Anda di halaman 1dari 25

ARTIKEL ILMIAH

STUDI PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG


PEJALAN KAKI DI DESA PARAMPUAN DENGAN GELAGAR
WEB OPENING BEAM

Study of Pedestrian Suspension Bridge Planning at Parampuan Village by


Using a Web Opening Beam Girder Method

Tugas Akhir
Untuk memenuhi persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:
Adrian Rizki Wanto
F1A 016 004

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ARTIKEL ILMIAH

STUDI PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA


PARAMPUAN DENGAN GELAGAR WEB OPENING BEAM

Study of Pedestrian Suspension Bridge Planning at Parampuan Village by Using a Web


Opening Beam Girder Method

Oleh:

Adrian Rizki Wanto


(F1A 016 004)

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

1. Pembimbing Utama

Hariyadi, ST., Msc.(Eng), Ph.D. . Tanggal : 27 Agustus 2020


NIP : 19731027 199802 1 001

2. Pembimbing Pendamping

I Nyoman Mardana, ST., MT.. Tanggal : 27 Agustus 2020


NIP : 19680913 199703 1 001

ii
ARTIKEL ILMIAH

STUDI PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA


PARAMPUAN DENGAN GELAGAR WEB OPENING BEAM

Study of Pedestrian Suspension Bridge Planning at Parampuan Village by Using a Web


Opening Beam Girder Method

Oleh:
Adrian Rizki Wanto
(F1A 016 004)

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal Agustus 2020
dan dinyatakan telah memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1
Jurusan Teknik Sipil

Susunan Tim Penguji

1. Penguji I

Jauhar Fajrin, ST., MSc(Eng)., Ph.D. Tanggal : 27 Agustus 2020


NIP: 19740607 199802 1 001

2. Penguji II

Pathurahman ST., MT. Tanggal : 27 Agustus 2020


NIP: 19661231 199403 1 018

3. Penguji III

Ir. Miko Eniarti, MT. Tanggal : 31 Agustus 2020


NIP: 19650315 199103 2 002

iv
STUDI PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN GANTUNG PEJALAN KAKI DI DESA
PARAMPUAN DENGAN GELAGAR WEB OPENING BEAM

Study of Pedestrian Suspension Bridge Planning at Parampuan Village by


Using a Web Opening Beam Girder Method
Adrian Rizki Wanto1, Hariyadi2, I Nyoman Merdana3
JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MATARAM

ABSTRAK

Saat ini masih banyak desa atupun tempat-tempat terpencil yang mengalami kesulitan
akses transportasi akibat tidak tersedianya prasarana transportasi, khususnya jembatan untuk
menyebrangi sungai. Salah satu sistem jembatan yang cukup efektif untuk mengatasi
permasalahan tersebut adalah jembatan gantung untuk pejalan kaki. Jembatan gantung sangat
dibutuhkan masyarakat di beberapa pelosok pedesaan dalam menunjang kegiatan sosial dan
ekonomi. Salah satu fenomena yang sering terjadi di masyarakat adalah tidak tersedianya
jembatan yang dapat menghubungkan antara suatu desa dengan desa lainnya sehingga
kegiatan perekonomian menjadi terhambat. Pada skripsi ini dilakukan permodelan jembatan
gantung pejalan kaki kelas I yang berlokasi di Desa Perampuan, Kabupaten Lombok Barat,
Provinsi NTB.
Perencanaan ini membahas penjelasan mengenai latar belakang pemilihan konstruksi
jembatan, perumusan tujuan hingga lingkup pembahasan diikuti dengan dasar – dasar
perencanaan yang relevan. Jembatan direncanakan dengan pengaku kait angin yang berada di
samping jembatan. Jembatan yang memiliki bentang side span dan bentang utama. Bentang
utama jembatan 72 m dengan bentang tepi 12,85 m. Lebar bersih dek jembatan 1,8 m
menggunakan pelat lantai pracetak beton bertulang yang didesain secara modular, gelagar
menggunakan Profil Web Opening Beam atau Profil Terbuka, serta kabel strand sebagai kabel
utama. Dari data – data perencanaan kemudian dilakukan analisa secara manual serta program
SAP2000. Adapun untuk keamanan struktur dilakukan kontrol kekuatan terhadap gaya yang
bekerja.
Berdasarkan hasil analisa struktur yang dilakukan secara manual dengan program SAP
2000 diketahui bahwa seluruh komponen jembatan memenuhi persyaratan dalam memikul
beban mati, beban hidup, beban angin, maupun beban gempa yang direncanakan. Lendutan
gelagar pada ¼ bentang didapatkan 0,107 m pada perhitungan manual dan 0,224 m pada SAP
2000 dengan batas lendutan maksimum L = 0,36 m. Dalam hal ini penggunaaan Web
Opening Beam dengan dimensi 175.175.7,5.11 mm mampu menahan beban dan cukup aman
dalam perencanaan. Untuk hasil perencanaan kabel sendiri diketahui bahwa memiliki tegangan
sebesar 1690 kN melebihi tegangan maksimum sebesar 649,801 kN. Artinya kabel cukup aman
dalam menahan beban-beban yang bekerja pada jembatan.

Kata Kunci: Jembatan Gantung, Web Opening Beam, Kabel

1Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mataram


2Dosen Pembimbing Utama
3Dosen Pembimbing Pendamping

v
PENDAHULUAN air yang cukup dekat dengan muka tanah
daratan. Sehingga dalam perencanaan dan
Latar Belakang
pelaksanaannya harus menaikan elevasi
Kita ketahui bahwa negara kita jembatan cukup tinggi untuk menghindari
Indonesia merupakan negara kepulauan luapan air pada saat muka air banjir, agar
yang memiliki kondisi geografis dengan tidak mempengaruhi struktur atas jembatan.
banyak sungai, jurang, dan lembah
sehingga membutuhkan infrastruktur jalan Pemilihan perencanaan jembatan
dan jembatan yang memadai sebagai gantung ini dikarenakan memiliki solusi
penunjang prasarana transportasi. Saat ini teknologi terkait jembatan untuk membuka
masih banyak desa atupun tempat-tempat aksesibilitas masyarakat desa melalui
terpencil yang mengalami kesulitan akses penyediaan infrastruktur jembatan
transportasi akibat tidak tersedianya sederhana yang efektif dan efisien.
prasarana transportasi, khususnya jembatan Jembatan tipe suspension ini memiliki
untuk menyebrangi sungai. Salah satu kelebihan seperti biaya yang relatif murah,
sistem jembatan yang cukup efektif untuk material yang digunakan yaitu baja dapat
mengatasi permasalahan tersebut adalah dijangkau dengan mudah di pasaran, dan
jembatan gantung untuk pejalan kaki. pengerjaan konstruksinya lebih mudah
dengan melibatkan swadaya masyarakat
Jembatan gantung sangat dibutuhkan sehingga mampu mempercepat
masyarakat di beberapa pelosok pedesaan penyelesaian jembatan. Yang sangat
dalam menunjang kegiatan sosial dan penting memberikan solusi alternatif
ekonomi. Salah satu fenomena yang sering penghubung di kawasan terpencil.
terjadi di masyarakat adalah tidak
tersedianya jembatan yang dapat Penggunaan material baja Web
menghubungkan antara suatu desa dengan Opening Beam (Profil terbuka) ini memiliki
desa lainnya sehingga kegiatan keistimewaan sendiri pada pemilihan
perekonomian menjadi terhambat. material jembatan gantung pejalan kaki
yaitu memiliki kekuatan yang tinggi untuk
Desa Parampuan, Kabupaten Lombok satu satuan berat sehingga berat sendiri
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat ini struktur akan relatif ringan, kuat terhadap
merupakan salah satu desa yang daya tarik sekaligus tekan yang relatif tinggi,
berseberangan dengan Desa Kebon dan juga konstruksinya yang ducktail
Kongok. Kedua desa tersebut dipisahkan dimana jika mendapatkan beban yang over
oleh Sungai Babak. Kondisi penyebrangan akan terjadi defleksi yang besar yang
sungai di wilayah pedesaan tersebut cukup merupakan tanda terhadap bahaya
memprihatinkan. Untuk dapat menyebrangi keruntuhan. Pemilihan Web Opening Beam
sungai antar dua desa masyarakat harus ini sudah mampu menerima beban yang
menyewa sebuah perahu kayu yang dikayuh terjadi akibat pejalan kaki dan kendaraan
dengan bambu. Sementara sebagian besar ringan maupun kendaraan maksimum
aktifitas masyarakat seperti perdagangan beroda tiga untuk perencanaaan jembatan
dan pendidikan berada di desa sebrang gantung pejalan kaki kelas I. oleh karena itu,
sungai. Ketidaktersediaan jembatan penulis bermaksud melakukan sebuah studi
penghubung untuk menyebrangi sungai perancangan jembatan pada lokasi tersebut
menyebabkan siswa sekolah dan dengan judul “Studi Perancangan Struktur
masyarakat yang ingin beraktifitas ke pasar Jembatan Gantung Pejalan Kaki Di Desa
dan kegiatan lainnya menjadi sangat Parampuan Dengan Gelagar Web
terhambat. Keterhambatan tersebut tentu Opening Beam”.
sangat berpengaruh pada perkembangan
ekonomi dan kemajuan pendidikan pada TINJAUAN PUSTAKA
daerah tersebut yang berdampak juga pada (Supriyadi dkk, 2007) Jembatan
kemajuan Indonesia sebagai negara adalah suatu bangunan yang
berkembang. Oleh sebab itu, diperlukannya memungkinkan suatu jalan menyilang
sebuah sarana penghubung antar desa sungai atau saluran air, lembah atau
sebagai solusi untuk mengatasi menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi
permasalahan yang ada. permukaannya. Secara umum suatu
jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu
Tantangan yang perlu diperhatikan
lintas dengan baik, dalam perencanaan dan
dalam pembangunan jembatan gantung
perancangan jembatan sebaiknya
pejalan kaki ini yaitu kondisi elevasi muka

