Anda di halaman 1dari 15

KOMUNIKASI KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE

Disusun oleh:

A’if Fathul Khasanah (20001)

Amanda Sukma Dewanthi (20003)

Anisa Azhari Putri Effendi (20004)

Aurelia Quilina Dasilva (20006)

Cherry Wendina (20007)

Chintia Dewi Harun (20008)

Dafa Dhilla (20009)

Tingkat 2A

AKADEMI KEPERAWATAN POLRI

JAKARTA

TAHUN 2021
ROLEPLAY DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA

Pemeran:

1. A’if Fathul Khasanah sebagai Perawat B


2. Amanda Sukma Dewanthi sebagai Perawat A
3. Cherry Wendina sebagai Perawat C
4. Dafa Dhilla sebagai Pasien

Tehnik Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dewasa Dengan Diagnosa Medis ASMA

Disuatu malam saat perawat A sedang berdinas malam di UGD RS Polri, tiba-tiba saja datang
seorang perempuan dengan napas tersengal-sengal, wajah pucat, bibir mukosa tampak kering
yang sudah terkapar lemas di depan pintu IGD.

Perawat A: “Ya Allah, ada yang pingsan “ (panik perawat A).

Saat melihat kejadian tersebut, perawat A segera berlari menghampiri perempuan tersebut
untuk mengecek keadaan pasien perempuan tersebut.

Perawat A: “Ibu, ibu kenapa bu? Syukurlah ibu gak pingsan. Ibu, ayo saya bantu angkat ya
bu, ibu masih bisa berdiri bu?”

Pasien perempuan tersebut hanya menggelengkan kepalanya pelan. Perawat B yang


kebetulan lewat kemudian langsung menghampiri perawat A dan pasien tersebut.

Perawat B: “Ada apa ini?” (tanya perawat B tiba-tiba yang membuat perawat A terkejut).

Perawat A: “Syukurlah ada kamu if, tolong bantu aku bawa ibu ini bangsal. Ayo cepat if
kasihan ibunya.”

Tanpa babibu, akhirnya perawat A dan perawat B saling berkerjasama untuk membantu ibu
tersebut berdiri dan membawanya ke salah satu bangsal IGD.
Pasien: “Se... sakkk. Da.. daa. Saayaaa.” (ucap ibu tersebut sambil tersenggal-senggal.

Perawat A dan perawat B pun mempercepat langkahnya hingga akhirnya tiba juga di salah
satu bangsal IGD.

Perawat A: “A’if, tolong siapin oksigen if.” (Perawat B pun melepaskan pegangannya
terhadap ibunya dan segera menyiapkan oksigen yang akan diberikan ke pasien tersebut).

Perawat A: “Ayo ibu, naik pelan-pelan ya bu. Saya bantu ya bu.’

Setelah pasien terduduk di atas bangsal, kemudian perawat A mulai mengatur posisi pasien
agar terlihat nyaman sedangkan perawat B mengubah posisi bangsal agar menjadi menjadi
semi-fowler.

Perawat B: “Bagaimana bu? Apa sudah cukup.”

Pasien menganggukkan kepalanya. Kemudian perawat A mengambil mulai memasangkan


oksigen central kepada ibunya.

Perawat A: “Ibu sesak ya bu, saya pasangkan oksigen ya bu supaya sesak ibu berkurang.
Maaf ya bu saya pasangkan terlebih dahulu.”

Perawat kemudian memasangkan oksigen tersebut kepada ibunya, dan kemudian menaruh
bantal di belakang punggung serta kepala agar ibunya lebih nyaman lagi.

Perawat A: “Bagaimana bu, sudah nyaman?”


Pasien tersebut menganggukan kepalanya dengan lirih.

Perawat B: “Nda, aku ambil buku datanya dulu ya. Kamu tunggu sini.”

Perawat A menganggukan kepalanya dan memilih berdiam diri di samping basangsal pasien
tersebut bermaksud untuk menemaninya agar tidak kesepian. IGD pun juga tampak sepi,
rasanya tidak masalah bila ia tetap di samping ibunya hingga perawat B datang kembali
membawa buku dokumentasi.

