Anda di halaman 1dari 15

Gerakan Kepala yang Mampu Dicapai oleh Penari Balet

Matthew Nathaniel Rudy


102020031
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 11510
Email: matthew.102020031@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
Tulang dibagi menjadi 2 bagian yakni tulang aksial dan tulang apendikular. Tulang aksial terdiri
dari ossa cranii (tulang tengkorak), columna vertebralis (tulang belakang) dan ossa thoracis.
Tulang apendikular dibagi lagi menjadi ossa membri superioris (anggota gerak atas) dan ossa
membri inferioris (anggota gerak bawah). Otot merupakan jaringan lunak yang ditemukan di
sebagian besar hewan. Sel-sel otot mengandung filamen protein aktin dan myosin yang meluncur
melewati satu sama lain, menghasilkan kontraksi yang mengubah baik panjang dan bentuk sel.
Otot berfungsi menghasilkan gaya dan gerak. Mereka bertanggung jawab untuk memelihara dan
mengubah postur , gerak , serta gerakan organ internal, seperti kontraksi jantung dan gerakan
makanan melalui sistem pencernaan melalui gerakan peristaltik.
Kata kunci: Otot, Tulang, Kontraksi, Relaksasi
Abstract
Bone is divided into 2 parts, namely axial bone and appendicular bone. The axial bone consists
of the ossa cranii (skull), vertebral column (spine) and ossa thoracis. The appendicular bone is
further divided into ossa membri superioris (upper limb) and ossa membri inferioris (lower
limb). Muscle is the soft tissue found in most animals. Muscle cells contain filaments of actin and
myosin proteins that slide past one another, producing contractions that change both the length
and shape of the cell. Muscles function to produce force and motion. They are responsible for
maintaining and changing posture, motion and movement of internal organs, such as heart
contraction and movement of food through the digestive system via peristalsis.
Keywords: Muscle, Bone, Contraction, Relaxation
Pendahuluan
Tubuh kita terdiri dari berbagai organ yang mempunyai fungsi dan tujuan yang beragam. Organ-
organ tersebut bisa ditemukan di dalam tubuh bagian dalam dan dilindungi oleh berbagai lapisan
untuk menjaga organ-organ tetap aman dan tidak ada gangguan dari luar.

Manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks. Karena manusia memiliki anggota tubuh
yang lengkap. Seluruh anggota tubuh manusia merupakan hal yang sangat penting, salah satu
organ yang harus dimiliki diantaranya adalah kepala dan leher.Kepala dan leher merupakan
anggota tubuh yang sangat vital yang dimiliki setiap manusia.
Skenario
Seseorang penari balet dapat menggerakan kepalanya ke semua arah pada saat lakukan tarian
balet, tetapi rentang geraknya tidak tanpa batas. 
Rumusan Masalah
Penari balet mampu menggerakan tubuh ke semua arah dengan batasan gerak.
Hipotesis
Seorang penari balet dapat menggerakan kepalanya ke semua arah dikarenakan kemampuan
pergerakan dari art. Cranio vertebralis
Isi
Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya
1. Tulang Panjang (Long bones) sebagai pengungkit atau pengangkat beban, contoh: tulang
anggota gerak atas atau bawah (upper and lower extremities) humerus, tibia, femur, ulna,
metacarpals. 1
2. Tulang Pendek (Short bones) contoh: pergelangan tangan (carpals) dan kaki (tarsals)1
3. Tulang pipih (flat bones) permukaannya luas dan berfungsi untuk melindungi organ &
menjadi tempat melekatnya otot, contoh: tulang cranial (cranial bones: frontal, parietal,
occipital, temporal), tulang iga (costa), dan tulang bahu (scapula).1
4. Tulang tidak beraturan (Irregular bones) memiliki bentuk, ukuran dan permukaan yang
bervariasi, contoh: tulang belakang (vertebrae), saccrum, coccyx, temporal, sphenoid,
nasal, zygomatic, maxilla, mandibula.1
5. Tulang sesamoidea sebagai tulang tambahan, contoh: patella 1
Struktur Makroskopik Tulang Tengkorak
Neurocranium , terdiri atas tulang pipih (calvaria) dan basis cranii, meliputi: os frontale, os
occipitale, os ethmoidale, os sphenoidale, dan sepasang os parietale dan os temporale.

