Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia Berdasarkan Perpu No
Pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia Berdasarkan Perpu No
Dosen Pengampu :
M.Husnu Abadi.S.H.,M.Hum.,Ph.D.
Disusun oleh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Tahun 2017 Dan Dampaknya Pada Kebebasan Berasosiasi Dan Berpendapat” yang
penulisan paper ini, namun akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu
Riris Panggabean
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D. Kesimpulan ...............................................................................................22
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
maupun dari asal kata atau etimologi. Politik hukum dikenal dalam bahasa Belanda
dari istilah Rechtpolitiek, sedangkan dalam bahasa ingris dikenal beberapa istilah
terkait politik hukum, yaitu: Politics of Laws (politik hukum), Legal Policy
Legal Product (politik yang tercermin dalam berbagai produk hukum) dan Law
Hukum Politik dan hukum adalah dasar dari politik hukum dengan ketentuan
juga berlaku bagi pelaksanaan politik hukum yang diwujudkan melalui peraturan
perundang-undangan.
kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi dari hukum yang akan
dibentuk. Definisi ini masih bersifat abstrak dan kemudian dilengkapi dengan
1
Sugiandi Surya Atmaja, Politik Hukum Pemerintah Indonesia Terhadap Agama
Konghucu ,Surabaya: PT Revka Petra Media, 2015, hal. 64-65
1
negara tentang apa yang dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu. Dalam
hal ini kebijakan tersebut dapat berkaitan dengan pembentukan hukum, penerapan
penting dan di antara sebab terkemuka adalah problem legislasi itu sendiri.
kodifikasi norma hukum apa pun memang tercipta dengan kondisi yang selalu tidak
pengadilan, norma atau kaidah hukum itu tidak jarang memunculkan berbagai
Sementara itu, menurut Soedarto (1983: 20), politik hukum adalah kebijakan
nengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan untuk mencapai apa
yang dicita-citakan. Pada buku lain yang berjudul Hukum dan Hukum Pidana
baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu (Soedarto, 1986: 151).
2
Dr.Isharyanto,S.H.,M.Hum, Politik Hukum, Surakarta: CV Kekata Group, 2016, hal.2
2
secara umum diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain/kelompok lain sesuai dengan pemegang kekuasaan itu sendiri dalam suatu
pemerintahan negara.3
Studi tentang politik hukum mau masuk sebagai bagian studi dalam
studi politik hukum pada Fakultas Hukum di Indonesia dianggap bidang asing yang
tak perlu dipelajari. Pada masa panjang itu hukum di Fakultas Hukum yang
dipahami sebagai norma-norma atau kaidah yang berisi kewajiban dan larangan
yang pelanggarannya dapat dijatuhi sanksi berdasar otoritas negara. Tetapi siapa
dan bagaimana memilih norma-norma tersebut untuk dijadikan hukum oleh negara
sarjana hukum yang kecewa bahkan frustasi ketika dirinya tak dapat paham
itu dapat dijelaskan oleh studi tentang politik hukum. Politik hukum itu sendiri
secara sederhana dapat diartikan sebagai kebijakan negara tentang hukum yang
akan diberlakukan atau tidak akan diberlakukan di dalam negara yang bentuknya
3
ibid
3
bagian Program Legislasi Nasional (Prolegnas) dan Program Legislasi Daerah
(Prolegda).4
1. Sebagai mata kuliah wajib secara nasional untuk Program Pascasarjana (S2)
mahasiswa ilmu hukum dalam memahami hukum secara komprehensif dan holistik.
