Anda di halaman 1dari 9

Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

Jurnal MIPA

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM

ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY ECENG GONDOK DENGAN IKAN


GRASS CARP DAN PEMANENAN

Dwi Fahmi Ilmiawan, Muhammad Kharis, Supriyono

Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,


Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Gedung D7, Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50299

Info Artikel Abstrak


____________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Eceng gondok merupakan tanaman invasif yang perlu dikontrol. Pengontrolan dapat
Diterima 20 Januari 2016 dilakukan dengan menggunakan ikan Grass carp dan pemanenan. Interaksi pada
Disetujui 23 Maret 2019 pengontrolan tersebut dinamakan model predator-prey dengan pemanenan. Artikel ini
Dipublikasikan 1 April 2019 membahas tentang sistem dinamik model predator-prey pada populasi eceng gondok
dengan adanya ikan Grass carp dan pemanenan. Model ini menggunakan fungsi respon
Holling tipe III, karena sesuai dengan ikan Grass carp yang cenderung mencari mangsa
____________________ lain ketika eceng gondok mulai berkurang. Secara analitik, terdapat tiga titik ekuilibrium
Keywords: yakni 𝐸0 , 𝐸1 , dan 𝐸2 dengan beberapa syarat batas. Kestabilan dari ketiga titik
Water hyacinth, ekuilibrium dalam sembilan kasus yang berbeda merupakan stable node point, stable spiral
Grass carp fish, point, center point, unstable saddle point, unstable node point, dan unstable spiral point. Hasil
predator-prey model, harvesting, simulasi numerik menunjukkan sifat yang sama untuk sembilan kasus kestabilan
the equilibrium point tersebut. Jadi, solusi yang dapat dilakukan untuk mengontrol populasi eceng gondok
yakni dengan memusnahkan kedua populasi, memusnahkan populasi ikan Grass carp,
dan melestarikan kedua populasi.
.

Abstract
___________________________________________________________________
Water hyacinth is an invasive plant that needs to be controlled. Control can be performed using
Grass carp fish and harvesting. Interaction in the control process called predator-prey model with
harvesting. This article discussed about the system dynamic of predator-prey model on water
hyacinth population with Grass carp fish and harvesting. This model uses Holling response
function of type III, because according to the Grass carp fish that tend to seek other prey when
water hyacinth began to decrease. Analytically, there are three equilibrium points namely 𝐸0 ,
𝐸1 , and 𝐸2 with some boundary conditions. The stability of the three equilibrium points in nine
different cases are stable node point, stable spiral point, center point, unstable saddle point,
unstable node point, and unstable spiral point. Numerical simulation results showed the same
properties for the stability of the nine cases. So, the solution that can be done to control the water
hyacinth population are the eradicate both populations, eradicate of Grass carp fish population,
and conserve both populations.

© 2019 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 0215-9945
E-mail: ilmiawanfahmidwi@students.unnes.ac.id
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