1
mempertimbangkan fungsi kebutuhan menara samping dimodelkan sebagai rol.
transportasi, persyaratan teknis dan Tumpuan gelagar memanjang di atas
estetika-arsitektural yang meliputi: aspek fondasi menara tengah dimodelkan sebagai
lalu lintas, aspek teknis, dan aspek estetika. sendi, sedangkan di atas fondasi menara
samping sebagai rol. Dari hasil perancangan
Ilham (2015), Jembatan Duwet didapat kesimpulan gelagar memanjang
merupakan jembatan gantung pejalan kaki menggunakan profil IWF 150.100.5.7,
tertua yang berada di D.I. Yogyakarta dan gelagar melintang menggunakan profil 2C-
telah diresmikan menjadi cagar budaya. Dari 150.75.6,5.11, batang pengaku diagonal
kondisi eksisting terlihat bahwa terjadi menggunakan profil L-70.70.7, menara tepi
longsor dan banyak terjadi korosi pada menggunakan profil IWF 300.200.9.4,
elemen struktur sehingga perancangan menara tengah menggunakan profil IWF
ulang jembatan penting untuk dilakukan 400.400.30.50, pengaku menara
karena apabila diperlukan renovasi menggunakan profil L-100.100.10, main
perubahan struktur yang cukup banyak tentu cable menggunakan profil 6x37 FC diameter
akan sangat dipertimbangkan karena akan 60 mm, hanger menggunakan profil 6x37 FC
menghilangkan keaslian jembatan itu diameter 16 mm, ikatan angin menggunakan
sendiri. Perancangan ini bertujuan untuk 6x37 FC diameter 10 mm. Untuk struktur
merancang ulang elemen-elemen pokok bawah jembatan diperoleh ukuran dasar
jembatan gantung Duwet dari kondisi fondasi 2,5x3 m untuk menara tepidan
eksisting yang meliputi kabel utama, batang 4,5x6,5 m untuk menara tengah dengan
penggantung, menara, sistem lantai kedalaman masingmasing 3 m. Ukuran
jembatan, sambungan, blok angkur dan dasar blok angkur 2,5x7 m dan didapat nilai
fondasi menara. Perancangan ini diawali stabilitas terhadap guling sebesar 2,482 dan
dengan pengambilan data dilapangan yang nilai stabilitas terhadap geser 1,645.
terdiri dari pengukuran dimensi profil, Lendutan maksimum gelagar jembatan
pengukuran mutu baja, dan pengukuran terjadi akibat beban asimetris sebesar 0,740
mutu beton blok angkur yang digunakan m di tengah bentang.
sebagai asumsi awal dan kemudian
dimodelkan dengan software SAP 2000 DASAR TEORI
untuk mengetahui hasil respon struktur.
Perancangan ulang jembatan Duwet Definisi Jembatan Gantung
memperoleh hasil bahwa desain yang Jembatan gantung merupakan
dirancang telah memenuhi syarat keamanan jembatan yang bagian bangunan atas
dan kenyamanan jembatan dengan defleksi berfungsi sebagai pemikul langsung beban
maksimum yang terjadi adalah 0,298 meter. lalu lintas yang melewati jembatan tersebut.
Kebutuhan baja dan baut dalam Seluruh beban lalu lintas dan gaya-gaya
perancangan ini adalah 12.424,88 kg, yang bekerja dipikul oleh sepasang kabel
kebutuhan beton untuk fondasi menara dan baja yang menumpu diatas 2 pasang
blok angkur adalah 130,27 m3. menara dan 2 pasang blok angkur.

Hardawati (2014), Perancangan Jembatan gantung terdiri atas


jembatan gantung pejalan kaki 2x80 meter pelengkung penggantung dan batang
ini bertujuan untuk merancang bentuk dan penggantung (hanger) dari kabel baja, dan
dimensi pokok jembatan, melakukan analisis bagian yang lurus berfungsi mendukung lalu
beban, analisis struktur, merancang elemen- lintas (dek jembatan). Sistem struktur dasar
elemen jembatan, dan menghitung lendutan. jembatan gantung berupa kabel utama
Perancangan dimulai dengan memodelkan (main cable) yang memikul kabel gantung
jembatan pada SAP2000 dan menetapkan (suspension bridge). Lantai jembatan
beban rencana dan kombinasinya yang biasanya tidak terhubung secara langsung
bekerja pada jembatan untuk mendapatkan dengan pilar, karena prinsip pemikulan
gaya-gaya yang bekerja pada struktur. gelagar terletak pada kabel. Apabila terjadi
Gaya-gaya ini kemudian digunakan untuk beban angin dengan intensitas tinggi,
analisis struktur elemen-elemen jembatan jembatan dapat ditiup dan arus lalu lintas
dan menentukan dimensi elemen-elemen dihentikan, untuk mencegah sulitnya
jembatan yang memenuhi syarat keamanan mengendalikan kemudi kendaraan dalam
dan kenyamanan. Tumpuan kabel pada goyangan yang tinggi.
puncak menara tengah dimodelkan sebagai
hubungan tetap sedangkan tumpuan pada Selain bentang utama, biasanya
jembatan gantung mempunyai bentang luar

2
(side span) yang berfungsi untuk mengikat 1) Jembatan gantung pejalan kaki kelas
kabel utama pada balok angker. Walaupun II untuk pejalan kaki dua arah,
pada kondisi tertentu terdapat keadaan dengan lebar 1 m – 1,4 m.
dimana kabel utama dapat langsung 2) Jembatan gantung pejalan kaki kelas
diangkerkan pada ujung jembatan dan tidak I untuk 3 pejalan kaki yang beriringan,
memungkinkan adanya bentang luar, dengan lebar 1,4 m – 1,8 m.
bahkan kadangkala tidak membutuhkan
dibangunnya pilar.

Jembatan gantung pejalan kaki hanya


boleh dilewati oleh lalu lintas pejalan kaki
dan kendaraan ringan seperti sepeda,
gerobak, kendaraan ditarik oleh hewan, dan
kendaraan bermotor ringan dengan
maksimum roda tiga dapat lewat untuk
keadaan darurat.

