Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STRUKTUR ANATOMI HEWAN

SISTEM RANGKA DAN ANATOMI SISTEM RANGKA PADA HEWAN

DOSEN PENGAMPU:
M.EVAL SETIAWAN, M.Pd

DISUSUN OLEH:
RIZKIA OFDHALENI
NIM: 1910204028

MAHASISWA JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLA M NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A. 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Makhluk hidup yang ada di dunia ini dikelompokkan menjadi 2 bagian berdasarkan ada
tidaknya tulang belakang. Makhluk hidup yang memiliki tulang belakang disebut vertebrata dan
yang tidak memiliki tulang belakang disebut invertebrata. Vertebrata sendri memiliki 2 sistem
rangka, yaitu endoskeleton dan eksoskeleton. Contoh hewan vertebrata adalah ikan, katak,
burung, kadal, marmot, dan lain sebagainya.
Sistem rangka merupakan sistem organ terpenting dalam mempelajari morfologi, serta
memegang peran utama dalam analisis struktur vertebrata. Rangka vertebrata merupakan
endoskeleton (rangka dalam), terdiri atas tulang dan tulang rawan yang saling berhubungan.
Selain mempunyai endoskeleton, pada pisces, reptilia dan aves terdapat pula sisik, dan pada
golongan kura-kura terdapat karapas dan plastron yang dapat dianggap sebagai rangka luar atau
eksoskeleton. Sistem rangka mempunyai fungsi antara lain sebagai: (1) pelindung organ dalam,
(2) penunjang tubuh, (3) tempat melekatnya otot rangka, (4) alat gerak pasif (penyalur gerakan),
dan (5) tempat pembentukan sel-sel darah (Tenzer,. dkk, 2014)
Karakteristik rangka vertebrata akuatik berbeda dengan vertebrata terestrial. Tubuh pisces
ditopang oleh lingkungan air sekelilingnya, karena itu rangkanya tidak perlu sekuat rangka
hewan-hewan darat. Struktur tulang vertebrata merupakan adaptasi terhadap lingkungan
hidupnya. Misalnya, struktur tulang burung spesifik dan berongga. Struktur sedemikian
menyebabkan berkurangnya massa rangka, yang sangat menguntungkan untuk terbang (Tenzer,.
dkk, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM RANGKA
Sistem rangka merupakan suatu sistem yang dibangun oleh struktur-struktur keras dari
tubuh yang sifatnya menyokong dan melindungi. Sistem ini meliputi eksoskeleton, dan
endoskeleton. Eksoskeleton secara embriologis berasal dari epidermis saja, dermis saja, atau
keduanya. Sedangkan endoskeleton secara embriologis berasal dari jaringan subdermal, yaitu
endoskeleton tulang, endoskeleton rawan dan korda. Eksoskeleton ummnya dijumpai pada
hewan invertebrata. Pada vertebrata lebih dikenal sebagai dermal skeleton. Endoskeleton
umumnya dijumpai pada hewan veretebrata. Sistem rangka adalah suatu sistem organ yang
memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Sistem rangka umumnya dibagi menjadi tiga
tipe: eksternal, internal, dan basis cairan (rangka hidrostatik), walaupun sistem rangka hidrostatik
dapat pula dikelompokkan secara terpisah dari dua jenis lainnya karena tidak adanya struktur
penunjang (Nature, 2012).
Menurut (Syarifuddin, 2006: 145) tulang diklasifikasikan menurut bentuknya terbagi
atas:
1. Tulang panjang, yaitu tulang yang berbentuk silindris, yang terdiri dari diafisis dan
epifisis yang berfungsi untuk menahan berat tubuh dan berperan dalam pergerakan.
2. Tulang pendek, yaitu tulang yang berstruktur kuboid yang biasanya ditemukan
berkelompok yang berfungsi memberikan kekuatan kekompakan pada area yang
pergerakannya terbatas.
3. Tulang pipih, yaitu tulang yang strukturnya mirip lempeng yang berfungsi untuk
memberikan suatu permukaan yang luas untuk perlekatan otot dan memberikan
perlindungan.
4. Tulang ireguler, yaitu tulang yang bentuknya tidak beraturan dengan struktur tulang yang
sama dengan tulang pendek.
5. Tulang sesamoid, yaitu tulang kecil bulat yang masuk dalam formasi persendian yang
bersendian yang bersambungan dengan kartilago, ligament, atau tulang lainnya.
