Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI INTERNAL, DAN

MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI (Studi Kasus di


Kantor Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat

Siti Chairunnisah
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No.100, Depok

Abstrak

Sumber daya manusia sebagai salah satu faktor internal yang memegang peranan penting
berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan, sehingga perlu diarahkan melalui
pengelolaan sumber daya manusia yang baik. Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat
merupakan organisasi perangkat daerah yang mempunyai tanggung jawab mengenai
pemerintahan, perekonomian, pembangunan dan lingkungan hidup, kesejahteraan masyarakat
dan pelayanan umum. Untuk itu, Camat Grogol Petamburan Jakarta Barat sebagai pimpinan
perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dan komunikasi yang baik dalam
mengkoordinasikan semua elemen kegiatan yang dilakukan oleh para pegawainya agar
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, komunikasi internal, dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai.

Data yang digunakan adalah data primer yang berupa kuesioner yang diperoleh dari pegawai
kantor Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat sebagai responden. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pegawai sebanyak 35 orang. Teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah sampel jenuh atau sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel. Untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, komunikasi internal, dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai digunakan analisis statistik regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan, komunikasi internal, dan motivasi
kerja baik secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Variabel
yang paling dominan dalam memengaruhi kinerja pegawai adalah gaya kepemimpinan,
diikuti oleh variabel motivasi kerja dan komunikasi internal.