Gambar 2.2 Penampang Melintang


Jembatan Pejalan Kaki Untuk Berbagai
Pengguna (sesuai dengan lebarnya)

( Sumber : Pedoman Perencanaan dan


Pelaksanaan Konstruksi Jembatan
Gantung untuk Pejalan Kaki : 2010 )

b. Jembatan gantung dengan pengaku


Gambar 2.1 Bentuk Umum Jembatan
Jembatan dengan pengaku adalah
Gantung (a) Side Span Free, (b) Side Span
tipe jembatan gantung dimana pada
Suspended
salah satu bagian strukturnya
( Sumber : Supriyadi, 2007) mempunyai bagian yang lurus
berfungsi untuk mendukung lalu
Jenis Jembatan Gantung lintas(dek). Dek pada jembatan
Steinman (1953), membedakan gantung jenis ini biasanya berupa
jembatan gantung menjadi 2 jenis yaitu struktur rangka, yang mempunyai
jembatan gantung tanpa pengaku dan kekuatan EI tertentu. Jembatan
jembatan gantung dengan pengaku. gantung dengan pengaku mempunyai
dua dasar bentuk umum yaitu :
a. Jembatan gantung tanpa pengaku
Jembatan tanpa pengaku adalah tipe  Tipe rangka batang kaku (stiffening
jembatan gantung dimana seluruh beban truss)
sendiri dan lalu lintas didukung penuh
oleh kabel. Jembatan gantung tanpa
pengaku hanya digunakan untuk struktur
yang sederhana (bukan untuk struktur
yang rumit dan bukan juga untuk
menahan beban yang besar). Dalam
perhitungan struktur secara keseluruhan,
struktur pendukung lalu lintas ini Gambar 2.3 Tipe Stiffening Truss
kekakuannya (EI) dapat diabaikan,
sehingga seluruh beban mati dan beban (Sumber : Steinman, 1953)
lalu lintas akan didukung secara penuh
oleh kabel baja melalui hanger.
Umumnya jembatan gantung tanpa
pengaku ini digunakan untuk pejalan
kaki. Berikut menunjukkan lebar yang
dianjurkan untuk jalan masuk :

3
 Tipe rantai kaku (braced chain)

Gambar 2.4 Tipe Braced Chain

(Sumber : Steinman, 1953)


Gambar 2.6 Tipe Menara
Pada tipe ini bagian yang kaku atau
diperkaku adalah bagian yang berfungsi (Sumber : Troitsky, 1994)
sebagai kabel utama.
Konstruksi pylon dapat dibagi menjadi
dua bagian sebagai berikut :

Komponen atau Bagian-bagian Struktur a) Pier/pilar yaitu bagian sebelah bawah


Jembatan Gantung tower (menara) jembatan menumpu.
b) Tower/menara yaitu bagian atas
dimana kabel utama menumpu. Pylon
harus direncanakan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu lalu
lintas. Untuk menjaga
kestabilan/kekakuan pylon arah
mendatar, terutama pada hanger
miring arah melintang jembatan, maka
kedua menara dihubungkan
denganbalok melintang sehingga
pylon menjadi sebuah portal.
Gambar 2.5 Komponen Struktur Atas
Perencanaan pylon tergantung pada
Jembatan Gantung
beberapa factor antara lain :
(Sumber : Harazaki dkk, 2000)
 Konstruksi saddle (pelana), yaitu
1. Menara (Pylon/Tower) tempat tumpuan kabel pada
Menara pada sistem jembatan puncak menara, dapat dibuat kaku
gantung akan menjadi tumpuan kabel atau bebas (kabel dapat bergerak).
utama. Beban yang dipikul oleh kabel Apabila pelana kaku, maka akibat
selanjutnya diteruskan ke menara yang gaya H pada puncak menara
kemudian disebarkan ke tanah melalui (akibat gaya tarik kabel) harus
pondasi. Dengan demikian agar dapat diperhitungkan terhadap kaki
menyalurkan beban dengan baik perlu menara (pylon). Apabila pelana
diketahui bentuk atau macam menara bebas, maka pylon hanya
yang akan digunakan. mendukung gaya normal vertikal
akibat gaya tarikan pada kabel,
Bentuk menara dapat berupa portal, maka momen pada kaki pylon
multistory, atau diagonally braced frame tidak ada. Untuk hal ini kaki pylon
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6. direncanakan menjadi sendi, agar
konstruksi menara tersebut dapat juga terjamin bahwa tidak ada momen
berupa konstruksi cellular, yang terbuat lentur pada kaki pylon.
dari pelat baja lembaran, baja berongga,  Temperatur dan pembebanan.
atau beton bertulang. Tumpuan menara  Perbedaan sudut inklinasi antara
baja biasanya dapat diasumsikan jepit kabel pada main span dengan
atau sendi, sedangkan tumpuan saddle kabel pada side span.
di bagian atas menara sering digunakan
tumpuan rol untuk mengurangi pengaruh 2. Kabel
ketidakseimbangan menara akibat Kabel merupakan bahan atau
lendutan kabel. material utama dalam struktur jembatan

4
gantung. Struktur kabel pada jembatan dan mendistribusikan beban lalu lintas di
gantung terdiri dari kabel utama dan atasnya, berperan sebagai penghubung
kabel penggantung. Kabel utama (main lateral, serta menjamin stabilitas
cable) adalah kabel yang berfungsi aerodinamis dari struktur. Dalam
sebagai penahan kabel penggantung dan perencanaan deck jembatan perlu
menyalurkan beban dari kabel mempertimbangkan faktor aliran udara
penggantung ke menara (tower/pylon). vertikal dan beban mati dari deck itu
Kabel penggantung (hanger) adalah sendiri. Dengan penggunaan sistem
kabel vertikal/diagonal yang berfungsi lantai (deck) dapat menambah kekakuan
sebagai penggantung lantai kendaraan dari konstruksi jembatan gantung.
dan menyalurkan beban dari lantai Material yang biasanya digunakan pada
kendaraan ke kabel utama. deck (Sistem Lantai) jembatan berupa
beton bertulang dengan berat yang relatif
Kabel dengan inti yang lunak tidak ringan, deck orthotropic, atau baja
diizinkan digunakan pada jembatan berongga yang sebagian diisi dengan
gantung ini, kabel harus memiliki beton (komposit baja-beton). Pada deck
tegangan leleh minimal sebesar 1500 (Sistem Lantai) ini, pengaruh kembang-
MPa. Kabel pemikul yang digunakan susut material baja atau beton perlu
berupa untaian (strand) dibuat dari diperhatikan dengan cermat. Apabila
material mutu tinggi dengan kuat tarik kembang-susut tidak terkontrol akan
minimum 1800 MPa. Jenis-jenis kabel dapat menyebabkan penambahan
ditunjukkan dalam Gambar 2.7 tegangan pada struktur deck itu sendiri,
selain itu dapat pula menimbulkan
kerusakan pada konstruksi deck. Untuk
itu penggunaan expantion joint sebaiknya
diberikan setiap 30-40 m untuk
mencegah kerusakan deck dan struktur
utama (Troitsky,1994).

4. Gelagar Jembatan
Gelagar jembatan gantung
menggunakan Web Opening Beam atau
Gambar 2.7 Penampang Melintang Kabel bisa disebut dengan profil terbuka baja.
Profil terbuka merupakan baja yang
(Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan terdiri dari I beam dan H beam
Umum No.02/SE/M/2010) digolongkan dalam kategori yang sama
yaitu Wide Flange (WF). Bentuk baja I
Karakteristik kabel kaitannya dengan beam dan H beam sama, terdiri dari baja
struktur jembatan antara lain : tipis verikal yang diapit oleh dua baja
horizontal. Jika dilihat ujungnya akan
a. Mempunyai penampang yang
tampak seperti huruf romawi I atau H
homogen (seragam) pada seluruh
tergantung bagaimana posisi baja. Baja
bentang.
vertikal berada di tengah disebut dengan
b. Tidak dapat menahan momen dan
nama “web”, sedangkan dua baja yang
gaya gesek.
mengapitnya dengan lebar tidak melebihi
c. Gaya-gaya dalam yang bekerja selalu
lebar web disebut dengan nama “flange”.
merupakan gaya tarik aksial.
Wide flange merupakan baja penyangga
d. Bentuk kabel tergantung pada beban
yang didesain untuk menyangga benda
yang bekerja padanya.
yang berat. Oleh karena itu untuk gelagar
e. Bila kabel menderita beban terbagi
melintang dan gelagar memanjang
merata, maka akan wujudnya akan
penggunaan I beam atupun H beam
melengkung parabola.
tergantung pada beban yang terjadi pada
f. Pada jembatan gantung, kabel
lantai kendaraan sehingga mampu
menderita beban titik sepanjang
menopang beban yang terjadi seperti
beban mendatar.
pejalan kaki dan kendaraan ringan.
3. Deck Jembatan
5. Pengangkuran
Sistem lantai (deck) merupakan
Pengangkuran jembatan gantung
struktur longitudinal yang menyokong
berupa balok beton yang sangat besar

