar. Berikut ini beberapa kunci yang diambil dari USTA (1996: 4)
upaya untuk mengurangi terjadinya kesalahan (unforced errors) pada diri
petenis itu sendiri, di antaranya adalah (1) Setiap pukulan usahakan tinggi dari
net, jangan terlalu beresiko dekat dengan net. Jika keduanya bermain di
belakang, maka lintasan pukulan kira-kira 90-150 cm di atas net, dan jatuh di
daerah ¾ atau belakang. (2) Setiap pukulan jangan diarahkan mepet pada garis
pembatas, paling tidak 100 cm dari garis ke dalam. (3) Jika posisi tertekan oleh
lawan, maka pukulan usahakan tinggi di atas net, jatuh dalam (deep), dan
menyilang sehingga cukup waktu untuk bersiap-siap. (4) Jika bola mudah dari
lawan, maka pukulan arahkan menyilang atau menyusur di tengah lapangan
dengan pukulan menyerang, usahakan lawan menjadi bertahan. (5) Usahakan
pukulan tetap konsisten lebih dahulu, dan (6) Kembalikan lebih dahulu bola ke
arah datangnya bola, jangan mengubah arah lebih dahulu jika belum percaya
diri (confidence) dan belum pada posisi yang baik untuk menyerang. Dengan
mengubah arah pukulan, minimal petenis harus memperhatikan perkenaan
raket dengan bola (point of contact), irama pukulan, jarak lintasan bola, dan
ketinggian net.

F. Setiap Pukulan Berusaha Membuka Daerah Lawan

Daerah lapangan permainan tenis relatif luas, terutama dalam


permainan tunggal, sehingga setiap pukulan diusahakan untuk dijauhkan dari
posisi lawan berdiri. Hal itu bertujuan untuk mempersulit lawan dalam
mengembalikan bola, agar memudahkan untuk menyerang pada tahap pukulan
berikutnya. Selain itu, setiap jenis pukulan diusahakan untuk membuka daerah
lawan, sehingga lawan terganggu keseimbangannya pada saat memukul bola
(Singleton, 1988: 97). Posisi berdiri yang tidak dalam kondisi seimbang
mengakibatkan teknik pukulan yang dilakukan akan menjadi salah atau tidak
sempurna. Dalam permainan tenis keseimbangan tubuh memiliki peranan yang
besar terhadap keberhasilan pukulan, karena keseimbangan merupakan
landasan yang mendasari setiap jenis teknik pukulan (Tennis Canadian Coaching
Certification System, 1994: 17). Oleh karena relatif luasnya daerah jangkauan
lapangan dalam permainan tenis, maka hampir semua petenis mengalami
kesulitan dalam menutup seluruh daerah lapangan permainan.

Dengan pukulan yang selalu membuka daerah lapangan permainan,


maka petenis telah memanfaatkan sudut-sudut lapangan agar mempersulit
lawan dalam mengembalikan bola (Williams and Petersen, 2000: 234). Hal itu
yang memunculkan adanya teori sudut dalam permainan tenis, yaitu pukulan
pertama, kedua, dan bahkan yang ketiga diarahkan pada satu tempat, misalnya
ke forehand terus. Kondisi tersebut akan mengganggu keseimbangan gerak
petenis, sebab ada kecenderungan setiap petenis setelah selesai memukul bola
akan selalu kembali ke home basenya, yaitu pada daerah sekitar centre mark.
Inilah fungsi dari pukulan yang mampu membuka daerah lapangan lawan.

G. Buatlah Lawan Selalu Bergerak Ke Seluruh Area Lapangan


Permainan

Seperti telah dijelaskan di atas, di mana setiap pukulan diusahakan


mampu membuka daerah lapangan permainan lawan. Hal itu perlu didukung
dengan penempatan pukulan bola yang akurat, sehingga lawan selalu berusaha
menutup seluruh daerah permainannya. Sebab dengan penempatan pukulan
yang akurat akan memperkecil kesempatan lawan dalam memilih dan
menentukan jenis pukulan (Singleton, 1988: 67). Artinya, lawan tidak punya
kesempatan untuk melakukan pukulan menyerang, sehingga hanya akan
mengembalikan bola dengan teknik pukulan sebisanya agar bola kembali dulu.
Kondisi seperti itu akan memberikan kesempatan pada petenis untuk
melakukan pukulan serangan kepada lawan. Dengan cara seperti itu, secara
otomatis lawan akan selalu dibuat bergerak ke seluruh daerah lapangan
permainan. Oleh karena mobilitas gerak yang tinggi dalam menutup lapangan
akan mengakibatkan kelelahan baik secara fisik maupun secara psikis pada
petenis.

Kelelahan fisik akan berdampak pada penurunan kondisi fisik petenis,


sehingga pukulan-pukulan yang dilakukan akan menghasilkan kesalahan
sendiri. Sedangkan kelelahan secara psikis akan menurunkan tingkat
konsentrasi petenis bahkan motivasi bermain menjadi kurang. Menurut (USTA,
1996: 7) kelelahan secara psikologis dapat menimbulkan perasaan frustrasi
pada lawan, sehingga frustrasi yang berkelanjutan dapat mengakibatkan irama
dan pola permainan lawan menjadi rusak dan menguntungkan dalam proses
pengumpulan angka bagi lawannya. Untuk itu petenis harus selalu berusaha
agar karakteristik bola yang dipukul ke lapangan lawan bervariasi. Caranya
dengan memvariasikan tinggi rendahnya lintasan bola, jarak (depan-belakang),
kecepatan, arah (kanan-kiri), dan putaran bola.

H. Pelajari Permainan Lawan

Setiap petenis biasanya memiliki jenis pukulan andalan, tetapi


sebaliknya juga ada jenis pukulan yang tidak disukai. Pada awalnya dalam
mempelajari permainan lawan dilakukan pada saat pemanasan selama lima
menit menjelang permainan dimulai. Waktu lima menit tersebut harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencari berbagai kelebihan, kelemahan,
dan jenis servis lawan. Selanjutnya, pada setiap game biasanya digunakan untuk
mencoba dan mempelajari karakteristik dari pola permainan lawan. Apakah
tipe permainan lawan baseliner, attacker, atau allcourt player? Sebab setiap
tipe permainan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk tipe petenis
yang baseliner biasanya mengandalkan pada teknik pukulan groundstrokes, dan
biasanya memiliki kendala pada teknik yang lain, misalnya pada teknik voli. Tipe
attacker biasanya memiliki kelemahan secara psikologis, yaitu tidak ulet dan
kurang tegar menghadapi permainan dengan rally-rally yang lama.
Kecenderungan attacker ingin memperoleh angka dengan segera atau satu kali
pukul, sehingga sering menimbulkan unforced error. Pada tipe pemain yang
allcourt biasanya memiliki kualitas fisik dan teknik yang prima, sehingga mampu
bermain di seluruh daerah lapangan. Tipe pemain seperti itu sulit dikalahkan,
sehingga perlu dicari terus kelemahan dan solusi untuk meraih setiap angka.
Kondisi seperti itulah yang mengakibatkan permainan tenis merupakan
permainan yang tidak pernah berhenti untuk berpikir.
Sebab bila petenis monoton dalam irama dan pola permainan yang
dijalankan, akan memudahkan lawan untuk meraih kemenangan. Dengan
demikian berbagai cara (menurut peraturan permainan yang berlaku) harus
selalu diupayakan agar petenis dapat menemukan pola permainannya sendiri
dan pola permainan lawan. Apabila petenis telah mampu menemukan pola
permainannya sendiri dan pola permainan lawan, maka akan memudahkan
petenis itu untuk menguasai jalannya permainan (Singleton, 1988: 68). Petenis
yang mampu menyetir permainan lawan atau lawan terbawa oleh pola
permainan kita, maka paling tidak ada harapan 50% untuk meraih kemenangan.
Oleh karena itu, setiap pola permainan yang sudah mampu diadaptasi oleh
lawan harus segera diganti dengan pola permainan yang lain agar
permainannya tidak dikendalikan oleh lawan. Itulah pentingnya menguasai
pola-pola permainan secara komprehensif dan terampil.

I. Pelajari Kondisi Lingkungan Bermain

Permainan tenis termasuk jenis keterampilan yang terbuka (open


skill), yaitu kondisi lingkungan bermainnya sulit dikendalikan dan diprediksi
sebelumnya. Adapun yang mempersulit tersebut di antaranya adalah lawan
bermain, angin, dan sinar matahari. Lawan bermain sulit dikendalikan karena
dalam memukul bola tentu akan selalu berusaha menjauhkan dari posisi
berdirinya lawan. Selain itu, bola yang diterima dari lawan akan selalu berubah-
ubah dalam hal kecepatan, arah, jarak, ketinggian, dan jenis putarannya.
Selanjutnya lokasi bermain akan berdampak besar terhadap irama dan pola
permainan yang dijalankan. Sebagai contoh, bermain tenis di dekat daerah
pantai akan mengakibatkan tiupan angin yang cukup besar, sehingga jalannya
bola sulit dikontrol.

Untuk itu arah angin harus diketahui oleh petenis, misalnya pada
saat menjelang melakukan servis. Adapun caranya dengan memperhatikan
kibaran bendera, umbul-umbul yang terpasang dipinggir lapangan atau daun-
daun di pohon yang ada disekitar lapangan. Setelah mengetahui arah angin
dengan jelas, maka dapat menentukan intensitas pukulan yang akan dilakukan
petenis. Selain itu, sinar matahari juga dapat merupakan kendala dan
keuntungan bagi petenis. Sebagai kendala bila saat melakukan servis atau
smash pada posisi menghadap matahari. Sebaliknya dapat menguntungkan, bila
lawan yang sedang dalam posisi menghadap matahari, maka petenis akan lebih
untung bila melakukan teknik lob yang tinggi. Di Indonesia akan terjadi posisi
sinar matahari di utara, di tengah, dan di selatan khatulistiwa. Untuk itu petenis
harus jeli dalam memperhatikan kondisi lingkungan bermain, agar pola
permainan yang diterapkan banyak menghasilkan keuntungan dalam perolehan
angka.

J. Posisi Jatuhnya Bola dan Posisi Berdiri

Posisi tempat jatuhnya bola dan posisi berdiri petenis berkaitan erat
dengan daerah lapangan permainan dalam tenis. Di depan telah dijelaskan
secara panjang lebar mengenai daerah lapangan permainan dalam tenis,
sehingga tidak perlu dibahas lagi. Namun yang perlu ditekankan bahwa daerah
lapangan baik yang berdasarkan tempat jatuhnya bola maupun posisi berdiri
petenis perlu diperhatikan dalam menerapkan pola-pola bermain. Untuk itu
setiap daerah permainan memiliki drill-drill teknik yang berbeda-beda. Selain
itu pola bermain tunggal dan ganda juga memiliki perbedaan, tetapi semua
bentuk drilldrill tersebut belum akan dibahas dalam tulisan ini.

Pola-pola permainan dalam tenis lapangan harus dilatihkan menjadi


satu kesatuan dalam setiap sesi latihan. Tujuannya agar pola-pola bermain
menjadi pola yang otomatis, yang selanjutnya akan memperkaya taktik bermain
pada petenis. Secara lebih rinci pola-pola bermain dikelompokkan menjadi pola
bermain tunggal dan ganda, pola bermain di daerah belakang, tengah, dan di
daerah dekat net. Oleh karena itu banyak faktor yang dapat dipertimbangkan
dalam melatih pola-pola bermain, namun paling tidak prinsip-prinsip berikut ini
dapat sebagai acuan dalam melaksanakan latihan yang berpola. Prinsip-prinsip
tersebut di antaranya adalah (1) klasifikasi musuh petenis, (2) permainan tenis
adalah permainan yang penuh dengan resiko kesalahan, (3) setiap pukulan
berusaha membuka daerah lawan, (4) buatlah lawan selalu bergerak ke seluruh
area lapangan permainan, (5) pelajari permainan lawan, (6) pelajari kondisi
lingkungan bermain, dan (7) perhatikan posisi tempat jatuhnya bola dengan
posisi berdiri.

BAB V

SEJARAH TENIS LAPANGAN


D. SEJARAH TENIS LAPANGAN

Tenis lapangan adalah permainan bola kecil yang menggunakan bola


dan raket. Tenis berasal dari bahasa Perancis "tenez" dan bisa dimainkan di
lapangan rumput, semen, ataupun tanah liat.

Tenis lapangan adalah olahraga yang dimainkan dengan menggunakan


raket dan bola. Untuk mendapatkan poin, pemain harus membuat bola berhasil
menyebrangi net dan jatuh di lapangan permainan lawan tanpa bisa
dikembalikan. Olahraga ini termasuk sebagai permainan bola kecil dan dapat
dimainkan oleh perseorangan baik putra maupun putri serta ganda baik putra,
putri, maupun campuran.Induk organisasi tenis lapangan di Indonesia adalah
Persatuan Tenis Lapangan Indonesia (PELTI). Sementara itu, induk organisasi
internasional untuk olahraga ini yaitu International Tennis Federation (ITF).
Sejarah tenis lapangan

Sejarah tenis lapangan berasal dari Eropa

Kata tenis berasal dari bahasa Prancis “tenez” yang artinya kerjakan
atau bersiap. Olahraga ini sebenarnya diyakini sudah mulai dimainkan sejak
zaman sebelum Masehi. Namun catatan tertua menyebut kegiatan tenis
lapangan berasal dari abad ke-11.Pada waktu tersebut, masyarakat Prancis
tercatat sudah sering melakukan permainan bernama jeu de peume yang
caranya mirip dengan tenis lapangan modern. Lalu pada abad ke-13, permainan
tersebut mulai tersebar ke negara-negara lain di Eropa.Raket bersenar pertama
kali diperkenalkan pada abad ke-15 di Italia. Selanjutnya di tahun 1868,
berdirilah All England Croquet Club di Wimbledon, Inggris yang merupakan cikal
bakal organisasi tenis.Kejuaran tenis paling bergengsi di dunia yaitu
Wimbledon, mulai dilaksanakan pada tahun 1877 dan pada tahun 1881,
terbitlah standar peraturan dan organisasi kompetisi tenis lapangan.
E. Peralatan yang diperlukan dalam tenis lapangan
Tenis lapangan bisa dimainkan dimana saja selama sarana dan prasarana yang
dibutuhkan tersedia. Berikut ini peralatan dan sarana yang perlu disiapkan.

1. Lapangan

Ada beberapa jenis lapangan tenis yang dapat digunakan

Menurut peraturan dari PELTI dan ITF, lapangan tenis yang digunakan untuk
pertandingan resmi memiliki ukuran sebagai berikut ini.

• Permainan tunggal

 Panjang: 23,77 meter


 Lebar: 8,23 meter

• Permainan ganda

 Panjang: 23,77 meter


 Lebar: 10,97 meter

Sementara itu, jenis lapangan yang digunakan ada tiga jenis, yaitu:
• Lapangan keras yang terbuat dari semen
Lapangan jenis ini adalah yang paling sering digunakan dalam
permainan tenis. Bermain di atas lapangan yang terbuat dari semen akan
membuat laju bola menjadi sedang hingga cepat.Pada beberapa pertandingan
internasional, ada lapangan yang dilapisi oleh bahan sintetis deco turf dari
akrilik. Contohnya pada pertandingan US open dan Australia Open.

• Lapangan rumput
Lapangan tenis yang terbuat dari rumput, harus menggunakan rumput
yang tumbuh di atas tanah keras agar bola tetap bisa memantul dengan baik di
atasnya.Saat bertanding di lapangan rumput, para pemain harus menyesuaikan
permainan karena laju bola di atas lapangan jenis ini adalah yang paling cepat.
Arah gerak bola pun akan cenderung lebih banyak meluncur dan tidak terlalu
memantul dibanding dengan bola di lapangan lain.Karena perawatannya sangat
mahal, kini lapangan rumput sudah sangat jarang digunakan. Turnamen yang
masih menggunakan lapangan jenis ini salah satunya adalah kejuaraan
Wimbledon.

• Lapangan tanah liat (clay)


Lapangan tanah liat dalam permainan tenis lapangan terbuat dari
serpihan-serpihan tanah liat atau pasiran dari batu bata yang dihancurkan.Jika
bermain di atas lapangan ini, laju bola cenderung lambat, sehingga peramainan
biasanya akan berlangsung dalam rally-rally yang panjang.Salah satu lapangan
terkenal yang memiliki lapangan tanah liat adalah lapangan tenis Roland Garos
di Prancis.
2. Raket

Raket tenis lapangan ukurannya disesuaikan dengan pemain

Raket untuk bermain tenis lapangan bisa dibagi menjadi berbagai ukuran,
tergantung dari usia penggunanya, seperti berikut ini:

 Raket anak: memiliki berat kurang lebih 250 gram (12-13 oz)
 Raket remaja putri: memiliki berat kurang lebih 290 gram (12,5 -13,25
oz)
 Raket remaja putra: memiliki berat kurang lebih 295 gram (13 – 13,25
oz)
 Raket wanita: memiliki berat kurang lebih 300 gram (13,25-13,75 oz)
 Raket pria: memiliki berat kurang lebih 310 gram (13,75-14,74 oz)
3. Bola

Bola untuk tenis lapangan

Ketentuan bola yang dapat digunakan dalam pertandingan tenis lapangan


adalah:• Memiliki garis tengah penampang 63,50-66,77 mm

•Berat bola 56,70-58,48 gram

• Mampu kembali membal (memiliki kekuatan balik) 1.346-1.473 mm jika


dijatuhkan dari ketinggian 2.450 mm.

• Permukaan bola harus licin dan tidak terdapat jahitan


4. Net

Net tenis lapangan harus sesuai ukurannya

Untuk Net dalam permainan tenis lapangan, berikut ini syarat yang biasanya
harus dipenuhi dalam pertandingan resmi.

B. Net terbuat dari benang yang berwarna hijau tua atau hitam
C. Ukuran tinggi tiang penyangga net adalah 106,7 cm dan tinggi net 91,4
cm.
D. Tiang net dipasang di samping lapangan dengan jarak garis samping

lapangan 91,4 cm.

F. Teknik dasar tenis lapangan


Teknik dasar bermain tenis lapangan, dapat dibagi menjadi beberapa hal,
seperti:
Cara melakukan sikap siap (ready position)

Posisi siap dalam tenis lapangan

Sikap siap adalah posisi yang dilakukan saat menunggu bola datang atau
mengembalikan servis. Langkah untuk bisa melakukan sikap siap yang baik
adalah: Beberapa

 Pegang raket di depan badan sehingga mudah bergerak cepat ke segala


arah
 Badan sedikit membungkuk dan lulut agak ditekuk sambil menghadap
ke arah jaring lawan
 Tangan kanan dan kiri memegang raket, namun tempatkan tangan kiri
memegang leher raket dan tangan kanan lebih di bawah.
 Posisi kepala raket setinggi bahu
 Jika bola yang datang cepat, maka posisi kepala raket perlu
direndahkan hingga kurang lebih setinggi pinggang.
Cara memegang raket

Memegang raket pada tenis lapangan perlu teknik tertentu

Dalam tenis lapangan, ada empat cara memegang raket, yaitu:

• Eastern grip
Cara melakukan pegangan eastern grip adalah:

 Peganglah raket sesuai dengan tangan yang biasa digunakan, kanan


atau jika kidal, gunakan tangan kiri.
 Tempatkan telapak tangan di belakang gagang raket
 Posisikan jari-jari melingkat menggenggam gagang raket seperti sedang
bersalaman
 Pertahankan agar posisi pegangan tangan dengan raket tidak goyah
pada saat melakukan pukulan.

• Continental grip
Cara melakukan pegangan continental adalah:

 Peganglah raket sesuai dengan tangan yang biasa digunakan, kanan


atau jika kidal, gunakan tangan kiri.
 Posisikan gagang raket di antara telunjuk dan ibu jari, sehingga kedua
jari tersebut berbentuk seperti huruf “V”.
 Posisikan telapak tangan dan jari-jari lainnya mengelilingi gagang raket
secara kuat.
 Pertahankan posisi pegangan ini agar tetap kuat setiap melakukan
pukulan.

• Western grip
Cara melakukan pegangan western adalah dengan memegang raket
menggunakan tangan kiri. Lalu, letakkan telapak tangan di bawah pegangan
raket dan selanjutnya bungkus dengan jari-jari tangan.

• Semi western grip


Cara melakukan pegangan semi western tidak jauh berbeda dari cara
memegang raket tenis lain, yaitu dengan menggenggam gagang raket seperti
sedang bersalaman.Pukulan ini dinilai dapat menghasilkan putaran bola yang
lebih kencang sehingga baik untuk gerakan menyerang maupun bertahan.

Cara memukul bola

Cara memukul bola dalam tenis lapangan ada beberapa jenis


Berikut ini beberapa teknik memukul bola dalam permainan tenis lapangan.

• Pukulan servis
Cara melakukan pukulan servis dalam tenis lapangan adalah dengan langkah-
langkah ini.

 Pegang raket kuat-kuat dengan grip yang dipilih


 Ayunkan raket ke belakang hingga kepala raket keatas dan sedikit ke
belakang menyentuh punggung.
 Bersamaan dengan gerakan ini lambungkanlah bola ke atas (toss up).
 Pindahkan berat badan ke kaki depan dan pukul lah bola pada titik yang
sudah ditentukan.
 Pada saat bola terkena permukaan raket, seluruh lengan dan badan
beserta kaki tumpu harus merupakan satu garis lurus.
 Lanjutkan gerakan tangan dan raket ke depan bawah dengan bebas

• Pukulan forehand dan backhand


Cara melakukan pukulan forehand dan backhand adalah melalui langkah-
langkah ini.

 Pesiapkan tubuh untuk menerima pukulan dari lawan.


 Saat bola mulai meninggalkan raket lawan, jika Anda ingin melakukan
pukulan forehand, putarlah badan ke kanan pada pinggul sehingga
bahu kiri menghadap ke arah net dan raket mengarah ke pagar samping
lapangan.
 Untuk pukulan bachkhand, sebaiknya putar badan ke kiri.
 Saat bola lawan telah melewati net dan akan jatuh ke lapangan, siapkan
kaki kiri untuk melangkah ke depan sedangkan kepala raket mulai
diturunkan sampai setinggi pinggang.
 Ayunkan raket ke depan hingga mengenai bola.
 Setelah raket mengenai bola, lanjutkan dengan gerakan lengan lurus ke
depan ke arah net.

• Pukulan volley
Pukulan volley adalah pukulan yang dilakukan sebelum bola sempat
jatuh atau memantul di lapangan. Pukulan ini sangat menguntungkan bila
dilakukan saat posisi pemain berada di dekat net.Pukulan volley bisa dilakukan
dengan pukulan forehand maupun backhand dan biasanya, pegangan yang
tepat untuk melakukan volley adalah pegangan continental.

G. Peraturan skor dalam tenis lapangan


Dalam olahraga tenis lapangan, sistem penilaian dibagi menjadi poin,
games, dan set. Untuk memenangkan permainan, seorang pemain atau regu
(jika bermain ganda) harus bisa mengungguli set dengan jumlah
terbanyak.Jumlah set yang perlu dimainkan di setiap pertandingan berbeda-
beda, tergantung dari peraturan panitia. Ada kejuaran yang memakai sistem 3
set dalam satu pertandingan, tapi ada yang 5 set, dan lain-lain.Untuk bisa
menjuarai sebuah set, pemain harus bisa memenangkan game dalam jumlah
terbanyak. Kalau Anda pernah menonton pertandingan tenis, hasil akhir dari
suatu set biasanya akan tertulis 6-2 atau 7-5 dan lain-lain. Angka 6 dan 2 serta 7
dan 5 maupun angka lain di hasil akhir tersebutlah yang dinamakan game.Jika
terdapat angka 6, maka pemain tersebut berhasil memenangkan 6 game.
Namun apabila ada angka 2, berarti hanya berhasil memenangkan 2 game, dan
seterusnya.Untuk bisa memenangkan satu game, pemain harus mendapatkan
poin.

Pemain mendapatkan poin apabila berhasil menjatuhkan bola di dalam


lapangan permainan lawan, tanpa bisa dibalas lawan.Saat berhasil menjatuhkan
bola di lapangan permainan lawan dan lawan tidak bisa membalas, maka Anda
akan mendapatkan poin. Dalam tenis, poin yang didapatkan bukanlah 1,2,3 dan
seterusnya, melainkan:

 Poin pertama 15
 Poin kedua 30
 Poin ketiga 40

Jika setelah mendapatkan poin 40, pemain kembali berhasil mencetak


poin, maka ia akan memenangkan game itu dan mendapatkan 1 angka untuk
game tersebut. Pemain yang memenangkan 6 game terlebih dahulu dengan
selisih unggul minimal 2 game (skor akhir 6-4), keluar sebagai pemenang set
tersebut.Jika saat berusaha mencetak poin, kedua pihak pemain sama-sama
mencapai angka 40, maka akan berlaku “deuce”. Dalam deuce, pemain perlu
mencetak poin lagi hingga dua kali berturut-turut agar memiliki selisih unggul 2
poin dari lawan.Apabila dalam satu set, kedua pihak pemain sama-sama
mencapai poin 6 (kedudukan seri 6-6) maka tie break akan diberlakukan.Saat
bermain tie break, pemain yang mencetak poin, tak lagi mendapatkan poin 15,
30,dan 40, melainkan 1,2,3,4 dan seterusnya.Pemain yang berhasil
mendapatkan 7 poin terlebih dahulu dengan selisih unggul minimal 2 poin dari
lawan, akan memenangkan tie break sekaligus set tersebut, dan skor set akan
dicatat sebagai 7-6.
BAB VI

TEKNIK DASAR BERMAIN TENIS

A. CARA MEMEGANG RAKET

Cara memegang raket sangat penting oleh setiap pemain tenis dan
terutama bagi pemula (beginner) ada 4 macam cara memegang raket/grip :

1) Eastern Grip

2) Continental Grip

3) Western Grip

4) Semi Western Grip

1. Pegangan Eastern (eastern grip)

Pegangan ini baik untuk mengekspresikan serta mampu bermain dengan bola
tinggi maupun pendek.

Keuntungan pegangan eastern

a) Dapat melakukan forehand dan apabila melakukan backhand harus


mengubah pegangan,

b) Dapat memukul bola setengah volley,


c) Untuk pukulan servis Ia hams menempatkan pegangan posisi peras tangan
secara tersendiri,

d) Mengarahkan bola pada saat spin, balk tospin atau backspin terhadap bola-
bola tinggi.

Kelemahan pegangan eastern

a) Harus segera mengubah dengan cepat pegangan apabila melakukan pukuIan


forehand dan backhand, dan

b) Pemain mengalami kesulitan kecil terhadap bola-bola yang tinggi, namun


pegangan ini lebih baik dari pegangan continental.

Cara melakukan pegangan eastern ini, dapat diuraikan sebagai berikut:


Peganglah raket pada lehernya dengan tangan kiri dan tangan kanan bagi
pemain kidal, lalu tempatkan telapak tangan yang digunakan di belakang
pegangan jari-jari ditempelkan melingkar pegangan raket, dan posisinya seolah-
olah berjabatan dengan raket serta memberikan kekokohan tangan terhadap
raket, pertahankan agar posisi pegangan tangan dengan raket tidak goyah pada
saat melakukan pukulan

2. Pegangan Continental Grip

Pegangan continental dipopulerkan oleh pemain Pancho Gonzales, Jack


Krame pada tahun lima puluhan dan diuji cobakan pada pukulan forehand
hasilnya cukup tajam.

Cara Melakukan Pegangan Continental adalah:

a) Peganglah gagang raket dengan tangan kiri (tangan yang tidak akan dipakai
memukul)
b) Letakkan telapak tangan seperti huruf “V” antara ibu jari dengan telunjuk di
bagian atas raket, lalu lipat jari-jari tangan mengelilingi raket secara kuat.

c) Pertahankan posisi pegangan ini agar tetap kuat setiap melakukan pukulan
(Stroke).

