Disusun Oleh :
Kelompok 5
Ester Zalukhu
Fadilla
Fitri Diana
Rika Rahim
Husnul Mubarok
DOSEN PEMBIMBING
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Pembuluh darah koroner merupakan saluran pembuluh darah yang
membawa darah mengandung O2 dan makanan yang dibutuhkan oleh miokard
agar dapat berfungsi dengan baik. Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit
jantung yang disebabkan arterioskelerosis atau pengerasan pembuluh darah nadi,
yang dikenal sebagai atherosclerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi
menyempit karena terjadi endapan – endapan lemak pada dindingnya.
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah suatu istilah atau terminologi
yangdigunakan untuk menggambarkan spektrum keadaan atau kumpulan
proses penyakit yang meliputi angina pektoris tidak stabil/APTS (unstable angina/
UA),infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi segmen
ST(Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark
miokardgelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST
elevationmyocardial infarction/STEMI) (Morton, 2012).
Penyakit kardovaskuler ini merupakan nilai kematian terbesar di
Indonesia. Sehingga diperlukan strategi penatalaksanaan dalam menegakkan
diagnose Sindroma Koroner Akut (SKA) secara optimal. Secara klinis infark akut
tanpa elevasi ST ( NSTEMI ) sangat mirip dengan angina tidak stabil. Dalam
kaitannya dengan jantung, sindroma ini disebut Angina Pectoris, yang disebabkan
oleh karena ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dengan
penyediaanya. Yang membedakan adalah adanya enzyme petanda jantung yang
positif dan terdiri dari infark miokard akut dengan atau tanpa elevasi segmen ST
serta angina pectoris yang tak stabil.
15
Masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang rendah membuat mereka salah
untuk pengambilan keputusan penangan utama.
2. Rumusan masalah
1) Apa definisi dari nstemi?
2) Apa etiologi dari nstemi?
3) Apa manifestasi klinis dari nstemi?
4) Bagaimana pathofisiologi dari nstemi?
5) Bagaimana penatalaksanaan dari nstemi?
6) Apa saja komplikasi dari nstemi?
7) Bagaimana Askep pada nstemi?
3.Tujuan
1) Untuk mengetahui definisi dari nstemi
2) Untuk mengetahui etiologi dari nstemi
3) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari nstemi
4) Untuk mengetahui pathofisiologi dari nstemi
5) Untuk mengetahui penatalaksanaan dari nstemi
6) Untuk mengetahui komplikasi dari nstemi?
7) Untuk mengetahui Askep dari nstemi
15
BAB II
Tinjauan Teoritis
1.Defenisi Nstemi
Infark miokard gelombang non-Q atau infark miokard tanpa elevasi
segmen ST (Non-ST elevation myocardial infarction/ NSTEMI), dan infark
miokard gelombang Q atau infark miokard dengan elevasi segmen ST (ST
elevation myocardial infarction / STEMI).
Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST yang
disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan ruptur
plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak menyebabkan oklusi
menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2001)
2.ETIOLOGI
15
tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun menyebabkan pelepasan
penandanekrosis.
a. Faktor resiko
Umur
Hereditas
3. Faktor penyebab
15
Mikroemboli (emboli kecil) dari agregasi trombosit beserta komponennya dari
plak yang ruptur, yang mengakibatkan infark kecil di distal, merupakan penyebab
keluarnya petanda kerusakan miokard pada banyak pasien.
b. Obstruksi dinamik
15
1. Peningkatan kebutuhan oksigen miokard, seperti demam, takikardi dan
tirotoksikosis
Kelima penyebab SKA di atas tidak sepenuhnya berdiri sendiri dan banyak terjadi
tumpang tindih. Dengan kata lain tiap penderita mempunyai lebih dari satu
penyebab dan saling terkait
3.MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang
dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat
akan tetapi pada infark tidak. Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai
dengan keluarnya keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada
menjalar ke lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang
tertentu nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada
manula, atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy.
2. Sesak Nafas
3. Gejala Gastrointestinal
4. Gejala Lain
15
Termasuk palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, gelisah.