5
yang menjadi angkur kabel utama dan Proses pemilihan harus
berperan sebagai penyokong akhir mempertimbangkan keseluruhan
sebuah jembatan. Pengangkuran pemasangan jembatan maupun jalan
jembatan dapat berupa pengangkuran masuk. Faktor-faktor berikut ini yang
gravity atau tunnel. Pengangkuran perlu dipertimbangkan :
gravity bergantung pada massa angkur
itu sendiri untuk menahan tegangan dari 1) Panjang bentang terpendek yang
kabel utama. Tipe ini sering digunakan mungkin dari jembatan.
pada banyak jembatan gantung. 2) Jembatan pejalan kaki harus berada
Pengangkuran tunnel membawa pada bagian lurus dari sungai atau
tegangan dari kabel utama langsung ke arus, jauh dari cekungan tempat erosi
dalam tanah. Kondisi geoteknik yang terjadi.
memadai dibutuhkan untuk 3) Pilih lokasi dengan kondisi pondasi
pengangkuran tipe ini. yang baik untuk penahan kepala
jembatan.
4) Lokasi harus sedekat mungkin
dengan jalan masuk yang ada atau
lintasan lurus.
5) Lokasi harus memberikan jarak bebas
yang baik untuk mencegah banjir dan
harus meminimalisasi kebutuhan
untuk pekerjaan tanah pada jalan
Gambar 2.8 Pengangkuran Gravity masuk untuk menaikkan permukaan
Jembatan Akashi Ksikyo pada jembatan.
6) Arus sungai harus memiliki
(Sumber : Harazaki dkk, 2000) penguraian yang baik dan jalan aliran
yang stabil dengan resiko yang kecil
dari perubahan karena erosi.
7) Lokasi harus terlindung dan
seminimal mungkin terkena pengaruh
angin.
8) Lokasi harus memberikan jalan
masuk yang baik untuk material dan
pekerja.
9) Akan sangat membantu bila terdapat
Gambar 2.9 Pengangkuran Tunnel penyedia material setempat yang
Jembatan George Washington mungkin digunakan dalam konstruksi
seperti pasir dan batu.
(Sumber : Harazaki, 2000)
b) Fungsi Struktur Jembatan
Kriteria Perencanaan
Peraturan-peraturan yang
a) Lokasi digunakan dalam perencanaan jembatan
Aspek utama yang dipertimbangkan
gantung pejalan kaki ini antara lain :
dalam perencanaan jembatan yaitu
tingkat kebutuhan masyarakat terhadap 1. Bangunan atas terdiri dari :
jembatan. Pemilihan lokasi jembatan  Lantai jembatan, berfungsi untuk
pejalan kaki harus mempertimbangkan memikul beban lalu lintas yang
aspek ekonomis, teknis, dam kondisi melewati jembatan serta menyalurkan
lingkungan antara lain : beban dan gaya-gaya tersebut ke
gelagar melintang.
1) Biaya pembuatan jembatan harus
 Gelagar melintang berfungsi sebagai
seminimal mungkin.
pemikul lantai dan sandaran serta
2) Mudah untuk proses pemasangan
menyalurkan beban dan gaya-gaya
dan perawatan.
tersebut ke gelagar memanjang.
3) Mudah diakses dan memberikan
keuntungan untuk masyarakat yang  Gelagar memanjang berfungsi
akan menggunakannya. sebagai pemikul gelagar serta
4) Berada pada daerah yang memiliki menyalurkan beban dan gaya-gaya
resiko minimal terhadap erosi aliran tersebut ke batang penggantung.
sungai.

6
 Batang penggantung berfungsi d) Jarak Bebas
sebagai pemikul gelagar utama serta Jarak bebas yang dianjurkan dalam
melimpahkan beban-beban dan gaya- penentuan elevasi lantai jembatan
gaya yang bekerja ke kabel utama. adalah :
 Kabel utama berfungsi sebagai
pemikul beban dan gaya-gaya yang 1) Pada daerah yang agak datar ketika
bekerja pada batang penggantung air banjir dapat menyebar ke batas
serta melimpahkan beban dan gaya- ketinggian permukaan air dianjurkan
gaya tersebut ke menara pemikul dan jarak bebas minimum 1 m.
blok angkur. 2) Pada daerah berbukit dan memiliki
 Pagar pengaman berfungsi untuk kelandaian lebih curam ketika
mengamankan pejalan kaki. penyebaran air banjir lebih terbatas,
 Kabel ikatan angin berfungsi untuk jarak bebas harus ditingkatkan. Jarak
memikul gaya angin yang bekerja bebas lebih dari 5 m disarankan untuk
pada bangunan atas. daerah berbukit dengan arus sungai
yang mengalir pada tepi jurang yang
 Menara berfungsi sebagai penumpu
curam. Faktor kritis lain dari jarak
kabel utama dan gelagar utama, serta
bebas untuk perahu dan lokasi dari
menyalurkan beban dan gaya-gaya
bekerja melalui struktur pilar ke kepala jembatan juga perlu diperiksa
fondasi. untuk melihat kriteria mana yang
mengatur tinggi minimum lantai
jembatan.
2. Bangunan bawah terdiri dari :
 Blok angkur merupakan tipe gravitasi
e) Tinggi Banjir
untuk semua jenis tanah yang
Tinggi banjir rata-rata dapa diamati
berfungsi sebagai penahan ujung-
dengan :
ujung kabel utama serta menyalurkan
1) Observasi tempat yang ditandai oleh
gaya-gaya yang dipikulnya ke fondasi.
material yang tertahan pada
 Pondasi menara dan pondasi angkur
tumbuhan, jenis arus, endapan
berfungsi sebagai pemikul menara
pasir/tanah.
dan blok angkur serta melimpahkan
2) Diskusi dengan masyarakat setempat.
beban dan gaya-gaya yang bekerja
3) Data muka air banjir tertinggi.
ke lapisan tanah pendukung.
f) Beban Rencana
c) Elevasi Lantai Jembatan
Jembatan pejalan kaki harus kuat
Elevasi lantai jembatan ditentukan
dan kaku (tanpa lendutan yang berlebih)
oleh jarak bebas dan tinggi banjir dengan
untuk menahan beban berikut :
periode ulang 20 tahun.
1) Beban Vertikal
Beban vertikal rencana adalah
kombinasi dari beban mati dan beban
hidup terbesar yang diperkirakan dari
pengguna jembatan. Beban vertical ini
berasal dari:

 Beban mati dari berat sendiri


jembatan.
 Beban hidup dari pengguna jembatan.

2) Beban Samping
Beban samping disebabkan oleh :
Gambar 2.10 Ketinggian dari Lantai a. Tekanan angin.
Jembatan b. Gempa.
c. Pengguna yang bersandar atau
(Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan
membentur pagar keselamatan.
Umum No.02/SE/M/2010)
d. Benturan ringan yang diakibatkan
oleh batuan-batuan yang terbawa
oleh arus sungai.

7
Beban samping yang harus
dipertimbangkan dalam desain adalah
beban angin yang terjadi pada sisi
depan yang terbuka dari batang-
batang jembatan. Standar
perencanaan untuk jembatan pejalan
kaki mempertimbangkan standar
perencanaan kecepatan angin 35
m/detik. Karena pada kondisi ekstrim
tidak mungkin ada beban lalu lintas
penuh diatas jembatan pada kondisi
angin yang besar, beban angin
direncanakan untuk dipikul terpisah
dari beban hidup vertikal.

Beban gempa dihitung secara


statik ekuivalen dengan memberikan Tabel 2.1 Beban Hidup yang Di Pikul dan
beban lateral di puncak menara Lendutan Izin Jembatan Gantung Pejalan
sebesar 15% sampai dengan Kaki
maksimum 20% beban mati pada
(Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan
puncak menara. Beban gempa tidak
dihitung bersamaan dengan beban Umum No.02/SE/M/2010)
angin karena tidak terjadi pada waktu
yang sama. Tabel 2.2 Mutu Beton dan Pedoman
Proporsi Takaran Campuran
3) Beban Hidup
Ada dua aspek beban hidup yang
perlu dipertimbangkan :

 Beban terpusat pada lantai


jembatan akibat langkah kaki
manusia untuk memeriksa
kekuatan lantai jembatan.
 Beban yang dipindahkan dari
lantai jembatan ke batang struktur
yang kemudian dipindahkan ke
tumpuan jembatan. Aksi beban ini
akan terdistribusi pendek atau
menerus sepanjang batang-batang
longitudinal yang menahan lantai
jembatan.
 Beban hidup simetris yaitu beban
yang terjadi pada bentang utama (Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan
sebesar 3 KPa. Umum No.02/SE/M/2010)
 Beban hidup asimetris yaitu beban
yang terjadi pada setengah Tabel 2.3 Sifat Mekanis Baja Struktural
bentang utama sebesar 4 KPa.

