Anda di halaman 1dari 119

SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS


DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS
PADA REMAJA
(Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin
Barat)

Luki Aprilani

133210192

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS
DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS
PADA REMAJA

(Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin


Barat)

Skripsi

Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan


Menyelesaikan studi program Sarjana Keperawatan

LUKI APRILANI
133210192

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

ii
iii
iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Runtu 19 April 1995, Peneliti merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Mislan dan Ibu Suhaini.

Pada tahun 2007 peneliti lulus dari SDN 1 Runtu, pada tahun 2010 peneliti

lulus dari SMP Takhassus Al-Qur’an Wonosobo, pada tahun 2013 peneliti lulus

dari SMA Takhassus Al-Qur’an Wonosobo, dan pada tahun 2013 peneliti masuk

STIKes “Insan Cendekia Medika” Jombang. Peneliti memilih program studi S1

Keperawatan dari beberapa program studi yang ada di STIKes “ICMe” Jombang.

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Jombang, Juli 2017

Luki Aprilani

vii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Skripsi dengan judul “Hubungan Persepsi Tentang Minuman Keras Dengan

Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras Pada Remaja Di Desa Runtu Kabupaten

Kotawaringin Barat”.

Skripsi penelitian ini disusun sebagai syarat dalam pendidikan akhir S1

Keperawatan STIKES ICME Jombang tahun akademi 2016/2017 merupakan bukti

nyata bahwa penulis benar – benar melakukan penelitian yang telah dilaksanakan

pada bulan Mei - Juli 2017 di Desa Runtu.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis baik secara langsung maupun

tidak langsung antara lain : Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya lah

peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Bambang Tutuko, SH,,Skep,Ns

Selaku ketua STIKES ICME Jombang. Muhamad Hasanudin, S.Ag selaku kepala

Desa Runtu. Innayatur Rosidah, Skep, Ns, M.kep selaku ketua program studi S1

Keperawatan. Rahaju Ningtyas S.Kp,M. Kep. selaku pembimbing utama, dengan

penuh kesabaran dan dedikasi tinggi membimbing kami. Eko Sari Ajiningtyas,

S.ST, M.KesSelaku pembimbing anggota yang selalu memberikan semangat /

dorongan moral, sehingga proposal Skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik.Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi penelitian ini.

viii
Peneliti sadar bahwa penyajian skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu peneliti mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat positif ataupun

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil dari penelitian ini dapat

bermanfaat dan dapat memperluas wawasan kita semua.

Jombang, Juli 2017

Peneliti

ix
ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN


PERILAKU MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS PADA REMAJA

(Studi di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin


Barat)
Oleh:
Luki Aprilani
13.321.0192

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Masa
transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi yang
membingungkan, di satu pihak ia masih anak-anak, tetapi dilain pihak ia harus bertingkah
laku seperti orang dewasa. Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses
berkembang atau menjadi (becoming), berkembang kearah kematangan atau
kemandirian. Pada perkembangan yang tidak adekuat sering kali berakibat
munculnya perilaku yang menyimpang salah satu perilaku tersebut remaja
mengkomsumsi minuman keras atau miras. Tingginya perilaku mengkonsumsi
minuman keras pada remaja harus diantisipasi, salah satunya dengan mengetahui
persepsi pada remaja, karena persepsi dari remaja tersebut akan mempengaruhi
perilakunya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan persepsi tentang
minuman keras dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di
Desa Runtu. Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan pendekatan
Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja di Desa Runtu
yang berjumlah 50 remaja. Teknik sampling yang digunakan total sampling.
Variabel independen penelitian ini adalah persepsi tentang mengkonsumsi
minuman keras sedangkan variabel dependen adalah perilaku mengkonsumsi
minuman keras. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis
menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden memiliki
persepsi positif 23 remaja (46%), dan negatif 27 remaja (54%). Responden yang
memiliki perilaku mengkonsumsi 42 remaja ( 84%) sedangkan yang tidak
mengkonsumsi 8 remaja (16%). Uji Chi Square menunjukkan bahwa nilai
signifikansi ρ = 0,001 < α (0,05), sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulannya adalah ada hubungan persepsi tentang minuman keras dengan
perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu.

Kata kunci : Remaja, perilaku mengkonsumsi minuman keras, persepsi

x
ABSTRACT

RELETIONSHIP PERCEPTIONS OF ALCOHOLISM AND ALCOHOLIC


DRINKING BEHAVIOR IN ADOLESCENTS

(study in runtu village, district of south arut, district of west kotawaringin)

By:
Luki Aprilani
13.321.0192

Adolescence is a period of transition from children to adulthood.this transitional period


often exposes the individual to a confusing situation,on the one hand he is still a child,but
on the other hand he must behave like an adult.adolescents as individuals are in the process
of developing or becoming,progress toward maturity or independence. In the inadequate
development often resulted in the behavior that deviates one of those behavior teenagers
consume liquor. The high behavior of consuming liquor in adolescents should be
anticipated, one of them by knowing the perception in adolescent,because the adolescents
self perception will affect his behavior. The purpose of this study is to analyze the
relationship of perceptions about liquor with alcohol consumption behavior in adolescents
in runtu village. The design of this research is correlational analytics with cross sectional
approach. Population in this study were all teenagers in runtu village which amounted to
50 adolescents. Sampling technique used total sampling. This independent variable is the
perception of consuming liquor, while the dependent variable is the behavior of consuming
liquor. Data collection using questioner and analyzed using chi square test. The results
showed that respondents had positive perceptions of 23 adolescents (46%), and negative
of 27 adolescents (54%). Respondents who had the behavior of consuming 42 adolescents
(84%), while those who do not consume 8 adolescents (16%). The chi square test shows
that the value of significance ρ = 0,001 < α (0,05), so Ho is rejected and H1 accepted.
The conclusion is that there is a perception relation about liquor with drinking behavior
on teenagers in runtu village.

Keyword : Adolescent, drinking behavior, perception.

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ................................................................................................... i


SAMPUL DALAM ............................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN...................................................................................... iii
PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................. v
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah...................................................................................... 7
1.3 Tujuan penelitian ....................................................................................... 7
1.4 Manfaat penelitian ..................................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku ..................................................................................................... 10
2.2 Persepsi ..................................................................................................... 23
2.3 Remaja....................................................................................................... 30
2.4 Minuman Keras ......................................................................................... 32
2.5 Konsep hubungan persepsi dengan perilaku konsumsi minuman keras ... 36
2.6 Penelitian terkait........................................................................................ 38
2.7 Kerangka pemikiran .................................................................................. 41
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konsep penelitian ...................................................................... 42
3.2 Hipotesis.................................................................................................... 43

xii
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian .......................................................................................... 44
4.2 Desain penelitian ....................................................................................... 44
4.3 Waktu dan tempat penelitian ..................................................................... 45
4.4 Populasi, sample, dan sampling ................................................................ 45
4.5 Kerangka kerja .......................................................................................... 46
4.6 Identifikasi variabel ................................................................................... 47
4.7 Definisi operasional .................................................................................. 48
4.8 Pengumpulan data dan analisa data........................................................... 49
4.9 Etika penelitian.......................................................................................... 60
4.10 Keterbatasan penelitian ........................................................................... 61

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil Penelitian ......................................................................................... 62
5.2 Pembahasan ............................................................................................... 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 73
6.2 Saran .......................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29


Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 30
Gambar 4.1 Kerangka Kerja ................................................................................. 34

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi operasional .............................................................................. 40


Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ................................ 50
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ...................... 50
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan ......................... 51
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku alasan ................ 51
Tabel 5.5 Distibusi frekuensi responden berdasarkan informasi .......................... 52
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi remaja ............... 52
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku remaja ............... 53
Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan persepsi remaja dan perilaku ....................... 53

xv
DAFTAR SINGKATAN

1. RISKESDA : Riset Kesehatan Daerah

2. GeNAM : Gerakan Nasional Anti Narkotika

3. SMP : Sekolah Menengah Pertama

4. MTs : Madrasah Tsanawiyah

5. SMA : Sekolah Menengah Atas

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Jadwal kegiatan.

2. Lampiran 2 : Lembar pernyataan menjadi responden

3. Lampiran 3 : Surat-surat ijin instrumen, penelitian dan surat balikan.

4. Lampiran 4 : Kisi-kisi kuesioner.

5. Lampiran 5 : Kuesioner.

6. Lampiran 6 : Hasil uji validitas dan reliabilitas.

7. Lampiran 7 : Tabel data umum dan data khusus.

8. Lampiran 8 : Hasil SPSS penelitian.

9. Lampiran 9 : Dekumentasi.

10. Lampiran 10 : Lembar konsultasi Proposal dan Skripsi.

11. Lampiran 11 : Pernyataan bebas plagia

xvii
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa.

Masa transisi ini seringkali menghadapkan individu yang bersangkutan kepada situasi

yang membingungkan, di satu pihak ia masih anak-anak, tetapi dilain pihak ia harus

bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi-situasi yang menimbulkan konflik seperti

ini, seringkali menyebabkan perilaku-perilaku aneh, canggung dan kalau tidak kontrol

bisa menjadi kenakalan (Notoatmodjo,2007). Proses perkembangan individu tidak

selalu berjalan secara mulus atau sesuai harapan dan nilai-nilai yang dianut,

karena banyak faktor yang menghambatnya. Faktor penghambat ini bisa

bersifat internal atau eksternal. Faktor eksternal adalah yang berasal dari

lingkungan seperti ketidak stabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis

ekonomi, perceraian orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter atau

kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama

dalam kehidupan agama atau masyarakat , Gunarsa 1995 ( dalam Suseno,

2014).

Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau

menjadi (becoming), berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Lustin

Pikunas dalam membahas perkembangan ini, mengemukakan pendapat

McCandless dan Evans yang berpendapat bahwa masa remaja akhir ditandai

oleh keinginan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang secara matang agar

diterima oleh teman sebaya, orang dewasa, dan budaya. Pada periode ini, remaja

1
2

memperoleh kesadaran yang jelas tentang apa yang diharapkan masyarakat dari

dirinya (Yusuf, 2015) .

Pada perkembangan yang tidak adekuat sering kali berakibat munculnya

perilaku yang menyimpang salah satu perilaku tersebut remaja mengkomsumsi

minuman keras atau miras. Kebanyakan remaja setelah mengkonsumsi

minuman keras mereka mengatakan kepercayaan diri bertambah dari pemalu

menjadi pemberani, dan mereka beranggapan bahwa semua masalah akan

teratasi dengan mengkonsumsi minuman keras, minuman keras dapat

memperbanyak teman. Tapi sesuai kenyataannya minuman keras dapat

merusak proses berfikir dan menjadikan orang tidak sadarkan diri atau

bertindak tidak sesuai kehendak, Ratih 1998 (dalam Suseno, 2014).

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) menyampaikan bahwa

penyalahgunaan alkohol atau minuman keras saat ini merupakan permasalahan

yang cukup berkembang didunia remaja dan menunjukan kecenderungan yang

meningkat dari tahun ketahun. Data berdasarkan Riskesdas (2007) jumlah

remaja pengkonsumsi minuman beralkohol atau minuman keras masih diangka

4,9 persen. Tapi berdasarkan hasil riset yang dilakukan GeNAM (Gerakan

Nasional Anti Miras) (2014) jumlah remaja pengkonsumsi minuman

beralkohol atau minuman keras melonjak hingga angka 23 persen dari total

jumlah remaja saat ini sekitar 63 juta jiwa atau sekitar 14,4 juta orang. Dari

data statistik pengaturan-pengaturan minuman beralkohol atau minuman keras

di Indonesia (2015), penguna atau pengkonsumsi minuman keras remaja mulai

dari usia 14-16 tahun (47,7%), 17-20 tahun (51,1%), dan 21-24 tahun (31%).

Sedangkan data dari dinas penelitian dan pengembangan (Dislitbang) POLRI,


3

menemukan pelajar SMP, SMA, dan mahasiswa menduduki jumlah tertinggi

penggunaan minuman keras yaitu sebanyak 70% pengguna. Hasil penelitan

yang dilakukan oleh Suseno dkk (2014), tentang perilaku mengkonsumsi

minuman keras dikalangan remaja awal di Desa Kunden Kecamatan Wirosari

Kabupaten Grobongan 2014, yaitu berdasarkan karakteristik responden

diketahui bahwa dari 5 subyek penelitian 2 orang berusia 15 tahun, 1 orang

berusia 14 tahun, 1 orang berusia 13 tahun, dan 1 orang berusia 12 tahun.

