Anda di halaman 1dari 14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan 1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan


HASIL DAN PEMBAHASAN
Ikan Mas
Pada ikan mas terdapat empat lebar insang yang saling bertumpuk dan memiliki warna
seperti merah darah. Tidak ditemukan alat bantu pernapan labyrinth pada ikan mas. Pada ikan
mas terdapat gelembung renang yang berbentuk oval dan lonjong.

Insang

Swim Bladder
Swim Bladder

Ikan Gurame
Pada ikan gurame terdapat empat lembar insang yang saling bertumpuk dan memiliki warna
merah pekat. Ditemukan alat bantu pernapasan labyrinth pada ikan gurame. Pada ikan
gurame tidak ditemkan gelembung renang.

Insang

Labyrinth

Belut
Pada belut terdapat tiga lembar insang yang saling bertumpuk dan memiliki warna merah.
Pada belut tidak ditemukan alat bantu pernapasan labyrinth dan tidak ditemukan juga
gelembung renang. Belut tidak memiliki alat bantu pernapasan tetapi memiliki adaptasi lain
yakni darah yang kental. Diketahui darah yan kental dapat mengikat oksigen lebih banyak
dibandingkan darah yang tidak kental.
Tidak ditemukan
labyrinth maupun
swim bladder

Insang

Ikan Lele
Alat pernafasan primer pada ikan lele adalah insang. Saat praktikum
pengamatan alat pernapasan ikan, pada ikan lele ditemukan insang
sebanyak empat lembar, tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen
dan tiap filamen terdiri dari lamella. Pada filamen terdapat pembuluh
darah yang memiliki banyak kapiler yang memungkinkan O 2 dan CO2
berdifusi masuk dan keluar dari insang. Insang berhubungan erat dengan
kapiler-kapiler darah. Insang ikan lele pada saat pengamatan berwarna
merah pucat. Warna merah pada insang ini disebabkan karena adanya
pembuluh darah yang membawa darah kaya akan oksigen sehingga
menyebabkan viskositas darah yang rendah. Hal tersebut dikarenakan,
ikan lele hidup di air yang miskin O2.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin. Bentuk
labirin yang dimiliki oleh ikan lele berupa karang, runcing, atau melingkar.
Labirin merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-
lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Struktur yang
berlipat-lipat berfungsi memperluas permukaan respirasi. Labirin ini
berfungsi menyimpan cadangan O2 sehingga ikan lele tahan pada kondisi
yang kekurangan O2. Pada ikan lele, labirin berbentuk seperti bunga
karang. Labirin kaya dengan kapiler darah. Alat ini terletak di dalam
ruangan sebelah atas insang.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang berupa gelembung
renang. Namun tidak diketahui bentuknya karena pada saat pengamatan
gelembung renang tersebut pecah. Gelembung renang merupakan organ
internal yang dipenuhi oleh gas yang berfungsi memberi kemampuan ikan
untuk mengendalikan daya apung sehingga mampu menghemat energi
untuk berenang.

Ikan Sapu-Sapu
Alat pernafasan primer pada ikan sapu-sapu adalah insang. Saat
praktikum alat pernapasan ikan, pada ikan sapu sapu ditemukan insang
berjumlah delapan lembar pada masing masing sisi dan berwarna merah pekat.
Tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen dan tiap filamen terdiri
dari lamella. Pada filamen terdapat pembuluh darah yang memiliki banyak
kapiler yang memungkinkan O2 dan CO2 berdifusi masuk dan keluar dari
insang. Insang berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah.
Selain alat pernapasan berupa insang, pada ikan sapu sapu tidak ditemukan
alat pernapasan lainya.