Tulang tempurung kepala terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula untuk tempat
beberapa pasang organon sensoris (olfactory, optic, auditory) dan skeleton viceralis, yang
merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk mekanisme.
Tengkorak (tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan columna vertebralis, oleh karena itu
ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi biasanya terdapat pada tulang premaxillary dentary,
vomer dan tulang palatina. Chondrichthyes memiliki tulang kartilago kranium sempurna, organ
pembau dan kapsul optic tergabung menjadi satu. Eksoskeleton ostracodermi mempunyai
kesamaan dengan dentin pada kulit Elasmobrachii yang merupakan mantel keras seperti email
pada gigi Verterata. Di bawah lapisan tersebut terdapat beberapa lapisan tulang sponge dan di
bawahnya lagi terdapat tulang padat. Kartilago palate quadrat dan kartilago Meckel adalah tulang
rawan yang akan membentuk rahang atas dan rahang bawah. Ikan hiu dan ikan pari, rahangnya
bersendi pada tulang ke posterior atau pada elemen hiomandibula dari lengkung insang ke 2
(Gunarso, 1979: 215).
B. SISTEM RANGKA PISCES (IKAN)
1. Struktur Histologis
Bentuk tubuh ikan merupakan interaksi antara sistem rangka dengan sistem otot serta
evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap lingkungannya. Rangka yang menjadi
penegak tubuh ikan terdiri dari tulang rawan dan atau tulang sejati. Osteichthyes terdiri dari
tulang sejati. Sebagian besar tulang Osteichthyes pada permulaannya terbentuk melalui tahap
tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk bentuk yang khusus
melalui osifikasi. Osifikasi merupakan proses perubahan tulang rawan menjadi tulang sejati atau
tulang keras (Ville,. dkk, 1999).
Tulang tengkorak pada ikan berfungsi untuk membungkus atau melindungi otak karena
otak merupakan organ yang lembut, tetapi mempunyai peranan yang besar bagi kehidupan ikan.
Tengkorak ikan Elasmobranch terbentuk dari satu tulang rawan yang disebut chondrocranium
dan dilengkapi branchiocranium beserta derivate-derivatnya. Chondrocranium pada ikan
elasmobranch memiliki kotak-kotak yang membentuk atap otak yang tidak komplek. Sedangkan
tengkorak ikan bertulang sejati tersusun atas dua bagian yaitu neurocranium dan
branchiocranium. Neurocranium terdiri dari bagian endosteal yang membentuk lantai kotak otak
dan ectosteal yang membentuk atap otak. Bentuk atap otaklah yang nantinya mempengaruhi
bentuk wajah dari ikan tersebut (Ville,. dkk, 1999).
2. Struktur Anatomi
Secara garis besar tubuh ikan tersusun atas tiga bagian, yaitu kepala, batang tubuh dan
ekor. Pada tubuh ikan yang berbentuk simetri, yaitu terdiri atas dua belahan yang sama apabila
tubuh dibelah dua menjadi dua belahan yang sama, dari kepala ke sampai ekor dengan arah
punggung perut. Pada ujung depan terdapat mulut, diatas mulut terdapat cekung hidung yang
sebelah-menyebelah, pada bagian kepala terdapat sepasang mata dan tutup insang. Pada tubuh
ikan tertutup oleh selaput tipis yang tembus oleh sinar, kulitnya banyak mengandung kelenjar
lendir yang berfungsi untuk menghindarkan goresan pada saat ikan berenang dengan cepat.
Rangka ikan berdasarkan letaknya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu eksoskeleton dan
endoskeleton. Sisik dan sirip ikan merupakan eksoskleton, sedang endoskeleton terdiri atas
tulang tempurung kepala, columna vertebralis, cingulum pectoralis, tulang-tulang kecil tambahan
yang menyokong sirip.
Struktur rangka pisces terdiri atas 2 bagian, yaitu rangka aksial dan rangka apendikular.
Rangka aksial pisces terdiri dari tulang-tulang tengkorak (terdiri 180 tulang), dan kolumna
vertebralis. Tulang-tulang tempurung kepala terdiri atas cranium sebagai tempat otak, capsula
untuk tempat beberapa pasang organon  sensoris (olfactory, optic, auditory) dan skeleton
viceralis, yang merupakan bagian pembentuk tulang rahang dan penyokong lidah insang untuk
mekanisme. Tengkorak (tempurung) kepala melekat dekat sekali dengan columna vertebralis,
oleh karena itu ikan tidak bisa memutar kepalanya. Gigi biasanya terdapat pada tulang
premaxillary dentary, vomer dan tulang palatine (Jasin, 1984).