Kata kunci: gaya kepemimpinan; komunikasi internal; motivasi kerja; kinerja

PENDAHULUAN mampu untuk menyatukan persepsi atau


cara pandang pegawai dan pimpinan
Sumber daya manusia sebagai salah organisasi dalam rangka mencapai tujuan
satu faktor internal yang memegang organisasi antara lain melalui pembentukan
peranan penting berhasil tidaknya suatu mental bekerja yang baik, memberikan
organisasi dalam mencapai tujuan, motivasi kerja, bimbingan, pengarahan dan
sehingga perlu diarahkan melalui koordinasi yang baik dalam bekerja oleh
pengelolaan sumber daya manusia yang seorang pemimpin kepada para
baik. Pengelolaan sumber daya manusia pegawainya. Pada umumnya kinerja
yang dimaksudkan adalah organisasi harus diartikan sebagai kesuksesan seseorang
dalam melaksanakan suatu pekerjaan. dan motivasi kerja secara parsial
Menurut Sentoso (1999), kinerja adalah terhadap kinerja pegawai kantor
hasil kerja yang dapat dicapai oleh Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
seseorang atau kelompok orang dalam Barat?
suatu organisasi sesuai dengan wewenang 3. Variabel manakah yang paling
dan tanggung jawab masing-masing dalam dominan dalam memengaruhi kinerja
rangka upaya mencapai tujuan organisasi. pegawai kantor Kecamatan Grogol
Kinerja individu dengan kinerja organisasi Petamburan Jakarta Barat?
terdapat hubungan yang erat, dengan kata
lain bila kinerja karyawan baik maka TELAAH PUSTAKA
kemungkinan besar kinerja organisasi juga
baik. Gaya Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, pemimpin Definisi kepemimpinan secara luas
merupakan salah satu faktor penting karena meliputi proses mempengaruhi dalam
faktor kepemimpinan dapat memberikan menentukan tujuan organisasi, memotivasi
pengaruh yang berarti terhadap kinerja perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
karyawan. Para pemimpin tentunya mempengaruhi untuk memperbaiki
mempunyai gaya kepemimpinannya kelompok dan budayanya. Dubrin (2005)
masing-masing. Davis (1985) menyatakan menyatakan bahwa kepemimpinan itu
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola adalah upaya mempengaruhi banyak orang
tindakan pemimpin secara keseluruhan melalui komunikasi untuk mencapai tujuan,
seperti yang dipersepsikan oleh para cara mempengaruhi orang dengan petunjuk
pegawainya. Dalam melaksanakan atau perintah, tindakan yang menyebabkan
pekerjaan, karyawan juga tidak terlepas orang lain bertindak atau merespon dan
dari suatu komunikasi baik komunikasi menimbulkan perubahan positif, kekuatan
dengan pimpinan maupun komunikasi dinamis penting yang memotivasi dan
dengan sesama rekan kerja. Siagian (1993) mengkoordinasikan organisasi dalam
menyatakan bahwa komunikasi merupakan rangka mencapai tujuan, kemampuan untuk
unsur yang penting dalam kehidupan menciptakan rasa percaya diri dan
organisasi, baik ditinjau dari segi proses dukungan diantara bawahan agar tujuan
administrasi dan manajemen maupun organisasional dapat tercapai.
keterlibatan semua pihak didalam suatu Gaya kepemimpinan adalah perilaku
organisasi. Disamping itu, motivasi kerja dan strategi sebagai hasil kombinasi dari
juga sangat diperlukan bagi karyawan falsafah, keterampilan, sifat, sikap yang
untuk meningkatkan kinerjanya. Menurut sering diterapkan seorang pemimpin ketika
Sujak (1990), pemahaman motivasi baik ia mencoba mempengaruhi kinerja
yang ada dalam diri karyawan maupun bawahannya. Davis (1985) menyatakan
yang berasal dari lingkungan akan dapat bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
membantu dalam peningkatan kinerja. tindakan pemimpin secara keseluruhan
Berdasarkan uraian latar belakang seperti yang dipersepsikan oleh
diatas, maka yang menjadi permasalahan pegawainya. Menurut House (1971),
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. terdapat 4 macam gaya kepemimpinan,
1. Bagaimana pengaruh gaya yaitu :
kepemimpinan, komunikasi internal, 1. Kepemimpinan Direktif
dan motivasi kerja secara simultan Memberikan panduan kepada para
terhadap kinerja pegawai kantor karyawan mengenai apa yang
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta seharusnya dilakukan dan bagaimana
Barat? cara melakukannya, menjadwalkan
2. Bagaimana pengaruh gaya pekerjaan dan mempertahankan
kepemimpinan, komunikasi internal, standar kinerja.
2. Kepemimpinan Suportif tidak baik mempunyai dampak yang luas
Menunjukkan kepedulian terhadap terhadap kehidupan organisasi, misalnya
kesejahteraan dan kebutuhan konflik antar pegawai. Sebaliknya,
karyawan, bersikap ramah dan dapat komunikasi yang baik dapat meningkatkan
didekati serta memperlakukan para saling pengertian, kerjasama dan kepuasan
pekerja sebagai orang yang setara kerja. Oleh karena itu, hubungan
dengan dirinya. komunikasi yang terbuka harus diciptakan
3. Kepemimpinan Partisipatif dalam organisasi. Muhammad (2001)
Berkonsultasi dengan para karyawan menyatakan bahwa terdapat 3 bentuk
dan secara serius mempertimbangkan komunikasi internal yaitu.
gagasan mereka pada saat pengambilan 1. Komunikasi Kebawah (Downward
keputusan. Communication)
4. Kepemimpinan yang berorientasi pada Yaitu komunikasi yang bergerak dari
pencapaian pimpinan ke bawahan. Tiap
Mendorong para karyawan untuk komunikasi yang mengalir dari
berprestasi pada tingkat tertinggi pimpinan puncak hingga ke bawah
mereka dengan menetapkan tujuan mengikuti hierarki adalah komuniksi
yang menantang, menekankan pada kebawah. Tipe-tipe komunikasi
kesempurnaan dan memperlihatkan kebawah dapat diklasifikasikan sebagai
kepercayaan diri atas kemampuan berikut:
karyawan. a. Instruksi tugas
Instruksi tugas atau pekerjaan yaitu
Komunikasi Internal pesan yang disampaikan kepada
Istilah komunikasi dalam bahasa bawahan mengenai apa yang
inggris “communication” berasal dari diharapkan dilakukan mereka dan
bahasa latin “communicatio” dan perkataan bagaimana melakukannya. Pesan itu
ini bersumber pada kata “communis”. Kata dapat berupa perintah langsung,
communis mengandung arti sama, deskripsi tugas, prosedur manual
maksudnya sama makna. Sedangkan dan program latihan tertentu.
bentuk dari kata kerja “communicatio” b. Rasional
adalah “communicare” yang artinya Rasional pekerjaan adalah pesan
bermusyawarah, berunding atau berdialog. yang menjelaskan mengenai tujuan
Aliran informasi di suatu organisasi dibagi aktivitas dan bagaimana kaitan
menjadi dua dimensi yakni komunikasi aktivitas itu dengan aktivitas lain
secara internal dan eksternal. dalam organisasi atau obyek
Komunikasi internal adalah proses organisasi. Kualitas dan kuantitas
penyampaian pesan-pesan yang dari komunikasi rasional ditentukan
berlangsung antar anggota organisasi, dapat oleh filosofi dan asumsi pemimpin
berlangsung antara pimpinan dengan mengenai bawahannya.
bawahan, pimpinan dengan pimpinan, c. Ideologi
maupun bawahan dengan bawahan. Pesan mengenai ideologi ini adalah
Muhammad (2001) menyatakan bahwa perluasan dari pesan rasional. Pesan
komunikasi internal adalah komunikasi rasional penekanannya ada pada
yang dikirimkan kepada anggota dalam penjelasan tugas dan kaitannya
suatu organisasi dengan kata lain penerima dengan perspektif organisasi,
pesan dalam komunikasi internal adalah sedangkan pada pesan ideologi
orang-orang dalam organisasi. Komunikasi sebaliknya mencari sokongan dan
merupakan bagian yang penting dalam antusian dari anggota organisasi
kehidupan kerja suatu organisasi. Hal ini guna memperkuat loyalitas, moral
dapat dipahami sebab komunikasi yang dan motivasi.
d. Informasi mengajukan ide-ide dan saran-saran
Pesan informasi dimaksudkan untuk tentang jalannya organisasi.
memperkenalkan bawahan dengan 3. Komuniksi Horisontal (Horizontal
praktik-praktik organisasi, Communication)
peraturan-peraturan organisasi, Komunikasi horisontal ini sangat intern
kebiasan dan data lain yang tidak dilakukan antar bagian yang memiliki
berhubungan dengan instruksi dan tingkat sekuensi kerja yang tinggi,
rasional. yang dimaksudkan untuk menghemat
e. Balikan waktu dan memudahkan melakukan
` Balikan adalah pesan yang berisi koordinasi yang dapat berlangsung
informasi mengenai ketepatan secara formal (hubungan-hubungan
individu dalam melakukan kerja dalam pembagian struktur kerja
pekerjaan. Salah satu bentuk diatur secara formal atau secara
sederhana dari balikan ini adalah informal untuk mempercepat tindakan.
apabila pimpinan tidak mengkritik Komunikasi horisontal mempunyai
pekerjaannya, berarti pekerjaannya tujuan tertentu diantaranya sebagai
sudah memuaskan. berikut:
2. Komunikasi Keatas (Upward a. Mengkoordinasikan tugas-tugas.
Communication) Bagian-bagian tertentu yang sama
Adalah arus komunikasi yang bergerak jenjangnya dalam organisai kadang-