PENDAHULUAN Pengembangan model predator-prey


menggunakan fungsi respon Holling tipe III
Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dilakukan Zhang et al. (2011) dengan
merupakan spesies invasif di berbagai wilayah pemanenan konstan pada populasi mangsa.
dunia (Penfound & Earle, 1948). Invasi ini Pengembangan lain dilakukan Agarwal &
terjadi akibat pertumbuhan eceng gondok yang Pathak (2012) dan Jiang (2013) dengan
begitu cepat, baik secara genetatif maupun pemanenan konstan pada populasi mangsa-
vegetatif. Gutié rrez et al. (2001) menyebutkan pemangsa. Selanjutnya, Rifa’i & Subchan
bahwa satu batang eceng gondok mampu (2015), melakukan optimalisasi pengendalian
menghasilkan tumbuhan baru seluas 1 m2 model pemanenan predator-prey.
dalam waktu 52 hari. Pemodelan eceng gondok dilakukan
Keberadaan eceng gondok yang berlebih Wilson et al. (2001) dengan predator Neochetina
akan menimbulkan permasalahan bagi eichhorniae dan Guti𝐞́ rrez et al. (2001) dengan
lingkungan disekitarnya, seperti pada aspek pemanenan konstan. Pada penelitian ini
kesehatan, rekreasi, maupun skema irigasi dibangun model predator-prey pada populasi
(Gopal,1987). Namun demikian, keberadaan eceng gondok dengan adanya ikan Grass carp
eceng gondok juga dapat dimanfaatkan untuk sebagai predator dan pemanenan pada populasi
menyerap zat organik, anorganik serta logam
predator-prey.
berat lain (Hasan et al., 2010). Melihat masalah
dan manfaat dari eceng gondok, maka
METODE
pengontrolan eceng gondok perlu dilakukan.
Pengontrolan eceng gondok dapat Metode penelitian yang digunakan adalah
dilakukan dengan herbivora dan pemanenan. kajian kepustakaan (library research) dengan
Herbivora berfungsi sebagai biokontrol langkah-langkah yang dilakukan yaitu
sedangkan pemanenan berfungsi untuk menentukan masalah, merumuskan masalah,
mengoptimalkan manfaat eceng gondok. studi pustaka, serta melakukan analisis dan
Herbivora yang telah digunakan diantaranya pemecahan masalah model predator-prey.
ikan Grass carp (Soeprobowati, 2012) serta Analisis dan pemecahan masalah
Neochetina eichhorniae dan N. Bruchi dilakukan dengan tahapan berikut. (1)
(Buchanan, 2013). Kontruksi model predator-prey. (2) Mencari
Adanya pengontrolan akan menyebabkan solusi model predator-prey, dengan langkah
dinamika populasi eceng gondok yang pencariannya yaitu: (a) Menentukan titik
senantiasa berubah terhadap waktu. Secara ekuilibrium. Titik 𝒙𝟎 ∈ 𝑹𝒏 disebut titik
matematis, dinamika yang terjadi dapat ekuilibrium sistem 𝒙̇ = 𝒇(𝒙) jika 𝒇(𝒙𝟎 ) = 𝟎
dimodelkan dengan persamaan differensial. (Perko, 1991). (b) Menentukan matriks
Pemodelan yang digunakan adalah model jacobian. Secara umum, matriks jacoban
predator-prey dengan pemanenan. diberikan oleh Purnamasari et al. (2006) melalui
Model predator-prey dikenal sebagai model persamaan
Lotka-Volterra (Boyce & DiPrima, 2000).
𝝏𝒇(𝒙,𝒚) 𝝏𝒇(𝒙,𝒚)
Contoh model predator-prey diberikan oleh
𝝏𝒙 𝝏𝒚
Barnes & Fulford (2002) melalui persamaan 𝑱(𝒙, 𝒚) = [𝝏𝒈(𝒙,𝒚) 𝝏𝒈(𝒙,𝒚)
]. (2)
𝒅𝑿 𝝏𝒙 𝝏𝒚
= 𝜷𝟏 𝑿 − 𝒄𝟏 𝑿𝒀,
𝒅𝒕
𝒅𝒀
(1) (c) Menentukan nilai eigen. Misalkan 𝐴 matriks
= −𝜶𝟐 𝒀 + 𝒄𝟐 𝑿𝒀, 𝑛 × 𝑛 dan 𝑋 ∈ 𝑅𝑛 , 𝑋 ≠ 0.Jika 𝐴𝑋 = 𝜆𝑋, untuk
𝒅𝒕

dengan 𝑿 dan 𝒀 populasi prey dan predator, suatu 𝜆 ∈ 𝑅, 𝜆 disebut nilai eigen dan vektor 𝑋
sedangkan 𝒄𝟏 ,𝒄𝟐 ,𝜷𝟏 , 𝜶𝟐 berturut-turut laju disebut vektor eigen yang bersesuaian dengan 𝜆
interaksi predator-prey, laju pertumbuhan prey, (Anton, 2006). (d) Menganalisis titik
dan laju kematian predator. ekuilibrium berdasarkan sifat nilai eigen.
Pada pengembangannya, model predator- Misalkan 𝛿 = det 𝐴 dan 𝜏 = 𝑡𝑟𝑎𝑐𝑒 𝐴. (i) Jika
prey dilengkapi dengan asumsi, seperti fungsi 𝛿 < 0 maka sistem 𝑥̇ = 𝐴𝑥 mempunyai saddle
respon Holling sebagai fungsi kepadatan point. (ii) Jika 𝛿 > 0 dan 𝜏 2 − 4𝛿 ≥ 0 maka
makanan yang dimakan predator (Hunsicker et sistem 𝑥̇ = 𝐴𝑥 mempunyai node point. Titik
al., 2011). Fungsi ini terbagi dalam tiga tipe, tersebut stabil jika 𝜏 < 0 dan tidak stabil jika
yakni tipe I (predator pasif), tipe II (predator 𝜏 > 0. (iii) Jika 𝛿 > 0, 𝜏 2 − 4𝛿 < 0, dan 𝜏 ≠ 0
aktif), dan tipe III (predator mencari mangsa maka sistem 𝑥̇ = 𝐴𝑥 mempunyai spiral point.
lain jika mangsa utama berkurang). Titik tersebut stabil jika 𝜏 < 0 dan tidak stabil