Kelebihan pegangan continental:

a) Baik untuk serve dan volley,

b) Dapat untuk melakukan pukulan forehand dan backhand, tanpa harus


merubah posisi pegangan

c) Suka melawan yang rival dan keras, dan

d) Netral terhadap bola topspin dan backspin.

Kelemahan pegangan continental:

a) Posisi lengan sering lurus dan kurang lentur,

b) Sulit mengembalikan bola yang mengarah tubuhnya

c) Sulit untuk melakukan forehand yang tinggi-tinggi.

3. Pegangan Western Grip

Pegangan atau pengaman western dikembangkan di lapangan keras


California dimana para pemain dalam mengatasi bola-bola tinggi dengan
menggunakan spin. Sejak itulah pegangan western terus berkembang.
Kelebihan dan rgan pegangan western ini

Kelebihan pegangan western:

a) Pemain untuk memukul bola dengan top-spin.


b) Baik sekali untuk melakukan pukulan forehand menyerang dan pukulan-
pukulan cepat serta bola dalam bentuk apapun dan ketinggian yang berbeda-
beda.

Kelemahan pegangan western:

a) Sulit mengatasi bola-bola datar, rendah serta bola-bola lebar, sebab posisi

b) Pergelangan tangan mengarah pada lantai atau ke dalam,

c) Permainan yang menggunakan pegangan western kesulitan melakukan


pukulan backhand secara cepat sebab bidang perkenaan raket hanya satu sisi
saja.

d) Dalam permainan kurang lincah dan sulit bila berada di depan walaupun
pukulan dan forehandnya keras.

Cara melakukan pegangan western “Peganglah raket dengan tangan


kiri, Letakkan telapak tangan di bawah pegangan raket lalu bungkus dengan jari-
jari tangan.

Penjelasan yang telah dikemukakan tentang pegangan raket tersebut,


tentu lanjutan harus dilakukan adalah keterampilan dalam pukulan forehand itu
sendiri. Pukulan forehand dilakukan dengan tangan yang menjauh dari posisi
badan, dan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pukulan forehand.

4. Semi Western Grip

Pukulan ini yang banyak dipergunakan pemain-pemain top dunia,


karena pukulan ini dapat menghasilkan putaran bola yang lebih kencang. Di
dunia tenis profesional sekarang ini yang dipergunakan pukulan speed and
power game (kuat dan cepat).
Kelebihan pukulan semi western :

a) Bisa dipakai menyerang dari garis base line

b) Memudahkan pemain melakukan spin (putaran bola) yang lebih kencang

c) Baik sekali untuk pukulan forehand menyerang dan bertahan.

Kelemahan pukulan ini :

a) Susah melakukan pukulan servis dan beckhand

b) Sulit mengatasi pukulan dari lawan yang menggunakan pukulan slice


terhadap bola.

c) Permainan yang menggunakan pegangan western kesulitan melakukan


pukulan backhand secara cepat sebab bidang perkenaan raket hanya satu sisi
saja

Prinsip Dasar Dalam Permainan Tenis Lapangan

Untuk menjadi seorang pemain tenis lapangan yang baik, haruslah


menguasai teknik-teknik dasar dalam permainan tenis lapangan. Teknik-teknik
dasar ini adalah fondasi yang dapat dijadikan kekuatan untuk melangkah ke
pemain profesional ataupun top. Seorang pemain tidak akan dapat
meningkatkan permainannya bila tidak didukung dengan penguasaan teknik-
teknik dasar yang baik. Menurut Lukas Loman, ada tiga (3) teknik dasar yang
harus dikuasai oleh seorang pemain “Good Tenis”, yaitu:

(1). Ball concentration and ball feeling atau konsentrasi pada bola dan
daya perasaan untuk bola.(2) Footwork and body movement, yaitu cara
mengatur serta menggerakkan kaki dan badan.(3) Racket control atau
menguasai raket, yakni mahir mengayunkan raket untuk memukul bola dengan
cara, arah dan kecepatan yang tepat. Dalam belajar dan melakukan mengajar
pukulan drive hendaknya sudah dapat memegang raket dengan cara yang tepat
dan dapat mengayunkan raket itu dengan mulus dan tepat. Lebih lanjut Lucas
Loman mengelompokkan bagian penting dalam permainan tenis lapangan
adalah sebagai berikut:

1) Konsentrasi pada bola serta ball feeling.

Konsentrasi pada bola yakni mengikuti larinya dan pantulan bola


dengan mata serta mengembangkan “ball feeling”

2) Gerakan kaki dan badan (Footwork and body-balance).

Mengajar gerakan kaki serta putaran bahu dan pemindahan berat


badan dari kaki yang satu ke kaki yang lain ini, harus dilakukan tiap hari, hingga
gerakan itu menjadi otomatisasi seperti refleks.

3) Posisi siap (Ready Position)

Posisi siap untuk forehand dan backhand sama, hanya posisi dan
pergelangan tangan yang agak lain. Pada backhand posisi raket miringdiagonal
ke kiri, tidak lurus ke depan.

4) Genggaman raket (Grip)

Cara pemain tenis memegang raket ada pengaruhnya atas gaya


permainannya dan grip yang dirasakan enak itu adalah grip yang cocok. Gri-grip
forehand biasanya dilakukan dengan huruf “ V”, yang dibentuk oleh pangkal ibu
jari dan jari telunjuk, di atas tangkai raket yang dipegang tegak lurus ke
depan.Selain itu rangkaian dalam melakukan pukulan forehand dan backhand
drive dalam tenis lapangan dimulai dari hal-hal yang perlu diperhatikan

(1) Posisi siap (ready position).


a. Untuk belajar forehand drive, raket dipegang dengan eastern
forehand grip sedemikian rupa hingga daun raket berada dalam
posisi vertical menunjuk lurus ke net.

b. Untuk belajar backhand drive, raket dipegang dengan eastern


backhand grip. Pergelangan tangan lurus, hingga daun raketnya dalam
posisi vertikal, mengarah ke tiang net sebelah kiri.

c. Dalam posisi siap, jangan lalai menggunakan tangan kiri untuk


menyangga leher raket, dan menjaga supaya daun raket tetap dalam
posisi vertikal, dan jangan menggenggam grip raket erat-erat.

d. Yang menggenggam grip raket, adalah jari-jari tangan tengah, manis,


dan kelingking. Jari telunjuk dan ibu jari hanya untuk menyangga raket
dan untuk stabilitas posisi raket.

(2) Tahap persiapan.

Setelah anda melihat bola dipukul oleh lawan (pelatih atau


teman) dari seberang net, anda mulai mempersiapkan pukulan bola
dengan:

a. Pivot ke kanan untuk forehand atau pivot ke kiri untuk


backhand.

b. Ayunan raket ke far backswing.

(3) Tahap pelaksanaan.

a. Ayunan raket ke muka, yang disertai dengan putaran bahu


dan pinggul.
b. Step into the ball, yakni melangkah ke bola, yang dilakukan
bersamaan waktunya dengan ayunan raket, yaitu kaki kaki
kanan untuk backhand dan dengan kaki kiri untuk forehand.

(4) Tahap penyelesaian (Follow through).

Setelah raket membentur bola (impact) ayunkan raket terus ke


muka dan ke atas, yakni ke arah bola yang dikehendaki, hingga raket
berangsur-angsur berhenti sendiri setinggi kepala atau lebih tinggi.

Tampaknya terdapat berbagai macam teknik dasar yang harus dikuasai


oleh seorang pemain tenis lapangan, sesuai dengan pengarangnya.Dalam
pembahasan beberapa buku ternyata ada buku yang hanya menekankan pada
pukulan-pukulan (stroke) saja. Namun begitu, bukan berarti bahwa teknik dasar
lainnya tidakpenting atau tidak diperhatikan, melainkan teknik dasar tersebut
perlu dikuasai juga untuk meningkatkan prestasi.

Dengan kata lain, setiap pemain yang bukan pemula lagi, pasti
mengetahui serta menguasai teknik dasar tenis lapangan. Secara berturut-turut
dikemukakan oleh Jim Brown teknik dasar yang dimaksud yaitu, memegang
raket, pengenalan terhadap lapangan, posisi siap memukul, dimana harus
berdiri, dan kemana dan bilamana harus bergerak. Sementara itu Mikanda
Rahmani menyatakan bahwa teknik dasar yang dimaksud terdiri dari posisi siap,
mengajar gerakan forehand drive, mengajar gerakan backhand drive dan
mengajar servis.

Selanjutnya Sarjono dan Sumarjo mengemukakan bahwa teknik dasar


bermain tenis adalah cara memegang raket (grip), pengenalan terhadap
lapangan, posisi siap memukul, dimana harus berdiri, kemana dan bilamana
harus bergerak. Berdasarkan pendapat tersebut, tampak bahwa terdapat
berbagai macam teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain tenis
lapangan, sesuai dengan pengarangnya. Dalam pembahasan beberapa buku
ternyata ada buku yang hanya menekankan pada pukulan-pukulan (stroke) saja.
Namun walaupun demikian, bukan berarti bahwa teknik dasar yang lain tidak
penting. Sikap siap dan posisi serta pergerakan kaki merupakan teknik dasar
yang saling berhubungan dalam pelaksanaan proses gerak,untuk meningkatkan
keterampilan teknik pukulan drive dalam permainan tenis lapangan.

Teknik dasar ini akan lebih jelas lagi dibicarakan pada pembahasan-
pembahasan berikutnya. Cara memegang raket (grip) merupakan hal yang
penting untuk dikuasai terlebih dahulu oleh pemain tenis lapangan. Selain itu,
teknik dasar yang harus dikuasai oleh pemain tenis lapangan adalah sikap siap
sedia (stance). Selanjutnya latihlah pukulan-pukulan individual yang khas
seperti pukulan servis, pukulan volley, pukulan forehand drive,backhand drive
dan pukulan smash. Seorang pemain tenis lapangan akan unggul kalau berhasil
mengembangkan suatu pukulan yang khas. Pukulan individual ini dapat berupa
pukulan forehand drive atau backhand drive maupun smash yang keras,
pukulan dengan putaran bola ke atas dari posisi forehand (forehand spin), atau
dengan pukulan bola yang memutar dari sisi luar/ dalam (sidespin).

Langkah selanjutnya yang ditawarkan oleh OpaL’Esgay tentang berbagai


macam ground stroke yang perlu dilakukan untuk menguasai teknik dasar main
tenis dan pada bagian lain ditambahkan pula bahwa servisadalah salah satu
pukulan yang paling penting dalam pertandingan tenis, karena point
kemenangan sebagian besar tergantung dari kemampuan servis. Dengan
demikian, bila dilihat secara keseluruhan, maka teknik dasar yang harus
dikuasaioleh pemain tenis lapangan meliputi: konsentrasi pada bola serta ball
feeling, gerakan kaki dan badan (footwork and body balance), posisi siap (ready
position), cara memegang raket (grip), gerakan memukul (twitch groundstroke),
belajar memukul bola dan gerakanservis (service).
Brown menyatakan bahwa ada dua langkah atau tahapan yang harus
dikuasai untuk menjadi pemain tenis yang baik, yaitu (1) cara memegang raket,
(2) membentuk pondasi.

Posisi Siap (Stance)

“Stance” adalah sikap siap sedia menerima pukulan servis lawan dan
mengembalikannya untuk memainkan suatu stroke dan menunggu
pengembalian bola lawan, bersedia memainkan bola berikut. Sikap siap sedia
(stance) maupun posisi (position) adalah suatu teknik dasar yang penting dalam
upaya menerima servis ataupun menerima bola pengembalian lawan.Selain itu,
posisi siap sangat penting untuk melakukan servis serta melakukan pukulan-
pukulan yang mematikan permainan lawan. Bilamana seorang pemain tenis
lapangan salah menempatkan tubuh saat menerima servis lawan, maka dia
akan terdesak yang dapat menyebabkan suatu kesalahan dalam permainan dan
akhirnya akan kehilangan angka. Demikian juga saat pemain menanti datangnya
bola pengembalian lawan, baik dilakukan dengan pukulan biasa maupun
dengan serangan.

Sebenarnya posisi siap ini tidak dapat dipisahkan dengan gerakan kaki
(footwork). Sebab sebaik-baiknya posisi siap, jika tidak diimbangi dengan
gerakan kaki yang baik, maka pengembalian bola tidak akan sempurna. Posisi
berdiri ke kiri atau ke kanan tidak dapat ditentukan begitu saja, sebab
tergantung pada gaya permainan masing-masing. Bila pemain memegang raket
dengan tangan kanan, maka saat menerima servis posisinya harus berdiri di
sebelah kiri lapangan. Demikian sebaliknya, bila memegang raket dengan
tangan kiri, maka sikap siap sedia (stance) dan posisi berdiri harus di sebelah
kanan. Posisi ini memudahkan untuk bergerak mengembalikan bola biasa
maupun dalam melakukan serangan.
Tenis lapangan adalah suatu permainan yang membutuhkan reaksi
yang cepat sesuai dengan datangnya bola secara cepat pula. Jika kita bereaksi
pada pukulan lawan antara seperseratus detik, maka dibutuhkan cara berdiri
yang memungkinkan untuk bergerak dengan cepat dalam mengembalikan bola,
baik posisi untuk melakukan serangan maupun posisi untuk bertahan. Jarak
tempat berdiri atau pengambilan posisi dilihat dari belakang lapangan
tergantung pada tipe bermain.Lebih lanjut, sikap siap (stance) untuk pemain
yang akan melakukan serangan dapat dibedakan atas: (a) sikap siap dasar untuk
pukulan-pukulan forehand, (b) sikap siap dasar untuk pukulan-pukulan topspin
dari posisi backhand, dan (c) sikap siap dasar untuk pukulan-pukulan backspin
dari posisi backhand. Dengan demikian, maka sikap siap atau posisi berdiri
sebagai persiapan menerima bola sangat tergantung pada tipe bermain sendiri,
apakah itu tipe menyerang, tipe bertahan atau tipe netral (bisa kedua-duanya).

Selain itu, cara berdiri atau posisi siap tergantung pulapada jenis
pukulan yang akan dilakukan, baik untuk pukulan forehand, backhand topspin,
maupun backhand backspin .

Gerakan Kaki (Footwork)

Kemampuan mengolah kaki pada permainan tenis lapangan sangat


penting dikuasai untuk menjadi seorang pemain yang andal. Keterampilan
bermain akan menjadi baik bila ditunjang dengan pergerakan kaki yang
memadai untuk setiap tipe permainan. Pergerakan bola yang sangat cepat
dalam permainan tenis lapangan memaksa para pemain untuk bereaksi dengan
cepat pula dalam mengembalikan ataupun melakukan pukulan serangan ke
pihak lawan.

Pengembalian atau pukulan serangan akan menjadi baik bila ditunjang


dengan pergerakan kaki (footwork) yang baik. Pergerakan kaki (footwork)
diawali dengan sikap siap sedia (stance) dalam menanti datangnya bola hasil
pukulan lawan. Bila saat lawan memukul bola, posisinya agak ke kanan
lapangan maka anda harus bergeser ke sebelah kiri, demikian sebaliknya. Hal ini
dimaksudkan agar kita dapat menutup ruang kosong yang menjadi titik sasaran
pukulan lawan. Dengan demikian maka kita tidak membutuhkan beberapa
langkah untuk dapat mengembalikan bola hasil pukulan lawan.

Makin dekat posisi berdiri kita dengan arah datangnya bola, maka
makin mudah kita memukul bola tersebut.Sebaliknya, makin jauh datangnya
bola dari posisi kita maka makin sulit kita mengembalikan bola tersebut. Hal
disebabkan karena kita membutuhkan beberapa langkah secara cepat untuk
dapat memukul bola dengan benar sesuai dengan yang diinginkan. Beberapa
langkah yang dibutuhkan untuk bergerak cepat sangat tergantung pada
penguasaan pergerakan kaki (footwork). Betapa pentingnya pergerakan kaki
(footwork) untuk dapat melakukan pukulan dengan baik seperti bergerak
dengan cepat maju mundur, ke samping kiri-kanan lapangan
permainan.Footwork dan body balance dapat menggerakkan kaki dan
tubuhdengan cepat dan tepat, sehingga daya gerak dan berat badan dapat
dimanfaatkan untuk melakukan pukulan flatdrive dengan tenang, kuat dan
tepat.

Hal ini memungkinkan seorang pemain bergerak dengan cepat dan


keseimbangan yang baik dari satu sisi lapangan ke sisi lapangan yang lain. Maju
dan mundur dua langkah (the up-and back two step) membolehkan anda untuk
merubah lebarnya posisi yang dibutuhkan sekaligus membantu bergerak dari
salah satu sudut lapangan secara efisien. Dua langkah dari sudut backhand (the
back-corner two step) adalah gerakan kaki yang sama dengan dua langkah ke
samping. Tetapi objeknya adalah yang memungkinkan anda untuk bermain
dengan forehand dari sisi backhand.
Beberapa langkah silang ke samping (the lateral cross over) adalah
teknik gerakan kaki yang sulit untuk dilatih dan dipraktekkan dalam suatu
permainan. Ini hanya digunakan bila kita akan menutupi jarak-jarak lateral yang
lebih dari empat atau lima kaki secara cepat. Tipe gerakan kaki dua langkah
(footwork two step) adalah metode gerakan kaki yang paling terkenal, dan
banyak digunakan oleh hampir semua pemain top yang tipe bermain
menyerang. Tipe ini cepat dan dapat menutupi ruang yang luas.Gerakan kaki
dua langkah digunakan untuk bergerak menyamping ke dua sisi, dan juga
digunakan untuk bergerak ke arah menjauh dari lapangan. Gerakan kaki untuk
seorang pemain serang yang mengandalkan forehand dan backhand serang,
biasanya mengambil posisi berdiri di tengah dekat lapangan agar dapat
menguasai datangnya bola dari semua sudut lapangan.

Dasar dari gerakan kaki ini adalah satu kaki berfungsi sebagai tiang dan
kaki lainnya bergerak ke belakang, ke depan, ke samping kanan dan kiri.
Memahami gerakan kaki (footwork) yang telah dikemukakan tersebut, maka
maksud dari gerakan kaki adalah upaya untuk memudahkan atau
memungkinkan pemain untuk dapat mengembalikan bola dari segala penjuru
lapangan, baik untuk bertahan maupun untuk melakukan serangan. Semuanya
itu harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tipe permainan pemain
bersangkutan. Footwork adalah gerakan kaki yang mendukung tipe permainan
menyerang, disamping untuk mengantisipasi datangnya bola yang sangat cepat
dan membutuhkan gerakan yang cepat pula.

Gerakan kaki dapat dilakukan dengan satu langkah saja bila hal tersebut
telah memungkinkan kita untuk memukul bola. Bila langkah tersebut belum
cukup, dapat dilakukan dengan dua, tiga atau beberapa langkah serta dengan
melakukan langkah silang. Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, maka dapat
disimpulkan bahwa keterampilan bermain tenis lapangan termasuk di dalamnya
keterampilan pukulan drive adalah kemampuan seorang pemain tenis lapangan
dalam menampilkan keahliannya secara efisien dan efektif tentang memegang
raket (grip), mengambil sikap siap sedia atau posisi (stance and position), dan
dalam melakukan gerakan kaki (footwork) yang semua gerakannya menyatu
dan tidak terlepas dengan teknik pukulan yang benar (stroke) yang meliputi:
servis (service), pukulan menyerang (attacking stroke), dan pukulan bertahan
(defensive stroke). Servis terdiri dari servis putaran ke belakang (backspin
service) yang terbagi lagi atas forehand dan backhand, servis putaran ke atas
(topspin service) yang dibedakan atas forehand dan backhand. Pukulan
serangan terdiri dari counter drive (forehand dan backhand drive), dan smash
(forehand dan backhand). Pukulan bertahan terdiri dari push-play (forehand
dan backhand), dan chop return (forehand dan backhand).

B. PUKULAN DASAR TENIS LAPANGAN

1. Teknik Dasar Pukulan Forehand

Forehand adalah pukulan yang dilakukan didepan samping badan,


pukulan ini digunakan sebagai senjata utama pemain karena pukulan forehand
biasanya lebih keras dari pukulan backhand. Hal utama untuk dapat memukul
forehand dengan baik adalah menunggu bola jatuh, sehingga mempermudah
kita untuk melakukan pukulan setelah kita ada pada posisi siap pukul, yang
pertama perlu diperhatikan adalah gerakan backswing. Awali gerakan raket
setinggi pinggul dan ayunan raket dari bawah keatas membentuk sudut dari
jam 6 menuju ke jam 9.

Pukulan Drive (Groundstroke)

Groundstroke atau drive adalah pukulan yang dilakukan baik forehand


atau backhand setelah bola memantul ke lapangan. Lucas Loman mengatakan
groundstroke dalam permainan tenis lapangan adalah pukulan keras pada bola,
yang memantul dari lapangan. Menurut Agus Salim bahwa dalam tenis
lapangan hanya ada tiga jenis pukulan dasar yaitu meliputi ground stroke, serve
dan volley. Sementara jenis pukulan lain akan dapat kalian temukan dalam
berbagai macam jenis diluar dari yang tiga tersebut.

a.Pukulan Forehand Drive

Forehand drive adalah jenis pukulan yang mengarah ke samping tubuh


di mana memegang raket, ini adalah jenis pukulan tenis yang paling sering
dilakukan dan paling mudah dipelajari. Dengan satu tepi raket menghadap ke
lapangan, goyangkan tangan yang memegang raket seolah-olah hendak
berjabat tangan dengan orang lain. Lengkungkan jari- jari di seputar pegangan
raket di dekat pangkalnya. Jika memegang raket di sisi kanan (bukan pegangan
kidal). Lucas Loman mengatakan bahwa mengajar gerakan forehand drive
terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap forehand-backswing, forehand fowardswing,
dan forehand-follow through.

1.Tahap Forehand – Backswing:

Pivot ke kanan, yaitu putar bahu dan pinggul ke kanan, serta pindahkan
berat badan pada kaki kanan yang memutar atau melangkah ke kanan juga.
Pada waktu itu juga, leher raket dituntun oleh tangan kiri hingga berada sejajar
dengan bahu kanan. Lepaskan tangan kiri dari leher raket dan ayunkan raket
jauh ke belakang, setinggi bahu dengan meluruskan lengan kanan seenaknya
pada siku serta melekukkan pergelangan tangan ke belakang. Kemudian
gunakan tangan kiri, yang baru melepaskan leher raket untuk keseimbangan
badan. Pada akhir gerakan backswing (raket dalam posisi far backswing).

(2) Tahap Forehand Forward Swing:


Rendahkan raket setinggi pinggang dengan ayunan melingkar dan
lanjutkan ayunan raket ke muka ke sebelah atas.Tapak kaki kiri yang melangkah
kearah depan dengan lutut menekuk seperlunya. Gunakan lengan kiri untuk
keseimbangan badan dan untuk menguatkan forward swing. Perhatikan daun
raket harus tetap dalam posisi tegak lurus dan tangkai raket horizontal
sepanjang ayunan raket ke muka. Bayangkan daun raket membentur bola pada
jarak 10-30 cm di muka kaki kiri.

(3) Tahap Forehand Follow Through:

Dalam tahap ayunan raket lanjut ini, diteruskan gerakan-gerakan yang


dilakukan dalam forward swing, yakni sebagai berikut. Setelah raket
dibayangkan membentur bola dalam forward swing, lanjutkan ayunan raket ke
muka atas, serta bahu memutar kembali ke kiri hingga tangan berhenti di depan
bahu kiri setinggi kepala dengan raket. Gerakan tangan kiri ke samping juga
diteruskan untuk keseimbangan badan dan menguatkan pukulan.

Lanjutkan kaki kanan menjinjit dan lurus. Pada akhir gerakan follow
through ini, taruh kaki kanan di sebelah kaki kiri, kemudian kembali ke posisi
siap lagi. Begitu bola menuju ke sisi forehand, bergeraklah ke posisi dimana
berada posisi tangan kiri menunjuk pada bola dengan kaki yang di depan
membentuk sebuah garis yang mendekati paralel dengan sideline, jika kidal,
bahu kanan harus menghadap ke bola dan kaki kanan maju paralel dengan side
line, gunakan kaki terjauh dari net untuk mendorong dan memindahkan berat
tubuh ke depan pada saat mulai mengayunkan raket, begitu memukul.

Pastikan bahwa berat tubuh bergerak ke depan. Beberapa pemain


mengambil satu langkah maju dengan kaki yang lebih dekat jaraknya dengan
net tepat sebelum mereka memukul bola. Pemindahan berat badan ke depan
adalah salah satu bagian yang penting dalam groundstroke, jika bukan
merupakan bagian dari stroke (pukulan), tenaga hanya dihasilkan oleh lengan
dan bukan dengan seluruh berat tubuh, ini menyebabkan pukulan-pukulan
lelah dan kelelahan pada tangan sebelum pertandingan atau mengajar berakhir.
Satu cara untuk menentukan apakah berat tubuh telah ditopang oleh kaki
depan adalah dengan melihat posisi bahu yang terdekat dengan net.Jika bahu
ini sejajar dengan bahu lainnya atau dengan postur tubuh bagian bawah, berarti
berat badan ditopang oleh kaki depan dan jika bahu kurang sejajar dengan
bahu lainnya, maka berat badan masih ditopang oleh kaki belakang.

Raket harus bergerak sejajar dengan lapangan, melintasi ayunan ke


depan, gerakan naik dan kedepan ini menyebabkan bola sedikit berputar di
udara, yang membantu membuat pukulan yang mantap dan bola terpental
tinggi di seberang net. Pukulan bola tepat sebelum mencapai titik tengah
tubuh, tidak akan dapat melakukannya pada tiap pukulan, tapi buatlah sebagai
sasaran/tujuan. Pada gambar

4. di bawah ini diperlihatkan rangkaian gerakan teknik dasar pukulan forehand


drive mulai dari posisi awal gerakan memukul bola sampai selesai satu gerakan
pukulan forehand drive.

Jagalah pergelangan dengan mantap dan dalam posisi yang membentuk


kurva dengan bagian atas lengan bawah jangan biarkan pergelangan bergerak
selama ayunan. Anggaplah sedang menyapu sesuatu di atas meja. Kembangkan
tangan dengan leluasa, tapi tidak dengan ayunan penuh, cobalah untuk
menggiring bola dengan snar raket. Pegangan raket cukup erat sehingga tidak
bergerak ketika memukul, tapi jangan terlalu erat sehingga tidak dapat
mengendalikannya. Setelah pukulan, ikut bola dengan raket, maka cobalah
untuk menjangkau ke arah net.
Jika raket tidak dapat menjangkau terlalu jauh ke depan, silangkan di
depan tubuh dan berhenti di atas, menuding kearah tujuan pukulan, tiap saat
melakukan pukulan forehand, seluruh gerakan dalam pukulan kurang lebih
sama, jika bola datang lebih rendah dari pinggang, tekuklah lutut, jagalah agar
punggung tetap lurus, dan gunakan gerakan yang sama. Janganlah tetap berdiri
tegak dan memukul bola. Jika bola terpental terlalu ke belakang dan
melambung terlalu tinggi untuk dipukul dengan forehand, cepatlah mundur,
letakkan kaki belakang dan pindahkan berat tubuh ke depan dengan ayunan,
jika bola jatuh terlalu kedepan, maka majulah / melangkahlah, kemudian
mengayun raket hingga terjadi gerakan lanjutan dalam memukul bola dalam
permainan tenis lapangan. Deskripsi proses pelaksanaan pukulan forehand
adalah :

a) Persiapan

(1) Pegangan dengan cara forehand eastern, (2) Raket dan tubuh
condong ke depan, (3) Tangan satunya menopang raket, (4) Lutut sedikit
ditekuk, (5) Ayunkan raket terlebih dahulu ke belakang (backswing), (6)
Berputarlah menyamping menghadap net, (7) Melangkah ke arah sasaran.

b) Pelaksanaan

(1) Pindahkan berat tubuh ke depan, (2) Ayun raket sejajar lapangan,
(3) jangan gerakkan pergelangan tangan, (4) Fokuskan pandangan pada bola
dan, (5) Pukul bola secepatnya.

c) Gerakan Lanjutan

(1) Lanjutan ayunan setelah pukulan, (2) Ayunlah menyilang dan naik
serta, (3) Arahkan raket menuju ke sasaran lanjutan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 4 berikut ini.
Salah satu tugas lembaga pendidikan adalah memberikan pengajaran
kepada anak didik, untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan dari
lembaga disamping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan
pengetahuan kepada anak didik/ mahasiswa merupakan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh tenaga pengajar (dosen, guru, pelatih, instruktur,
tutor) di lembaga pendidikan dengan menggunakan caracara atau metode-
metode tertentu.

