Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Riset Inovatif 2020

ISBN 978-623-7482-54-3

Hubungan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian MP-ASI


dengan Stunting pada Baduta Di Pandeglang
Yusnita1, Arly Fadhillah Arief2, Athaya Salsabila3, Fika Riskiah Iskandar4, Prima Indah
Fitrihani5, Syifa Anisa Shabrina6
1,2,3,4,5,6
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Email: yusnita@yarsi.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship between maternal attitudesand behavior towards
complementary feeding (MP-ASI) with the incidence of stunting in children under two years of age in Pandeglang
district.This research was a quantitative analytic study and crosssectional design. The population in this study were
all children under two years old (Baduta), which were 796 respondents. Data collection technique was carried out
by measuring the weight and height of Baduta and interviewing respondents to fill in the questionnaire. This study
uses univariate and bivariate analysis with Chi-Square Test. This study revealed there was no relationship between
maternal attitudes towardsupplementation of ASI (MP-ASI) with stunting in Baduta (p = 0.444) and there was a
relationship between maternal behavior towards complementary feeding (MP-ASI) with stunting in Baduta (p =
0.000)

Keywords: complementary feeding, maternal attitudes, maternal behavior, stunting

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian stunting pada baduta di Kabupaten Pandeglang. Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh anak di bawah dua tahun (baduta), yakni sebanyak 796 responden. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara pengukuran berat badan dan tinggi badan baduta serta melakukan wawancara dengan
responden untuk pengisian kuesioner. Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan Uji Chi-
Square. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan program SPSS 24.0 statistik analitik.Pada hasil analisis
didapatkan tidak ada hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan
kejadian stunting pada Baduta (p = 0.444) dan terdapat hubungan antara perilaku ibu terhadap pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian stunting pada Baduta (p = 0.000).

Kata kunci: makanan pendamping asi, perilaku, sikap, ibu, stunting

1. PENDAHULUAN
Stunting merupakan kondisi kurang gizi kronis yang disebabkan kebutuhan gizi yang tidak
terpenuhi dalam waktu yang lama. Stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak
balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD
(severely stunted). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia terdapat 35.6% (2010), 37.2%
(2013) dan 30.8% (2018) kejadian stunting pada balita. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek
pada baduta di Indonesia ialah sebesar 29.9% pada tahun 2018. Provinsi Banten memiliki angka
stunting pada baduta sebesar 26.6% pada tahun 2018. Sementara itu, Provinsi Banten, Kabupaten
Pandeglang memiliki prevalensi tertinggi, yaitu 38.57% pada tahun 2013 dan menjadi 36.7% pada tahun
2018, yaitu sekitar 8.000 anak di Kabupaten Pandeglang menderita stunting.(TNP2K,2018).
Stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak dengan dampak negatif yang akan
berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit
menular, penurunan produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah (UNICEF, 2012; WHO 2012).Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi.
Penyebab langsung stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Ibu hamil yang
kurang asupan gizi dan mengalami infeksi akan melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan/atau panjang badan bayi di bawah standar. Asupan gizi yang baik tidak hanya ditentukan
oleh ketersediaan pangan tingkat rumah tangga tetapi juga dipengaruhi oleh pola asuh seperti
pemberian kolostrum (ASI yang pertama kali keluar), Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian ASI
Ekslusif, dan pemberian Makanan Pendamping ASI secara tepat. Penyebab lain ialah faktor lingkungan
dan faktor keturunan. Selain itu, faktor kesehatan lingkungan juga berpengaruh, yakni akses air bersih
dan sanitasi layak serta pengelolaan sampah juga berhubungan erat dengan kejadian infeksi penyakit
menular pada anak.Penyebab tidak langsung dari masalah stunting ialah dapat dipengaruhi oleh faktor
pendapatan dan kesenjangan ekonomi, perdagangan, urbanisasi, globalisasi, sistem pangan, dll
(Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di Kabupaten, 2018).