1. Os. Frontale
Tulang dahi atau Os. Frontale terletak dibagian depan atas, Tulang ini membentuk
dinding di atas rongga mata.2
2. Os. Parietale
Tulang ubun- ubun atau Os. Parietale erletak di sebelah belakang kiri kanan tulang dahi
dan merupakan dinding rongga otak.2
3. Os. Occipitale
Tulang belakang kepala merupakan bagian dasar dari rongga otak2
4. Os.Temporale
Tulang Pelipis atau Os. Temporale ikut membentuk dinding rongga otak sebelah samping
dan sebagian lagi ikut membentuk dasar tengkorak.2
5. Os. Sphenoidale
Tulang baji atau Os. Sphenoidale bentuknya menyerupai kupu-kupu dan terletak di dasar
tengkorak.2
6. Os. Ethmoidale
Tulang tapis atau Os. Ethmoidale terletak di antara kedua lekuk mata dan terdiri dari
tulang-tulang tipis.2
Viscerocranium , terdiri atas tulang wajah: mandibula, vomer, masing-masing sepasang os
lacrimale, os nasale, os palatinum, os concha nasalis inferior, os maxilla, dan os zygomaticum.
1. Os. Nasale
Tulang hidung atau Os. Nasale ada di bagian atas kiri dan kanan tulang air mata(Os.
Lacrimale).2
2. Os. Maxilla
Tulang rahang atas atau Os. Maxilla kiri dan kanan menjadi satu di bagian muka dan
berhubungan dengan tulang hidung.2
3. Os. Mandibula
Tulang rahang bawah atau Os. Mandibulae kiri dan kanan bertemu di bagian dagu.2
4. Os. Zygomaticum
Tulang pipi atau Os. Zygomaticum di bagian atas tulang ini berhubungan dengan tulang
dahi.2

Struktur Makroskopik Tulang Leher


Vertebra Cervicalis
Ruas tulang leher ada 7 ruas. Ruas pertama berhubungan langsung dengan tulang belakang
kepala, ruas ini dinamakan atlas, sedangkan ruas kedua letaknya tepat dibawahnya yang
dinamakan epistropheus (pemutar). Badan ruas atau corpus dari ruas kedua menjulang ke atas
merupakan sumbu bagi atlas, sehingga atlas dapat berpilin dengan leluasa.2
Ciri-ciri vertebra cervicalis:
 Corpusnya berbentuk oval kecil.2
 Processus spinosus pendek, arahnya datar belakang yang mempunyai celah pada
ujungnya. 2
 Processus transversusnya mempunyai lubang untuk pembuluh darah dan urat syaraf,
lubang ini dinamakan foramen transversaria.2
 Foramen vertebrae lebih besar dari bagian thoracalis maupun lumbalis dan bentuknya
menyerupai segitiga.2
 Kebebasan bergerak lebih besar.
Processus spinosus dari C5 dan C7 lebih panjang dibandingkan dengan yang lain. C7
dengan mudah dapat diraba dan dikenal sebagai vertebrae prominent.2

Struktur mikroskopik tulang


1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)3
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris)3
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan yang mengandung
sel tulang)3
4. Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan sampai ke osteon).3
Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers terdiri dari saluran
Havers (Canalis = Saluran) yaitu suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang, di dalam
saluran terdapat pembulug-pembuluh darah dan saraf.3

Disekeliling sistem havers terdapat lamella-lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela
adalah suatu zat interseluler yang berkapur. Pada lamella terdapat rongga-rongga yang disebut
lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar menuju ke segala arah saluran-
saluran kecil yang disebut canaliculi yang berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers.
Canaliculi penting dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamella interstitial
yang lamella- lamellanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.3
Pembuluh darah dari periostem menembus tulang kompak melalui saluran Volkmann dan
berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak
lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem Havers.3
Otot
Otot terdiri atas 3 yaitu:
- Otot rangka
Otot rangka terdiri atas serabut otot, yang merupakan sel multinuklear silindris yang sangat
paniang dengan diameter 10-100 µm. Inti yang banyak ini terbentuk akibat peleburan sel
mesenkimal embrional yang disebut mioblas.4