dari bawah ke atas. Pesan yang kadang perlu mengadakan rapat atau
disampaikan antara lain laporan pertemuan untuk mendiskusikan
pelaksanaan pekerjaan, keluhan hal-hal yang memberikan kontribusi
karyawan, sikap dan perasaan dalam mencapai tujuan organisasi.
karyawan tentang beberapa hal, b. Menjamin pemahaman yang sama.
pengembangan prosedur dan teknik, Bila perubahan dalam suatu
informasi tentang produksi dan hasil organisasi diusulkan maka perlu ada
yang dicapai. Jika arus informasi pemahaman yang sama dari semua
keatas tidak lancar maka manajemen komponen yang ada dalam
tingkat atas atau pimpinan kurang organisasi.
mengetahui dan menyadari secara tepat c. Mengembangkan sokongan
keadaan organisasi pada umumnya. interpersonal. Karena sebagian
Komunikasi keatas mempunyai besar dari waktu kerja adalah
beberapa fungsi atau nilai tertentu berinteraksi dengan teman untuk
sebagai berikut: memperoleh sokongan hubungan
a. Dengan adanya komunikasi keatas interpersonal dari temannya.
pimpinan dapat mengetahui kapan
bawahannya siap untuk diberi Motivasi Kerja
informasi dari mereka dan Motivasi berasal dari kata motif
bagaimana baiknya pimpinan (motive) yang berarti dorongan, sebab atau
menerima apa yang disampaikan alasan seseorang untuk melakukan sesuatu.
karyawan. Gibson et al. (1996) menyatakan bahwa
b. Arus komunikasi keatas motivasi merupakan konsep yang
memberikan informasi yang digunakan untuk menggambarkan
berharga bagi pembuat keputusan. dorongan-dorongan yang timbul pada atau
c. Komunikasi keatas memperkuat dalam diri seorang individu yang kemudian
apresiasi dan loyalitas bawahan menggerakkan dan mengarahkan
terhadap organisasi dengan jalan perilakunya. Menurut Maslow (1994),
memberikan kesempatan untuk motivasi kerja seorang karyawan akan
menanyakan pertanyaan berpengaruh terhadap kinerja yang dapat
dicapai murni hanya timbul dari dalam diri dengan kebutuhan akan adanya
seorang karyawan (motivasi internal) kelompok kerja yang kompak.
ataukah motivasi berasal dari luar 4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem
karyawan yang bersangkutan (motivasi Needs), meliputi keinginan untuk
eksternal). Menurut Zainun (2004), dihormati, dihargai atas prestasi yang
motivasi dapat dipandang sebagai bagian dicapai, pengakuan atas kemampuan
integral dari administrasi kepegawaian dan keahlian.
dalam rangka proses pembinaan, 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self
pengembangan dan pengarahan tenaga Actualization Needs), merupakan
kerja dalam suatu organisasi. Motivasi hierarki kebutuhan yang paling tinggi.
sebagai suatu usaha positif dalam Aktualisasi diri berkaitan dengan
menggerakkan, mengerahkan dan proses pengembangan akan potensi
mengarahkan daya dan potensi tenaga kerja yang sesungguhnya dari seseorang.
agar secara produktif berhasil mencapai Kebutuhan untuk menunjukkan
dan mewujudkan tujuan yang telah kemampuan, keahlian dan potensi diri.
ditetapkan sebelumnya dan sebagai
perangsang untuk dapat menggerakkan, Teori ERG Alderfer
mengerahkan dan mengarahkan potensi Teori motivasi yang dikemukakan oleh
serta daya kerja manusia tersebut kearah Clayton P. Alderfer dijadikan dasar teori
yang diinginkan. yang digunakan dalam penelitian ini.
Menurut George dan Jones (2002), Teori
Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga
Maslow kebutuhan manusia yang perlu dipuaskan
Inti dari teori ini adalah kebutuhan itu sebagai sumber motivasi kerja dan ini
tersusun dalam bentuk hierarki atau untuk melengkapi teori yang dikemukakan
penjenjangan. Teori Maslow ini oleh Maslow, yaitu.
mengasumsikan bahwa orang berusaha 1. Kebutuhan akan keberadaan (Existence
memenuhi kebutuhan yang lebih sebelum Needs), berhubungan dengan
memenuhi kebutuhan tertinggi. Menurut kebutuhan dasar termasuk didalamnya
Lussier (1996), kebutuhan manusia yang Physiological Needs dan Safety Needs
dikembangkan oleh Abraham Maslow dari Maslow.
diklasifikasikan atas lima tingkat dan 2. Kebutuhan akan hubungan
masing-masing dijelaskan sebagai berikut. (Relatedness Needs), menekankan akan
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological pentingnya hubungan antar individu
Needs), merupakan hierarki kebutuhan (interpersonal relationship) dan
paling dasar yang merupakan bermasyarakat (social relationship).
kebutuhan untuk dapat hidup seperti 3. Kebutuhan akan pertumbuhan (Growth