Lembar insang

Ikan Gabus

Alat pernafasan primer pada ikan gabus adalah insang. Saat praktikum
pengamatan alat pernapasan ikan, pada ikan gabus ditemukan insang
sebanyak empat lembar, tiap lembaran insang terdiri dari sepasang filamen
dan tiap filamen terdiri dari lamella. Pada filamen terdapat pembuluh
darah yang memiliki banyak kapiler yang memungkinkan O 2 dan CO2
berdifusi masuk dan keluar dari insang. Insang berhubungan erat dengan
kapiler-kapiler darah. Insang ikan gabus pada saat pengamatan berwarna
merah pucat. Warna merah pada insang ini disebabkan karena adanya
pembuluh darah yang membawa darah kaya akan oksigen sehingga
menyebabkan viskositas darah yang rendah. Hal tersebut dikarenakan,
ikan gabus hidup di air yang miskin O2.
Ikan gabus memiliki alat pernapasan tambahan berupa labirin. Labirin
merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan
sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Struktur yang berlipat-
lipat berfungsi memperluas permukaan respirasi. Labirin ini berfungsi
menyimpan cadangan O2 sehingga ikan lele tahan pada kondisi yang
kekurangan O2. Labirin kaya dengan kapiler darah. Alat ini terletak di
dalam ruangan sebelah atas insang.
Ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang berupa gelembung
renang. Namun tidak diketahui bentuknya karena pada saat pengamatan
gelembung renang tersebut pecah. Gelembung renang merupakan organ
internal yang dipenuhi oleh gas yang berfungsi memberi kemampuan ikan
untuk mengendalikan daya apung sehingga mampu menghemat energi
untuk berenang.

Kegiatan 2. Pengamatan Oksidasi Jaringan

HASIL

Tabel hasil pengamatan

Katak Diberi Perlakuan (Diberi


Organ Yang Katak Normal (Kontrol)
Metylen Blue Dan Nacl 0,7 %)
Diamati
Katak Hidup Katak Mati Katak Hidup Katak Mati
Hati
Merah hati pekat Hijau kehitaman Kemerahan Merah kehitaman
Otot Putih merah Putih pucat, Putih merah muda
Putih kekuningan
muda, lebih keras menjadi lembek tampak segar
Jantung
Merah tua ukuran Merah kehitaman, Merah pucat dan
Merah bata
normal ukuran mengecil mengecil
Darah Merah kecoklatan
Merah segar Merah Merah mengental
dan mengental
Pankreas Kuning Kuning Terang Kuning Kuning Pucat
Ginjal Merah
Merah segar Merah pekat Merah pucat
kekuningan
Saraf Putih Putih Putih Putih
Paru-Paru Hitam merah
Pink segar, Merah pucat,
gelap, ukuran Kemerahan
ukuran besar mengecil
mengempis