Kolumna vertebralis pada pisces hanya terbagi menjadi vertebra badan dan vertebra ekor
yang tersusun dari belakang tengkorak sampai ke pangkal ekor. Daerah abdominal (badan)
memiliki tulang rusuk (kosta) kiri dan tulang rusuk (kosta) kanan. Kosta berguna untuk
melindungi organ-organ di dalam rongga badan. Ikan Telostei primitif mempunyai 2 rangkaian
rusuk yang berhubungan dengan masing-masing sentrum kolumna vertebralis, yaitu rusuk
dorosal dan rusuk ventral. Rusuk ventral kiri dan kanan pada bagian ekor bertemu dibawah arteri
dan vena ekor untuk membentuk lengkung hemal (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Rangka apendikular tersusun dari gelang pektoral dan gelang pelvis. Gelang pektoral
pada ikan bertulang terdiri dari korakoid dan skapula yang biasanya tereduksi. Struktur dari
tulang membran (tulang dermal) meliputi klavikula yang tereduksi, kleitrum dan supra kleitrum.
Gelang pelvis pada ikan terdiri dari keeping-keping pelvis bertulang atau bertulang rawan yang
bersendian dengan sirip pelvis. Pada ikan bertulang rawan, keping-keping tersebut bertemu
dibagian tengah membentuk simfisis pubis (Tenzer, dkk, Tanpa tahun).
Tulang-tulang anggota badan bebas pada ikan (extremis liberare) berupa sirip (pinna).
Terdapat 2 macam sirip pada ikan, yaitu sirip tunggal dan sirip berpasangan (Tenzer, dkk, Tanpa
tahun).
1. Sirip tunggal pada ikan disebut juga sirip median. Sirip ini terdiri dari:
 Sirip dorsal atau sirip punggung (pinnal dorsalis); terdapat pada sepanjang garis medio
dorsal.
 Sirip anal (pinna analis); terdapat diantara anus dan ekor.
 Sirip ekor (pinna kaudalis); terdapat pada ujung ekor.
Fungsi sirip dorsal dan sirip anal adalah menjaga agar posisi tubuh tidak terbalik atau
oleng ketika berenang, sedangkan sirip ekor berfungsi sebagai kemudi.
Terdapat 4 tipe sirip ekor, yaitu:
 Tipe protoserkal; kolumna vertebralis bagian dorosal dan ventral terbagi hampir sama,
ujung ekor membulat dan biasanya terdapat pada siklostomata dewasa.
 Tipe difiserkal; kolumna vertebralis lurus ke ujung ekor. Ekor terbagi simetris dari luar
maupun dalam, ujung ekor meruncing, dan biasanya terdapat pada ikan paru-paru.
 Tipe heteroserkal; kolumna vertebralis ke ekor agak membelok kebagian dorsal,
sehingga ekor terbagi asimetris baik dari dalam maupun luar, dan biasanya terdapat
pada Selachei dan Ganoidae.
 Tipe homoserkal; kolumna vertebralis berhenti pada pangkal ekor. Ekor terbagi
simetris dari luar, asimetris dari dalam, dan biasanya terdapat pada ikan berangka
tulang.
Tipe sirip ekor pada ikan dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1 Tipe Sirip Ekor
2. Sirip berpasangan terdiri dari:
 Sirip dada (pinnae torakales/pektorales).
 Sirip pelvis atau sirip perut (pinnae abdominales). Sirip ini tidak dimiliki oleh belut.
Sirip berpasangan juga berfungsi sebagai penyeimbang tubuh.
Berdasarkan letaknya rangka ikan dibagi menjadi 6 bagian, yaitu:
 tulang tengkorak
 tulang punggung
 tulang rusuk
 tulang penyokong insang, disebut rangka visceral
 tulang penyokong sirip, disebut rangka appendicular
 tulang-tulang penutup insang; terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
o Operculum
o sub operculum – di bawah
o pre operculum – di depan
o interculum – diantara
Struktur rangka pisces/ikan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar2 Kerangka Ikan
C. SISTEM RANGKA AMFIBI (KATAK)
1. Struktur Histologis
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian yang lunak. Pada
fase berudu tulangnya masih lunak dan menjadi keras pada fase dewasa. Pada sambungan-
sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang licin (Ahmad, 2013).