4.PATOFISIOLOGI
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar,
densitas otot polos yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor
jaringan yang tinggi. Inti lemak yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi
ester kolesterol dengan proporsi asam lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi
ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan limfosit T yang menunjukkan adanya
proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan sitokin proinflamasi seperti TNF
α , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran hsCRP di hati
5.PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Biomarker Jantung
15
b. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
1. Area Gangguan
2. Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi
pada prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik dengan
volume akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal > 50%.
Dan apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.
6. PENATALAKSANAAN
a. Penataklaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan NSTEMI adalah mengembalikan aliran darah koroner
dengan trombolitik atau PTCA primer untuk menyelamatkan jantung dari infark
miokard, membatasi luasnya infark miokard, dan mempertahankan fungsi jantung.
15
Tahap awal penatalaksanaan pasien NSTEMI :
Oksigenasi, terapi Oksigen dapat membatasi kekurangan oksigen pada miokard
yang mengalami cedera serta menurunkan beratnya ST-elevasiIni dilakukan
sampai dengan pasien stabil dengan level oksigen 2-3 liter/menit dengan nasal
kanu
15
dikombinasi dengan Aspirin untuk pencegahan trombosis dan iskemia berulang
pada pasien yang telah mengalami implantasi stent koroner (Aspiani, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Menghilangkan nyeri, menghilangkan nyeri dada merupakan prioritas utama
pada pasien dengan NSTEMI, dan terapi medis diperlukan untukmencapai
tujuan tersebut, sehingga penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha
kolaborasi dokter dengan perawat.
2. Istirahat fisik, bedrest dengan posisi semi fowler atau menggunakan cardiac
chair dapat mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala yang lebih
tinggi sangat bermanfaat bagi pasien karena: (1) Volume tidal dapat
diperbaiki karena tekanan isi abdomen terhadap diafragma berkurang
sehinngga pertukaran gas dapat lebih baik, (2) Drainase lobus atas paru lebih
baik serta (3) Aliran balik vena ke jantung (preload) berkurang sehingga
mengurangi kerja jantung (Smeltzer & Bare, 2008 dalam Darliana, 2011).
3. Memperbaiki fungsi respirasi, pengkajian fungsi pernafasan yang teratur dan
teliti dapat membantu perawat mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi yang
berhubungan dengan paru. Perhatian yang mendalam mengenai status
volume cairan dapat mencegah overload jantung dan paru.
4. Mengurangi kecemasan, membina hubungan saling percaya dalam perawatan
pasien sangat penting untuk mengurangi kecemasan. Rasa diterima dan
diperhatikan akan membantu pasien mengetahui bahwa perasaan seperti itu
masuk akal dan normal, sehingga diharapkan dapat mengurangi
kecemasannya (Darliana, 2011)
7.KOMLIKASI
15
atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan nekrosisvokal di seluruh ventrikel
akibat tidak seimbang antara kebutuhan atau supply oksigen miokardium.
b. Edema paru
Edema paru terjadi di dalam tubuh dengan cara yang sama,.Faktor apapun
yang menyebabkan cairan interstitial paru meningkat dari negative menjadi batas
positif.Penyebab kelainan paru yang umum terjadi adalah :
1) Gagal jantung sebelah kiri (penyakit katup mitral) dengan akibat
peningkatan tekanan kapiler paru yang membanjiri ruang alveoli dan
interstitial.
2) Kerusakan di membrane kapiler paru yaitu disebabkan oleh infeksi seperti
pneumonia atau terhirupnya bahan-bahan yang berbahaya seperti gas sulfur
dioksida dan gas klorin. Masing-masing disebabkan kebocoran protein
plasma atau cairan secara cepat keluar dari kapiler.
15
BAB III
Asuhan Keperawatan Teoritis
1.Pengkajian Primer
Kaji jalan nafas pasien, apakah paten atau tidak. Prioritas utama yang
dilakukan yaitu dengan membebaskan jalan nafas dan mempertahankan kepatenan
jalan nafas. Kematian dini yang berhubungan dengan airway disebabkan oleh :
- Gagal mengetahui obtruksi airway
- Tidak mampu untuk membuka airway
- Gagal mengetahui kekeliruan dalam pemasangan artificial airway
- Perubahan letak artifisial airway
- Gagal mengetahui adanya kebutuhan ventilasi
Tanda objektif adanya sumbatan pada airway dapat diketahui dengan cara
look (pasien mengalami penurunan kesadaran), listen (adanya suara nafas
tambahan) dan feel (meraba trakea di tengah atau tidak).