Semua subyek berjenis kelamin laki-laki. 1 orang bersekolah di SMP Negeri

dan sisanya bersekolah di MTs dimana 3 orang berada di kelas VIII dan 2 orang

berada di kelas IX, 1 orang mengonsumsi minuman keras selama 2 tahun, 3

orang mengonsumsi selama 1 tahun dan 1 orang mengonsumsi minuman keras

kurang dari 1 tahun.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 16 maret 2017 yang di

lakukan di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin

Barat, yang di lakukan oleh peneliti dengan cara wawancara kepada 20 remaja

dari 50 jumlah total remaja laki-laki terdapat 70% yang mengkonsumsi

minuman keras.

Perilaku minum-minuman keras terjadi karena tidak adanya kegiatan

remaja, mereka lebih memilih berkumpul bersama teman sebayanya. Dan

apalagi ada kegiatan hiburan seperti orkes dangdutan dan acara nikahan

meminum-minuman keras terlebih dahulu agar tidak malu jika dilihat orang

dikenal (Suseno dkk,2014). Dan terjadinya perilaku minum-minuman keras

juga disebabkan karena kebebasan hidup atau pengawasan orang tua dan teman
4

sebaya sangat berpengaruh dalam perilaku remaja untuk menggunakan

minuman keras (Pratama, 2013).

Mengkonsumsi minuman keras merupakan salah satu bentuk perilaku

yang dianggap menyimpang. Perilaku menyimpang yang terjadi dikalangan

remaja tidak akan begitu saja muncul apabila tidak ada faktor penarik atau

faktor pendorong. Faktor penarik berada diluar diri seseorang, sedangkan

faktor pendorong berasal dari dalam diri atau keluarga yang memungkinkan

seseorang untuk melakukan penyimpangan tersebut, Waluya 2007 ( dalam

Agung, 2015). Alasan penggunaan minuman keras diungkapkan oleh

Fuhrmann, bahwa penyebab penyalahgunaan obat dan minuman keras dibagi

kedalam dua kelompok besar, yaitu determinan sosial (termasuk di dalamnya

pengaruh keluarga, afiliasis religius, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh

sekolah) dan determinan personal (termasuk di dalamnya rendah diri, rasa ingin

memberontak, dorongan untuk berpetualang, dorongan imfulsif, rasa ingin

bebas, dan kepercayaan diri rendah) (Pratama, 2013). Perilaku merupakan

kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa

interaksi tersebut sangat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat

memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku yang dimiliki individu,

sebelum individu tersebut mampu mengubah perilaku tersebut (Notoatmodjo,

2010).
Perilaku mengkonsumsi minuman keras dikalangan remaja masih saja

dilakukan. Perilaku ini tidak ada berhenti dikarenakan sudah menjadi

kebiasaan dikalangan remaja, perilaku mengkonsumsi minuman keras

disebabkan harga minuman keras yg murah, tidak susah dicari, dan terkadang

untuk mengikuti nafsu anak remaja mereka meminum dengan minuman keras

oplosan, sehingga dengan mengkonsumsi minuman keras yang tidak ada

berhentinya akan mempengaruhi kesehatan. Minum minuman keras yang

masih di bawah umur beresiko negatif bagi kesehatan dan sosial seperti

gangguan perkembangan otak, bunuh diri dan depresi, kehilangan

memori,resiko tinggi terhadap perilaku seksual, kecanduan, pengambilan

keputusan terganggu, prestasi akademis yang buruk, kekerasan, dan kecelakaan

kendaraan bermotor,Lee Et Al 2001 ( dalam Sulistyowati, 2012).

Apabila dalam mengkonsumsi minuman keras atau alkohol dalam batas

tertentu tidak terlalu beresiko, namun dalam jangka pajang bisa menimbulkan

dampak yang merugikan kita sendiri terutama kerusakan pada organ tubuh kita,

seperti peradangan pada pankreas, liver, jantung, ginjal, saraf, sistem

pencernaan atau lambung, resiko kanker, dan gangguan pada otak

(Suseno,2014)

Tingginya angka konsumsi miras dikalangan remaja salah satunya

diakibatkan adanya persepsi yang tidak tepat. Persepsi merupakan pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkannya (Notoatmodjo, 2010). Karena

persepsi seseorang akan membentuk prasangka yang selanjutnya akan

mempengaruhi seseorang dalam berperilaku terhadap sesuatu yang ada


6

dilingkungannya. Persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri

individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena

perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama,

maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan

berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat

individual (Walgito, 2010). Dengan demikian persepsi yang muncul dari

remaja yang satu dengan yang lain terhadap minuman keras akan berbeda. Hal

ini disebabkan pengetahuan, kepercayaan dan nilai yang mendasari individu

masing-masing.

Pembentukan persepsi yang tepat sangatlah penting, karena persepsi

merupakan proses yang digunakan individu untuk mengelola dan menafsirkan

kesan indera mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan

mereka. Meski demikian, apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari

kenyataan obyektif. Tidak selalu berbeda, namun sering terdapat

ketidaksepakatan. Perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka

mengenai apa realitas yang ada, bukan mengenai realitas itu sendiri. Dunia

seperti yang dipersepsikan adalah dunia yang penting dari segi perilaku. Maka

dari itu apabila persepsi remaja mengenai minuman keras itu tepat maka akan

terhindar yang namanya minuman keras. Dengan persepsi yang tepat itulah

yang mendukung remaja terhindar dari perilaku mengkonsumsi miras.

Minuman merupakan kegiatan kelompok, hanya sedikit remaja yang mau

minum sendiri (Hurlock, 2012). Mengkonsumsi minuman keras pada remaja

dikarenakan ingin coba-coba dan pengaruh teman kelompok. Tingginya


7

perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja harus diantisipasi. Salah

satunya adalah dengan mengetahui persepsi tentang minuman keras pada anak

tersebut.

Berdasarkan masalah yang sudah di uraikan di atas, maka perlu di lakukan

pengkajian lebih mendalam kepada remaja tentang persepsi mengkonsumsi

minuman keras atau miras yang tidak baik bagi kesehatan. Maka perlu di

lakukan penelitian dengan judul “Hubungan Persepsi Remaja Tentang

Minuman Keras dengan Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras Pada

Remaja di Desa Runtu Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin

Barat”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka dapat

di susun rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara

persepsi remaja tentang minuman keras dengan perilaku konsumsi minuman

keras di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

konsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi persepsi remaja tentang minuman keras di Desa

Runtu.
8

2. Mengidentifikasi perilaku konsumsi minuman keras pada remaja di

Desa Runtu.

3. Menganalisis hubungan persepsi remaja tentang minuman keras

dengan perilaku konsumsi miras pada remaja di Desa Runtu.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Intitusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, manfaat dan

menambah pengetahuan, wawasan bagi dosen, staff, mahasiswa atau

mahasiswi Stikes ICME jombang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Remaja di Desa Runtu.

Manfaat penelitian ini bisa mengurangi perilaku remaja tentang

mengkonsumsi minuman keras yang akan berdampak negatif bagi

kesehatan.

2. Masyarakat

Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai perilaku minum-

minuman keras dikalangan remaja.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk peneliti selanjutnya sebagai

referensi, pengetahuan, wawasan, dan acuan awal penelitian tentang

perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,

perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencangkup:

berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan

kegiatan (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi duka

merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat

dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme

tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung

(Notoatmodjo, 2007, 131).

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada organisme tersebut

dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara

umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan

penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas

atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar atau modal untuk

perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara dua

faktor dalam rangka terbentuknya perilaku disebut proses belajar (learning

9
10

process) (Notoatmodjo,2007,132). Perilaku manusia terjadi melalui proses

sebagai berikut:

Stimulus Organisme Respons, sehingga teori skiner

ini disebut teori “S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku

merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan dan

respons. Ia membedakan adanya dua respons, yakni:

1. Respondent respons atau reflexive respons, ialah respons yang

ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-

perangsangan yang semacam itu disebut eliciting stimulasi, karena

menimbulkan respons-respons yang relatif tetap, misalnya, makanan

lezat menimbulkan keluarnya air liur, cahaya yang kuat akan

menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Pada umumnya

perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang

ditimbulkan.

Respondent respons (respondent behaviour) ini mencangkup juga

emosi respons atau emotional behaviour. Emotional respons ini timbul

karena hal yang kurang mengenakkan organisme yang bersangkutan,

misalnya menangis karena sedih atau sakit, muka merah (tekanan darah

meningkat karena marah). Sebaliknya hal-hal yang mengenakkan pun

dapat menimbulkan perilaku emosional misalnya,tertawa, berjingkat-

jingkat karena senang, dan sebagainya.


11

2. Operant respons atau instrumental respons, adalah respons yang timbul

dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang

semacam ini disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena

perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh

organisme. Oleh sebab itu, perangsang yang demikian itu mengikuti

atau memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.

Apabila seseorang anak belajar atau telah melakukan sesuatu

perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia akan menjadi lebih

giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut.

Dengan kata lain responsnnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.

Didalam kehidupan sehari-hari, respons jenis pertama (respondent

respons atau respondent behaviour) sangat terbatas keberadaannya

pada manusia. Hal ini disebabkan karena hubungan yang pasti antara

stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah

sangat kecil. Sebaliknya operant respons atau instrumental behaviour

merupakan bagian terbesar dari perilaku manusia, bahkan dapat

dikatakan tidak terbatas. Fokus teori skinner ini adalah pada respons

atau jenis perilaku yang kedua ini (Notoatmodjo,2007,133).

Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka perilaku manusia

dapat dikelompokan menjadi dua, yakni:

a. Perilaku terutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara
12

jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, pengetahuan, dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau covert

behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang

lain dari luar atau “observable behavior”.

2.1.2 Prosedur pembentukan perilaku

Seperti telah disebutkan diatas sebagian besar perilaku manusia adalah

operant respons. Untuk itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku ini

perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu, yang disebut operant

konditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant konditioning

ini menurut skinner adalah sebagai berikut.

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan

dibentuk.

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju

kepada terbentuknya perilaku yang di maksud.


13

3. Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai

tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadia untuk

masing-masing komponen tersebut.

4. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah

dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan

komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering

dilakukan. Kalau perilaku ini sudah terbentuk, kemudian dilakukan

komponen (peilaku) yang kedua yang diberi hadiah (komponen pertama

tidak memerlukan hadiah lagi), demikian berulang-ulang, sampai

komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen

ketiga, keempat dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang

diharapkan terbentuk.

Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan

menggosok gigi sebelum tidur. Untuk berperilaku eperti ini maka anak

tersebut harus:

a. Pergi ke kamar mandi ebelum tidur.

b. Mengambil sikat dan odol.

c. Mengambil air dan berkumur.

d. Melaksanakan gosok gigi.

e. Mnyimpan sikat gigi dan odol.

f. Pergi ke kamar tidur.


14

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi

masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen a-e), maka akan

dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. contoh di atas adalah

suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui opernt

conditoinng. Di dalam kenyataannya presedur itu banyak dan bervariasi

sekali dan lebih kompleks daripada contoh di atas. Teori skinner ini sangat

besar pengaruhnya terutama di Amerika Serikat. Kosep-konsep ‘behaviour

control’, ‘behaviour therapy’, dan’behaviour modification’ yang dewasa ini

berkembang adalah bersumber dari teori ini (Notoatmodjo,2007,134).

2.1.3 Bentuk perilaku

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons

organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar objek

tersebut. Respons ini membentuk dua macam, yakni:

1. Bentuk pasif adalah respons internal, yaitu yang terjadi didalam diri

manusia dan tidak secara tidak langsung dapat terlihat oleh orang lain,

misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.

Misalnya, seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu

penyakit tertentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke

puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain, seorang yang menganjurkan

orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri

tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut terlihat

bahwa si ibu telah tahu gunanya, imunisasi, dan contoh kedua orang

tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung


15

keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara

konkrit terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini

masih terselubung (convert behaviour).

2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa

anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan

pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah

menjadi akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak

dalam bentuk tindakan nyata, maka disebut (overt behaviour).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap

merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang

masih

2.1.4 Proses pembentukan perilaku

Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi

perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan (Notoatmodjo, 2014), yakni:

a. Awareness (kesadaran)

Yang dimaksud disini adalah dimana orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest ( merasa tertarik)

Orang tersebut merasa tertarik terhadap stimulus atau objek yang

diberikan. Sikap subyek sudah mulai timbul.

c. Evaluation ( menimbang-nimbang)
16

Orang tersebut akan menimbnag-nimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus bagi dirinya. Hal tersebut berarti sikap respon sudah lebih baik

lagi.

d. Trial

Dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption

Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (Notoatmodjo, 2014).

