Anda di halaman 1dari 3

Jawaban

1. Peran Teoogi sosial untuk mentransformasi isu-isu sosial yang dikemukakanPBB dalam
SGDs, bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat yang berkelanjutan karena melihat
banyak masalah-masalah sosial yang terjadi seperti kemiskinan dan kelaparan,
pemberdayaan perempuan atau isu-isu gender dan lain-lain. Sebagai wujud dari
pembangunan berkelanjutan yang bersifat universal maka indikator SDGs dapat
diaplikasikan untuk mengukur realitas pada berbagai tingkat pembangunan baik global,
nasional maupun ditingkat daerah, secara global SDGs pada tingkat daerah akan
memberikan gambaran tentang kemajuan pembangunan pada suatu daerah yang dapat
diperbandingkan dengan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara global, dengan
kata lain pengukuran indikator SDGs didaerah akan dapat menggambarkan hasil-hasil
pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan di daerah yang dibandingkan dengan
tujuan pembangunan global. Hal ini tergambar dalam 4 pilar SDGs yaitu pilar ekonomi,
pilar sosial, pilar hukum, pilar lingkungan. Agenda Pembangunan Nasional yang dikenal
dengan Nawa Cita atau 9 agenda prioritas nasional memiliki kesamaan prioritas dan
target pembangunan, yaitu kelompok beresiko dan menghadirkan pambangunan bagi
semua.
Pembangunan ekonomi memiliki hubungan dua arah dengan kesehatan. Pembangunan
ekonomi mempengaruhi kesehatan populasi, sebaliknya kesehatan populasi
mempengaruhi pembangunan ekonomi. Kesehatan merupakan sumberdaya yang
diperlukan untuk pembangunan ekonomi. Sebaliknya pembangunan ekonomi
berpengaruh terhadap kemampuan keberlanjutan sistem pendukung yang diperlukan bagi
populasi untuk menciptakan kesehatan dan kualitas hidup yang baik. Pembangunan
ekonomi menggunakan sumberdaya alam, energi, dan sumberdaya manusia secara masif.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang bertujuan meningkatkan kualitas
hidup orang di seluruh dunia, baik dari generasi sekarang maupun yang akan datang,
tanpa mengeksploitasi penggunaan sumberdaya alam yang melebihi kapasitas dan daya
dukung bumi.
2. mengenai deskripsi adalah fakta yang kita kemukakan bukan nilai. fakta itu apa yang
memamng benar-benar terjadi dan data itu yang memang benar-benar ada. nilai
merupakan perspektif atau pandangan kita contohnya seperti apa yang kita rasakan atau
pandangan kita terhadap masalah sosial yang terjadi. fakta selalu dalam konteks
deskriptif oleh karena itu tidak subjektif. deskripsi menjawab apa, bagaimana persoalan
terjadi. mendeskripsikan fakta juga bersifat objektif. analisis sosial dilakukan setelah kita
melakukan deskripsi dan dalam analisis sosial menjawab mengapa persoalan terjadi.
untuk mengecek anasis bisa menggunakan analisis sosial, analisis struktural ataupun
analisis historis. analisis merupakan gambaran lengkap tentang situasi sosial dengan
menggali hubungannya dengan analisis struktural dan historis. Refleksi teologis tidak
semata-mata dikonstruksi lewat imajinasi tapi harus disertakan dengan tindakan dan
refleksi teologis akan menjawab masalah-malsalah sosial seperti kemiskinan, kekrasan
dan lain-lain. Appreciative Inquiry memahami aspek sosial yang terjafi, apretif ingquiry
bersifat tansformatif atau bersifat mengubah tanpa memandang status sosial dan status
ekonomi.
3. Secara khusus teologi sosial sebagai bagian dari struktur ranah publik seperti dalam
masyarakat, teologi sosial selalu berada dekat dengan pusat-pusat kekuasaan dan
aktivitas-aktivitas politik terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
dan pelayanan masyarakat. Itu berarti teologi sosial mempunyai akses untuk turut terlibat
dalam ranah publik dan dapat memengaruhi proses pembahasan serta pengambilan
keputusan-keputusan terkait arah dan kebijakan pemerintahan. Ini berdampak pada
ketidakjelasan pemosisian serta pemfungsian politik teologi sosial dalam konteks
dinamika relasi negara dan masyarakat. Dalam hal ini bagaimana teolgi sosial berusaha
menunjukkan bahwa panggilan memasuki ruang publik yang tercipta dari relasi dinamik
antara negara dan masyaraka sangat penting untu ditanggapi serius.
Contohnya dalam virtual reality ketika ibadah-badah dilakukan secara virtual karena
dalam menghadi pandemi covid-19 mengalami perspektif berbeda dari berbagai kalangan
masyarakat dan menimbulkan berbagai pertanyaan seperti Apakah merasa ada pertemuan
dengan Tuhan dalam ibadah virtual banyak yang menjawab ya karena menurut mereka
ada pertemuan dgn Tuhan ketika kita beribadah dgn sungguh, dan mereka berimajinasi
bahwa mereka juga hadir dalam gedung gereja, tetapi bedanya kalau di gereja kita pakai,
pakaian rapi tapi kalau mereka beribadah secara mereka hanya pakai pakaian biasa dan
makna ibadah mereka dapat rasakan. Berbeda dengan masalah real reality contohnya
masalah kemiskinan dan kelaparan yang dihadapi masyarakat ketika diperhadapkan
dengan covid-19. Masalah ini merupakan masalah serius yang membutuhkan peranan
dari pemerintah maupun peranan dari segi keagamaan.
4. Masalah-masalah sosial yang terjadi seperti kemiskinan merupakan salah satu masalah
yang dihadapi pemerintah dan masyarakat Indonesia. Perlu adanya keselarasan antara
pemerintah dan masyarakat untuk sama sama mengatasi permasalah kemiskinan,
berbagai kebijakan pemerintah akan sangat tidak bermakna apabila tidak diwujudkan
dalam masyarakat. Untuk menanggulangi masalah dalam bentuk real reality dan virtual
reality setikdak peran sosial dari perintah dan elemen-elemen agama berkolaborasi untuk
melihat masalah ini.
5. Teologi sosial sangat berperan penting dalam menghadapi masalah yang krusial ini.
Bagaimana teologi sosial yang menurut saya harus terlibat langsung ketikan menghadapi
masalah-masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai