Anda di halaman 1dari 39

Dinamika populasi

lanjutan

Ir. Arifin, M.Si


Jurusan Ilmu Kelautan
FIKP Unhas
Akhir 2005/2006
Materi hari ini:
 Aksi densitas independen dan Dependen
dalam pengendalian populasi
 Struktur populasi
 Pembagian dan optimasi energi : seleksi r
dan K
 Strategi dan sifat daur hidup
Aksi densitas independen (bebas) dan
dependen (bergantung)
 Pada suatu ekosistem yg tertekan atau
mengalami kerusakan-kerusakan secara
tidak teratur dan tak dapat diramalkan
biasanya memiliki keanekaragaman hayati
rendah. Maka ukuran populasi cenderung
dipengaruhi oleh faktor fisik seperti cuaca,
arus air, unsur kimia yg terbatas dan
populasi.
 Pada ekosistem yg memiliki
keanekaragaman tinggi, kondisi
lingkungannya baik (tekanan fisik secara
periodik rendah spt badai, fluktuasi kondisi
lingkungan rendah) populasi didalmnya
cenderung dikendalikan oleh faktor
biologis, sampai tingkat tertentu kepadatan
populasi diatur sendiri.
Suatu faktor apakah bersifat membatasi atau
cocok terhadap populasi:
 Densitas bebas bilamana pengaruh atau aksi
tersebut bebas tidak tergantung pada ukuran atau
besarnya populasi;
 Densitas bergantung jika pengaruh pada populasi
merupakan fungsi daripada densitas.
 Faktor iklim sering tidak selalu terkait dengan
densitas bebas sedangkan faktor biotik spt
kompetisi, parasit, patogen kadang berpengaruh
terhadap densitas bergantung.
 Densitas bebas lebih sering terjadi pada spesies
yg bersiklus hidup pendek spt plankton, bakteri,
dsb.
 Spesies dgn siklus hidup pendek, memiliki potensi
biotik tinggi, dan laju metabolisme yg tinggi per
gramnya.
 Sementara spesies yg bersiklus hidup panjang
seperti pada hutan hujan tropis, ekosistem
terumbu karang dgn organisme yg lebih besar
(burung, mamalia, pohon-pohon hutan, dsb) lebih
dikendalikan oleh densitas bergantung.
Spesies yg bersiklus hidup pendek:
 Penting periode waktu bila laju pertumbuhan (r.)
positif.
 Penting faktor densitas bebas seperti iklim,
cuaca dalam menentukan lamanya waktu yg
menguntungkan populasi.
 Bahwa kekuatan pembatasan diri dalam
populasi bukanlah primer tetapi sekunder.
 Secara umum stabilitas densitas kurang
meskipun tampaknya ekosistem stabil.
Sementara pada spesies yg bersiklus hidup panjang
jelas mencerminkan aliran energi dalam populasi, hal-
hal penting sbb:

 Penting faktor densitas bergantung


khususnya kompetisi interspesifik yg
membatasi diri dan kompetisi intraspesifik
spt terhadap parasit.
 Ada kestabilan dalam pola densitas.
 Pengendalian biologis yg utama
Struktur Populasi (pola sebaran populasi)
 Individu-individu di alam dapat tersebar
menurut tiga pola berikut:
1. Acak (Random)
2. Seragam (uniform)
3. Bergerombol acak
4. Bergerombol seragam, dan
5. Bergerombol berkumpul
 Distribusi acak terjadi dimana kondisi
lingkungan sangat seragam, kemana saja
organisme pergi secara acak dia akan
mendapatkan apa yg dibutuhkannya.
 Distribusi yg seragam terjadi dimana
persaingan individu sangat keras atau
terdapat antagonisme positif dan kuat
sehingga mendorong mereka untuk
membagi ruang yg sama.
 Persaingan antar individu bisa terjadi
apabila unsur kebutuhan yg sama tetapi
ketersediaanya sedikit/terbatas.
 Sementara penyebaran bergerombol lebih
umum terjadi di alam.
 Kelompok-kelompok biasanya memiliki
ukuran dan komposisi ukuran yg hampir
sama dan dalam sebaran kelompok dapat
mendekati acak.
. . . . . . . . . . … … . .. .. … ….
….. …. .. . .. …… ..
. . . . . . . . . .
. . . ……….. ….. ...
. . . . . . . . . .
 Untuk populasi yg bergerombol perlu teknik
pengambilan contoh yg lebih besar dengan
terencana dan hati-hati.
 Ada beberapa metode yg digunakan untuk
mengetahui pola sebaran individu dlm
suatu populasi, salah satunya adalah
menggunakan indeks Morisita.
Indeks Morisita:
 Id = n ΣX2 – ΣX
ΣX (ΣX–1)
dimana Id = indeks morisita
n = jumlah sub stasiun pengamatan
ΣX = Jumlah total individu dlm total n
substasiun pengamatan.
ΣX2 = kuadrat jumlah individu per substasiun
untuk total n substasiun
 Jika Id = 1 maka distribusi acak
 Jika Id = 0 maka distribusi seragam
 Jika Id = n maka distribusi bergerombol
Struktur populasi: Agregasi, Asas alel, dan
Pengungsian
 Pengelompokan populasi adalah akibat
pengumpulan atau agregasi individu-
individu.
 Agregasi dapat meningkatkan kompetisi
antar individu-individu dalam kelompok.
Penyebab terjadinya pengelompokan:
1. Sebagai respons pada perbedaan-
perbedaan yg terjadi pada habitat
setempat.
2. Sebagai respons pada perubahan-
perubahan cuaca harian dan musiman.
3. Karena proses reproduksi.
4. Karena daya tarik sosial (pada hewan-
hewan tingkat tinggi).
 Agregasi dpt meningkatkan kelangsungan
populasi, karena kemampuannya untuk
mempertahankan dirinya atau
mendapatkan sumberdaya atau mengubah
mikroklimat atau mikrohabitat lebih tinggi
ketika individu-individu itu berkelompok.
 Agregasi dapat mengoptimumkan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup
populasi, ini bervariasi menurut spesies
dan keadaan (Asas Allee).
 Menurut Allee, ikan-ikan lebih tahan
terhadap suatu dosis racun ketika mereka
dalam satu kelompok ketimbang suatu
individu yg diberi racun yg sama.
 Ikan yg berada dalam kelompok lebih sulit
diserang oleh predator dibanding ikan yg
soliter (sendiri-sendiri).
 Dalam suatu agregasi/kelompok biasanya
ada suatu hirarki sosial (ada yg berfungsi
sebagai pemimpin yg diikuti oleh
anggotannya).
Struktur populasi: isolasi dan teritoriti
 Isolasi (pengucilan) biasanya sebagai hasil
dari (1) kompetisi antar individu-individu
terhadap sumberdaya yg terbatas; dan (2)
antagonisme secara langsung karena
perilaku pada hewan tkt tinggi, mekanisme
kimia (antibiotis dan alelopati) pada
tanaman, mikroba dan hewan tingkat
rendah.
 Individu-individu, pasangan-pasangan, atau
kelompok keluarga vertebrata/avertebrata tingkat
tinggi umumnya membatasi aktivitas mereka pada
suatu daerah tertentu yg disebut home range
(daerah jelajah).
 Bila spesies tersebut secara aktif mempertahankan
daerahnya sehingga tidak ada individu/kelompok
lain yg tumpang tindih memanfaatkan daerah
tersebut, disebut daerah kekuasaan/hukum (teritori).
Daerah kekuasaan untuk burung:
1. Seluruh daerah untuk perkawinan, mencari
makan, dan berkembang biak dipertahankan.
2. Daerah untuk sarang dan perkawinan
dipertahankan sedangkan daerah untuk mencari
makan tidak.
3. Hanya daerah perkawinan saja yg
dipertahankan.
4. Hanya tempat bersarang saja yg dipertahankan.
5. Daerah bukan untuk berkembang biak
dipertahankan.
 Kenyataannya pada awal siklus bersarang
dari burung-burung daerah-daerah yg
dipertahankan lebih lebar.
 Teritorialitas berpengaruh terhadap
ketahanan genetik, individu yg tidak dapat
mengamankan daerah tertorinya tidak
dapat berkembang biak.
 Pemegang daerah teritori akan menduduki
tempat-tempat yg baik sehingga hampir selalu
berhasil dalam menghasilkan individu muda
meskipun dalam kondisi sulit spt cuaca buruk
maupun kurang makanan.
 Ternyata potensi teritorialitas membatasi populasi
(tidak terlalu rapat) dan menghasilkan hanya
individu yg sehat saja.
 Manusia juga ada yg teritori.
Pembagian dan optimasi energi
(seleksi r dan k)
 Organisme-organisme dan populasinya dapat
berkembang atau bereproduksi bila energi yg
diperolehnya lebih dari yg diperlukan untuk
perawatan tubuhnya.
 Kelebihan energi untuk reproduksi tergantung
pada spesies, sifat spesies (menetap atau
bergerak).
 Energi untuk reproduksi dipakai untuk aktivitas
perkawinan, produksi anak (telur, biji, anakan),
dsb.
 Yang paling kritis bagi hewan adalah rasio
antara energi yg dapat dimanfaatkan yg
berasal dari makanan dikurangi energi yg
dipergunakan untuk mencari makanan.
Optimasi pemanfaatan energi dapat
dilakukan:
 Menekan waktu, dgn mencari dan
mengkonversi makanan secara efisien.
 Meningkatkan energi bersih makanan
(mengambil makanan yg mudah diubah
menjadi energi).
 Atau kedua-duanya digabungkan.
 Rasio antara energi untuk reproduksi dan energi
untuk perawatan bervariasi menurut ukuran
organisme, siklus hidup, kepadatan populasi dan
daya dukung lingkungan.
 Untuk lingkungan yg populasinya jarang, maka
spesies yg memiliki potensi reproduksi tinggi yg
menang (makanan banyak reproduksi
terjadi/strategi r).
 Untuk populasi yg padat maka organisme dgn
potensi reproduksi rendah yg menang (strategi k
yg terjadi).
Secara hipotesis ada 4 alokasi energi
bersih dari 3 aktivitas utama
 Energi untuk mengatasi kompetisi dgn
spesies lain dalam perebutan sumberdaya.
 Energi yg dipakai untuk menghindarkan diri
dari predator.
 Energi yg digunakan untuk keturunan
A= persaingan dan predator
rendah
75 75 75

B, C=energi sebagian
besar untuk menghindari
predator dan persaingan
40
30 D jika ketiganya
15 membutuhkan energi
jumlah yg hampir sama
10

A B C D

keturunan
persaingan
Menghindari predator
Siasat dan sifat sejarah hidup
 Tekanan seleksi sebagai akibat pengaruh
lingkungan fisik dan interaksi biotik
membentuk pola sejarah hidup setiap
spesies dan spesies tsb mampu menyusun
kombinasi adaptif sifat-sifat populasi.
Ada 4 sifat-sifat sejarah hidup yg merupakan
kunci siasat untuk bertahan hidup.

 Ukuran induk (biji, telur, anak, keturunan


lainnya).
 Ukuran anak/muda (pada saat kelahiran,
menetas/berkecambah).
 Distribusi umur untuk reproduksi.
 Interaksi antara usaha reproduksi dan
mortalitas dewasa.
Ramalan teoritis
1. Bila mortalitas dewasa > mortalitas anak-
anak, spesies tsb hanya akan memberi
anak sekali dalam hidupnya. Bila
sebaliknya, spesies tsb akan beranak
berkali-kali.
2. Induk harus dapat berusaha agar jumlah
anak-anaknya yg hidup maksimal dan
harus menjadi matang.
3. Dalam populasi yg sedang berkembang,
seleksai harus dapat menurunkan umur
matang (agar organisme memberi
keturunan pada umur muda), sedangkan
pada populasi yg stabil dan daya dukung
tinggi atau tingkat K kematangan harus
diundurkan.
4. Bila terdapat resiko predator atau
sumberdaya kurang atau keduanya,
jumlah kelahiran harus besar, sebaliknya
jumlah yg muda harus dikurangi bila
sumberdaya meningkat, predator dan
kompetisi rendah.
5. Untuk populasi yg sedang berkembang,
tidak hanya umur kematangan yg ditekan
dan reproduksi ditikberatkan pada awal
kehidupan, tetapi juga ukuran induk harus
ditingkatkan dan sebagian besar energi
untuk reproduksi.
6. Bila sumberdaya tidak terbatas maka
perkawinan dapat dimulai pada usia
muda.
7. Sejarah hidup yg kompleks bersama dgn
tingkatan larvanya memungkinkan
spesies mengusahakan lebih dari satu
habitat dan relung.

Anda mungkin juga menyukai