PEMBAHASAN

Praktikum oksidasi jaringan pada katak menggunakan larutan metylen blue sebagai
indikator bahwa jaringan katak mengalami oksidasi. Sebelum melakukan penginjeksian,
larutan metylen blue dicampur dengan larutan 0,7 % NaCl. Pencampuran antara metylen blue
dengan NaCl dilakukan karena dengan adanya NaCl dalam tubuh katak sehingga metylen
blue dapat larut dalam cairan tubuh katak. Jadi NaCl ini berfungsi sebagai perantara
mengalirnya larutan metylen blue ke dalam jaringan tubuh katak.
Penginjeksian metylen blue+NaCl dilakukan pada bagian saccus lymphaticus dorsalis
. Penginjeksian dilakukan di bagian tersebut karena saccus lymphaticus katak mempunyai
ukuran yang lebih besar bila dibandingkan dengan bagian lain sehingga memudahkan
praktikkan menginjeksikan metylen blue untuk masuk ke dalam jaringan tubuh katak. Selain
itu, tujuan penginjeksian dilakukan di saccus lymphaticus adalah untuk mengurangi resiko
kematian pada katak karena percobaan ini dilakukan saat katak dalam keadaan setengah sadar
sehingga metylen blue dan NaCl dapat dialirkan ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh
darah.
Pada kantung limfa ada banyak jalan (saluran) sehingga ketika cairan disuntikkan
pada kantung limfa maka cairan tersebut akan menyebar dengan cepat dan memudahkan
proses oksidasi jaringan didalamnya. Kantung limfa ini memiliki afinitas lebih tinggi
sehingga oksigen diikat oleh hemoglobin lalu oksigen masuk di sepanjang pembuluh darah.
Ketika metylen blue disuntikkan, hemoglobin akan mengikat senyawa metylen blue bukan
oksigen. Maka metylen blue masuk ke pembuluh darah kemudian masuk ke eritrosit dan
diikat oleh hemoglobin membentuk metylen hemoglobin. Setelah 10 menit katak dibiarkan,
diketahui bahwa Metylen blue yang beredar ke seluruh jaringan berada di saccus lymphaticus
akan beredar ke jantung mengalir keluar dari jantung melalui pembuluh darah dan beredar ke
seluruh organ dan jaringan diseluruh tubuh.
Berdasarkan hasil pengamatan, warna dari berbagai jaringan katak antara katak
dengan perlakuan yang diberi metylen blue +NaCl berbeda dengan katak yang tidak
diberikan perlakuan apapun (kontrol). Kegiatan (pembedahan) dan pengamatan dilakukan
saat katak dalam keadaan hidup dan keadaan mati (post mortem).
Pada saat katak masih dalam keadaan hidup jaringan pada katak kontrol memiliki
warna-warna segar seperti otot masih berwarna putih ke merah mudaan, darah masih
berwarna merah segar, jantung dan ginjal berwarna merah gelap, semua organnya masih
dalam keadaan baik karena suplai oksigen yang juga masih dalam keadaan baik karena
keadaan katak masih melakukan respirasi. Pada katak kontrol yang sudah mati keadaan
warna organnya berubah warna walau hanya sedikit karena pasokan darah yang terhenti dan
suplai oksigen yang juga berhenti karena hemoglobin yang tidak lagi mengikat oksigen.
Sedangkan pada katak yang diberikan perlakuan saat dalam keadaan hidup keadaan
organ hampir mirip keadaannya dengan katak kontrol karena sifat metylen blue yang dapat
terikat oleh hemoglobin sehingga perubahan warna akibat metylen blue tidak terlihat. Kenapa
tidak terlihat? Karena tingkat afinitas metylen blue berikatan dengan hemoglobin lebih cepat
dari pada berikatan dengan oksigen (proses oksidasi cepat) sehingga tidak menimbulkan
perubahan warna pada organ. Pada katak yang diberi perlakuan, katak lama kelamaan akan
mengalami kematian karena darah tidak lagi mengikat oksigen, organ yang tidak mendapat
suplai oksigen akan mengalami kematian, dan hemoglobin tidak lagi dapat mempertahankan
kemampuan untuk berikatan dengan metylen mengakibatkan perubahan warna pada
organnya.

Hasil yang didapat dari percobaan ini, kemampuan hemoglobin mengikat senyawa
sangat berperan penting. Dalam keadaan normal tanpa perlakuan, hemoglobin akan mengikat
oksigen dan keadaan organ akan berwarna kemerahan atau warna organ pda keadaan
sewajarnya karena keadaan hemoglobin yang masih mengikat oksigen sedangkan jika dalam
keadaan mati hemoglobin tidak lagi mengikat oksigen (deoksigenasi) serta darah yang tidak
lagi mengalir menyebabkan organ akan mengalami kematian jaringan dan organ-organ
tersebut mengalami perubahan warna menjadi lebih gelap atau lebih pucat. Pada kasus yang
diberi perlakuan, pada katak yang masih hidup saat dibedah keadaan hemoglobin akan
berikatan dengan metylen blue.
Kemampuan hemoglobin berikatan dengan dengan metylen blue lebih cepat berikatan
dibanding dengan oksigen karena afinitas (daya ikat) metylen blue lebih tinggi, pengikatan
metylen dengan hemoglobin akan membentuk MetHb (metylenhemoglobin) sehingga warna
biru pada metylen tidak terlihat pada keadaan katak hidup. Sedangkan saat keadaan katak
sudah mati, hemoglobin akan kehilangan kemampuan berikatan dengan metylen, sehingga
warna biru pada metylen akan tersebar ke seluruh organ yang terdapat MetHb tadi
menyebabkan perubahan warna pada organ.