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Lawrence Green dikutip oleh (Notoadmojo, 2014) bahwa

perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi : yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

b. Faktor pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban.

c. Faktor pendorong : yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok retefensi

dari perilaku masyarakat.


17

2.1.6 Domain perilaku

(Benyamin Bloom, 1908, dikutip Notoatmodjo, 2014), membagi

perilaku itu kedalam 3 domain (ranah/kawasan) yang terdiri dari kognitife

(cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Ketiga

domain ini diukur dari:

1. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya).

2. Sikap ( Attiude)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.

3. Tindakan atau Praktik (practice)

Sikap adalah kecendrungan untuk bertindak (praktik). Sikap

belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya

tindakan perlu faktor lain, antara lain adanya fasilitas atau sarana

dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3

tingkatan menurut kualitasnya, yakni:

a. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan

sesuatu, tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)


18

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau

mempraktikkan sesuatu hal secara otomtis maka disebut

praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang

sudah berkembang, artinya apa yang dilakukan tidak

sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, ata tidakan perilaku yang

berkualitas.

2.1.7 Pengukuran perilaku

Pengukuran perilaku dapat dilakukan dengan 2 metoda, (Notoatmodjo,

2014) yaitu:

1. Langsung

Peneliti mengamati langsung atau mengobservasi perilaku subjek

yang diteliti. Misalnya mengukur perilaku ibu dalam memberikan

makanan kepada anak balitanya. Maka peneliti dapat mengamati ibu –

ibu balita dalam memberikan makanan pada anak balitanya. Untuk

memudahkan peneliti dalam mengamati, maka hal – hal yang akan

diamati dituangkan atau dibuat lembar titik atau (chek list).

2. Tidak Langsung

Pengukuran perilaku secara tidak langsung, berarti peneliti tidak

secara langsung mengamati perilaku reponden yang diteliti.


19

Pengukuran perilaku secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

beberapa cara, yaitu:

1) Metode mengingat kembali atau “recall”:

Metode “recall” ini dilakukan dengan cara responden atau

subjek penelitian diminta untuk mengingat kembali (recall),

terhadap perilaku atau tindakan pada waktu yang lalu. Lamanya

waktu yang diminta untuk diingat berbeda – beda, maka

pengukuran perilku seseorang untuk mengingat kembali perilaku

responden yang sudah dilakukan, dalam rentan waktu yang sudah

ditentukan. Rentan waktu yang ditentukan diserahkan pada peneliti

yang melakukan penelitian sesuai prilaku yang akan diamati.

2) Melalui orang ketiga atau orang lain yang “dekat” dengan subjek

atau responden:

Pengukuran perilaku seseorang (responden) dilakukan oleh

orang yang terdekat dengan resaponden yang diteliti. Misalnya

utuk mengamati kepatuhan minum obat pada penderita penyakit

tertentu, dapat melalui anggota keluarga pasien yang paling dekat,

misalnya melalui istri atau suami. Mengukur atau mengamati

partisipasi seseorang dalam masyaraka, dapat melelui tokoh

masyarakat setempat.

3) Melalui “indikator “ (hasil perilaku) responden:

Pengukuran perilaku ini dilakukan melalui indikator hasil

perilaku orang yang diamati. Misalnya peneliti akan mengamati

atau mengukur perilaku kebersihan diri atau (personal hygiene)


20

seorang murid sekolah, maka yang diamati adalah hasil perilaku

kebersihan diri, seperti kebersihan kuku, telinga, kulit, gigi dan

seterusnya.

Cara pengukuran perilaku dapat menggunakan teknik skala

Likert. Sekala Likert, yaitu: masing – masing responden diminta untuk

melakukan egreement atau disegreemen-nya untuk masing – masing

aitem. Dalam skala yang terdiri dari 5 point yaitu S (Selalu), Sr (Sering),

J (Jarang), P (Pernah), TP (Tidak Pernah). Semua aitem yang favorabel

kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk Selalu nilainya 5,

sedangkan untuk tidak pernah nilainya 1. Sebaliknya, untuk aitem yang

unfavorabel nilai skala Selalu nialainya adalah 1, sedangkan untuk yang

tidak pernah nilainya adalah 5. Skala likert disusun dan diberi skor

sesuai dengan skala interval sama (equal-intervalscale).

Penilaian perilaku menggunakan skala likert dengan kategori

sebagai berikut:

Tabel. 1 Pengukuran dan Penilaian Perilaku

Pernyataan Pesitif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Selalu (S) 5 Selalu (S) 1

Sering (Sr) 4 Sering (Sr) 2

Jarang (J) 3 Jarang (J) 3


21

Pernah (P) 2 Pernah (P) 4

Tidak pernah (TD) 1 Tidak pernah (TD) 5

Pernyataan perilaku yang berisi atau mengatakan hal positif

mengenai objek perilaku, yaitu kalimat yang bersifat mendukung atau

memihak pada objek perilaku, penyataan ini disebut pernyataan

favourable. Skala perilaku terdiri atas pernyataan – pernyataan

favourable dan non favourable dalam jumlah yang seimbang, Dengan

demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan semua

negatif, yang seolah – olah isi pernyataan perilaku tersebut mendukung

atau tidak mendukung terhadap objek perilaku.

Hasil perhitungan digunakan untuk pengelompokan perilaku

responden, menggunakan skor T yaitu:

50 + 10[X − X ]
𝑇=
S

Keterangan:

X = Skor responden pada skala perilaku yang hendak diubah menjadi

skor T.

X = Mean skor kelompok

S = Standar deviasi skore kelompok

Keterangan hasil:

Perilaku positif: jika T hitung > T mean


22

Perilaku negatif: jika T hitung < T mean

2.2 Persepsi

2.2.1 Definisi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indra atau juga disebut proses sensori. Namun proses itu tidak

berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses

selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak

dapat lepas dari proses penginderaan (Walgito,2010)

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus

(Notoatmodjo,2010)

Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat

dan kadang kita tidak sadari, dimana kita dapat mengenali stimulus yang

kita terima. Persepsi yang kita miliki ini dapat mempengaruhi tindakan kita

(Notoatmodjo,2010). Robbin (dalam Notoatmodjo,2010,98)

mendefinisikan persepsi sebagai proses dimana seseorang

mengorganisasikan dan menginterprestasikan sensasi yang dirasakan

dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungan.

Persepsi adalah proses dimana kita mengorganisasi dan menafsirkan

pola stimulus ini dalam lingkungan (Atkinson dkk,1983).


23

2.2.2 Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi

Seperti yang dipaparkan diatas bahwa dalam persepsi individu

mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang diterimanya,

sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang

bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus

merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi. Berkaitan

dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan

adanya beberapa faktor, yaitu:

1. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung

mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun

sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus.

Disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor kepusat susunan syaraf,

yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan

respon diperlukan syaraf motoris.

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan

dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan


24

atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada

sesuatu atau sekumpulan objek.

2.2.3 Proses terjadinya persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek

menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu menjadi satu,

misalnya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit,

sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau

proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf

sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.

Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga

individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang

diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah

yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat

dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialah individu

menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang dengar, atau apa

yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini

merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi

sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu

dalam berbagai macam bentuk.

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah

persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukan


25

bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu

dikenai sebagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya.

Namun demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk

dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon

dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.

2.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Miftah Toha (2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal: perasaan, sikap, dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,

gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,

pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu

objek.

2.2.5 Organisasi Persepsi

Dalam organisme atau individu mengadakan perepsi timbul suatu

masalah apa yang dipersepsikan terlebih dahulu, apakah bagian merupakan

hal yang dipersepsikan lebih dahulu, baru kemudian keseluruhannya,

ataukah keseluruhan dipersepsikan lebih dahulu baru kemudian bagian-

bagiannya. Hal ini berkaitan bagaimana seseorang mengorganisasikan apa

yang dipersepsikan (Walgito,2010,104).


26

Kalau organisme dalam mempersepsi sesuatu bagiannya lebih dahulu

dipersepsikan baru kemudian keseluruhannya, ini berarti bagian merupakan

hal yang primer dan keseluruhan merupakan hal yang sekunder, sedangkan

kalau keseluruhan dahulu yang dipersepsi baru kemudian bagian-bagiannya,

maka keseluruhannya merupakan hal yang primer, dan bagian-bagiannya

merupakan hal yang sekunder. Misalnya dalam seseorang mempersepsi

sebuah sepeda motor, ada kemungkinan orang tersebut mempersepsi

bagian-bagiannya terlebih dahulu baru kemudian keseluruhannya. Namun

demikian ada pula kemungkinan orang tersebut mempersepsi

keseluruhannya dahulu baru kemudian bagian-bagiannya

(Walgito,2010,104).

2.2.6 Pengukuran Persepsi

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam

penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti,

yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian (Sugiyono,2011).

Menurut Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan

menggunakan skala likert, dengan kategori sebagai berikut:

a. Pernyataan Positif/Pernyataan Negatif

Sangat setuju :SS

Setuju :S

Ragu-ragu :R

Tidak Setuju :TS


27

Sangat Tidak Setuju :STS

Penilaian persepsi menggunakan skala likert dengan kategori

sebagai berikut:

Tabel. 2 Pengukuran dan Penilaian persepsi

Pernyataan Pesitif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat setuju (SS) 5 Sangat tidak setuju (STS) 1

Setuju (S) 4 Tidak setuju (TS) 2

Ragu – ragu (R) 3 Ragu – ragu (R) 3

Tidak setuju (TS) 2 Setuju (S) 4

Sangat tidak setuju (STS) 1 Sangat setuju (SS) 5

Hasil perhitungan digunakan untuk pengelompokan persepsi

responden, menggunakan skor T yaitu:

50 + 10[X − X ]
𝑇=
S

Keterangan:

X = Skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah menjadi

skor T.

X = Mean skor kelompok

S = Standar deviasi skore kelompok


28

b. Kriteria pengukuran persepsi yakni:

Persepsi positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner >

T mean.

Persepsi negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner <

T mean.

2.3 Remaja

2.3.1 Definisi

Masa remaja (adolescence) adalah masa perkembangan yang

merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai

sekitar pada usia 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga

21 tahun. Dalam menelusuri masa remaja, kita harus tetap mengingat bahwa

tidak semua remaja sama (Dryfoos dkk,2006 (dalam Laura

A.King,2010,188)).

Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa

perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah

kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan

perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf ,2015,184).

Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen

kepada orang tua kearah independen, (2) minat seksualitas, dan (3)

kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai

etika, dan isu-isu moral (Salzman dan pikunas, 1976 (dalam Yusuf

,2015,71).
29

Pikunas juga mengemukakan pendapat William Kay, yaitu bahwa tugas

perkembangan tugas utama remaja adalah memperoleh kematangan sistem

moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belumlah

sempurna, jika tidak memiliki kode moral yang dapat diterima secara

universal. Selanjutnya, William Kay mengemukakan tugas-tugas

perkembangan remaja itu sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang

mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar

bergaul dengan teman sebaya atau oarang lain, baik secara individual

mauapun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuan sendiri.

f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar

skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung).

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

2.4 Minuman Keras

2.4.1 Definisi

Minuman keras adalah berbagai macam jenis minuman beralkohol

mengendung ethanol (ethyl alkohol). (Joewana, dalam sari 2008) Contohnya


30

: bir, anggur, brandy, wiski, vodka, arak, tual dan lain-lain. Masalah yang

timbul dari tingkah laku orang mabuk alkohol akan ditinjau secara

sosiologis, karena tinjauan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tinjauan

sosiologis yang berkaitan dengan masalah ini.

Alkohol menekan kerja otak (depresansia). Setelah diminum, alkohol

diserap oleh tubuh dan masuk ke dalam pembuluh darah. Alkohol dapat

menyebabkan mabuk, jalan sempoyongan, bicara cadel, kekerasan atau

perbuatan merusak, ketidakmampuan belajar dan lain-lain. (Joewana, dalam

sari 2008).

Alkohol dalam jumlah sedikit, alkohol tampaknya dapat meningkatkan

energi dan membuat orang merasa lebih bergairah dan ramah.

Kenyataannya, alkohol adalah depresan sistem syaraf pusat, bukan stimulusi

atau perangsang. Rasa stimulan timbul dari kemampuan mengendurkan

beberapa pengekangan perilaku sosial (Atkinson dkk, 1983, 268).