Cara demikianlah yang dimaksud dengan metode mengajar atau


metode pembelajaran. Metode mengajar atau melatih ini adalah, karena setiap
dosen, pelatih, guru, instruktur dan tutor, mempunyai cara tersendiri di dalam
memberikan perkuliahan atau pembelajaran, walaupun petunjuk untuk
melaksanakan tugas telah diberikan. Andre Agassi dan Marry Pierce tidak
melakukan ground stroke mereka menyerang bola tenis, perhatikan cara
mereka melakukan forehand atau backhand dengan dua tangan. Ini membuat
juga ingin memukul sesuatu.Ikuti contoh mereka belajar menyerang dari
baseline. Groundstroke adalah pukulan setelah bola memantul kelapangan,
Groundstroke forehand mengarah ke samping tubuh di mana memegang raket,
ini adalah bentuk pukulan tenis yang paling sering dilakukan dan paling mudah
dipelajari. Groundstroke backhand mengarah ke sisi yang berlawanan.

Meskipun ini merupakan pukulan yang paling alamiah bagi beberapa


pemain, backhand umumnya dianggap lebih sulit untuk dipelajari dan
merupakan kelemahan potensial lawan yang dapat dimanfaatkan. Sedikitnya
setengah dari seluruh pukulan tenis adalah forehand. Karena akan melakukan
ribuan pukulan forehand dan karena pukulan ini dapat menjadi senjata
simpanan yang bermanfaat, maka pukulan ini sangat penting.

Groundstroke yang tidak dipukul dengan forehand haruslah dipukul


dengan backhand, jika backhand lemah, maka kemungkinan akan banyak
pukulan yang akan diarahkan kebagian ini; jika backhand cukup bagus maka
lawan tidak akan mengincarnya; dan jika forehand kuat, dapat
menggunakannya sebagai alternatif untuk mendapatkan point. Mencermati
pendapat di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa teknik pukulan drive
merupakan kunci kesuksesan dalam mengembangkan pukulan serang apakah
itu pukulan forehand, backhand, smash maupun pukulan top spin. Mengingat
permainan tenis lapangan modern yang sebahagian besar menganut tipe
pemain offensive, maka keterampilan teknik pukulan drive menjadi sangat
penting untuk dikuasai.

Berikut ini adalah cara pelaksanaan keterampilan pukulan forehand drive:

( 1 ).Sikap Awal:

Sikap, posisi kaki. Posisi permulaan tubuh membentuk posisi persegi


dengan apangan dengan kata lain posisi siap sedia, dimana kedua kaki sedikit
terbuka selebar bahu. Sikap awal lengan. Posisi lengan kanan membentuk sudut
160 derajat pada siku. Posisi raket vertikal atau sedikit tertutup,serta pada saat
siap memukul posisi raket berada di bawah bola.
( 2 ). Pelaksanaan gerakan:

Gerakan pukulan. Gerakan pukulan mengarah ke depan (maju), dimana


ketika bola datang, bahu diputar ke samping kanan, posisi kaki kanan sedikit
menopang berat badan, setelah itu raket diayunkan ke atas dengan bantuan
tumpuan kaki kiri dan gerakan siku sehingga sudut siku berubah menjadi 90
derajat.

(3) Sikap akhir.

Gerak lanjutan. Ayunan lengan kembali pada posisi awal.

2. Teknik Dasar Pukulan Backhand

Backhand adalah pukulan dasar kedua dalam bermain tenis. Backhand


adalah pukulan yang diayun dari seberang badan menuju depan atau
menggunakan bagian belakang dari raket untuk memukul bola dan telapak
tangan anda membelakangi bola. Saat ini terdapat dua jenis pukulan backhand
yang populer digunakan, yaitu backhand menggunakan satu tangan dan
backhand menggunakan dua tangan. Masing-masing pukulan memiliki
kelebihan dan kekurangan. Namun, saat ini pukulan backhand dua tangan Iebih
banyak dipakai oleh pemain pro karena efektivitasnya.

C. PUKULAN BACKHAND DRIVE

Pengertian pukulan backhand menurut pandangan pemakainya adalah:


Rex Lardner backhand adalah pukulan yang dilakukan dari sisi kiri tubuh oleh
pemain yang bukan kidal, atau disisi kanan oleh pemain kidal. Feri Kurniawan
backhand adalah sebuah pukulan dimana punggung tangan yang memegang
raket dihadapkan ke depan. Agus Salim menyatakan bahwa backhand adalah
ketika bola yang dipukul pada sisi berlawanan dari badan pemain ke tangan
yang memegang raket.

Selanjutnya Mikanda Rahmani menyatakan bahwa gerakan backhand


drive terdiri dari backhand backswing yaitu vipot ke kiri dengan memutar bahu
dan pinggul ke kiri, dan backhand fordwardswing yaitu tangan kiri memegang
raket dengan merendahkan raket sampai pinggang. Sementara dalam pukulan
backhand dikenal tiga macam cara memegang raket yang sesuai: 1) backhand
drive/eastern, 2) backhand chop/slice, 3) backhand continental grip. Dari ke tiga
jenis pegangan backhand yang telah disebutkan, cara yang paling umum
digunakan adalah backhand eastern. Cara ini pada orang yang memukul dengan
tangan kanan, pergelangan harus berada agak ke kiri dari bagian atas pegangan
raket, sedangkan bagi orang kidal pergelangan harus berada agak ke kanan
bagian atas. Mengajar gerakan backhand drive terdiri atas tiga tahap yaitu: 1.
Backhand–Backswing, 2. Backhand forwardswing, 3. Backhand follow
through.39 Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, maka para pemain
tenis dapat melakukannya dengan mengikuti saran berikut.
Pemain dengan lengan bawah yang kuat mungkin ingin menggunakan
cara memegang continental. Di sini pergelangan berada di bagian atas
pegangan raket. Rentangkan ibu jari sepanjang bagian belakang sehingga
bagian dalam tetap menyentuhnya, tekanlah pegangan raket selama memukul.
Keuntungan dari cara ini adalah tidak perlu berganti cara memegang forehand
dan backhand. Kerugiannya adalah beberapa pemain tidak akan merasa
nyaman dalam memukul dengan cara ini karena continental berada di antara
cara forehand dan backhand.

Pelaksanaan pukulan backhand yaitu mulailah mengayun raket ke


belakang begitu bola dipukul oleh lawan, gunakan tangan yang bebas untuk
mengayunkannya di bagian leher raket. Biarkan tangan yang ini berada di
bagian tersebut selama memukul dengan backhand kecuali bila memukul
backhand dengan dua tangan. Begitu raket terayun ke belakang, putar bahu
sejauh mungkin sehingga lawan dapat melihat punggung. Bawa lagi raket ke
posisi paralel dengan lapangan, sedikit di atas pinggang. Bayangkan kita sedang
menarik pedang dari saku, belajarlah untuk selalu bersiap-siap begitu memukul,
jangan tunggu sampai detik berakhir.

Berputarlah sebelum mulai menyentuh bola sehingga bagian bahu yang


berlawanan mengarah ke sasaran, bengkokkan sedikit lutut, kaki yang lebih
dekat ke net harus mengarah ke garis samping atau setidaknya membentuk
sudut 45 derajat terhadap net. Untuk menambah kekuatan, majulah selangkah
dengan kaki yang paling dekat dari net tepat sebelum memukul. Bertumpulah
ke depan ketika mengayunkan raket. Bahu yang lebih dekat dengan net harus
terangkat, sehingga berat badan bertumpu pada kaki yang di belakang, jika
bahu turun, maka berat badan pindah ke depan. Mengayunlah tegak lurus
hampir paralel dengan lapangan. Jika ingin membuat topspin, mulailah dengan
kepala raket lebih ke bawah dan mengayun raket ke atas, buatlah backspin
pada bola dengan posisi raket sedikit di atas pingging. Dalam beberapa kasus,
mantapkan pergelangan selama mengayun, kepala raket harusagak lebih tinggi
dari pergelangan untuk semua pukulan rendah, kecuali menggunakan backhand
dua tangan. Lakukan kontak dengan bola yang berada sejajar atau di depan kaki
yang terdekat dengan net.

Hal ini akan menambah tenaga dan memungkinkan kita menggunakan


langkahlangkah pada bola dari pemain, ikuti terus hingga ke net, di sebelah
depan badan atas, bayangkan untuk menyentuh net dengan menggunakan
bagian punggung tangan, dan bawah raket menyilang, selesaikan pukulan
dengan melihat arah dari sasaran. Deskripsi proses pelaksanaan pukulan
backhand drive adalah :

a.Persiapan:

Posisi siap dalam pukulan forehand, bagaimanapun para pemain melakukan


star dalam posisi siap, yakni:

(1) Memegang raket dengan pegangan eastern grip,

(2), Raket terayun ke belakang,

(3) berputar menyamping terhadap net,

(4) Maju melangkah ke arah sasaran.

(b) Pelaksanaan:

(1) Geser beban tubuh ke depan,

(2) Ayunkan raket sejajar dengan lapangan,

(3) Fokus pada bola,


(4) Pukullah bola sedini mungkin,

(5) Pemain melangkah ke arah bola dengan kaki kanan di depan pada
saat ayunan dimulai, titik perkenaan bola dengan raket yaitu ketika bola
berada setinggi pinggang, belakang raket menghadap ke depan net
dengan sedikit diputar.

(c) Gerakan lanjutan:

(1) Lanjutkan ayunan setelah memukul bola,

(2) Ayunlah menyilang dan naik,

(3) Mengarah kesasaran

Berdasarkan dari gerakan lanjutan yang telah dijelaskan di atas, maka


ayunan raket dilanjutkan ke depan menyilang naik dan berakhir di depan
dengan posisi raket lebih tinggi dari bahu. Tumit kaki belakang diangkat dengan
posisi lutut agak bengkok. Pukulan forehand drive pada prinsipnya sama
dengan backhand drive, hanya pada pelaksanaan gerakan, posisi kaki dan
ayunan lengannya yang berbeda. Berikut ini adalah cara pelaksanaan
keterampilan teknik pukulan backhand drive:

(1) Sikap Awal: Sikap, posisi kaki. Posisi permulaan tubuh membentuk
posisi persegi dengan lapangan dengan kata lain posisi siap sedia, dimana kedua
kaki sedikit terbuka lebar dari jarak kedua bahunya. Sikap awal lengan. Posisi
lengan kanan membentuk sudut 160 derajat pada siku. Posisi raket. Posisi raket
vertical atau sedikit tertutup,serta pada saat siap memukul posisi raket berada
di bawah bola.

(2) Pelaksanaan gerakan: Gerakan pukulan mengarah ke depan (maju),


dimana ketika bola datang, bahu diputar ke samping kiri. Posisi kaki kiri sedikit
menumpu berat badan, setelah itu raket diayunkan keatas dengan bantuan
tumpuan kaki kanan dan gerakan siku sehingga sudut siku berubah menjadi 90
derajat. Saat mengenai bola. Bola dipukul pada waktu mencapai titik tertinggi.

(3) Sikap akhir. Gerak lanjutan, ayunan lengan kembali pada posisi
permulaan. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan gerakan pukulan backhand drive
dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

a.Backhand satu tangan

Terdapat beberapa keuntungan dalam memakai backhand satu tangan.


Pertama, anda memperoleh keuntungan dari jangkauannya yang panjang
sehingga bola-bola yang melebar dapat ditangani dengan Iebih mudah. Kedua,
Iebih mudah untuk melakukan voli dari grip satu tangan dan umumnya pemain
yang memiliki backhand satu tangan Iebih jago dalam memukul voli daripada
pemain yang memiliki backhand dua tangan. Terdapat 2 jenis grip yang dapat
anda pakai dalam melakukan backhand satu tangan tangan, yaitu :

 Eastern grip
 Full-eastern (western)

grip Tahap-tahap gerakan backhand satu tangan adalah sbb:

Dari posisi bersiap, anda bergerak ke arah bola datang dan telah
menentukan zona pukulan serta grip yang akan anda pakai. Zona pukulan untuk
pukulan backhand satu tangan yang baik adalah agak di depan badan anda.
Raket diayunkan ke belakang beserta bahu dan punggung anda. Stance yang
dipakai dalam backhand satu tangan umumnya adalah closed stance dimana
posisi badan tegak lurus terhadap net atau garis baseline.

Raket diayunkan ke depan menuju tik kontak dengan bola dan


usahakan kontak berada pada sweetspot dan raket. Ingat, titik kontak
sebaiknya berasa agak di depan badan dan bukan di samping. Kemudian ayunan
diteruskan untuk melakukan tahap followthrough kira-kira ke arah jam 2 badan
anda.

b. Backhand dua tangan

Backhand ini merupakan yang paling populer digunakan oleh pemain


tenis saat ini. Keuntungan dari grip ini adalah ayunannya yang efisien dan
tenaga ekstra yang dihasilkannya karena menggunakan dua tangan. Namun,
kekurangannya terutama dalam menghadapi bola-bola yang melebar
dikarenakan tumpuan ayunan yang menggunakan 2 bahu. Grip yang dipakai
dalam melakukan pukulan ini adalah tangan kanan berada pada ujung gagang
raket dengan grip continental dan tangan kiri berada di atasnya dengan grip
semi-western. Untuk selengkapnya dapat anda baca di sini. Tahapan untuk
melakukan backhand dua tangan adalah sbb:

Posisi bersiap, anda bergerak ke arah bola datang dan telah


menentukan zona pukulan serta grip yang akan anda pakai. Zona pukulan untuk
pukulan backhand dua tangan yang baik adalah di samping badan anda di
sekitar daerah pinggang.

Raket diayunkan ke belakang pada posisi kira-kira sejajar pinggang


anda. Stance yang dipakai backhand dua tangan umumnya closed stance,
namun dapat pula dilakukan dengan open stance, Raket diayunkan ke depan
menuju titik kontak dengan bola dan usahakan kontak berada pada sweetspot
dan raket. Dalam ayunan ke depan ini, tangan kiri memegang peran yang
dominan sedangkan tangan kanan sebagai penyeimbang dan pengarah bola.
Kemudian ayunan diteruskan ke samping badan anda hingga raket ke arah
punggung untuk melakukan tahap followthrough.

Bagi pemula yang mungkin pernah bermain bulutangkis atau tenis


meja, cenderung agak janggal ketika berlatih tenis terutama untuk pukulan
backhand dua tangan karena pukulan ini menggunakan tangan yang non
dominan sebagai utamanya sedangkan tangan dominan sebagai penyeimbang
dan pengarah bola. Untuk melatihnya anda bisa mencoba berlatih memukul
forehand memakai tangan non-dominan anda. Apabila anda telah dapat
memukul dengan baik dan konsisten, barulah mencoba untuk memukul dengan
2 tangan.

Teknik pukulan Servis


Servis merupakan pukulan pembuka permainan. Oleh karena itu,
pukulan ini sangat penting bagi kita untuk dapat menguasainya. Teknik servis
terdiri dan 3 jenis yaitu; (1) Kick Serve, (2) Slice Serve, (3) Twist Serve. Namun
yang akan dibahas hanya teknik dasar melakukan servis. Untuk dapat
melakukan teknik servis dengan baik, pertama kali yang harus dilatih adalah
koordinasi antara mata dengan tangan ketika akan melemparkan bola untuk
memulai service. Untuk melakukan servis yang dan terarah memang agak sulit
bagi pemula. Namun, dengan mengajar dan pengalaman anda akan terbiasa
melakukan pukulan servis.

Di dunia tenis profesional, pemegang servis merupakan sebuah


keuntungan karena pemain tersebut dapat mengontrol permainan melalui
servis yang keras dan akurat. Untuk level pemain rekreasional seringkali kita
jumpai servis malah merupakan kerugian dan seringkali poin terbuang percuma
karena dua kali membuat kesalahan (double fault).

Adapun tahap untuk melakukan servis adalah:

1.Berdirilah di belakang galls baseline dan pusatkan pikiran anda untuk


mengarahkan bola pada daerah servis lawan. Posisi kaki kiri di depan dan kaki
kanan di belakang dengan arah kaki paralel dengan galls baseline. Grip yang
dipakai untuk melakukan servis adalah grip continental.

2.Lemparkan bola ke atas kira-kira agak di depan kepala anda setinggi


kurang lebih 20-30 cm. Kunci toss yang baik adalah tangan anda yang melempar
bola harus lurus ke atas sehingga trayek bola pun lurus. Pada saat ini transfer
berat badan anda ke kaki belakang. Bola telah melambung dan anda niulai
mengayunkan raket ke belakang. Selalu fokuskan mata anda pada bole dan
gunakanlah tangan yang melempar sebagai patokan dalam memukul bola.
3. Pada saat bola sudah sampai pada titik kontaknya, raket diayunkan
ke depan. Pada saat ini buang berat badan anda dan kaki belakang ke kaki
depan untuk memberikan tenaga pada pukulan servis anda.

Teknik Pukulan Voli

Voli pukulan yang dilakukan sebelum bola melenting di lapangan, para


petenis melakukan serangan/maju kedepan untuk melakukan voli. Pukulan ini
merupakan pukulan yang paling sulit untuk dikuasai khususnya bagi pemula
karena untuk dapat menguasainya memerlu- kan konsentrasi ekstra dan reaksi
cepat. Anda juga akan lebih agresif dan menutup sudut-sudut lapangan dengan
memberikan tekanan ke- pada lawan. Untuk pemain rekreasional yang
umumnya sering bermain ganda, maka pukulan inilah yang wajib dan harus
dikuasai. Bagaimana caranya untuk dapat melakukan pukulan dengan baik ?
Marl kita simak uraian berikut :

Posisikan badan anda pada posisi bersiap dengan cara :

 Peganglah raket pada grip untuk pukulan voli yaitu kontinental.


Rentangkan kaki anda hingga kira-kira sejajar bahu dan agak
ditekuk sehingga anda berada pada titik keseimbangan yang
baik.
 Gerakanlah badan anda secara dinamis layaknya seorang
penjaga gawang yang akan menghadang bola. Lakukan gerakan
menjinjit.
 Posisikan siku anda di depan badan dan pegang raket ke atas
setidaknya berada di atas pergelangan anda.
 Tangan yang pasif (tidak memegang raket) berfungsi sebagai
penyeimbang, biasakan untuk menempatkannya pada posisi
memegang leher raket.

Saat bola datang, posisikan kepala dan tangan anda menuju bola
layaknya seorang penerjun yang akan loncat dari pesawat. Rasakan bahwa
badan anda menjemput bola dan biasanya kaki mengikuti.

Cara memukul voli adalah dengan ayunan yang pendek. Bola yang
datang dipukul saat berada di depan badan anda sehingga terjadi per- pindahan
berat badan ke depan. Anggaplah seperti pukulan jab pada tinju yang memakai
ayunan tangan pendek namun menghasilkan momentum yang besar.
Gunakanlah pergelangan anda dalam memukul dan posisikan ra- ket agak
terbuka. Ayunan pendek dengan cepat dari atas ke bawah seperti gerakan
membacok agar memberikan sedikit efek spin pada bola.

Bagi pemula yang baru belajar bermain tenis, untuk tahap awal
gunakanlah pukulan voli yang sifatnya hanya memblok laju bola. Apabila telah
mencapai tahap konsistensi anda dapat memberikan sedikit ayunan agar bola
Iebih menekan. Gerakan voli yang baik adalah gerakan yang memukul dalam
kea- daan bergerak dan bukan statis. Artinya usahakan anda menjemput bola
dengan bergerak ke depan atau diagonal.
Lakukan followthrough ke arah yang anda inginkan untuk bela dipukul
lalu kembali ke posisi tengah untuk bersiap menghadapi pukulan berikutnya.

a.Sikap siap (ready position)

Bungkukan badan sedikit ke depan Iutut ditekuk, raket ada didepan


badan, dan biasakan pada bola serta gerakan raket awan. sikap siap (ready
position) dapat dilihat pada Gambar di atas.

b. Ayunkan raket ke belakang (back-swing)

Hal paling utama untuk dapat memukul forehand dengan baik adalah
kita harus menunggu bola jatuh, sehingga mempermudah kita melakukan
pukulan. Setelah kita ada pada posisi siap pukul, yang pertama perlu
diperhatikan adalah gerakan backswing.

Backswing yang baik, panjang tarikan ke belakang sebaiknya tidak


melebihi posisi 180 derajat dari posisi siap atau 90 derajat dari posisi pukul.
Banyak orang berpikir bahwa dengan melakukan backswing yang panjang,
mereka dapat menimbulkan tenaga yang besar. Memang benar, backswing
panjang bisa menimbulkan tenaga besar, tetapi jangan salah, akibat backswing
yang panjang tersebut kita sering terlambat dalam memukul. Karena impact
poin atau perkenaan bola menjadi terlambat, akibatnya dapat menyebabkan
perubahan arah pukulan serta berakibat bola tidak terkontrol. Harus dimengerti
bahwa tenaga pukul itu didapat suatu gerakan simultan yang terdiri dan
ayunan, putaran bahu, putaran pinggang dan transfer tenaga dari kaki belakang
ke depan. Jadi bukan melulu gerak ayun tangan semata.

c. Gerakan memukul (forward swing)

Ayunan ke depan (forward swing). Lakukan gerakan ini bersamaan


dengan pemutaran bahu, pinggang, dan transfer tenaga dan kaki belakang ke
depan sambil mengontrol permukaan raket. pandangan kearah bola datang.
Lakukan pukulan didepan kaki kiri pada posisi jangkauan ideal, tidak terlalu
dekat ke badan, tetapi juga tidak terlalu jauh. Usahakan perkenaan di depan
kaki kanan, dan posisi bahu minimal sejajar badan yang baik adalah bahu sedikit
ke depan.

d. Gerakan lanjutan (follow through)

Setelah raket mengenai bola, ayunan raket diteruskan tanpa


menggunakan kekuatan dan berakhir pada daerah bahu yang berlawanan
dengan tangan yang memegang raket berakhir sama atau lebih tinggi dan bahu
dan bingkai (frame) raket menghadap ke depan. Kaki yang di belakang
dipindahkan sehingga sejajar dengan kaki yang lain menghadap net, untuk
mengimbangi berat badan dan sebagai persiapan untuk pukulan selanjutnya.
Untuk lebih jelasnya teknik pelaksanaan forehand drive pada permainan tenis
lapangan dapat dilihat pada gambar 8. berikut :

Keterangan Gambar 8 :

a.Agar pukulan forehand pemain jatuh di garis dasar, arahkan bola sekitar 1
meter (3 kaki) di atas net

b.Ambil sikap sebelum mencapai area pukul


c. Posisi diri pemain paralel dan gerakan bola dan ayunlah dengan natural saat
mengambil bola d.Setelah memukul bola, ikuti arahnya dengan muka raket e.
Biarkan kaki belakang mengayun terus setelah pukulan, gunakan untuk menuju
lokasi berikut .

D. FASE PUKULAN

Memasuki fase pukulan akan dimulai dan footwork. Walaupun


footwork digambarkan di atas berlangsung di semua fase pukulan, namun
footwork yang akan dibahas di sini adalah cara berdiri (stance) sebelum
memukul bola. Setelah pergerakan badan berlangsung pemain memposisikan
dirinya untuk memukul bola dengan stance tertentu menurut grip atau
kebiasaan masing-masing.

Terdapat 3 cara berdiri dalam tenis, yaitu:

1. Closed stance (tertutup)

2. Square Stance (Netral)

3. Open Stance (Terbuka)

Stance ini berkaitan erat dengan seleksi pukulan yang akan anda pakai.
Apakah backhand atau forehand. Kemudian pemain akan menyeleksi dengan
waktu yang tepat zona pukulan yang nyaman bagi pemain untuk memukul bola.
Sekali lagi footwork sangat berperan besar dalam fase-fase di atas. Timing yang
buruk karena pergerakan kaki anda yang kurang sigap akan menyebabkan anda
memukul bola di zona yang kurang nyaman sehingga membuat pukulan
menjadi tidak maksimal.
Memasuki tahap ayunan, seorang pemain diharapkan untuk mengayun
raketnya ke belakang sebelum bola datang yang diiringi dengan putaran bahu
ke belakang. Setelah bola datang pada zona pukulan yang telah anda seleksi,
maka raket diayunkan ke depan seiring dengan putaran bahu ke depan.

Saat setelah ini merupakan fase yang sangat penting karena merupakan
saat titik kontak raket dengan bola. Beberapa persyaratan untuk titik kontak
bagi pukulan yang sempurna adalah :

 Bahu dan pinggul sejajar dengan net atau tegak lurus dengan
target area.
 Titik kontak dengan bola berada di depan badan.
 Untuk forehand, tangan yang tidak memegang raket berfungsi
untuk menjaga keseimbangan badan.
 Dan kecepatan raket tertinggi dicapai pada saat raket kontak
dengan bola
BAB VII

PERMAINAN MIKRO TENIS SEBAGAI ALTERNATIF KETERBATASAN


KETERSEDIAAN FASILITAS LAPANGAN TENIS

Olahraga tenis lapangan, utamanya pada petenis tingkat dasar atau


pemula dibutuhkan latihan normal minimal 3 kali dalam seminggu. Dalam satu
pertemuan latihan berkisar antara 1,5 – 2 jam sehingga keterampilan petenis
akan mengalami peningkatan. Karena pada dasarnya prinsip latihan adalah
semakin sering kita melaksanakan latihan, maka semakin cepat pula
keterampilan motorik seseorang akan terbentuk. Mahasiswa PJKR FIK Unnes
pada semester 4 mendapatkan mata kuliah tenis lapangan sebanyak 2 SKS,
setiap SKS terdiri dari 170 menit, jadi total dalam satu pertemuan setiap kelas
akan mendaptkan 340 menit. Akan tetapi dalam RPS dijelaskan bahwa 340
menit terdiri dari perkuliahan selama 100 menit dan 240 menit adalah tugas
mandiri dan struktur. Artinya dosen harus memberikan tugas terstruktur atau
mandiri diluar jam perkuliahan.

Dalam mata kuliah tenis lapangan salah satu indikator capaian


pembelajaran mata kuliah adalah mahasiswa luwes dalam melakukan teknik
pukulan forehand dan backhand. Oleh karena itu agar mahasiswa bisa
melakukan teknik pukulan forehand dan backhand dengan luwes, maka
dibutuhkan latihan yang intens dan terprogram. Dosen selaku pengampu mata
kuliah tenis lapangan menyadari bahwa, fakta di lapangan jika hanya
mengandalkan pertemuan saat perkuliahan dengan waktu 100 menit dengan
jumlah mahasiswa 30-35 orang, tentunya sangat tidak efektif untuk
meningkatkan kualitas keterampilan mahasiswa, apalagi pada tahapan luwes.
Oleh karenanya dosen pengampu sesuai dengan RPS harus mengoptimalkan
jam diluar perkuliahan atau tugas mandiri yaitu 3 kali dalam seminggu. Akan
tetapi yang menjadi kendala dalam penugasan mandiri atau terstruktur yang
akan dilaksanakan oleh mahasiswa adalah keterbatasan ketersediaan lapangan
tenis. Berdasarkan observasi dan wawancara tim peneliti di lapangan diperoleh
fakta dan informasi bahwa terdapat keterbatasan sarana dan prasarana tenis
lapangan yang disebabkan oleh jadwal pemakaian lapangan yang cukup padat.
Melihat fakta di atas jelas bahwa ketersediaan tempat atau lapangan tenis di
FIK Unnes sudah sangat minim dan terbatas karena jadwal penggunaan
lapangan sudah sangat padat. Berdasarkan permasalahan diatas kami tim
peneliti berinisiatif menciptakan produk sebagai solusi alternatif terkait
keterbatasan ketersediaan lapangan tenis di FIK Unnes dengan pengembangan
model permainan Mikro Tenis.