SENARI 7 - 2020 51
Seminar Nasional Riset Inovatif 2020
ISBN 978-623-7482-54-3

Upaya penurunan stunting dilakuan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi spesifik di mana
untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitive untuk penyebab yang tidak langsung.
Salah satu intervensi gizi spesifik yang dilakukan ialah memberikan makanan tambahan kepada ibu
hamil, seperti tablet tambah darah, mendorong inisiasi menyusui dini, mendorong pemberian ASI
Ekslusif, dan mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi dengan pemberian
Makanan Pendamping ASI (Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi di
Kabupaten, 2018).
Saat bayi berusia 0-6 bulan, asupan ASI menempati kedudukan yang sangat penting bagi bayi.
Kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk bayi dapat dipenuhi dari ASI. Namun, saat bayi memasuki
usia 6 bulan kebutuhannya meningkat. ASI hanya memenuhi 2/3 dari kebutuhan gizi bayi. Pada usia
ini, bayi membutuhkan makanan lain sebagai pendamping ASI (MP-ASI), (Kustiani, Prima, 2018).
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan dan cairan tambahan yang diberikan kepada
anak usia 6-23 bulan karena ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. (Kustiani, Prima,
2018). Anjuran WHO (2012), ketika ASI tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, makanan
pendamping harus ditambahkan ke diet anak. Transisi dari ASI eksklusif ke makanan keluarga disebut
sebagai pelengkap makan, biasanya mencakup periode dari usia 6 sampai 18-24 bulan. Riksani (2013)
menyatakan bahwa perilaku ibu sangat memengaruhi tingginya pemberian MP-ASI dini. Pemberian MP-
ASI dini sama saja dengan membuka gerbang bagi masuknya penyakit. Ditinjau dari aspek sikap ibu,
menurut Kristianto, dkk (2010) banyak ibu yang beranggapan bahwa bayinya kelaparan dan akan tidur
nyenyak jika diberi makan, meskipun tidak ada relevansinya. Dalam penelitian Pudjiadi (2005)
dijelaskan bahwa risiko pemberian MP-ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan
yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan
tersebut, dan mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan. Asupan
makanan/minuman selain ASI kepada bayi sebelum usia 6 bulan juga dapat mengakibatkan bayi sering
sakit dan memacu timbulnya alergi karena imunitas yang menurun. Akibat- akibat tersebut dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi (Jumiyati,2016).
Lawrence Green (2007) menyatakan bahwa kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh faktor-faktor, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya, perilaku itu sendiri
ditentukan atau dibentuk dari 3 faktor : faktor predisposisi (predisposing factors)yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor pendukung
(enablingfactors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana; faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo,2010).Oleh
karena itu, kondisi stunting menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia karena
prevalensi yang tinggi dan dampak yang besar.
Berdasarkan faktor yang sudah dijelaskan, salah satu penyebab terjadinya stunting adalah
asupan ASI dan praktik pemberian makanan pendamping ASI yang kurang tepat. Hal tersebut dapat
diintervensi sehingga dapat dicegah kejadiannya (Dwitama,dkk, 2018). Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) dengan kejadian stunting pada baduta di Kabupaten Pandeglang ada tahun 2019.

2. METODE
Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuantitatif analitik dengan desain penelitian cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh balita di bawah dua tahun (Baduta), yakni
sebanyak 796 responden, di mana responden adalah keluarga dengan anak umur > 2tahun. Jenis data
yang digunakan merupakan data primer, data yang diambil dari 10 desa lokus stunting di Kabupaten
Pandeglang ,Provinsi Banten.
Pemilihan sampel untuk subjek penelitian ini menggunakan metode Total sampling, yaitu semua
populasi dalam penelitian dijadikan sampel penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara melalukan pengukuran berat badan, tinggi badan baduta, dan melakukan
wawancara terpimpin dengan responden untuk pengisian kuesioner yang sudah disusun oleh peneliti.
Pada kuesioner terdapat bagian sikap yang memiliki 9 pertanyaan dengan kategori sikap baik ≥ 24.86
dan buruk ≤ 24.86. Selanjutnya, pada bagian perilaku terdapat 10 pertanyaan dengan kategori perilaku
baik ≥ 9.58 dan buruk ≤ 9.58. Kemudian, pada variable stunting dikategorikan menjadi stunting dan tidak
stunting.Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan Uji Chi-Square.

SENARI 7 - 2020 52
Seminar Nasional Riset Inovatif 2020
ISBN 978-623-7482-54-3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut ini adalah tabel karakteristik responden baduta berdasarkan jenis kelamin, persalinan
ditolong oleh, berat badan lahir, riwayat imunisasi, riwayat ISPA, riwayat diare, status gizi serta status
stunting.

Tabel 1. Karakteristik Responden Baduta


Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki – Laki 424 53.3
Perempuan 372 46.7
Total 796 100
Persalinan ditolong oleh
Tenaga Kesehatan 732 92.0
Bukan Tenaga Kesehatan 64 8.0
Total 796 100
Berat Badan Lahir
<2500 151 19.0
2500 – 3600 523 65.7
>3600 122 15.3
Total 796 100
Riwayat Imunisasi
Lengkap 521 65.5
Tidak Lengkap 267 33.5
Tidak Tahu 8 1.0
Total 796 100
Riwayat ISPA
Ada 451 56.7
Tidak Ada 336 42.2
Tidak Tahu 9 1.1
Total 796 100
Riwayat Diare
Ada 138 17.3
Tidak Ada 647 81.3
Tidak Tahu 11 1.4
Total 796 100

Selanjutnya, karakteristik responden ibu berdasarkan usia pertama menikah, tingkat


pendidikan, pekerjaan, jumlah pendapatan keluarga, dan jumlah anak, dapat dilihat pada tabel berikut
ini.

Tabel 2. Karakteristik Responden Ibu


Karakteristik Jumlah Persentase (%)
Tingkat Pendidikan
Tidak bersekolah 18 2.3
Sekolah Dasar 335 42.1
SMP 248 31.2
SMA 161 20.2
Sarjana 34 4.3
Total 796 100
Pekerjaan
Bekerja 90 11.3
Tidak Bekerja 106 88.7
Total 796 100
Jumlah Pendapatan
Keluarga
< UMR 603 75.8
>UMR 193 24.2
Total 796 100
Usia Pertama Menikah

SENARI 7 - 2020 53
Seminar Nasional Riset Inovatif 2020
ISBN 978-623-7482-54-3

<20 506 63.6


>20 290 36.4
Total 796 100
Jumlah Anak
1 -3 672 84.4
4–6 113 14.2
7-10 11 1.4
Total 796 100

Pada penelitian ini dilakukan analisis univariat terhadap dua variable berbeda pada baduta, yaitu
sikap dan perilaku ibu terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian
stunting.

Tabel 3. Gambaran Kejadian Stunting pada Baduta di Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
Keterangan Jumlah Persentase(%)
Stunting 307 38.6
Tidak Stunting 489 61.4
Total 796 100

Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan responden dengan stunting ialah sebanyak 307
responden (38.6%) dan tidak stunting lebih banyak, yaitu sebanyak 489 responden (61.4%). Hasil
penelitian yang telat dilakukan dengan menggunakan kuesioner di 10 desa lokus stunting di
kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten Tahun 2019,didapatkan pada tabel 1, yakni angka kejadian
stunting pada 796 responden ialah sebanyak 307 responden (38.6%). Berdasarkan RISKESDAS
(2018) Banten memiliki angka stunting sebesar 26.6% lebih rendah dari tahun 2017, yakni sebesar
29.6%. dengan proporsi status gizi stunting pada baduta di Indonesia ialah sebesar 29.9%.

Tabel 4. Gambaran Sikap Ibu Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Baduta di
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
Sikap Jumlah Persentase (%)

Baik 448 56.3


Buruk 348 43.7
Total 796 100

Berdasarkan Tabel 4 di atas didapatkan jumlah sikap ibu baik lebih banyak, yaitu sebanyak 448
responden (56.3%) dan sikap ibu buruk terhadap pemberian MP-ASI ialah sebanyak 348 responden
(43.7%). Hal ini menjelaskan bahwa ibu yang memiliki baduta di 10 desa di Kabupaten Pandeglang ini
bersikap baik atau mendukung terhadap pemberian MP-ASI yang tepat atau tidak memberikan MP-ASI
pada usia dini. Sikap merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong tindakan tertentu yang akan
dilakukan oleh seseorang.
Menurut Azwar (2011), sikap terdiri atas tiga komponen yang menunjang, yaitu komponen
kognitif, yakni seorang ibu punya kepercayaan bahwa memberikan MP-ASI pada bayi harus sesuai
dengan usia bayi; komponen afektif, yakni seorang ibu mempunyai sikap positif terhadap resiko
pemberian MP-ASI yang akan mengganggu kesehatan bayi; dan komponen konatif, yaitu komponen ini
didasarkan asumsi, yakni seorang ibu yang mempunyai sikap positif terhadap pemberian MP-ASI yang
tepat pada bayi maka akan berupaya untuk memberikannya pada waktu dan dengan jenis makanan
yang tepat sesuai usia bayi. (Azwar,2011).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hajrah (2016) dengan frekuensi tertinggi sikap ibu
terhadap pemberian MP-ASI, yaitu setuju dengan persentase 81.25%. Dalam penelitian ini disebutkan
jika seorang ibu memilki sikap yang baik atau positif terhadap pemberian MP-ASI maka tindakan yang
akan diberikan kepada bayinya dalam pemberian MP-ASI juga akan baik atau positif. Dalam hal ini,
pemberian MP-ASI tepat waktu, yaitu pada kisaran usia bayi 4-6 bulan dengan tetap memperhatikan
kesiapan fisik dan psikologis bayi serta kualitas atau jenis-jenis MP-ASI yang perlu diperhatikan pada
saat pemberian MP-ASI sehingga kebutuhan gizi bayi dan balita terpenuhi dengan baik.

SENARI 7 - 2020 54
Seminar Nasional Riset Inovatif 2020
ISBN 978-623-7482-54-3

Tabel 5. Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Baduta di
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
Perilaku Jumlah Persentase (%)
Baik 519 65.2
Buruk 277 34.8
Total 796 100

Berdasarkan Tabel 5 di atas didapatkan perilaku ibu terhadap pemberian MP-ASI mayoritas
memiliki perilaku baik, yaitu sebanyak 519 responden (65.2%) dan yang berperilaku buruk sebanyak
277 responden (34.8%). Hal ini menunjukan bahwa masih ada sekitar 34.8% ibu yang memiliki perilaku
buruk terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI. Berkaitan dengan pemberian MP-ASI, hasil
penelitian lain juga menunjukkan bahwa pemberian makanan bayi di Indonesia masih banyak yang
belum sesuai dengan umurnya, terutama di daerah pedesaan, dimana umumnya masyarakat pedesaan
di Indonesia memberikan pisang (57,3%) kepada bayinya sebelum usia 4 bulan (Litbangkes, 2013).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Darmawan (2015), yakni didapatkan perilaku
pemberian MP-ASI sebanyak 27 responden (56.2%) memberikan MP-ASI yang tepat kepada bayinya.
Peneliti menjelaskan bahwa praktik pemberian MP-ASI di Desa Sekarwangi perlu diperbaiki melalui
peran aktif masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan. Masyarakat yang menjadi pelaku utama
dalam pemberian MP-ASI secara terus-menerus perlu diberi pemahaman tentang makna pemberian
MP-ASI >6 bulan bagi kesehatan bayi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Analisa bivariat penelitian ini dilakukan dengan 2 variabel berbeda, yaitu hubungan antara sikap
ibu terhadap pemberian ASI terhadap kejadian stunting baduta seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Hubungan Sikap ibu Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Kejadian Stunting
pada Baduta di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
Kejadian Stunting
Nilai P- OR
Tidak Total
Stunting Value (95%CI)
Stunting
Sikap Ibu 270 178 448
Baik
terhadap (33.9%) (22.4%) (56.3%)
0.893
pemberian 219 129 348
Buruk 0.444 (0.670 –
MP-ASI (27.5%) (16.2%) (43.7%)
1.192)
489 307 796
Total (61.4%) (38.6%) (100%)