hukum;
4
Moh. Mahfud Md, Politik Hukum Dalam Perda Berbasis Syari’ah, Jurnal Hukum No. 1
Vol. 14 Januari 2007, Hal.2
4
7. Arah penegakan hukum yang berbasis pada rasa keadilan masyarakat.
masyarakat;
masyarakat;
Perpu No.2 Tahun 2017 dan Dampaknya pada Kebebasan Berasosiasi dan
Berpendapat
selanjutnya disebut Ormas adalah organisasi yang didirikan dan dibentuk oleh
5
M.Guntur Hamzah,Tinjaun Umum Politik Hukum,
http://mguntur.id/files/lecture/lecture_16055983 24_92f30d9ded558dcd6b25.pdf , diakses pada
tanggal 8 desember 2021
5
pimpinan.6Organisasi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “organon” dan istilah latin,
yaitu “organum” yang berarti: alat, bagian, anggota atau badan. Menurut Baddudu-
Zain, organisasi adalah susunan, aturan atau perkumpulan dari kelompok orang
tertentu dengan dasar ideologi (cita-cita) yang sama. Selanjutnya, James D. mooney
pengertian organisasi sebagai suatu sistem dari aktivitas kerja sama yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih. Lebih lanjut, ada tiga ciri dari suatu organisasi, yaitu:
b) Antar hubungan yang terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis, dan;
c) Kerja sama didasarkan atas didasarkan atas hak, kewajiban atau tanggung
pandang. Dari sudut pandang status badan hukum ada Stb 1870-64 tentang
6
Setyowati, Organisasi dan Kepemimpinan Modern, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013,
hal.4
6
Dari sudut pandang sosial dan politik Ormas pernah dan terus diupayakan
diatur. Pada masa Orde Baru, Ormas ‘coba’ diatur dengan UU Nomor 8 Tahun
Hizbut Tahrir (HT) di Timur Tengah. Mereka mengaku sebagai partai politik
ideologis yang melandaskan gerakan dan ajarannya pada Islam dan dakwahnya
bertopang kepada fikrah (ide) sebagai sarana paling pokok dalam perubahan.
Kelompok ini telah mengeluarkan ijtihad- 1 Dalam bahasa Arab kata ini tertulis
inilah yang menjadi landasan atau bahkan pijakan utama dalam pemikiran
7
Ridaya Laodengkowe, Mengatur Masyarakat Sipil ,Depok: Piramedia, 2010, hal 36-37.
7
Timur Tengah, termasuk di Afrika seperti Mesir, Libya, Sudan dan Aljazair.
hukum, HT dianggap sebagai partai politik yang tidak sah.Di samping karena
harus memiliki kepengurusan paling tidak 50% dari jumlah propinsi, 50% dari
8
Khusnul Khotimah, Hizbut Tahrir Sebagai Gerakan Sosial (Melihat Konsep Ht Mengenai
Negara), Jurnal Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,Hal.60
8
BAB II
A. Latar Belakang
Salah satu ormas keagamaan yang pernah ada di Indonesia adalah Hizbut
Tahrir Indonesia. Hizbut Tahrir memiliki banyak anggota yang tersebar di hampir
sebagian wilayah yang ada di pulau Jawa, sehingga organisasi massa ini sangat
negara yang berlandaskan ajaran Islam yang penuh, atau lebih dikenal dengan
istilah khilafah. Sebelum pertengahan Juli 2017 lalu, HTI telah menunjukkan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Freddy Harris, tepatnya Pada 19 Juli
merevisi Sebagian isi dari UU No.17 Tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat.
9
Bambang Prasetyo,,Pembubaran Hizbut Tahrir di Indonesia dalam Perspektif Sosial
Politik, Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Volume 19. No. 2, Juni 2019,Surabaya, hal.253
9
secara terbuka, sejak Tahun 2000, senantisa mengkampanyekan pembentukan dan
pendirian negara Khilafah, yang menganulir semua nation state yang ada di dunia
Islam,termasuk nation state Republik Indonesia. Hal ini dinilai oleh pemerintah
sebagai upaya menentang dan mengubur ideologi negara Indonesia, Pancasila dan
prmbubaran ada pada Lembaga peradilan (due process of law) dan bukan pada
pencabutan status badan hukum ormas atau pencabutan status ormas terdaftar
dilakukan pada pemerintah, hanya dapat dilakukan bila keputusan peradilan itu
telah inkracht (telah berkekuatan hukum tetap). Prosedur yang demikian dinilai
oleh pemerintah terlalu memakan waktu yang lama dan tidak mampu
process law) yaitu asas contrarius actus di mana dinyatakan bahwa institusi negara
negara itu pulalah harus diberi kewenangan untuk menarik atau membatalkan
keputusan itu.