- Otot polos
Serabut otot polos merupakan sel panjang yang runcing tanpa garis melintang, dan setiap sel
dibungkus oleh lamina basal dan jejaring serat retikular halus. Jaringan ikat tersebut berfungsi
menggabungkan kekuatan yang dibangkitkan oleh setiap serabut otot polos menjadi aksi
bersama, misalnya gerakan peristaltik usus.Panjang sel otot polos dapat bervariasi dari 20 µm
pada pembuluh darah kecil sampai 500 µm pada uterus di masa kehamilan. Setiap sel memiliki
satu inti di pusat pada bagian sel yang terlebar.5

- Otot jantung
Selama perkembangan embrio, sel-sel mesoderm bumbung jantung primitif tersusun berderet
seperti rantai. Alih-alih menyatu membentuk sel multinuklear seperti pada perkembangan
serabut otot, sel-sel otot jantung membentuk taut yang rumit di antara cabang-cabangnya yang
terjulur. Sel-sel di dalam rantai tersebut sering bercabang, dan berikatan dengan sel di rantai
yang berdekatan. Akibatnya, jantung terdiri atas berkas-berkas sel yang teranyam erat
sedemikianrupa sehingga dapat menimbulkan gelombang kontraksi khas yang berakibat
pemerasan isi ventrikel jantung. Sel otot jantung yang matur berdiameter sekitar 15 µm dan
panjangnya antara 85 sampai 100 µm.4

Struktur Makroskopik Otot Rangka


m. Trapezius
Otot trapezius adalah otot yang menyusun struktur punggung manusia. Dinamakan trapezius,
sebab bentuknya mirip dengan bangun trapesium; sudut-sudutnya berada di leher, dua berada di
kedua bahu, dan satu sudut lainnya melekat di tulang punggung T12.6
m. Levator Scapulae
Otot levator scapulae adalah otot yang terletak pada bagian punggung dan leher. Otot ini berawal
pada processus transversus pada tulang belakang leher ke-4 bagian atas. Otot berakhir pada
pinggi medial scapulae di depan fossa supraspinata (bagian scapula).7
m. Scalenus
m. Scalenus Anterior
Otot skalen anterior ( bahasa Latin : scalenus anterior ), terletak jauh di sisi leher, di
belakang otot sternocleidomastoid. Ini muncul dari tuberkel anterior dari proses
transversus vertebra serviks ketiga, keempat, kelima, dan keenam, dan menurun, hampir secara
vertikal, dimasukkan oleh tendon yang sempit dan datar ke dalam tuberkulum skalen pada batas
dalam tulang iga pertama , dan ke punggungan di permukaan atas tulang rusuk kedua di
depan alur subklavia. Ini disuplai oleh ramus anterior saraf serviks 5 dan 6.7
m. Scalenus Middle
Scalene tengah , ( bahasa latin: scalenus medius ), adalah yang terbesar dan terpanjang dari tiga
otot scalene. Scalene tengah muncul dari tuberkel posterior dari proses transversal dari enam
vertebra servikal bawah. Ini turun di sepanjang sisi kolom vertebral untuk memasukkan dengan
lampiran luas ke permukaan atas tulang rusuk pertama, posterior ke alur subklavia. Pleksus
brakialis dan arteri subklavia lewat di depan.7

m. Scalenus Posterior
Scalene posterior , ( bahasa latin : scalenus posterior ) adalah yang terkecil dan paling dalam dari
otot-otot scalene. Timbul, oleh dua atau tiga tendon terpisah, dari tuberkel posterior dari proses
transversal dari dua atau tiga vertebra serviks, dan dimasukkan oleh tendon tipis ke permukaan
luar tulang rusuk kedua, di belakang perlekatan skalen anterior. Ini disuplai oleh saraf serviks
C6, C7 dan C8. Kadang-kadang dicampur dengan sisi tengah.7
Struktur Mikroskopik Otot Rangka

Otot merupakan jaringan peka rangsang. Sel otot dapat dirangsang secara kimiawi, listrik, dan
mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan sepanjang sel membrannya.
Jaringan otot terdiri dari miosit yang merupakan unit kontraksi otot. Ada tiga jenis otot,yaitu otot
rangka, otot polos, dan otot jantung.3