Kegiatan 3. Permeabilitas paru-paru terhadap gas


HASIL
Tabel hasil pengamatan
Kondisi Sebelum Sesudah
Air kapur Jernih Keruh
Ukuran paru-paru Normal Membesar
Warna paru-paru Merah segar Menghitam
PEMBAHASAN
Paru yang digunakan adalah paru katak yang terdiri atas paru-paru kanan dan paru-paru
kiri. Paru-paru katak berwarna merah segar dan berukuran normal sesaat setelah dilakukan
pembedahan. Paru-paru katak tersusun atas jaringan epitel pipih selapis, sehingga bisa terjadi
pertukaran gas melalui membran paru-paru yang tersusun dari jaringan tersebut. Setelah
ditekan, paru-paru katak diikat dengan benang halus di daerah bronkus yang bertujuan agar
aliran darah dari pembuluh darah tidak mengalir ke dalam paru-paru dan tercipta tekanan
udara antara lingkungan dengan bagian dalam paru-paru. Paru-paru yang sudah diikatkan
dipotong pada bagian trakea untuk dimasukkan ke dalam air kapur (CaCO3).
Paru-paru katak dimasukkan ke dalam air kapur yang banyak mengandung gas CO 2,
namun hal ini tidak menyebabkan paru-paru menjadi kolaps. Hal ini bisa terjadi karena sel-
sel alveolus tipe II mengeluarkan suatu campuran kompleks antara lemak dan protein yang
disebut surfaktan paru. Surfaktan paru dapat mengurangi kecenderungan alveolus mengalami
recoil sehingga mencegah alveolus kolaps, hal ini penting untuk menjaga mempertahankan
stabilitas paru-paru.
Setelah direndam larutan CaCO3, paru-paru katak menjadi membesar dan warnanya
berubah menjadi menghitam. Hal ini karena, adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2
antara di dalam air kapur dengan di dalam paru-paru. Tekanan CO2 pada larutan CaCO3 lebih
besar dibandingkan dengan tekanan CO2 di dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam
larutan CaCO3 ke dalam alveolus sesuai dengan selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat
membesar karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam larutan air kapur. Serta, paru-paru
katak berubah menjadi warna hitam karena adanya akumulasi CO2 ke dalam paru-paru.
Menurut literature setelah paru-paru katak menjadi mengembang, air kapur menjadi
cukup bening karena gas CO2 di dalam air kapur telah masuk ke dalam alveolus secara difusi.
Sehingga hanya tertinggal sedikit CO2 di dalam air kapur serta terbentuk endapan Ca(OH)2.
CaCO3 (s) + H2O (l) → H2CO3 (l) + Ca(OH)2 (l)
H2CO3 (l) → H2O (l) + CO2 (g)
Namun, pada saat percobaan berlangsung air kapur menjadi keruh setelah paru-paru
katak dimasukkan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena praktikan berbicara di dekat air
kapur, sehingga CO2 yang dihasilkan oleh praktikan masuk ke dalam air kapur.
Sebelum dimasukkan ke dalam air kapur Sesudah dimasukkan ke dalam air kapur