Perawat A: “Ibu masih sesak?”

Pasien: (menganggukam kepala)

Perawat A: “Baik bu, ibu ikuti saya bu. Insha Allah bisa mengurangi sesak pada ibu, oke ibu
harus tarik nafas dalam dari hidung, lalu tahan selama 3 detik. Kemudian hembuskan dari
mulut ya bu. Baik kita mulai bu.”

Perawat A: “Tarik napas dalam dari hidung. Okey cukup, hitungan ke 3 ya bu, satu... duaa...
tigaa ... hembuskan dari mulut. Bagus ibu, diulangi ya bu sesuai hitungan saya.”

Perawat A dan pasien tersebut pun mengulangi tehnik napas dalam beberapa hingga sesak
pada pasien terasa berkurang.

Pasien: “Sudah, sus.”

Perawat A: “Alhamdulillah, sudah lega ya ibu, sudah bisa bicara.”

Pasien: “Iya sus sudah, terima kasih sus.”

Perawat A: “Siap ibu, sama sama ya bu. Saya akan di sini nunggu teman saya yang akan
mendata ibu ya bu. Mohon ditunggu sebentar.”

Pasien: “Iya sus.”


Perawat A: “Kalo boleh saya tahu nama ibu siapa ya?”

Pasien: “Dafdil, sus”

Perawat A: “Oke baik, dengan ibu dafdil ya. Perkenalkan ibu dafdil, saya perawat Amanda.
Saya berdinas malam ini hingga pagi, bila ibu ada keperluan apa-apa ibu bisa meminta tolong
kepada saya atau teman saya bu. Setelah ini akan ada teman saya yang datang ke ruangan ibu
ini untuk mendata ibu, bagaimana bu apakah ibu bersedia?”

Pasien: “Baik sus, bersedia.”

Perawat A: “Bila saat pendataan ibu mengalami sesak kembali, ibu bisa langsung beritahukan
kepada perawat yang ada ya bu. Apakah ibu ke sini hanya sendirian?”

Pasien: “Iya sus, saya sendirian.”

Perawat A: “Anak ibu? Suami ibu?”

Pasien: (Meggeleng lirih)

Perawat A: “Ada nomor pihak keluarga yang dapat kami hubungi bu?”

Pasien: “Ada di tas saya sus.”

Perawat A: “Mohon maaf bu, tadi saya bawa ibu ke sini tanpa tas bu.”

Pasien: “Saya taruh bangku depan pintu sus.”

Perawat A: “Oh baik, kalau begitu saya izin ambilkan terlebih dahulu ya bu.”

Pasien: “Terima kasih ya sus.”

Setelah kepergian perawat A, tak lama perawat B kembali ke ruangan Ny. D dengan
membawa buku dokumentasi untuk mendata pasien yang baru saja datang.

Perawat B: “Permisi ibu, perkenalkan saya perawat A’if, maaf sudah membuat ibu menunggu
ya bu. Bagaimana keadaan ibu, sudah membaik?”

Pasien: “Sudah sus.”

Perawat B: “Syukurlah. Bersedia untuk saya data bu?”


Pasien: “Bersedia sus.”

Perawat B: “Sebelumnya nama ibu siapa?”

Pasien: “Nama saya Dhafa Dilla, biasa dipanggil Dafdil, sus.”

Perawat B: “Usia berapa bu?”

Pasien: “37 tahun.”

Perawat B: “Tempat dan tanggal lahir?”

Pasien: “Jakarta, 14 Oktober 1976.”

Perawat B: “Baik, apakah ibu sebelumnya punya riwayat ASMA bu?”

Pasien: “Punya sus dari saya masih SMA.”

Perawat B: “Oke, baik dari SMA ya bu, kira-kira ASMA bu dapat kambuh waktu ibu sedang
melakukan apa ya?”

Pasien: “Kalo saya kecapean, ASMA saya suka kambuh sus.”

Perawat B: “Mohon maaf bu, apakah ibu punya suami?”

Pasien: “Punya sus, tetapi sudah meninggal.”

Perawat B: “Innalillahi, maafkan saya ibu. Kalo untuk anak, apakah ibu punya?”

Pasien: “Anak saya bekerja di luar kota sus.”

Perawat B: “Lalu, ibu ke sini dengan siapa bu?”

Pasien: “Saya naik angkot sus”

Perawat B: “Keluhan apa yang membuat ibu memutuskan untuk ke rumah sakit. Kan ibu
punya ASMA, apakah mungkin saat ini ibu ke rumah sakit karena sesaknya yang luar biasa
sehingga tidak bisa ibu tangani di rumah?”

Pasien: “Iya sus, sewaktu saya baru selesai mencuci piring, tiba-tiba pandangan saya kabur
seperti ingin pingsan, dasa saya nyeri sekali, saya seperti ingin mati karena tidak bisa nafas.
Hidung saya seperti tertutup sesuatu sehingga saya benar-benar tidak bisa bernafas. Kalo saja
saya tidak kepikiran anak saya, saya lebih memilih untuk mati saja menyusul suami saya, tapi
saya ingat, saya masih punya anak yang butuh saya, jadi saya putuskan segera pergi ke rumah
sakit agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan demi anak saya.”
Perawat B: “Baik ibu, setelah itu ada keluhan lain?”

Pasien: “Tidak ada sus, hanya itu dan saya terasa lemas dan gemetar saja bu.”

Perawat: “Baik ibu, untuk alamat tempat tinggal ibu dimana ya bu?”

Tok..tok..tok..

Perbincangan perawat B terputus sesaat dikarenakan perawat A sudah kembali tiba di


ruangan tersebut.

Perawat A: “Permisi, maaf memotong pembicaraan ibu, yang ini ya bu tas nya?”

Pasien: “Oh iya yang itu sus. Terima kasih banyak ya sus.”

Perawat A: “Iya bu, sama-sama.”

Pasien tersebut merogoh tasnya dan mengambil selembar kartu nama kepada perawat A.

Pasien: “Maaf sus, ini kartu nama anak saya yang bisa dihubungi.”

Perawat A: “Oh iya baik ibu, kalau begitu saya izin menghubungi anak ibu terlebih dahulu ya
bu.”

Pasien: “Iya sus. Bilang saja, saya tidak kenapa-kenapa hanya sesak sedikit ya sus. Agar anak
saya tidak khawatir, karena ia sedang di luar kota”

Perawat A: “Baik ibu, saya pamit keluar ya bu. If, boleh dilanjutkan.”

Perawat B: “Oke, makasih ya nda.”

Perawat A menganggukan kepala seraya tersenyum kemudian menghilang di balik pintu


IGD.
Perawat B: “Baik ibu, dilanjut ya bu. Untuk alamat ibu dimana ya bu?”

Pasien: “Sus, kepala saya pusing banget, dada saya sakit. Aduh sus, sakit banget. Sus.. terrr,
liat dataa saa.. yaaa di KTP ajaa. Inii.” (Ucap pasien seraya menyerahkan KTP nya).

Perawat B: “Ibu, bagian mana bu yang sakit?”

Pasien: “Kepala saya, pusing. Sakit dada saa... yaaa., se.. saakkk.”

Perawat B dengan segara menambah volume oksigen pada ibu tersebut.

Perawat B: “Ibu bagaimana masih sesak bu? Sudah saya tambahkan volume oksigennya.”

Pasien: “Masih sus.”

Perawat B: “Ibu dengarkan omongan saya ya bu, ibu tarik napas yang dalam pelan-pelan.
Ayo ibu ikuti instruksi saya. Tarik napas, iya pelan-pelan.”

Pasien mengikuti instruksi perawat B.

Perawat B: “Iya seperti itu, lalu tahan 3 detik ya ibu. Saatuu.... duuu..aaa. tiigaaaa.
Hembuskan ibu.”

Perawat B: “Iya bagus ibu seperti itu. Diulangi ya bu.”

Pasien mengulangi tehnik relaksasi napas dalam sebanyak 5 kali.

Perawat B: “Baik ibu, bagaimana bu masih sesak?”

Pasien: “sudah tidak terlalu sus.”


Perawat B: “Alhamdulillah, kalau begitu ibu istirahat ya bu. Nanti teman saya akan datang ke
ruang ibu untuk pemasangan infus dikarenakan sepertinha ibu kekurangan cairan.”

Pasien: “Baik sus. Boleh saya tidur?”

Perawat B: “Boleh bu. Kalo begitu, saya pamit ya bu kembali ke nurse station. Jika
memerlukan apa-apa, ibu bisa pencet bel di sebelah sini ya bu, nanti akan ada perawat yang
datang ke ruang ibu ini.”

Pasien: “Baik sus, terima kasih banyak ya sus.”

Perawat B: “Iya ibu sama-sama ya bu. Bila ibu merasakan sesak kembali, ibu jangan panik ya
bu, karena bila ibu panik ibu akan makin sesak. Ibu cukup tenang dan atur pola napas ibu
seperti tadi.”

Pasien: “baik sus, maaf merepotkan ya sus.’

Perawat B: “Tidak ibu, sama sekali tidak. Kalau begitu saya permisi ya bu.
Assalamualaikum.”

Pasien: “Waalaikumsalam sus.”

15 menit setelah kepergian perawat B, tak lama kemudian datanglah perawat C ke ruangan
pasien untuk pengecekan tanda-tanda vital dan pemasangan infus.

Perawat C: “Assalamualaikum ibu”

Pasien: “Waalaikumsalam bu.”

Perawat C: “Bisa bantu saya untuk mengkonfirmasi nama dan tanggal lahir ibu?”

Pasien: “Dhafa Dhilla, Jakarta 14 Oktober 1976”

Perawat C: “Baik ibu, sudah sesuai ya bu. Perkenalkan Ibu, nama saya Cherry Wendina,
Perawat yang berdinas malam hari ini, tujuan saya datang ke ruangan ini untuk mengukur
tekanan darah, frekuensi nadi dan napas, suhu tubuh, serta pemasangan infus. Bagaimana ibu,
apakah ibu bersedia?”

Pasien: “Oh iya baik sus.”


Perawat C: “Saya siapkan dulu ya bu, alat-alat nya”

Pasien: “Iya sus.”

(Perawat C menyiapkan alat-alatnya dan tak lama kemudia kembali menghampiri pasien).

Perawat C: “Permisi ibu, alat-alatnya sudah siap, bisa dimulai sekarang?”

Pasien: “Bisa sus”

Perawat C: “Oke bu, jadi yang pertama saya akan mengecek suhu tubuh ibu yaa. Saya akan
menaruh termometer ini di ketiak ibu, dan kemudian tunggu termometer ini bunyi.”

Pasien: “Baik sus”

(Tak lama kemudia termometer pun berbunyi)

Perawat C: “Suhu tubuu ibu sedikit tinggi ya bu, nanti setelah tindakan pemasangan infus
selesai akan saya berikan obat penurunan panas ya bu.”

Pasien: “Iya sus.”

Perawat C: “Selamjutnya, saya akan mengukur tekanan darah ibu, maaf ibu lengan bajunya
bisa tolong dinaikan yam”

Pasien: “Baik sus.”

Perawat C: “saya bantu ya bu.”

(Setelah itu, perawat C mengukur tekanan darah pasien).

Perawat C: “Alhamdulillah tekanan darah ibu normal ya bu.”

Pasien: “syukurlah sus.”.


Perawat C: “Oke selanjutnya pengukuran frekuensi nadi ya bu, lengannya boleh saya pinjam
sebentar?”

Pasien: “Ini sus”.

Perawat C: “Oke baik, sebentar ya ibu.” (sambil mengukur nadi di pergelangan tangan
ibunya. Dan kemudian pun mengukur frekuensi napas pasien tersebut).

Perawat C: “Wah ibu, frekuensi nadi dan napas ibu tinggi ya. Apakah ibu masih merasakan
sesak?”

Pasien: “masih sus.”

Perawat C: “Ya sudah kalau begitu nanti akan saya berikan obat ya bu, dan ibu sekali lagi
saya ingatkan untuk tidak panik ya bu. Tolong di atur pola napas nya dengan tarik napas
dalam ya bu.”

Pasien: “Oh iya baik sus, makasih ya.”

Perawat C: “Oh iya baik ibu, sama sama ya bu. Oke saya langsung mulai pemasangan infus
saja ya bu.”

Pasien: “Iya sus, pelan-pelan ya sus.”.

Perawat C: “Oke bu, gak sakit kok bu. Cuma seperti di tusuk jarum sedikit aja dan rada gatal-
gatal, setelah jarum sedikit masuk, saya akan memasukkan selang kecil ke punggung tangan
ibu kemudian jarumnya akan saya tarik kembali ya bu, jadi yang tetap tinggal hanya selang
kecilnya saja. baik ibu dimulai ya. Boleh saya pinjam punggung tangan ibu?”

Pasien: “Oke sus, ini ya.”

(Perawat mulai menusukkan jarun di punggung tangan pasien, lalu memasukan selang kecil
dan menarik jarumnya kembali, dan dilanjutkan dengan pemasangan cairan infus).

Perawat C: “Alhamdulillah, sudah terpasang bu di sebelah tangan kiri ibu. Untuk tetesannya
juga sudah lancar. Bagaimana bu perasaannya?”

Pasian: “tidak sakit sus,”


Perawat C: “Syukurlah bila tidak sakit. Kalo begitu tindakan pengukuran tanda-tanda vital
ibu sudah selesai ya, pemasangan infus oun sudah terlaksana. Baik ibu, setelah ini di jam
sekitar subuh, akan ada perawat datang ke ruangan ibu ya bu untuk memberikan obat kepada
ibu melalui selang infus ini. Ada yang mau ditanyakan lagi bu?”

Pasien: “Tidak ada bu.”

Perawat C: “Baik jika tidak ada, saya ijin pamit kembali ke ruangan saya bu.Oh iya, saya
mendapatkan pesan dari teman saya, bahwa pihak kami sudah menghubungi anak ibu dan
kemungkinan anak ibu akan tiba di rumah sakit ini jam 6 pagi.”

Pasien: “Alhamdulillah terima kasih banyak ya sus.”

Perawat C: “sama-sama ibu, jika ibu membutuhkan bantuan, ibu bisa memencet bel di
sebelah sini ya bu. Maka nanti akan ada perawat jaga yang datang ke ruangan ibu untuk
membantu keperluan ibu. “

Pasien: “baik sus.”

Perawat C: “saya tinggal ya bu. Assalamualaikum.”

Pasien: “Waalaikumsalam sus.”

(Perawat C telah selesai melakukan tindakan keperawatan kepada pasien D, kemudian


kembali ke murse station. Tak lupa sebelum ekmbali ia menutupkan horden dan selimut
kepada pasien agar pasien terasa lebih nyaman).
KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Role play menggambarkan bagaimana seorang perawat menjalankan perannya untuk


melaksanakan komunikasi terapeutik kepada pasien dan keluarga dimana role play ini akan
diperan kan oleh:

 Anisa Azhari Putri Effendi (Sebagai Keluarga Pasien)


 Aurelia Quilina Dasilva (Sebagai Pasien)
 Chintia Dewi Harun (Sebagai Perawat)

Suatu pagi diruangan penyembuhan sebuah rumah sakit. Terdapat seorang pasien
dipindahkan keruangan perawat. Dari pemeriksaan yang dilakukan, pasien tersebut
dinyatakan terkena penyakit typus. Bagaimana seorang perawat dapan menjalankan tugasnya
untuk memberikan komunikasi terapeutik? Berikut roleplay nya.