Dengan konsentrasi 0,03 sampai 0,05 persen dalam darah, alkohol

dapat menimbulkan sedikit kepeningan, relaksasi, dan pelepasan berbagai

hambatan. Pada konsentrasi 0,1 persen (misalnya setelah 3 gelas kecil

koktail atau 3 botol bir) fungsi sensorik dan motor secara nyata terganggu.

Pembicaraan tidak jelas, dapat juga sulit mengkoordinasi gerakan tangan

dan kaki. Sebagian orang cenderung menjadi pemarah dan agresif,

sebagaian lagi menjadi pendiam dan pemurung (Atkinson dkk, 1983).


31

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mengkonsumsi minuman

keras

Agung 2015 mengatakan, Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi

Seseorang Menggunakan Minuman Keras:

1. Pengangguran

Penggangguran adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki

pekerjaan sama sekali/sedang berusaha untuk memperoleh pekerjaan

tetapi belum mendapatkannya. Masalah penggangguran seringkali

membuat seseorang menjadi frustasi jika belum mendaptkan pekerjaan

yang diinginkannya dan membuat hidup menjadi tidak berarti lagi,

terkadang dapat membawa pada kehidupan yang kelam seperti

mengkonsumsi minuman keras.

Informan mengatakan bahwa mereka mengkonsumsi minuman

keras hanya sebagai pelarian saja, ada yang menkonsumsi miras karena

merasa jengkel dengan hidupnya, ada yang mengkonsumsi miras hanya

untuk bersenang-senang bareng sama anggota ngumpul, dan ada yang

mengkonsumsi miras karena terpaksa dilakukan daripada tidak ada

yang dikerjakan. Informan juga mengatakan, bahwa kesulitan

mendapatkan pekerjaan membuat mereka lebih memilih mengganggur

saja dan lebih memilih menghabiskan waktu untuk bersenang-senang

dan ngumpul bareng sama teman-teman dan anggota ngumpul sambil

mengkonsumsi minuman keras jenis bir.


32

2. Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas adalah melencengnya pergaulan seseorang dari

pergaulan yang benar. Pergaulan bebas ini kerap diidentikkan sebagai

bentuk pergaulan diluar batas kewajaran. Pergaulan bebas ini

merupakan produk dari era globalisasi, seperti yang kita ketahui bahwa

globalisasi bisa dengan mudah menyerang aspek dan segi kehidupan

masyarakat. Tak peduli besar kecil, tua muda, pria wanita yang mana

semua bisa terkena dampak dari globalisasi.

Setiap manusia pasti selalu mempunyai sifat ingin tahu tentang

segala sesuatu yang belum/kurang diketahuinya dampak

buruk/negatifnya, misalnya saja ingin tahu bagaimana rasanya

mengkonsumsi minuman keras. Individu yang awalnya bukan

peminum dan mempunyai rasa keingintahuan dengan cara mencoba-

coba yang akhirnya dapat menjadi sebuah kebiasaa. Selain itu adanya

ajakan/tawaran baik dari orang-orang terdekat seperti saudara, bahkan

teman sendiri untuk mengkonsumsi minuman keras merupakan contoh

model pergaulan yang tidak baik.

3. Kenikmatan

Minuman keras selalu mempunyai kenikmatan tersendiri bagi

yang meminumnya, tak terkecuali bagi mereka yang sudah biasa

mengkonsumsi minuman keras tersebut akan merasakan kenikmatan

yang berarti bagi dirinya sendiri. Kenikmatan yang dirasakan setelah

mengkonsumsi minuman keras antara lain bahwa si peminum

merasakan lebih percaya diri, pemberani, senang, santai, pikiran


33

tenang, perasaan seperti melayang-layang, persahabatan menjadi kuat,

perasaan malu agak berkurang, dan menyenangkan.

Berdasarkan hasil informasi yang diperoleh dari informan melalui

hasil pengamatan dilapangan bahwa kenikmatan merupakan salah satu

pendorong seseorang untuk mengkonsumsi minuman keras tersebut.

Karena kenikmatan yang diberikan setelah mengkonsumsi miras

tersebut dapat membuat si peminum menjadi ketagihan dan ingin

mengkonsumsi minuman keras tersebut secara berulang-ulang.

2.4.3 Dampak minuman keras pada tubuh

1. Gangguan mental organik

Gangguan ini akan mengakibatkan perubahan perilaku, seperti bertindak

kasar, gampang marah sehingga memiliki masalah dalam lingkungan

sekitar. Perubahan fisiologi seperti mata juling, muka merah, dan jalan

sempoyongan. Perubahan psikologis seperti susah konsentrasi, sering

ngelantur dan gampang tersinggung.

2. Merusak daya ingat

Mengkonsumsi minuman keras dapat menghambat perkembangan

memori dan sel-sel otak.

3. Odema otak

Pembengkakan dan terbendungnya darah dijaringan otak. Sehingga

mengakibatkan gangguan koordinasi dalam otak secara normal.

4. Serosis hati
34

Peradangan sel hati secara luas dan kematian sel dalam hati akibat terlalu

banyak minum-minuman keras.

5. Gangguan jantung

Terlalu banyak minum-minuman keras dapat membuat kerja jantung

tidak berfungsi dengan baik.

6. Gastritis

Radang atau luka pada lambung. Ini biasanya diakibatkan gara-gara

muntah akibat minuman keras, karena lambung harus memompa secara

paksa keluar zat-zat adiktif yang beracun dalam tubuh.

2.5 Konsep hubungan persepsi dengan perilaku konsumsi minuman keras

Minuman keras adalah berbagai macam jenis minuman beralkohol

mengendung ethanol (ethyl alkohol). (Joewana, dalam sari 2008) Contohnya

: bir, anggur, brandy, wiski, vodka, arak, tual dan lain-lain. Masalah yang

timbul dari tingkah laku orang mabuk alkohol akan ditinjau secara

sosiologis, karena tinjauan yang dipakai dalam penelitian ini adalah tinjauan

sosiologis yang berkaitan dengan masalah ini. Alkohol dalam jumlah

sedikit, alkohol tampaknya dapat meningkatkan energi dan membuat orang

merasa lebih bergairah dan ramah. Kenyataannya, alkohol adalah depresan

sistem syaraf pusat, bukan stimulusi atau perangsang. Rasa stimulan timbul

dari kemampuan mengendurkan beberapa pengekangan perilaku sosial

(Atkinson dkk, 1983, 268).

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus


35

(Notoatmodjo,2010). Menurut miftah Toha (2003) faktor-faktor yang

mempengaruhi perepsi seseorang ada faktor internal dan eksternal, faktor

internal seperti perasaan, sikap, dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik,

gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

Sedangkan faktor eksternal seperti latar belakang keluarga, informasi yang

diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran,

keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak

asingan suatu objek.

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau

aktifitas organisme yang bersangkutan. Perilaku dan gejala perilaku yang

tampak pada organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik

(keturunan) dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Lawrence

Green dikutip oleh (Notoadmojo, 2014) bahwa perilaku itu sendiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Faktor predisposisi : yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai. Faktor

pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersediannya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya

puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban. Faktor pendorong :

yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas

lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilaku masyarakat.

Persepsi dan Perilaku yang dimaksud adalah persepsi dan perilaku

pengkonsumsi minuman keras pada remaja, karena mengkonsumsi

minuman keras diusia remaja akan berdampak negatif bagi kesehatan. disini
36

lah orang tua mempunyai peranan penting dalam menjaga anaknya agar

tidak terjerumus dalam minuma-minuman keras , dengan tujuan menjadikan

remaja yang sehat fisik dan moral. Sehingga, diharapkan persepsi dan

perilaku remaja tidak lagi mengkonsumsi minuman keras demi menuju

remaja yang sehat.

2.6 Penelitian Terkait

Yang pertama adalah penelitian dari Dwi Agus Suseno dkk pada

tahun 2014 yang berjudul “Perilaku Mengkonsumsi Minuman Keras

Dikalangan Remaja Awal di Grobongan”. Metode yang digunakan adalah

deskriftif kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menanggulangi kalangan

remaja yang mempunyai kebiasaan minum miras dengan cara mengedukasi

kepada masyarakat, pembeli dan penjual terkait bahaya konsumsi miras.

Komitmen pihak pemerintah terkait dengan pengendalian peredaran dan

distribusi miras di lingkungan. Penyuluh atau promosi Kesehatan tentang

bahaya miras khususnya petugas dari Puskesmas. Hasil penelitian

didapatkan umur subyek penelitian antara 12-15 tahun. Sebagian besar

subyek penelitian mengatakan bahwa pertama kali minum minuman keras

yaitu pada saat duduk di kelas VII MTs. Namun ada juga pertama kali

minum minuman keras pada saat duduk di kelas VI SD. Remaja tersebut

mengkonsumsi minum minuman keras di Poskamling kampung. Alasan

remaja tersebut minum adalah karena ingin tahu, supaya dianggap seperti

preman, gaul dan percaya diri. Hasil penelitian diketahui sebagian besar

subjek penelitian mengetahui bahwa miras merupakan minuman yang

memabukan, dimana rata-rata konsumsi miras tiap dua minggu sekali dan
37

bisa juga seminggu sekali. Diketahui juga bahwa setiap konsumsi

menghabiskan dua botol saat bersama teman-teman.

Yang kedua adalah penelitian dari Verdian Nendra Dimas Pratama

pada tahun 2013 yang berjudul “Perilaku Remaja Pengguna Minuman Keras

di Kabupaten Lumajang”. Metode yang digunakan adalah kuantitatif

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan Untuk

mempelajari serta mengkaji lebih dalam tentang perilaku remaja pengguna

minuman keras di Kota Lumajang, khususnya remaja yang bertempat

tinggal di Desa Jatigono kecamatan Kunir. Hasil penelitian diketahui bahwa

remaja yang berpengetahuan baik sebanyak 20 (46,5%), remaja yang

berpengetahuan kurang baik ada 7 (16,3%). Sementara itu remaja yang

bersikap baik sebanyak 24 (55,8%), Remaja yang bersikap kurang baik ada

4 (9,3%). Sedangkan remaja yang mempunyai tindakan baik sebanyak 25

(58,1%), remaja yang mempunyai tindakan kurang baik sebanyak 18

(41,9%). Untuk hasil penelitian perubahan perilaku pada remaja diketahui

bahwa mayoritas responden tidak ingin berubah sebanyak 48,8% , dan tidak

tahu ingin berubah atau tidak ingin berubah sebanyak 16,3%. Sedangkan

jumlah responden yang ingin berubah sebanyak 34,9%.

Yang ketiga adalah penelitian dari agung pada tahun 2015 yang

berjudul ”Perilaku Sosial Pengguna Minuman Keras di Samarinda”. Metode

yang digunakan adalah deskripsi kualitatif . Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Perilaku sosial pengguna minuman keras yang dikaitkan

dengan norma-norma sosial di Kelurahan Sungai Dama Kota Samarinda.

Hasil penelitian diketahui bahwa bentuk-bentuk perilaku pengguna


38

minuman keras sangat beragam yaitu meliputi pencurian, free sex (seks

bebas), pemalakan, dan tawuran/perkelehian, sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang menggunakan minuman keras antara lain,

meliputi pengangguran, pergaulan bebas, dan kenikmatan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku:


Faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi: 1. Faktor Prediposisi:
1. Faktor internal a. pengetahuan,
a. Perasaan b. sikap,
b. Sikap c. keyakinan.
c. Kepribadian individu 2. Faktor pendukung:
d. Keinginan atau harapan a. lingkungan fisik.
2. Faktor eksternal 3. Faktor pendorong:
a. Latar belakang keluarga a. sikap
b. Informasi yang diperoleh (Notoadmojo, 2014)
c. Pengetahuan dan kebutuhan sekitar
(Toha, 2003)

Persepsi remaja tentang minuman keras Perilaku remaja tentang mengkonsumsi


minuman keras

Indikator pengukuran Indikator pengukuran


perilaku: perilaku:
Indikator persepsi Indikator persepsi
Positif Negatif
Positif Negatif
1. Peningkatan 1. Penurunan tingkat
1. Cenderung tingkat kesehatan kesehatan remaja
1. Cenderung
menerima. remaja. 2. Mempengaruhi
menolak.
2. Mengetahui 2. Sebagai sosial remaja
2. Tidak sesuai
bahaya dari pengobatan 3. Cenderung
dengan pola
permasalaha 3. Sosial remaja bertindak kriminal
pikir.
n. normal dan tanpa 4. Gangguan
3. Berpikir
3. Berpikir ada tindakan perkembangan
salah.
benar. kriminal. otak
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah pemikiran yang diturunkan dari beberapa teori

maupun konsep yang sesuai masalah penelitian, sehinga memunculkan asumsi

– asumsi yang berbentuk bagan alur pemikiran, yang dapat dirumuskan

kedalam hipotesis yang dapat diuji (Sujarweni, 2014). Adapun kerangka

konseptual dapat dilihat pada gambar 3.1

Persepsi remaja tentang minuman keras Perilaku remaja tentang


mengkonsumsi minuman keras

Positif Negatif
Positif Negatif

Keterangan kerangka konseptual:

: Diteliti
: Mempengaruhi yang diteliti

Gambar 3.1 kerangka konseptual persepsi dan perilaku mengkonsumsi minuman

keras pada remaja.