Otot rangka merupakan massa besar yang menyusun sebagian besar otot tubuh. Otot ini memiliki
gambaran serat lintang yang sangat jelas, berinti banyak, memanjang, berbentuk silindrik, tidak
berkontraksi tanpa adanya rangsangan, dan umumnya dikendalikan secara volunter. Masing-
masing serabut otot tersusun oleh subunit yang lebih kecil, yaitu sarkolema, miofibril,
sarkoplasma,dan retikulum sarkoplasma. Secara mikroskopis otot rangka terdiri dari satuan-
satuan serabut otot.3

Setiap serabut otot diliputi oleh membran sel yang bernama sarkolema. Sarkolema terdiri dari
membran plasma dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan tipis materi polisakarida
yang mengandung sejumlah fibril kolagen tipis. Pada ujung serabut otot, sarkolema bergabung
menjadi tendo dan melekat pada tulang.3

Serabut otot tersusun atas miofibril yang terbagi menjadi filamen tipis yang disebut aktin dan
filamen tebal yang disebut miosin. Aktin dan miosin ini merupakan protein kontraktil yang
menghasilkan kontraksi otot dan terdapat dalam jumlah sangat banyak di otot.3

Biokimiawi Kontraksi dan Relaksasi Otot


Mekanisme otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relative dari
filamen-filamen aktin dan myosin yang menyebabkan miosin bergerak sebagai penggerak
pergeseran filamen. Apabila otot berkontraksi, panjang filamen tebal atau filament tipis tidak
mengalami perubahan tetapi daerah H dan pita I memendek. Selama kontraksi otot, setiap
sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran
daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak terlihat. Filamen aktin akan berpindah menuju
ke daerah A dan zona H karena filament aktin dan miosin yang bergeser antara satu sama lain.
Kontraksi berlangsung oleh interaksi pada pengikatan dan pelepasan bagian kepala globuler
miosin dan filamen F-aktin untuk membentuk komplek aktin-miosin. Interaksi tersebut perlu
energi, secara tidak langsung dari hidrolisis.8

Proses kontraksi dan relaksasi mempunyai beberapa tahapan. Pada mulanya, kontraksi otot
terjadi akibat impuls syaraf. Apabila potensial aksi disampaikan oleh neuron motorik ke serabut
otot rangka, neuron melepaskan asetilkolin/ACh ke dalam taut neuromuskular. Asetilkolin
berdifusi ke daerah khusus di sel otot yang disebut end plate. End plate sel otot dipusatkan pada
reseptor untuk asetilkolin. Potensial aksi yang terhasil melalui tubule T dan merangsang
pelepasan Ca2+ dari reticulum endoplasma. Pelepasan ion kalsium dari reticulum sarkoplasmik
meningkatkan konsentrasi kalsium di sitosol kira 10-7 menjadi 10-5 M.8,9,10

Pasca pelepasan kalsium ion dari reticulum sarkoplasma, tempat pengikatan Ca2+ pada TpC
dalam filamen tipis dengan cepat diduduki oleh Ca2+. Kompleks TpC-4 Ca2+berinteraksi
dengan TpI dan TpT untuk mengubah interaksinya dengan tropomyosin ini. Jadi, tropomyosin
ini hanya keluar dari jalannya atau mengubah bentuk F aktin sehingga kepala myosin ADP-Pi
dapat berinteraksi dengan F aktin untuk mengawali sikluskontraksi. Kepala miosin
menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi. Pabila kompleks troponin-tropomyosin berikatan
dengan ion kalsium, active sites pada filament aktin terdedah dan seterusnya kepala miosin akan
berikatan pada kompleks itu. Ikatan pada kompleks tersebut akan menyebabkan perubahan pada
kepala miosin dan akan menyebabkan ia membengkok ke depan. 8,9,10

Ini akan menyebabkan terjadinya power-stroke yang seterusnya akan menarik filament aktin ke
arah tengah sarkomer. Pabila kepala cross-bridge tersebut bergeser, ia akan melepaskan ADP dan
Pi dari kepala kompleks tersebut. Pada daerah yang sama, ATP akan terikat dan ini akan
menyebabkan kepala myosin terlepas daripada aktin. Seterusnya silklus yang sama akan terulang
apabila ATP pada kepala miosin terhidrolisis lagi. 8,9,10

Proses relaksasi pula akan terjadi kalau konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L.
Retikulum sarkoplasma bertindak sebagai tempat penyimpanan Ca2+ . Jumlah ia menurun
sebagai akibat dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase
dan apabila TpC-4 Ca2+ kehilangan Ca2+. Ini akan menghambat kepala miosin untuk berikatan
pada aktin. 8,9,10
Mekanisme Kerja Otot

Saat otot bekerja harus melalui tahapan-tahapan. Berikut ini merupakan tahapan dari mekanisme
kerja otot.11
1. Tahap pertama yang terjadi adalah impuls syaraf tiba di neuronmuscular junction dan
mengakibatkan pembebasan asetilkolin. Munculnya asetilkolin ini memicu depolarisasi
yang kemudian menyebabkan pembebasan ion Ca2 dan reticulum sarkoplasma.11
2. Tahap yang ke 2 yaitu terjadinya peningkatan jumlah Ca2 sehingga menyebabkan ion ini
terikat pada troponin dan mengakibatkan perubahan struktur pada troponin.11
3. Tahapan yang ke tiga yaitu perombakan ATP yang akan membebaskan energi yang akan
menyebabkan myosin mampu menarik aktin ke dalam dan juga melakukan pemendekan
otot. Hal ini terjadi di sepanjang myofibril pada sel otot.11
4. Selanjutnya myosin akan terlepas dari aktin dan jembatan aktomiosin akan terputus
ketika molekul ATP terikat di kepala miosin. Setelah ATP terurai, kepala myosin dapat
bertemu lagi dengan aktin di tropomiosin.11
5. Terakhir proses kontraksi otot ini dapat berlangsung selama tersedia nya ATP dan ion
Ca2. Pada saat impuls terhenti, ion Ca2 akan kembali ke reticulum sitoplasma.11

Kemampuan Gerakan pada Sendi Craniovertebra


Rotasi C1 melalui C2 juga memungkinkan, karena tidak seperti sendi atlanto-oksipital, sisi
lateral superior dan inferior atlas dan axis berartikulasi membentuk permukaan bikonkaf.
Permukaan yang cekung dari setiap sisi ini tidak tampak secara radiologis. Karakteristik ini
memungkinkan translasi sisi anterior dan posterior permukaan artikulasi, dan ketika atlas
menetap pada axis saat artikulasi superior pada tiap sisi meluncur menuruni pinggiran anterior
dan posterior pinggiran konveks yang inferior saat berotasi. Sifat bikonveks dari artikulasi
atlanto-aksial didefiniskan sebagai fleksi dan ekstensi tulang belakang cervical sering
menghasilkan gerakan ke arah yang berlawanan dengan atlas. Dengan demikian, ketika tulang
cervical fleksi, atlas ekstensi, dan ketika cervical ekstensi, atlas menjadi fleksi. Gerakan
bersamaan ini mungkin terjadi atlas diseimbangkan oleh kecekungan axis, dan ketika kompresi
bergerak ke anterior pada titik keseimbangan ini, seperti ketika leher berekstensi, atlas bergerak
menjadi fleksi. Sebaliknya jika tulang cervical fleski, titik kompresi bergerak posterior dari titik
keseimbangan dan menghasilkan ekstensi atlas. Gerakan yang bertolak belakang ini adalah
karakteristik unik tulang belakang dan dapat terjadi pada level-level berbeda.12,13,14
- Articulatio atlantooccipitalis
• Fleksi / antefleksi / menganggukkan kepala dan ekstensi / retrofleksi (100 150)
• Laterofleksi /memiringkan kepala ke samping (80)
- Articulationes atlantoaxiales
• Fleksi (dagu mencapai dada, setelah fleksi art. Atlantooccipitalis) dan ekstensi (10 0) •
Rotasi / menolehkan kepala dari sisi ke sisi (470)

Jaringan Ikat Kepala dan Leher

Jenis jaringan ikat


- Jaringan ikat umum
Terdapat dua golongan jaringan ikat umum: longgar dan padat.
Jaringan ikat longgar merupakan tipe jaringan ikat yang sangat umum dijumpai dan menunjang
banyak struktur yang biasanya mengalami tekanan dan gesekan lemah. Jaringan ikat ini biasanya
menunjang jaringan epitel, membentuk lapisan yang membungkus pembuluh darah dan limfe,
serta mengisi ruang antara serabut otot dan saraf.4

Jaringan ikat longgar, yang terkadang disebut jaringan areolar, memiliki semua komponen
utama jaringan ikat (sel serat dan substansi dasar) dalam proporsi yang kira-kira setara. Sel yang
terbanyak ditemukan adalah fibroblas dan makrofag, tetapi jenis lain sel jaringan ikat juga
dijumpai. Serat kolagen, elastin, dan retikular juga terdapat di jaringan ini.4
Jaringan retikular
Setiap jaringan retikular membentuk jejaring tiga-dimensi halus yang menopang sel di jaringan
retikular. jaringan ikat khusus ini terdiri atas serat retikular dari kolagen tipe III yang dihasilkan
oleh fibroblas khusus yang disebut sel retikular. Serat retikular yang mengalami glikosilasi
membentuk kerangka arsitektural yang menciptakan lingkungan mikro khusus bagi organ
hematopoietik dan organ limfoid (sumsum tuiang, kelenjar getah bening, dan limpa).4

Jaringan Mukosa
jaringan mukosa terutama ditemukan di tali pusat (korda umbilikalis) dan jaringan janin.
jaringan mukosa memiliki banyak substansi dasar yang terutama terdiri atas asam hialuronat,
yang membuatnya menjadi jaringan mirip jeli yang mengandung sangat sedikit serat kolagen
dengan sebaran fibroblas. jaringan mukosa merupakan komponen utama tali pusat, yang disebut
Wharton's jelly. Bentuk jaringan ikat serupa juga ditemukan di dalam pulpa gigi yang masih
muda.4

Jaringan ikat yang berada di kepala & leher:


Anterior Longitudinal Ligament :
Melintas sepanjang permukaan anterior corpora vertebrae yang membatasi extensi vertebra.
Posterior Longitudinal Ligament:
Melintas longitudinal, menuruni permukaan posterior corpora vertebrae, di dalam canalis
vertebralis.
Flavum Ligament:
Menghubungkan sepasang lamina vertebra yang berdekatan.
Nuchae Ligament:
Membentang dari protuberantia occipitalis externa, sepanjang processus spinosus C1-C7.
Kesimpulan
Seorang penari balet memiliki batas untuk menggerakan kepalanya karena dipengaruh tulang,
sendi, dan otot yang terdapat diantara kepala dan lehernya.
Daftar Pustaka
1. Erlansyah D. Interactive Learning Kerangka Tubuh Manusia Berserta Fungsinya
Berbasis Multimedia Interaktif. Informatika. 2020 Mar 4;6(1).
2. Marwan I. Anatomi Manusia. Hasil Reviewer. 2008:1-21.
3. Fawcett DW. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcett. Trans Tambayong J. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 2002;687.
4. Mescher, A. L. Histologi Dasar Junqueira edisi 12. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2012
5. Arienzo, M, Perl, G, Valentino, G, Conti, A, Arienzo, A, Perl, D, Anatomy of Cervical
Spine. In: Cervical Spine, Minimally Invasive and Open Surgery. 1-9. 2016
6. chunke, M., Schulte, E., Schumacher, U. Atlas Anatomi Manusia : Prometheus: Anatomi
Umum dan Sistem Gerak (Edisi ke-3). EGC 2016
7. chunke, M., Schulte, E., Schumacher, U. Atlas Anatomi Manusia : Prometheus: Kepala,
Leher, Neuroanatomi (Edisi ke-3). EGC 2016
8. Ann Fullick. Run for your life. In : A-Level Biology. United Kingdom : Pearson’s
Company, 2010 : 136-157
9. Hall JE, Guyton CG. Membrane physiology, nerve, and muscle. In : Guyton and Hall
Textbook of Medical Physiology. 12thed. Canada : Saunders Elsevier, 2011 : 45-94
10. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 13thed. John Wiley &
Sons. 2011
11. Pearce EC. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia.
12. Swartz U, Floyd T. Cervikal Spine Functional Anatomy and Biomechanics of Injury Due
to Compressive Loading. Journal of Athletic Training. Hampshire: National Sthletic
Trainers Association. 2005; 155-161.
13. Suchomel P, Choutka O. Reconstruction of Upper Cervical Spine and Craniovertebral
Junction. Heidelberg: Springer. 2011; 17-21.
14. Goel A, Cacciola F. The Craniovertebral Junction: Diagnosis, Pathology, Surgical
Technique. New York: Thieme. 2010; 14-160.

Anda mungkin juga menyukai