(Sumber : Surat Edaran Menteri Pekerjaan


Umum No.02/SE/M/2010)

8
Struktur Pengaku Mu = momen lentur akibat beban
Struktur pengaku dapat berupa : terfaktor

1. Profil H c) Dalam perhitungan tahanan momen


2. Profil I nominal dibedakan antara penampang
a) Tegangan lentur pada penampang kompak, tidak kompak, dan langsing.
profil yang mempunyai minimal satu Batasan penampang kompak, tidak
sumbu simetri, dan dibebani pada kompak, dan langsing adalah :
pusat gesernya, dapat dihitung dari
persamaan :  Penampang kompak : λ < λp
 Penampang tidak kompak: λp < λ < λr
f= + (2.1)  Langsing : λ > λr

dengan Sx = dan Sy = (2.2) d) Penampang Kompak


Tahanan momen nominal untuk balok
. .
terkekang lateral dengan penampang
sehingga f = + (2.3) kompak :
Mn = Mp = Z . Fy (2.5)
dengan: dengan :

f = tegangan lentur Mp = tahanan momen plastis

Mx,My= momen lentur arah x dan y Z = modulus plastis

Sx,Sy = modulus penampang arah x Fy = kuat leleh


dan y
e) Penampang Tidak Kompak
Ix,Iy = momen inersia arah x dan y Tahanan momen nominal pada saat
λ = λr :
Cx,Cy = jarak dari titik berat ke tepi Mn = Mr = (Fy-Fr) . S (2.6)
searah x dan y dengan :

Fy = tahanan leleh
Fr = tegangan sisa
S = Modulus penampang

Besarnya tegangan sisa Fr = 70 Mpa


untuk penampang gilas panas dan 115
Mpa untuk penampang yang di las. Bagi
penampang tidak kompak yang
mempunyai λp < λ < λr, maka besarnya
tahan momen nominal dicari dengan
melakukan interpolasi linier, sehingga
Gambar 2.11 Modulus Penampang diperoleh :
Berbagai Tipe Profil Simetris
Mn = Mp + Mr (2.7)
(Sumber : Agus Setiawan, 2013)
dengan : λ = kelangsingan penampang
b) Tahanan balok dalam desain LRFD
harus memenuhi persyaratan : balok ( )

Փb. Mn > Mu (2.4)

dengan :

Փb = 0.9

Mn = tahanan momen nominal

9
Tabel 2.4 Batasan Rasio Kelangsingan λp - P adalah beban hidup merata (kN/m)
untuk Penampang Kompak Balok - w adalah berat sendiri struktur(kN/m)
- L adalah bentang utama (m)
- d adalah cekungan kabel ditengah
bentang (m)

b. Besarnya cekungan kabel (d) berkisar


1/8 L sampai 1/11 L
c. Kabel utama dan backstay dihitung
berdasarkan gaya tarik T maksimum :

Untuk backstay: T= (2.14)


atau
Untuk kabel utama : T = (2.15)
Keterangan :
(Sumber : Setiawan, 2013)
- H adalah komponen horizontal gaya
tarik, yang merupakan nilai
f) Tahanan Geser maksimum dari kombinasi (H1+H3)
Kuat geser nominal pelat web atau (H2+H3) (kN).
ditentukan oleh SNI 03-1729-202 - T adalah gaya tarik kabel maksimum
Pasal 8.8.3, yaitu : akibat beban merata penuh (kN).
- θ adalah sudut kabel di menara
Vn = τy . Aw = 0,60.Fy.Aw (2.8) antara horizontal dan kabel bentang
utama.
dengan : Fyw= kuat leleh web - φ adalah sudut kabel di menara
antara horizontal dan kabel angkur.
Aw = luas penampang web
Lendutan
dari persamaan 2-7 dapat digunakan Lendutan akibat beban hidup
bila syarat kelangsingan untuk tebal merata yang bekerja pada seperempat
pelat web sebagai berikut dipenuhi : bentang utama, dihitung berdasarkan
pembagian beban antara gelagar pengaku
≤ (2.9) sebesar (1-α) dan kabel utama sebesar (α) :
( )
dan kuat geser rencana harus Δ’ = (2.16)
memenuhi persamaan :

Փv . Vn ≥ Vu (2.10) Δ= d (2.17)

Gaya Tarik Kabel Utama Keterangan :


a. Besarnya komponen horizontal gaya
Tarik H pada ujung kabel utama adalah : - Δ’ adalah lendutan gelagar pengaku pada
seperempat bentang (m)
1) Akibat beban hidup merata penuh - Δ adalah lendutan kabel pada seperempat
H1 = (2.11) bentang (m)
2) Akibat beban hidup tidak simetris pada - α adalah fraksi beban yang menunjukkan
setengah bentang proporsi beban hidup yang ditahan oleh
kabel, yang besarnya diperoleh dari Δ’ = Δ
H2 = (2.12)
Momen Maksimum Struktur Pengaku dan
3) Akibat beban mati
Komponen Gaya Horizontal Kabel
H3 = (2.13)
Momen maksimum struktur pengaku
di seperempat bentang dihitung
Keterangan : berdasarkan pembagian beban antara
struktur pengaku sebesar (1-α) dan kabel
- H1, H2, H3 adalah komponen
utama sebesar (α) :
horizontal gaya tarik (KN)

10
Mmaks =
( )
(2.18) struktur base plate harus mampu
memikul gaya aksial serta gaya geser.
Karena tidak ada momen lentur yang
Keterangan :
bekerja, maka akan terjadi distribusi
- Mmaks adalah momen maksimum tegangan yang merata di sepanjang
gelagar pengaku (kNm). bidang kontak antara base plate dan
beton penumpu.
Panjang Kabel Utama

a. Panjang teoritis kabel utama (Lk) adalah


jarak parabolik antara titik-titik pusat
kabel di pelana :
Lk = L{1 + ( ) } (2.19)

Keterangan:
- L adalah panjang bentang utama
- d adalah cekungan kabel di tengah
bentang
b. Panjang bersih kabel utama pada kondisi Gambar 2.12 Base Plate dengan Gaya
bebas beban diperoleh dengan Aksial dan Gaya Geser
mengadakan koreksi pengurangan
terhadap panjang teoritis : Untuk memenuhi syarat kesetimbangan
 koreksi penambahan panjang sesuai statis, reaksi tumpuan pada beton (Pp)
lengkungan di pelana. harus segaris dengan beban aksial
 koreksi pengurangan panjang ulur yang bekerja.
elastis sebanding dengan tegangan
rata-rata akibat beban mati penuh Pu ≤ Փc.Pp (2.20)
berdasarkan tegangan kabel
maksimum di menara dan minimum di Pp = 0,85.F’c.A1. (2.21)
tengah bentang.

Base Plate
(2.22)
Dalam perencanaan suatu struktur
bangunan baja, bagian tumpuan
penghubung antara kolom struktur dengan dengan,
pondasi sering disebut dengan base plate.
- Փc = 0,6
Pada umumnya suatu struktur base plate
- F’c = mutu kuat tekan beton, MPa
terdiri dari pelat dasar, angkur serta sirip-
- A1 = luas penampang baja yang
sirip pengaku. Suatu struktur base plate dan
secara konsentris menumpu pada
angkur harus memiliki kemampuan untuk
permukaan beton, mm2.
mentransfer gaya geser, gaya aksial dan
- A2 = luas maksimum bagian
momen lentur ke pondasi. Suatu base plate
permukaan beton yang geometris
penahan momen, sesuai konsep dasar
sama dengan dan konsentris
LRFD harus didesain agar kuat rencana
dengan daerah yang dibebani, mm2
nominal sama atau lebih besar daripada
kuat perlu yaitu momen lentur (Mu), gaya Untuk base plate yang termasuk
aksial (Pu), dan gaya geser (Vu) untuk kategori 1 ( tidak ada momen lentur ),
semua macam kombinasi pembebanan maka :
yang dipersyaratkan.
A1 = B.N (2.23)
Berkaitan dengan momen lentur
yang bekerja pada base plate, maka Sehingga,
tinjauan desain untuk struktur base plate
dapat dibagi menjadi empat kategori :
Pu ≤ 0,6.0,85.F’c.B.N. (2.24)
1. Kategori A, adalah struktur base plate
tanpa beban momen lentur, atau dalam
bentuk idealisasi tumpuan, adalah Pu ≤ 0,60.85.F’c.B.2 (2.25)
berupa tumpuan sendi. Kategori ini yaitu

11
2. Kategori B, dalam kategori ini base plate
selain harus memikul gaya aksial dan
geser, juga memikul momen lentur dalam
intesitas yang kecil. Distribusi tegangan
tidak terjadi disepanjang base plate,
namun momen lentur yang bekerja masih
belum mengakibatkan base plate
terangkat dari beton penumpu. Angkur
terpasang hanya berfungsi sebagai
penahan gaya geser, di samping itu
angkur tersebut juga berfungsi menjaga
stabilitas struktur selama masa Gambar 2.14 Base Plate dengan
konstruksi. Momen lentur yang bekerja Eksentrisitas Beban e = N/6
dianggap sebagai beban terpusat yang
bekerja dengan eksentrisitas, e dari Untuk base plate kategori C, berlaku
sumbu kolom. hubungan :

A1 = B.Y (2.28)

Pu ≤ 0,6.0,85.F’c.B.Y. ≤
0,6.0,85.F’c.B.Y.2 (2.29)

Pu ≤0,51.F’c.B.( N). ≤
( )

1,02.F’c.B.Y. ( N) (2.30)

4. Kategori D, dalam kasus ini


Gambar 2.13 Base Plate dengan Beban
eksentrisitas yang terjadi sudah
Momen Lentur
melebihi N/6, angkur harus didesain
Untuk base plate dalam kategori B, agar dapat menahan gaya uplift serta
berlaku hubungan sebagai berikut : gaya geser yang terjadi. Base plate
dalam kondisi inilah yang sering
A1 = B.Y (2.26) dijumpai dalam perencanaaan,
terutama untuk portal kaku yang
direncanakan untuk memikul gaya
Pu ≤ 0,6.0,85.F’c.B.Y. ≤ gempa lateral atau gaya akibat tiupan
0,6.0,85.F’c.B.Y.2 (2.27) angin. Pada umumnya desain base
plate dalam kondisi ini harus disertai
3. Kategori C, intensitas momen lentur kian dengan proses desain ukuran angkur
meningkat, pada kondisi ini dapat yang digunakan.
dikatakan bahwa base plate berada pada Dalam kasus ini ada dua variable
batas elastisnya, karena dengan yang harus dihitung yaitu Panjang Y
penambahan sedikit intensitas momen dan gaya tarik pada angkur, Tu.
lentur saja akan mengakibatkan Sebagai penyederhanaan, maka
pengangkatan/ uplift base plate terhadap bentuk Փc.Pp dapat dituliskan sebagai
beton penumpu. Seperti pada kategori B, berikut :
momen lentur diasumsikan sebagai gaya
aksial yang bekerja pada eksentrisitas, e Pu= Փc.Pp = Փc.0,85.F’c.B.Y. =
dari sumbu kolom. Dalam kategori ini, q.Y (2.31)
jarak eksentrisitas maksimum yang
belum mengakibatkan gaya uplift pada
base plate adalah sebesar N/6.

12
( )
Y= f + ± [− f + ] −

(2.37)

 Perhitungan Angkur :
Angkur yang dipasang pada suatu base
plate direncanakan untuk memikul
kombinasi beban geser dan tarik, dengan
syarat sebagai berikut
Vub ≤ ՓFv.Ab (2.38)
Gambar 2.15 Base Plate dengan Tub ≤ ՓFt.Ab (2.39)
Eksentrisitas Beban e > N/6 Untuk angkur tipe A307 :
Ft = 407 - 1,9 Fv < 310 (2.40)
dengan, Fv = 166 MPa
Untuk angkur tipe A325 dengan ulir di
q = Փc.0,85.F’c.B.Y. (2.32) luar bidang geser
Ft = 807 - 1,5 Fv < 310 (2.41)
Fv = 414 MPa
dari perysaratan kesetimbangan, maka
dengan,
jumlah gaya dalam arah vertikal harus
- Vub adalah gaya geser terfaktor pada
sama dengan nol, atau dalam bentuk angkur, N
matematis adalah : - Tub adalah gaya tarik terfaktor
pada angkur, N
∑Fv =0
- Փ adalah faktor tahanan pada angkur
Tu + Pu - Փc.Pp = 0 = 0,75
- Fv adalah kuat geser nominal angkur,
Tu + q.Y - Փc.Pp= 0 MPa
- Ab adalah luas penampang angkur,
Tu = q.y – Pu (2.33) mm2
- Ft adalah kuat tarik nominal angkur,
Dengan mengambil kesetimbangan MPa
momen terhadap titik A : - Fv adalah tegangan geser yang
terjadi pada angkur =
∑MA =0
- n adalah jumlah angkur
Փc.Pp.( - + f ) – Pu (e + f) = 0
 Perhitungan Tebal Base Plate :
Perencanaan tebal base plate dilakukan
q.Y. ( - + f ) – Pu (e + f)= 0 seperti perencanaan komponen struktur
(2.34) lentur, dengan persyaratan :
Mpl ≤ Փb.Mn (2.42)
- + q.Y.f – Pu (e + f) = 0 Mn = Mp (2.43)
dengan,
- Mpl adalah momen lentur terfaktor
.Y2 - q( f + ).Y+ Pu (e + f)= 0
yang terjadi pada base plate, N.mm
(2.35) - Mn adalah momen nominal base
plate, N.mm
Persamaan 2.35 merupakan persamaan - Mp adalah momen lentur plastis dari
kuadrat dengan variable Y, sehingga base plate, N.mm
dengan menggunakan rumus sederhana
dapat diturunkan persamaan untuk Y Untuk base plate dalam kategori A, B,
sbegai Berikut : dan C momen lentur yang terjadi pada
base plate diperhitungkan dari tegangan
± [ ] [ ( )] tumpu, Fp yang terjadi pada base plate.
Y= ( ) Besar momen lentur terfaktor dapat
(2.36) dihitung dengan persamaan :
Mpl = Fp (2.44)
Atau jika disederhanakan akan menjadi :

13
dengan,
.( )
- Fp adalah tegangan tumpu yang Untuk Y< m tpperlu≥ 2,11
timbul pada permukaan beton, MPa .

- c diambil dari nilai terbesar antara m, (2.52)


n dan n’
- n’ adalah panjanga kantiliver base
plate dari muka kolom flens atau web Baja Penggantung
.
berdasarkan teori garis leleh = Dimensi batang penggantung harus mampu
momen lentur terfaktor pada base plate menahan gaya aksial tarik yang berasal dari
yang termasuk kategori D, dihitung lantai kendaraan.
berdasarkan gaya tarik, tu yang timbul
pada angkur : Kabel Ikatan Angin
.
Mpl = (2.45) Dimensi kabel ikatan angin harus mampu
Momen nominal base plate dihitung memberikan stabilitas lateral untuk menahan
dengan persamaan : beban angin rencana
Mn =Mp = .Fy (2.46)
Menara

Adapun kategori tebal base plate dalam Menara yang digunakan harus didesain
perencanaan : untuk mampu menahan aksial tekan dan
a. Kategori A lentur serta memiliki stabilitas terhadap
Mpl ≤ Փb.Mn tekuk dan beban gempa statik ekuivalen.
fp . ≤ 0,9 . .Fy
Blok Angkur
dengan fp = , sehingga
Dimensi dari blok angkur harus didesain
. ≤ 0,9 . .Fy sedemikian rupa sehingga memiliki
kapasitas yang lebih besar dari gaya pada
Maka tp perlu ≥ 1,49 . c .
. . kabel backstay (menahan minimum 120%
(2.47) gaya Tarik kabel backstay). Garis kerja gaya
b. Kategori B kabel, tekanan pasif tanah dan gaya
fp = = gravitasi blok angkur harus bertemu pada
. ( ) satu titik tangkap agar tidak terguling. Blok
tp perlu≥ 1,49 . c . angkur harus tertanam dalam tanah asli.
.( ).
(2.48) Pondasi
c. Kategori C
fp = = =
, . Dimensi dan jenis fondasi harus didesain
. ( ) . sedemikian rupa sehingga memiliki
, . kapasitas menahan beban sendiri, beban
tp perlu≥ 1,49 . c .
. . hidup dan beban angin yang bekerja pada
(2.49) bagian atas struktur jembatan dengan
d. Kategori D mempertimbangkan kondisi tanah setempat.
Mpl ≤ Փb.Mp
. Sandaran
≤ 0,9 . .Fy
dengan fp = , sehingga diperoleh Sandaran harus aman bagi pengguna
pejalan kaki baik anak-anak maupun
tp perlu ≥ 2,11 . dewasa. Tinggi minimum sandaran adalah 1
.
meter.
(2.50)
nilai tp yang diperoleh dari Persamaan
2.50, harus dibandingkan dengan nilai
tp dari persamaan berikut, dan METODE PERENCANAAN
kemudian dipilih nilai tp yang
menentukan. Lokasi direncanakan berada di Desa
Parampuan, Kabupaten Lombok Barat,
Untuk Y > m tp perlu≥1,49.c . Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penentuan
. .
lokasi berdasarkan tingkat kebutuhan
(2.51)

14
masyarakat akan jembatan di desa tersebut lingkungan seperti, bentang terpendek
yang sangat tinggi. Kondisi penyebrangan yang mungkin dari jembatan sehingga
sungai di Desa tersebut saat ini cukup bisa menekan biaya pelaksanaan,
memprihatinkan, masyarakat yang ingin berada pada wilayah yang minim
melakukan aktifitas berdagang ataupun terhadap erosi aliran sungai.
bersekolah harus menyebrang
menggunakan perahu atau menempuh jalur 4. Penenetuan Elevasi Lantai Jembatan
yang lebih jauh dengan akses jalan raya Banyak yang harus diperhatikan
yang memutar. Oleh karena itu dalam penentuan elevasi lantai
pembangunan jembatan di lokasi ini menjadi kendaraan pada jembatan. Salah
suatu kebutuhan yang penting dan solusi satunya adalah muka air banjir sungai
terhadap perkembangan daerah sekitarnya. dan jarak bebas untuk perahu agar bisa
Berikut adalah lokasi perencanaan jembatan melalui lantai kendaraan jembatan
gantung pejalan kaki : dengan aman. Hal hal itu dapat diamati
dengan diskusi dengan masarakat
setempat dan data muka air banjir
tertinggi.

5. Permodelan Struktur
Pemodelan Struktur jembatan ini
dilakukan dengan sistem 3 dimensi
menggunakan SAP 2000.

6. Beban Rencana
Pada pembebanan jembatan
gantung ini ada beban statik yang
digunakan. Beban-beban tersebut akan
di input ke dalam permodelan SAP 2000
seperti beban mati, beban hidup yang
memperhitungkan beban kendaraan roda
dua, beban angin, dan beban gempa.
Gambar 3.1 Lokasi Perencanaan Jembatan
7. Kabel Utama dan Penggantung
Tahap Perencanaan Jembatan Gantung
Setelah dilakukan permodelan
1. Input Data Lapangan struktur pada SAP 2000, cek tegangan
Data yang digunakan dalam kabel utama dan hanger. Dimensi kabel
perhitungan perencanaan dari data penggantung harus mampu menahan
stasiun terdekat dengan wilayah gaya aksial tarik yang berasal dari lantai
perencanaan jembatan sebagai data kendaraan.
sekunder perkiraan kondisi tanah di
8. Lantai Kendaraan dan Struktur
lokasi jembatan.
Pengaku
2. Studi Literatur Setelah dilakukan permodelan
Dalam perencanaan ini diperlukan struktur pada SAP 2000, cek Momen
studi literatur untuk menunjang dan maksimum pada elemen elemen struktur.
menambah pengetahuan tentang Dimensi elemen struktur harus mampu
elemen-elemen struktur jembatan menahan beban yang terjadi dan harus
gantung, persyaratan mutu bahan, dibawah tegangan ijin.
batasan lendutan, pemilihan lokasi
9. Cek Lendutan dan Kapasitas
jembatan, dan lain lain. Studi literatur
Kontrol kapasitas dan momen yang
didapat dari beberapa referensi seperti
buku diktat kuliah, internet, jurnal, paper, terjadi (ultimate) pada batang-batang
dan buku-buku penunjang lainnya yang jembatan maupun kabel jembatan dari
hasil ouput SAP 2000 dengan kapasitas
berhubungan dengan penyelesaian
dan momen nominal profil elemen
perencanaan jembatan gantung.
struktur rencana. Selain itu lendutan
3. Penentuan lokasi Jembatan yang terjadi harus di bawah lendutan ijin.
Pemilihan lokasi jembatan pejalan
10. Blok Angkur
kaki harus mempertimbangkan berbagai
aspek ekonomis, teknis, dan kondisi

15
Dimensi blok angkur didesain - Beban rencana yaitu pejalan kaki dan
sedemikian rupa agar memiliki kapasitas kendaraan ringan.
yang lebih besar dari gaya pada kabel - Lantai jembatan menggunakan pelat
backstay. Garis kerja gaya kabel, modular dimensi 1,8 x 0,5 x 0,08 m,
tekanan tanah pasif serta gaya gravitasi beton bertulang dengan mutu beton F’c
blok angkur harus lebih besar dari gaya 25 Mpa sejumlah 144 panel.
angkat dan geser akibat kabel agar tidak - Gelagar melintang dan memanjang
terguling. menggunakan Web Opening Beam Profil
WF.175.175.7,5.11 mm.
11. Pondasi Jembatan - Hand railling menggunakan Hollow 4 x 4
Dimensi dan jenis pondasi harus cm dengan tinggi 1 m.
didesain agar memiliki kapasitas - Menara menggunakan Profil
menahan beban dari struktur atas WF.400.400.18.28 mm dengan tinggi
jembatan gantung dengan menara 9 m.
mempertimbangkan kondisi tanah - Kabel utama menggunakan Kabel Strand
setempat. 6 x WS(36) IWRC 50 mm.
- Kabel hanger menggunakan Baja Bundar
12. Gambar Teknis 22 mm.
Pembuatan gambar teknis dilakukan - Kabel angin menggunakan Baja Bundar
setelah pengecekan lendutan terjadi 10 mm.
pada jembatan, kapasitas seluruh
elemen struktur telah mampu menahan Hasil Analisa dengan Program Sap 2000
momen yang terjadi akibat beban
Pada perhitungan struktur atas
rencana.
dengan penggunaan SAP 2000 beban yang
Bagan Alir Perencanaan Jembatan bekerja pada saat penganalisaan jembatan
Gantung meliputi beban mati, beban hidup simetris,
beban hidup asimetris, dan beban angin.
Untuk penganalisaan beban gempa dihitung
dari 15% - 20% beban mati yang ada di
puncak menara. Jadi untuk perhitungan
menara sendiri dihitung terpisah. Adapun
gaya-gaya yang dihasilkan pada SAP 2000
yaitu :

Hasil dan Pembahasan Gaya aksial pada Kabel Utama


Kombinasi terbesar antara beban mati +
Dari hasil perencanaan jembatan gantung
beban hidup simetris.
kelas I didapatkan dimensi dari struktur atas
jembatan :

- Type jembatan merupakan jembatan


gantung pejalan kaki Kelas I.
- Bentang utama 72 m.
- Bentang backstay 12,85 m.
- Lebar lantai jembatan 1,8 m.

16
Gaya aksial pada kabel backstay Kombinasi
terbesar antara beban mati + beban hidup Deformasi jembatan akibat beban
simetris. gempa

Gaya aksial pada menara Kombinasi


terbesar antara beban mati + beban hidup
simetris.

Beban aksial menara akibat beban


mati pada puncak menara.