Asas ini (contrarius actus) selama ini dikenal dan diberlakukan pada
peradilan tata usaha negara, di mana badan tata usaha negara yang menerbitkan izin
(misalnya IMB,HGU) maaka badan tata usaha negara itu pula yang berwenang
10
menarik atau mebatalkan izin dimaksud. Asas ini ternyata tidak dianut dalam
sebagaimana juga ormas, partai politik diberikan status sebagai badan hukum oleh
Menteri Hukum dan HAM. Maka seharusnya cukup Menteri Hukum dan HAM saja
kehakiman. Pada ayat (1) pasal 24C dinyatakan bahwa Mahkamah Konstitusi
berwenang pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya final untuk
11
Di dalam jenis-jeinis peraturan perundang-undangan baik yang
terdiri atas :
d. Peraturan Pemerintah
e. Dsb. . .
Sebuah perppu, dalam hal ini Perpu No.2 Tahun 2017, yang diterbitkan
undang-undang.
12
HTI ini menjadi berstatus tidak terdaftar. Dalam Bahasa lain,melalui SK
Perpu, memang belum ada kata sepakat. Sebab ada yang berpendapat menurut
setara dengan undang-undang, dan muatan isinya sama dengan muatan isi
Seperti yang dianut oleh Perpu No.2 Tahun 2017 dimaksud, maka
untuk dilakukannya gugatan ke peradilan, dalam hal ini Peradilan Tata Usaha
(KTUN), yaitu Menteri hukum dan Hak Asasi Manusia, sedangkan objek
10
M.Husnu Abadi,S.H.,M.Hum.,Ph.D., Politik Hukum( dari kewenangan mahkamah
konstitusi menguji Perpu sampai dengan kewenangan daerah dalam bidang agama),Depok :
Rajawali Pers,2020, Hal.133
13
2. Due Process of Law dijadikan sebagai Legal Policy
Pertama, legal policy atau kebijakan hukum atau politim hukum untuk
sebagai Pemohon. Pilihan hukum ini memang bertolak belakang dengan masa
Kedua, pilihan hukum (legal policy) UU No.17 Tahun 2013 Tentang Ormas,
pada dasarnya mengikuti jejak konstitusi juga, yaitu due process of law,
hanya peradilan yang boleh mengadili dan menghukum. Kebijakan ini juga
dengan Legal policy yang baru, dengan menerapkan asas contrarius actus
(karena pejabat tata usaha negara yang mengeluarkan izin, maka pejabat tata
keputusan pembubaran ini dapat juga ditarik ke ranah peradilan, dalam hal
negara hukum, asas non diskriminasi, asas non retro aktif(tidak berlaku surut)
dan lain-lain dalam asas negara hukum dikenal juga asas due process of law
14
dan asas contrarius actus. Dengan demikian, legal policy mengenai
contrarius actus.
gugatan uji materi atas Perpu No.2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU
dictator.
contrarius actus menggantikan asas due process of law ,seperti yang selama
Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa asas contrarius actus itu tidak tepat
yang menghasilkan surat keputusan telah terdaftar dari Menteri Hukum dan
HAM.
15
Hal ini disebabkan pembentukan organisasi itu merupakan salah satu
merupakan suatu proses administrasi belaka. Hal ini berbeda dengan izin
Presiden, juga memberi landasan yang kuat untuk meletakkan lebih utama
itu merupakan salah satu jenis hak asasi manusia, dan hak itu tidak dapat
hukum menggunakan due process of law yaitu penegakan hukum dalam suatu
system peradilan.
16
dianggap dapat mengganggu ketertiban umum tidak dapat
pengadilan.
