21702251018)
Kelas B – Magister Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
RINGKASAN
TANTANGAN PROFESIONAL GURU DI ERA DIGITAL
Oleh : Prof. Suyanto, Ph.D
Era digital adalah kesempatan dimana semua orang harus belajar secara mandiri, tidak
terstruktur, serta bisa kapan saja dan dimana saja. Sehingga suatu saat, besok tahun 2035 semua
sekolah tidak bisa seperti saat ini (tidak dibutuhkan lagi). Berdasarkan Oxford Analytica, The Fourth
Indrustrial Revolution terdiri dari: 1.0 (Mechanised Production, Steam engines), 2.0 (Mass
Production; Assembly lines and electricity), 3.0 (Automation, IT and electronics), dan 4.0
(Connectivity; Smart technologies, cloud computing, big data, network machines and processes). Big
data disimpan di cloud computing sehingga bisa dimanfaatkan untuk bidang pendidikan, kesehatan,
dan lain-lain. Google bahkan lebih kaya dari negara-negara tertentu yang masih berkembang.
Semangat kita (dalam hal ini masyarakat Indonesia) sudah besar, bahkan sudah siap dengan industry
4.0, namun banyak hal yang masih belum mendukung contohnya listrik sering padam dan koneksi
Berdasarkan pendapat Prof. Suyanto, Ph. D. pada tahin 2035 sekolah sudah tidak dikotak-
kotakan menjadi kelas-kelas seperti saat ini. Di industry 4.0 siswa bisa belajar sesuai yang dia minati
(ikut kursus). Dengan Big Data, perusahaan-perusahaan bisa berkolaborasi. Contohnya traveloka,
aplikasi tersebut bukan pemilik hotel namun bisa mengelola ribuan hotel, atau dengan kata lain
traveloka menguasai manajemen hotel tersebut. Di masa depan, pendidikan tidak berbasi ruang
kelas, guru tidak hanya dibutuhkan untuk membagikan pengetahuan namun guru dibutuhkan untuk
proses pembelajaran. Selain itu guru harus professional karena saat ini materi yang diajarkan kepada
pencari seperti Google bisa mencari ribuan informasi pembelajaran asalkan siswa memiliki jaringan
internet. Akibat dari hebatnya Artificial Intelligence (AI), peran guru menjadi tidak penting.
Pendidikan di Era 4.0 ini fleksibel dan yang lebih dipentingkan untuk melamar pekerjaan adalah
serifikat kompetensi keahlian, bukan ijazah. Hal tersebut sudah dilakukan oleh Google dan
Guru harus punya keyakinan tentang siswa secara positif karena keyakinan akan
mempengaruhi perilaku. Dikarenakan saat ini 70% pekerjaan sudah diotomatisasi oleh alat, makan
sebagai guru, siswa nanti harus diajarkan TOP 10 Skills berdasarkan World Economics Forum,
keahlian tersebut mencakup/didominasi oleh penguasaan industri digital (keterampilan abad 21). Di
abad 21 ini guru berperan sebagai motivator dan inspirator. Pentingnya kreativitas dan inovasi bagi
guru di era digital. Diantaranya guru harus melakukan hal-hal baru dan melakukan hal-hal secara
berbeda. Guru Sukses (Guru Profesional) memiliki mindset dan tindakan benar, sementara Guru
Gagal (Amatiran) memiliki mindset salah dan tindakan salah. Mindset sendiri adalah kumpulan
kepercayaan yang akan menentukan reaksi dan pemaknaan seseorang terhadap situasi.
Ada dua jenis mindset. Pertama Fixed Mindset yaitu hanya mempercayai talenta, takdir, dan
menghindar. Sedangkan Growth Mindset harus mau belajar, usaha, dan menerima. Fixed Mindset
percaya bahwa talenta adalah segalanya dan harus selalu terlihat cerdas, sementara Growth
Mindset percaya bahwa kecerdasan adalah hasil dari proses belajar dan berjuang. Salah satu dari
Growth Mindset Voice adalah “Saya dapat memperlajari apapun juga yang saya mau.” Hal tersebut
Dengan adanya perubahan era global di tahun 2021, guru harus bisa merespon perubahan
secara professional. Guru juga harus mampu “mendeliver” kemampuan abad 21 kepada siswa. Guru
adalah faktor utama dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar aspek Learning to
Learn (to describe, to explain, to illustrate, to demonstrate, and to inspire). Perubahan dalam
Pendidikan (New Learning & 21st Century Learning) hampir sama yaitu transformation, lifelong
learning, understanding, constructivist learning, contemporary context/content, and developing 21 st
skills.