Anda di halaman 1dari 7

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Elektronik Jurnal Universitas Musamus Merupakan

MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019


e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

ANALISIS KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA


PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR DAN PEMANENAN
PADA PEMANGSA
Rian Ade Pratama1), Markus Palobo2), Maria Fransina Veronica Ruslau3)
1)
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus Merauke
2)
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus Merauke
3)
Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan – Universitas Musamus Merauke
e-mail: pratama@unmus.ac.id

Abstrak
Jurnal ini membahas mengenai model populasi mangsa-pemangsa dengan tahapan struktur.
Pengambangan model matematika untuk memprediksi keberlanjutan dari suatu populasi makhluk
hidup. Dalam hal ini tahapan struktur terjadi pada pemangsa kecil dan pemangsa dewasa. Fungsi respon
yang menjadi karakteristik dari pemangsa adalah dengan mengikuti fungsi respon Holling Type I yang
sesuai dengan karakteristik pada ekosistem makhluk hidup. Pada model yang dibentuk tersebut di
analisis tentang nilai equilibrium dan kestabilan nilai equilibrium yang paling mendekati. Analisis ini
dilakukan dengan menghitung nilai yang ada kesetimbangan pada titik equiblibrium yang terbentuk
sebagai produk. Metode pelinieran pada sistem titik equilibrium ini untuk mewujudkan nilai eigen yang
akan membuat model tersebut memenuhi syarat kestabilan. Pada proses yang dilakukan diperoleh empat
produk titik equilibrium. Setiap titik equilibrium tentu memiliki ciri dan karakteristik serta syarat yang
unik. Kriteria Routh-Hurwitz menjadi karakteristik yang digunakan untuk menjelaskan karakteristik
kestabilanya. Sementara interpretasi dari nilai eigen pada persamaan karakteristik juga
mempertimbangakan persamaan karakteristik matriks Jacobi. Disini juga dianalisis dinamika perubahan
pada kasus yang memungkinkan dalam ekosistem untuk dilakukan eksploitasi jangka panjang dan
berkelanjutan.
Kata Kunci: Equiblirium, Holling Type I, Pemanenan.

PENDAHULUAN pada suatu ekosistem [3]. Dinamika yang


Proses kelangsungan hidup suatu populasi di dimaksud disini adalah suatu sistem kontrol,
alam tidak terlepas dari dinamika, hal ini sehingga diperoleh populasi seimbang yang
disebabkan karena adanya interaksi yang stabil untuk jangka waktu yang relatif lama.
terjadi antar masing-masing populasi. Salah Telah banyak penelitian yang membahas dan
satu interaksi yang sering terjadi adalah mengembangkan model populasi predator-
interaksi antara populasi mangsa dan prey, hingga saat ini. Pengembangan
pemangsa dikenal dengan dinamika model umumnya mengarah pada perluasan asumsi
populasi predator-prey [1]. Dalam model yang mendekati dengan kondisi kehidupan
predator-prey juga terdapat interaksi pada suatu ekosistem. Kita ambil saja untuk
intraspesifik atau interaksi yang terjadi antar fungsi predasi Holling I yang menjadi
individu dalam populasi mangsa atau pengembangan awal pada wujud cara
interaksi yang terjadi antar populasi pemangsaan dari predator. Dalam penelitian
pemangsa, dan interaksi interspesifik atau yang lebih luas mengembangkan fungsi
interaksi yang terjadi dalam populasi mangsa predasi Holling Type I, Holling Type II,
atau pemangsa. Dinamika yang terjadi Holling Type III dan Holing Type IV [4].
tersebut dikaji dan dipelajari dalam ilmu Dunia saat ini sangat memperhatikan
ekologi [2]. Keberlanjutan suatu populasi pengembangan model popuasi ikan paus yang
sangat bergantung pada dinamika yang terjadi terus berkelanjutan [5]. Model predator-prey

148
MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019
e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

juga banyak yang membahas tentang stage- keberlangsunganya tergantung oleh interaksi
structure pada predator. Pola pemisahan usia aktif predator dan mature. Sehingga dapat
predator ini banyak dikembangkan dengan dimodelkan sebagai berikut.
model yang lebih luas. Populasi predator 𝑑𝑥 𝑥
kecil dan predator dewasa menjadi fokus = 𝑥 𝜌1 (1 − ) − 𝛽𝑥𝑧
𝑑𝑡 𝑘1
dalam penelitian ini untuk dikembangkan. 𝑑𝑦 (1)
= 𝑐 𝛽 𝑥 𝑧 − (𝛼 + 𝛿1 ) 𝑦
Dalam aspek kehidupan ekosistem suatu 𝑑𝑡
𝑑𝑧
ekologi tertentu bisa dilakukanya suatu = 𝛼 𝑦 − 𝛿2 𝑧
𝑑𝑡
eksploitasi atau pemanenan. Pemodelan yang dengan nilai awal
melibatkan pemanenan juga banyak
dilakukan pada saat ini. Pemanenan dalam hal 𝑥(0) > 0; 𝑦(0) ≥ 0; 𝑧(0) ≥ 0
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑧
ini tentu akan melihat perkembangan Dengan simbol , 𝑑𝑡 dan 𝑑𝑡 masing-masing
𝑑𝑡
permintaan dari kebutuhan pasar [6]. menunjukan pertumbuhan populasi predator,
Sehingga dibutuhkan juga suatu model immature predator dan mature predator. Nilai
keuntungan yang menjamin keberlanjutan 𝜌1 adalah laju pertumbuhan intrinsik pada
jumlah populasi dalam jangka waktu yang populasi prey dan nilai k1 merupakan daya
sangat panjang. Fungsi keuntungan tersebut tampung (carrying capacity) untuk populasi
digunakan untuk mengoptimalkan prey. Sementara untuk bentuk fungsi predasi
keuntungan dan mengatur keberlanjutan yang mewakili interaksi predator dan prey
populasi dalam ekosistem [7]. adalah fungsi Holling I yaitu 𝛽𝑥𝑧 [9]. Nilai 𝛽
MODEL POPULASI PREDATOR-PREY dan 𝑐 masing-masing mewakili angka
pemangsaan yang relevan terhadap angka
Model predator-prey yang digunakan dalam
perubahan dari mature 𝑐. Populasi predator
penelitian ini mengembangkan model
dalam hal ini memiliki kemampuan untuk
populasi pada suatu ekosistem yang lebih
melakukan reproduksi dan memiliki interaksi
terbuka. Laju pertumbuhan populasi prey
yang langsung dengan prey dalam ekosistem.
adalah laju pertumbuhan logistik. Fungsi
predasi pada predator menggunakan fungsi Untuk 𝛼 merupakan laju perubahan immature
ke mature yang kondusif. Model populasi
respon Holling Type I yang sangat mendekati
tersebut mengalami pengurangan oleh fungsi
dengan kondisi ekosistem ekologi [8].
Populasi pemangsa terdiri dari populasi predasi. Sementara 𝛿1 dan 𝛿2 masing-maisng
immature dan mature. Sementara untuk merupakan angka laju kematian alami yang
populasi mangsa hidup esksis dalam dialami oleh immature dan mature.
ekosistem atau dengan kata lain hanya satu Dengan kondisi populasi yang seimbang
populasi. Kehidupan populasi predator sangat tersebut dapat dilakukan pemanenan untuk
bergantung pada jumlah mangsa yang memperoleh keuntungan yang maksimal.
tersedia. Sementara untuk populasi immature Oleh karenanya model (1) mengalami
predator hanya mendapat sumber makanan modifikasi karena adanya pemanenan yang
dari interaksi mature dan prey. Immature selektif tersebut. Model tersebut adalah
tidak melakukan interaksi langsung dengan
prey, hanya mature yang memiliki interaksi
dengan mangsa. Immature tidak dapat
melakukan produktifitas dan

149
MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019
e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

𝑑𝑥 𝑥 adalah 𝐼1 (0, 0, 0), 𝐼2 (0, 𝐾, 𝐿), 𝐼3 (𝑀, 0, 0) dan


= 𝑥 𝜌1 (1 − ) − 𝛽𝑥𝑧 − 𝑞1 𝐸1 𝑥
𝑑𝑡 𝑘1 𝐼4 (𝑥′, 𝑦′, 𝑧′).
𝑑𝑦 (2) Dimana
= 𝑐 𝛽 𝑥 𝑧 − (𝛼 + 𝛿1 ) 𝑦 − 𝜙𝑦 2
𝑑𝑡 𝑘1 (𝑞1 𝐸1 − 𝜌1 )
𝑑𝑧 𝐾= ,
= 𝛼 𝑦 − 𝛿2 𝑧 − 𝑞2 𝐸2 𝑧 𝜌1
𝑑𝑡
Dimana 𝜙 adalah angka koefisien interaksi 𝛼 + 𝛿1
𝐿= − ,
kompetisi interspesifik populasi immature. 𝜙
Untuk 𝑞1 dan 𝑞2 masing-masing adalah laju 𝛼 (𝛼 + 𝛿1 )
𝑀= − ,
ketertangkapan pada prey dan pada mature. 𝜙(𝑞2 𝐸2 + 𝛿2 )
Karena pemanenan ini memperhatikan 𝑃1 𝐸1 𝐸22 − 𝑃 2 𝐸1 𝐸2 + 𝑃 3 𝐸22
𝑥′ =
kondisi pemanenan yang berkelanjutan, maka 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
karakteristiknya adalah pemanenan selektif. 𝑃 4 𝐸2 − 𝑃 5 𝐸1 + 𝑃 6
+ ,
Untuk 𝐸1 dan 𝐸2 merupakan usaha 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
pemanenan yang dilakukan pada mangsa dan (𝑆1 𝐸1 + 𝑆 2 𝐸2 + 𝑆 3 )(𝑞2 𝐸2 + 𝛿2 )
𝑦′ = ,
mature. Pada model (2) digunakanlah 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
variabel yang berdimensi tanpa melakukan (𝐺1 𝐸1 + 𝐺2 𝐸2 + 𝐺3 )
𝑧′ = .
non-dimensional. 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
Tabel 1. Definisi variabel pada model (2). dimana 𝑃1 = −𝜙𝑞1 𝑞2 2 𝑘1 , 𝑃2 =
2
2𝜙𝑞1 𝑞2 𝛿2 𝑘1 , 𝑃3 = 𝜙𝑞2 𝜌1 𝑘1 , 𝑃4 =
Variabel Definisi Unit 2
𝑘1 (𝛼 𝛽𝑞2 + 𝛼𝛽𝑞2 𝛿1 + 2𝜙𝑞1 𝛿2 𝜌1 ), 𝑃5 =
𝑥 Populasi prey [N] 2
Populasi predator 𝜙𝑞1 𝛿2 𝑘1 , 𝑃6 = (𝛼 2 𝛽𝛿2 𝑘1 + 𝛼 𝛽𝛿1 𝛿2 𝑘1 +
𝑦 [N]
(immature) 𝜙𝛿2 2 𝜌1 𝑘1 ), 𝑃7 = 𝜙𝑞2 2 𝜌1 , 𝑃8 = 2𝜙𝑞2 𝛿2 𝜌1 ,
𝑧 Populasi predator (mature) [N] 𝑃9 = (𝜙𝛿2 2 𝜌1 + 𝛼 2 𝛽 2 𝑐𝑘1 ), 𝑆1 = 𝛼𝛽𝑐𝑞1 𝑘1 ,
Tabel 2. Nilai parameter pada model (2). 𝑆2 = (𝛼𝑞2 𝜌1 + 𝑞2 𝛿1 𝜌1 ), 𝑆3 = (−𝛼𝛽𝑐𝑞1 𝑘1 +
Parameter Nilai Unit Referensi 𝛼𝛿2 𝜌1 + 𝛿2 𝛿1 𝜌1 ), 𝐺1 = 𝛼 2 𝛽𝑐𝑞1 𝑘1 , 𝐺2 =
𝜌1 1.5 [T]-1 [1] (𝛼 2 𝑞2 𝜌1 + 𝛼𝑞2 𝛿1 𝜌1 − 𝛼 2 𝛽𝑐𝑘1 𝜌1 ).
𝑘1 100 [N] [2] Dengan memilih titik kesetimbangan positif
[N]-1 [T]- untuk model (2) yang relevan dengan titik
𝛽 0.031 1 [1] kesetimbangan pada model (1). Titik
𝑐 0.41 - [4] kesetimbangan pada model (2) yang
𝛼 0.08 [T]-1 [3] terbentuk tersebut adalah 𝑇4 (𝑥′, 𝑦′, 𝑧′).
[N]-1 [T]- Dengan mensubsitusikan nilai dari titik
𝜙 0.06 1 [1]
equilibrium pada matriks Jacobian maka
𝛿1 0.1 [T]-1 [1] diperoleh bahwa
𝛿2 0.008 [T]-1 [2] 𝐽11 0 𝐽13
𝐽 = [𝐽21 𝐽22 𝐽23 ]
HASIL DAN DISKUSI 0 𝐽32 𝐽33
Analisis titik kesetimbangan dimulai dari dimana
melakukan analisis model (2). Selanjutnya 2 𝜌1 𝛿2 (𝛼 2 𝛽 + 𝛼𝛽𝛿1 + 𝜙𝛿2 𝜌1 )
akan diselidiki titik kesetimbangan dari 𝐽11 = 𝜌1 −
(𝛼 2 𝛽 2 𝑐 𝑘1 + 𝜙𝛿2 2 𝜌1 )
model (2). Untuk titik kesetimbangan
𝛽𝛼𝜌1 (𝛼𝛽𝑐𝑘1 − 𝛼𝛿2 − 𝛿1 𝛿2 )
masing-masing yang mungkin pada model (2) −
(𝛼 2 𝛽 2 𝑐 𝑘1 + 𝜙𝛿2 2 𝜌1 )

150
MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019
e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

𝛽𝛿2 𝑘1 (𝛼 2 𝛽 + 𝛼𝛽𝛿1 + 𝜙𝛿2 𝜌1 ) Fungsi keuntungan untuk pemanenan pada


𝐽13 = −
(𝛼 2 𝛽 2 𝑐 𝑘1 + 𝜙𝛿2 2 𝜌1 ) populasi mangsa dan mature dengan titik
equilibrium 𝑇4 adalah
𝛽𝑐𝛼𝜌1 (𝛼𝛽𝑐𝑘1 − 𝛼𝛿2 − 𝛿1 𝛿2 ) 𝜋 = 𝑝1 𝑥 ′ 𝐸1 + 𝑝 2 𝑧 ′ 𝐸2 − 𝑐1 𝐸1 − 𝑐2 𝐸2 (3)
𝐽21 =
(𝛼 2 𝛽 2 𝑐 𝑘1 + 𝜙𝛿2 2 𝜌1 ) (𝑃1 𝐸1 𝐸22 − 𝑃 2 𝐸1 𝐸2 + 𝑃 3 𝐸22 )
2𝜙𝜌1 𝛿2 (𝛼𝛽𝑐𝑘1 − 𝛼𝛿2 − 𝛿1 𝛿2 ) 𝜋=
𝐽22 == − 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
(𝛼 2 𝛽 2 𝑐 𝑘1 + 𝜙𝛿2 2 𝜌1 ) 𝑃 4 𝐸2 − 𝑃 5 𝐸1 + 𝑃 6
+
− 𝛼 − 𝛿1 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
𝑐𝛽𝑘1 𝛿2 (𝛼 2 𝛽 + 𝛼𝛽𝛿1 + 𝜙𝛿2 𝜌1 ) (𝐺1 𝐸1 + 𝐺2 𝐸2 + 𝐺3 )
𝐽23 = −
(𝛼 2 𝛽 2 𝑐 𝑘1 + 𝜙𝛿2 2 𝜌1 ) 𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
𝐽32 =𝛼 − 𝑐1 𝐸1 − 𝑐2 𝐸2
𝐽33 = −𝛿2 dimana:
𝑃1 = −𝜙𝑞1 𝑞2 2 𝑘1 , 𝑃2 = 2𝜙𝑞1 𝑞2 𝛿2 𝑘1 , 𝑃3 =
Persamaan karakteristik Jacobian dari matriks 𝜙𝑞2 2 𝜌1 𝑘1 , 𝑃4 = 𝑘1 (𝛼 2 𝛽𝑞2 + 𝛼𝛽𝑞2 𝛿1 +
𝐽(𝐼4 ) adalah
2𝜙𝑞1 𝛿2 𝜌1 ), 𝑃5 = 𝜙𝑞1 𝛿2 2 𝑘1 , 𝑃6 =
𝜆3 + 𝐴1 𝜆2 + 𝐴2 𝜆 + 𝐴3 = 0, 2
(𝛼 2 𝛽𝛿2 𝑘1 + 𝛼 𝛽𝛿1 𝛿2 𝑘1 + 𝜙𝛿2 𝜌1 𝑘1 ), 𝑃7 =
dengan
𝐴1 = −(𝐽11 + 𝐽22 + 𝐽33 ), 𝜙𝑞2 2 𝜌1 , 𝑃8 = 2𝜙𝑞2 𝛿2 𝜌1 , 𝑃9 = (𝜙𝛿2 2 𝜌1 +
𝐴2 = 𝐽11 𝐽22 + 𝐽11 𝐽33 + 𝐽22 𝐽33 − 𝐽23 𝐽32 , 𝛼 2 𝛽 2 𝑐𝑘1 ).
𝐴3 = 𝐽11 𝐽23 𝐽32 − 𝐽11 𝐽22 𝐽33 − 𝐽13 𝐽32 𝐽21 .
SIMULASI NUMERIK
Dengan menggunakan kreteria kestabilan
Hurwitz [12], titik equilibrium 𝐼4 yang Angka parameter dipilih dalam simulasi
asimtotik stabil dimana memenuhi kondisi bersumber dari beberapa referensi dan
𝐴1 > 0, 𝐴2 > 0, 𝐴3 > 0, dan 𝐴1 𝐴2 > 𝐴3 . digunakan asumsi-asumsi dasar yang relevan.
Angka parameter pada simulasi numerik
Keuntungan Maksimal dari Pemanenan
adalah 𝜌1 = 1.5 , 𝑘1 = 100, 𝜙 = 0.06, 𝛽 =
Kestabilan titik equilibrium dari model (2) 0.04, 𝑐 = 0.02, 𝛼 = 0.2, 𝛿1 = 0.04, 𝛿2 =
dapat dilakukan pemanenan maksimum untuk 0.02. Nilai kesetimbangan yang diperoleh
populasi yang di panen tersebut. Kami yaitu 𝑇4 =
menggunakan koefisien parameter (45.36585366, 2.048780488, 20.48780488)
pemanenan untuk setiap pemanenan yang . Matriks Jacobi dari 𝐼4 adalah
−0.6804878052 0 −1.814634146
dilakukan. Untuk perlakukan pemanenan 𝐽(𝐼4 ) [ 0.0163902439 −0.4858536586 0.03629268293]
yang dilakukan diasumsikan 0 0.2 −0.02
mempertimbangkan pendapatan dan biaya
Persamaan karakteristik yang dibentuk dari
usaha. Dengan demikian total semua
𝐽(𝐼4 ) adalah
pendapatan kami bentuk dalam 𝑇𝑅 =
𝜆3 + 1.186341464 𝜆2 +
𝑝1 𝑥′𝐸1 + 𝑝2 𝑧′𝐸2 serta total biaya kami
0.3466857825 𝜆 + 0.007621463413 =
bentuk dalam 𝑇𝐶 = 𝑐1 𝐸1 + 𝑐2 𝐸2 . Masing-
0.
masing 𝑐1 dan 𝑐2 adalah koefisien banyaknya
Nilai eigen yang diperoleh adalah 𝜆1 =
biaya pada pemanenan prey dan mature.
−0.718747583053731, 𝜆2 =
−0.443695007267116, 𝜆3 =
−0.023898873479153.

151
MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019
e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

Simulasi Numerik dengan Pemanenan numerik. Pengamatan akan dilakukan pada


Angka parameter pada simulasi numerik perubahan populasi mangsa (𝑥 ), perubahan
adalah 𝜌1 = 1.5 , 𝑘1 = 100, 𝜙 = 0.06, 𝛽 = populasi immature (𝑦) and perubahan
0.04, 𝑐 = 0.02, 𝛼 = 0.2, 𝛿1 = 0.04, 𝛿2 = populasi mature (𝑧). Dari setiap perubahan
0.02, 𝑝1 = 100, 𝑝2 = 100, 𝑐1 = 50, 𝑐2 = 50. yang terjadi akan di amati keseimbangan
Titik equilibrium pada 𝐼4 dengan 𝐸1 > 0 dan sistem model (2) dalam ekosistem. Dinamika
𝐸2 > 0 diperoleh 𝐼4 (𝐸1 , 𝐸2 ) = (𝑥′, 𝑦′, 𝑧′) dari setiap populasi akan di sajikan dalam
𝑥′ kurva pertumbuhan populasi, sebagai berikut
60 (25000𝐸1 𝐸22 − 1000 𝐸1 𝐸2 − 37500 𝐸22 )
=−
22500 𝐸22 + 900 𝐸2 + 41
2300 𝐸2 − 10𝐸1 − 31
+ ,
22500 𝐸22 + 900 𝐸2 + 41
4 (1000 𝐸1 𝐸2 + 22500 𝐸22 + 20 𝐸1 )
𝑦′ =
22500 𝐸22 + 900 𝐸2 + 41
600 𝐸2 + 21
− ,
22500 𝐸22 + 900 𝐸2 + 41
Gambar 1. kurva dinamika perubahan
40 (20 𝐸1 + 450 𝐸2 − 21)
𝑧′ = − . populasi pada 𝛼 = 0,8.
22500 𝐸22 + 900 𝐸2 + 41
Sehingga untuk fungsi keuntungan yang
diperoleh adalah
100 𝐸1 (1.500000. 106 𝐸1 𝐸22 )
𝜋=−
𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
60000 𝐸1 𝐸2 + 2.250000. 106 𝐸22
+
𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9 (4)
(−1.38000. 105 𝐸2 )
−100 𝐸1 (
𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9
600 𝐸1 − 1860 Gambar 2. kurva dinamika perubahan
+ ) − 50𝐸1
𝑃 7 𝐸22 + 𝑃 8 𝐸2 + 𝑃 9 populasi pada 𝛼 = 0,6.
Dari fungsi keuntungan (4) diperoleh titik
stasioner positif pemanenan yaitu (𝐸1 , 𝐸2 ) =
(0.9834969594, 0.04710527684). Dengan
mensubsitusikan nilai titik stasioner (𝐸1 , 𝐸2 )
kedalam fungsi keuntungan (4), maka di
peroleh keuntungan sebesar 𝜋=
4900.662833. setelah ini kami akan
membahas perubuahan jumlah populasi dari
faktor angka perubahan dinamika populasi Gambar 3. kurva dinamika perubahan
immature ke mature sebagai proses transisi populasi pada 𝛼 = 0,4.
ledakan populasi.
Dinamika populasi untuk efisiensi
pertumbuhan immature ke mature
Dinamika populasi diperlihatkan dari kasus
percobaan, yang dilandasi untuk simulasi

152
MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019
e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

KESIMPULAN

Model populasi predator-prey dengan


tahapan struktur dan pemanenan optimal
memperlihatkan hasil yang baik dalam
dinamika populasi. Diperolehnya keuntungan
maksimal dari sistem model populasi yaitu
𝜋 = 4900.662833. Tujuan pemanenan yang
Gambar 4. kurva dinamika perubahan
dilakukan dalam populasi adalah menjaga
populasi pada 𝛼 = 0,2.
kestabilan dan keberlanjutan ekosistem itu
senidri. Tentu dalam kehidupan ekosistem,
tidak diharapkan adanya kepunahan populasi.
Selain itu juga kita dapatkan informasi bahwa
laju efisensi perpindahan populasi immature
ke mature sangat signifikan mempengaruhi.
Hal ini ditandai dengan menigkatnya jumlah
populasi prey jika perpindahan immature ke
mature menurun. Sementara pertumbuhan
Gambar 4. kurva dinamika perubahan
populasi mature sangat linier dengan
populasi pada 𝛼 = 0,2.
pertumbuhan populasi immature.
Dari masing-masing gambar 1, gambar 2,
DAFTAR PUSTAKA
gambar 3, gambar 4 dan gambar 5,
memperlihatkan hasil yang [1] Pratama R A, Toaha S and Kasbawati
mengidetifikasikan karakteristik masing- 2019 Optimal harvesting and stability
masing. Perubahan laju perpindahan usia of predator prey model with Monod-
Haldane predation response function
populasi immature ke mature ternyata sangat
and stage structure for predator IOP
berpengaruh signifikan. Laju perubahan 𝛼 Conf. Ser. Earth Environ. Sci. 279
tiak selalu konstan, karena dalam kehidupan [2] Kasbawati, Gunawan A Y and Sidarto K
ekosistem ada yang dinamakan bencana alam A 2017 Washout and non-washout
atau kerusakan oleh perubahan ekosistem solutions of a system describing
secara alami. Oleh karena itu angka efisensi microbial fermentation process under
the influence of growth inhibitions and
perubahan sangat menentukan laju
maximal concentration of yeast cells
pertumbuhan populasi yang lainya. Semakin Math. Biosci. 289 40–50
kecil laju perpindahan usia immature ke [3] Pratama R A, Ruslau M F V., Nurhayati
mature, pertumbuhan populasi mangsa and Laban S 2019 Analysis stability of
semakin signifikan. Sedangkan untuk predator-prey model with Holling type
pertumbuhan populasi mature sangat I predation response function and stage
cenderung sama laju pertumbuhanya dengan structure for predator Analysis stability
of predator - prey model with Holling
laju pertumbuhan populasi immature
type I predation response function and
(linieritas system). stage structure for predator IOP Conf.
Ser. Earth Environ. Sci. 343 8

[4] Toaha S and Rustam 2017 Optimal


harvesting policy of predator-prey

153
MUSTEK ANIM HA Vol. 8 No. 3, Desember 2019
e-ISSN : 2354-7707 p-ISSN 2089-6697

model with free fishing and reserve


zones AIP Conf. Proc. 1825 1–8
[5] Thieme R H 2005 Mathematics in
Population Biology Math. Biosci. 193
13–8
[6] Nurhayati, Pratama R A and Ruslau M
F V. 2019 Analysis of a point on line
segments in geometry analytical
concepts IOP Conf. Ser. Earth Environ.
Sci. 343 8
[7] Khajanchi S 2017 Modeling the
Dynamics of Stage-Structure Predator-
Prey System with Monod-Haldane type
Response Function Appl. Math.
Comput. 302 122–43
[8] Gourley S A and Kuang Y 2004 A Stage
Structured Predator-Prey Model and its
Dependence on Maturation Delay and
Death Rate Math. Biol. 200 188–200
[9] Farajzadeh A, Doust M H R,
Haghighifar F and Baleanu D 2012 The
stability of Gauss model having one-
prey and two-predators Abstr. Appl.
Anal. 2012 1–10

154

Anda mungkin juga menyukai