39
40

Persepsi remaja tentang minuman keras dipengaruhi faktor internal, seperti

Perasaan, Sikap, Kepribadian, individu Keinginan atau harapan. Faktor

eksternal, seperti latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

pengetahuan dan kebutuhan sekitar, akan menimbulkan persepsi positif dan

persepsi negatif, mempengaruhi perilaku remaja dalam mengkonsumsi

minuman keras juga dipengaruhi oleh faktor Prediposisi, pengetahuan, sikap,

keyakinan. Faktor pendukung, lingkungan fisik. Faktor pendorong,sikap.yang

akan menimbulkan perilaku antara perilaku positif dan perilaku negatif.

3.2. Hipotesis

Hipotesis Merupakan dugaan sementara dari 2 kemungkinan jawaban,

yang disimbolkan dengan H. Kemungkinan jawaban tersebut dipilih

berdaasarkan teori dan penelitian terdahulu (Sujarweni, 2014). Adapun

hipotesis dari penelitian ini yaitu:

H1: Ada hubungan antara persepsi dan perilaku mengkonsumsi minuman keras

pada remaja di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten

Kotawaringin Barat.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif, penelitian

dengan metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi dan sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2011).

4.2. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu strategi atau tahapan untuk mencapai

tujuan penelitian, yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau

penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2008, didalam

Sujarweni, 2014). Hal tersebut menunjukan bahwa desain penelitian

merupakan gambaran dari langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti

untuk mencapai tujuan dari penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dari persepsi dan perilaku pada

remaja dalam mengkonsumsi minuman keras. Penelitian ini menggunakan

desain penelitian analitik correlation dengan pendekatan cross sectional,

dimana penelitian untuk mengetahui hubungan antar variable dan data yang

akan diambil dari variable bebas dan variable tergantung diambil dalam waktu

yang bersamaan (Suparyanto, 2011, didalam Sujarweni, 2014).

41
42

4.3. Waktu Dan Tempat Penelitian

4.3.1. Waktu penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari mualainya

perumusan masalah sampai dapat ditarik kesimpulan, yang dimulai dari

bulan februari sampai juli 2017.

4.3.2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Runtu, Kecamatan Arut Selatan,

Kabupaten Kotawaringin Barat.

4.4. Populasi, Sample Dan Sampling

4.4.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2011). Populasi penelitian ini adalah seluruh remaja di Desa Runtu yang

berjumlah 50 remaja.

4.4.2. Sample dan Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut, sedangkan sampling adalah merupakan teknik

pengambilan sampel (Sugiyono, 2011). Teknik sampling yang digunakan

pada penelitian ini adalah total sampling.


43

4.5. Kerangka Kerja

Kerangka kerja adalah suatu langka-langkah atau tahapan tenelitian dari

awal perumusan masalah sampai dapat dilakukannya penarikan kesimpulan

(Nursalam, 2011 didalam Saputro, 2016). Kerangka kerja penelitian ini dapat

dilihat pada gambar 4.5


Perumusan masalah

Populasi
Seluruh remaja pria di Desa Runtu, sejumlah 50 remaja

Sampling
Total sampling

Desain penelitian
Analitik korelasi
(cross sectional)

Pengambilan data
kuesioner

Pengolahan data
Editing, coding, scoring,
tabulating

Univariat Analisa data Bivariat

Kesimpulan

Gambar 4.5 Kerangka Kerja penelitian persepsi dan perilaku pada tentang
mengkonsumsi minuman keras di Desa Runtu.
44

4.6. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sifat yang akan diukur atau diamati yang nilainya berbeda

antara satu objek dengan objek yang lain (Sujarweni, 2014). Pada penelitian ini

menggunakan 2 variable meliputi:

1. Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi penyebab timbulnya variabel

dependen. Independen dalam penelitian ini adalah persepsi tentang

minuman keras.

2. Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Adapun variabel dependen

dalam penelitian ini adalah perilaku mengkonsumsi minuman keras


45

4.7. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan variabel penelitian untuk memahami

arti setiap variabel sebelum dilakukan analisis (Sujarweni, 2014). Definisi

operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7

Kriteria dan
No Definisi Alat
Variabel Parameter Skala
Sekor
. Operasional Ukur

1. Variabel Cara pandang 1. Kognitif Kuesioner N Skala likert


independent: atau pendapat 2. Afektif O Pernyataan
persepsi remaja tentang 3. Konotatif M positif:
tentang minuman I ST=5
minuman keras,dengan N S=4
keras sudut pandang A R=3
positif atau L TS=2
negatif terhadap STS=1
minuman keras. Pernyataan
negatif:
ST=1
S=2
R=3
TS=4
STS=5
Kriteria:
Positif jika T hitug
> T mean
Negatif jika T
hitung < T mean
(Notoatmodjo,
2014)

2. Variabel Tindakan secara 1. Mengkonsu Kuesioner N Perilaku


dependent: langsung terhadap msi minum- O mengkonsumsi
perilaku mengkonsumsi minuman M minuman keras jika
keras
mengkonsu minuman keras I pernah dan minum-
msi N minuman keras.
minuman A
keras pada L Perilaku tidak
remaja mengkonsumsi
minuman keras
jika tidak pernah
dan minum-
minuman keras
4.8. Pengumpulan Data dan Analisa Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data atau informasi dari responden sesuai lingkup penelitian

(Sujarweni, 2014). Pengumpulan data merupakan tahap mendapatkan data dari

responden dengan menggunakan alat atau instrumen.

4.8.1. Instrumen

Instrumen adalah alat ukur yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatan pengumpulan data, agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan mempermudah peneliti. Pembuatan instrumen harus

mengacu pada variabel penelitian, definisi operasional dan skala

pengukuranya (Arikunto, 2000 didalam Sujaarweni, 2014). Instrumen

yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dari dua variabel,

jumlah pertanyaan dalam kuesioner dari variabel persepsi tentang

minuman keras dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras pada

remaja, perlu dilakukan pengujian, melaului uji validitas dan uji

reliabilitas.

Uji validitas dan uji reliabilitas perlu dilakukan, agar kuisioner yang

dibuat lebih akurat dan dapat dipertanggung jawabkan. Berikut penjelasan

uji validitas dan relibilitas sebagai berikut:

1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur

(kuesioner) yang dibuat benar-benar mengukur apa yang ingin

peneliti ukur. Apabila kuesioner yang telah dibuat sudah memiliki

validasi yang konstruk, hal tersebut menunjukan bahwa

62
63

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, telah

mengukur variable yang yang kita ukur. Uji validitas dalam

penelitian ini diukur dengan korelasi pearson product moment,

yaitu dengan menganalisis setiap pertanyaan dengan

mengkorelasikan setiap pertanyaan dengan skor total yang

merupakan jumlah skor setiap pertanyaan (Notoadmojo, 2010).

Uji validitas dapat dilakukan menggunakan pearson product

moment, dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS 16,

maka dikatakan valid, jika r tabel < r hitung dengan nilai siginifikan

r tabel 0,05 (5%).

N  x. y   x  y 
rxy 
N  x 2

  x  N  y 2   y 
2 2

Keterangan:

rxy : Korelasi

N : Jumlah sampel

Valid rxy > rxy tabel

Tidak valid rxy < rxy table

Setelah dilakukan uji validitas pada tanggal 01 juni 2017

pada remaja di Desa Sulung, dengan bantuan program atau aplikasi

SPSS 16 didapatkan rtabel = 0,4438 dengan derajat kebebasan 0,05


64

adapun dari 15 pernyataan persepsi tentang minuman keras

semuanya valid.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks untuk melihat seberapa jauh alat

ukur bisa digunakan atau diandalkan. Hal ini menunjukan bahwa

hasil dari kuesioner tersebut bisa konsisten. Perhitungan reliabilitas

harus dengan kuesioner yang sudah divalidasi. Teknik uji

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik ekuivalen,

yaitu dengan melakukan pengujian kuisioner cukup sekali,

instrumen yang diuji ada dua (2) dan berbeda, pada responden yang

sama. Reliabiltas diukur dengan cara mengkorelasikan instrumen

yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya, bila

korelasi positif atau signifikan, maka instrumen tersebut dapat

dinyatakan valid (Sujarweni, 2014), penghitungan jumlah skor dari

ke dua instrumen dengan menggunakan teknik korelasi product

moment.

Uji reliabilitas menggunakan program komputer yaitu SPSS 16.

Sebuah kuisioner dikatan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,5

atau mendekati 1. Mengetahui reliabilitas digunakan rumus Alpha

sebagai berikut (Arikunto, 2010):

 k    b 
2

rxy    1 2 
 k  1   t 
65

Keterangan:

rxy : Realibilitas

k : Jumlah butir soal

2b : Varian skor setiap butir

2t : Varian total

Hasil uji reabilitas yang telah dilakukan didapatkan cronbach

alpha (0,932) > 0,6, yang artinya koesioner dinyatakan reliabel.

4.8.2. Prosedur penelitian

Dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil

dari objek yang diteliti, terdapat prosedur-prosedur yang perlu dilakukan,

sebagai berikut:

1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES BCM Pangkalan

Bun.

2. Meminta izin melakukan penelitian dengan melampirkan surat

pengantar dari kampus, kepada kepala desa runtu.

3. Menjelaskan tujuan dan maksud dari penelitian, kepada calon

responden. Jika calon responden setuju untuk menjadi responden

dalam penelitian, responden diminta untuk mengisi lembar

persetujuan menjadi responden (informed consent).

4. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan mejelaskan

cara pengisian jawaban kepada responden.

5. Memastikan kejelasan terhadap jawaban responden.


66

6. Setelah kuesioner terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa

data.

7. Menyusun laporan dari hasil analisa data dan menyimpulkan hasil

dalam bentuk deskriptif.

4.8.3. Pengolahan data

Pengolahahan data adalah tahap pemberian skor dari isi kuesioner

(pertanyaan-pertanyaan) pervariabel (Sujarweni, 2014). Skor yang

diberikan pada variabel persepsi tentang minuman keras dan perilaku

mengkonsumsi minuman keras pada remaja, sesuai cara atau skala

pengukuran variabel tersebut. Cara pengukuran variabel dalam

penelitian ini menggunkan skala likert. pengolahan data dilakukan

meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Editing yaitu memeriksa kelengkapan dan kejelasan

pengisian instrumen pengumpulan data.

2. Coding

Coding yaitu tahap pengklasifikasian data atau pemberian

kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori sama,

diperoleh dari sumber data yang diperiksa kelengkapannya. Kode

adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang

memberikan petunjuk atau identitas pada suatu data yanng

dianalisi.
67

Pengolahan data jawaban bisa lebih mudah dengan sistem

Coding, penelitian ini dibagi menjadi data umum dan data khusus

sebagai berikut:

1. Data umum

1) Responden

a. Responden 1 diberi kode :R1

b. Responden 2 diberi kode :R2 dan seterusnya.