Pada katak, tulang yang panjang dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu bagian atas pada
bagian central yang disebut diaphyse dan kedua ujung yang disebut epiphyse. Pada diaphyse dan
epiphyse terdapat hubungan yang tidak teratur dan terkunci oleh sutura. Sutura tersebut masih
berupa tulang rawan yang masih dapat tubuh terus, sedangkan pada burung dan sebagian besar
mammalia, masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu sehingga pertumbuhan
tidak terjadi (Ahmad, 2013).
2. Struktur Anatomi
Skeleton pada katak/amfibi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Skeleton aksial: tempurung kepala, vertebrae, dan sternum.
b. Skeleton apendikular : kaki.
Tempurung kepala yang besar dan pipih terdiri atas:
a. cranium yang sempit,
b. beberapa pasang kapsula sensoris dari  hidung kapsula pendengaran dan kapsula yang
besar untuk mata, dan
a. c. tulang-tulang rahang yang terdiri dari os hyoid dan tulang rahang dari larynx
(skeleton viseral).
Amfibi mempunyai tengkorak yang tebal dan luas secara proporsional.  Tengkorak
amfibi modern mempunyai tulang-tulang premaksila (rahang atas), nasal (tulang hidung), frontal,
parietal, dan skuamosa. Tidak ada langit-langit atau palatum sekunder pada amfibi. Akibatnya,
neres internal lebih maju di dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral otak ditutupi oleh tulang
dermal yang dinamakan parasfenoid. Gigi amfibi terletak pada premaksila, maksila, palatine,
vomer, parasfenoid, dan tulang dental (Ahmad, 2013).
Ada beberapa amfibi yang sama sekali tidak memiliki gigi, atau gigi pada rahang bawah
mereduksi. Jumlah vertebra atau ruas tulang belakang pada amfibi bervariasi dari 10 ruas pada
Salientia sampai 200 pada Gymnophiona. Tengkorak bersendi dengan tulang tengkuk, jumlah
vertedrata kaudalnya  bervariasi (Ahmad, 2013).
Bangsa Amphibia merupakan vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang dada)
tetapi perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang berkembang
sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil, burung, atau
mamalia (Ahmad, 2013).
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan 4 jari (digiti) kaki pada
kaki depan dan 5 jari pada jari belakang. Jumlah digiti pada amfibi mungkin ada yang berkurang
2 buah. Tungkai belakang berkurang seperti pada salamander, dan pasangan tungkai tidak ada
pada Caecillia. Tungkai biasanya tidak mempunyai kuku, tetapi ada semacam tanduk pada jari-
jarinya. Tulang punggung bersambung dengan kepala dan ekstrimitas berfungsi menyokong
tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan urostyle. Masing-masing
vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksibel. Tiap-tiap vertebrae terdiri dari centrum
atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat semsum. Sebelah
atasnya terdapat cuatan neuralis yang terdapat pada sepasang processus articularis yang membuat
vertebrae sedikit bergerak (Ahmad, 2013). Namun, beberapa amfibi memliki tulang tempurung
kepala bersenyawa yang tidak dapat digerak-gerakkan (Ahmad, 2013).
Struktur rangka katak dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar3 Sistem Rangka Katak


D. SISTEM RANGKA REPTIL (KADAL)
1. Struktur Histologis
Sistem rangka pada kadal kebun dapat di bedakan menjadi dua bagian yaitu endoskeleton
dan ensoskeleton (Puspita, 2013).
a. Eksoskeleton; berasal dari epidermis, berupa sisik (squama) menanduk yang
menyelubungi permukaan tubuhnya dan posisi seperti sususnan genting. Bentuk squama
kadal berbeda antara bagian kepala, badan, ekor.
b. Endoskeleton; terdiri dari sekeleton aksial dan apendikular. Sekeleton aksial terdiri
tengkorak, kolumna vertebralis, sternum dan rusuk.
Vertebrae ekor pada kadal tidak menulang secara sempurna, ekor mudah putus, tetapi
dapat mengalami regenerasi. Kolumna vertebralis kadal terbagi menjadi servikal, torax, lumbar,
sakral, dan kaudal. Pada kadal juga terdapat tulang rusuk yang bebas. Sebagian tulang-tulang
reptil terdiri atas kartilago. (Puspita, 2013).