Penetapan prinsip due process of law ini, juga dapat ditemukan dalam
Dasar NRI Tahun 1945. Adapun materi konstitusi yang dimohonkan untuk
massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung ataupun tak langsung
memberlakukan dengan penuh komitmen dan serius akan legal policy yang
dianut, yaitu memberlakukan due process of law , bahwa dalam suatu negara
hukum seperti Indonesia, mutlak adanya due process of law yaitu penegakan
17
3. Pemerintah menuju Rezim Otoriter yang Berdampak pada Kebebasan
law. Hal ini paling tidak dipelopori dengan Adanya amandemen konstitusi
Dianutnya prinsip due process law dalam pengaturan partai politik pada
wajar Ketika Perpu No.2 Tahun 2017 menghapus prinsip due process law
banyak pihak yang menilai bahwa rezim saat ini sedang memasuki pintu
sebaliknya. Artinya pemberlakukan Perpu No.2 Tahun 2017 itu tidak serta
merta menjadikan rezin yang berkuasa ini menjadi otoriter. Memang betul,
18
pemerintah mempunyai penilaian subjektif, namun penilaian subjektif
terbuka untuk duji di pengadilan dan dalam hal ini dalam forum Pengadilan
Dalam praktik yang dilakukan oleh rezin Orde Lama maupun Orde
Baru, tidak pernah mempergunakan prinsip due process law, dan senantiasa
dengan catatan, bahwa keputusan yang telah dibuah oleh presiden sebagai
Pejabat Tata Usaha Negara, juga tidak ada peluang untuk diuji di depan
Peradilan.
law, sebagai prinsip suatu negara hukum, dan turun ke peringkat lebih rendah
dari itu, yaitu sebagai negara yang menggunakan prinsip contrarius actus
untuk bidang yang berkenaan hak asasi manusia, namun sekarang ini negara
ini tetap dan terus menerus menjamun adanya kebebasan pers, kebebasan
19
berserikat/berasosiasi. Oleh karena itu masa depan demokrasi di Indonesia
belum akan mengalami kemunduran dengan adanya Perpu No.2 Tahun 2017.
Hal yang paling terkena Dampak dri penerbitan Perpu ini adalah Ha
dengan hak-hak sipil dan politik yang telah disahkan Indonesia melalui UU
dan belum bergerak menuju bandul yang lain yitu otoriter walaupun dengan
aturan baru ini akan membawa Indonesia Kembali ke Zaman otoriter seperti masa
Oder Baru. Hal yang sama juga disampaikan oleh Azikin solthan bahwa
Sementara itu Ahmad Riza Satria,mengatakan bahwa paling tidak ada lima item
20
pemerintah,ketiga,mengenai tahaoan yang prosesnya terlau cepat, keempat,
hukuman 10 tahun hingga seumur hidup sangat tidak rasional karena lebih lama
daripada hukuman atas koruptor.kelima,siapa yang dihukum harus jelas dan tidak
asal menghukum anggota yang aktif dan pasif, apalagi menghukum yang tidak
bersalah.
Di Pihak lain, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Nur Kholis
menyatakan bahwa Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang sangat seius
Sementara suara yang menyetujui atas keberadaan aturan baru ini, antara lain
dikemukakan oleh Aria Bima, dari PDIP, yang menyatakan bahwa adanya
sebagai dasar negara, diperlukan dukungan yang penuh atas terbitnya aturan ini.
Hal senada juga disampaikan oleh Azyumardy Azra, seorang guru besar
sangat diperlukan walaupun sudah sangat terlambat, seharusnya awal tahun 2000-
an sudah terbit.
berserikan dan Berpendapat, Indriyanto Seno Aji berpendapat bahwa Perpu ini
pendapat karena karakter berdemokrasi ormas tetap terjaga sesuai dengan asas
21
D. Kesimpulan Naskah Jurnal
tumbangnya Orde Baru, mengalami proses demokrasi yang luar biasa. Atas nama
demokrasi, banyak Paham dan ideologi yang ikut serta dalam situasi ini, yang tidak
negara Pancasila dan bentuk negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta
leninisme.
suatu organisasi ataupun partai politik, selama ini, selama era reformasi mengikuti
prinsip due process law, bahwa pembuktian suatu kesalahan yang dilakukan oleh
pengadilan, maka rezim itu dinilai sebagai rezim yang represif dan otoriter.
Penerbitan Perpu No.2 Tahun 2017 yang mengubah proses pembubaran suatu
organisasi yang awalnya melalui proses peradilan, menjadi sekedar melalui proses
demokrasi dan sebagai negara hukum. Hal ini disebabkan pemberikan hukuman
atas pelanggaran hukum yang dilakukan oleh sebuah organisasi berbeda pendapat
dengan pemerintah diserahkan kepada pemerintah semata dan hal ini merupakan
penilaian subjektif yang tidak netral dan membuka peluang untuk lahirnya masa-
22
masa otoriter. Mahkamah Konstitusi dalam beberapa putusannya selalu
mengedepankan prinsip due process law dan diperkirakan bahwa prinsip ini akan
23
BAB III
salah satu penyebab terasingnya ormas ini dengan pemerintahan. Dalam teori
alienasi dijelaskan bahwa ajaran agama merupakan suatu tatanan dalam masyarakat
yang harus dijaga dan dilaksanakan. Jika ditinjau lebih jauh, tatanan ini pasti akan
tersebut, karena tidak sesuai dengan ideologi dan dasar suatu negara. Hal ini dapat
terlihat bahwa HTI telah memiliki ideologi yang berseberangan dengan negara
Indonesia, antara ideologi Khilafah yang menjadi dasar HTI dalam suatu negara
dengan ideologi pancasila yang telah menjadi dasar pokok negara Indonesia.
secara umum negara tetap memberikan pengawasan dalam setiap hal dan kegiatan
diantara masyarakat dalam suatu negara. Hal ini dapat terlihat dengan beberapa
jurnal dan tulisan-tulisan yang biasa disebarkan pada hari jumat di beberapa masjid
Islam, adalah yang ingkar, serta tidak memiliki kaitan dengan Islam. Demokrasi
dikatakan oleh HTI sangat bertentangan dengan hukum Islam. Demokrasi bagi
24
mereka adalah penyebab negara khilafah tidak dapat didirikan, dan masyarakat
pemikiran HTI dan merupakan sistem politik yang harus diimplementasikan lagi
pelanggaran HAM, haram halal dan lainnya, dengan berakhir pada urgensi bentuk
pemerintahan khilafah Islamiyah. HTI juga sempat mengirim surat terbuka pada
sistem khilafah di Indonesia. Sebagi potret bahwa mereka bersifat terbuka dalam
politik di tanah air, mereka juga aktif mengkritik dan menentang sejumlah
ideologi yang dibawa oleh setiap organisasi massa yang ada di Indonesia.Hak
hak karena adanya pendapat bahwa warga negara dan politik adalah satu kesatuan
11
Ana Sabhana Azmy, Fundamentalisme Islam: Telaah Terhadap Pemikiran Politik
Hizbut Tahrir Indonesia (Hti), Jurnal Wacana Politik - Issn 2502 - 9185 : E-Issn: 2549 - 2969 Vol.
5, No. 1, Maret 2020: 87 – 98, Jakarta Hal.97
25
Jika menganalisisnya menggunakan kewarganegaraan liberal, pembubaran
itu tentunya tidak sah, karena Perpu tersebut merupakan sarana mengekang atau
Muslim yang terakhir ada di bawah kerajaan Usmani. Melalui kajian dan
telah tidak sejalan dengan konsep dasar negara Indonesia. Dalam teori hibriditas
konsep Hizbut Tahrir yang terdapat di wilayah asal yaitu Asia Tengah, memiliki
tujuan yang sarat dengan perebutan kekuasaan secara keras terhadap pemerintahan,
suatu tatanan dalam masyarakat yang harus dijaga dan dilaksanakan. Jika ditinjau
lebih jauh, tatanan ini pasti akan mengalami pertentangan di masyarakat bahkan di
negara, karena tidak sesuai dengan ideologi dasar suatu negara. Hal ini dapat terlihat
antara ideologi Khilafah yang menjadi dasar HTI dalam suatu negara dengan
ideologi pancasila yang telah menjadi dasar pokok negara Indonesia. Cita-cita
organisasi massa HTI tidaklah sejalan dengan bangsa Indonesia yang menganut
Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jika tidak sejalan
Pencapaian Indonesia dalam 2(dua) decade ini setelah tumbangnya Orde Baru
26
Bahkan di dalam Bali Indonesia Forum, Indonesia memperoleh predikat sebagai
negeri muslim terbesar yang demokratis. Namun keadaan ini dipersoalkan oleh
daripada Hizbut Tahrir Indonesia, yang menjadikan organisasi ini kehilangan status
dari kebijakan hukum dimanapun dan apapun pilihannya, semua itu masih termasuk
kedalam ruang lingkup negara hukum. Dampak atas terbitnya undang-undang yang
masyarakat yang demokratis dan tidak ada ciri-ciri yang menggeser ke arah
27
pembaca bisa mengikuti alur topik dengan baik dan mudah dipahami,
pendapat dari berbagai tokoh-tokoh dimana topik dijelaskan bukan hanya dari
satu sisi melainkan dari sisi lainnya juga sehingga pembaca bisa
sangat baik.
dijelaskan seperti penjelasan mengenai apa itu Hizbut Tahrir Indonesia dan
Tahrir ke Indonesia agar jurnal lebih komplit dan dapat dipahami dari semua
kalangan.
28
BAB IV
PENUTUP
Sebuah perppu, dalam hal ini Perpu No.2 Tahun 2017, yang diterbitkan oleh
menolak Perpu tersebut untuk dijadikan undang-undang. Menteri hukum dan HAM
ormas HTI ini menjadi berstatus tidak terdaftar. Dalam Bahasa lain,melalui SK
menkumham itu pemerintah telah melakukan pembubaran atas ormas HTI, seperti
Kini Presiden Jokowi, mengganti legal policy ini dengan Legal policy yang
baru, dengan menerapkan asas contrarius actus (karena pejabat tata usaha negara
yang mengeluarkan izin, maka pejabat tata usaha negara jugalah yang berwenang
yaitu, PTUN. yang akan menjadi pokok perhatian dalam pengujian undang-undang
due process of law ,seperti yang selama menjadi kecenderungan arah hukum
Konstitusi. Dalam hal ini, Yusril Ihza Mahendra menyatakan bahwa asas contrarius
29
actus itu tidak tepat untuk diberlakukan dalam proses pendaftaran organisasi
Dianutnya prinsip due process law dalam pengaturan partai politik pada era
kemasyarakatan, seperti yang dianut oleh UU No.17 Tahun 2013. Hal ini berebda
organisasi berada di tangan pemerintah. Adalah wajar Ketika Perpu No.2 Tahun
2017 menghapus prinsip due process law dalam prosedur pembubaran organisasi
(penerapan asas contrarius actus) maka banyak pihak yang menilai bahwa rezim
Hal yang paling terkena Dampak dri penerbitan Perpu ini adalah Ha katas
konstitusi RI serta kovenan Internasional. Ketentuan ini terkait dengan hak-hak sipil
dan politik yang telah disahkan Indonesia melalui UU No.12 Tahun 2005.
Dalam Bahasa lain, bandul demokrasi masih tetap berada di posisinya dan
belum bergerak menuju bandul yang lain yitu otoriter walaupun dengan catatan
bahwa derajat demokrasi rezim saat ini, mengalami penurunan berkenaan dengan
berpendapat.
30
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Group,2016,hal.2
hal.4
Hizbut Tahrir Indonesia (Hti), Jurnal Wacana Politik - Issn 2502 - 9185 :
E-Issn: 2549 - 2969 Vol. 5, No. 1, Maret 2020: 87 – 98, Jakarta Hal.97
Sosial Politik, Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Volume 19. No. 2, Juni
2019,Surabaya, hal.253
31
M.Guntur Hamzah,Tinjaun Umum Politik Hukum,http://mguntur.id/files/lecture
desember 2021
Moh. Mahfud Md, Politik Hukum Dalam Perda Berbasis Syari’ah, Jurnal Hukum
32