2) Umur

a. Umur 12-15 tahun diberi kode :U1

b. Umur 15-18 tahun diberi kode :U2

c. Umur 19-22 tahun diberi kode :U3

3) Tingkat Pendidikan

a. Tidak Sekolah diberi kode :T1

b. SD diberi kode :T2

c. SMP diberi kode :T3

d. SMA diberi kode :T4

e. Perguruan Tinggi diberi kode :T5

4) Pekerjaan

a. Siswa atau pelajar :P1

b. Buruh diberi kode :P2

c. Wiraswasta diberi kode :P3

d. Swasta diberi kode :P4


68

5) Sumber membeli minuman keras

a. Uang jajan :Sm1

b. Hasil kerja :Sm2

c. Iuran dengan teman :Sm3

d. Uang teman :Sm4

2. Data khusus

1) Kriteria Persepsi

a. Positif :KP1

b. Negatif :KP2

2) Perilaku mengkonsumsi minuman keras

a. Mengkonsumsi :M1

b. Tidak mengkonsumsi :M2

3. Scoring

Scoring merupakan tahap pemberian nilai dari masing-

masing pertanyaan dan hasil penjumlahan hasil scoring. pemberian

scoring pada kuesioner persepsi tentang minuman keras, dan

perilaku remaja mengkonsumsi minuman keras, menggunakan

skala likert. pemberian skoring pada dua variabel sebagai berikut:

1. Variabel persepsi remaja tentang minuman keras

a) Pernyataan atau pertanyaan positif

1. Sangat setuju, skor (5)

2. Setuju, skor (4)

3. Ragu-ragu, skor (3)

4. Tidak setuju, skor (2)


69

5. Sangat tidak setuju, skor (1)

b) Pernyataan atau pertanyaan Negatif

1. Sangat setuju, skor (1)

2. Setuju, skor (2)

3. Ragu-ragu, skor (3)

4. Tidak setuju, skor (4)

5. Sangat tidak setuju, skor (5)

Dengan kategori: positif bila T > mean, negatif bila T < mean

4. Tabulating

Tabulating merupakan tahapan mencatat atau

mengelompokkan data yang sudah lengkap, dan sesuai variabel

yang diteliti ke dalam tabel induk penelitian (Sujarweni, 2014).

Hasil yang diperoleh dari perhitungan dimasukkan dalam tabel

induk penelitian. Seluruh jawaban dari pertanyaan atau pernyataan

persepsi tentang minuman keras, dimasukkan ke dalam tabel

tabulasi untuk mengetahui jumlah yang berpersepsi positif dan

negatif, dan jawaban dari pertanyaan atau pernyataan variabel,

perilaku remaja mengkonsumsi minuman keras, dimasukkan

dalam tabel tabulasi untuk mengetahui jumlah perilaku positif dan

negatif.
70

Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan

menggunakan skala kumulatif (Arikunto 2010) :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden

50 % = Setengah responden

26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya

1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden

0% = Tidak ada satupun dari responden.

4.8.4. Analisa data

Analisa data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia,

kemudian diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk

menjawab rumusan masalah dalam penelitian (Sujarweni, 2014).

Tahapan menganalisa data meliputi:

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo,

2005 didalam Sujarweni, 2014). Pada umumnya dalam analisis

ini akan menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2010) yaitu persepsi tentang minuman

keras dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras. Persepsi

remaja dikatakan positif jika T hitung > T Mean, dan negatif

apabila T hitung < T mean.


71

Kemudian dari jawaban responden masing-masing item

pertanyaan dihitung tabulasi. Untuk persepsi dikategorikan

menjadi positif dan negatif dengan menghitung terlebih dahulu

skor-T.

Untuk mencari T-skor menggunakan rumus (Azwar, 2011).

X  X 
T  50  10 
 SD 

Dimana :

X : Skor responden pada skala persepsi yang hendak diubah

menjadi skor T

X : Mean skor kelompok

sd : Deviasi standar skor kelompok

Untuk mencari s digunakan rumus :

2
 

 X  X 
SD   
n 1

SD : varian skor pernyataan

n : jumlah responden

Skor T responden
Skor mean T =
Jumlah responden

Positif jika T hitung ≥ T mean atau ≥ 50

Negatif jika T hitung < T mean atau < 50


72

Analisa univariat untuk menggambarkan besarnya

persentase besarnya data dilakukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

f
P= X 100 %
N

Keterangan :

P :Prosentase
F :Frukensi Jawaban
N :Jumlah Responden
2. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua

variabel. Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan

antara variabel. Dua variabel tersebut disimpulkan, misalnya

dengan mencari hubungan antar variable x1 dengan x2

(Notoadmodjo, 2005 didalam Sujarweni, 2014).

Untuk mengetahui hubungan antara dua variable apakah

signifikan atau tidak signifiakan atau kebenaran 0,05 dengan

menggunakan uji Chi Square dengan bantuan program

komputer SPSS 16, dimana nilai p <  = 0,05, maka ada

hubungan antara persepsi remaja tentang minuman keras

dengan perilaku remaja mengkonsumsi minuman keras,

sedangkan jika nilai p >  = 0,05, maka tidak ada hubungan

antara persepsi remaja tentang minuman keras dengan perilaku

remaja mengkonsumsi minuman keras.


73

4.9. Etika Penelitian

4.9.1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum

penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk

menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

4.9.2. Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

4.9.3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset .
74

4.10 Keterbatasan Penelitian

1. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner, yang mana sudah

tersedia pilihan dari setiap jawaban, sehingga jawaban yang diberikan

responden masih kurang memuaskan jika dibandingkan dengan

pertanyaan terbuka ataupun dengan cara wawancara agar dapat

menggali informasi secara mendalam.

2. Keterbatasan waktu responden untuk melakukan pengambilan data.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang

berjudul “Hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

mengkonsumsi pada remaja di Desa Runtu”. Hasil penelitian disajikan dalam tiga

bagian yang meliputi Gambaran lokasi penelitian, data umum, dan data khusus dan

pembahasan. Dalam data Umum yang dimuat karakteristik responden berdasarkan

umur, pendidikan, pekerjaan, perilaku mengkonsumsi minuman keras, alasan

mengkonsumsi minuman keras. Sedangkan data khusus yang dimuat adalah

persepsi tentang minuman keras, perilaku mengkonsumsi minuman keras pada

remaja, dan Hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

mengkonsumsi minuman keras pada remaja. Data tersebut disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Runtu Kecamatan Arut Selatan

Kabupaten Kotawaringin Barat. Sebelah barat berbatasan dengan Desa

Sulung, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Lada,

sebelah utara berbatasan dengan Desa Suayap dan Umpang, sebelah

selatan berbatasan dengan Desa Makarti Jaya. Di Desa Runtu terdapat

fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskesdes, posyandu lansia,

posyandu balita. Semua tempat pelayanan kesehatan tersebut dipingir

75
76

jalan raya dimana dimana tempatnya mudah dijangkau oleh penduduk

Desa Runtu.

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur remaja


di Desa Runtu

No. Umur Frekuensi Persentase (%)

1 12-15 tahun 8 16

2 15-18 tahun 23 46

3 18-22 tahun 19 38

Jumlah 50 100

Sumber : Data umum 2017

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir dari

setengah dari responden di Desa Runtu berumur 15-18 tahun yaitu

berjumlah 23 remaja (46 %).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi Presentase (%)

Tidak 32
1 16
Sekolah
2 SMP 17 32

3 SMA 18 36

Jumlah 50 100

Sumber : Data umum 2017


77

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan hampir dari setengah

responden di Desa Runtu yang berpendidikan SMA 18 remaja (36

%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

1 Tidak Bekerja 8 16

2 Pelajar/Siswa 34 68

3 Buruh 7 14

4 Petani/Nelayan 1 2

Jumlah 50 100

Sumber : Data umum 2017

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar

dari responden di Desa Runtu dari sektor pekerjaan yaitu pelajar 34

remaja (68%).

4. Karakteristik responden berdasarkan alasan mengkonsumsi minuman

keras

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan alasan


mengkonsumsi minuman keras

No Alasan mengkonsumsi Frekuensi Persentase (%)


minuman keras
1 Kelompok 42 84

2 Tidak ada 8 16

Jumlah 50 100

sumber : Data Umum 2017


78

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir seluruh dari

responden di Desa Runtu adalah kelompok alasan remaja

mengkonsumsi minuman keras 42 remaja (84%).

5. Karakteristik responden berdasarkan informasi tentang minuman

keras

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan informasi


tentang minuman keras

No Informasi tentang Frekuensi Persentase


minuman keras (%)

1 Ya 14 28

2 Tidak 36 72

Jumlah 50 100

sumber : Data Umum 2017

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden di Desa Runtu adalah tidak pernah mendapatkan

informasi tentang bahaya minuman keras yaitu 36 remaja (72%).

5.1.3 Data khusus

1. Persepsi remaja

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan persepsi


remaja tentang minuman keras

No. Persepsi Remaja Frekuensi Persentase(%)

1 Positif 23 46

2 Negatif 27 54

Jumlah 50 100

Sumber : Data umum 2017


79

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa hampir dari setengah

responden di Desa Runtu yang memiliki persepsi negatif tentang

minuman keras yaitu sebanyak 27 remaja (54%).

2. Perilaku mengkonsumsi minuman keras

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan perilaku


mengkonsumsi minuman keras

Perilaku mengkonsumsi
No. Frekuensi Persentase(%)
minuman keras
1 Mengkonsumsi 42 84

2 Tidak Mengkonsumsi 8 16

Jumlah 50 100

Sumber : Data umum 2017

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir seluruh

responden di Desa Runtu yang pernah mengkonsumsi minuman

keras hampir seluruh responden yaitu 42 remaja (84%).

3. Hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

mengkonsumsi minuman keras.

Tabel 5.8 Tabulasi silang hubungan hubungan persepsi tentang


minuman keras dengan perilaku mengkonsumsi minuman
keras pada remaja

Perilaku mengkonsumsi minuman


keras Total
Persepsi Tidak
remaja Mengkonsumsi Mengkonsumsi
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

Positif 15 30 8 16 23 46

Negatif 27 54 0 0 27 54
80

Jumlah 42 84 8 16 50 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa hampir sebagian

besar dari responden adalah perilaku mengkonsumsi minuman keras

denga memiliki persepsi yang negatif yaitu sebanyak 27 remaja

(54%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square

diperoleh nilai ρ value (0,001), jadi ρ < α maka Ho ditolak maka ada

hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

mengkonsumsi minuman keras pada remaja di De sa Runtu.

5.2 Pembahasan

Setelah dilakukan analisis data dan menguji hasil penelitian dengan

menggunakan uji statistik chi Square diperoleh hasil yang cukup bervariasi

sehingga memerlukan pembahasan tentang persepsi tentang minuman keras

dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja.

5.2.1 Persepsi remaja tentang minuman keras

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan sebagian besar dari

responden memiliki persepsi yang negatif yaitu sebanyak 27

responden (54%). Persepsi yang negatif dalam hal ini merupakan

persepsi yang menganggap mengkonsumsi minuman keras adalah

suatu kegiatan hal yang biasa saja dan tidak berbahaya bagi

kesehatan. Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan

sangat cepat dan kadang kita tidak sadari, dimana kita dapat
81

mengenali stimulus yang kita terima. Persepsi yang kita miliki ini

dapat mempengaruhi tindakan kita (Notoatmodjo,2010)

Umur atau usia juga berpengaruh terhadap persepsi tentang

minuman keras. Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan data hampir dari

setengah dari seluruh responden yaitu sebanyak 23 remaja (46%)

adalah usia 15-18 tahun. Usia ini bisa dikatakan usia remaja

pertengahan. Masa remaja lebih bisa dikatakan dengan krisis

identitas, mereka sebenarnya mengetahui beberapa hal yang

memang dilarang dalam secara hukum ataupun agama. Akan tetapi

pada usia ini rentan sekali dengan berbagai masalah seperti

minuman keras. Jika dibandingkan dengan anak-anak, dia

cenderung berbuat sesuatu yang terjadi pada saat ini. Namun masa

remaja, mereka akan lebih berfikir kepada masa lampau dan masa

depannya. Namun, kalau remaja sudah salah mempersepsikannya

dari awal mungkin akan kesulitan dalam menjalankan serta

menerapkan gejala-gejala yang akan muncul dan dirinya nanti.

Seperti minuman keras. Menurut Atkinson (1991) mengemukakan

bahwa usia remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari

masa anak-anak ke masa dewasa, yang pada usia tersebut terjadi

perkembang-perkembangan baik fisik, fisiologis, dan sosial.

Pendidikan dan pekerjaan juga berpengaruh terhadap

pembentukan perilaku. Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan data

bahwa hampir dari setengah dari responden berpendidikan SMA

adalah 18 remaja (36%), dan berdasarkan tabel 5.3 didapatkan data


82

bahwa sebagian besar dari responden pelajar adalah 34 remaja

(68%). Dan demikian remaja yang berpendidikan SMA lebih suka

berkelompok dan mudah terpengaruh dengan ajakan teman

kelompok untuk melakukan sesuatu seperti minuman keras. Dengan

sebuah ajakan belum meminum-minuman keras itu kurang gaul dan

sebagainya. Gunarsa (2008) mengungkapkan bahwa pada usia

remaja disebut juga dengan usia kelompok (gang-age). Pada akhir

usia sekolah atau usia kelompok ini biasanya anak-anak atau remaja

cenderung lebih sering memilih aturan-aturan yang ditetapkan

kelompoknya seperti, perilaku mengkonsumsi minuman keras.