A. KESIMPULAN
1. Pada ikan mas dan ikan sapu-sapu mereka tidak memiliki alat pernafasan tambahan
dengan jumlah insang masing-masing 4 lembar dan 8 lembar guna melakukan
respirasi. Pada ikan gabus, gurame dan lele mereka memiliki Labyrinth yang
digunakan untuk menyimpan cadangan oksigen yang nantinya dapat digunakan pada
saat ikan tersebut berada dalam keadaan lingkungan berkadar oksigen rendah
sedangkan insang masing-masing 3 lembar, 4 lembar, dan pada lele 4 lembar di
masing-masing sisi . Pada belut, hewan ini tidak memiliki Labyrinth maupun alat
bantu pernafasan lainnya, belut memiliki kelebihan lain yaitu memiliki darah yang
kental yang berkemampuan mengikat oksigen lebih banyak. Sedangkan Swim bladder
dapat di temukan di ikan lele, mas dan gabus dari segi bentuk hanya terlihat pada ikan
mas dikarena saat proses pembelahan pada ikan gabus maupun lele Swim bladder
pecah dan tidak lagi terlihat bentuknya.
2. Adanya perbedaan tekanan parsial gas CO2 antara di lingkungan dengan di dalam paru
menyebabkan CO2 berdifusi dari lingkungan ke dalam alveoli sesuai dengan selisih
tekanan sehingga paru-paru terlihat membesar karena terisi oleh CO2, dibuktikan pada
percobaan paru katak dalam air kapur. Serta, paru-paru katak berubah menjadi warna
hitam karena adanya akumulasi CO2 ke dalam paru-paru.
3. Hasil yang didapat dari percobaan ini, kemampuan hemoglobin mengikat senyawa
sangat berperan penting. Dalam keadaan normal tanpa perlakuan, hemoglobin akan
mengikat oksigen dan keadaan organ akan berwarna kemerahan atau warna organ pda
keadaan sewajarnya karena keadaan hemoglobin yang masih mengikat oksigen
sedangkan jika dalam keadaan mati hemoglobin tidak lagi mengikat oksigen
(deoksigenasi) serta darah yang tidak lagi mengalir menyebabkan organ akan
mengalami kematian jaringan dan organ-organ tersebut mengalami perubahan warna
menjadi lebih gelap atau lebih pucat. Pada kasus yang diberi perlakuan, pada katak
yang masih hidup saat dibedah keadaan hemoglobin akan berikatan dengan metylen
blue. Kemampuan hemoglobin berikatan dengan dengan metylen blue lebih cepat
berikatan dibanding dengan oksigen karena afinitas (daya ikat) metylen blue lebih
tinggi, pengikatan metylen dengan hemoglobin akan membentuk MetHb
(metylenhemoglobin) sehingga warna biru pada metylen tidak terlihat pada keadaan
katak hidup. Sedangkan saat keadaan katak sudah mati, hemoglobin akan kehilangan
kemampuan berikatan dengan metylen, sehingga warna biru pada metylen akan
tersebar ke seluruh organ yang terdapat MetHb tadi menyebabkan perubahan warna
pada organ

SOAL
1. Mengapa keluar masuknya O2 dan CO2 dari organ respirasi ke jaringan dan
sebaliknya berlangsung secara difusi?

Jawaban :

Karena difusi sendiri memiliki arti perpindahan zat dari larutan berkonsentrasi tinggi ke
larutan berkonsentrasi rendah. Pada kasus pernapasan hal ini terjadi kerana tekanan
parsial oksigen dan karbondioksida di dalam alveoli lebih tinggi daripada tekanan di
dalam pembuluh darah kapiler

2. Buatlah kurva disosiasi HbO2?

Jawaban :
Kurva disosiasai oksigen adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara saturasi
oksigen atau kejenuhan hemoglobin terhadap oksigen dengan tekanan parsial oksigen pada
ekuilibrium yaitu pada keadaan suhu 37oC, pH 7.40 dan Pco2 40 mmHg.

 Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apabila pH darah menurun atau PC02


meningkat. Dalam keadaan ini pada P02 tertantu afinitas hemoglobin terhadap
oksigen berkurang sehingga oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang.
Pergaseran kurva sedikit kekanan akan membantu pelepasan oksigen kejaringan-
jaringan. Pergeseran ini dikenal dengan nama Efek bohr.
 Sebaliknya, penigkatan pH darah (alkalosis) atau penurunan PCO2, suhu, dan 2,3-
DPG akan menyebabkan pergeseran kurva disosiasi oksihomoglobin kekiri.
Pergeseran kekiri menyebabkan peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen.
Akibatnya uptake oksigen dalam paru-paru meningkat apabila terjadi pergaseran
kekiri, tetapi pelepasan oksigen ke jaringan-jaringan terganggu.

Kurva Disosiasi Oksigen yang berbentuk sigmoid ini secara fisiologis menguntungkan
karena bagian puncak kurva yang mendatar memungkinkan jumlah oksigen arteri tetap
tinggi dan stabil walaupun terjadi perubahan tekanan parsial oksigen. Sebaliknya bagian
tengah dari kurva yang terlihat curam memungkinkan penglepasan oksigen dengan mudah
pada perubahan tekanan parsial oksigen yang kecil.

3. Jelaskan secara singkat mekanisme sintesis ATP di dalam sel!

Jawaban :
Sintesis ATP di dalam sel dapat berlangsung ketika terjadi respirasi sel dalam kondisi aerob
dan anaerob. Dalam kondisi aerob terdapat empat langkah dalam sintesis ATP yaitu
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.
a. Glikolisis
Tempat terjadinya reaksi glikolisis berlangsung di dalam sitoplasma yaitu di luar
mitokondria. Pada proses glikolisis, 1 molekul glukosa dapat diubah menjadi 2 molekul
asam piruvat, yaitu 2 NADH dan 2 ATP.
b. Dekarboksilasi oksidatif
Tempat terjadinya dekarboksilasi oksidatif berlangsung pada matriks mitokondria. Proses
ini akan mengubah asam piruvat atau senyawa berkarbon 3 menjadi asetil Ko-A yang
dimaksud dengan senyawa yang berkarbon dua. Dalam proses ini akan menghasilkan satu
buah molekul NADH untuk tiap pengubahan molekul asam piruvat menjadi asetil Ko-A.
c. Siklus krebs
Tempat terjadinya siklus krebs berlangsungnya di dalam matriks mitokondria. Peristiwa
ini diikuti dengan peristiwa reduksi yaitu pelepasan elektron dan ion hidrogen oleh NAD
dan FAD menghasilkan 2 molekul NADH, dan 2 molekul FADH, dan 2 molekul ATP.
Dari seluruh rangkaian peristiwa siklus krebs dihasilkan 4 molekul CO2, 6 molekul
NADH2, 2 molekul FADH2, dan 2 molekul ATP.
d. Transpor elektron
Tempat terjadinya transport elektron terjadi di dalam mitokondria. Proses transfor elektron
ini sangat kompleks. Pada dasarnya, elektron dan H+ dari NADH dan FADH2 dibawa dari
satu substrat lain secara berantai. Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan
untuk mengikat posfat anorganik (P) ke molekul ADP sehingga terbentuk ATP. Hasil
akhir ATP yang terbentuk pada respirasi aerob yaitu sebanyak 36 ATP.
Untuk sintesis ATP dalam kondisi anaerob melalui 2 tahapan yaitu glikolisis dan fermentasi.
Jumlah ATP yang terbentuk dari respirasi dalam keadaan anerob yaitu 2 ATP.
Soal

4. Sebutkan membran respirasi atau pada bagian apa pertukaran O2 dan CO2 berlangsung pada
ikan, katak, reptil, burung dan mamalia!

Jawab:

Ikan : Pada lembaran insang

Katak : saat berudu insang

Saat dewasa paru - paru

Reptil : paru - paru

Burung : alveolus

Mamalia : alveolus
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman

Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Ujungpandang: Jurusan

Perikanan Universitas Hasanuddin.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Campbell,et al.2003. Biologi Jilid 3. Jakarta. Erlangga

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta.EGC

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai