Disusun oleh:
Tingkat 2A
JAKARTA
TAHUN 2021
ROLEPLAY DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA
Pemeran:
Tehnik Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dewasa Dengan Diagnosa Medis ASMA
Disuatu malam saat perawat A sedang berdinas malam di UGD RS Polri, tiba-tiba saja datang
seorang perempuan dengan napas tersengal-sengal, wajah pucat, bibir mukosa tampak kering
yang sudah terkapar lemas di depan pintu IGD.
Saat melihat kejadian tersebut, perawat A segera berlari menghampiri perempuan tersebut
untuk mengecek keadaan pasien perempuan tersebut.
Perawat A: “Ibu, ibu kenapa bu? Syukurlah ibu gak pingsan. Ibu, ayo saya bantu angkat ya
bu, ibu masih bisa berdiri bu?”
Perawat B: “Ada apa ini?” (tanya perawat B tiba-tiba yang membuat perawat A terkejut).
Perawat A: “Syukurlah ada kamu if, tolong bantu aku bawa ibu ini bangsal. Ayo cepat if
kasihan ibunya.”
Tanpa babibu, akhirnya perawat A dan perawat B saling berkerjasama untuk membantu ibu
tersebut berdiri dan membawanya ke salah satu bangsal IGD.
Pasien: “Se... sakkk. Da.. daa. Saayaaa.” (ucap ibu tersebut sambil tersenggal-senggal.
Perawat A dan perawat B pun mempercepat langkahnya hingga akhirnya tiba juga di salah
satu bangsal IGD.
Perawat A: “A’if, tolong siapin oksigen if.” (Perawat B pun melepaskan pegangannya
terhadap ibunya dan segera menyiapkan oksigen yang akan diberikan ke pasien tersebut).
Setelah pasien terduduk di atas bangsal, kemudian perawat A mulai mengatur posisi pasien
agar terlihat nyaman sedangkan perawat B mengubah posisi bangsal agar menjadi menjadi
semi-fowler.
Perawat A: “Ibu sesak ya bu, saya pasangkan oksigen ya bu supaya sesak ibu berkurang.
Maaf ya bu saya pasangkan terlebih dahulu.”
Perawat kemudian memasangkan oksigen tersebut kepada ibunya, dan kemudian menaruh
bantal di belakang punggung serta kepala agar ibunya lebih nyaman lagi.
Perawat B: “Nda, aku ambil buku datanya dulu ya. Kamu tunggu sini.”
Perawat A menganggukan kepalanya dan memilih berdiam diri di samping basangsal pasien
tersebut bermaksud untuk menemaninya agar tidak kesepian. IGD pun juga tampak sepi,
rasanya tidak masalah bila ia tetap di samping ibunya hingga perawat B datang kembali
membawa buku dokumentasi.
Perawat A: “Baik bu, ibu ikuti saya bu. Insha Allah bisa mengurangi sesak pada ibu, oke ibu
harus tarik nafas dalam dari hidung, lalu tahan selama 3 detik. Kemudian hembuskan dari
mulut ya bu. Baik kita mulai bu.”
Perawat A: “Tarik napas dalam dari hidung. Okey cukup, hitungan ke 3 ya bu, satu... duaa...
tigaa ... hembuskan dari mulut. Bagus ibu, diulangi ya bu sesuai hitungan saya.”
Perawat A dan pasien tersebut pun mengulangi tehnik napas dalam beberapa hingga sesak
pada pasien terasa berkurang.
Perawat A: “Siap ibu, sama sama ya bu. Saya akan di sini nunggu teman saya yang akan
mendata ibu ya bu. Mohon ditunggu sebentar.”
Perawat A: “Oke baik, dengan ibu dafdil ya. Perkenalkan ibu dafdil, saya perawat Amanda.
Saya berdinas malam ini hingga pagi, bila ibu ada keperluan apa-apa ibu bisa meminta tolong
kepada saya atau teman saya bu. Setelah ini akan ada teman saya yang datang ke ruangan ibu
ini untuk mendata ibu, bagaimana bu apakah ibu bersedia?”
Perawat A: “Bila saat pendataan ibu mengalami sesak kembali, ibu bisa langsung beritahukan
kepada perawat yang ada ya bu. Apakah ibu ke sini hanya sendirian?”
Perawat A: “Ada nomor pihak keluarga yang dapat kami hubungi bu?”
Perawat A: “Mohon maaf bu, tadi saya bawa ibu ke sini tanpa tas bu.”
Perawat A: “Oh baik, kalau begitu saya izin ambilkan terlebih dahulu ya bu.”
Setelah kepergian perawat A, tak lama perawat B kembali ke ruangan Ny. D dengan
membawa buku dokumentasi untuk mendata pasien yang baru saja datang.
Perawat B: “Permisi ibu, perkenalkan saya perawat A’if, maaf sudah membuat ibu menunggu
ya bu. Bagaimana keadaan ibu, sudah membaik?”
Perawat B: “Oke, baik dari SMA ya bu, kira-kira ASMA bu dapat kambuh waktu ibu sedang
melakukan apa ya?”
Perawat B: “Innalillahi, maafkan saya ibu. Kalo untuk anak, apakah ibu punya?”
Perawat B: “Keluhan apa yang membuat ibu memutuskan untuk ke rumah sakit. Kan ibu
punya ASMA, apakah mungkin saat ini ibu ke rumah sakit karena sesaknya yang luar biasa
sehingga tidak bisa ibu tangani di rumah?”
Pasien: “Iya sus, sewaktu saya baru selesai mencuci piring, tiba-tiba pandangan saya kabur
seperti ingin pingsan, dasa saya nyeri sekali, saya seperti ingin mati karena tidak bisa nafas.
Hidung saya seperti tertutup sesuatu sehingga saya benar-benar tidak bisa bernafas. Kalo saja
saya tidak kepikiran anak saya, saya lebih memilih untuk mati saja menyusul suami saya, tapi
saya ingat, saya masih punya anak yang butuh saya, jadi saya putuskan segera pergi ke rumah
sakit agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan demi anak saya.”
Perawat B: “Baik ibu, setelah itu ada keluhan lain?”
Pasien: “Tidak ada sus, hanya itu dan saya terasa lemas dan gemetar saja bu.”
Perawat: “Baik ibu, untuk alamat tempat tinggal ibu dimana ya bu?”
Tok..tok..tok..
Perawat A: “Permisi, maaf memotong pembicaraan ibu, yang ini ya bu tas nya?”
Pasien: “Oh iya yang itu sus. Terima kasih banyak ya sus.”
Pasien tersebut merogoh tasnya dan mengambil selembar kartu nama kepada perawat A.
Pasien: “Maaf sus, ini kartu nama anak saya yang bisa dihubungi.”
Perawat A: “Oh iya baik ibu, kalau begitu saya izin menghubungi anak ibu terlebih dahulu ya
bu.”
Pasien: “Iya sus. Bilang saja, saya tidak kenapa-kenapa hanya sesak sedikit ya sus. Agar anak
saya tidak khawatir, karena ia sedang di luar kota”
Perawat A: “Baik ibu, saya pamit keluar ya bu. If, boleh dilanjutkan.”
Pasien: “Sus, kepala saya pusing banget, dada saya sakit. Aduh sus, sakit banget. Sus.. terrr,
liat dataa saa.. yaaa di KTP ajaa. Inii.” (Ucap pasien seraya menyerahkan KTP nya).
Pasien: “Kepala saya, pusing. Sakit dada saa... yaaa., se.. saakkk.”
Perawat B: “Ibu bagaimana masih sesak bu? Sudah saya tambahkan volume oksigennya.”
Perawat B: “Ibu dengarkan omongan saya ya bu, ibu tarik napas yang dalam pelan-pelan.
Ayo ibu ikuti instruksi saya. Tarik napas, iya pelan-pelan.”
Perawat B: “Iya seperti itu, lalu tahan 3 detik ya ibu. Saatuu.... duuu..aaa. tiigaaaa.
Hembuskan ibu.”
Perawat B: “Boleh bu. Kalo begitu, saya pamit ya bu kembali ke nurse station. Jika
memerlukan apa-apa, ibu bisa pencet bel di sebelah sini ya bu, nanti akan ada perawat yang
datang ke ruang ibu ini.”
Perawat B: “Iya ibu sama-sama ya bu. Bila ibu merasakan sesak kembali, ibu jangan panik ya
bu, karena bila ibu panik ibu akan makin sesak. Ibu cukup tenang dan atur pola napas ibu
seperti tadi.”
Perawat B: “Tidak ibu, sama sekali tidak. Kalau begitu saya permisi ya bu.
Assalamualaikum.”
15 menit setelah kepergian perawat B, tak lama kemudian datanglah perawat C ke ruangan
pasien untuk pengecekan tanda-tanda vital dan pemasangan infus.
Perawat C: “Bisa bantu saya untuk mengkonfirmasi nama dan tanggal lahir ibu?”
Perawat C: “Baik ibu, sudah sesuai ya bu. Perkenalkan Ibu, nama saya Cherry Wendina,
Perawat yang berdinas malam hari ini, tujuan saya datang ke ruangan ini untuk mengukur
tekanan darah, frekuensi nadi dan napas, suhu tubuh, serta pemasangan infus. Bagaimana ibu,
apakah ibu bersedia?”
(Perawat C menyiapkan alat-alatnya dan tak lama kemudia kembali menghampiri pasien).
Perawat C: “Oke bu, jadi yang pertama saya akan mengecek suhu tubuh ibu yaa. Saya akan
menaruh termometer ini di ketiak ibu, dan kemudian tunggu termometer ini bunyi.”
Perawat C: “Suhu tubuu ibu sedikit tinggi ya bu, nanti setelah tindakan pemasangan infus
selesai akan saya berikan obat penurunan panas ya bu.”
Perawat C: “Selamjutnya, saya akan mengukur tekanan darah ibu, maaf ibu lengan bajunya
bisa tolong dinaikan yam”
Perawat C: “Oke baik, sebentar ya ibu.” (sambil mengukur nadi di pergelangan tangan
ibunya. Dan kemudian pun mengukur frekuensi napas pasien tersebut).
Perawat C: “Wah ibu, frekuensi nadi dan napas ibu tinggi ya. Apakah ibu masih merasakan
sesak?”
Perawat C: “Ya sudah kalau begitu nanti akan saya berikan obat ya bu, dan ibu sekali lagi
saya ingatkan untuk tidak panik ya bu. Tolong di atur pola napas nya dengan tarik napas
dalam ya bu.”
Perawat C: “Oh iya baik ibu, sama sama ya bu. Oke saya langsung mulai pemasangan infus
saja ya bu.”
Perawat C: “Oke bu, gak sakit kok bu. Cuma seperti di tusuk jarum sedikit aja dan rada gatal-
gatal, setelah jarum sedikit masuk, saya akan memasukkan selang kecil ke punggung tangan
ibu kemudian jarumnya akan saya tarik kembali ya bu, jadi yang tetap tinggal hanya selang
kecilnya saja. baik ibu dimulai ya. Boleh saya pinjam punggung tangan ibu?”
(Perawat mulai menusukkan jarun di punggung tangan pasien, lalu memasukan selang kecil
dan menarik jarumnya kembali, dan dilanjutkan dengan pemasangan cairan infus).
Perawat C: “Alhamdulillah, sudah terpasang bu di sebelah tangan kiri ibu. Untuk tetesannya
juga sudah lancar. Bagaimana bu perasaannya?”
Perawat C: “Baik jika tidak ada, saya ijin pamit kembali ke ruangan saya bu.Oh iya, saya
mendapatkan pesan dari teman saya, bahwa pihak kami sudah menghubungi anak ibu dan
kemungkinan anak ibu akan tiba di rumah sakit ini jam 6 pagi.”
Perawat C: “sama-sama ibu, jika ibu membutuhkan bantuan, ibu bisa memencet bel di
sebelah sini ya bu. Maka nanti akan ada perawat jaga yang datang ke ruangan ibu untuk
membantu keperluan ibu. “
Suatu pagi diruangan penyembuhan sebuah rumah sakit. Terdapat seorang pasien
dipindahkan keruangan perawat. Dari pemeriksaan yang dilakukan, pasien tersebut
dinyatakan terkena penyakit typus. Bagaimana seorang perawat dapan menjalankan tugasnya
untuk memberikan komunikasi terapeutik? Berikut roleplay nya.
1. Fase orientasi
Perawat: Bu saya perawat chintia yang akan bertugas untuk merawat ibu hari ini. Bagaimana
keadaan ibu aurel? Apakah sudah membaik?
Keluarga: itu sus kemarin waktu cek lab, sudah didiagnosa terkena tipus
Perawat: Nah, baiklah bu aurel saya disini akan membicarakan penyakit ibu aurel, tidak
lama-lama ko, mungkin sekitar 10-15 menit saja.
Pasien: baiklah sus
Perawat: saya juga akan melibatkan suami ibu agar berpartisipasi dalam merawat ibu.
2. Fase Kerja
Perawat : Begini pak, bu. Apakah sebelumnya ibu aurel dan keluarga sudah mengetahui
tentang penyakit typus?
Keluarga : Saya sih sudah pernah mendengar sus, tapi belum sepenuhnya paham apa itu tipus
sus
Perawat: Baiklah, kalau begitu saya akan menjelaskan tentang apa itu penyakit typus,
penyakit typus itu adalah penyakit yang di sebabkan oleh kuman salmonella yang menyerang
di usus halus bu.
Perawat : Gejalanya itu demam tinggi, biasanya kalau pagi itu terasa segar badannya, tapi
kalau menjelang sore atau malam itu kondisinya menurun lagi, disertai dengan pusing, sakit
di tenggorokan, kadang juga terasa sakit di perut
Pasien : Sama persis seperti yang sedang saya alami ini ya sus?
Perawat : Karena kuman salmonella ini di sebabkan oleh makanan dan minuman yang
terkena bakteri typus, jadi harus menjaga asupan makanannya dan istirahat yang cukup, serta
harus olahraga yang teratur ya bu.
Keluarga : Hemm baiklah sus, Terimakasih ya sus sudah menjelaskan kepada saya dan istri
saya tentang typus dan pencegahannya.
Perawat : Iya pak, sama sama. Semoga bermanfaat ya pak, bu.
3. Fase Terminasi
Perawat: oh iya, lalu bagaimana perasaan ibu aurel setelah kita berbincang-bincang tentang
penyakit typus?
Pasien: Alhamdulillah sus saya merasa lebih lega setelah mengetahui tentang typus dan gejala
gejalanya
Perawat: Benarkan bu? Kalau begitu apa saja tadi bu gejala gejalanya?
Pasien: gejalanya itu demam tinggi, disertai oleh pusing, sakit di tenggorokan,kadang juga
terasa sakit di perut. Benar begitu kan sus?
Perawat: Benar bu, nampaknya ibu sudah bisa langsung menerima ucapan saya tadi.
Perawat: kalau begitu, sebaiknya mulai sekarang ibu harus pandai dalam memilih makanan
ya bu. Ibu juga harus banyak-banyak istirahat.
Perawat: yaudah, sekarang ibu istirahat dlu ya supaya pusingnya hilang nanyi siang saya akan
kesini lagi untuk menensi dan mengukur suhu tubuh ibu.
Perawat: pak, saya permisi dulu. Kalau ada apa-apa dengan ibu, bapak bisa hubungi saya
dengan menekan tombol bantu ya pak.