Faktor lain yang dapat menjadi faktor pendukung perilaku

mengkonsumsi minuman keras adalah lingkungan fisik seperti

kelompok. Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan dari kelompok

alasan remaja berperilaku mengkonsumsi minuman keras yaitu

sebanyak 42 (84%). Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan

bahwa hampir seluruh dari responden yang berperilaku

mengkonsumsi minuman keras dengan alasan karena teman

kelompok. Remaja dengan memiliki teman kelompok yang memiliki

perilaku mengkonsumsi minuman keras akan lebih sering melihat

atau mengamati saat teman kelompok minum-minuman keras,

sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi remaja agar mengikuti

perilaku teman kelompoknya.

Persepsi remaja yang negatif terhadap bahaya

mengkonsumsi minuman keras ini dapat dipengaruhi salah satuya


83

faktor predisposisi seperti pengetahuan. Berdasarkan tabel 5.5

didapatkan data bahwa sebagian besar dari responden yaitu sebanyak

36 orang (72%) adalah tidak pernah mendapatkan informasi tentang

minuman keras. Kekurangan dalam mendapatkan informasi tentang

minuman keras inilah yang dapat mempengaruhi persepsi siswa

menjadi negatif atau menganggap bahwa minuman keras tidak

berbahaya bagi kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2010)

pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat

berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.

5.2.2 Perilaku mengkonsumsi minuman keras

Berdasarkan tabel 5.7 didapatkan hasil bahwa hampir

seluruh responden memiliki perilaku mengkonsumsi minuman

keras yaitu sebanyak 42 remaja (84%). Data tersebut terlihat sangat

besar dan angka ini cukup mengkhawatirkan, hal ini dikarenakan

responden yang masih merupakan remaja dan anak-anak dan

dikhawatirkan apabila perilaku ini akan menular ke remaja yang

lainnya. Dryfoos dkk,2006 (dalam Laura A.King,2010,188) Masa

remaja (adolescence) adalah masa perkembangan yang merupakan

masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai

sekitar pada usia 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18

hingga 21 tahun. Dalam menelusuri masa remaja, kita harus tetap

mengingat bahwa tidak semua remaja sama. Maka dari itu remaja

atau anak harus dipantau dengan baik agar remaja yang mempunyai

perilaku tersebut tidak mempengaruhi atau menularkan perilaku


84

tersebut kepada remaja lain, seperti perilaku megkonsumsi minuman

keras.

Faktor yang dapat menyebabkan terbentuknya perilaku salah

satunya adalah faktor predisposisi. Faktor yang termasuk faktor

predisposisi adalah pengetahuan. Pengetahuan yang didapat oleh

seseorang dapat berupa informasi. Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan

data bahwa sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 36 orang

(72%) adalah tidak pernah mendapatkan informasi tentang minuman

keras. Kekurangan dalam mendapatkan informasi tentang minuman

keras inilah yang dapat mempengaruhi persepsi siswa menjadi

negatif atau menganggap bahwa minuman keras tidak berbahaya

bagi kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang

dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam

menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. responden mengaku

bahwa tidak pernah mendapatkan informasi tentang bahaya

mengkonsumsi minuman keras. Berdasarkan data tersebut dapat

dikatakan bahwa lebih dari setengah responden kurang dalam

mendapatkan informasi tentang bahaya mengkonsumsi minuman

keras. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil

tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya.

5.2.3 Hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

mengkonsumsi minuman keras..

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa responden yang

memiliki perilaku tidak mengkonsumsi minuman keras dengan


85

persepsi positif sebanyak 8 responden (16%) dan perilaku

mengkonsumsi minuman keras dengan persepsi negatif sebanyak 27

responden (54%). Hasil uji statistik Chi Square diperoleh nilai ρ

value (0,001) < daripada α (0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima

yang artinya ada hubungan persepsi tentang minuman keras dengan

perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Desa Runtu.

Persepsi positif dalam penelitian ini adalah persepsi yang

menganggap bahwa minuman keras berbahaya bagi kesehatan,

sedangkan persepsi yang negatif diartikan sebagai persepsi yang

menganggap bahwa minuman keras bukanlah hal yang berbahaya

dan mengganggu kesehatan. Berdasarkan tabel 5.8 tersebut dapat

dilihat bahwa hampir sebagian besar dari responden memiliki

persepsi negatif sehingga mempengaruhi perilakunya untuk

berperilaku negatif atau mengkonsumsi, begitu juga sebaliknya.

Supratman & Mahardian (2016) mengungkapkan bahwa persepsi

adalah tanggapan atau pendapat seseorang tentang susatu objek yang

sangat menentukan perilakunya terhadap objek tersebut. Persepsi

seseorang terhadap rangsangan atau stimulus yang diterimanya akan

berbeda satu sama lain.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Persepsi tentang minuman keras pada remaja di Desa Runtu adalah

negatif

2. Perilaku mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Desa runtu

adalah pernah mengkonsumsi minuman keras

3. Ada hubungan persepsi tentang minuman keras dengan perilaku

mengkonsumsi minuman keras pada remaja di Desa runtu.

6.2 Saran

1. Bagi perawat/petugas promkes

Diharapkan bagi perawat atau peugas promosi kesehatan dapat

memberikan informasi berupa penyuluhan tentang bahaya minuman

keras agar pengetahuan remaja dapat bertambah dan mengerti tentang

bahaya minuman keras sehingga dapat mengurangi atau dapat mencegah

terjadinya perilaku minum-minuman keras pada remaja.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat melakukan penelitian tentang masalah perilaku

mengkonsumsi minuman keras pada remaja dengan menggunakan jenis

penelitian kualitatif atau cara pengumpulan data dilakukan dengan cara

wawancara. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat menggali informasi

secara mendalam tentang perilaku mengkonsumsi minuman keras pada

anak.

86
87

3. Pada Remaja

Diharapkan bagi remaja ikut serta dalam mencegah perilaku minum-

minuman keras, ikut peran dalam penyuluhan tentang bahaya minuman

keras dan mengisi waktu luang dengan hal-hal positif.

4. Perangkat Desa

Diharapkan untuk semua jajaran perangkat Desa untuk mengaktifkan

remaja dalam membangun Desa dan melibatkan remaja dalam keamanan

dan kegiatan Desa.


DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2015. Perilaku sosial pengguna minuman keras di Kelurahan Sungai Dama
Kota Samarinda. Samarinda.

Atkinson, dkk. 1983. Pengantar psikologi.

Gerakan Nasional Anti Miras. maret 16, 2017. http://m.liputan6.com/health.

Hurlock. 2012. Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Erlangga.

King, Laura A. 2010. Psikologi umum. Jakarta: Salemba Humanika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi kesehatan teori & aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.

Pratama. 2013. Perilaku remaja pengguna minuman keras di Desa Jatigono


Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang. Surabaya.

Riset Kesehatan Dasar. 2017. http://terbitan.litbang.depkes.go.id.

Sari. 2008. Studi deskriptif kualitatif tentang persepsi, motivasi, dan perilaku
remaja dalam mengkonsumsi minuman keras di Desa Kateguhan
Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo. Surakarta.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2011.

Sujarweni, V W. 2014.Metodologi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava


Media.

Sulistyowati. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja usia


pertengahan tentang bahaya minuman keras dengan perilaku minum-
minuman keras di Desa Klumprit Sukoharjo. Surakarta.

Suseno, Dkk. 2014. Perilaku mengkonsumsi minuman keras dikalangan remaja


awal di Desa Kuden Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobongan.
Semarang.

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yusuf, Syamsu. 2015. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

88
89

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN

Bulan

No Jadwal Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pemilihan tempat
1 penelitian

Perumusan masalah
2
Pengajuan judul
3
Konsultasi
4
Ujian proposal
5
Revisi proposal
6
Penelitian
7
Penyusunan skripsi
8
Konsultasi dan
9 revisi

Ujian skripsi
10
Pengesahan hasil
11 skripsi
90

Lampiran 2

LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Judul : Persepsi tentang minuman keras dengan perilaku


mengkonsumsi minuman keras pada remaja

Peneliti : Luki Aprilani

NIM : 133210192

Bahwa saya diminta untuk berperan serta dalam skripsi ini sebagai
responden dengan mengisi angket yang telah disediakan oleh penulis

Sebelumnya saya telah diberikan penjelasan tujuan skripsi ini dan saya telah
mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan identitas, data maupun informasi yang
saya berikan. Apabila ada pernyataan yang diajukan menimbulkan ketidak
nyamanan bagi saya, peneliti akan menghentikan pada saat ini dan saya berhak
mengundurkan diri.

Demikian persetujuan ini saya buat secara sadar dan sukarela, tanpa ada
unsur pemaksaan dari siapapun, saya menyatakan:

Bersedia

Menjadi responden dalam skripsi

Pangkalan bun.................................

Peneliti Responden
91

Lampiran 3
92
Lampiran 3
93
Lampiran 3
94
Lampiran 3
95

Lampiran 3
96

Lampiran 4

KISI – KISI KUESIONER


PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN PERILAKU
MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS PADA REMAJA

Kuesioner Persepsi

No. Parameter Persepsi No. Item Instrumen

1. Kognitif 1,2,3,4

2. Afektif 5,6,7,8

3. Konotatif 9,10,11,12,13,14,15
97

Lampiran 5

BIODATA RESPONDEN
PERSEPSI TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN PERILAKU
MENGKONSUMSI MINUMAN KERAS PADA REMAJA

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) dalam kotak pada setiap jawaban dari
pernyataan dibawah ini.

A. Data umum

1. No responden :
2. Umur : 12-15
15-18
18-22

3. Pendidikan : Tidak Sekolah


SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : Tidak Bekerja


Pelajar/Siswa

Buruh

Wiraswasta

Swasta

Petani/Nelayan

5. Mendapat informasi tentang minuman keras:


ya Tidak
6. Perilaku mengkonsumsi minuman keras
Ya Tidak
7. Alasan mengkonsumsi minuman keras:
Keinginan sendiri/coba-coba
98

Teman Kelompok
Lampiran 5
Tidak Ada

B. Data kusus

Petunjuk : Berilah tanda centang (√) dalam kotak pada setiap jawaban dari
pernyataan dibawah ini.

Kuesioner persepsi

No. Pernyataan Sangat Setuju Ragu Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
(4) (3) Setuju
(5) (2)
(1)

1. Minuman keras minuman yang


memabukkan

2. Minuman keras mengandung


Alkohol

3. Minuman keras membuat ketagihan

4. Mengkonsumsi minuman keras


jangka panjang akan menganggu
kesehatan tubuh

5. Mengkonsumsi minuman keras akan


menimbulkan tindakan kriminal

6. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pada otak

7. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pada sistem
pencernaan

8. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pada ginjal

9. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pada hati
99

10. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pada
jantung

11. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pada saraf

12. Mengkonsumsi minuman keras


menyebabkan pusing

13. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan gangguan pangkreas

14. Mengkonsumsi minuman keras akan


menyebabkan mudah tersinggung

15. Mengkonsumsi minuman keras dapat


menyebabkan kematian
Lampiran 6
Uji Validitas dan Reliabilitas

Tabulasi instrumen
100

No Responden p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 P10 p11 p12 p13 p14 p15 total


rp01 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 61
rp02 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
rp03 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75
rp04 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 66
rp05 4 4 5 4 5 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 58
rp06 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
rp07 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 63
rp08 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 63
rp09 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62
rp10 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 56
rp11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
rp12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 55
rp13 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 61
rp14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 56
rp15 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 62
rp16 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 66
rp17 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 74
rp18 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 64
rp19 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 64
rp20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60