2. Struktur Anatomi
Tubuh kadal kebun terdiri dari tiga bagian yaitu: caput (kepala), serviks (leher), truncus
(badan), dan kaudal (ekor). Bagian caput berbentuk seperti pyramid dan bila dibandingkan
dengan tubuhnya, ukurannya relatif kecil. Mulutnya berbentuk celah melebar. Terdapat sepasang
mata yang terletak pada bagian dorsolateral. Masing-masing mata memiliki dua pelupuk yang
dapat digerakkan dan terdapat membran niktitans yang transparans (terletak pada ujung anterior
mata). Membran ini berfungsi untuk membersihkan kornea pada saat diperlukan. Pada bagian
sisi lateral terdapat celah dangkal berbentuk oval yang merupakan lubang telinga luar (Puspita,
2013).
a. Caput
Caput adalah bagian tubuh pada daerah anterior. Bagian-bagian dari caput adalah sebagai
berikut.
1. Rima oris terletak diantara anterior caput
2. Labium superior dan inverior
3. Organon visus, yang dilengkapi dengan adanya palpebra superior dan inferior yang
keduanya dapat digerakkan. Disamping itu dijumpai pula adanya membrane melintang
disudut anterior orbita.
4. Sepasang nares anterior yang terletak diujung depan maksila.
5. Porus acusticus eksternum, terletak dibelakang mata.
b. Truncus 
Truncus berbentuk memanjang yang ditutup oleh squama (sisik) yang berbentuk
heksagonal. Pada truncus juga dijumpai adanya extrimitas (anggota badan bebas) yang terbagi
atas extremitas cranialis (posterior) dan extremitas anterior. Extremitas ini terbentuk oleh
branchium, antribrancium, manus. Pada bagian extremitas memiliki falcula (jari-jari) yang
berjumlah 5 buah dibagian anterior (poluks, socundus, medium, numulus dan minimus) dan yang
berada dibagian posterior berjumlah 3 falcula (femur, crus, pes) yang memiliki 5 buah digiti
(jari-jari) bervakuola, yang nama jari-jarinya sama dengan extremitas anterior kecuali pada
urutan pertama disebut hallux (Puspita, 2013).
c. Serviks
Serviks atau leher merupakan bagian yang dapat digerakkan. Bagian serviks panjang dan
berlanjut dengan badan, bagian serviks ini hanya ditandai oleh adanya lekukan saja.
d. Caudal
Caudal berbentuk silindris dengan panjang hampir dua kali panjang badan ditambahkan
dengan panjang kepala. Pada bagian pangkalnya tebal dan makin meruncing ke arah distal. Pada
bagian badan terdapat dua pasang alat gerak yaitu bagian anterior dan bagaian posterior. Pada
bagian ventral terdapat lubang kloaka yang berbentuk celah melintang. Pada jenis kadal yang
ditemukan di India (Uromastix), terdapat beberapa lubang preanofemoral yang terdapat pada
bagian pangkal alat gerak bagian belakang (Puspita, 2013).
Sebagaimana galibnya reptil, kadal kebun berdarah dingin (itu sebabnya kadal kebun
kerap berjemur) dan mempunyai sisik-sisik yang beraneka bentuknya yang terbangun dari zat
tanduk. Beberapa jenis kadal mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau
seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena kadal tidak memiliki
pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak Beberapa spesies kadal kebun tak
berkaki, seperti ular kaca misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam
tubuhnya, meski tak ada tungkainya. (Puspita, 2013).
Struktur rangka reptil dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar4 Kerangka Kadal (Anonim. 2010)


E. SISTEM RANGKA AVES (BURUNG)
1. Struktur Histologis
Struktur rangka pada burung banyak mengalami diferensiasi, misalnya pada bagian
kolumna vertebralis atau tulang belakang. Vertebra pada burung (misalnya burung dara) dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu vertebra torakalis terakhir (posterior), vertebra lumbalis, vertebra sakralis
dan vertebra kaudalis anterior. Keempat vertebra tersebut bersatu membentuk sinsakrum
(Mutiara, 2011).
Tidak hanya pada bagian vertebra, bagian sternum (dada) berdiferensiasi menjadi lebar
dan kuat, yang disebut karina sterni. Sternum tersebut berfungsi untuk perlekatan otot-otot
pektoral yang kuat, yang berperanan penting untuk terbang. Rusuk sterna (rusuk ventral) pada
aves tersusun dari jaringan tulang rawan (Rani, 2012).
Pada aves terdapat tulang-tulang gelang bahu yang meliputi pola dasar gelang pektoral
yang terdiri dari tulang-tulang pengganti (berasal dari tulang rawan), meliputi korakoid dan
skapula, dan tulang-tulang membran (berasal dari jaringan ikat), yaitu klavikula. Pada aves yang
dapat terbang, kedua klavikula bersatu dibagian tengah dengan interklavikula, membentuk
furkula yang berbentuk huruf V. Bagian ujung furkula dilekatkan dengan sternum oleh suatu
ligamen. Aves memiliki korakoid sepasang, kokoh, dan bersendian dengan sternum, sedangkan
skapula tersusun sepasang, panjang, dan bersendian dengan kosta (Mutiara, 2011).
2. Struktur Anatomi
Kerangka burung sangat beradaptasi untuk terbang. Kerangka tersebut sangat ringan,
namun cukup kuat untuk menahan tekanan pada saat lepas landas, terbang, dan mendarat. Salah
satu kunci adaptasi yakni tergabungnya tulang dalam osifikasi tunggal. Hal ini membuat burung
memiliki jumlah tulang yang sedikit dibanding vertebrata lain yang hidup di darat. Burung juga
tidak memiliki gigi bahkan rahang, namun memiliki paruh yang lebih ringan. Paruh pada anak
burung memiliki "gigi telur" yang digunakan untuk membantu keluar dari cangkang telur
(Mutiara, 2011).
Burung memiliki banyak tulang yang berongga yang saling bersilang untuk menambah
kekuatan struktur tulang. Jumlah tulang berongga bervariasi antarspesies, meskipun burung yang
terbang dengan melayang atau melambung cenderung memiliki tulang berongga yang lebih
banyak. Kantung udara dalam sistem pernapasan sering membentuk kantung-kantung udara
dalam tulang semi berongga pada kerangka burung. Beberapa burung yang tidak mampu terbang
seperti penguin atau burung unta hanya memiliki tulang yang padat, hal ini membuktikan
hubungan antara kemampuan terbang burung dengan adaptasi pada sistem rongga pada tulang
(Rani, 2012).
Rangka aves terdiri dari rangka aksial dan rangka apendikular. Rangka aksial yang
tersusun atas caput (kepala), kolumna vertebralis (tulang belakang), truncus (badan), dan kosta
(tulang-tulang rusuk), sedangkan rangka apendikular pada aves tersusun atas extremitas (tulang-
tulang anggota gerak).
Pada bagian caput terdapat tulang-tulang tengkorak kepala yang terdiri dari beberapa
tulang, yaitu rostum (paruh), cranium (tulang kotak otak), nares (lubang hidung), dan tulang
rongga mata. (Staf dosen Universitas Yogyakarta, 1990). Rostum terdiri dari 2 bagian, yaitu os
premaksila (paruh bagian atas yang langsung berhubungan dengan nares) dan mandibula (paruh
bawah). Kranium terdiri dari os frontal (tengkorak bagian atas), os parietal, dan os oksipital.
Tengkorak burung normal biasanya beratnya sekitar 1% dari berat badan keseluruhan
burung. Mata burung menempati sebagian besar tengkorak dan dikelilingi oleh cincin mata-
sklerotik, cincin tulang kecil yang mengelilingi mata.
Sistem tulang belakang (kolumna vertebralis) aves dapat dibagi menjadi 5 bagian, yaitu
vertebra servikalis (leher), vertebra torakalis (bagian badan), synsacrum (menyatu pada tulang
punggung, juga menyatu pada pinggul), vertebra kaudalis (ekor), dan pygostyle (ujung ekor).
Ruas pertama pada vertebra servikalis disebut tulang atlas, sedangkan ruas kedua disebut tulang
aksis. Burung memiliki tulang leher (bagian collum/cervix) yang lebih banyak dibanding
binatang lainnya. Kebanyakan burung memiliki tulang leher yang sangat fleksibel yang terdiri
dari 13 - 25 tulang.
Pada bagian truncus, tepatnya bagian sternum (dada) terdapat cinglum anterior/ cinglum
pektoral (gelang bahu) yang dibentuk oleh tulang-tulang frucula (tulang garpu), korakoid (tulang
leher), dan skapula (tulang belikat). Ketiga tulang tersebut bersama-sama membentuk pektoral
korset. Sisi dada dibentuk oleh tulang rusuk, yang bertemu di tulang dada (Hasan, 2012).
Frucula berfungsi sebagai penopang otot pada saat terbang, atau serupa pada penguin
untuk menopang otot pada saat berenang. Adaptasi ini tidak dimiliki oleh burung yang tidak bisa
terbang seperti burung unta. Menurut catatan, burung perenang memiliki tulang dada yang lebar,
burung yang berjalan memiliki tulang dada yang panjang atau tinggi, sementara burung yang
terbang memiliki tulang dada yang panjang dan tingginya mendekati sama (Mutiara, 2011).
Burung memiliki bengkokan tulang rusuk yang merupakan perpanjangan tulang yang
membengkok yang berfungsi untuk menguatkan tulang rusuk dengan saling bertumpang tindih.
Fitur ini juga ditemukan pada Sphenodon. Sphenodonjuga memiliki tulang panggul tetradiate
yang memanjang seperti pada beberapa reptil. Sphenodon memiliki tengkorak diapsid seperti
pada reptil dengan lekukan air mata. Tengkoraknya memiliki oksipital kondilus tunggal (Hasan,
2012).
Pada bagian kosta (tulang-tulang iga) terdapat kosta servikalis yang melekat pada
vertebra servikalis dan kosta torakalis yang melekat pada vertebra torakalis (Staf dosen
Universitas Yogyakarta, 1990).
Extremitas anterior pada aves tersusun atas tulang bahu yang terdiri dari skapula (tulang
belikat), korakoid (tulang leher), dan humerus (tulang lengan atas). Humerus bergabung dengan
radius (tulang pengumpil) dan ulna (tulang hasta) untuk membentuk siku. Tulang-tulang karpal
dan metakarpal membentuk karpometakarpus (Rani, 2012).
Pinggul aves terdiri dari panggul yang meliputi tiga tulang utama: Illium (atas pinggul),
iskhium (bagian posterior), dan pubis (bagian anterior). Ketiga tulang ini menyatu menjadi satu
membentuk tulang innominate. Tulang innominate
merupakan evolusi yang signifikan yang
memungkinkan burung untuk bertelur. tulang
innominate bertemu di acetabulum (soket pinggul)
dan mengartikulasikan dengan femur (tulang paha),
yang merupakan tulang pertama dari kaki belakang
(Hasan, 2012).
Extremitas posterior aves berupa kaki. Bagian atas
terdiri dari os femur (tulang paha). Pada sendi lutut
(patella), femur menghubungkan ke tibiotarsus
(tulang tibia yang bersatu dengan bagian proksimal
dari tulang tarsal) dan fibula (sisi tungkai bawah).
Tarsometatarsus (persatuan antara tulang-tulang
tarsal bagian distal dengan metatarsal) membentuk
bagian atas kaki aves, serta jari (digiti) yang membentuk kaki. Tulang kaki burung merupakan
tulang yang paling berat, berkontribusi pada rendahnya titik berat burung. Hal ini membantu
dalam penerbangan. Sebuah kerangka burung terdiri dari hanya sekitar 5% dari total berat badan
burung (Rani, 2012).
Struktur rangka Aves dapat dilihat pada gambar 2.5 di samping.

Gambar5 Kerangka Burung Merpati (Anonim, 2010)


Keterangan Gambar 2.5.
1. Kranium 10. Tibiotarsus 19. Skapula
2. Servikal vertebralis 11. Fibia 20. Lumbar vertebrae
3. Frucula 12. Femus 21. Humerus
4. Korakoid 13. Iskhium 22. Ulna
5. Sternum 14. Pubis 23. Radius
6. Keel 15. Illium 24. Karpus
7. Patela 16. Vertebral kaudalis 25. Metakarpus
8. Tarsometatarsus 17. Pygostyle 26. Digiti
9. Digiti 18. Synsacrum 27. Alula
Selain itu, kaki burung diklasifikasikan menjadi anisodactyl, zygodactyl, heterodactyl,
syndactyl atau pamprodactyl. Anisodactyl merupakan bentuk kaki burung yang paling umum,
dengan tiga jari di depan dan satu di belakang. Bentuk seperti ini banyak ditemui di burung
penyanyi, burung pengicau, elang, rajawali, dan falkon.
Beberapa burung memiliki bentuk kaki syndactyl yakni bentuk kaki yang menyerupai
anisodactyl namun jari ke tiga dan ke empat atau ketiga jari depan menyatu seperti yang terdapat
pada burung raja udang. Jenis kaki ini merupakan karakteristik burung dari ordoCoraciiformes.
Zygodactyl (dari bahasa Yunani ζυγον, kuku) adalah bentuk kaki burung, dengan dua jari
kaki menghadap ke depan (jari 2 dan 3) dan dua jari menghadap ke belakang (jari 1 dan 4).
Pengaturan ini paling sering terjadi pada spesiesarboreal, terutama spesies yang naik batang
pohon atau memanjat melalui dedaunan. Bentuk kaki zygodactyl dapat dijumpai pada burung
bayan, burung pelatuk dan beberapa burung hantu. Dari hasil penelusuran, zygodactyl telah
ditemukan dari peride 120 - 110 juta tahun yang lalu (awal jaman kapur), 50 juta tahun sebelum
fosilzygodactyl pertama kali di identifikasikan (Mutiara, 2011).
Heterodactyl menyerupai zygodactyl, yang membedakan hanya pada heterodactyl jari 3
dan 4 menghadap ke depan sedang jari 1 dan 2 menghadap ke belakang. Bentuk kaki seperti ini
hanya ditemukan pada trogon, sedangkan pamprodactyl adalah susunan jari kaki dimana
keempat jari dapat menghadap ke depan, atau burung dapat memutar kedua jari belakang.
Bentuk kaki seperti ini merupakan karakteristik dari burung walet (Hasan, 2012).
Berikut ini gambar berbagai jenis kaki pada burung.
Gambar6 Jenis kaki Aves (Anonim, 2010)
F. SISTEM RANGKA MAMALIA
1. Struktur Histologis
Tulang tengkorak mamalia hanya terdiri dari 35 tulang atau kurang dari itu. Meskipun
berjumlah lebih sedikit, tetapi tulang-tulang tengkorak mamalia lebih kuat dan lebih padat.
Rangka tengkorak terdiri dari tulang-tulang kotak otak (kranium) dan tulang-tulang wajah.
Kolumna vertebralis (tulang belakang) dari kebanyakan vertebrata tersusun atas
serangkaian vertebra bertulang atau bertulang rawan yang memanjang dari bawah kepala sampai
ujung ekor. Masing-masing ruas tulang belakang (vertebra) terdiri atas tiga bagian utama, yaitu
badan vertebra (sentrum), lengkung neural (arkus neuralis) dan taju neural (spina/prosesus
neuralis). Penonjolan vertebra ke arah lateral disebut prosesus transversus/artikularis. Vertebra-
vertebra yang berdekatan selalu bersambungan pada bagian sentrumnya. Di samping itu vertebra
tetrapoda saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan dari lengkung neural yang disebut
zigapofisis (prezigapofisis dan poszigapofisis).
Pada reptilia dan mamalia, kolumna vertebralis dibagi menjadi 5 bagian, yaitu vertebra
servikalis (leher), vertebra torakalis (punggung), vertebra lumbalis (pinggang), vertebra sakralis
(sakral atau pelvis), dan vertebra kaudalis (ekor). Ruas vertebra servikalis pertama disebut tulang
atlas, dan ruas yang kedua disebut tulang aksis.
Strenum berfungsi untuk memperkuat dinding tubuh, melindungi organ-organ visera di
dalam rongga dada, sebagai tempat melekatnya otot-otot pektoral, dan untuk membantu gerakan
pernafasan paru-paru (pada beberapa amniota). Macam strenum pada mamalia adalah
manubrium, korpus sternum (sternebrae), dan sifisternum (prosesus sifoideus) yang berupa
tulang rawan.
Mamalia mempunyai rusuk vertebral yang berkepala dua (bisipital). Kepala bagian dorsal
disebut tuberkulum, melekat pada diapofisis dari vertebra. Kelapa bagian ventral disebut
kapitulum, melekat pada parapofisis dari vertebra.
2. Struktur Anatomi
Struktur anatomi mamalia (marmot “Cavia cobaya”) terdiri dari 4 bagian utama, yaitu
caput (kepala), serviks (leher), truncus (badan), dan extremitas (anggota gerak).
Struktur rangka mamalia dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar7 Kerangka Kelinci (Anonim, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
Gunarso, Wisnu. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga, 1979.
Nature, 2012. Laporan Fiswan Sistem Rangka. NatureLovers. http://naturelovers- biomuli.
\blogspot.com/2012/05/laporan-fiswan-sistem-rangka.html, (2013).
Syarifuddin. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran, 2006.

Anda mungkin juga menyukai