Sehingga produk permainan Mikro Tenis nantinya dapat digunakan


tidak hanya di lapangan tenis, tetapi di lahan lain atau lahan terbuka. Akan
tetapi fungsinya sama yaitu melatih keterampilan teknik dasar pukulan tenis.
Tenis merupakan cabang olah raga permainan yang tergolong dalam kelompok
permainan bola kecil. Dalam permainan tenis masalah lapangan dan
perlengkapan lain merupakan kebutuhan primer. Dalam pertandingan resmi
dibagi dalam 3 (tiga) permukaan yaitu (1) Jenis permukaan rumput (Grass
Court), (2) jenis permukaan keras (Hard Court), (3) jenis permukaan tanah liat
(Gravel). Kemudian dalam segi bangunan dibagi dalam 2 (dua) situasi lapangan
dengan situasi terbuka (out door) dan lapangan dengan situasi tertutup (in
door). Lapangan Tenis diantaranya dapat digunakan untuk rekreasi/olahraga
rekreasi kesehatan, dan pembinaan prestasi, turnamen Amatir dan Profesional,
dan untuk pembelajaran atau perkuliahan Permainan Mikro Tenis Olahraga
merupakan suatu aktivitas jasmani yang dilakukan dengan gerak motorik
sesuai dengan spesifikasi keterampilannya.

Permainan menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia untuk


meningkatkan nilai kesegaran jiwa dan raga menjadikan suatu kesenangan
dalam kegiatan diwaktu luang (rekreasi). Permainan dalam olahraga dapat
dikategorikan dalam 2 bagian, yaitu: menggunakan bantuan alat dan tidak
menggunakan bantuan alat, contohnya olahraga permainan Tonnis, Tonnis
meru-pakan olahraga yang menggunakan bantuan alat yaitu papan pantul yang
disebut paddle, dimainkan di lapangan permukaan datar, gerak dasarnya
seperti Tennis Lapangan, dapat dimainkan tunggal dan ganda. Pengembangan
latihan mandiri tenis dapat dilakukan dengan bermain Mikro Tenis.
Perlengkapan yang digunakan yaitu menggunakan bola Tenis/ Tonnis deberi
tali karet panjang 3 – 4 Meter sesuai dengan penggunaannya dan diikatkan
dengan batu alat pemukulnya adalah raket tenis. Permukaan lapangan datar
(dapat dimainkan di tanah liat padat rata, paving, beton, aspal). Ukuran
lapangan (lebar 4 m dan panjang 8 m) Mikro Tenis adalah olahraga permainan
dengan menggunakan perleng-kapan alat pemukul ( raket tenis/paddle tonnis )
dan bola Tennis/Tonnis diberi karet yang diikatkan pada pembeban/ batu,
gerak dasarnya seperti bermain tenis hanya bola harus jatuh mantul terlebih
dahulu baru dipukul (tidak boleh dipukul langsung/ di voli). Mikro Tenis
mempunyai filosofi Mudah, Murah, Meriah dan Menyehatkan. Cara bermain
Mikro tennis adalah 1. Bola dipukul memantul pada area yang sudah
ditentukan 2. Dapat dimainkan tunggal dan ganda 3. Bola setelah mantul di
daerah sasaran kemudian dipukul oleh pemain dengan waktu yang sudah
ditentukan oleh pemain itu sendiri 4. Jika permainan ganda, maka bola dipukul
bergantian dengan pasangan. 5. Dapat dipukul forehand maupun backhand
Karakteristik Mahasiswa Menurut Susantoro (1990:23) mahasiswa merupakan
kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang memang dalam
usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja ke tahap dewasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka yang
sedang belajar di perguruan tinggi (Poerwadarminta, 2005: 375).

Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut


ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain
yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam
bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan
sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan
prinsip yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk
selalu berpikir yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007:121). Mahasiswa adalah
orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau
akademi, mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi.
Karakteristik mahasiswa secara umum yaitu stabilitas dalam kepribadian yang
mulai meningkat, karena berkurangnya gejolak-gejolak yang ada didalam
perasaan. Mereka cenderung memantapkan dan berpikir 9 10 dengan matang
terhadap sesuatu yang akan diraihnya, sehingga mereka memiliki pandangan
yang realistik tentang diri sendiri dan lingkungannya.

Para mahasiswa akan cenderung lebih dekat dengan teman sebaya


untuk saling bertukar pikiran dan saling memberikan dukungan, karena dapat
kita ketahui bahwa sebagian besar mahasiswa berada jauh dari orang tua
maupun keluarga. Karakteristik mahasiswa yang paling menonjol adalah
mereka mandiri, dan memiliki prakiraan di masa depan, baik dalam hal karir
maupun hubungan percintaan. Mereka akan memperdalam keahlian
dibidangnya masing-masing untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja
yang membutuhkan mental tinggi. Sedangkan karakteristik mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan tenis lapangan adalah memiliki rasa ingin tahu terhadap
kemajuan tenis lapangan. Mereka cenderung untuk mencari bahkan membuat
inovasi-inovasi terbaru di bidang olahraga tenis lapangan. Mahasiswa menjadi
mudah terpengaruh dengan sesuatu yang baru, misalnya produk permainan.
Model pengembangan permainan foot and hand coordination merupakan
salah satu solusi pemecahan masalah agar mahasiswa tidak merasa bosan, dan
tidak kesulitan dalam melakukan permainan tenis lapangan khususnya
permainan sepakbola dan bola basket, (Farida, 2014). Pengembangan Bola
Multifungsi untuk Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
merupakan model pengembangan permainan bola multifungsi untuk per-
mainan bola voli, bola basket dan sepak bola (Hartono, 2017). Pengembangan
permainan tonnis merupakan produk permainan modifikasi badminton dan
tenis.

Dimana raket yang digunakan menggunakan paddle, bola


menggunakan bola gembos dan lapangan menggunakan ukuran lapangan
badminton dengan ukuran net yang sudah dimodifikasi (Nurharsono, 2009).
Dalam produk mikro tenis yang dikembangkan peneliti, peneliti berusaha
menciptakan suatu produk permainan sebagai solusi apabila terjadi
keterbatasan lapangan tenis untuk perkuliahan atau kegiatan mandiri
mahasiswa. Produk mikro tenis yaitu produk atau permainan dengan
menggunakan perlengkapan alat pemukul (raket tenis) dan bola tennis/tonnis
diberi karet yang diikatkan pada pembeban/batu, gerak dasarnya seperti
bermain tenis, hanya bola harus jatuh mantul terlebih dahulu baru dipukul
(tidak boleh dipukul langsung/ di voli). Mikro tenis mempunyai filosofi mudah,
murah, meriah dan menyehatkan.
Melihat fakta di atas jelas bahwa ketersediaan lahan lapangan tenis di
FIK Unnes sangat terbatas karena jadwal penggunaan lapangan sudah sangat
padat, sehingga mahasiswa kesulitan untuk melaksanakan proses latihan.
Berdasarkan permasalahan diatas kami tim peneliti berinisiatif menciptakan
produk sebagai solusi alternatif terkait keterbatasan ketersediaan lapangan
tenis di FIK Unnes dengan pengembangan model permainan Mikro Tenis.
Sehingga produk permainan Mikro Tenis nantinya dapat digunakan tidak hanya
di lapangan tenis, tetapi di lahan lain atau lahan terbuka. Akan tetapi fungsinya
sama yaitu melatih keterampilan teknik dasar pukulan tenis Berdasarkan
permasalahan diatas kami tim peneliti berinisiatif menciptakan produk sebagai
solusi alternatif terkait keterbatasan ketersediaan lapangan tenis di FIK Unnes
dengan pengembangan model permainan Mikro Tenis. Sehingga produk
permainan Mikro Tenis nantinya dapat digunakan tidak hanya di lapangan
tenis, tetapi di lahan lain atau lahan terbuka.

Akan tetapi fungsinya sama yaitu melatih keterampilan teknik dasar


pukulan tenis. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mempermudah
mahasiswa melatih keterampilan pukulan forehand dan backhand dengan
memaksimalkan lahan yang kosong, dengan demikian mahasiswa tidak hanya
mengandalkan ketersediaan lapangan tenis saja. Sehingga diharapkan produk
ini menjadi solusi alternatif bagi keterbatasan ketersediaan lapangan tenis di
Universitas Negeri Semarang pada khususnya dan di Universitas lain pada
umumnya.

A. METODE ANALISIS DALAM PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan Pengembangan Prosedural. Metode


penelitian dan pengembangan ini menggunakan metode deskriptif, evaluatif,
dan eksperimental. Prosedur yang digunakan dalam permainan mikro tenis,
mencakup: (1) melakukan analisis produk yang akan dikembangkan (2)
mengembangkan produk awal permainan Mikro Tenis (3) validasi ahli (4) uji
coba produk, dan (5) revisi produk. Teknik analisis data yang digunakan adalah
persentase untuk menganalisis dan penilaian subjek pengembang dalam
menilai tingkat kelayakan, kualitas, dan keterterimaan produk berupa data dari
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Teknik analisis data yang digunakan
adalah prosentase untuk menganalisis dan penilaian ahli dalam menilai tingkat
kualitas produk terhadap produk permainan. Hasil persentase yang diperoleh
kemudian diklasifikasikan untuk memperoleh kesimpulan data. Pada tabel 1
akan disajikan klasifikasi persentase.

B. HASIL DALAM PENELITIAN TENTANG MIKRO TENIS LAPANGAN

Hasil penelitian terhadap Ahli Tenis Lapangan dan ahli Penjas terkait dengan
kualitas produk permainan Mikro Tenis untuk pembelajaran tenis lapangan,
diperoleh deskripsi dari aspek (1) Kesesuaian dengan Capaian Pembelajaran
Mata Kuliah (2) kesesuaian produk dengan karakteristik mahasiswa, (3)
keaktifan mahasiswa, dan (4) Kelayakan produk permainan MIKRO TENIS. Hasil
pengisian penilaian ahli dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel analisis data pada lampiran hasil pengisian penilaian ahli tentang
kesesuaian produk dengan standar kompetensi, dan kompetensi dasar, dapat
disimpulkan bahwa produk permainan ini dapat digunakan.
Tabel analisis data pada lampiran hasil pengisian penilaian ahli tentang
kesesuaian produk dengan karakteristik mahasiswa, dapat disimpulkan bahwa
produk permainan ini dapat digunakan.

Tabel analisis data pada lampiran hasil pengisian penilaian ahli tentang
kesesuaian produk dengan keaktifan mahasiswa, dapat disimpulkan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka aspek produk permainan
Mikro Tenis dapat mendorong mahasiswa aktif bergerak dan meningkatkan
minat dan motivasi mahasiswa berpartisipasi dalam pembelajaran permainan
tenis lapangan serta kriteria sangat baik sehingga produk permainan ini dapat
digunakan.
Tabel analisis data pada lampiran hasil pengisian penilaian ahli tentang
kesesuaian produk dengan karakteristik mahasiswa, dapat disimpulkan
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka produk telah memenuhi
kriteria sangat baik sehingga produk permainan ini dapat digunakan.

Permainan Mikro Tenis dapat Mengatasi Keterbatasan Sarana dan


Prasarana dalam Pembelajaran Permainan Tenis lapangan Penelitian yang telah
dilaksanakan, diperoleh hasil bahwa produk permainan Mikro Tenis dapat
mengatasi keterbatasan sarana dan prasarana dalam pembelajaran permainan
tenis lapangan. Hal itu dibuktikan dengan pembelajaran permainan Mikro Tenis
dapat dilakukan pada semua kondisi lahan kosong yang ada di kampus seperti
lapangan tenis, pavingan, dan aspal. Bola yang digunakan dalam permainan
Mikro Tenis adalah bola tenis lapangan dan bola soft atau bola tonnis. Bola
tenis digunakan saat berada di lapangan tenis dan bola soft/tonnis digunakan di
lapangan aspal atau pavingan. Sehingga dengan pengunaan bola soft/tonnis ini
sangat memungkinkan materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik
kepada mahasiswa pada semua kondisi lapangan/lahan kosong.

Permainan Mikro Tenis dapat menjadi solusi atas keterbatasan


lapangan tenis yang ada di kampus, karena seperti kita ketahui penggunaan
lapangan yang ada di kampus sangat padat, padahal kebutuhan untuk belajar
gerak utamanya gerak teknik dasar pukulan dalam tenis lapangan
membutuhkan jumlah lapangan yang banyak. Penggunaan bola soft/tonnis dan
lapangan permainan Mikro Tenis yang fleksibel terhadap segala bentuk
permukaan lapangan, ukuran lapangan, dan jenis lapangan permainan yang
digunakan dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi keterbatasan sarana dan
prasarana pembelajaran permainan tenis lapangan. Berdasarkan pembahasan
di atas, dapat disimpulkan bahwa permainan Mikro Tenis dapat mengatasi
keterbatasan sarana dan prasarana dalam pembelajaran permainan tenis
lapangan. Permainan Mikro Tenis Dapat Meningkatkan Minat Mahasiswa
Dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Permainan Tenis Lapangan Minat
mahasiswa terhadap permainan Mikro Tenis muncul karena faktor originalitas
produk permainan yang baru pertama kali mereka kenal. Secara psikologi,
mahasiswa pada usia mahasiswa sangat tertarik akan hal-hal baru dalam
aktivitas gerak, dimana dalam hal ini berupa produk permainan Mikro Tenis.

Dengan adanya hal baru, maka mahasiswa secara otomatis lebih


tertarik untuk melakukan aktivitas gerak yang baru sehingga secara tidak
langsung hal tersebut dapat meningkatkan minat mahasiswa dalam mengikuti
pembelajaran permainan tenis lapangan melalui akitvitas permainan Mikro
Tenis. Permainan Mikro Tenis dapat Meningkatkan Intensitas Fisik Mahasiswa
dalam Proses Pembelajaran Permainan Tenis lapangan Peningkatan intensitas
fisik dapat diketahui dari pengambilan data dari denyut nadi, dimana selisih
antara denyut nadi sebelum pembelajaran dan denyut nadi sesudah
pembelajaran dapat menjadi indikator peningkatan intensitas fisik mahasiswa
selama proses pembelajaran berlangsung. Peningkatan denyut nadi sebagai
instrument peningkatan intensitas fisik, dipengaruhi oleh beberapa hal yang
dapat mempengaruhi peningkatan tersebut, antara lain (1) materi teknik dasar
yang heterogen, memungkinkan mahasiswa dapat terus aktif bergerak dalam
pembelajaran permainan Mikro Tenis (2) ukuran lapangan yang disesuaikan
dengan tingkat pertumbuhan, perkembangan, dan kemampuan fisik mahasiswa
akan memudahkan mahasiswa untuk nyaman dalam mengikuti pembelajaran
(3) penggunaan bola yang sesuai dengan karakteristik permainan tenis lapangan
sehingga membuat mahasiswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran (4)
metode pembelajaran permainan Mikro Tenis melalui metode game membuat
mahasiswa tidak jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan
produk permainan Mikro Tenis, telah memberikan dampak atau pengaruh
terhadap peningkatan denyut nadi mahasiswa sebesar 65,42%. Disamping itu,
hasil penghitungan denyut nadi mahasiswa sesudah pembelajaran mampu
mengalami kenaikan sebesar 55% dari denyut nadi maksimal. Hasil ini juga
menunjukkan kesesuaian dengan intensitas latihan yang disarankan yaitu 60 -
80% dari denyut nadi maksimal. Penggunaan produk pembelajaran tenis
mampu menaikkan intensitas denyut nadi sebesar 66,18% dari denyut nadi
maksimal (Avip, 2013) Peningkatan denyut nadi dapat digunakan sebagai
indikator adanya peningkatan intensitas fisik mahasiswa.

Intensitas fisik dapat meningkat karena respon denyut nadi akibat


adanya aktivitas fisik mahasiswa saat bermain permainan Mikro Tenis. Denyut
nadi respon ini dapat menjadi tolak ukur adanya peningkatan denyut nadi
mahasiswa dalam mencapai intensitas latihan yang disarankan. Peningkatan
rata-rata denyut nadi berupa respon sebesar 65,42 % terhadap aktivitas yang
dilakukan, merupakan salah satu indikator bahwa permainan Mikro Tenis dapat
meningkatkan intensitas fisik mahasiswa dalam proses pembelajaran
permainan tenis lapangan. Permainan Mikro Tenis Efektif untuk Proses
Pembelajaran Permainan Tenis lapangan Hasil studi pendahuluan penelitian
yang dilakukan peneliti di beberapa perkuliahan di jurusan PJKR, IKOR dan PKLO
diperoleh hasil bahwa alokasi waktu pembelajaran permainan tenis lapangan 2
SKS atau 340 menit (satu kali pertemuan), akan tetapi yang terjadi di lapangan
untuk mata kuliah tenis lapangan implementasi di lapangan hanya 100 menit
kegiatan perkuliahan efektif dilaksanakan. Sisa 240 menit digunakan untuk
kegiatan mandiri, diluar jadwal perkuliahan. Hal ini tentunya menjadi tugas
seorang tenaga pengajar untuk mencari solusi alternatif agar proses
pembelajaran bisa tercapai semua disamping dengan keterbatasan lapangan
yang tersedia. Permainan Mikro Tenis juga dapat mengembangkan ketiga ranah
pembelajaran (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang diharapkan dapat
berkembang secara optimal bagi mahasiswa. Ketiga ranah tersebut bisa
berkembang melalui pembelajaran permainan Mikro Tenis.

Ranah kognitif mahasiswa dapat berkembang dengan optimal


dibuktikan dengan adanya pengetahuan bagi mahasiswa terkait dengan materi
teknik dasar permainan tenis lapangan (forehand dan backhand), variasi dan
kombinasi permainan tenis lapangan, dan peraturan permainan Mikro Tenis.
Pengetahuan tentang pembelajaran permainan Mikro Tenis diharapkan dapat
mengembangkan ranah kognitif mahasiswa dalam memahami materi yang
disampaikan. Ranah afektif mahasiswa dapat berkembang dengan optimal
dibuktikan dengan adanya penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam
permainan tenis lapangan baik nilai kerjasama, tanggung jawab, maupun
berbagi peralatan dan tempat dalam proses pembelajaran melalui penerapan
produk permainan Mikro Tenis dalam pembelajaran permainan tenis lapangan.

Ranah psikomotor mahasiswa dapat berkembang dengan optimal


dibuktikan dengan adanya koordinasi gerak kompleks dalam pembelajaran
permainan tenis lapangan melalui permainan Mikro Tenis. Koordinasi gerak
yang dipraktikkan mahasiswa yaitu koordinasi gerak mata tangan yang
diaplikasikan dalam pembelajaran teknik pukulan forehand dan backhand dan
koordinasi gerak mata kaki yang diaplikasikan dalam footwork teknik pukulan
forehand dan backhand. Modifikasi pembelajaran dengan permainan tonnis
memberikan peningkatan hasil belajar pukulan forehand siswa, (Naim dan
Wibowo, 2013) Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
permainan Mikro Tenis dapat menciptakan efektivitas waktu pembelajaran
permainan tenis lapangan. Permaian Mikro Tenis juga mengembangkan ketiga
ranah pembelajaran baik ranah kognitif, ranah afektif maupun ranah
psikomotor yang dibutuhkan mahasiswa.
BAB VIII
Studi manajemen pelatih dan atlet pada pembinaan prestasi cabang olahraga
tenis lapangan
Pengembangan keolahragaan dalam tatanan sistem keolahragaan nasional
dikembangkan melalui tiga pilar yaitu olahraga pendidikan, olahraga rekreasi dan
olahraga prestasi. Makna dari ketiga pilar tersebut sebagai berikut: olahraga
pendidikan merupakan pendidikan yang dilaksanakan baik pada jalur formal
maupun non formal melalui kegiatan intra dan atau ekstrakurikuler. Olahraga
rekreasi merupakan olahraga yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran
masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, kesenangan dan
hubungan sosial, sedangkan olahraga prestasi dikhususkan untuk pencapaian
prestasi baik dalam kejuaraan tingkat daerah, nasional, regional maupun
internasional (Firdaus, 2011, p.126). Olahraga memiliki peranan penting dalam
berbagai aspek kehidupan baik bagi kesehatan, pendidikan, pembentukan
karakter, hingga meningkatkan derajat dan martabat suatu daerah maupun negara
(Rahmawati, 2017, p.25) Peningkatan derajat suatu daerah dapat tercapai melalui
tiga pilar olahraga tersebut. Kaitannya dengan olahraga prestasi, pencapaian
prestasi dapat mengangkat nama dan derajat suatu daerah. Daerah-daerah yang
memiliki atlet-atlet berprestasi akan dapat meraih prestasi olahraga dan
mengangkat derajat daerahnya.
Pencapaian prestasi tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah
dan seluruh masyarakat. Hal ini disebabkan karena prestasi olahraga tidak akan
datang secara instan tetapi akan dapat tercapai secara optimal melalui proses
pembinaan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan dengan dukungan
IPTEK keolahragaan. Pembinaan olahraga prestasi tersebut membutuhkan
komitmen dan totalitas baik dari pemerintah, pengurus cabang olahraga, pelatih,
maupun atlet. Komitmen dan totalitas tersebut ditunjukkan dengan manajemen
pembinaan olahraga prestasi yang baik dan maksimal serta adanya sinergi antara
pemerintah, pengurus cabang olahraga, pelatih, maupun atlet. Dengan manajemen
pembinaan olahraga prestasi yang baik, proses pelaksanaannya akan lebih
sistematis dan optimal.
Cabang olahraga tenis lapangan merupakan salah satu cabang olahraga
yang memiliki potensi dalam menyumbangkan prestasi untuk Daerah Istimewa
Yogyakarta. Pemaksimalan potensi yang ada tersebut dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan manajemen pembinaan yang baik. Penampilan dan pencapaian
prestasi yang optimal dalam cabang olahraga tenis lapangan dipengaruhi oleh
peran dari pelatih maupun atlet tenis itu sendiri (Nurfadhila, 2016, p.197). Oleh
karena itu, merupakan suatu urgensi untuk mengetahui pelaksanaan manajemen
pelatih dan atlet tenis lapangan khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan suatu kegiatan akan dapat memberikan
informasi mengenai bagaimana melakukan sesuatu dengan lebih baik melalui
pemahaman yang lebih mengenai apa yang belum dilakukan dan apa yang sudah
dilakukan (Montellano, 2017, p.9).
Dengan adanya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan manajemen
pelatih dan atlet tenis lapangan Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan dapat
diketahui informasi mengenai kondisi manajemen pelatih dan atlet sehingga data
yang didapatkan dapat menjadi dasar perbaikan dan pemaksimalan manajemen
pelatih dan atlet di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Desain dan Subjek Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kuantitatif. Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Subjek
penelitian ini adalah pengurus PELTI sejumlah 14 orang, pelatih sejumlah 12 orang
dan atlet tenis lapangan sub-elite di Daerah Istimewa Yogyakarta Indonesia
sejumlah 19 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan kuesioner dan wawancara. Terdapat tiga indikator dalam kuesioner
penelitian ini, meliputi: (1) Kualitas pelatih dan atlet, (2) Promosi dan degradasi
pelatih dan atlet, serta (3) Kesejahteraan pelatih dan atlet. Kuesioner yang sudah
ada kemudian dibuat dalam bentuk google form yang kemudian diisi oleh subjek
penelitian. Selanjutnya nilai yang telah didapatkan ditafsirkan kedalam kategori
berdasarkan kriteria sebagai berikut:

Analisis Data Dari data yang sudah didapat melalui kuesioner, kemudian
data dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
persentase. Hasil persentase yang telah didapatkan kemudian ditafsikan ke dalam
kriteria yang sudah ditentukan.

Hasil Penelitian Hasil penelitian ini didapatkan dari data kuesioner dan
wawancara yang dilakukan pada pengurus PELTI, pelatih dan atlet tenis lapangan
Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi data (1) Kualitas pelatih dan atlet, (2)
Promosi dan degradasi pelatih dan atlet, serta (3) Kesejahteraan pelatih dan atlet.
Hasil penelitian dijabarkan sebagai berikut: Kualitas Pelatih Data kulitas pelatih
didapatkan dari beberapa item faktor, meliputi: (1) sistem seleksi pelatih
berdasarkan tingkat pendidikan, (2) sistem seleksi pelatih berdasarkan lisensi yang
dimiliki, (3) sistem seleksi pelatih berdasarkan kemampuan membuat program
latihan, (4) ketersediaan pelatih fisik berlisensi dan (5) pelatih mengikuti TOT
kepelatihan. Dari lima faktor tersebut, hasil rekap kualitas pelatih menunjukkan
hasil sebagai berikut:
Adapun data pada table 2 mengenai rekap data kulaitas pelatih dapat digambarkan
dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Gambar 1. Histogram Data Kualitas Pelatih


Berdasarkan pada tabel 2 dan histogram dapat dilihat dari pernyataan
yang menyatakan “ya” terhadap ketercapaian indikator kualitas pelatih menurut
pengurus PELTI kualitas pelatih tenis lapangan DIY berada pada persentase 57,16%
yang berarti cukup baik. Data hasil kuesioner kualitas pelatih menurut pelatih
menunjukkan persentase sebesar 70% yang berarti baik, sedangkan data hasil
kuesioner kualitas pelatih menurut atlet menunjukkan persentase sebesar 77.88%
yang berarti baik. Rata-rata keseluruhan menunjukkan bahwa kualitas pelatih tenis
termasuk ke dalam kategori baik dengan persentase sebesar 68,35%. Promosi dan
Degradasi Pelatih Data promosi dan degradasi pelatih didapatkan dari informasi
pengurus PELTI, pelatih dan atlet mengenai pelaksanaan sistem promosi dan
degradsi pelatih pada tiap tahunnya. Berikut hasil rekap data promosi dan
degradasi pelatih.

Adapun data pada table 3 mengenai rekap data pelaksanaan promosi dan
degradasi pelatih dapat digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Berdasarkan pada tabel 3 dan histogram dapat dilihat dari pernyataan


yang menyatakan “ya” terhadap pelaksanaan promosi dan degradasi pelatih
menurut pengurus PELTI pelaksanaan promosi dan degradasi pelatih berada pada
persentase 21,4% yang berarti kurang baik. Data hasil kuesioner pelaksanaan
promosi dan degradasi pelatih menurut pelatih menunjukkan persentase sebesar
41,7% yang berarti cukup baik, sedangkan data hasil kuesioner pelaksanaan
promosi dan degradasi pelatih menurut atlet menunjukkan persentase sebesar
57.9% yang berarti cukup baik. Rata-rata keseluruhan menunjukkan bahwa
pelaksanaan promosi dan degradasi pelatih termasuk ke dalam kategori kurang
baik dengan persentase sebesar 40,33%. Kesejahteraan Pelatih Data kesejahteraan
pelatih didapatkan dari dua item faktor, meliputi: (1) Gaji pelatih, dan (2) Bonus
pelatih. Dari dua faktor tersebut, hasil rekap kesejahteraan pelatih menunjukkan
hasil sebagai berikut:

Adapun data pada table 4 mengenai rekap data kesejahteraan pelatih dapat
digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Berdasarkan pada tabel 4 dan histogram dapat dilihat dari pernyataan


yang menyatakan “ya” terhadap ketercapaian indikator kesejahteraan pelatih
menurut pengurus PELTI kesejahteraan pelatih tenis lapangan DIY berada pada
persentase 28,55% yang berarti kurang baik. Data hasil kuesioner kesejahteraan
pelatih menurut pelatih menunjukkan persentase sebesar 33.53% yang berarti
kurang baik, sedangkan data hasil kuesioner kesejahteraan pelatih menurut atlet
menunjukkan persentase sebesar 41,70% yang berarti cukup baik. Rata-rata
keseluruhan menunjukkan bahwa kesejahteraan pelatih tenis termasuk ke dalam
kategori kurang baik dengan persentase sebesar 34,67%.