Lampiran 6

R tabel

df = (N-2) Tingkat signifikansi untuk uji dua arah


101

0,1 0,05 0,02 0,01 0,001


1 0,9877 0,9969 0,9995 0,9999 1,0000
2 0,9000 0,9500 0,9800 0,9900 0,9990
3 0,8054 0,8783 0,9343 0,9587 0,9911
4 0,7293 0,8114 0,8822 0,9172 0,9741
5 0,6694 0,7545 0,8329 0,8745 0,9509
6 0,6215 0,7067 0,7887 0,8343 0,9249
7 0,5822 0,6664 0,7498 0,7977 0,8983
8 0,5494 0,6319 0,7155 0,7646 0,8712
9 0,5214 0,6021 0,6851 0,7348 0,8470
10 0,4973 0,5760 0,6581 0,7079 0,8233
11 0,4762 0,5529 0,6339 0,6835 0,8010
12 0,4575 0,5324 0,6120 0,6614 0,7800
13 0,4409 0,5140 0,5923 0,6411 0,7604
14 0,4259 0,4973 0,5742 0,6226 0,7419
15 0,4124 0,4821 0,5577 0,6055 0,7247
16 0,4000 0,4683 0,5425 0,5897 0,7084
17 0,3887 0,4555 0,5285 0,5751 0,6932
18 0,3783 0,4438 0,5155 0,5614 0,6788
19 0,3687 0,4329 0,5034 0,5487 0,6652
20 0,3598 0,4227 0,4921 0,5368 0,6524
21 0,3515 0,4132 0,4815 0,5256 0,6402
22 0,3438 0,4044 0,4716 0,5151 0,6287
23 0,3365 0,3961 0,4622 0,5052 0,6178
24 0,3297 0,3882 0,4534 0,4958 0,6074
25 0,3233 0,3809 0,4451 0,4869 0,5974

Lampiran 6

Interpretasi uji validitas

No item R hitung R tabel df=(N-2) Keputusan


102

0,05
1 0,807 0,4438 Valid
2 0,807 0, 4438 Valid
3 0,532 0, 4438 Valid
4 0,807 0, 4438 Valid
5 0,532 0, 4438 Valid
6 0,807 0, 4438 Valid
7 0,607 0, 4438 Valid
8 0,807 0, 4438 Valid
9 0,491 0, 4438 Valid
10 0,878 0, 4438 Valid
11 0,660 0, 4438 Valid
12 0,878 0, 4438 Valid
13 0,807 0, 4438 Valid
14 0,878 0, 4438 Valid
15 0,878 0, 4438 Valid
103
Lampiran 6
CORELATION
TOT
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 AL
P1 Pearson
1.00 1.00 1.00 .57 1.00 .25 .49 1.00 .807*
Correla 1 .302 .302 .527* .527* .527* .527*
0** 0** 0** 7** 0** 0 5* 0** *
tion
Sig. (2- .00 .28 .02
.000 .196 .000 .196 .000 .000 .017 .017 .000 .017 .017 .000
tailed) 8 8 6
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P2 Pearson
1.00 1.00 1.00 .57 1.00 .25 .49 1.00 .807*
Correla 1 .302 .302 .527* .527* .527* .527*
0** 0** 0** 7** 0** 0 5* 0** *
tion
Sig. (2- .00 .28 .02
.000 .196 .000 .196 .000 .000 .017 .017 .000 .017 .017 .000
tailed) 8 8 6
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P3 Pearson
1.00 .29 .20 .23
Correla .302 .302 1 .302 .302 .302 .318 .318 .302 .318 .318 .532*
0** 0 1 7
tion
Sig. (2- .21 .39 .31
.196 .196 .196 .000 .196 .196 .172 .172 .196 .172 .172 .016
tailed) 5 5 4
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P4 Pearson
1.00 1.00 1.00 .57 1.00 .25 .49 1.00 .807*
Correla .302 1 .302 .527* .527* .527* .527*
0** 0** 0** 7** 0** 0 5* 0** *
tion
Sig. (2- .00 .28 .02
.000 .000 .196 .196 .000 .000 .017 .017 .000 .017 .017 .000
tailed) 8 8 6
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P5 Pearson
1.00 .29 .20 .23
Correla .302 .302 .302 1 .302 .302 .318 .318 .302 .318 .318 .532*
0** 0 1 7
tion
Sig. (2- .21 .39 .31
.196 .196 .000 .196 .196 .196 .172 .172 .196 .172 .172 .016
tailed) 5 5 4
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P6 Pearson
1.00 1.00 1.00 .57 1.00 .25 .49 1.00 .807*
Correla .302 .302 1 .527* .527* .527* .527*
0** 0** 0** 7 ** 0 ** 0 5 * 0 ** *
tion
Sig. (2- .00 .28 .02
.000 .000 .196 .000 .196 .000 .017 .017 .000 .017 .017 .000
tailed) 8 8 6
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P7 Pearson
.577 .577* .577* .577* .577* .57 .25 .577* .607*
Correla ** * .290 * .290 * 1 * 7** .365 .365 * .365 .365 *
2
tion
Sig. (2- .00 .28
.008 .008 .215 .008 .215 .008 .008 .113 .113 .008 .113 .113 .005
tailed) 8 3
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P8 Pearson
1.00 1.00 1.00 1.00 .57 .25 .49 1.00 .807*
Correla .302 .302 1 .527* .527* .527* .527*
0** 0** 0** 0** 7** 0 5 * 0 ** *
tion
Sig. (2- .00 .28 .02
.000 .000 .196 .000 .196 .000 .017 .017 .000 .017 .017 .000
tailed) 8 8 6
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P9 Pearson
.57 .30
Correla .250 .250 .201 .250 .201 .250 ** .250 1 .395 .395 .250 .395 .395 .491*
7 6
tion
104
Lampiran 6

Sig. (2- .00 .19


.288 .288 .395 .288 .395 .288 .288 .085 .085 .288 .085 .085 .028
tailed) 8 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P10 Pearson
.527 * * * .36 .527* .39 .55 1.00 1.00 1.00 .878*
Correla * .527 .318 .527 .318 .527 1 .527*
5 5 3* 0** 0** 0** *
tion
Sig. (2- .11 .08 .01
.017 .017 .172 .017 .172 .017 .017 .000 .017 .000 .000 .000
tailed) 3 5 2
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P11 Pearson
.495 * * * .25 .495* .30 .553* .660*
Correla * .495 .237 .495 .237 .495 1 .553* .495* .553* .553* *
2 6
tion
Sig. (2- .28 .19
.026 .026 .314 .026 .314 .026 .026 .012 .012 .026 .012 .012 .002
tailed) 3 0
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P12 Pearson
.527 * * * .36 .527* .39 1.00 .55 1.00 1.00 .878*
Correla * .527 .318 .527 .318 .527 1 .527*
5 5 0** 3* 0** 0** *
tion
Sig. (2- .11 .08 .01
.017 .017 .172 .017 .172 .017 .017 .000 .017 .000 .000 .000
tailed) 3 5 2
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P13 Pearson
1.00 1.00 1.00 1.00 .57 1.00 .25 .49 .807*
Correla .302 .302 .527* .527* 1 .527* .527*
0** 0** 0** 0** 7** 0** 0 5* *
tion
Sig. (2- .00 .28 .02
.000 .000 .196 .000 .196 .000 .000 .017 .017 .017 .017 .000
tailed) 8 8 6
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P14 Pearson
.527 * * * .36 .527* .39 1.00 .55 1.00 .527* 1.00 .878*
Correla * .527 .318 .527 .318 .527 1
5 5 0** 3* 0** 0** *
tion
Sig. (2- .11 .08 .01
.017 .017 .172 .017 .172 .017 .017 .000 .000 .017 .000 .000
tailed) 3 5 2
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
P15 Pearson
.527 * * * .36 .527* .39 1.00 .55 1.00 .527* 1.00 .878*
Correla * .527 .318 .527 .318 .527 1
5 5 0** 3* 0** 0** *
tion
Sig. (2- .11 .08 .01
.017 .017 .172 .017 .172 .017 .017 .000 .000 .017 .000 .000
tailed) 3 5 2
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
TOT Pearson
.807 .807* *
* .807 .532* .807
* .60 .807* .49 .878* .66 .878* .807* .878* .878*
AL Correla ** * .532 * * 7** * 1
1* * 0** * * * *
tion
Sig. (2- .00 .02 .00
.000 .000 .016 .000 .016 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
tailed) 5 8 2
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
**. Correlation is significant at
the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at
the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.932 15
105

Lampiran 7

Tabel data Umum

No Umur Pendidikan Pekerjaan Alasan Informasi

1 2 4 2 2 2

2 2 4 2 2 2

3 1 3 2 3 2

4 2 3 2 3 1

5 2 4 2 2 2

6 3 1 3 2 2

7 3 1 1 2 2

8 2 4 2 2 2

9 3 4 2 2 1

10 3 1 3 2 2

11 3 1 3 2 2

12 2 4 2 2 1

13 2 4 2 2 2

14 2 3 2 2 2

15 2 4 2 2 2

16 2 3 2 3 1

17 2 4 2 2 2

18 1 3 2 2 2

19 2 3 2 2 2

20 3 1 6 2 1

21 3 1 1 2 2

22 1 3 2 2 2

23 3 1 3 2 2

24 3 4 2 2 1

25 2 4 2 2 2

26 2 3 2 3 2
106

27 2 4 2 2 2

28 1 3 2 3 1

29 3 1 3 2 1

30 3 1 3 2 1

31 3 4 2 2 1

32 2 3 2 3 2

33 2 4 2 2 2

34 2 4 2 2 2

35 1 3 2 2 1

36 3 1 1 2 2

37 3 1 1 2 1

38 3 1 3 2 2

39 3 1 1 2 2

40 2 4 2 2 2

41 2 3 2 2 2

42 3 1 1 2 2

43 1 3 2 3 2

44 2 3 2 2 2

45 3 1 1 2 1

46 1 3 2 2 2

47 1 3 2 3 2

48 3 1 1 2 2

49 2 4 2 2 1

50 2 4 2 2 2

Lampiran 7

Tabulasi Data Khusus

No No Item Instrumen
P P P P P P P P P P1 P1 P1 P1 P1 P1 TOTAL
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5
107

R01 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
R02 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 3 4 4 58
R03 4 3 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 5 4 4 59
R04 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 64
R05 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R06 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 58
R07 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 65
R08 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 57
R09 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 53
R10 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
R11 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 57
R12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R13 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 56
R14 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 52
R15 3 3 4 4 4 4 3 5 4 5 3 4 5 4 4 59
R16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 75
R17 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 50
R18 4 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 63
R19 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 58
R20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R21 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4 59
R22 4 4 3 3 3 4 4 5 4 5 4 4 5 3 3 58
R23 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 56
R24 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 3 4 4 58
R25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R26 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
R27 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 53
R28 5 5 3 3 4 5 5 4 5 4 3 5 4 3 3 61
R29 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 4 4 4 4 59
R30 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 3 5 4 4 4 60
R31 3 3 4 4 5 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 51
R32 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4 61
R33 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 59
R34 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 56
R35 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 56
R36 4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 60
R37 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 56
R38 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61
R39 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 57
R40 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R41 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 56
R42 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61
R43 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 5 3 60
R44 5 5 5 5 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 59
R45 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 52
R46 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 55
R47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
R48 4 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 57
Lampiran
R49 8 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 56
R50 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 56
Hasil SPSS penelitian

Frekuensi
108

Statistics
umur pendidikan Pekerjaan perilaku alasan informasi
Valid 50 50 50 50 50 50
N
Missing 0 0 0 0 0 0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
12-15 8 16.0 16.0 16.0
15-18 23 46.0 46.0 62.0
Valid
18-22 19 38.0 38.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
tidak sejolah 16 32.0 32.0 32.0
SMP 16 32.0 32.0 64.0
Valid
SMA 18 36.0 36.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
tidak bekerja 8 16.0 16.0 16.0
pelajar/siswa 34 68.0 68.0 84.0
Valid buruh 7 14.0 14.0 98.0
petani/nelayan 1 2.0 2.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Perilaku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
ya 42 84.0 84.0 84.0
Valid tidak 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
109
Lampiran 8

Alasan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
kelompok 42 84.0 84.0 84.0
Valid tidak ada 8 16.0 16.0 100.0
Total 50 100.0 100.0

Informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Percent
ya 14 28.0 28.0 28.0
Valid tidak 36 72.0 72.0 100.0
Total 50 100.0 100.0
110
Lampiran 8

Tabulasi Silang

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persepsi tentang miras *
50 100.0% 0 .0% 50 100.0%
Perilaku konsumsi miras

Persepsi tentang miras * Perilaku konsumsi miras Crosstabulation


Perilaku konsumsi miras
Total
Ya tidak
Count 15 8 23
positif
% of Total 30.0% 16.0% 46.0%
Persepsi tentang miras
Count 27 0 27
negatif
% of Total 54.0% .0% 54.0%
Count 42 8 50
Total
% of Total 84.0% 16.0% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.180a 1 .001


Continuity Correctionb 8.742 1 .003
Likelihood Ratio 14.247 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 10.957 1 .001
N of Valid Casesb 50
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,68.
b. Computed only for a 2x2 table
111
Lampiran 9

DOKUMENTASI
112

Lampiran 9
113

Lampiran 10
114

Lampiran 10
115

Lampiran 10
116

Lampiran 10
117

Lampiran 11

Anda mungkin juga menyukai