B.Breathing
15
kiri. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien, kaji lebih lanjut mengenai
karakter dan kualitas pernafasan pasien.
C. Circulation
15
Pada disability ini kita mengkaji tingkat kesadaran, tingkat lateralisasi pupil dan
bila pasien sadar dan mengeluh nyeri, kaji nyeri secara komprehensif
E. Eksposure/EKG
2. Data Demografi
Faktor pencetus
Lamanya keluhan
Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya untuk
15
mengatasinya)
Yaitu biasnya menjelaskan tentang riwayat keluarga klien siapa saja dari
anggota keluarga klien yang memiliki penyakit degemeratif atau penyakit
keturanan dan menular
6. Pengkajian Head to toe
Menurut Muttaqin (2009), pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe dan
di dokumentasikan secara persistem meliputi :
a) Keadaan umum, adalah gambaran kondisi klien yang terobservasi oleh
perawat seperti tingkat ketegangan atau kelelahan, warna kulit, tingkat
kesadaran kualitatif maupun kuantitatif dengan penilaian skor Gla sgow
Coma Sca le (GCS), pola napas, posisi klien, dan respons verbal klien.
Biasanya keadaan umum klien lemah.
b) Tanda-tanda vital, biasanya terjadi perubahan tanda vital seperti takikardi,
takipnea, hipertensi atau hipotensi. Dengan perubahan posisi
(terlentang ke duduk), fluktuasi normal tekanan darah dan denyut
jantung meningkat ringan (sekitar 5 mmHg untuk tekanan sistolik dan
15
diastolik; sedangkan denyut nadi meningkat 5-10 permenit). Setelah klien
duduk dari posisi baring, berikan waktu 1-3 menit sebelum pengukuran
tekanan darah.
c) Frekuensi Pernapasan, biasanya klien sesak napas (dyspneu) mendadak
yang tidak diketahui sebabnya mungkin terjadi karena emboli pulmoner
atau infark pulomoner. Napas dangkal dapat mengindikasikan nyeri akibat
perikarditis atau pleurisy. Pernapasan Cheyne Stokes adalah siklus
respirasi dangkal yang meningkat kecepatan dan kedalamannya
diikuti dengan penurunan kecepatan dan kedalam serta periode apnea.
Pernapasan cheyne stokes sering terlihat pada lanjut usia degan gagal
jantung berat, juga pada klien anemia.
d) Kepala dan Leher
- Wajah : Pemeriksaan wajah bertujuan menemukan tanda- tanda yang
mengambarkan kondisi klien terkait dengan penyakit jantung yang
dialaminya, biasana daerah wajah tampak pucat, wajah tampak meringis,
mukosa bibir kering.
- Hidung : Biasanya ditemukan pernapasan cuping hidung, sianosis.
- Mata : Biasanya ditemukan konjugtiva anemis atau sub anemis. Sklera
tidak ikterik.
- Leher : Biasanya ditemukan distensi vena jugularis
e) Toraks
- Inspeksi : Biasanya dinding dada simetris, pernapasan meningkat, ada otot
bantu pernapasan
- Palpasi : Biasanya getaran suara pada dinding dada simetris
- Perkusi : Melalui perkusi pemeriksa dapat menilai batas-batas paru dan
jantung, serta kondisi paru. Biasanya perkusi memberikan suara pekak
- Auskultasi : Biasanya bunyi nafas bersih, kadang ada terdengar
wheezing ataupun rongki.
f) Jantung
- Inspeksi : Biasanya iktus kordis tampak
- Palpasi : Biasanya iktus teraba, irama dapat teratur atau tidak.
- Perkusi : Biasanya terdengar bunyi pekak
15
- Auskultasi : Biasanya ada bunyi jantung ektra S3 atau S4, murmur, atau
friction rub.
g) Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen datar, tidak teraba tegang.
- Auskultasi : Biasanya bunyi usus menurun
- Palpasi : Biasanya tugor baik, hepar tidak teraba
- Perkusi : Biasanya timpani
h) Ekstremitas dan Integumen
- Inspeksi
Warna kulit. Biasanya terlihat pucat.
Purpura/ptechiae pada sela jari, telapak tangan atau kaki
Eritema nodusum pada kulit di area tibia merupakan tanda endokarditis
karena streptococcus.
Splinter Hemorahagic pada kuku
Capillary Refill Time (CRT) pada jari tangan dan kaki sebagai indikator
sirkulasi perifer. CRT biasanya >2 detik.
Clubbing finger s dan toes (sudut kuku >180) karena hipoksi kronis
pada dasar jaringan kuku.
Edema yaitu akumulasi cairan jaringan interstitiel ekstremitas.
- Palpasi
Pitting edema, umumnya ditemukan di ekstremitas bawah.
Suhu ekstremitas, suhu ekstremitas yang dingin terjadi akibat
vasokontriksi atau penurunan aliran darah ke jaringan perifer.
Nyeri. Homan’s sign adalah rasa nyeri dengan posisi dorso fleksi akibat
tromboplebitis vena kaki atau deep vein tr ombosis (DVT).
Denyut nadi perifer (keadaan, frekuensi, irama, ciri denyutan, isi
nadi (Wajan Juni, 2011)
7.Data laboratorium
15
- Serum isoenzim kardiak : CK-MB, CK meningkat pada 6-8 jam setelah
awitan infark dan memuncak antara 24 dan 28 jam pertama. Pada 2-4 hari
setelahnya baru kembali normal. CPK, SGOT, LDH mulai tampak pada
serum setelah 24 jam pertama dan akan tinggi selama 7-10 hari, dan
troponin I dan troponin T mempunyai nilai prognostik yang lebih baik dari
pada CKMB.
- Serum lipid : kolesterol total, Low Density, Lipoprotein, High
Density Liporotein, trigliserida.
- Faal hemostasis (tes koagulasi) : waktu protrombin dan waktu parsial
tromboplastin (pre dan pasca terpa fibrinolitik atau antikoagulan).
- Arterial Blood Gasses (ABG): pH, PaCOЇ, PaoЇ, HCOЈ, saturasi
oksigen, Base Excess.
- Tes fungsi hati : SGOT, bilirubin, urobilin.
- Tes fungsi ginjal : Blood Urea Nitrogen/ureum, kreatinin (creatinine),
asam urat (uric acid).
- Kimia darah : kadar gula darah (acak, puasa, dan 2 jam post pandrial).
- Elektrolit : kalium (K+), natrium, kalsium, klorida, fosfor.
- Urine analisis : reduksi, sedimentasi.
- Serum katekolamin.
- Kultur darah
8.Pemeriksaan diagnostik
- Thorax X-ray dilakukan untuk menentukan ukuran, silhoutte, dan posisi
jantung. Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga
gagal jantung kongestif atau a neur isma ventr ikuler .
- Echocardiography guna mengkaji struktur dan gerakan katup jantung.
Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu pengkajian dan
diagnosis kardiomiopati, kerusakan katup, perdicardial effusion, fungsi
ventrikel kiri, aneurisma ventrikel, dan tumor jantung.
- Cardiac Fluoroscopy dilakukan melalui observasi visual terus-menerus
terhadap gerakan jantung, paru, dan pembuluh darah dengan suatu layar ,
dilakukan untuk menampilkan aktivitas jantung.
15
- Arteriography (angiography) dilaksanakan jika ada indikasi obstruksi atau
penyempitan atau aneurisma arteri.
1. Elektrokardiografi (EKG)
Karakteristik abnormalitas gambaran EKG yang ditemui pada NSTEMI
adalah depresi segmen ST atau elevasi transient dan atau perubahan pada
gelombang T (inversi gelombang T, gelombang T yang datar, gelombang T
pseudo-normal)
2. Kateterisasi jantung
Prosedur diagnostik invasif yang dilakukan dengan menginservasikan kateter
khusus ke dalam ruang jantung kiri dan/atau kanan, serta arteri koroner
15
Intervensi Keperawatan
diagnosa SLKI SIKI
Nyeri akut Luaran utama : Intervensi utama :
berhubungan dengan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
agen cedera biologis Kriteria hasil : Tindakan keperawatan :
- menurun keluhan nyeri Observasi
- menurun meringis - identifikasi lokasi,
- karakteristik, durasi,
- membaik frekuensi nadi frekuensi, kualitas, intensitas
- membaik frekuensi nadi nyeri
- membaik pola napas - identifikasi skala nyeri
- membaik tekanan darah - identifikasi respon nyeri non
verbal
- Identifikasi faktor
memperberat dan
memperingan nyeri
- monitor terapi
komplementer yang sudah
diberikan
- monitor efek samping
penggunaan analgetik
Teraupetik
- Berikan teknik non
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- fasilitasi istirahat tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
15
Edukasi
- - jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- anjurkan menggunakan
analgetik secara mandiri
- ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
15
Perfusi Perifer tidak Luaran utama : Intervensi utama :
efektif berhubungan Perfusi perifer Perawatan sirkulas
dengan penurunan Kriteria hasil : Tindakan keperawatan :
aliran arteri dan/atau - meningkat denyut nadi Observasi
vena perifer - periksa sirkulasi Perifer
- menurun warna kulit - identifikasi faktor risiko
pucat gangguan sirkulasi
- menurun nyeri - monitor panas, kemerahan,
ektremitas nyeri atau bengkak pada
- menurun kelemahan otot ekstremitas
- menurun kram otot Teraupetik
- membaik pengisian - hindari pemasangan infus
kapiler atau pengambilan darah di
- membaik akral area keterbatasan perfusi
- membaik turgor kulit - hindari pengukuran tekanan
- membaik tekanan darah darah pada ekstremitas
sistolik dengan keterbatasan perfusi
- membaik tekanan darah
diastolik Edukasi
- membaik tekanan arteri - anjurkan berolahraga rutin
rata-rata - anjurkan menggunakan obat
penurun tekanan darah,
antikoagulan dan penurun
kolesterol, jika perlu
- Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah
secara teratur
- anjurkan program
rehabilitasi vaskular
- informasi kan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan
15
15
Penurunan curah jantung Luaran utama : Intervensi utama :
berhubungan dengan Curah jantung Perawatan jantung
perubahan kontraktilitas Kriteria hasil : Tindakan keperawatan :
- meningkat Observasi
kekuatan nadi perifer - identifikasi tanda/gejala
- menurun primer penurunan jantung
bradikardia - identifikasi tanda/gejala
- menurun takikardia sekunder curah jantung
- menurun gambar - monitor tekanan darah
EKG aritmia - monitor intake dan output
- menurun cairan
pucat/sianosis - monitor berat badan setiap
- menurun suara hari pada waktu yang sama
jantung S3 - monitor saturasi oksigen
- menurun suara - monitor keluhan nyeri dada
jantung S4 - monitor eritmia
- menurun murmur - monitor nilai laboratorium
jantung jantung
Teraupetik
- posisikan pasien semi
fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
- berikan diet jantung ayang
sesuai
- berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stress
- berikan oksigen untuk
mempertahankan oksigen
<94%
Edukasi
- anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- anjurkan beraktivitas fisik
ii
secara bertahap
- anjurkan berhenti merokok
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan Harian
- anjarkan pasien dan
keluarga mengukur intake dan
output cairan harian
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian
antiaritmia
- rujuk ke program
rehabilitasi jantung
BAB IV
ii
Penutup
1.Kesimpulan
Non STEMI merupakan tipe infark miokard tanpa elevasi segmen ST
yang disebabkan oleh obstruksi koroner akibat erosi dan ruptur plak. Erosi dan
ruptur plak ateroma menimbulkan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen. Pada Non STEMI, trombus yang terbentuk biasanya tidak
menyebabkan oklusi menyeluruh lumen arteri koroner (Kalim, 2001)
2.Saran
Diharapkan perawat ruangan dapat melanjutkan tindakan selanjutnya pada
pasien NSTEMI. Diharapakan peneliti melakukan pengkajian komprehensif
dan mengambil diagnosis keperawatan yang tepat menurut pengkajian yang
didapatkan, melaksanakan tindakan keperawatan dengan lebih dahulu
memahami masalah dengan baik
ii
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Yuli Reny. 2014. Buku Aja r Asuha n Keper a wa ta n Klien Ga nggua
n
Ka r diova skula r Aplika si NIC & NOC . Jakarta : EGC
Hazinki Mary Fran. 2004. Handbook of Emergency Cardiovascular Care for
Healthcare Providers, AHA : USA
http://ayumiayumi-ayumii.blogspot.co.id/2015/07/lp-asuhan-keperawatan-pasien-
dengan_37.html. diakses tanggal 2 Maret 2016 Pukul 21.00 WITA
ii