53
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

jika 𝜏 > 0. (iv) Jika 𝛿 > 0 dan 𝜏 > 0 maka Teorema 1


sistem 𝑥̇ = 𝐴𝑥 mempunyai center point. (Perko,
Dari Sistem (3) diperoleh,
1991). (3) Melakukan simulasi numerik dengan
1. Titik ekuilibrium 𝐸0 (0,0) eksis untuk setiap
menggunakan program Maple 12.
kondisi,
2. Titik ekuilibrium 𝐸1 (𝑊1 , 0) eksis jika
HASIL DAN PEMBAHASAN
ℎ < 𝑟, serta
Model Predator-Prey 3. Titik ekuilibrium 𝐸2 (𝑊 ∗ , 𝑃∗ ) eksis jika 𝑚 >
𝑎𝑟 𝜌+𝜇
Fakta-fakta terkait yang digunakan 𝜌 + 𝜇 > 0 dan 𝑟 > ℎ + √𝑚−(𝜌+𝜇),
𝐾
diantaranya adalah ikan Grass carp sebagai ℎℎ 𝜌+𝜇
predator eceng gondok (Soeprobowati, 2012) dengan 𝑊1 = 𝐾 (1 − ), 𝑊 ∗ = 𝑎√ , dan
𝑟 𝑚−(𝜌+𝜇)
dapat mengkonsumsi tanaman lain, namun
𝑎 𝜌+𝜇 𝑎𝑟 𝜌+𝜇
lebih memilih salah satu jenis pakan yang 𝑃∗ = √𝑚−(𝜌+𝜇) (𝑟 − ℎ − √𝑚−(𝜌+𝜇)).
𝜌+𝜇 𝐾
diminatinya saja (Babo et al., 2013). Dan oleh
Bukti:
sebab kebermanfaatan kedua populasi, pada
Sistem (2) mempunyai titik ekuilibrium
keduanya dilakukan pemanenan (Wibisono, 𝑑𝑊 𝑑𝑃
2014 dan Soeprobowati, 2012). jika = 0 dan = 0, sehingga Sistem (2)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, berikut dapat ditulis menjadi
diberikan asumsi-asumsi yang berkaitan. (1)
𝒅𝑾 𝑾 𝒎𝑾𝟐
Laju pertumbuhan eceng gondok mengikuti 𝒅𝒕
= 𝒓𝑾 (𝟏 − ) − 𝒉𝑾 −
𝑲 𝒂𝟐 +𝑾𝟐
𝑷 = 𝟎,
pertumbuhan logistik. (2) Interaksi kedua (4)
𝒅𝑷 𝒎𝑾𝟐
populasi mengikuti fungsi respon Holling tipe = 𝑷( − (𝝆 + 𝝁)) = 𝟎,
𝒅𝒕 𝒂𝟐 +𝑾𝟐
III. (3) Laju pemanenan kedua populasi
sebanding dengan kepadatannya. Diperoleh Dari persamaan kedua pada Sistem (4)
model predator-prey nya, yakni: didapatkan
𝒅𝑾 𝑾 𝒎𝑾𝟐 𝜌+𝜇
= 𝒓𝑾 (𝟏 − ) − 𝒉𝑾 − 𝑷, 𝑃 = 0 atau 𝑊 ∗ = 𝑎√ ,
𝒅𝒕 𝑲 𝒂𝟐 +𝑾𝟐 𝑚−(𝜌+𝜇)

𝒅𝑷 𝒎𝑾𝟐
(3)
= 𝑷( − (𝝆 + 𝝁)), dengan asumsi 𝑚 > 𝜌 + 𝜇 > 0.
𝒅𝒕 𝒂𝟐 +𝑾𝟐
Kasus 𝑃 = 0
dengan Substitusikan 𝑃 = 0 ke persamaan pertama pada
Sistem (3) sehingga didapatkan
𝑊: kepadatan eceng gondok (𝑊 ≥ 0)
𝑊
𝑃 : kepadatan ikan Grass carp (𝑃 ≥ 0) 𝑟𝑊 (1 − ) − ℎ𝑊 = 0.
𝐾
𝑟 : laju pertumbuhan eceng gondok (𝑟 > 0)
𝐾: daya dukung lingkungan (𝐾 > 0) Diperoleh
ℎ : laju pemanenan eceng gondok (ℎ ≥ 0) 𝑊
𝑊 = 0 atau 𝑟 (1 − ) − ℎ = 0,
𝑚: tingkat konsumsi ikan Grass carp (𝑚 > 0) 𝐾
𝑎: tingkat kejenuhan ikan Grass carp (𝑎 > 0) dengan asumsi ℎ < 𝑟, maka
𝜇: laju kematian ikan Grass carp (𝜇 > 0)

𝜌 : laju pemanenan ikan Grass carp (𝜌 ≥ 0). 𝑊1 = 𝐾 (1 − ) > 0.
𝑟
Persamaan untuk populasi eceng gondok Jadi, didapatkan titik ekuilibrium 𝐸0 (0, 0) dan
mengikuti model pertumbuhan logistik dengan 𝐸1 (𝑊1 , 0).
efek pengurangan akibat pemanenan dan di 𝜌+𝜇
𝒎𝑾𝟐 𝑷 Kasus 𝑊 ∗ = 𝑎 √
makan ikan Grass carp: 𝒉𝑾 + 𝟐 𝟐 . Di sisi 𝑚−(𝜌+𝜇)
𝒂 +𝑾
lain, populasi ikan Grass carp, 𝑷, meningkat Substitusikan 𝑊 ∗ = 𝑎√
𝜌+𝜇
ke persamaan
𝒎𝑾𝟐 𝑚−(𝜌+𝜇)
pada laju maksimal 𝟐 𝟐 − (𝝆 + 𝝁) ketika pertama pada Sistem (3) sehingga didapatkan
𝒂 +𝑾
terdapat banyak eceng gondok, dan menurun
pada laju maksimal 𝝆 + 𝝁 ketika terdapat 𝑃∗ =
𝑎 𝜌+𝜇
√𝑚−(𝜌+𝜇) (𝑟 − ℎ −
𝑎𝑟 𝜌+𝜇
√𝑚−(𝜌+𝜇)) > 0,
𝜌+𝜇 𝐾
sedikit eceng gondok dan pemanenan ikan
Grass carp yang signifikan. 𝑎𝑟 𝜌+𝜇
dengan asumsi 𝑟 > ℎ + √𝑚−(𝜌+𝜇).
𝐾
Eksistensi Titik Ekuilibrium Diperoleh titik ekuilibrium 𝐸2 (𝑊 ∗ , 𝑃∗ ).
Berikut diberikan teorema untuk eksistensi Berdasarkan teorema eksistensi titik
titik ekuilibrium. ekuilibrium, titik kesetimbangan yang dapat
54
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

dicapai yakni, kepunahan kedua populasi, 𝜌+𝜇 ℎ


Jika 𝑎 √ < 𝐾 (1 − ), maka didapatkan
kepunahan ikan Grass carp, dan kelestarian 𝑚−(𝜌+𝜇) 𝑟
kedua populasi.
ℎ 2 ℎ 2
𝑚𝐾 2 (1 − ) − (𝜌 + 𝜇) [𝑎2 + 𝐾 2 (1 − ) ] < 0,
𝑟 𝑟
Kestabilan Titik Ekuilibrium
ℎ 2
𝑚𝐾 2 (1− 𝑟 )
Berikut diberikan teorema untuk sehingga − (𝜌 + 𝜇) > 0.
ℎ 2
kestabilan titik ekuilibrium 𝐸0 (0,0). 𝑎2 +𝐾 2 (1− )
𝑟

Teorema 2 Diperoleh λ2 = 𝐶 − (𝜌 + 𝜇) > 0,


sehingga 𝐸1 unstable saddle point.
Misalkan 𝐸0 (0,0) titik ekulibrium dari 𝜌+𝜇 ℎ
Sistem (2), maka Sedangkan jika 𝑎 √ > 𝐾 (1 − ), maka
𝑚−(𝜌+𝜇) 𝑟
1. 𝐸0 unstable saddle point jika ℎ < 𝑟, dan didapatkan
2. 𝐸0 stable node point jika ℎ > 𝑟.
ℎ 2 ℎ 2
Bukti: 𝑚𝐾 2 (1 − ) − (𝜌 + 𝜇) [𝑎2 + 𝐾 2 (1 − ) ] > 0,
𝑟 𝑟
Matriks Jacobian dari titik 𝐸0 yakni
ℎ 2
𝑟−ℎ 0 𝑚𝐾 2 (1− 𝑟 )
𝐽(𝐸0 ) = [ ]. sehingga ℎ 2
− (𝜌 + 𝜇) < 0.
0 −(𝜌 + 𝜇) 𝑎2 +𝐾 2 (1− )
𝑟

Persamaan karakterstiknya adalah Diperoleh λ2 = 𝐶 − (𝜌 + 𝜇) < 0,


sehingga 𝐸1 stable node point.
(𝜆 − 𝑟 + ℎ)(𝜆 + 𝜌 + 𝜇) = 0.
Diperoleh nilai eigennya Teorema 4
𝜆1 = 𝑟 − ℎ dan 𝜆2 = −(𝜌 + 𝜇). Diberikan 𝐸2 (𝑊 ∗ , 𝑃 ∗ ) titik ekulibrium dari
Sistem (2),
Jelas 𝜌 + 𝜇 ≠ 0 sehingga 𝜆2 < 0. 1. Jika 𝑚 > 2(𝜌 + 𝜇) atau 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan
Jika ℎ < 𝑟, maka 𝑟 − ℎ > 0 sehingga 𝜆1 > 0 dan ℎ > 𝑟(1 − 𝐿), maka 𝐸2 stable spiral point
𝐸0 unstable saddle point. Sedangkan jika ℎ > 𝑟, atau stable node point,
maka 𝑟 − ℎ < 0 sehingga 𝜆1 < 0 dan 𝐸0 stable 2. Jika 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan ℎ < 𝑟(1 − 𝐿), maka
node point. 𝐸2 unstable spiral point atau unstable node
point, serta
Teorema 3 3. Jika 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan ℎ = 𝑟(1 − 𝐿) maka
Misalkan 𝐸1 (𝑊1 , 0) titik ekulibrium dari 𝐸2 center point,
Sistem (2), maka dengan 𝐿 =
2𝑎(𝜌+𝜇) 𝜌+𝜇
𝐾[2(𝜌+𝜇)−𝑚]
√𝑚−(𝜌+𝜇) < 1.
𝜌+𝜇
1. 𝐸1 unstable saddle point jika 𝑎 √ < Bukti:
𝑚−(𝜌+𝜇)
ℎ Matriks Jacobian titik 𝐸2 yakni
𝐾 (1 − ), dan
𝑟
𝜌+𝜇 𝐹1 −(𝜌 + 𝜇)
2. 𝐸1 stable node point jika 𝑎 √ > 𝐽(𝐸2 ) = [ ]
𝑚−(𝜌+𝜇) 𝐹2 0

𝐾 (1 − ). dengan
𝑟
Bukti: 2(𝜌+𝜇) 𝑎𝑟 𝜌+𝜇
Matriks Jacobian dari titik 𝐸1 , yakni 𝐹1 = −𝑟 + ℎ + (𝑟 − ℎ − √𝑚−(𝜌+𝜇)),
𝑚 𝐾

−𝑟 + ℎ −𝐶 𝐹2 = 2 (1 −
(𝜌+𝜇)
) (𝑟 − ℎ −
𝑎𝑟 𝜌+𝜇
𝐽(𝐸1 ) = [ ] √𝑚−(𝜌+𝜇)).
0 𝐶 − (𝜌 + 𝜇) 𝑚 𝐾

ℎ 2
𝑚𝐾 2 (1− 𝑟 )
Persamaan karakteristiknya yakni
dengan 𝐶 = ℎ 2
.
𝑎2 +𝐾 2 (1− ) 𝜆2 − 𝐹1 𝜆 + 𝐹2 (𝜌 + 𝜇) = 0.
𝑟
Persamaan karakterstiknya adalah Diperoleh nilai eigennya
(𝜆 + 𝑟 − ℎ)(𝜆2 − 𝐶 + 𝜌 + 𝜇) = 0. 𝐹1 1
λ1,2 = ± √𝐷,
2 2
Diperoleh nilai eigennya
dengan
𝜆1 = −𝑟 + ℎ dan λ2 = 𝐶 − (𝜌 + 𝜇).
𝐷 = 𝐹1 2 − 4𝐹2 (𝜌 + 𝜇).
Jelas ℎ < 𝑟 sehingga λ1 < 0.

55
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

Telah diasumsikan Kasus 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan ℎ = 𝑟(1 − 𝐿)


𝑎𝑟 𝜌+𝜇 Diperoleh
𝑚 > 𝜌 + 𝜇 > 0 dan 𝑟 > ℎ + √𝑚−(𝜌+𝜇),
𝐾 2(𝜌+𝜇) 2(𝜌+𝜇) 𝑎𝑟 𝜌+𝜇
(−1 + ) (𝑟 − ℎ) − √𝑚−(𝜌+𝜇) = 0,
𝑚 𝑚 𝐾
sehingga didapatkan
sehingga 𝐹 = 0.
2(𝜌 + 𝜇) > 0, Jelas nilai eigennya adalah
(𝜌+𝜇) √−4𝐹2 (𝜌+𝜇))
1− > 0, dan 𝜆1,2 = ±
𝑚 2

𝑎𝑟 𝜌+𝜇 = ±𝑖√𝐹2 (𝜌 + 𝜇).


𝑟−ℎ− √𝑚−(𝜌+𝜇) > 0.
𝐾
Oleh sebab 𝜆1 dan 𝜆2 merupakan imajiner
Akibatnya 𝐹2 (𝜌 + 𝜇) > 0. murni, maka titik 𝐸2 center point.
Berdasarkan teorema kestabilan titik 𝐸0 ,
Kasus 𝑚 > 2(𝜌 + 𝜇) atau 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan 𝐸1 , dan 𝐸2 , maka titik kesetimbangan dapat
ℎ > 𝑟(1 − 𝐿) dicapai pada empat kasus yang stabil, yakni 𝐸0
stable node point, 𝐸1 stable node point, serta 𝐸2 stable
Diperoleh spiral point dan stable node point. Berikut
2(𝜌+𝜇) 2(𝜌+𝜇) 𝑎𝑟 𝜌+𝜇 dijabarkan syarat ketercapaian ketiga titik
(−1 + ) (𝑟 − ℎ) − √𝑚−(𝜌+𝜇) < 0, kesetimbangan.
𝑚 𝑚 𝐾
sehingga 𝐹1 < 0. 1. Kepunahan Kedua Populasi
𝐹 𝑖 Syarat ketercapaiannya yakni laju
Jika 𝐷 < 0, maka 𝜆1,2 = 1 ± √|𝐷|. pemanenan eceng gondok lebih dari laju
2 2
𝐹 pertumbuhan eceng gondok (ℎ > 𝑟).
Jelas bagian real dari 𝜆1,2 yakni 1 < 0,
2 2. Kepunahan Ikan Grass carp
sehingga titik 𝐸2 stable spiral point. Syarat ketercapaiannya yakni laju
𝐹 1
Dan jika 𝐷 ≥ 0, maka 𝜆1,2 = 1 ± √𝐷. pemanenan eceng gondok kurang dari laju
2 2
Jelas 𝐹1 < √𝐷 < −𝐹1 sehingga pertumbuhan eceng gondok (ℎ < 𝑟) dan
𝜌+𝜇
𝐹1 1 𝐹1 1 memenuhi pertidaksamaan 𝑎√ <
− √𝐷 < 0 dan + √𝐷 < 0. 𝑚−(𝜌+𝜇)
2 2 2 2

𝐾 (1 − ) dengan laju interaksi lebih dari laju
Diperoleh 𝜆1 < 0 dan 𝜆2 < 0. 𝑟
Akibatnya, titik 𝐸2 stable node point. pengurangan ikan Grass carp (𝑚 > 𝜌 + 𝜇).
3. Kelestarianan Kedua Populasi
Kasus 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan ℎ < 𝑟(1 − 𝐿) Syarat ketercapaiannya yakni laju
pertumbuhan eceng gondok lebih dari laju
Diperoleh pemanenan eceng gondok ditambah dengan
𝑎𝑟 𝜌+𝜇
(−1 +
2(𝜌+𝜇)
) (𝑟 − ℎ) −
2(𝜌+𝜇) 𝑎𝑟 𝜌+𝜇
√𝑚−(𝜌+𝜇) > 0, 𝐾
√𝑚−(𝜌+𝜇) dan memenuhi salah satu dari dua
𝑚 𝑚 𝐾
kondisi berikut, yakni laju interaksi lebih dari
sehingga 𝐹1 > 0. dua kali laju pengurangan ikan Grass carp
𝐹1 𝑖 (𝑚 > 2𝜌 + 2𝜇) atau laju interaksi kurang dari
Jika 𝐷 < 0, maka 𝜆1,2 = ± √|𝐷|.
2 2 dua kali laju pengurangan ikan grass carp
𝐹 (𝑚 < 2𝜌 + 2𝜇) dengan laju pemanenan eceng
Jelas bagian real dari 𝜆1,2 yakni 1 > 0,
2 gondok (ℎ) lebih dari 𝑟(1 − 𝐿), di mana 𝐿 =
sehingga titik 𝐸2 unstable spiral point. 2𝑎(𝜌+𝜇) 𝜌+𝜇
𝐹1 1 𝐾[2(𝜌+𝜇)−𝑚]
√𝑚−(𝜌+𝜇) < 1.
Dan jika 𝐷 ≥ 0, maka 𝜆1,2 = ± √𝐷.
2 2
Jelas −𝐹1 < √𝐷 < 𝐹1 sehingga Simulasi Numerik
𝐹1 1 𝐹1 1
− √𝐷 > 0 dan + √𝐷 > 0. Simulasi numerik dilakukan dengan
2 2 2 2

Diperoleh 𝜆1 > 0 dan 𝜆2 > 0. menggunakan program Maple 12. Parameter


Akibatnya, titik 𝐸2 unstable node point. yang digunakan tersaji pada Tabel 1.

56
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

Tabel 1. Parameter simulasi numerik


kasus 𝑟 ℎ 𝐾 𝑎 𝑚 𝜌 𝜇 kestabilan
1 0.1 0.2 10 2 1 0.02 0.04 𝐸0 stable node
2 0.118 0.117 70 2 0.061 0.02 0.01 𝐸1 stable node
𝐸0 saddle
3 0.118 0.038 3 2 1 0.02 0.04 𝐸2 stable spiral
𝐸1 & 𝐸0 saddle
4 0.11 0.103 2 2 1 0.001 0.001 𝐸2 stable node
𝐸1 & 𝐸0 saddle
5 0.1 0.036 70 2 0.1 0.04 0.02 𝐸2 unstable spiral
𝐸1 & 𝐸0 saddle
6 0.08 0.055 70 1 0.021 0.01 0.01 𝐸2 unstable node
𝐸1 & 𝐸0 saddle
7 0.1 0.086 70 1 0.021 0.01 0.01 𝐸2 center
𝐸1 & 𝐸0 saddle

Kasus 1: ℎ > 𝑟
𝜌+𝜇 ℎ
Kasus 2: ℎ < 𝑟 dan 𝑎 √ < 𝐾 (1 − )
𝑚−(𝜌+𝜇) 𝑟

Gambar 1. Bidang Solusi Kasus 1:


𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan)
Gambar 3. Bidang Solusi Kasus 2:
𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan)

Gambar 2. Trrayektori Kasus 1


Gambar 1 menunjukkan populasi eceng
gondok menurun menuju kepunahan, Gambar 4. Trayektori Kasus 2
sedangkan populasi ikan Grass carp pada Gambar 3 menunjukkan populasi eceng
awalnya meningkat, namun kemudian menurun gondok meningkat dan menurun menuju
menuju kepunahan. Pada Gambar 2, terlihat kondisi stabil yang konstan, sedangkan populasi
semua trayektori mendekati titik 𝐸0 sehingga 𝐸0 ikan Grass carp menurun menuju kepunahan.
stable node point. Jadi, kedua populasi akan Pada Gambar 4, terlihat semua trayektori
mengalami kepunahan. Model ini memprediksi mendekati titik 𝐸1 sehingga 𝐸1 stable node point.
populasi eceng gondok dan ikan Grass carp Selain itu, trayektori mendekati dan menjauhi
masing-masing akan mengalami kepunahan titik 𝐸0 sehingga 𝐸0 unstable saddle point. Jadi,
dalam waktu sekitar 70 hari dan 120 hari. populasi ikan Grass carp akan punah sedangkan
57
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

populasi eceng gondok tetap lestari. Model ini Gambar 7. Bidang Solusi Kasus 4:
memprediksi populasi eceng gondok dan ikan 𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan)
Grass carp masing-masing akan mencapai titik
kesetimbangan dalam waktu sekitar 5.500 hari
dan 400 hari.
𝑎𝑟 𝜌+𝜇
Kasus 3: 𝑚 > 2(𝜌 + 𝜇), 𝑟 > ℎ +
𝐾
√𝑚−(𝜌+𝜇),
dan 𝐷 < 0

Gambar 8. Trayektori Kasus 4


Gambar 7 menunjukkan kedua populasi
meningkat dan menurun hingga mencapai
Gambar 5. Bidang Solusi Kasus 3: kondisi stabil dan konstan. Pada Gambar 8,
𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan) terlihat semua trayektori mendekati titik 𝐸2 dari
berbagai arah maka 𝐸2 stable node point. Selain
itu, trayektori mendekati dan menjauhi titik 𝐸0
dan 𝐸1 , sehingga 𝐸0 dan 𝐸1 unstable saddle point.
Dengan demikian, kedua populasi akan hidup
berdampingan. Model ini memprediksi kedua
populasi akan mencapai titik kesetimbangan
dalam waktu sekitar 5.500 hari.

Kasus 5: 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇),


𝑎 𝜌+𝜇
ℎ < 𝑟(1 − 𝐿) < 𝑟 (1 − √ ), dan 𝐷 < 0
𝐾 𝑚−(𝜌+𝜇)

Gambar 6. Trayektori Kasus 3


Gambar 5 menunjukkan populasi eceng
gondok dan ikan Grass carp meningkat dan
menurun hingga mencapai kondisi stabil dan
konstan. Pada Gambar 6, semua trayektori
mendekati titik 𝐸2 secara spiral sehingga 𝐸2 stable
spiral point. Selain itu, trayektori mendekati dan
menjauhi titik 𝐸0 dan 𝐸1 , sehingga 𝐸0 dan 𝐸1
Gambar 9. Bidang Solusi Kasus 5:
unstable saddle point. Dengan demikian, kedua
𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan)
populasi akan hidup berdampingan. Model ini
memprediksi kedua populasi akan mencapai titik
kesetimbangan dalam waktu sekitar 300 hari.

𝑎𝑟 𝜌+𝜇
Kasus 4: 𝑚 > 2(𝜌 + 𝜇), 𝑟 > ℎ +
𝐾
√𝑚−(𝜌+𝜇),
dan 𝐷 ≥ 0

Gambar 10. Trayektori Kasus 5


Gambar 9 menunjukkan kedua populasi
terus mengalami perubahan yang semakin besar
seiring bertambahnya waktu. Pada Gambar 10,
58
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

terlihat semua trayektori menjauhi titik 𝐸2 secara


spiral sehingga 𝐸2 unstable spiral point. Selain itu,
trayektori mendekati dan menjauhi titik 𝐸0 dan
𝐸1 , sehingga 𝐸0 dan 𝐸1 unstable saddle point. Jadi,
kesetimbangan populasi tidak tercapai.

Kasus 6: 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇),


𝑎 𝜌+𝜇
ℎ < 𝑟(1 − 𝐿) < 𝑟 (1 − √ ), dan 𝐷 ≥ 0
𝐾 𝑚−(𝜌+𝜇)

Gambar 14. Trayektori Kasus 7


Gambar 13 menunjukkan populasi eceng
gondok dan ikan Grass carp mengalami
perubahan secara periodik. Pada Gambar 14,
terlihat trayektori mengelilingi titik 𝐸2 sehingga
𝐸2 center point. Selain itu, trayektori mendekati
Gambar 11. Bidang Solusi Kasus 6: dan menjauhi titik 𝐸0 dan 𝐸1 , sehingga 𝐸0 dan
𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan) 𝐸1 unstable saddle point. Jadi, kesetimbangan
kedua populasi terjadi secara periodik di sekitar
titik ekuilibrium.
Dari ketiga titik kesetimbangan yang dapat
dicapai, kesetimbangan kelestarian kedua
populasi merupakan solusi yang paling efektif
dalam menanggulangi populasi eceng gondok
yang setiap saat dapat kembali melakukan
invasi. Di mana keberadaan ikan Grass carp
akan selalu membatasi populasi eceng gondok
sehingga pertumbuhan eceng gondok yang
terlampau besar dapat dihindari.
Gambar 12. Trayektori Kasus 6
SIMPULAN
Gambar 11 menunjukkan populasi eceng
Model predator-prey pada populasi eceng
gondok dan ikan Grass carp terus mengalami
gondok dengan adanya ikan Grass carp dan
perubahan hingga membentuk perubahan yang
pemanenan diberikan oleh
cenderung stabil periodik. Pada Gambar 12,
terlihat semua trayektori menjauhi titik 𝐸2 ke 𝒅𝑾 𝑾 𝒎𝑾𝟐
berbagai arah maka 𝐸2 unstable node point. Selain = 𝒓𝑾 (𝟏 − ) − 𝒉𝑾 − 𝑷,
𝒅𝒕 𝑲 𝒂𝟐 +𝑾𝟐
itu, trayektori mendekati dan menjauhi titik 𝐸0
𝑑𝑃 𝑚𝑊 2
dan 𝐸1 , sehingga 𝐸0 dan 𝐸1 unstable saddle point. = 𝑃( − (𝜌 + 𝜇)),
𝑑𝑡 𝑎2 +𝑊 2
Jadi, kesetimbangan populasi tidak tercapai.
dengan 𝑊(0) ≥ 0, 𝑃(0) ≥ 0. Model tersebut
Kasus 7: 𝑚 < 2(𝜌 + 𝜇) dan mempunyai 3 titik ekuilibrium yakni 𝐸0 , 𝐸1 dan
ℎ = 𝑟(1 − 𝐿) < 𝑟 (1 − √
𝑎 𝜌+𝜇
) 𝐸2 dengan beberapa syarat batas. Dalam
𝐾 𝑚−(𝜌+𝜇)
beberapa kasus, ketiga titik ekuilibrium bersifat
unstable saddle point, stable/unstable spiral point,
stable/unstable node point, dan center point. Hasil
simulasi numerik sesuai dengan perhitungan
analitik. Jadi, solusi pengontrolan dapat
dilakukan pada titik kesetimbangan kepunahan
kedua populasi, kepunahan ikan Grass carp, atau
kelestarian kedua populasi.

Gambar 13. Bidang Solusi Kasus 7:


𝑊 → 𝑡 (kiri) dan 𝑃 → 𝑡 (kanan)

59
Dwi Fahmi Ilmiawan, et al. / Jurnal MIPA 42 (1) (2019): 52-60

fishes: contemporary issues and


DAFTAR PUSTAKA emerging concepts. Ecology Letters,
14(12), pp.1288-1299.
Agarwal, M. & Pathak, R. 2012. Persistence
and Optimal Harvesting of Prey- Jiang, Q & Wang, J. 2013. Qualiitative
Predator Model with Holling Type III Analysis of a Harvested Predator-Prey
Functional Response. International System with Holling Type III
Journal of Engineering, Science and Functional Response. Advances in
Technology, 4(3): 78-96. Difference Equations a Springer Open
Journal: 249-258.
Anton, H. 1987. Aljabar Linear Elementer.
Jakarta: Erlangga. Penfound, W.T. & Earle, T.T. 1948. Biology
of the Water Hyacinth. Ecological
Babo, D., Sampekalo, J., & Pangkey, H.
Monographs. 18: 447–472.
2013. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan
Hijauan terhadap Pertumbuhan Ikan Perko, L. 1991. Differential Equation and
Grass carp Stenopharyngodon Idella. Dynamical System. New York:
Budidaya Perairan, 1(3): 1-6. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Barnes, B. & Fulford, G.R. 2002. Purnamasari, D., Faisal, & Noor, A. J. 2009.
Mathematical Modelling with Case Kestabilan Sistem Predator-Prey
Studies (a Differential Equation Leslie. Jurnal Matematika Murni dan
Approach using Maple). London: Terapan, 3(2): 51-59.
Taylor & Francis. Rifa’i, M. & Subchan. 2015. Analisa
Boyce, W.E. & DiPrima, R.C. 2000. Kestabilan dan Kendali Optimal pada
Elementary Differential Equations and Model Pemanenan Prey Predator
Boundary Value Problems. New York: dengan Fungsi Repon Tipe III.
Department of Mathematical Sciences Prosiding Seminar Nasional
Rensselaer Polytechnic Institute. Pendidikan Matematika. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Buchanan, A.L. 2013. Damage by Neochetina
Weevils (Coleoptera: Curculionidae) Soeprobowati, T.R. 2012. Mitigasi Danau
Induces Resistance in Eichhornia Eutrofik: Studi Kasus Danau
Crassipes (Commelinales: Rawapening. Prosiding Seminar
Pontederiaceae). Florida Entomologist, Nasional Limnologi IV.
96(2): 458-462. Wilson, J.R., Rees, M., Holst, N., Thomas,
Gopal, B. 1987. Water Hyacinth. Elsevier. M.B., & Hill, G. 2001. Water Hyacinth
Population Dynamics. ACIAR
Gutiérrez, E.L., Ruiz, E.F., Uribe, E.G., &
Proceeding 102.
Martínez, J.M. 2001. Biomass and
Productivity of Water Hyacinthand Zhang, X., Xu, R., & Gan, Q. 2011. Periodic
their Application in Control Programs. Solution in a Delayed Predator-Prey
ACIAR Proceeding 102. Model with Holling Type III Functional
Response and Harvesting Term. World
Hasan, S.H., Ranjan, D., & Talat, M. 2010.
Journal of Modelling and Simulation,
Water Hycinth Biomass (WHB) for the
7(1): 70-80.
Biosorption of Hexavalent Chromium:
Optimization of Process Parameters.
BioResources, 5(2): 563-575.
Hunsicker, M.E., Ciannelli, L., Bailey, K.M.,
Buckel, J.A., White, J.W., Link, J.S.,
Essington, T.E., Gaichas, S., Anderson,
T.W., Brodeur, R.D. & Chan, K.S.,
2011. Functional responses and scaling
in predator–prey interactions of marine
60

Anda mungkin juga menyukai