Tegangan Kabel

Gaya akibat beban mati pada puncak


menara

17
Lendutan Gelagar ¼ Bentang

Tabel Perbandingan Program SAP 2000


dengan Perhitungan Manual
Tegangan dan Kekuatan Menara

Pelat Lantai

• Pelat lantai direncanakan menggunakan


plat modular beton bertulang 180 x 50
cm setebal 8 cm dengan 5 tumpuan
sebagai penopang beban diatasnya
menggunakan profil WF.175.175.7,5.11
mm. Pelat dianggap sebagai pelat satu
,
arah = = 3,6 > 2
,

18
Gelagar Memanjang - Jarak baut dengan tepi 30 mm (1,5 db).
- Jarak antar baut 50 mm (30 db).
Gelagar memanjang direncanakan - Tinggi pelat 110 mm.
menumpu diatas gelagar melintang. Dimensi - Lebar pelat 230 mm.
yang direncanakan yaitu 175.175.7,5.11 mm - Tebal pelat 20 mm.
cukup aman dalam menahan momen lentur,
kuat geser dari beban yang bekerja Base Plate
diatasnya, dan memenuhi syarat lendutan.

Gelagar Melintang

Gelagar melintang direncanakan


menumpu diatas gelagar melintang. Dimensi
yang direncanakan yaitu 175.175.7,5.11 mm
cukup aman dalam menahan momen lentur,
kuat geser dari beban yang bekerja
diatasnya, dan memenuhi syarat lendutan.

Sambungan Gelagar Memanjang - Ukuran base plate 600 x 600 mm x 50


mm.
Sambungan gelagar memanjang - Angkur baut diameter 19 mm sedalam 1
direncanakan sambungan baut sekuat profil meter.
pada bagian Web dan Flange. - Jarak antar baut 500 mm.
- Dengan diameter 19 mm amgkur baut
mampu menahan gaya geser dan tarik.

Elastomer, Klem Gelagar Melintang, dan


Sambungan Portal Menara

- Sambungan Flens direncanakan yaitu


sambungan baut dengan diameter 16
mm dan tipe baut yang digunakan A325
tanpa ulir dalam bidang geser.
- Jarak baut dengan tepi 30 mm (1,5 db).
- Jarak antar baut 50 mm (30 db).
- Ukuran pelat 230 x 175 mm mengikuti
lebar flens untuk ukuran lebar flens. a. Elastomer
- Tebal pelat 20 mm. - Dimensi elastomer 500 x 400 mm
- Sambungan direncanakan mengikuti - Tebal pelat cover atas dan bawah 4
Panjang maksimum profil 12 m. mm.
- Jumlah lapisan dalam 8 buah dengan
tebal 12 mm.
- Beban yang diterima elastomer 500 x
400 sebesar 4.454 kN sesuai dengan
elastomer yang ada di pasaran.
- Beban yang terjadi dalam
perencanaan sebesar 1.346 kN.
b. Klem Gelagar Melintang
- Dimensi klem 6 x 21,5 x 26 cm.
- Diameter baut 16 mm mampu
menahan aksial terbesar dari kabel.
Sambungan Web direncanakan yaitu - Tebal pelat klem 20 mm
sambungan baut dengan diameter 16 mm c. Sambungan Portal Menara
dan tipe baut yang digunakan A325 tanpa - Untuk sambungan portal menara
ulir dalam bidang geser. menggunakan sambungan las sudut.
Pelat yang digunakan yaitu pelat baja

19
tebal 28 mm dengan seluruh komponen jembatan memenuhi
mengasumsikan minimum setebal persyaratan dalam memikul beban
tebal flens. Tebal las untuk mati, beban hidup, beban angin,
sambungan profil WF.400.400.18.28 maupun beban gempa yang
mm sebesar 15 mm, sedangkan direncanakan. Lendutan gelagar pada
untuk profil WF.125.125.6,5.9 mm ¼ bentang didapatkan 0,107 m pada
untuk ikatan angin tebal las sebesar perhitungan manual dan 0,224 m pada
7 mm. SAP 2000 dengan batas lendutan
- Menggunakan baja siku 80.80.8 mm maksimum L = 0,36 m. Dalam hal ini
dan baut diameter 20 mm untuk
penggunaaan Web Opening Beam
memperkaku menara.
dengan dimensi 175.175.7,5.11 mm
mampu menahan beban dan cukup
Struktur Bawah
aman dalam perencanaan.
- Berdasarkan hasil perencanaan
diketahui bahwa kabel yang
direncanakan memiliki tegangan
sebesar 1690 kN melebihi tegangan
maksimum sebesar 649,801 kN.
Artinya kabel cukup aman dalam
menahan beban-beban yang bekerja
pada jembatan.
- Pondasi direncanakan yaitu pondasi
sumuran dengan diameter 2 m dan 2. Saran :
kedalaman 6 m. - Karena dalam perencanaan ini
- Blok angkur direncanakan tipe menggunakan data tanah dari
Gravity. bangunan yang terdekat dari lokasi
jembatan, jadi diperlukan uji tanah
Kesimpulan dan Saran secara menyeluruh serta survey dan
pengukuran secara mendetail pada
Berdasarkan analisa dan perhitungan lokasi jembatan.
terhadap jembatan gantung pejalan kaki
yang telah direncanakan dapat disimpulkan - Sebaiknya dalam pemilihan program
bahwa : pengaplikasian jembatan, khususnya
jembatan gantung tidak
1. Kesimpulan : menggunakan SAP 2000.
- Jembatan gantung direncanakan Dikarenakan pada program SAP
dengan bentang 72 meter dan lebar 2000 tidak dapat mendeteksi kabel
lantai jembatan 1,8m. Menggunakan sehingga hanya terdapat gaya aksial
pelat precast beton bertulang dengan dari kabel itu sendiri yang hanya bisa
ukuran 1,8 m x 0,5 m x 0,08 m sebagai diterjemahkan.
pelat lantai. Sistem gelagar yang
direncanakan menggunakan Web Daftar Pustaka
Opening Beam (Profil Terbuka)
WF.175.175.7,5.11 mm. Menara Badan Standarisasi Nasional.2008. Tali
direncanakan menggunakan Kawat Baja: SNI 0076:2008.
WF.400.400.18.28 mm dengan tinggi 9 Jakarta: Indonesia.
m. Untuk menyalurkan beban lantai ke
menara digunakan kabel strand (IWRC) Gunawan, R, Morisco. 1987. Tabel Profil
sebagai kabel utama dengan diameter
Konstruksi Baja. Yogyakarta:
50 mm. Batang penggantung dan
kaitan angin menggunakan baja bundar Universitas Gajah Mada.
dengan diameter 22 mm dan 10 mm.
untuk bangunan bawah direncanakan Harazaki,I., Suzuki, S., Okukawa, A., 2000.
menggunakan pondasi sumuran Suspension Bridge. In: Chen, W.-
dengan diameter 2 m dan kedalaman 6 (Eds.), Bridge Engineering
m. Handbook. CRC Press, Boca Raton,
- Berdasarkan hasil analisa struktur yang FL.
dilakukan secara manual dengan
program SAP 2000 diketahui bahwa

20
Hardawati, Astriana. 2014. Perancangan
Jembatan Gantung Pejalan Kaki
Kelas I Dengan Bentang Utama 2 x
80 Meter. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada.

Ilham, M. Arifin. (2015). Perancangan Ulang


Jembatan Gantung Pejalan Kaki
Tipe Side Span Free Bentang 60
Meter (Studi Kasus Jembatan
Gantung Duwet, Banjarharjo,
Kalibawang, Kulon Progo).
Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.

M. Das, Braja. 1995. Mekanika Tanah (


Prinsip Prinsip Rekayasa
Geoteknis). Jakarta : Erlangga.

Metode ASSHTO. 2015. Pedoman


Perancangan Bantalan Elastomer
untuk Perletakan Jembatan.

Menteri Pekerjaan Umum.2010. Lampiran


Surat Edaran Menteri Pekerjaan
Umum No. 02/SE/M/2010: Pedoman
Perencanaan dan Pelaksanaan
Konstruksi Jembatan Gantung untuk
Pejalan Kaki. Jakarta.

Setiawan, A. 2008. Perencanaan Struktur


Baja Dengan Metode LRFD
(Berdasarkan SNI 03- 1729-2002).
Jakarta: Erlangga.

Supriyadi, B. 2007. Analisis Struktur


Jembatan. Yogyakarta : Beta Offset.

Troitsky, MS. 1994. Planning and Design of


Bridges.

21

Anda mungkin juga menyukai