Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

AUDIT SDM

Kelompok 6:

1. Rita Mersi Monim NIM. P17334121534


2. Riza Nur Multiani NIM. P17334121535
3. Ruth Sopia Hassor NIM. P17334121536
4. Salmah Saptari Rufaidah NIM. P17334121537
5. Septyanur Alim NIM. P17334121538
6. Siti Juwita NIM. P17334121539
7. Siti Sopinah NIM. P17334121540

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT ………………………………….


DAFTAR ISI
…………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. DEFINISI
………………………..
B. TUJUAN
Tujuan audit SDM adalah untuk mengevaluasi kegiatan SDM dengan maksud untuk:
1. Menilai efektivitas SDM
2. Mengenali aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki
3. Mempelajari aspek-aspek tersebut secara mendalam, dan
4. Menunjukkan kemungkinan perbaikan, dan membuat rekomendasiuntuk pelaksanaan
perbaikan tersebut. Pelaksanaan audit ini hendaknya mencakup evaluasi terhadap
fungsi SDM, penggunaan prosedur oleh para manajer, dan dampak kegiatan tersebut
pada sasaran dan kepuasan kerja.
C. MANFAAT
Audit secara logis di mulai dengan menelaah kerja departemen SDM. Audit SDM
biasanya meliputi langkah langkah sebagai berikut:
1. Suatu perencanaan rapat yang melibatkan staf kunci dan manajer senior. Prosedur
audit disesuaikan untuk memberi penekanan pada isu yang dirasakan penting rencana
pengumpulan data dan wawancara yang di kembangkan.
2. Pemerikasaan informasi terkait, termasuk data karyawan, kapabilitas komputer, buku
manual karyawan dan manajerial, buku pedoman, formulir dan materi penilaian
kerja, materi rekrutmen, komunikasi danbahan-bahan lainnya yang kemungkinan
relevan.
3. Wawancara dengan manajer kunci unit operasi, staf kunci divisi , eksekutifsenior,
dan perwakilan karyawan untuk menunjuk isu yang menjadi perhatian, kekuatan saat
ini kebutuhan yang diantisipasi, dan filosofi manajerial mengenai sumber daya
manusia. Jumlah wawancara ditentukan dalam rapat permulaan.
4. Informasi tambahan seperti rencana bisnis, anggaran, data penilaian, dandata
kompensasi dapat berguna dalam menyelidiki isu tertentu yang diidentifikasi sebagai
pembenaran konsiderasi dalam perencanaankebutuhan di masa yang akan datang.
5. Berbagai masukan disatukan dalam rangka menyajikan suatu gambaranyang
terintegrasi dari aktivitas saat ini, prioritas, SDM, dan permasalahan yang di
identifikasi. Kebutuhan prinsipil di masa mendatang di identifikasi sebagai kriteria
untuk menilai prioritas SDM dan program spesifik yangdi usulkan.
6. Normalnya, hasil-hasil audit di diskusikan dalam serangkaian rapat yangmelibatkan
manajer dan staf professional. Kemungkinan aspek aspek tertentu dapat menjadi isu
untuk penelitian lebih lanjut (sebagai contoh, analisis staffing, pengembangan sistem
informasi, dan revisi praktik penilaian kerja)
Adapun manfaat dari audit manajemen SDM antara lain adalah:
a) Mengidentifikasi konstribusi-konstribusi departemen SDM terhadapperusahaan.
b) Meningkatkan citra profesional departemen SDM.
c) Mendorong tanggung jawab dan profesionalisme yang lebih besar diantara karyawan
departemen SDM.
d) Memperjelas tugas tugas dan tanggung jawab departemen SDM.
e) Menstimulasi keragaman kebijakan dan praktik-praktik SDM.