Kualitas Atlet Data kulitas atlet didapatkan dari beberapa item faktor, meliputi: (1)
pelaksanaan seleksi atlet junior dan senior, (2) seleksi atlet berdasarkan postur
tubuh, (3) seleksi atlet berdasarkan kondisi fisik, (4) seleksi atlet berdasarkan
keterampilan teknik, (5) seleksi atlet berdasarkan tes akademik, (6) atlet mengikuti
try out, dan (7) ketersediaan jadwal kompetisi yang diikuti oleh atlet. Dari tujuh
faktor tersebut, hasil rekap kualitas atlet menunjukkan hasil sebagai berikut:

Adapun data pada table 5 mengenai rekap data kualitas atlet dapat digambarkan
dalam bentuk histogram sebagai berikut:
Berdasarkan pada tabel 5 dan histogram dapat dilihat dari pernyataan
yang menyatakan “ya” terhadap ketercapaian indikator kualitas atlet menurut
pengurus PELTI kualitas atlet tenis lapangan DIY berada pada persentase 55,1%
yang berarti cukup baik. Data hasil kuesioner kualitas atlet menurut pelatih
menunjukkan persentase sebesar 58,33% yang berarti cukup baik, sedangkan data
hasil kuesioner kualitas atlet menurut atlet menunjukkan persentase sebesar
58,63% yang berarti cukup baik. Rata-rata keseluruhan menunjukkan bahwa
kualitas atlet tenis termasuk ke dalam kategori cukup baik dengan persentase
sebesar 57,35%. Promosi dan Degradasi Atlet Data promosi dan degradasi atlet
didapatkan dari informasi pengurus PELTI, pelatih dan atlet mengenai pelaksanaan
sistem promosi dan degradsi atlet pada tiap tahunnya. Berikut hasil rekap data
promosi dan degradasi atlet.
Adapun data pada table 6 mengenai rekap data promosi dan degradasi atlet dapat
digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Berdasarkan pada tabel 6 dan histogram dapat dilihat dari pernyataan


yang menyatakan “ya” terhadap pelaksanaan promosi dan degradasi atlet menurut
pengurus PELTI pelaksanaan promosi dan degradasi atlet berada pada persentase
21,4% yang berarti kurang baik. Data hasil kuesioner pelaksanaan promosi dan
degradasi atlet menurut pelatih menunjukkan persentase sebesar 61,5% yang
berarti baik, sedangkan data hasil kuesioner pelaksanaan promosi dan degradasi
atlet menurut atlet menunjukkan persentase sebesar 52,6% yang berarti cukup
baik. Rata-rata keseluruhan menunjukkan bahwa pelaksanaan promosi dan
degradasi atlet termasuk ke dalam kategori cukup baik dengan persentase sebesar
45,17%. Kesejahteraan Atlet Data kesejahteraan atlet didapatkan dari empat item
faktor, meliputi: (1) uang saku atlet, dan (2) bonus atlet, (3) pemenuhan asupan
gizi atlet, dan (4) asrama untuk atlet. Dari empat faktor tersebut, hasil rekap
kesejahteraan atlet menunjukkan hasil sebagai berikut:
Adapun data pada table 7 mengenai rekap data kesejahteraan atlet dapat
digambarkan dalam bentuk histogram sebagai berikut:

Berdasarkan pada tabel 7 dan histogram dapat dilihat dari pernyataan


yang menyatakan “ya” terhadap ketercapaian indikator kesejahteraan atlet
menurut pengurus PELTI kesejahteraan atlet tenis lapangan DIY berada pada
persentase 39,28% yang berarti kurang baik. Data hasil kuesioner kesejahteraan
atlet menurut pelatih menunjukkan persentase sebesar 41.65% yang berarti cukup
baik, sedangkan data hasil kuesioner kesejahteraan atletmenurut atlet
menunjukkan persentase sebesar 64,48% yang berarti baik. Rata-rata keseluruhan
menunjukkan bahwa kesejahteraan pelatih tenis termasuk ke dalam kategori
cukup baik dengan persentase sebesar 48,47%.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat enam (indikator) yang diteliti dalam


penelitian ini. Pembahasan secara lebih mendetail pada masing-masing indikator
tersebut diperlukan untuk dapat mengetahui pencapaian pelaksanaan manajemen
pelatih dan atlet tenis lapangan Daerah Istimewa Yogyakarta. Indikator tersebut
meliputi: Kualitas Pelatih Data penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelatih
secara umum baik, namun masih ada beberapat indikator yang masih perlu
ditingkatkan seperti seleksi pelatih berdasarkan lisensi dan tingkat Pendidikan,
selain itu pemenuhan tenaga pelatih fisik yang professional perlu dilakukan untuk
mendukung pencapai peforma atlet yang dibina. Perlunya pelatih yang berkualitas
dalam pembinaan prestasi olahraga didukung oleh beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa peran pelatih sangat berpengaruh dengan prestasi atlet yang
dibina (Muslima & Himam, 2016; Rahmawati, 2017).
Adanya pelatih kondisi fisik yang professional dalam pelaksanaan
pembinaan prestasi olahraga akan dapat menjadikan proses latihan khususnya
latihan fisik lebih fokus sehingga hasil latihan fisik dapat maksimal dan mendukung
penguasaan keterampilan teknik dan taktik atlet. Kondisi fisik yang baik akan
sangat mempengaruhi peforma atlet baik saat latihan maupun bertanding (Ambar,
2017; Supriyoko & Mahardika, 2018). Promosi dan Degradasi Pelatih Data
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan promosi dan degradasi pelatih masih
kurang baik. Belum adanya sistem promosi dan degradasi pelatih akan dapat
menyebabkan kurangnya motivasi pelatih untuk meningkatkan peforma
melatihnya. Adanya sistem promosi dan degradasi dalam proses pembinaan
prestasi tenis lapangan di Daerah Istimewa Yogyakarta perlu dilaksanaan untuk
memacu semangat pelatih mengembangkan dan memaksimalkan peforma
melatihnya. Kesejahteraan Pelatih Data penelitian menunjukkan bahwa
kesejahteraan pelatih masih kurang baik. Baik pengurus, pelatih maupun atlet
mengungkapkan bahwa gaji yang diterima pelatih masih belum layak.
Kesejahteraan pelatih perlu diperhatikan untuk meningkatkan motivasi melatih.
Kualitas Atlet Data penelitian menunjukkan bahwa kualitas atlet sudah
cukup baik. Pada dasarnya pelaksanaan latihan sudah baik dengan adanya try out
untuk atlet dan jadwal pertandingan yang diikuti oleh atlet. Beberapa indikator
pada kualitas atlet perlu ditingkatkan untuk dapat memaksimalkan peforma atlet.
Seleksi atlet yang dilakukan selama ini masih menggunakan pendekatan
natural/alamiah sehingga perkembangan dan kemajuan atlet sangat lambat.
Seleksi menggunakan pendekatan ilmiah diperlukan untuk mempersingkat waktu
yang diperlukan dalam mencapai prestasi optimal dan meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pembinaan prestasi (Bompa, 2004, p.328). Oleh karena itu,
pelaksanaan seleksi atlet junior tenis lapangan berdasarkan postur tubuh, kondisi
fisik, keterampilan teknik dan tes akademik akan dapat membantu pengurus
maupun pelatih untuk menjaring atlet yang berbakat di cabang olahraga tenis
lapangan sehingga pencapaian hasil latihan akan dapat lebih maksimal apabila
atlet yang dijaring benar-benar berbakat di cabang olahraga tenis lapangan.
Promosi dan Degradasi Atlet Data penelitian menunjukkan bahwa
pelaksanaan promosi dan degradasi atlet sudah cukup baik. Apabila atlet tidak
mempertahankan prestasinya maka atlet akan terdegradasi. Adanya sistem
promosi dan degradasi atlet dalam proses pembinaan prestasi tenis lapangan di
Daerah Istimewa Yogyakarta ini akan dapat memacu atlet untuk terus berlatih
optimal agar dapat mencapai prestasi yang maksimal. Kesejahteraan Atlet Data
penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan atlet sudah cukup baik. Uang saku
dan bonus yang didapatkan atlet sudah cukup layak, sedangkan pemenuhan gizi
merupakan aspek yang perlu diperhatikan oleh pelatih agar dapat mendukung
kemampuan fisiologis atlet.
Pemenuhan gizi atlet masih menjadi tanggung jawab masing-masing atlet
sehingga gizi atlet tidak terukur. Secara keseluruhan penelitian ini menunjukkan
bahwa manajemen pelatih tenis lapangan di Daerah Istimewa Yogyakarta masih
kurang baik, sedangkan manajemen atlet sudah cukup baik. Hal ini akan
berpengaruh pada upaya pembinaan prestasi tenis lapangan di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
pembinaan olahraga berpengaruh pada pencapaian prestasi atlet (Adzalika,
Soediyanto, & Rumini, 2019; Yusfi & Mashuri, 2019; Wani, 2018; Rahmawati, 2017;
Wen, 2015). Dalam UU Nomor 3 Tahun 2005 pada pasal 20 ayat 3 juga dijelaskan
bahwa untuk mencapai pretasi yang optimal maka olahraga prestasi dilaksanakan
melalui proses pembinaan dan pengembangan secara terencana, berjenjang dan
berkelanjutan dengan dukungan IPTEK keolahragaan. Oleh karena itu, perbaikan
dan pemaksimalan manajemen pelatih dan atlet tenis lapangan Daerah Istimewa
Yogyakarta perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pencapaian prestasi cabang
olahraga tenis lapangan. Selain itu, penelitian-penelitian mengenai faktor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap ketercapaian pembinaan olahraga tenis lapangan
prestasi serta penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk dapat memperbaiki sistem
dan pelaksanaan pembinaan prestasi tenis lapangan di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Hasil penulisan menunjukkan bahwa secara umum manajemen pelatih
tenis di Daerah Istimewa Yogyakarta masih kurang baik, sedangkan manajemen
atlet sudah cukup baik. Terdapat beberapa indikator yang masih harus diperbaiki
dan dimaksimalkan untuk mengoptimalkan prestasi atlet tenis lapangan di Daerah
Istimewa Yogyakarta. Manajemen pelatih dan atlet merupakan faktor yang sangat
berpengaruh pada pencapaian proses pembinaan prestasi di seluruh cabang
olahaga khusunya pada cabang olahraga tenis lapangan sehingga harus
diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik. Hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan evaluasi dan masukan bagi pengurus, pelatih, maupun atlet dalam proses
pembinaan prestasi tenis lapangan di Daerah Istimewa Yogyakarta ke depan. Hasil
penelitian ini menunjukkan masih adanya beberapa indikator yang belum
maksimal dan menjadi permasalahan. Atas dasar tersebut, hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai penelitian pendahuluan yang nantinya menjadi dasar
pelaksanaan penelitian selanjutnya dalam lingkup pembinaan prestasi tenis
lapangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB IX
ANALISIS GERAK FOREHAND TENIS LAPANGAN PADA RAFAEL NADAL

PENDAHULUAN
Cabang olahraga tenis lapangan adalah cabang olahraga yang dimainkan
oleh dua tau empat orang atlet yang saling berhadapan dengan menggunakan
jaring (net) dan menggunakan raket. Pada cabang olahraga cabang olahraga tenis
lapangan diperlukannya kekuatan untuk melakukan pukulan pada bola, serta
diperlukan penempatan bola yang terampil di sisi yang kosong dengan tujuan agar
lawan sulit untuk melakukan pengembalian bola. Cabang olahraga cabang olahraga
tenis lapangan memiliki daya tarik tersendiri, dengan adanya hal tersebut cabang
olahraga ini digemari oleh berbagai macam kalangan usia. Di untuk cabang
olahraga cabang olahraga tenis lapangan berisikan permainan yang dilakukan
secara dinamis, taktis, menonjolkan kegembiraan, keceriaan, dan peraturan-
peraturan permainannya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai sportivitas.
Cabang olahraga cabang olahraga tenis lapangan memiliki beberapa tujuan
antara lain adalah agar Kesehatan tubuh terpelihara, mendapatkan rasa senang,
memenuhi hasrat untuk bergerak, dan untuk mendapatkan prestasi. Seseorang
akan mendapatkan prestasi jika melakukan keterampilan dasar bermain yang
bagus. Cabang olahraga cabang olahraga tenis lapangan menuntut atlet untuk
mahir dan menguasai keterampilan dasar pada cabang olahraga tersebut. Dengan
adanya hal tersebut agar mendapatkan penguasaan dan kemahiran pada
keterampilan dasar tersebut diperlukan suatu pendekatan pelatihan yang benar.
Pada dasarnya unsur kondisi fisik adalah unsur yang penting untuk pencapaian
prestasi, namun tidak hanya unsur kondisi fisik saja tapi keterampilan berpikir juga
sangat diperlukan. Keterampilan berpikir digunakan untuk atlet untuk melakukan
pengonsepan disuatu pertandingan, diantaranya adalah keterampilan atlet untuk
bermain, pengontrolan emosi, dengan demikian atlet akan dengan sangat mudah
untuk menguasai pertandingan.
Penguasaan teknik dasar dijadikan sebagai modal dasar yang sangat
penting agar dapat mengembangkan mutu dan seni pada cabang olahraga cabang
olahraga tenis lapangan. Seseorang yang memiliki keterampilan teknik bermain
yang baik dapat mempertahankan permainannya. Suatu derajad kematangan atlet
adalah dilihat melalui penguasaan keterampilan dasar permain yang dilakukan
secara efektif, benar, dan efisien. Dengan adanya hal tersebut keterampilan
bermain cabang olahraga tenis lapangan adalah penentu untuk pencapaian
prestasi. Masalah yang ditemukan di lapangan adalah atlet kurang untuk
menguasai keterampilan teknik pukulan. Dengan demikian banyak atlet yang
memiliki tingkat kematangan keterampilan bermain yang rendah.
Dengan adanya hal tersebut banyak kejadian atlet gugur pada babak awal.
Baik pemula hingga atlet lanjutan harus memiliki teknik dasar permainan yang
baik. Keterampilan teknik dasar yang baik didapatkan melalui latihan-latihan yang
terprogram dan dilakukan secara intensif. Untuk menguasai keterampilan dasar
pada cabang olahraga cabang olahraga tenis lapangan membutuhkan usaha yang
sulit, sehingga untuk mecapai penguasaan tersebut diperlukan suatu pendektakan
pelatihan yang benar. Seorang pelatih harus menyiapkan atlet secara terarah,
teratur, dan dilatih dengan menggunakan program latihan yang benar. Seperti
yang kita ketahui bahwa pada cabang olahraga tenis lapangan memiliki beberapa
teknik pukulan yang dibagi menjadi tiga diantaranya adalah Forehand Drive, Drop
Shot, Backhand Drive, Half Volley. Seorang atlet tenis lapangan diwajibkan untuk
menguasai teknik dasar seperti Service, Forehand Drive (Ground stroke), Backhand
Drive (Groudstroke) dan Volley (Scharff, 1981 : 24). Menurut (Mottram, 1996: 37;
Brown, 2007: 31) mengatakan bahwa forehand adalah pukulan yang paling mudah
dan sering digunakan oleh petenis tingkat pemula.
Pukulan pola forehand merupakan pukulan yang relative mudah dilakukan
oleh pemula karena pada pukulan ini dilakukan dengan cara mengayunkan tangan
dari belakang badan menuju depan dan untukan depan raket atau telapak tangan
kita berhadapan dengan bola. Pukulan forehand adalah pukulan yang sering
digunakan oleh para atlet tenis sebagai senjata utama. Hal tersebut dikarenakan
pukulan forehand adalah pukulan yang lebih keras dibandingkan dengan pukulan
backhand (Handoyo, 2002 : 20). setengah dari seluruh pukulan cabang olahraga
tenis lapangan menggunakan pukulan forehand. Dengan adanya hal tersebut tidak
mengherankan bahwa pukulan forehand adalah pukulan yang digunakan lebih
dominan pada suatu pertandingan tenis lapangan dan permainan tenis lapangan
(Brown, 2007 : 31). Seperti yang kita ketahui bahwa petenis terbaik dunia yang
bernama Rafael Nadal adalah atlet tenis yang mengandalkan tangan kirinya
walaupun pada kenyataannya dia tidak kidal.
Rafael Nadal dapat bermain tenis lapangan dengan menggunakan tangan
kirinya berkat dilatih oleh pelatihnya yaitu Toni Nadal. Rafael Nadal mengawali
karir profesionalnya pada tahun 2002 yang mana ia berhasil menorehkan
prestasinya dalam memenangkan pertandingan ATP (Association of Tennis
Professionals) pertamanya ketika dia masih berusia 15 tahun. Rafael Nadal adalah
atlet tenis yang termasuk ke dalam 100 atlet muda terbaik di dunia.
Turnamen Wimbledon adalah debutnya yang mana ia berhasil mencapai
putaran ketiga sehingga menjadikan ia sebagai atlet muda. Nadal telah
menorehakan prestasi sebanyak sepuluh kali gelar juara dunia di Grand Slam
tunggal putra (Merdeka.com). Namun pada beberapa tahun terakhir Rafael Nadal
mengalami kekalahan yang disebabkan oleh penggunaan teknik permainan yang ia
lakukan. Teknik permainan yang dilakukan Rafael Nadal dinilai kurang benat tapi
disi lain gerak yang dilakukan oleh Rafael Nadal yaitu pukulan forehand dinilai
sangat mematikan. Menurut survei pengamatan pendahuluan bahwa
ketidaktahuan atlet untuk hal keberhasilan teknik pukulan, khususnya terkait
teknik permainan yang dilakukan oleh Rafael Nadal saat pertandingan berlangsung,
dengan mengetahui seberapa besar keberhasilan pukulan yang dilakukan oleh
atlet diharapkan seorang atlet dapat melakukan pengendalian dan dapat
meminimalisir kegagalan pukulan saat pertandingan sedang berlangsung.
Dengan adanya hal tersebut membuat atlet menjadi hilang control karena
atlet kurang kurang mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Seorang
atlet dapat memprediksi kemenanganny jika menguasai halhal seperti teknik, fisik,
taktik, tapi jika atlet mengalami keberhasulan pukulan yang terlalu tinggi maka
dengan demikian haraoan yang seharusnya dapat dicapai dengan mudah akan
menjadi sulit. Untuk seorang pemula fungsi terpenting dan utama dari pukulan
forehand merupakan pukulan yang dilakukan untuk memulai permainan serta
untuk melakukan pengembangan pada koordinasi diantara raket (yang mana
berperan sebagai perpanjangan dari lengan) dan mata. Dengan alasan keamanan
posisi atlet harus berada beberapa kaki dari net. Hal tersebut bertujuan agar atlet
bersiaga dan mampu mengembangkan ayunan (swizg) yaag baik dan keras. Kelak,
jika unsur-unsur stoke sudah dikuasai dengan bailq atlet dapat berlatih untuk
melakukan pukulan bola dari posisi lebih dekat dengan net serta mengarahkannya
ke untukan sudutarena.
Jika kemampuan untuk melakukan gerakan forehand sudah baik maka
biasanya atlet akan menganggapnya sebagai salah satu senjata yang paling ampuh
untuk mematikan gerakan lawan, yakni memaksa lawan mundur, sementata dia
bermain dekat net tetapi jika lawan maju ke depanlke arah net, forehand dapat
menjadi senjata untuk melontarkan bola tinggi yang melintasi kepalanya atau
nremaksa lawan untuk melalnrkan kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui analisis gerak forehand yang dilakukan oleh petenis Rafael Nadal
dalam permainan tenis lapangan yang ditinjau dari prinsip biomekanika dan
dibantu dengan software kinovea dengan ini akan mempermudah dalam
mengetahui sudut yang diperlukan pada tahapan forehand yakni sudut lengan dan
sudut ekstrimitas bawah pada fase awalan, persiapan, backswing, forward dan
followthrough. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan tentang cara pengaplikasian science of sport dan
tegnologi pada olahraga.
Ilmu yang mempelajari tentang gaya gerak tubuh disebut dengan
Biomekanika. Biomekanika adalah suatu ilmu yang digunakan untuk melakukan
penentuan pada pola pergerakan mana yang paling efektif yang bertujuan untuk
mengasilkan pukulan (stroke), dengan adanya hal tersebut ilmuwan dapat
menganalisis gerakan yang efisien pada seorang atlet dan dapat ditentukan
gerakan seorang pein yang lebih efektif lagi. Gerakan efektif adalah gerakan yang
berasal dari teknok yang dilakukan secara optimal yang mana kominasi antara
tenaga dan control yang baik. Dengan adanya ilmu Biomekanika dpaat
meminimalisir dan mencegah adanya cedera olahraga (Pate dkk, 1984: 2) Miguel
Crespo dan Dave Miley (1998: 56) mengatakan bahwa terdapat prinsip-prinsip
biomekanika tenis lapangan. Prinsip-prinsip tersebut diantaranta adalah sebagai
berikut ; a.Balance (Keseimbangan) b. Inersia (Kelembaman) c.Oppositeforce (Daya
Berlawanan) d. Momentum (Momentum) e.Elastic Energy (energi elastis) f.
Coordination Chain (Rantai Koordinasi) Hodges (1996:XII) mengatakan bahwa
gerakan pukulan forehand yang dilakukan oleh atlet dengan bet yang digerakkan
kearah kanan siku untuk atlet dengan tangan kanan dan kiri untuk atlet dengan
tangan kiri. Sutarmin (2007 : 21) mengatakan bahwa saat seorang atlet melakukan
pukulan forehand, telapak tangan atlet yang memegang bet mengarah pada arah
depan atau punggung tangan yang memegang bet menghadap ke belakang.
Berikut ini adalah tahapan-tahapan yang dilakukan atlet ketika melakukan gerakan
pukulan forehand : a. Persiapan b. Tahap Pelaksanaan (backswing) c. Tahap
Pelaksanaan (backswing) d. Tahap pelaksanaan (Forward Swing) e. Tahap akhir
( FoloowThrough) Pukulan forehand groundstroke adalah pukulan yang dilakukan
dengan menggunakan raket setelah bola memantul di lapangan agar masuk ke
daerah lawan dengan cara posisi telapak tangan menghadap ke arah bola yang
akan dipukul. Pada teknik pukulan ini dapat memberikan sumbangan terbesar
untuk setiap permainan tenis dibandingkan dengan teknik pukulan yang lain.
METODE
Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah deskriptif evaluatif di mana dalam
penelitian ini hanya mendeskripsikan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan
tanpa mengadakan perubahan pada sampel penelitian yaitu untuk memahami
secara mendalam teknik gerakan forehand yang dilakukan. Pada penelitian ini atlet
petenis Rafael Nadal sebagai sampel penelitian.,Video rekaman yang diambil ialah
pada saat Rafael Nadal melakukan gerak Forehand dengan sempurna yakni dari
fase awalan hingga tindak lanjut. Peneliti meneliti video RN melakukannya dengan
berulang sebanyak 3 kali yang bertujuan agar peneliti dapat mengetahui tahapan
gerak yang di amati dengan akurat dan video tersebut di download melalui
internet. Instrumen Penelitian Menurut Arikunto (2002: 136) adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar pekerjaan
lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Dalam pelaksanaan penelitian supaya hasilnya
valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Instrumen yang dibutuhkan dalam
pengolahan data yakni laptop dan aplikasi software kinovea. Pengolahan data
berbentuk video yang telah di unduh sebelumnya kemudian video diolah dalam
software kinovea dan diubah dalam bentuk gambar agar mempermudah penulis
dalam menganalisis gerakan sesuai dengan yang dibutuhkan yakni sudut lengan,
kaki dan arah perpindahan bola
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan dan menjelaskan hasil dari penelitian yang
telah di analisis pada video sebelumnya. Data ini ialah hasil dari penelitian hasil
pengukuran subjek yakni Rafael Nadal dalam 3 kali percobaan dalam melakukan
teknik gerak forehand tenis lapangan. Berikut adalah hasil pengukuran yang
disajikan pada penelitian antara lain : 1. Tahapan gerak pukulan forehand Rafael
Nadal 2. Sudut segmen lengan dan kaki pada saat melakukan fase awalan. 3. Sudut
segmen lengan dan kaki pada saat melakukan fase persiapan 4. Sudut segmen
lengan dan kaki pada saat melakukan fase backswing 5. Sudut segmen lengan dan
kaki pada saat melakukan fase forward 6. Sudut segmen lengan dan kaki pada saat
melakukan fase follow trhough Selanjutnya data rekaman yang telah diperoleh
penulis kemudian diteliti dan di proses menggunakan aplikasi 2D Video Analisis
(Software Kinovea). Data berikut adalah hasil dari pengamatan peneliti
menggunakan rekaman video yang di download pada youtube. Berikut ini adalah
data yang diambil :
Tabel 1 Hasil Percobaan Pertama Pada Rafael Nadal

A. Percobaan Pertama Rafael Nadal Melakukan Gerak Forehand

Pertama Berdasarkan pada gambar 1 dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan fase


awalan Rafael Nadal kedua kaki sejajar dengan sudut 141⁰ dan sudut tubuh dengan
besaran 120⁰.
Melakukan Gerak Fase Backswing Pertama Pada gambar 3 melakukan fase pada
gerakan backswing dengan sudut kaki kanan 161⁰, kaki kiri 154⁰ pada fase
backswing Rafael Nadal menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan. Besaran sudut
lengan tangan kiri pada fase backswing yakni 104⁰.

Pertama
Pada gambar 4 RN mengayunkan raket kedepan dengan besaran sudut lengan 180⁰
ekstensi penuh. Pada tubuh bagian bawah kaki kanan dengan sudut 147⁰ posisi
kaki sedikit melayang dan kaki sebelah kiri dengan sudut 156⁰ sebagai tumpuan.
pada gambar ke 5 RN melakukan gerakan akhir yakni fase tindak lanjut dapat
dijelaskan pada gambar raket di ayunkan dan sedikit diangkat ke atas memutari
bagian kepala dengan besaran sudut 92⁰. Kaki bagian kanan 160⁰ ekstensi dari
gerakan sebelumnya dan kaki bagian kiri 128⁰

2.Percobaan Kedua Rafael Nadal Melakukan Gerak Forhand

Berdasarkan pada gambar 6 dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan fase awalan


Rafael Nadal melakukan awalan dengan kuda-kuda kaki kanan 145⁰ dan kaki kiri
162⁰. Tubuh vertical dan lengan bersiap dengan 126⁰.
Berdasarkan gambar 7 dapat dijelaskan bahwa RN melakukan fase persiapan
dengan kaki bertumpu pada kaki kanan dengan besaran sudut 141⁰ dan kaki kiri
172⁰.lengan RN menarik lengan kebelakang dengan sudut 98⁰.

Pada gambar 8 melakukan fase pada gerakan backswing dengan sudut kaki kanan
152⁰, kaki kiri 160⁰ pada fase backswing Rafael Nadal menggunakan kaki kiri
sebagai tumpuan. Besaran sudut lengan tangan kiri pada fase backswing yakni
110⁰.
Pada gambar 9 RN mengayunkan raket kedepan dengan besaran sudut 180⁰
ekstensi penuh. Pada tubuh bagian bawah kaki kanan dengan sudut 140⁰ posisi
kaki sedikit melayang dan kaki sebelah kiri dengan sudut 163⁰ sebagai tumpuan.

pada gambar 10 RN melakukan gerakan akhir yakni fase tindak lanjut dapat
dijelaskan pada gambar raket di ayunkan dan sedikit diangkat ke atas memutari
bagian kepala dengan lengan memiliki besaran sudut 92⁰. Kaki bagian kanan 160⁰
ekstensi dari gerakan sebelumnya dan kaki bagian kiri 128⁰
Gambar 11 RN Melakukan Gerak Fase Awalan Ketiga
Berdasarkan pada gambar 11 dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan fase awalan
Rafael Nadal melakukan awalan dengan kuda-kuda kaki kanan 113⁰ dan kaki kiri
156⁰. Tubuh vertical dan lengan bersiap dengan 117⁰.
Pada gambar 13 melakukan fase pada gerakan backswing dengan sudut kaki kanan
156⁰, kaki kiri 160⁰ pada fase backswing Rafael Nadal menggunakan kaki kiri
sebagai tumpuan. Besaran sudut lengan tangan kiri pada fase backswing yakni
114⁰.

Pada gambar 13 melakukan fase pada gerakan backswing dengan sudut kaki kanan
156⁰, kaki kiri 160⁰ pada fase backswing Rafael Nadal menggunakan kaki kiri
sebagai tumpuan. Besaran sudut lengan tangan kiri pada fase backswing yakni
114⁰.
Gambar 14 RN Melakukan Gerak Fase Forward Ketiga
Pada gambar 14 RN mengayunkan raket kedepan dengan besaran sudut 180⁰
ekstensi penuh. Pada tubuh bagian bawah kaki kanan sedikit melayang dengan
sudut 139⁰ posisi kaki sedikit melayang dan kaki sebelah kiri dengan sudut 150⁰
sebagai tumpuan.

pada gambar ke 15 RN melakukan gerakan akhir yakni fase tindak lanjut dapat
dijelaskan pada gambar raket di ayunkan dan sedikit diangkat ke atas memutari
bagian kepala dengan lengan memiliki besaran sudut 90⁰. Kaki bagian kanan 160⁰
ekstensi dari gerakan sebelumnya dan kaki bagian kiri 128⁰.
PEMBAHASAN
Setelah melalui beberapa kali tahap analisis pada gerak forehand Rafael Nadal
yang ditinjau dari segi biomekanik yakni sudut lengan dan sudut kaki. RN Memukul
bola dengan Forhand topspin yang sangat kuat dan sebagai hasilnya RN
menciptakan pukulan yang tajam ketika bagian belakang bola bersentuhan dengan
kepala raket. Sikap pada posisi postur tubuh Rafael Nadal merupakan salah satu
posisi yang menankjubkan dalam tennis lapangan. Ketika Rafael Nadal akan
mengeksekusi pukulan forehand, sebagian besar ia mengerahkan lenih banyak
rotasi untuk memproduksi energi saat ia akan hendak mengayun dan pada saat
yang sama pula Rafael Nadal memungkinkan kakinya untuk menghasilkan kekuatan
linier untuk bergerak maju. Pada fase persiapan memukul hingga menarik raket
mengayun kebelakang mencapai posisi terjauh dari tubuh merupakan gerakan
backswing. Dari ketiga video RN memiliki sudut lengan 98⁰, 110⁰, 117⁰ dan ditarik
kebelakang hingga lengan RN mencapai sudut 104⁰, 110, 114. Sudut kaki kanan
137⁰, 141⁰., 151⁰ dan berpindah dengan sudut 161⁰, 154⁰, 158⁰. Sudut kaki kiri
saat fase persiapan 163⁰, 172⁰, 174⁰ dan berpindah menjadi 152⁰, 160⁰, 161⁰ ini
akan dapat mengakumulasi energi statis dan momentum untuk pukulan.

Forehand RN merupakan pukulan yang tergolong unik karena dibagian persiapan


hingga backswing RN selalu melakukan incoiling tubuh dan mempelintir tangan
selama menyiapkan tembakan. RN memposisikan raketnya dibawah untuk
memungkinkan menyikat dengan muka raket kearah atas agar menhasilkan
putaran. Pada gambar juga terlihat perbedaan titik tumpu pada RN saat fase
persiapan titik timpuhan berada pada kaki kanan dan pada saat memasuki fase
backswing berpindah titik tumpu menjadi kaki kiri. Setelah melakukan ayunan
kebelakang secara maksimal pemain harus mengayun kedepan ,gaya kedepan
terutama berasal dari pedal ditanah yang menghasilkan kekuatan dalam arah yang
berlawanan
Ketika RN diskors di udara, seluruh tubuhnya cenderung berputar mengikuti arah
net. Tiga kali pengulangan percobaan kaki kanan pada RN selalu terangkat dari
tanah dan mendorong tubuh keatas. Diketahui agar hasil dari pukulan forehand RN
akan berat. Beberapa detik sebelum kontak bola, pergelangan tangan RN
bertumpu pada ayunan kedepan selama fase ini raket tegak lurus dengan lengan.
Saat bola menyentuh permukaan raket RN secara otomatis menyesuaikan
permukaan raket nya dari keadaan miring saat melakukan backswing berpindah
keposisi vertical ketika mengayun kedepan. Dalam hal ini RN juga menggunakan ¾
grip yang menurutnya sangat ideal untuk memukul bola pada jarak yang sempurna
dari tubuhnya. Gerakan maju dan memutar setelah adanya kontak dengan bola
harus didasarkan dengan sudut ang stabil diantaranya yakni raket dan tanah.
Salah satu contoh gerakan RN saat melakukan fase tindak lanjut, dari ketiga
percobaan pukulan diketahui lengan RN mencapai sudut 92⁰,92⁰ dan 90⁰ ini
menandakan bahwa sendi siku menjauh dari tubuh sehinggan RN cukup bisa
mengayunkan bahu dan raketnya memutari kepala. Disini terlihat adanya elemen
unik dari pukulan forehand RN, pada saat reserve tindak lanjut raket bergerak
kesisi yang berlawanan dari kepala. Dengan hebat RN dapat mengunci kepala
meskipun rotasinya besar pada gambar juga terlihat RN menggunakan kaki nya
kebelakang untuk menopang tubuh dikarenakan dengan gaya yang dikeluarkan
kemungkinan dapat membuat keseimbangan berkurang.

KESIMPULAN
1. Fase backswing
Ketika RN selesai melakukan persiapan sudut kaki kanan RN yakni 161⁰,
154⁰, 156⁰ dan 152⁰, 160⁰, 160⁰ menunjukkan kaki mengalami fleksi untuk
memersiapkan pedal . saat raket pada posisi terjauh dari tubuh lengan RN 104⁰,
110⁰ dan 114⁰ menunjukkan bahwa raket ayun akan ditingkatkan untuk gerakan
memberikan lebih banyak energi kinetik.
2. Fase ayunan maju
Ketika raket hendak kontak dengan bola, lengan RN vertikal tegak lurus
dengan raket dengan sudut 180⁰. Akibatnya RN memiliki rentang yang lebih besar
dari ayunan untuk meningkatkan waktu saat kontak dengan bola. RN
memperpanjang rentang ayunan membuat tembakan yang dihasilkan akan lebih
cepat dan kuat. RN juga mengangkat raket sedikit keatas guna membuat arah laju
bola menyulitkan lawan.
3. Fase Tindak Lanjut
Pada fase tindak lanjut RN memperkuat strioke dengan ayunan yang keras
dan memutar, ia melakukan gerakan yang stabil antara lengan yang memutar
dengan kaki kanan menopang tubungnya untuk menjaga keseimbangan. Apabila
pergerakan follow through efekttif dapat mengurangi resiko cidera.

BAB X
HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KEKUATAN MENGGENGGAM
TERHADAP PUKULAN FOREHAND TENIS LAPANGAN

Tenis merupakan olahraga yang sangatsdigemari karena banyaksdiminati


olehsmasyarakat. Kebutuhansakan lapangan tenisssemakinsmeningkat karena
banyaknya masyarakat yang suka bermainstenis mulai dari anak-anak, remaja,
hingga dewasa. Hal ini dilihat dari banyaknya club-club tenis yang ada di masing-
masing daerah, disamping itu juga sekarang sudah banyak lapangan tenis yang
sudah mulai dibangun di setiap daerah di Indonesia. Untuk pencapaiansprestasi
yangsoptimalsdalam permainanstenis lapangan, faktor mendasar yang perlu
dikuasai oleh seorang pemainsadalahspukulan dasar (Al Fakhi & Barlian, 2019).
Penguasaanspukulansdasar yang baik dansbenar merupakan salah satu landasan
penting untuk meningkatkan keterampilan bermainstenis. Bagi pemain tenis,
penguasaanstekniksdasar pukulan mutlak diperlukan dalamsmeningkatkan
prestasi. Untuk penguasaansteknik dasar dapat dicapai dengan latihansyang
benar, tepat, dan teratur. Adapunsteknik dasarsdalamspermainan tenis adalah (1)
Forehand, (2) Backhand, (3) Servis, (4) Volley (5) Smash (Agus, 2015). Pukulan
forehand menjadi salah satu pukulan yang memiliki peranspenting
dalamspermainan tenis.. Pukulansini biasanya selalu digunakanssebagai senjata
utama pemainskarena pukulansforehand biasanya lebih keras dari pukulan
backhands(Dharmadi & Kanca, 2017). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pukulan
forehand adalah pukulan yang efektif dan utama untuk melakukan serangan
(Angraini & Fardi, 2020). Tetapi kenyataanya khususnya pemain pemula banyak
yang belum memiliki kemampuan melakakukan pukulan forehand dengan optimal
dan jika ditinjau dari sisi prestasi yang dicapai oleh para atlet tenis nasional, baik
ditingkat regional maupun internasional masih jauh dari harapan. Sebagian besar
pemain pemula di club mempunyai kemampuan forehand masih kurang baik. Hal
tersebut disebabkan oleh kekuatan, kecepatan dan power otot lengan mereka
yang masih lemah (Siahaan, 2017). Pemain pemula sering mengalami kesulitan
dalam melakukan pukulan forehand, hal ini dilihat dari seperti seringnya bola
tersangkut di net dan kadang bola keluar jauh dari lapangan (Ilham & Marheni,
2018). Oleh karena, diperlukan perhatian secara sepesifik terhadap latihan yang
dapat membantu meningkatkan kualitas pukulan forehand pemain tenis lapangan.
Untuk dapat melakukan pukulan forehand dengan baik, hal yang paling utama
diperhatikan adalah pemain sudah harus menunggu bola jatuh, sehingga
mempermudah pemain untuk melakukan pukulan. Komponen lainnya yang
mempengaruhi pukulan forehand pada tenis lapangan adalah komponen fisik.
Komponen fisik yang mempengaruhi salah satunya adalah power otot lengan dan
kekuatan menggenggam. Dalam pukulan forehand tanpa adanya power lengan
kita tidak akan bisa memukul bola dengan maksimal. Menurut (Nala, 2015), power
adalah skema kemampuan untuk melakukansaktivitas secarastiba-tiba dan cepat
dengan mengerahkan seluruh kekuatan dalam waktu yang singkat".
Selain itu kekuatan juga salah satu unsur dari komponen fisik yang
diperlukan pada setiap cabang olahraga masing-masing. Dalam olahraga tenis
khususnya saat melakukan pukulan forehand kekuatan menggenggam sangat
diperlukan agar pukulan forehand yang dilakukan dapat dihasilkan dengan
sempurna. Menurut Jansen (dalam, Arisman, 2018) kekuatan adalah kemampuan
tubuh mempergunakan kekuatan otot untuk menerima beban. Sedangkan
genggaman adalah cengkraman tangan untuk menggenggam Poerwodarminto
(dalam Arisman, 2018)). Jadi kekuatan genggaman adalah aktivitas sekelompok
ototstangansuntuk mencengkram/ menggenggam. Sadar Tenis Club merupakan
satu-satunya sekolah tenis yang berada di Kabupaten Bangli yang berada dibawah
naungan Pelti dan KONI kabupaten Bangli. Club Tenis ini berdiri pada tahun 2010.
Adapun atlet/siswa club tenis ini yaitu anak yang masih mengenyam pendidikan
SD (sekolah dasar), SMP (sekolah menengah pertama), dan SMA (sekolah
menengah atas). Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara
kemampuan kekuatan otot tangan dan power lengan dengan hasil groundstroke
forehand (Prasetyo, 2020; Reza et al., 2018). Lebih lanjut, disebutkan bahwa
kekuatan otot tangan danspowerslengan memiliki hubungan yang signifikan
dengan hasil forehand (Reza et al., 2018). Berdasarkan beberapa komponen yang
dapat mempengaruhi kualitas atau kemampuan forehand dalam permainan tenis
lapangan, maka dilakukan penelitian berjudul "Hubungan Power OtotsLengansDan
Kekuatan MenggengamsTerhadap Pukulan Forehand Tenis Lapangan Pada Atlet
Sadar Tenis Club Tahun 2021".
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode korelasional. Dalam penelitian ini hubungan yang diteliti adalah hubungan
power otot lengan dan kekuatan menggenggam terhadap pukulan forehand tenis
lapangan. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Atlet
Sadar Tenis Club yang berjumlah 15 orang. Subjek penelitian dipilih menggunakan
teknik random sampling. Dengan populasi 20 orang atlet Sadar Tenis Club. Dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi variabelnya yaitu terdapat variabel bebas
dansjuga variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Power otot
lengan dan kekuatan menggenggam sedangkan variable pada penelitian ini adalah
pukulan forehand. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes
medicine ball dengan validitas 0,77 dan reabilitas 0,81 (putri), 0,84 (putra) dan tes
handgrip dynamomtr dengan validitas 0.92 dan tes keterampilan forehand dengan
validitas 0,67 dan reabilitas 0,75.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilaksanakan dengan tes dan
pengukuran. Tujuan dari tessdan pengukuran tersebut adalah untuk memperoleh
data yang objektif tentang hasil pelatihan yang sudah diberikan kepada siswa.
Mengingat jenis keterangan dari penelitiannya adalah penelitian korelasional,
yaitu penelitian yang digunakan untuk menentukan besarnya hubungan antara 2
variabelsatau lebih dari suatu sampel subjek. Maka dilakukan analisis
menggunakan teknik statistik dengan analisis korelasi regresi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Data yang digunakan dalam penelitian adalah data hasil tes medicine ball, tes
handgrip dynamometer, dan tes keterampilan forehand bola tenis lapangan. Tes
medicinesballsbertujuan untuk mengukur power otot lengan. Tes handgrip
dynamometer bertujuan untuk mengukur kekuatan menggenggam. Sedangkan tes
keterampilan forehand bertujuan untuk mengukur kemampuan pukulan forehand
seseorang. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
hubungan langsung ke lapangan dengan melakukan pencatatan data. Berikut
merupakan data yang diperoleh dari tes medicine ball, tes handgrip dynamometer,
dan tes keterampilan forehand bola tenis lapangan.
Daristabelsdi atas dapatsdiketahui bahwa jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 15 orang. Variabel power otot lengan memiliki nilaisrata-ratassebesar
6,307 dengan standarsdeviasi sebesar 1,109. Diketahui juga nilai median, modus,
minimum, dan maksimum variabel power otot lengan secara berturut-turut
sebesar 6; 6; 4,8; dan 8,2. Variabel kekuatan menggenggam memiliki nilai rata-rata
sebesar 42,387 dengan standar deviasi sebesar 10,076. Nilai median, modus,
minimum, dan maksimum variabel power otot lengan secara berturut-turut
sebesar 41,7; 27,5; 27,5; dan 63,2. Variabel kemampuan forehand memiliki nilai
ratarata sebesar 4,24 dengan standar deviasi sebesar 0,285. Nilai median, modus,
minimum, dan maksimum variabel power otot lengan secara berturut-turut
sebesar 4,2; 4; 3,8; dan 4,8.
Pembahasan Dalam permainan tenis lapangan terdapatsbeberapa
tekniksyangsperlu diperhatikanssalahssatu teknik yang berperanspentingsdalam
melakukan suatu serangan, yaitu pukulan forehand. Forehand groundstroke
adalah pukulan yang dilakukan setelah bola memantul dari lapangan dengan cara
posisi telapak tangan menghadap ke arah bola yang akan dipukul (menggunakan
otot-otot lengan bagian depan).
Pukulan forehand ground stroke merupakan pukulan yang dilakukan dengan
menggunakan raket setelah bola memantul di lapangan agar masuk ke daerah
lawan dengan cara posisi telapak tangan menghadap ke arah bola yang dipukul
(Mardiana, 2019). Salahs atu kondisi fisik yang mendukung dalam melakukan
pukulan forehand adalah dengan memiliki power otot lengan dan kekuatan
menggenggam. Kekuatan merupakan komponen yang sangat penting dari kondisi
fisik secara keseluruhan, karena penggerak setiap aktivitas fisik Menurut Arsil
(dalam Arisman, 2018).
Dalam olahraga tenis khususnya saat melakukan pukulan forehand kekuatan
genggaman sangat diperlukan agar pukulan forehand yang dilakukan dapat
dihasilkan dengan sempurna. Genggaman raket yang cukup kuat sangat
dibutuhkan saat ayunan raket/perkenaan bola dengan raket (impact). Menurut
Sukadianto dalam (Muin, 2017) power otot lengan merupakan salahssatu faktor
yang sangat penting dalam unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi
fisik seseorang serta merupakan potensi dan individu yang banyaksmembantu
dalam mencapai keberhasilansterutama pada cabang olahragastenis lapangan.
Power otot lengan sangat bermanfaat dalam permainan tenis lapangan terutama
saat melakukan pukulan forehand, pada saat melakukan pukulan forehand
dibutuhkan pukulan yang akurat atau keras sehingga bisa mematikan dan
memperoleh point.
Hubungan Power Otot Lengan terhadap Pukulan Forehand
Tenis Lapangan Bersadarkan hasilsdari penelitian yangstertera pada table diatas,
maka dapat diperoleh koefisien kolerasi power otot lengan terhadap pukulan
forehand yaitu dengansnilai 0,714 yang memiliki arti kolerasi antara powersotot
lengan dengan pukulan forehand termasuk dalam kategori kuat. MenurutsHalim,
2011:16 (dalam Ariani, 2018) daya ledaks(power) adalah kemampuan seseorang
untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Sukadiyanto (dalam (Kusuma, 2020); Muin, (2017); Utomo,
(2018) berpendapat ototslengan merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik seseorang dan juga
merupakan potensi dan individu yangsbanyak membantu dalam mencapai
keberhasilan terutama pada cabang olahraga tenis lapangan. Otot lengan sangat
bermanfaat dalam permainan tenis lapangan terutama saat melakukan pukulan
forehand, pada saat melakukan pukulan forehand dibutuhkan pukulan yang akurat
sehingga bisa mematikan dan memperoleh poin, dibutuhkan power otot lengan
yang kuat.
Power otot lengan merupakan komponen kondisi fisik yang terdapat dalam tubuh
manusia. Seseorang yang memiliki power otot lengan yang baik akan mampu
memberikan tenaga pada saat melakukan suatu pukulan tenis lapangan, jika
tenaga yang diberikan dengan baik maka pukulan bola akan keras dan sulit
dijangkau oleh lawan. Supaya mendapatkan suatu pukulan yang baik dan keras
maka seseorang perlu mempunyai power otot lengan yang baik. Menurut
Hardianto, (2018); Wanena, (2018) power otot lengan memberikan sumbangan
terhadap kemampuan pukulan forehand. Karena pada saat melakukan pukulan
forehand lengan yang menjadi unsur utama pada saat melakukan pukulan
forehand harus memiliki power yang baik untuk memukul bola agar tujuan yang
diharapkan sampai dengan bola dapat melaju dengan keras dan tepat. Kedudukan
otot lengan dalam cabang olahraga tenis lapangan sangat penting, diamana power
otot lengan dalam permainan tenis lapangan sangat berpengaruh terhadap
pukulan forehand (Hernado et al., 2017; Purwanto, 2017). Maka dari itu otot
lengan perlu dilatih secara teratur agar mempunyai power yang maksimal sesuai
dengan kondisi fisiknya.
Power otot lengan merupakan kemampuan dan power yang berpusat pada otot
lengan untuk menggunakan tenaga maksimal terhadap suatu tahanan. Power otot
lengan memiliki konstribusi atau hubungan yang positif terhadap pukulan
forehand, dimana semakin besar power otot lengan seseorang maka ukulan
forehand semakin bagus sehingga dapat berdampak pada jatuhnya bola terhadap
daerah sasaran. Menurut Harsono (dalam Maj’di, 2018) (Ambarwati et al., 2017;
Cahyono et al., (2018;) mengemukakkan bahwa powersotot lengan adalah
kemampuan suatu otot dalam membangkitkan suatu tegangan terhadap tahanan.
Selain untuk mendapatkan suatu pukulan forehand yang tepat, power otot lengan
juga akan mampu lebih mudah dalam mendapatkan poin. Jadi, power otot lengan
sangat berpengaruh dalam permainan tenis lapangan.
Hubungan Kekuatan Menggenggam Terhadap Pukulan Forehand
Tenis Lapangan Berdasarkanshasilsdari penelitian yangstertera pada table diatas,
maka dapat diperoleh koefisien kolerasi kekuatan menggenggam terhadap pukulan
forehand yaitu dengan nilai 0,947 yang memiliki arti kolerasi antara kekuatan
menggenggam dengan pukulan forehand termasuk dalam kategori sangat kuat.
Berdasarkan hasil analisis data kekuatan menggenggam sangat mempengaruhi
pukulan forehand. Kekuatan otot genggaman mempunyai peranan penting dalam
melakukan pukulan forehand karena pada saat memukul bola dengan raket
diperlukan kekuatan otot genggaman yang kuat agar raket tidak mudah lepas dan
hasil dari pukulan menjadi lebih terarah. Ali & Mardian, (2020); Manurizal, (2016)
menyatakan bahwa genggaman yang kuat dapat menambah kerasnya pukulan
forehand dan dapat menambah putaran pada saat melakukan pukulan forehand,
sehingga kekuatan genggaman sangat dibutuhkan pada saat melakukan pukulan
forehand. Dalam olahraga tenis khususnya saat melakukan pukulan forehand
kekuatan menggenggam sangat diperlukan agar pukulan forehand yang dilakukan
dapat dihasilkan dengan sempurna. Kekuatan merupakan daya atau tekanan
sekelompok otot yang bisa digunakan untuk suatu perlawanan dalam usaha/upaya
maksimal (Arsil dalam Arisman, 2018). Kekuatan genggaman tangan merupakan
sebuah kondisi otot-otot tangan dan jaringan ikatnya yang berkontribusi
meregangkan tubuh. Dengan semakin meningkatnya kekuatan menggenggam
seseorang maka saat melakukan pukulan forehand semakin bagus sehingga dapat
berdampak pada jatuhnya bola terhadap daerah sasaran. Jadi dapat dinyatakan
bahwa seseorang yang memiliki kekuatan menggenggam yang baik maka akan
mampu melakukan pukulan forehand yang maksimal. Di arankan kepada setiap
pemain tenis lapangan untuk memiliki kekuatan menggenggam sehingga mampu
untuk melakukan pukulan forehand yang baik. 3. Hubungan Power Otot Lengan
dan Kekuatan Menggenggam Terhadap Pukulan Forehand Tenis Lapangan
Berdasarka shasil dari penelitian yangstertera pada table diatas, maka dapat
diperoleh koefisien kolerasi antara powe otot lengansdan kekuatan menggenggam
terhadap pukulan forehand yaitu dengansnilai 0,953 yang memiliki arti kolerasi
antara power otot lengan dan kekuatan menggenggam dengan pukulan forehand
termasuk dalam kategori sangat kuat. Power otot lengan dan kekuatan
menggenggam merupakan komponen yang sangat menunjang untuk melakukan
pukulan forehand. Keber hasilan seorang pemain tenis agar dapat melakukan
pukulan forehand dengan maksimal dipengaruhi oleh beberapa komponen fisik,
salah satunya adalah power otot lengan dan kekuatan menggenggam. Dengan
semakin meningkatnya power otot lengan dan kekuatan menggenggam
seseorangsmaka saatsmelakukan pukulan forehand semakin bagus sehingga dapat
berdampak pada jatuhnya bola terhadap daerah sasaran. Jadi dapat dinyatakan
bahwa seseorang yang memiliki power otot lengan dan kekuatan menggenggam
yang baiksmaka akansmampu melakukan pukulan forehand yang maksimal.
Disarankan kepada setiap pemain tenis l apangan untuk memiliki power otot
lengan dan kekuatan menggenggam sehingga mampu untuk melakukan pukulan
forehand yang baik. Implikasi penelitian merupakan suatu kesimpulan atau hasil
akhir penemuan yang telah dilakukan penelitian.
Berdasarkan pembahasan di atas, penelitian memiliki implikasi yaitu bagi seorang
pelatih yang akan melakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dalam
bermain tenis lapangan terutama dalam pukulan forehand hendaknya
memperhatikan beberapa komponen penting di antaranya yaitu memperhatikan
power otot lengan danskekuatan menggenggam. Powersotot lengan sangat
berpengaruh dalam permainan tenis lapangan karena pada saat melakukan
pukulan forehand memerlukan dukungan dan kinerja otot lengan, maka untuk
mendapatkan pukulan forehand yang kuat membutuhkan power otot lengan dan
kekuatan menggenggam yang baik.
Adapun bentuk latihan power otot lengan dan kekuatan menggenggam yaitu,
latihan medicine ball untuk melatih power otot lengan dan latihan handgrip untuk
melatih kekuatan menggenggam. Karena setiap cabang olahraga memiliki kondisi
fisik yang berbeda-beda, untuk mengembangkan kemampuan fisik haruslah di
rencanakan secara sistematis dan terarah dengan tujuan agar kesegaran jasmani
dan kemampuan fungsional dalam sistem tubuh mulai meningkat, sehingga dalam
melakukan gerakan olahraga khususnya pada pukulan forehand dalam tenis
lapangan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari beberapa hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat di tarik beberapa kesimpulan dari penelitian yaitu sebagai berikut :
(a) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa hubungan power otot
lengan dengan pukulan forehand termasuk dalam kategori kuat dan koefisien
kolerasi tersebut adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara power otot lengan terhadap pukulan forehand
tenis lapangan pada atlet Sadar Tenis Club Tahun 2021.
(b) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa hubungan kekuatan
menggenggam dengan pukulan forehand termasuk dalam kategori sangat kuat dan
koefisien kolerasi tersebut adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kekuatan menggenggam terhadap
pukulan forehand tenis lapangan pada atlet Sadar Tenis Club Tahun 2021.
(c) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwashubungan antara power
otot lengan dan kekuatan menggenggam dengan pukulan forehand termasuk
dalam kategori sangat kuatsdan koefisien kolerasi tersebut adalah signifikan. Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot
lengan dan kekuatan menggenggam terhadap pukulan forehand tenis lapangan
pada atlet Sadar Tenis Club Tahun 2021.