1. Fase orientasi

Perawat: selamat pagi bu aurel

Pasien: selamat pagi sus.

Perawat: Bu saya perawat chintia yang akan bertugas untuk merawat ibu hari ini. Bagaimana
keadaan ibu aurel? Apakah sudah membaik?

Pasien: belum sus

Keluarga: itu sus kemarin waktu cek lab, sudah didiagnosa terkena tipus

Perawat: Nah, baiklah bu aurel saya disini akan membicarakan penyakit ibu aurel, tidak
lama-lama ko, mungkin sekitar 10-15 menit saja.
Pasien: baiklah sus

Perawat: saya juga akan melibatkan suami ibu agar berpartisipasi dalam merawat ibu.

Keluarga: oh begitu sus. Baiklah sus

2. Fase Kerja

Perawat : Begini pak, bu. Apakah sebelumnya ibu aurel dan keluarga sudah mengetahui
tentang penyakit typus?

Pasien : Kalau saya belum tahu sus.

Keluarga : Saya sih sudah pernah mendengar sus, tapi belum sepenuhnya paham apa itu tipus
sus

Perawat: Baiklah, kalau begitu saya akan menjelaskan tentang apa itu penyakit typus,
penyakit typus itu adalah penyakit yang di sebabkan oleh kuman salmonella yang menyerang
di usus halus bu.

Keluarga : Lalu gejalanya apa saja sus?

Perawat : Gejalanya itu demam tinggi, biasanya kalau pagi itu terasa segar badannya, tapi
kalau menjelang sore atau malam itu kondisinya menurun lagi, disertai dengan pusing, sakit
di tenggorokan, kadang juga terasa sakit di perut

Pasien : Sama persis seperti yang sedang saya alami ini ya sus?

Perawat : Iya bu benar.

Keluarga : Lalu bagaimana cara mencegahnya sus?

Perawat : Karena kuman salmonella ini di sebabkan oleh makanan dan minuman yang
terkena bakteri typus, jadi harus menjaga asupan makanannya dan istirahat yang cukup, serta
harus olahraga yang teratur ya bu.

Pasien : Oh begitu ya sus.

Perawat : Iya bu seperti itu.

Keluarga : Hemm baiklah sus, Terimakasih ya sus sudah menjelaskan kepada saya dan istri
saya tentang typus dan pencegahannya.
Perawat : Iya pak, sama sama. Semoga bermanfaat ya pak, bu.

Pasien : Iya sus, Terimakasih.

3. Fase Terminasi

Perawat: oh iya, lalu bagaimana perasaan ibu aurel setelah kita berbincang-bincang tentang
penyakit typus?

Pasien: Alhamdulillah sus saya merasa lebih lega setelah mengetahui tentang typus dan gejala
gejalanya

Perawat: Benarkan bu? Kalau begitu apa saja tadi bu gejala gejalanya?

Pasien: gejalanya itu demam tinggi, disertai oleh pusing, sakit di tenggorokan,kadang juga
terasa sakit di perut. Benar begitu kan sus?

Perawat: Benar bu, nampaknya ibu sudah bisa langsung menerima ucapan saya tadi.

Pasien: iya sus

Perawat: kalau begitu, sebaiknya mulai sekarang ibu harus pandai dalam memilih makanan
ya bu. Ibu juga harus banyak-banyak istirahat.

Pasien: begitu ya sus? Iya baiklah sus.

Perawat: yaudah, sekarang ibu istirahat dlu ya supaya pusingnya hilang nanyi siang saya akan
kesini lagi untuk menensi dan mengukur suhu tubuh ibu.

Pasien: baik sus.

Perawat: pak, saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa dengan ibu, bapak bisa hubungi saya
dengan menekan tombol bantu ya pak.

Keluarga: iya sus. Terimakasih banyak untuk penjelasannya sus.

Perawat: sama-sama pak. baiklah, selamat beristirahat ya bu.

Pasien: iya suster.

Anda mungkin juga menyukai