f) Menemukan masalah masalah SDM yang kritis.
g) Menyesaikan keluhan-keluhan dengan berpedoman pada aturan yangberlaku.
h) Mengurangi biaya-biaya SDM melalui prosedur yang efektif.
i) Meningkatkan kesediaan untuk mau menerima perubahan yangdiperlukan di dalam
departemen SDM.
j) Memberikan evaluasi yang cermat atas sistem informasi departemenSDM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. RUANG LINGKUP AUDIT
………….
B. OBJEK AUDIT
…………..
C. PENDEKATAN AUDIT
……………
D. INSTRUMEN-INSTRUMEN AUDIT SDM
Dalam pengumpulan informasi tentang aktivitas aktivitas SDM, ada beberapa instrumen
yang dapat digunakan, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara dengan karyawan dan manajer adalah suatu sumber informasi mengenai
aktivitas SDM. Pendapat mereka membantu auditor mencari bidang-bidang yang
membutuhkan perbaikan. Kritik dari karyawan dapat menunjukkan tindakan-tindakan
yang harus diambil departemen untuk memenuhi kebutuhan mereka. Demikian juga
saran dari manajer dapat mengungkapkan cara-cara untuk memberikan mereka
pelayanan yang lebih baik. Apabila kritik mereka baik, perubahan perlu dilakukan,
tetapi apabila departemen SDM yang benar, departemen SDM harus mendidik yang
lainnya di dalam perusahaan dengan menjelaskan prosedur yang dipertanyakan.
2. Kuesioner
Departemen SDM dapat melengkapi hasil wawancara dengan menggunakan
kuesioner dan survei. Kuesioner digunakan karena wawancara menyita waktu dan
mahal biayanya serta terbatas hanya pada sedikit orang. Melalui survei, gambaran
tentang kegiatan SDM dapat dikembangkan secara lebih akurat. Dengan demikian,
melalui kuesioner dapat memberikan jawaban-jawaban yang lebih terbuka, bebas dan
jujur.
3. Informasi Eksternal
Instrumen lain bagi auditor adalah informasi eksternal. Informasi ini berguna sebagai
bahan perbandingan dan untuk mengungkap perspektif lain yang tidak diperoleh dari
instrumen sebelumnya. Sumber informasi dari eksternal dapat berasal dari
Departemen Tenaga Kerja, asosiasi industri dan profesional, hasil survei perguruan
tinggi dan konsultan, perusahaan sejenis sebagai pesaing, kotak saran, serikat pekerja.
Asosiasi industri biasanya memiliki data statistik tentang norma norma industri
seperti tingkat perputaran, tingkat ketidakhadiran, tarif upah standar, tingkat
pertumbuhan, deskripsi-deskripsi pekerjaan terstandarisasi, tingkat kecelakaan kerja,
biaya tunjangan dll. Selain itu asosiasi asosiasi profesional adapula yang
menyediakan data seperti survei survei gaji dan tunjangan.
4. Analisis catatan
Disadari bahwa tidak semua masalah dapat dideteksi dari sikap karyawan. Banyak
masalah kadang-kadang lebih mudah ditemukan melalui analisis catatan. Hal ini
dilakukan untuk menjamin bahwa sebagian prosedur dan peraturan perusahaan tidak
dilanggar. Catatan yang direview ini meliputi:
a.) Catatan tentang keamanan dan kesehatan karyawan
b.) Tingkat absensi dan perputaran
c.) Rencana kegiatan yang telah disetujui
d.) Pemberian kompensasi
e.) Catatan tentang seleksi dan penempatan internal
f.) Files karyawan
g.) Studi program dan kebijakan di bidang SDM
h.) Skor test pendahuluan dan test akhir
i.) Laporan program khusus

5. Eksperimen Eksperimen Riset


Instrumen yang terakhir yang tersedia bagi auditor adalah eksperimen riset, terutama
eksperimen lapangan yang membandingkan kelompok eksperimental dengan
kelompok kendali dibawah kondisi-kondisi realistik. Eksperimen ini digunakan untuk
meneliti ketidakhadiran, perputaran karyawan, kepuasan kerja, kompensasi,
keselamatan kerja dan aktivitas-aktivitas lainnya.
6. Audit internasional
Audit – audit SDM dari organisasi – organisasi internasional adalah lebih rumit dan
terkadang lebih penting. Kompleksitas pengauditan lebih sulit karena ada perbedaan
bahasa, hukum, kultur, praktik tradisional dan harapan-harapan.

E. KEGIATAN AUDITOR
Kegiatan-Kegiatan Auditor Tiga bidang utama yang difokuskan pada Audit
Sumber Daya Manusia terdiri atas policy/management audit, performance/operasional
audit, dan financial audit.
1. Policy/Management Audit Penilaian yang dilaksanakan secara sistematis dan
independent, berorientasi ke masa depan terhadap: keputusan dan kebijakan yang
dilakukan oleh manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM
melalui perbaikan pelaksanaan fungsi manjemen, pencapaian rencana yang sudah
ditetapkan serta pencapaian sosial objektif.
2. Performance/Operasional Audit Merupakan suatu kegiatan penilaian yang sistematis
yang dilaksanakan secara objective dan independent berorientasi atas masa depan
untuk semua kegiatan yang ada dalam suatu perubahan yang utamanya dalam bidang
SDM.
3. Financial Audit Mempunyai orientasi pengujian/penilaian secara independent dan
objectif atas tingkat kewajaran dan kecermatan serta data keuangan untuk
memberikan perlindungan keamanan asset perusahaan dengan melakukan evaluasi
kelayakan internal control yang di tetapkan. Audit ini sendiri dapat dilakukan dalam
beberapa situasi, diantaranya:
a. ketika dirasa diperlukan oleh manjemen puncak
b. ketika suatu kekuatan eksternal yang memaksa untuk dilakukan suatu tinjauan
c. ketika suatu perusahaan yang signifikan dalam suatu dunia usaha yang memaksa
untuk melakukan konsiderasi ulang manajemen SDM
d. ketika seorang manajer baru yang merasa bertanggung jawab atas Dep. SDM
e. ketika suatu keinginan spesialis SDM untuk meningkatkan praktek dan sistem
SDM perusahaan.

f. TAHAPAN AUDIT
Aktivitas audit tidak hanya terbatas pada saat pelaksanaan audit itu sendiri, tetapi juga
mencakup aktivitas sebelum audit, pelaksanaan audit, dan sampai pada tahap setelah
audit. Tahap sebelum audit biasa dikenal dengan pra audit adalah tahap perencanaan
audit, tahap audit adalah tahap pelaksanaan audit, dan tahap setelah audit atau post audit
merupakan tahap pelaporan audit.
1. Tahap Pra Audit atau Tahap Perencanaan Audit
Audit adalah suatu program atau aktivitas yang tentunya akan memakan biaya yang
tidak kecil, baik biaya material, energi, maupun waktu. Untuk itu, audit harus
direncanakan dengan baik agar hasilnya maksimal dan memberi manfaat yang
diinginkan. Apabila dilihat dari analisis biaya–manfaat (cost benefit analysis), audit
harus memberi manfaat yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
a. Menentukan Tujuan audit
Tujuan audit harus dirumuskan secara spesifik. Tujuan audit harus mengacu
pada alasan atau latar belakang mengapa audit diperlukan. Beberapa di
antaranya adalah adanya pemborosan atau inefisiensi dalam penggunaan sumber
daya, sasaran organisasi yang tidak tercapai dan penyimpangan terhadap
prosedur yang berlaku. Dalam merumuskan tujuan audit perlu dipertimbangkan
dukungan sumber daya yang ada, antara lain:
 Biaya yang dibutuhkan;
 SDM atau auditor yang dibutuhkan;
 Waktu yang tersedia untuk audit.
b. Menentukan ruang lingkup audit
Terbatasnya sumber daya, baik SDM, waktu, maupun biaya menuntut audit yang
dilakukan harus dibatasi sepanjang tujuan audit dapat tercapai. Manajemen
seringkali ingin adanya audit yang dalam dan luas atau menyeluruh dalam
perusahaan atau organisasinya. Karena itu, auditor harus menyusun skala
prioritas dengan membatasi ruang lingkup audit sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Apabila diperlukan, audit bisa dilakukan secara bertahap.
c. Menyusun tim dan jadwal audit
Audit yang dilakukan biasanya dilakukan oleh tim audit dengan seminimal
mungkin atau tanpa mengganggu pekerjaan pihak yang diaudit. jadwal audit
harus disusun untuk dapat disepakati pihak auditor, auditee, dan pihak
manajemen. Jadwal pelaksanaan audit ini sangat penting mengingat adanya
keterbatasan waktu dalam pelaksanaan audit. Selain itu, jadwal yang telah
disusun dan disepakati ini merupakan bentuk komitmen terlaksananya audit
secara lancar. Audit akan menyita waktu bukan saja auditor, tetapi juga auditee.
Pelaksanaan audit ini biasanya akan menginterupsi auditee dalam pelaksanaan
tugasnya. Karena itu, jadwal audit harus jelas dan rinci agar auditee dan
atasannya dapat mengalokasikan waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
audit. Kerjasama yang baik antara auditor dan auditee tentu saja dibutuhkan agar
audit dapat dilakukan dengan baik sesuai dengan kerangka waktu yang telah
ditetapkan.
d. Menentukan metode dan pendekatan audit yang akan digunakan
Pendekatan atau metode audit yang dipilih hendaknya juga memperhatikan
dukungan sumber daya yang ada. Misalnya, observasi atau indepth interview
akan menghabiskan waktu yang lama sehingga kurang sesuai untuk jangka
waktu audit yang sangat singkat. Dalam kondisi ini mungkin survei dengan
menggunakan kuesioner lebih tepat. Demikian juga SDM atau jumlah auditor
yang akan melakukan audit harus menjadi salah satu pertimbangan dalam
memilih pendekatan audit.
e. Mengumpulkan informasi awal
Aktivitas ini juga sering disebut dengan preliminary audit atau audit
pendahuluan antara lain dengan melakukan physical tour, mempelajari proses
bisnis, observasi, dan sebagainya. Audit pendahuluan ini menjadi sangat penting
terutama apabila audit dilakukan oleh pihak luar (external auditor). Karakteristik
perusahaan atau industri, proses bisnis perusahaan, peraturan perundangan yang
berlaku, kebijakan, dan prosedur internal perusahaan yang ada harus dipahami
terlebih dahulu oleh auditor untuk memudahkan pelaksanaan audit. Audit
pendahuluan ini mungkin saja akan menghasilkan:
1) Perumusan tujuan audit yang lebih rinci dan atau spesifik.
2) Daftar bidang/kegiatan yang akan menjadi sasaran dalam tahap audit
selanjutnya.
3) Temuan sementara terkait dengan objek audit dan kriteria yang telah
ditetapkan.
4) Bukti-bukti yang perlu diperoleh atau didalami pada audit selanjutnya

2. Tahap Audit atau Tahap Pelaksanaan Audit


Tahap ini merupakan tahap yang sangat krusial dan seringkali menjadi fokus dalam
keseluruhan aktivitas audit. Dalam tahap ini, auditor mungkin melakukan aktivitas
berikut, tetapi tidak terbatas pada:
a. Analisis dokumen; auditor mempelajari dokumen yang relevan terkait dengan
pihak yang diaudit dan tujuan audit. Berbeda pada tahap preliminary audit,
analisis dokumen yang dilakukan dalam tahap ini akan dilakukan secara lebih
mendalam. Dokumen yang dianalisis mungkin saja berasal dari luar organisasi
atau bisa juga dari laporan-laporan audit sebelumnya.
b. Membandingkan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sistem dan prosedur
yang berlaku. Dalam pelaksanaan audit, hal yang menjadi acuan ini sering
disebut sebagai kriteria yang bisa bersumber pada:
1. Undang-undang atau peraturan yang berlaku.
2. Kebijakan yang ditetapkan baik dalam level organisasi secara keseluruhan
maupun yang terbatas pada objek audit.
3. Norma (standar) yang berlaku secara umum, antara lain yang berlaku pada
industri sejenis
4. Kriteria khusus yang dikembangkan sesuai dengan tujuan audit yang
dikembangkan bersama antara auditor berdasar pengalamannya dan
manajemen sesuai dengan tujuan audit yang telah ditetapkan.
c. Mewawancarai auditee; wawancara dilakukan untuk menanyakan hal yang tidak
jelas, melakukan klarifikasi, meminta penjelasan.
d. Mencari bukti; apabila audit memiliki tujuan yang sangat spesifik misalnya
setelah terjadinya kecelakaan kerja maka auditor akan mencari bukti yang dapat
menjelaskan apa penyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut dan siapa yang
bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Bukti yang diperoleh dalam audit
harus memenuhi kriteria:
1. Relevan: berhubungan dengan aktivitas yang sedang diaudit.
2. Material: cukup berarti dalam memengaruhi kesimpulan yang dibuat.
3. Valid: diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya.
4. Cukup: memadai sebagai dasar pembuatan kesimpulan.
Pada prinsipnya, tahap pelaksanaan audit ini dilakukan untuk mencari dan
mengembangkan temuan sesuai ruang lingkup dan tujuan audit. Proses ini
dihasilkan melalui pengumpulan, analisis, dan sintesa informasi yang berkaitan
dengan program atau aktivitas yang diaudit yang akan menjadi perhatian dan
bermanfaat bagi pengguna laporan. Dalam pengembangan temuan ini, perlu
diperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
 Analisis dilakukan secara kontekstual, yaitu pada waktu dan kondisi di
mana program/aktivitas yang diaudit terjadi, bukan konteks pada saat audit
dilakukan.
 Kompleksitas dan besarnya sumber daya yang terkait program atau aktivitas
yang diaudit.
 Analisis dan pengembangan temuan dilakukan secara independen, objektif,
teliti, dan cermat sesuai dengan bukti yang ada.
 Beberapa temuan yang mungkin tidak menjadi ruang lingkup audit, namun
cukup penting dapat menjadi catatan untuk pelaksanaan audit selanjutnya

3. Tahap Post Audit


a. Menyusun laporan audit
Laporan audit disusun dalam format yang telah ditentukan sebelumnya.
Format laporan ini bisa disajikan secara kronologis sesuai dengan informasi
yang diperoleh selama tahapan audit atau disajikan sesuai dengan kepentingan
pengguna laporan.
Laporan audit berisi kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan
audit dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan
yang terjadi serta rencana tindak lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi
tersebut
b. Diskusi
Laporan audit dapat menjadi bahan diskusi untuk menyusun rencana tindakk
lanjut atau rekomendasi atas temuan audit
c. Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut ini merupakan komitmen manajemen untuk meningkatkan
atau memperbaiki kelemahan yang ada yang menjadi temuan audit. Dalam
rencana tindak lanjut ini, auditor tidak memiliki kewenangan untuk memaksa
atau menuntut manajemen untuk melakukan rekomendasi yang diberikan.
Namun demikian, auditor harus memberi penjelasan yang cukup mengenai
konsekuensi dari rekomendasinya berupa manfaat atau keuntungan yang akan
diperoleh perusahaan bila rekomendasi tersebut dilaksanakan dan apa kerugian
atau risiko yang mungkin terjadi apabila rekomendasi perbaikan tidak dilakukan.
Umumnya, untuk meningkatkan komitmen terhadap pelaksanaan rekomendasi
sebagai tindak lanjut atas temuan audit, penyusunan rencana tindak lanjut ini
tidak hanya dilakukan oleh auditor sendiri, tetapi bersama-sama dengan
manajemen dan juga objek atau pihak yang diaudit.

g. PELAPORAN AUDIT
Agar informasi yang telah diporoleh melalui alat audit, maka informasi tersebut disusun
ke dalam suatu laporan audit. Laporan audit adalah gambaran komprehensif dan aktivitas
sumber daya manusia yang meliputi rekomendasi untuk praktek yang efektif dan
rekomendasi untuk memperbaiki praktek yang tidak efektif. Laporan audit SDM terdiri
dari beberapa rangkap, satu bagian untuk manajer operasi yang lainnya untuk spesialis
sumber daya manusia dan yang terakhir untuk manajer SDM. Mungkin tidak terlalu
penting untuk menekankan perlunya format suatu laporan yang baku. Meskipun dcmikian
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan Manajemen Sumber Daya Manusia yaitu:
 Format harus tersusun secara sistematik sehingga mudah dipahami,
 Menggunakan bahasa yang baik dan benar sehingga tidak menimbulkan interprestasi
yang berbeda,
 Informasi lengkap, mutakir dan dapat dipercaya,
 Isi laporan harus bersifat faktual, dan
 dapat digunakan untuk membuat prediksi.
Laporan Audit pada umumnya disusun sebagai berikut:
1. Judul
2. Daftar isi
3. Ringkasan
4. Pendahuluan (latar belakang, masalah, tujuan, manfaat pendekatan)
5. Temuan dan Pembahasan (analisis dan evaluasi)
6. Simpulan dan saran
7. Lampiran
BAB III

PENUTUP

………………………..

Anda mungkin juga menyukai