BAB XI
ANALISIS GERAK TEKNIK SERVIS TENIS LAPANGAN

Servis merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan tenis lapangan,
dan merupakan tanda bahwa permainan dimulai. Dalam perkembangan
selanjutnya servis tidak lagi dianggap sebagai permulaan permainan, tetapi
merupakan bentuk serangan pertama. Dengan demikian servis harus dilakukan
sebaik mungkin agar lawan sulit untuk mengembalikan, sehingga menghasilkan
point bagi pemain yang melakukan servis. Untuk dapat melakukan teknik serve,
diperlukan komponen biomotor yang baik. Adapun komponen biomotor yang
diperlukan dalam pertandingan tenis lapangan adalah ketahanan, kekuatan,
kecepatan, koordinasi, dan fleksibilitas (Sukadiyanto, 2002: 39). Dengan demikian
diperlukan komponen kondisi fisik yang baik untuk dapat menjadi atlet tenis
lapangan dan menggunakan teknik serve dengan efektif dan efisien. Pengarahan
teknik dasar yang benar sejak dini diperlukan agar teknik dapat dikuasai dengan
baik. Demikian pula pengembangan unsur fisik secara umum yang benar sejak dini
sesuai prinsip latihan merupakan modal utama dalam membangun prestasi. Pada
saat melakukan teknik serve, kesalahan-kesalahan yang sering terjadi adalah pada
posisi lutut dan ayunan legan, hal tersebut dikarenakan oleh kekuatan otot-otot
belum maksimal khususnya otot-otot bagian tungkai, perut dan lengan.
Dengan demikian untuk dapat melakukan teknik serve dengan baik
diperlukan kekuatan otot-otot tungkai, perut dan lengan yang bagus. Proses
mempelajari teknik serve perlu diperhatikan secara teliti dalam pelaksanaannya.
Pelatih memiliki peran penting dalam memberikan contoh teknik yang benar
kepada anak latih. Agar mendapatkan hasil belajar yang efektif dan efisien, maka
perlu disertai dengan bimbingan dan evaluasi terhadap kesalahan yang dilakukan
serta diberitahukan cara-cara melakukan gerakan yang benar. Dengan demikian
anak selalu dalam keadaan terkontrol, sehingga anak latih memiliki gambaran
mengenai teknik serve yang akan dilakukan. Menurut Bompa (1994: 1) faktor dasar
tujuan berlatih adalah untuk mencapai persiapan fisik, teknik, taktik dan mental
yang baik. Dimana persiapan fisik dan teknik yang sempurna merupakan dasar
membangun prestasi yang saling mempengaruhi. Pada saat melakukan teknik
serve, ada beberapa tahap gerakan yang harus dilakukan yaitu dimulai dari tahap
persiapan dan ayunan, point of contact, dan gerakan lanjutan (follow-through).
Melihat kekomplekan gerakan yang harus dilakukan pada saat melakukan teknik
serve, maka diperlukan pengawasan yang khusus sehingga dapat mempermudah
dan mempercepat anak latih untuk menguasai teknik serve. Ilmu pengetahuan
yang dapat mendukung dalam proses pembentukan teknik antara lain analisis
gerak melalui pendekatan biomekanika.
Dengan demikian hal-hal yang perlu dilakukan adalah: (a) Menganalisis
gerak teknik serve, kemudian hasil analisis yang tepat dimanfaatkan sebagai
sumbangan dalam pembinaan prestasi khususnya efisiensi gerak, (b) Menghasilkan
hal-hal yang dapat menghambat efisiensi gerak teknik servis tenis lapangan. Untuk
itu para pelatih tenis lapangan diharapkan mampu melakukan analisis gerak teknik
dari sudut pandang biomekanika, sehingga dapat memberikan informasi teknik
yang benar dan melakukan terapi terhadap gerak teknik yang belum benar secara
tepat kepada anak latih. Saat ini belum banyak pelatih yang melakukan analisis
dengan teknik tersebut, dikarenakan keterbatasan alat yang mendukung untuk
menganalisis, seperti: aplikasi biomekanika dan alat perekam gerak.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka perlu dilakukan analisis mengenai
teknik servis tenis lapangan. Dari hasil analisis diharapkan bermanfaat sebagi
bahan pertimbangan dalam penyusunan program latihan dan metode melatih
teknik yang tepat. Artikel ini membahas tentang teknik servis tenis lapangan,
meliputi: tahap persiapan, tahap takeback, tahap loading, perkenaan bola pada
raket dan gerakan ikutan .
A. Pengertian Biomekanika
Menurut Hay (1985: 2) biomekanika adalah ilmu yang mempelajari
mengenai gaya-gaya internal dan eksternal dan bekerja pada tubuh manusia dan
akibat-akibat dari gaya-gaya yang dihasilkan. Pate dkk (1984: 2) mengemukakan
bahwa biomekanika adalah suatu subdisiplin ilmu yang berhubungan dengan
aplikasi dari prinsip-prinsip ilmu fisika yang mempelajari gerak pada setiap bagian
dari tubuh manusia. Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang menerapkan
hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, terutama sistem lokomotor dari
tubuh. Lokomotor adalah kegiatan di mana seluruh tubuh bergerak karena
tenaganya sendiri dan umumnya dibantu oleh gaya beratnya (Hidayat, 1999: 5).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka biomekanika selalu berhubungan
dengan gerakan tubuh dan gaya-gaya yang dihasilkan agar lebih efektif dan efisien,
sehingga berdaya guna terutama di bidang olahaga prestasi. Pelatih dalam hal ini
perlu memahami bahwa dalam aplikasi keilmuanya dan menjalankan profesinya
setiap gerak tubuh yang ditampilkan oleh para atletnya selalu berdasarkan kajian
biomekanika. Biomekanika merupakan ilmu tentang gerak tubuh manusia. Dengan
mengetahui pola gerakan yang paling efektif yang diperlukan untuk menghasilkan
pukulan, seorang pakar biomekanika tenis dapat menganalisis efisiensi gerak
seorang pemain dan mencoba mengetahui apakah seorang pemain dapat memiliki
unjuk kerja yang lebih efektif.
Pemahaman mendalam tentang biomekanika akan membantu menjawab
pertanyaan utama: "Apakah teknik optimum itu?” teknik yang optimum dapat
didefinisikan sebagai teknik yang memungkinkan perpaduan efisien antara tenaga
dan kendali di dalam pukulan dan teknik gerakan sekaligus meminimalkan risiko
cidera. Dalam mendiagnosis dan mengoreksi para pemain, pemahaman mendalam
tentang biomekanika akan membantu pelatih menghindari fokus pada unsur
pukulan yang aneh dan tidak menyenangkan dari segi penampilan (misalnya
tampilan pukulan) namun justru membantu berfokus pada keefektifan pukulan.
Crespo and Miley (1998: 56) prinsip-prinsip utama biomekanika tenis dapat diingat
dengan mudah menggunakan akronim “BIOMEC”. Ini merupakan singkatan dari:
Balance (keseimbangan), Inertia (inersia), Optimum force (daya optimum),
Momentum (momentum), Elastic energy (energi elastis), dan Co-ordination chain
(rantai koordinasi). Keseimbangan: Keseimbangan adalah “kemampuan untuk
mempertahankan kesetimbangan (kemantapan) baik secara dinamis maupun
statis.” Karena tenis adalah olahraga dengan gerakan siklus dan non siklus, kedua
jenis gerak tersebut silih berganti saling mendukung dalam upaya petenis
menjangkau dan memukul bola secara akurat dan tepat.
Untuk itu kedua jenis gerak tersebut juga harus dilatih secara seimbang
dan simultan agar petenis memiliki kualitas fisik yang prima. Inersia: Hukum inersia
menyatakan bahwa “tubuh akan tetap diam atau bergerak sebelum digerakkan
atau dihentikan oleh kekuatan luar”. Dengan kata lain inersia adalah resistensi
tubuh untuk bergerak atau untuk berhenti bergerak. Bagaimanakah pemain tenis,
misalnya, bergerak cepat dari posisi diam, melambat dan kemudian berubah arah
dengan cepat. Daya Balik: Untuk tiap aksi selalu ada reaksi balik yang setara. Pada
saat memulai gerakan serve maka akan diawali dengan teknik pukulan dari kaki
dengan menekan ke tanah. Tanah kemudian menekan balik dengan jumlah gaya
yang sama. Reaksi tanah ini memberikan pencetus bagi aksi eksplosif pertama.
Momentum: kekuatan yang dihasilnya oleh tubuh, atau mass kali velositas
(kecepatan dan arah). Ada dua jenis momentum: linear (lurus), yakni momenum
dalam garis lurus dan angular, yakni momentum dalam gerakan
melengkung/melingkar.
Momentum lurus hanya memindahkan berat badan ke depan dalam arah
pukulan. Energi Elastis: Energi elastis adalah energi yang disimpan di dalam otot
dan tendon sebagai hasil dari meregangnya otot. Ketika meregang, otot dan
tendon menyimpan energi dengan cara yang sama seperti karet elastis menyimpan
energi ketika direntang. Rantai Koordinasi: Koordinasi adalah kemampuan otot
dalam mengontrol gerak dengan cepat, agar dapat mencapai satu tugas fisik
khusus (Grana & Kalena, 1991: 253). Menurut Schmith (1988: 256) koordinasi
adalah perpaduan gerak dari dua atau lebih persendian, yang satu sama lainnya
saling berkaitan dalam menghasilkan satu keterampilan gerak. Berdasarkan
pendapat tersebut, terdapat indikator utama, koordinasi adalah ketepatan dan
gerak ekonomis. Sukadiyanto (2002: 141) dengan demikian koordinasi merupakan
hasil perpaduan kinerja dari kualitas otot, tulang dan persendian dalam
menghasilkan satu gerak. Di mana komponen-komponen gerak terdiri dari energi,
kontraksi otot, syaraf, tulang dan persendian. Oleh karena itu koordinasi dalam
permainan tenis merupakan koordinasi neuro muscular.
Koordinasi neuro muscular adalah setiap gerak yang terjadi dalam urutan
dan waktu yang tepat seta gerakannya mengandung tenaga. Oleh karena
terjadinya gerak disebabkan oleh kontraksi otot, dan otot berkontraksi karena
adanya perintah yang diterima melalui sistem syaraf . Komponen biomotor
koordinasi diperlukan dalam permainan tenis, sebab unsur- unsur dasar teknik
pukulan dalam permainan tennis melibatkan sinkronisasi dari beberapa
kemampuan, yaitu:
(1) melibatkan jalan (lintasan) bola,
(2) cara mengatur kerja kaki (footwork),
(3) mengatur jarak posisi berdiri dengan tempat pantulan bola,
(4) gerakan lengan dengan raket,
(5) memindahkan berat badan saat memukul. Jadi beberapa kemampuan tersebut
menjadi serangkaian gerak yang selaras, serasi dan simultan, sehingga gerak yang
dilakukan nampak luwes dan mudah.
Dengan demikian sasaran untuk latihan kordinasi adalah untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan gerak terhadap bola, baik bola yang akan
dipukul maupun yang datang diseluruh daerah permainan. Oleh karena itu
koordinasi selalu terkait dengan biomotor yang lain, terutama kelincahan dan
ketangkasan (Crespo dan Miley, 1998: 176, dan Borneman, et.al, 2000: 117). Setiap
teknik pukulan dalam permainan tenis diperlukan unsur kekuatan dan ayunan
cepat disertai kemampuan mengontrol bola dengan baik. Pada permainan tenis,
kekuatan ayunan raket harus terkontrol dan terkendali, sebab permainan tenis
dibatasi oleh net dan garis daerah sasaran. Untuk itu saat memukul bola harus
melewati di atas net dan masuk daerah lapangan permainan.
Inilah arti pentingnya kemampuan koordinasi dalam permainan tenis. Oleh
karena itu tanpa memiliki kemampuan koordinasi yang baik, maka petenis akan
kesulitan dalam melakukan teknik pukulan secara selaras, serasi dan simultan,
sehingga nampak luwes dan mudah. Selain itu keuntungan bagi petenis yang
memiliki kemampuan koordinasi baik akan mampu menampilkan keterampilan
dengan sempurna dan dapat dengan cepat mengatasi permasalahan tugas (gerak)
selama latihan yang muncul secara tidak terduga. Oleh karena itu permainan tenis
termasuk dalam jenis keterampilan terbuka, di mana faktor lingkungan sulit
diprediksi sebelumnya sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan teknik
pukulan. Crespo and Miley (1998: 57) istilah-istilah seperti "timing" dan “ritme”
seringkali digunakan oleh pelatih namun apakah arti yang sebenarnya, dan
bagaimana mengajari pemain untuk meningkatkan kualitas dasar dari mekanika
pukulan ini? Jawabannya ada pada prinsip rantai koordinasi tubuh.
Rantai koordinasi melibatkan “segmen-segmen tubuh yang bertindak
sebagai sebuah sistem mata rantai di mana kekuatan yang dihasilkan oleh satu
mata rantai, atau bagian tubuh, dialihkan secara berurutan ke mata rantai
berikutnya” (Groppel, 1984). Tabel 1 di bawah ini menyajikan segmen-segmen
tubuh yang berperan dalam gerakan servis tenis lapangan.

Koordinasi optimum (timing) dari segmen-segmen tubuh ini akan memungkinkan


pemindahan kecepatan secara efisien melalui tubuh, yang bergerak dari segmen
tubuh yang satu ke segmen berikutnya. Kecepatan dari bagian tubuh sebelumnya
ditambahkan ke segmen tubuh berikutnya yang menambah kecepatannya menjadi
total kumulatif. Dalam diagram, perhatikan bagaimana kecepatan dari semua
segmen tubuh mengumpul dalam “efek anak tangga” untuk membantu
membangun kecepatan raket menjelang benturan.

B. Analisis Gerak Teknik Serve Crespo and Miley (1998: 76) unsur-unsur penting
dalam tahap awal membangun serve yang baik adalah:
(a) gerak sederhana,
(b) gerak kontinyu,
(c) keseimbangan dan Body Part Biomechanics Leg Knees (flexion and extension)
Hip Hip Rotation Thrunk Thrunk Rotation Arm/Shoulder Rotation of arm about the
shoulder Elbow Elbow Extention-forearm pronation Wrist Wrist flexion
penempatan bola yang baik,
(d) pegangan(grip) yang benar (dimulai dengan eastern forehand grip menuju
continental grip). Jelas bahwa ritme pada serve merupakan kriteria penting untuk
memastikan gerak servis yang lancar. Pada tahap-tahap awal membangun serve,
grip dan posisi badan yang benar harus dilatihkan, bersama dengan pola ayunan
ritmis “dua-duanya ke bawah, dua-duanya ke atas”. Maksudnya bahwa kedua
lengan (lengan pemegang raket dan bola) bergerak secara sinkron. Crespo and
Miley (1998: 76) seiring perkembangan pemain, unsur-unsur lain biasanya
diperkenalkan pada serve: (a) grip
(b) Penggunaan pergelangan tangan untuk mengontrol penempatan,
(c) Putaran.
Namun demikian, penting untuk memahami biomekanika serve, agar teknik servis
yang lebih maju bisa ditambahkan untuk menjadikan serve sebagai senjata ampuh.
Bagian-bagian tubuh berfungsi sebagai sebuah sistem mata rantai di mana energi
(atau kekuatan) yang dihasilkan oleh satu mata rantai (atau bagian tubuh)
dialihkan secara berurutan ke mata rantai berikutnya. Sistem berantai
Penerapannya pada serve disajikan pada tabel 2 berikut.
Perlu diketahui bahwa daya bukan hanya dihasilkan oleh batang tubuh dan lengan.
Sumber utama dari daya dihasilkan gaya reaksi tanah yakni dalam bentuk kekuatan
ground reaction force. “Untuk tiap aksi, selalu ada reaksi balik yang sama” –
Hukum Newton yang ketiga. Dengan demikian, sumber utama daya bagi pemain
didapatkan dari kerja kaki (menekuk dan membukanya lutut).
a. Dorongan Kaki Salah satu unsur penting dalam membangun rantai bio-mekanis
adalah kakilutut dan dorongan kaki. Memaksimalkan pengaruh dorongan kaki
memerlukan waktu yang tepat antara gerak tubuh bagian atas dan bawah. Untuk
memaksimalkan pengaruh tersebut maka terlebih dahulu perlu mengetahui sifat-
sifat dari gerakan tubuh baik bagian bawah maupun atas dan mengetahui
perspektif mekanis yang akan dicapai. Dorongan kaki memiliki tiga peran utama
selama back swing, yakni: percepatan tubuh arah vertikal; penciptaan momentum
anguler kedepan (foreward angular momentum), dan peranan merotasi panggul
(http:/www.tennisplayer.net/biomechanics/wind up/brian_gordon, hal 8). Vertical
Acceleration of The Body: peran kaki dalam mempercepat tubuh secara vertikal
merupakan konsep yang mudah untuk dimengerti. Apabila menekan tanah dengan
kaki, maka pusat bobot tubuh akan menaik secara vertikal. Bagi sebagian besar
server, ini akan membawa pengaruh badan terangkat dari tanah. Percepatan
vertikal tubuh sebanding dengan ukuran komponen vertikal dari gaya reaksi tanah
ini. Semakin kuat dorongan kaki, semakin besar percepatannya. Mengapa
akselerasi vertikal ini sedemikian penting? Pertama, percepatan ini dapat
mengarah kepada titik kontak yang lebih tinggi, yang akan meningkatkan peluang
untuk melancarkan serve berkecapatan tinggi menuju contact servis. Kedua,
percepatan vertikal tubuh terkait dengan percepatan vertikal sendi bahu yang
memukul. Ini menghasilkan gaya yang diterapkan pada lengan pemukul dan yang
terbukti sangat penting untuk ayunan raket yang efektif. Foreward Anguler
Momentum: peran kedua dari dorongan kaki adalah untuk menciptakan
momentum anguler ke depan. Peranan terpenting dari momentum ini adalah di
awal ayun balik menuju batang-tubuh. Ini menghasilkan rotasi badan ke depan
yang terkait dengan gerak kaki. Rotasi ini juga meningkat setelah batang-tubuh
yang miring ke belakang pada akhir dari wind up. Rotasi batang-tubuh pada titik ini
seringkali dijabarkan sebagai rotasi “roda pedati” karena batang-tubuh umumnya
mengarah atau menghadap ke samping net. Kontribusi langsung dari momentum
anguler ke depan memiliki pengaruh menguntungkan terhadap pengurutan rantai
gerak pada tubuh bagian atas. Oleh sebab itu, penting untuk menghasilkan
sebanyak mungkin momentum anguler ke depan. Peningkatan the ground reaction
force ini disebabkan karena keputusan penerapan sikap berdiri tubuh. Sikap berdiri
tubuh yang lebih sempit mempengaruhi arah gaya dorong dari tanah dengan
menjadikannya lebih vertikal.
Penggunaan versi cara berdiri ala podium ini karena adanya peningkatan
keefektifan kontraksi otot ketika melurusnya sendi segera disusul dengan
menekuknya sendi, dibanding dengan pilihan lain. Alasan lain untuk
mempersempit cara berdiri ala podium adalah untuk memungkinkan pusat masa
bergeser lebih ke depan. Hip Rotation Assistance: kontribusi ketiga dari dorongan
kaki adalah hip rotation assistance (bantuan rotasi panggul). Komponen
momentum anguler yang dominan pada serve adalah ke arah depan. Namun mesti
diingat bahwa rotasi di sekitar poros lain juga penting. Seperti halnya momentum
anguler ke depan, momentum anguler memutar juga dihasilkan dalam tubuh
dengan menekan tanah dengan kedua kaki untuk menghasilkan komponen reaksi
daya dorong dari tanah secara horizontal. Momentum anguler memutar ini juga
bisa diredistribusikan ke segmen-segmen tubuh yang lain. Bagian penting dari
redistribusi ini adalah kepada panggul, yang menciptakan rotasi putar panggul.
Rotasi panggul pada serve penting karena pada gilirannya mempengaruhi
rotasi badan atas atau bahu. Rotasi panggul memungkinkan tubuh bagian atas
untuk merotasi otot-otot untuk berkontraksi dalam kondisi yang lebih lambat dan
kondusif. Dalam biomekanika, fakta dasarnya ialah bahwa otot menghasilkan
sedikit gaya pada kecepatan kontraksi yang lebih tinggi. Jadi jelas bahwa dari
perspektif mekanis, rotasi panggul sangatlah penting. Ini memungkinkan otot yang
merotasi bahu untuk berkontraksi pada kecepatan yang lebih optimal. b. Tubuh
Pada saat dorongan kaki sudah selesai, dan tubuh terdorong atau terangkat ke
udara, kedua kaki kehilangan kontak dengan tanah, ini berarti bahwa, pada posisi
ini, kedua kaki tidak lagi dapat menghasilkan daya angkat dari tanah. Ini berarti
bahwa momentum anguler tidak dapat meningkat atau berkurang, dan kini
menjadi konstan pada seluruh poros tubuh. Jumlah momentum yang terbatas ini
bergerak melalui rantai kinetika sangat penting bagi gerakan berikutnya
1). Batang Tubuh Pada akhir backswing, batang-tubuh juga melalui serangkaian
gerakan yang kompleks, merupakan daya dorong pada jatuhnya/gerakan menurun
raket. Gerakan pertama adalah penaikan batang-tubuh ketika dorongan kaki
mengangkat tubuh ke udara. kedua adalah membengkoknya/memiringnya tulang
belakang ke belakang, yang di sebut ekstensi batang-tubuh. Gerakan ketiga adalah
memiringnya tulang belakang ke samping, yang disebut efek rodapedati. Terakhir
adalah goyangan panggul dan bahu atau batang-tubuh bagian atas dan bawah.
Pengaruh keseluruhan dari gerakan-gerakan ini ialah bahwa batang-tubuh miring
ke samping kiri ketika dilihat dari tampilan belakang. Panggul dan bahu sejajar satu
sama lain bila dilihat dari tampilan atas-kepala
2). Gerakan “Roda Pedati” dan Gerakan Bahu Bagian penting dari alih momentum
linier kedepan menuju batang tubuh terjadi selama ayunan belakang. Pengalihan
ini melalui gerakan yang disebut roda pedati batang tubuh. Memiringnya tubuh ke
belakang pada akhir wind up merupakan proses pengalihan ini
3). Pengalihan menuju lengan pemukul dimulai dalam backswing dan berlanjut
menuju ayun ke atas awal. Pengalihan itu dilakukan melalui aktivitas otot yang
menyebabkan gerakan pada sendi bahu. Gerakan itu dimulai sebagai gerakan
menaikkan lengan atas (abduksi), kemudian dipadu dengan gerakan ke depan dari
lengan yang menaik (abduksi horizontal). Dua faktor utama ini: gerakan roda
pedati batang-tubuh di awal backswing dan gerakan sendi bahu pada tahap
berikutnya, merupakan faktor utama. 3). Gerakan Batang-Tubuh dalam Ayunan Ke
Atas Transfer momentum yang memadai menuju batang-tubuh melalui gerakan
roda pedati berarti bahwa tubuh akan berotasi ke atas dengan cara yang
mendukung gerakan lengan pemukul. Dalam gerakan ini yang berotasi terutama
adalah sendi bahu. Variasi itu banyak ditentukan oleh seberapa besar kemiringan
batang-tubuh pada pemain tertentu sewaktu melakukan gerakan (kemiringan
batang tubuh menyamping adalah sudut kemiringan tubuh ke kiri bila dilihat dari
belakang). Seperti ditunjukkan dalam posisi-posisi backswing, batang-tubuh
memasuki backswing dengan minimal kemiringan ke samping karena menekuknya
lutut pada akhir wind up. Pemiringan itu terus meningkat dengan derajat yang
berbeda-beda. Besaran pemiringan tambahan itu berkait dengan besaran
momentum menyiku ke samping yang dihasilkan oleh dorongan kaki.
Namun faktor lain yang mempengaruhi sumber pemiringan itu adalah
berlanjutnya rotasi panggul. Ini pada gilirannya dipengaruhi oleh sikap berdiri. Poin
utamanya ialah bahwa pemiringan menyampingnya optimum, namun bila
kebanyakan justru akan merugikan.
4). Lengan Pemukul Selama backswing gerakan lengan pemukul yang dominan
adalah rotasi eksternal lengan atas. Gerakan ini, dipadu dengan menaiknya lengan
atas pada bahu, merupakan faktor-faktor yang paling menyebabkan kedalaman
jatuhnya raket. Kedalaman jatuhnya raket itu penting selama ayunan menaik untuk
membangun kecepatan kepala raket. Tujuan utama pelaksanaan ayunan ke atas
adalah menghasilkan kecepatan raket setinggi mungkin.
5). Lengan Pemukul dan Raket Pada Saat Kontak Urutan Gerakan Lengan Pemukul:
Pertama-tama, sendi bahu bergerak mengangkat dan memajukan sendi siku.
Selanjutnya, terjadi pembukaan siku bersama dengan menyimpangnya tulang
hasta. Terakhir, terjadi rotasi bahu internal selama menekuknya pergelangan
tangan. Kekurangan di sepanjang rantai ini memiliki dampak negatif terhadap
peningkatan kecepatan raket. Putusnya rantai kinetika ini pada umumnya terjadi
pada awal gerakan sendi bahu. Karena kurangnya tenaga atau buruknya teknik,
siku tidak pernah diposisikan dengan benar selama ayunan ke atas, berarti bahwa
ayunan tidak bergerak ke atas dan/atau ke depan dari sendi bahu. Hal ini bisa
terjadi karena dua sebab. Pertama, penempatan siku terjadi sebagai akibat dari
rotasi batang tubuh tanpa gerakan tersendiri pada sendi bahu. Kedua, pemain
mengganti gerakan sendi bahu tersendiri dengan pembukaan awal siku.
6). Ketinggian Lontaran Toss yang tepat adalah sedikit lebih tinggi dari posisi raket
teracungkan, karena bolanya akan menurun saat point of impact. Ini
memungkinkan rotasi ke depan yang lebih besar.
7). Landing dan Followthrough Kaki manakah yang digunakan untuk mendarat
setelah servis? Pendaratan yang benar saat melakukan servis power adalah
mendarat dengan kaki kiri kecuali pemain kidal. Hal ini terjadi apabila server
melakukan rotasi bahu-atas-bahu. Namun tidak jarang pemain melakukan
pendaratan dengan kaki kanan karena merasa ingin cepat maju ke arah net. Bagian
terakhir dari servis adalah pasca pukulan (followthrough).
Pada tahap followthrough, apakah akan menjumpai rotasi internal?
perhatikan ke mana larinya tangan pada pasca-serve. Itu adalah isyarat terbaik
mengenai ada tidaknya rotasi internal dan pronasi, dengan melihat apa yang
terjadi dalam pasca serve. Dan jangan memperhatikan larinya bola. Tetapi
perhatikan lengan dan gerakan pasca-servis. Kita dapat melihat apakah pronasi
benar-benar terjadi, jika rotasi internal benar-benar terjadi, kita akan melihat
lengan bergerak ke kanan dengan raket memutar. Inti dari Followthrough adalah
memperlambat gerakan agar kita tidak memberikan tekanan yang besar pada
belakang bahu. Karena pada saat memukul bola dengan kecepatan tinggi perlu
memperlambat gerak raket. Jadi, itulah intinya, dan itulah yang kita cermati.

Tahap Persiapan
1.Tahap Persiapan
Posisi persiapan yang ideal untuk melakukan teknik servis adalah posisi
kepala menyesuaikan pandangan mata terhadap sasaran, posisi togok
dipertahankan dalam keadaan tegak. Posisi kaki depan berdiri 45 derajad dengan
baseline, jarak antara kaki tumpu sejajar dengan bahu. Ada dua jenis kerja atau
gerak kaki yang bisa digunakan dalam servis. Dua jenis itu adalah foot up dan foot
back. Teknik foot back menempatkan kedua kaki terpisah jauh sedangkan teknik
foot up menempatkankan belakang kaki di dekat ujung kaki. Keuntungan
menggunakan teknik foot up adalah dapat mendapatkan ketinggian raihan yang
lebih baik. Jika menggunakan teknik foot back, ini bagus untuk dorongan tubuh ke
depan. Jadi, jika ingin mencapai net dengan sangat cepat, lebih menguntungkan
menggunakan teknik foot back.
2.Take Back
Tahap Take Back (foto 1 dan foto 2) Pergerakan pada tahap takeback yang
ideal pada teknik servis adalah Lengan lurus kedepan saat melakukan toss, Raket
berotasi Pergerakan kebelakang hingga lengan lurus dan mencapai sudut 90
derajad dengan badan. Posisi lengan bawah yang membawa raket tegak lurus
dengan lapangan pada saat meregang. Pinggul berotasi, dilanjutkan rotasi tubuh
bagian atas dengan posisi bahu/badan menyamping ke arah net.
3.Loading
Tahap Loading Tahap ini dimulai dari rotasi pada bahu, kemudian rotasi
pinggul, dan dilanjutkan dengan menekuk lutut. Gerakan ayunan ini memberikan
energi pada otot utama yang digunakan pada saat servis. Ball toss dan dorongan
kaki adalah kunci dalam tahap ini. Lengan yang melakukan toss lurus keatas
disamping badan, untuk membantu perputaran togok. Menekuk lutut, pinggul dan
bahu diputar serta raket diatas bersama lengan yang melakukan toss. Pergerakan
pada tahap loading yang ideal pada teknik servis adalah Lutut ditekuk mendekati
sudut 100-120 derajad. Pinggul berotasi dengan cukup maksimal, dilanjutkan rotasi
tubuh bagian atas dengan kedua tungkai mendorong agar tejadi loncatan. Posisi
lengan bawah yang membawa raket tegak lurus dengan lapangan pada saat
meregang dengan posisi kepala raket di atas kepala.
4.Hitting
Tahap Hitting Pada fase memukul, dimulai dari dorongan kaki yang kuat.
Pada saat kaki mendorong ke atas, posisi raket jatuh ke bawah disamping
belakang badan, yang membantu menghasilkan power. Kepala raket berjalan dari
punggung sampai bahu, pada saat gaya ke atas dilanjutkan lengan tangan bagian
atas diangkat, dilanjutkan dengan gerakan extention siku, perputaran bahu
internal, lengan bawah pronation, flexion pada pergelangan tangan, yang terjadi
pada perjalan menuju point of contact. Servis yang efektif menggunakan
perputaran togok, rotasi kedua bahu keatas, untuk memindahkan kekuatan dari
togok kepada lengan tangan da akhirnya sampai ke raket.
5. Contact Point
Tahap Contact Point Pergerakan pada tahap contact point yang ideal pada
teknik servis adalah ketinggian bola saat impact pada titik raihan tertinggi dan
berada di depan atas, sudut antara lengan atas dengan togok antara 90-110
derajad saat impact. Pada saat kontak kekuatan penuh diperoleh dari perpindahan
energi dari badan ke raket. Dapat dilihat saat badan lepas dari tanah dan bergerak
maju sampai masuk dalam lapangan. Posisi kontak lengan lurus.
6. Followthrough
Tahap Followthrough Pergerakan pada tahap followthrough yang ideal
pada teknik servis adalah mendarat dengan kaki depan, Ayunan kepala raket
membuat lingkaran besar, posisi badan seimbang untuk persiapan melakukan
pukulan selanjutnya.

BAB XII
STUDI MINAT MAHASISWA TERHADAP OLAHRAGA TENIS LAPANGAN
Olahraga merupakan suatu bentuk aktifitas fisik yang terstruktur dan
terencana yang melibatkan gerakan tubuh yang dilakukan secara berulang yang
tujuanya untuk meningkatkan kebugaran jasmani (Bule, 2020). Olahraga juga
merupakan aktifitas yang wajib dilakukan setiap orang demi menjaga kebugaran
dan kesehatan (Setiawan, 2018). Rajin berolahraga sudah terbukti membuat badan
tetap segar, fit dan bugar dan sehat dan akan siap dalam menghadapi kegiatan
sehari-hari. seperti yang dikatakan oleh (Anggraini, S., & Alnedral, A. 2019) bahwa
kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa melakukan kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat
menikmati waktu luangnya. ( Donie, 2018).
Olahraga tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik dan mental, tetapi juga
mengurang tekan psikologis, meningkatkan afir-masi diri, mendorong
perkembangan kognitif dan psikologis yang positif, dan menurunkan resiko gejala
depresi(Chen, 2017). Menurut Soniawan, V., & Irawan, R. (2018) olahraga
memberikan pengaruh yang positif dan nyata bagi peningkatan kesehatan
masyarakat. Selain itu juga olahraga turut berperan dalam peningkatan
kemampuan bangsa dalam melaksanakan sistem pembangunan yang
berkelanjutan.Berolahraga juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan
merupakan salah satu komponen biomotorik yang sangat dibutuhkan dalam
aktifitas fisik, merupakan salah satu komponen terpenting dalam kesegaran
jasmani (Saputra, 2019). Kemajuan ilmu dan teknologi menimbulkan perubahan
yang cepat dalam berbagai tatanan kehidupan manusia, sehingga terjadinya
globalisasi dan pasar bebas, Ridwan, M., & Irawan, R. (2018).
Perkembangan olahraga di Indonesia sudah cukup mengembirakan, jumlah
orang yang berolahraga akhir-akhir ini lebih banyak dibandingkan dengan masa-
masa yang lalu. Salah satu upaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia
ditujukan pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani dalam bentuk
memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.Memasyarakatkan
olahraga berarti usaha sadar dan sistematik untuk memberikan sosialisasi kepada
masyarakat untuk menanamkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya arti
dan fungsi nilai keolahragaan (Haryanto, 2019). Tidak hanya itu dengan
berolahraga masyarakat juga dapat memperoleh prestasi sesuai cabang olahraga
yang di geluti.Melalui prestasi olahraga akan dapat mengangkat harkat dan
martabat bangsa sejajardengan bangsa lain di dunia( Masrun, 2016) .
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang adalah salah satu
lembaga yang menyediakan wadah untuk generasi muda menyalurkan bakat dan
minat dalam dunia olahraga sesuai keinginan dan potensinya masing-masing,
dengan diberikanya keleluasaan terhadap semua mahasiswa untuk memilih dan
mendalami olahraga yang merekaminati, tentusaja dengan sarana dan prasarana
yang sangat memadai, tidak hanya sekedar tempat menyalurkan bakat berolahraga
saja Fakultas Ilmu Keolahragaan UNP juga memberikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang lebih mendalam dalam dunia olahraga. Tujuan fakultas adalah
menghasilkan lulusan yang memiliki ilmu pegetahuan, sikap, dan keterampilan
yang profesional dalam bidang olahraga bermoral, berwawasan nasional, memiliki
etos kerja yang tinggi serta berbudi luhur(Aziz, 2017).
Dengan demikian jelaslah FIK UNP adalah suatu lembaga yang
menghasilkan lulusan yang memiliki ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang profesional dalam bidang olahraga. Tidak hanya melalui lembaga pendidikan,
informasi dan ilmu olahraga juga dapat di pelajari mengunakan internet(J. Ting,
2019) Cabang olahraga yang akan dipilih oleh mahasiswa FIK UNP terutama pada
Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga sangat banyak, salah satunya adalah tenis
lapangan. Tenis lapangan merupakan mata kuliah pilihan wajib bagi mahasiswa
Kepelatihan Olahraga dan salah satu cabang olahraga yang tidak terlalu sulit
dimainkan oleh semua lapisan masyarakat.Tenis lapangan juga termasuk kedalam
olahraga prestasi, Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan
mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan
melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan
dan teknologi, (Setiawan, 2018). Tenis adalah satu permainan yang menggunakan
bola dan raket, dan dimainkan di atas lapangan persegi panjang yang memiliki
permukaan datar atau rataIrawadi (2011: 1).
Bola adalah alat yang akan dipukul atau dimainkan sedangkan raket adalah
alat yang digunakan untuk memukul bola. Lapangan tenis seluas kurang lebih
260,7569 m2 tersebut dibagi dua bagian sama besar dengan menggunakan net
atau jaring sebagai pembatas. Ide permainan tenis lapangan adalah mematikan
bola didaerah lawan dan berusaha untuk mempertahankan bola agar tidak mati di
daerah sendiri dengan cara selalu mengembalikan bola yang di berikan oleh
lawan(Arifianto, 2018). Permainan tenis lapangan diminati dan dimainkan oleh laki-
laki maupun perempuan. Perbedaan jenis kelamin antara laki-laki maupun
perempuan tidak menjadi hambatan untuk terus berolahraga(Deaner, 2015).
Pemain diawali dengan pukulan servis oleh salah seorang pemain, selanjutnya
lawannya akan berusaha mengembalikan bola yang masuk ke daerahnya dengan
cara memukul bola kembali ke daerah lawan, dan begitulah seterusnya sampai
bola dinyatakan mati(fakhi,2019).
Bola dinyatakan mati apabila pukulan salah satu pemaian keluar lapangan
lawan atau tidak melewati net sehingga jatuh di daerah permainan sendiri. Poin
atau angka didapatkan setelah bola berhasil dimatikan di daerah lawan, atau
dengan kata lain lawan tidak dapat mengembalikan bola(Angraini,2020).
Pemenang dalam satu pertandingan adalah pemain yang berhasil memukul bola
masuk ke daerah lawannya paling akhir sebelum wasit menyatakan permainan
berakhir. Tenis juga merupakan permainan yang membutuhkan kemampuan
seperti, kecepatan kaki, ketetapan yang terkendali, daya tahan, antisipasi,
ketetapan hati, dan kecerdikan. Pada olahraga tenis pukulan yang baik akan
tercipta apabila seseorang mampu menempatkan posisi tubuh dengan tepat serta
memiliki gerakan memukul yang sempurna(Zulvid, 2019). Semakin cepat seorang
pemain dapat bergerak atau beraksi terhadap pukulan lawan maka hasil dari
pukulan akan menjadi lebih baik(Ulha, 2018) Semua kemampuan tersebut dapat
ditingkatkan melalui latihan fisik dan mental yang teratur.Akan tetapi susahnya
keterampilan bermain tenis tidak mudah dikuasai oleh orang yang sedang belajar
dan ingin cepat pandai, kadang-kadang sering putus asa dan frustasi karena bola
yang mereka pukul arahnya tidak sesuai dengan keinginannya. Pada proses ini,
setiap orang yang mengalami kesulitan harus bersabar melewati masa-masa
tersebut. Bagaimanapun juga hal itu akan dialami oleh semua orang yang ingin
pandai bermain tenis. Rasa bosan dan stress akan dialami oleh orang tersebut,
karena untuk memiliki keterampilan bermain tenis sangat sulit.
Dalam menetapkan suatu kegiatan khususnya olahraga tenis, banyak sekali
hal yang harus diperhatikan dan hal tersebut yang akan menjadi faktor yang
mempengaruhi, salah satunya minat. Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan
tergantung kepada bagaimana seseorang memandang satu objek atau kegiatan
yang diminatinya. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap sesuatu yang
mereka sukai(Suhesti, 2020)Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Alnedral (1991:
156) bahwa minat adalah aspek psikis seseorang yang mendorong seseorang
tersebut untuk bertindak, menyenangi, mempersoalkan, berbuat, menanggapi dan
menerima suatu objek atau aktifitas.. Minat seseorang tersebut dapat dilihat dari
perhatian , kemauan, dan tingkah lakunya terhadap objek tersebut.Ada juga
beberapa faktor yang mengakibatkan kurangnya minat mahasiswa terhadap
olahraga tenis lapangan seperti motivasi, kondisi fisik, teknik, strategi bermain,
mental, kemampuan intelegensi, dan kurangnya rasa percaya diri. Berdasarkan
observasi yang penulis lakukan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Prodi Pendidikan
Kepelatihan Olahraga, terlihat bahwa minat mahasiswa dalam mengiku olahraga
tenis masih rendah dibandingkan mengikuti cabang-cabang olahraga lainnya,
seperti sepakbola, bolavoli, bolabasket, renang, futsal, dan atletik.
Hal ini telah penulis amati selama semester Juli-Desember 2019 di Prodi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Selain itu penulis telah mengumpulkan sejumlah
informasi dari pihak pengelola tenis di Universitas Negeri Padang, bahwa selama
ini mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga kurang berminat pada
olahraga tenis, hal ini terbukti hanya sedikit mahasiswa yang mengambil mata
kuliah tenis lapangan dan merekapun kurang antusias dalam berlatih dan bermain.
Dengan adanya fenomena ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
yang terkait dengan masalah minat mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan
Olahraga terhadap olahraga tenis lapangan sehingga dapat melahirkan salah satu
solusi dalam masalah tersebut. Adapun solusinya disini yaitu peneliti akan
menyebarkan angket tentang minat mahasiswa terhadap olahraga tenis lapangan
kepada mahasiswa yang sudah mengambil mata kuliah tenis lapangan dasar.
METODE
Berdasarkan Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka
Penelitian ini digolongkan dalam jenis penelitian deskriptif.Penelitian ini
dilaksanakan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang pada bulan
Juli 2020,yang akan dijadikan populasi adalah mahasiswa Prodi Pendidikan
Kepelatihan Olahraga tahun ajaran 2019/2020 yangberjumlah 292.Sampel dalam
penelitian ini diambil dengan teknik simple random samplingyang dilakukan secara
acak menggunakan undian, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20%
dari mahasiswa Prodi Pendidikan Kepelatihan Olahraga angkatan 2019Fakultas
Ilmu Keolahragaan UNP, jadi 20% x 292 = 58 responden.Instrument dalam
penelitian ini dengan menggunakan kuesioner penelitian.Teknik analisis data
menggunakan teknik analisis deskriptif persentatif.
STUDI KEPELATIHAN
Berikut ini akan diuraikan tentang studi minat mahasiswa program studi
pendidikan kepelatihan olahraga yang terdiri dari indikator sebagai berikut:
1.Perhatian
Berdasarkan indikator perhatian yang diberikan sebanyak 8 item pernyataan
kepada 58 orang mahasiswa yang dijadikan sebagai responden, ditemukan jumlah
total jawaban “sangat setuju” sebanyak = 93 jawaban atau 15,71%, total jawaban
“Setuju” sebanyak 98 jawaban atau 16,55%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 165
jawaban atau 27,87%, total jawaban “tidak setuju” sebanyak 165 jawaban atau
27,87% dan total jawaban “sangat tidak setuju” sebanyak 71 jawaban atau 11,99%.
Deskripsi hasil penelitian tentang studi minat mahasiswa ProgramStudi Pendidikan
Kepelatihan olahraga terhadap olahraga tenis lapangan dilihat indikator perhatian
dapat dilihat pada table dan histogram berikut ini.

Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 1753 sedangkan
skor ideal 2320. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian studi
minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Terhadap
Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikator perhatianadalah 75,56%. Menurut
Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 61%–80% adalah berada pada
klasifikasi “Tinggi”. 2. Kesenangan Berdasarkan indikator kesenangan yang
diberikan sebanyak 11 item pernyataan kepada 58 orang mahasiswa yang dijadikan
sebagai responden, ditemukan jumlah total jawaban “sangat setuju” sebanyak
=108 jawaban atau 16,93%, total jawaban “Setuju” sebanyak 177 jawaban atau
27,74%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 208jawaban atau 32,60%, total jawaban
“tidak setuju” sebanyak 94 jawaban atau 14,73% dan tidak setuju” sebanyak 51
jawaban atau 7,99%. Deskripsi hasil penelitian tentang studi minat mahasiswa
ProgramStudi Pendidikan Kepelatihan olahraga terhadap olahraga tenis lapangan
dilihat indikator kesenangan dapat dilihat pada table dan histogram berikut ini.
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 2111 sedangkan
skor ideal 3190. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian studi
minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Terhadap
Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikatorkesenangan adalah 66,18%. Menurut
Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 61%–80% adalah berada pada
klasifikasi “Tinggi”. 3. Kemauan
Berdasarkan indikator kemauan yang diberikan sebanyak 20 item pernyataan
kepada 58 orang mahasiswa yang dijadikan sebagai responden, ditemukan jumlah
total jawaban “sangat setuju” sebanyak = 170 jawaban atau 14,66%, total jawaban
“Setuju” sebanyak 266 jawaban atau 22,93%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 428
jawaban atau 36,90%, total jawaban “tidak setuju” sebanyak 188 jawaban atau
16,21% dan total jawaban “sangat tidak setuju” sebanyak 108 jawaban atau 9,31%.
Deskripsi hasil penelitian tentang studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kepelatihan olahraga terhadap olahraga tenis lapangan dilihat indikator kemauan
dapat dilihat pada table dan histogram berikut ini.
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 3682 sedangkan
skor ideal 5800. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian studi
minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Terhadap
Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikatorkemauan adalah 63,48%. Menurut
Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 61%–80% adalah berada pada
klasifikasi “Tinggi”. 4. Dorongan Orang Tua Berdasarkan indikator dorongan orang
tua yang diberikan sebanyak 2 item pernyataan kepada 58 orang mahasiswa yang
dijadikan sebagai responden, ditemukan jumlah total jawaban “sangat setuju”
sebanyak = 15 jawaban atau 12,93%, total jawaban “Setuju” sebanyak 24 jawaban
atau 20,69%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 43 jawaban atau 37,07%, total
jawaban “tidak setuju” sebanyak 19 jawaban atau 16,38% dan total jawaban
“sangat tidak setuju” sebanyak 15 jawaban atau 12,93%. Deskripsi hasil penelitian
tentang studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan olahraga
terhadap olahraga tenis lapangan dilihat indikator dorongan orang tua dapat
dilihat pada table dan histogram berikut ini.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian Studi Minat Mahasiswa ProgramStudi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga Terhadap Olahraga Tenis Lapangan dilihat Dari
Indikator Dorongan orang tu
Jawaban skor Fa Fr (%) ∑skor
(x.fa)
SS 5 15 12,93 75
S 4 24 20,69 96
RR 3 43 37,07 129
TS 2 19 16,38 38
STS 1 15 2,93 15
∑ 116 100 353
Skor ideal 5x2x58=580
Tingkat 353/580x100%=60,86%
capaian

Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 353


sedangkan skor ideal 580. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian studi minat mahasiswa ProgramStudi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikatordorongan orang tua adalah
60,86%. Menurut Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 41%–60% adalah
berada pada klasifikasi “sedang”. 5. Dorongan Dosen Berdasarkan indikator
dorongan dosen yang diberikan sebanyak 4 item pernyataan kepada 58 orang
mahasiswa yang dijadikan sebagai responden, ditemukan jumlah total jawaban
“sangat setuju” sebanyak = 34 jawaban atau 14,66%, total jawaban “Setuju”
sebanyak 73 jawaban atau 31,47%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 88 jawaban
atau 37,93%, total jawaban “tidak setuju” sebanyak 20 jawaban atau 8,62% dan
total jawaban “sangat tidak setuju” sebanyak 17 jawaban atau 7,33%. Deskripsi
hasil penelitian tentang studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kepelatihan olahraga terhadap olahraga tenis lapangan dilihat indikator dorongan
dosen dapat dilihat pada table dan histogram berikut ini.
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 783
sedangkan skor ideal 1160. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikatordorongan dosen adalah
67,50%. Menurut Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 61%–80% adalah
berada pada klasifikasi “Tinggi”. 6. Dorongan Teman Berdasarkan indikator
dorongan teman yang diberikan sebanyak 1 item pernyataan kepada 58 orang
mahasiswa yang dijadikan sebagai responden, ditemukan jumlah total jawaban
“sangat setuju” sebanyak = 4 jawaban atau 6,90%, total jawaban “Setuju”
sebanyak 13 jawaban atau 22,41%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 22 jawaban
atau 37,93%, total jawaban “tidak setuju” sebanyak 11 jawaban atau 18,97% dan
total jawaban “sangat tidak setuju” sebanyak 8 jawaban atau 13,79%. Deskripsi
hasil penelitian tentang studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan
Kepelatihan olahraga terhadap olahraga tenis lapangan dilihat indikator dorongan
teman dapat dilihat pada table dan histogram berikut ini.
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 168
sedangkan skor ideal 290. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikatordorongan teman adalah
57,93%. Menurut Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 41%–60% adalah
berada pada klasifikasi “sedang”. 7. Keadaan Lingkungan Berdasarkan indikator
keadaan lingkungan yang diberikan sebanyak 1 item pernyataan kepada 58 orang
mahasiswa yang dijadikan sebagai responden, ditemukan jumlah total jawaban
“sangat setuju” sebanyak = 3 jawaban atau 5,17%, total jawaban “Setuju”
sebanyak 12 jawaban atau 20,69%, jawaban “ragu-ragu” sebanyak 26jawaban atau
44,83%, total jawaban “tidak setuju” sebanyak 10 jawaban atau 17,24% dan total
jawaban “sangat tidak setuju” sebanyak 7 jawaban atau 12,07%. Deskripsi hasil
penelitian tentang studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan
olahraga terhadap olahraga tenis lapangan dilihat indikator keadaan lingkungan
dapat dilihat pada table dan histogram berikut ini.
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 168
sedangkan skor ideal 290. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan dilihat dari indikatorkeadaan lingkungan adalah
57,93%. Menurut Riduwan (2009:87-90) kategori nilai antara 41%–60% adalah
berada pada klasifikasi “sedang”.
Bagaimanakah Minat Mahasiswa ProgramStudi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan
Berdasarkan angket tentang studi minat mahasiswa program studi
pendidikan kepelatihan olahraga terhadap olahraga tenis lapangan yang diberikan
sebanyak 47 item pernyataan kepada 58 orang mahasiswa yang dijadikan sebagai
responden, ditemukan jumlah total jawaban “sangat setuju” sebanyak = 427
jawaban atau 15,67%, total jawaban “Setuju” sebanyak 663 jawaban atau 24,33%,
jawaban “ragu-ragu” sebanyak 980 jawaban atau 35,96%, total jawaban “tidak
setuju” sebanyak 413 jawaban atau 15,16% dan total jawaban “sangat tidak
setuju” sebanyak 242 jawaban atau 8,88%. Deskripsi hasil penelitian tentang studi
minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan olahraga terhadap
olahraga tenis lapangan dapat dilihat pada table berikut ini.
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 8795
sedangkan skor ideal 13630. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan adalah 64,53%. Menurut Riduwan (2009:87-90)
kategori nilai antara 61%–80% adalah berada pada klasifikasi “Tinggi”.

Minat Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Terhadap


Olahraga Tenis Lapangan
Berdasarkan analisis data di atas, diperoleh skor capaian sebesar 8795
sedangkan skor ideal 13630. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian studi minat mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Terhadap Olahraga Tenis Lapangan adalah 64,53%. Dari hasil tersebut sebenarnya
tingkat minat mahasiswa terhadap olahraga tenis lapangan sudah tinggi, namun
belum mencapat level yang maksimal. Tenis adalah satu permainan yang
menggunakan bola dan raket, dan dimainkan di atas lapangan persegi panjang
yang memiliki permukaan datar atau rata. Bola adalah alat yang akan dipukul atau
dimainkan sedangkan raket adalah alat yang digunakan untuk memukul bola.
Lapangan tenis seluas kurang lebih 260,7569 m2 tersebut dibagi dua bagian sama
besar dengan menggunakan net atau jaring sebagai pembatas.
Pemain yang akan bermain atau bertanding sendiri saling berhadapan
pada daerah masing- masing. Ide permainan tenis lapangan adalah mematikan
bola di daerah lawan, dan berusaha memukul bola ke daerah lawan. Pemain
diawali dengan pukulan servis oleh salah seorang pemain, selanjutnya lawannya
akan berusaha mengembalikan bola yang masuk ke daerahnya dengan cara
memukul bola kembali ke daerah lawan, dan begitulah seterusnya sampai bola
dinyatakan mati. Bola dinyatakan mati apabila pukulan salah satu pemaian keluar
lapangan lawan atau tidak melewati net sehingga jatuh di daerah permainan
sendiri. Poin atau angka didapatkan setelah bola berhasil dimatikan di daerah
lawan, atau dengan kata lain lawan tidak dapat mengembalikan bola. Pemenang
dalam satu pertandingan adalah pemain yang berhasil memukul bola masuk ke
daerah lawannya paling akhir sebelum wasit menyatakan permainan berakhir.
Tenis juga merupakan permainan yang membutuhkan kemampuan seperti,
kecepatan kaki, ketetapan yang terkendali, daya tahan, antisipasi, ketetapan hati,
dan kecerdikan.Semua kemampuan tersebut dapat ditingkatkan melalui latihan
fisik dan mental yang teratur.Akan tetapi susahnya keterampilan bermain tenis
tidak mudah dikuasai oleh orang yang sedang belajar dan ingin cepat pandai,
kadang-kadang sering putus asa dan frustasi karena bola yang mereka pukul
arahnya tidak sesuai dengan keinginannya. Pada proses ini, setiap orang yang
mengalami kesulitan harus bersabar melewati masa-masa tersebut. Bagaimanapun
juga hal itu akan dialami oleh semua orang yang ingin pandai bermain tenis. Rasa
bosan dan stress akan dialami oleh orang tersebut, karena untuk memiliki
keterampilan bermain tenis sangat sulit. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
olahraga tenis cukup diminati oleh mahasiswa program studi pendidikan
kepelatihan olahraga, dengan persentase 64,53%. Persentase ini menunjukkan
minat mahasiswa terhadap olahraga tenis belum begitu maksimal.
Terbukti dari hasil capaian responden dari masing masing indikator minat
seperti: indikator perhatian memperoleh capaian sebesar sebesar 75,56% (tinggi),
indikator kesenangan memperoleh capaian sebesar 66,18% (tinggi),indikator
kemauan memperoleh capaian sebesar 63,48% (tinggi), indikator dorongan orang
tua memperoleh capaian sebesar 60,86% (sedang), indikator dorongan dosen
memperoleh capaian sebesar sebesar 67,50% (tinggi), indikator dorongan teman
memperoleh capaian sebesar 57,93% (sedang), dan indikator keadaan lingkungan
memperoleh capaian sebesar sebesar 57,93 (sedang). Minat merupakan suatu
energi penggerak dari dalam hati pada diri seseorang yang menyebabkannya
menaruh perhatian serius terhadap sesuatu kegiatan tertentu tanpa ada unsur
paksaan dari luar dirinya, sehingga sulit untuk berpaling dari kegiatan yang
ditekuninya.
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya ternyata hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil observasi yang peneliti lakukan
sebelumnya terhadap mahasiswa kepelatihan olahraga.Peneliti menduga bertolak
belakangnya hasil penelitian ini dengan hasil observasi, mungkin awalnya peneliti
menduga bahwa kurangnya minat mahasiswa terhadap olahraga tenis lapangan
disebabkan karena jarangnya peneliti melihat mahasiswa kepelatihan berada
dalam kegiatan permainan tenis lapangan.
Lapangan tenis hanya terisi oleh sebagian dosen- dosen universitas negeri
padang dan beberapa assisten dosen. Berangkat dari hal itu peneliti menyimpulkan
bahwa masih rendahnya minat mahasiswa terhadap olahraga tenis lapangan,
ternyata dari hasil penelitian berbeda, perbedaan hasil penelitian dengan hasil
observasi ini, mungkin saja disebabkan karena sebenarnya mahasiswa mempunyai
minat terhadap olahraga tenis lapangan, akan tetapi sarana untuk menyalurkan
minat tersebut hanya diisi oleh dosen-dosen dan atlet setiap hari. Mahasiswa
mungkin merasa minder dan tidak akan mendapatkan kesempatan untuk bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Idris, H. (2018). Pembelajaran model blended learning. Jurnal Ilmiah Iqra', 5(1).

Dwiyogo, Wasis D. 2011. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Makalah


disampaikan pada Seminar dan Lokarkarya Peningkatan Kualitas Pembelajaran
melalui Blended Learning Model, FKM PPS Universitas Negeri Malang, 26 Maret
2011.
Thorne, Kaye. 2003. Blended Learning: How to integrate online & traditional
learning. London: Kagan Page Limited.
So, H.-J., & Bonk, C. J. 2010. Examining the Roles of Blended Learning Approaches
in ComputerSupported Collaborative Learning (CSCL) Environments: A Delphi
Study. Educational Technology & Society, 13 (3), 189–200.
TENTANG PENULIS
Wawan eko prasetiyo dilahirkan didesa
ngrendeng ,kecamatan selorejo , kabupaten
blitar,propinsi jawa timur pada tanggal 07 Agustus
1988. Anak ke enam dari tujuh bersaudara,
pasangan mujiono dan alm. Dini.
Pendidikan Sekolah Dasar ditemput di SDN 02
Ngrendeng,Kabupaten blitar. Pendidikan sekolah menengah pertama di
SMPN 01 Selorejo. Pendidikan sekolah menengah atas ditempuh di SMAN
01 Kesamben dan selesai tahun 2008. Selanjutnya penulis melanjutkan studi
kejenjang perguruan tinggi di IKIP BUDI UTOMO MALANG. fakultas ilmu
exsakta dan Pendidikan ilmu keolahragaan program studi S1 pendidikan
jasmani,Kesehatan dan rekreasi, dan lulus S1 pendidikan jasmani, Kesehatan
dan rekreasi tahun 2012.
Setelah lulus dari S1 penulis juga mengembangakan kemampuannya
untuk mengapdi di sekolah SDN 01 Ngrendeng segabagai guru pjok selama
dua tahun dan sekarang menjadi pendidik di sekolah menenggah pertama
di smp yp 17 selorejo sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai