Anda di halaman 1dari 16

Pertemuan 13 : MK Infrastruktur Hijau dan Pintar

Oleh : Lynda Refnitasari, S.Si., M.URP.


A. Aplikasi Rancangan Hijau
Rancangan lingkungan binaan, kawasan dan bangunan yang
komprehensif. Rancangan ini harus memenuhi kriteria :
 hemat dalam penggunaan SDA
 minim menimbulkan dampak negatif
 mampu meningkatkan kualitas hidup manusia
1. Building Research Establishment’s Environmental
Assessment Method (BREEAM)

Alat ukur level hijau dari Inggris (1990).

BREEAM mengkategorikan jenis bangunan dalam 8 kelompok :


1. Bangunan pengadilan (court)
2. Bangunan pendidikan (education)
3. Bangunan industri (industrial)
4. Bangunan kesehatan (health-care)
5. Bangunan kantor (offices)
6. Bangunan perbelanjaan (retail)
7. Bangunan penjara (prisons)
8. Bangunan hunian (multi-residential)
Aspek-aspek yang diukur dalam BREEAM :

1. Manajemen (management)
2. Kenyamanan dan kesehatan (health and well being)
3. Energi (energy)
4. Transportasi (transport)
5. Air (water)
6. Material (materials)
7. Limbah (waste)
8. Penggunaan lahan dan lingkungan (land use and ecology)
9. Polusi (pollution)
10. Inovasi (innovation)
2. Leadership in Energy and Environmental Design
(LEED)

Dikembangkan oleh United States Green Building Council (USGBC).

USGBC mengkategorikan jenis bangunan dalam 3 kelompok besar :


1. Bangunan baru (green building design and construction)
2. Interior (green interior design and construction)
3. Bangunan eksisting (green building operations and maintenance)
Parameter yang dinilai oleh LEED :

1. Keberlanjutan tapak (sustainable site)


2. Konsumsi air (water efficiency)
3. Energi dan atmosfer (energy and atmosphere)
4. Material dan sumber daya alam (material and resources)
5. Kualitas udara dalam bangunan (indoor environment quality)
6. Inovasi dan desain proses (innovation and design process)
3. The National Australia Built Environment Rating
System (NABERS)

Dikembangkan oleh Departemen Lingkungan, Perubahan Iklim


dan Air (Department of Environment, Climate Change and Water),
New South Wales, Australia.

NABERS mengkategorikan empat jenis bangunan eksisting :


1. Kantor (offices)
2. Rumah (homes)
3. Hotel (hotels)
4. Bangunan perbelanjaan (retail)
Aspek yang dinilai oleh NABERS :

1. Energi (energy)
2. Air (water)
3. Limbah (waste)
4. Kualitas lingkungan di dalam bangunan (indoor environment)
Secara umum, aspek penting untuk menilai bangunan hijau :
1. Pemilihan tapak
2. Pengolahan tapak
3. Transportasi (jalur pedestrian dan transportasi kawasan)
4. Konservasi air
5. Penghematan air
6. Penggunaan energi terbarukan
7. Penggunaan material yang berkelanjutan
8. Pengolahan limbah
9. Penutup tanah berpori
10. Meminimalkan efek heat island
11. Penggunaan material bangunan yang sehat
B. Lokasi dan Tapak

Pertimbangkan penempatan lokasi bangunan atau fasilitas :

1. Lokasi yang tidak membahayakan kehidupan manusia.


2. Aksesibilitas (dekat dengan jalur transportasi umum).
LEED merekomendasikan penempatan bangunan / fasilitas tidak
lebih dari 400 meter dari halte bis, pemberhentian kereta, dll.
3. Memperhatikan jangkauan jaringan infrastruktur.
4. Menyelaraskan dan mengoptimalkan kondisi tapak.
C. Pengolahan dan Peningkatan Kualitas Tapak

Bangunan, jalan,
maupun sarana
lainnya sebaiknya
dibangun tanpa
banyak memodifikasi
tapak / permukaan
tanah.
D. Jalur Pedestrian

Dalam rangka
meminimalisir
pengeluaran energi
untuk perpindahan
manusia 
penyediaan jalur
pedestrian yang
memadai

Gambar. Penyediaan jalur pedestrian di Jln. Thamrin, Jakarta


E. Transportasi Kawasan

Jalur transportasi perlu diteduhi pohon-pohon pelindung, agar :


1. Membuat pengguna jalan lebih nyaman
2. Meminimalisir efek heat island (pemanasan kawasan)

Gambar. Jln. Bandung, Malang


F. Rancangan Hemat Energi

Tata letak
bangunan atau
fasilitas sangat
berpengaruh
terhadap
penggunaan
energi.
G. Pemanfaatan Energi Terbarukan

1. Energi surya – Pembangkit Listrik Tenaga Surya


2. Energi angin – Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Denmark mampu menyuplai 19% kebutuhan listriknya dari energi
angin.
3. Energi air – Pembangkit Listrik Tenaga Air
Di negara tropis, PLTA berpotensi untuk melepaskan gas methan
dan CO2 dalam jumlah besar.
4. Energi panas bumi (geothermal)
H. Kota Hemat Energi

 Konsumsi energi di perkotaan dapat mencapai lebih dari 70%


konsumsi energi nasional
 Langkah jitu untuk memangkas konsumsi energi nasional 
memangkas konsumsi energi di perkotaan
 Diperlukan rancangan ‘’kota hemat energi’’

Anda mungkin juga menyukai