Pada analisa bivariat antara variabel sikap ibu dan kejadian stunting pada baduta mayoritas ialah
kategori sikap ibu terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) baik dengan status tidak
Stunting, yaitu sebanyak 270 responden (33.9%). Sementara itu, kategori sikap ibu terhadap pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) buruk dengan status stunting paling sedikit, yaitu sebanyak 129
responden (16.2%). Hasil uji Chi-Square didapatkan hasil p sebesar 0.444 (p > 0.05) yang artinya tidak
ada hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan
kejadian stunting pada baduta.
Hasil analisa bivariat dalam penelitian ini didapatkan tidak adanya hubungan antara sikap ibu
terhadap pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
tahun 2019 (nilai p value = 0.444). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Juliyandari (2017), di
mana pada hasil penelitiannya ditunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap
ibu dalam pemberian ASI dan MP-ASI dini dengan pertumbuhan bayi 0–6 bulan (p = 0.495). Selain itu,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih adanya ibu-ibu yang mempunyai bayi 0–6 bulan yang
bersikap positif tetapi masih memberikan MP-ASI terlalu dini karena adanya pengaruh dari orang tua
dan mertua. Di lain hal, Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wulan Ayu, dkk (2017), di
mana pada hasil uji hubungan sikap ibu terkait MP-ASI standar WHO dengan status gizi baduta

SENARI 7 - 2020 55
Seminar Nasional Riset Inovatif 2020
ISBN 978-623-7482-54-3

menunjukan hubungan yang signifikan dengan nilai p value = 0.001. Hal tersebut menunjukan bahwa
semakin baik sikap ibu maka semakin baik pula status gizi anak.
Hubungan antara perilaku ibu terhadap pemberian ASI dan kejadian stunting baduta dapat dilihat
pada tabel 7di bawah ini.

Tabel 7. Hubungan Perilaku Ibu terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Kejadian
Stunting pada Baduta di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten
Kejadian Stunting
Nilai P- OR
Tidak Stunting Total (95%CI)
Stunting Value

Perilaku 291 228 519


Baik
Ibu (36.6%) (28.6%) (65.2%)
terhadap 0.509
198 79 277
pemberian Buruk 0.000021 (0.372 –
(24.9%) (9.9%) (34.8%)
MP-ASI 0.697)
489 307 796
Total (61.4%) (38.6%) (100%)

Pada analisa bivariat antara variabel perilaku ibu dengan kejadian stunting pada baduta
didapatkan data tentang perilaku ibu terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan
status tidak stunting ialah sebanyak 291 responden (36.6%) dan perilaku ibu terhadap pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan status Stunting ialah sebanyak 79 responden
(9.9%).Penelitian ini menggunakan uji nonparametric, yaitu Chi-Square didapatkan hasil p sebesar
0.000021 (p < 0.05). Artinya, terdapat hubungan antara perilaku ibu terhadap pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dengan kejadian stunting pada baduta.
Banyak penelitian lain sejalan dengan penelitian ini, yaitu pada penelitian Enny F (2017). Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku pemberian makanan
pendamping ASI dan status gizi bayi usia 6-11 bulan di wilayah Beji Sidoarum Godean, Sleman dengan
nilai signifikansi 0.000 dan p value> 0.005. Lalu, pada penelitian Nanda Devi (2019), disebutkan bahwa
terdapat hubungan perilaku pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi 6–24 bulan di posyandu Desa
Bandung. Hal ini terjadi karena masih banyak budaya masyarakat dan lingkungan sekitar yang turun-
temurun memberikan makanan pendamping ASI yang tidak sesuai.

4. SIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 796 responden, terdapat 307 responden (38.6%)
dengan status gizi baduta stunting. Selanjutnya, dari analisa bivariat didapatkan tidak adanya hubungan
antara sikap ibu terhadap kejadian stunting pada baduta di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten,
Tahun 2019 dengan p value 0.444 (p>0.05). Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara
perilaku ibu terhadap kejadian stunting pada baduta di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Tahun
2019 dengan dengan p value 0.000 (p<0.05).

DAFTAR RUJUKAN
Azwar, S. 2011. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya (Edisi Kedua). Jakarta:Pustaka Pelajar.
Darmawan F, dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Perilaku Pemberian Mp-Asi
Yang Tepat Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa Sekarwangi Kabupaten Sumedang. Jawa Barat.
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Vol.1 No.2.
Dwitama Y, dkk. 2018. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI terhadap
Balita Pendek Usia 2 sampai 5 tahun di Kecamatan Jatinangor. Bandung: Universitas
Padjadjaran.
Fitriahadi Enny. 2017. Hubungan Perilaku Pemberian Makanan Pendamping Asi Dengan Status Gizi
Bayi Usia 6-11bulan Di Wilayah Beji Sidoarum Godean Sleman. Yogyakarta. Jurnal Kebidanan.
Universitas Aisyiyah.

SENARI 7 - 2020 56
Seminar Nasional Riset Inovatif 2020
ISBN 978-623-7482-54-3

Hajrah. 2016. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pemberian Makanan Pendamping Asi
(MP-ASI) Dini Di Rb. Mattiro Baji Kabupaten Gowa Tahun 2016. Karya Tulis Ilmiah. Makassar:
Universitas Islam Negri Alauddin.
Jumiyati. Pemberian MP-ASI setelah Anak Usia 6 Bulan.
http://180.250.43.170:1782/poltekkes/files/MP-ASI.pdf.[diakses 10/04/2020]
Kristianto, dkk. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping
ASI pada Bayi Umur 6 – 36 Bulan. Jurnal Penelitian: Volume 6, No. 1 Juli 2013. STIKES RS.
Baptis Kediri.
Notoatmojo.2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.
Riksani, R. 2013. Variasi Olahan Makanan Pendamping ASI. Jakarta: Dunia Kreasi Riset Kesehatan.
Riskesdas. 2018. Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan Kementerian RI Tahun 2018.
Kustiani, Prima. 2018. Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Pemberian MP-ASI
Anak Usia 6-24 bulan Pada Intervensi Penyuluhan Gizi Di Lubuk Buaya Kota Padang.Padang.
Jurnal Kesehatan Perintis Volume 5 No 1.
Tim Nasional Percepat Penanggulangan Kemiskinan. 2018. 160 Kabupaten prioritas dengan
masing-masing 10 desa untuk penanganan Stunting (Kerdil) :Kementrian PPN/Bappenas.
UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Gizi Oktober 2012. Jakarta: UNICEF Indonesia WHO. 2012. Nutrition
Landscape Information System (NLIS) Country ProfileIndicators: Interpretation Guide. Geneva:
World Health Organization
Wulan Ayu, dkk. 2017. Hubungan Perilaku Ibu Terkait Mp-Asi Standar WHODengan Status Gizi Baduta
Usia 6-23 Bulan (Studi Di Kelurahan Punggawan Kota Surakarta). Semarang.Jurnal Kesehatan
Masyarakat.

SENARI 7 - 2020 57

Anda mungkin juga menyukai