makan, tempat tinggal dan pakaian Needs), dalam keinginan intrinsik
yang dapat dipenuhi dengan gaji yang dalam diri seseorang untuk maju atau
diterima. mengingatkan kemampuan untuk maju
2. Kebutuhan Keamanan dan atau meningkatkan kemampuan
Keselamatan Kerja (Security and pribadinya.
Safety Needs), kebutuhan ini meliputi
keamanan, keselamatan kerja dan Kinerja
kelangsungan pekerjaan, serta jaminan Kata kinerja merupakan terjemahan
hari tua. dari performance dalam bahasa inggris,
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs), yaitu artinya pertunjukkan, pembuatan, daya
kebutuhan persahabatan, afiliasi dan guna, prestasi dan hasil. Menurut Sentono
interaksi yang lebih erat dengan orang (1999), kinerja adalah hasil kerja yang
lain. Dalam organisasi akan berkaitan dapat dicapai oleh seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi sesuai kelompok, kemampuan bekerja diluar
dengan wewenang dan tanggung jawab kelompok, kemampuan menjalin
masing-masing dalam rangka upaya komunikasi dengan atasan dan
mencapai tujuan organisasi yang kemampuan memberi bimbingan dan
bersangkutan secara legal, tidak melanggar penjelasan kepada karyawan lini.
hukum dan sesuai dengan moral maupun
etika. Mangkunegara (2007) menyatakan Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
bahwa kinerja karyawan adalah hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai Gaya
oleh seseorang karyawan dalam Kepemimpinan
melaksanakan tugasnya sesuai dengan (X1)
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Donnely et al. (1996), kinerja Komunikasi Kinerja
merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam Internal (X2) Pegawai (Y)
melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah Motivasi Kerja
ditetapkan. Menurut Sentono (1999) (X3)
menyatakan bahwa ukuran-ukuran yang
digunakan dalam penilaian kinerja yaitu
Gambar 1 Model Penelitian
sebagai berikut:
1. Kualitas pekerjaan
H1 : Gaya kepemimpinan, komunikasi
Kualitas pekerjaan meliputi
internal dan motivasi kerja secara
pemahaman dan penguasaan tugas,
simultan berpengaruh signifikan
kebutuhan terhadap instruksi-instruksi
terhadap kinerja pegawai kantor
pelaksanaan tugas, kemampuan dalam
Kecamatan Grogol Petamburan
memecahkan masalah, ketelitian dalam
Jakarta Barat.
tugas, efisiensi waktu, tenaga dan
H2 : Gaya kepemimpinan, komunikasi
biaya dalam melaksanakan tugas,
internal dan motivasi kerja secara
ketekunan dan kedisiplinan dalam
parsial berpengaruh signifikan
melaksanakan tugas, kemampuan
terhadap kinerja pegawai kantor
dalam bekerja sendiri, tanggung jawab,
Kecamatan Grogol Petamburan
kepemimpinan, kecakapan dalam
Jakarta Barat.
menggunakan peralatan, kemampuan
memperbaiki peralatan kerja.
METODE PENELITIAN
2. Kuantitas pekerjaan
Kuantitas pekerjaan meliputi
Objek Penelitian
kemampuan menyelesaikan seluruh
Pada penelitian ini yang menjadi
pekerjaan yang ditugaskan dan
objek penelitian adalah kantor Kecamatan
kemampuan untuk menyelesaikan
Grogol Petamburan yang berada di Jl.
pekerjaan melebihi yang ditugaskan.
Tanjung Duren Barat IV No. 2 Jakarta
3. Ketepatan waktu kerja
Barat.
Ketepatan waktu kerja meliputi
ketepatan waktu dalam menyelesaikan
Jenis Data
tugas, ketepatan waktu dalam
Penelitian ini menggunakan data
kehadiran, ketepatan waktu dalam
yang diperoleh melalui responden, dimana
istirahat dan pulang kantor dan tingkat
responden memberikan respon tertulis
kehadiran.
sebagai tanggapan atas pernyataan yang
4. Kerjasama dengan rekan kerja
diberikan. Adapun jenis data yang
Kerjasama dengan rekan kerja meliputi
digunakan dalam penelitian ini adalah.
kemampuan bekerjasama didalam
1. Data Primer 4 indikator, Komunikasi Internal (X2)
Data primer dalam penelitian ini terdiri dari 5 indikator, Motivasi Kerja (X3)
mengenai pendapat responden tentang terdiri dari 5 indikator dan Kinerja (Y)
gaya kepemimpinan, komunikasi terdiri dari 6 indikator.
internal, motivasi kerja, dan kinerja
pegawai yang diperoleh secara Metode Analisis Data
langsung dari responden dengan
memberikan tanggapan atas pernyataan Uji Validitas
yang terdapat dalam kuesioner. Uji validitas digunakan untuk
2. Data Sekunder mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.
Data sekunder dalam penelitian ini Suatu kuesioner dikatakan valid jika
diperoleh secara tidak langsung pertanyaan mampu untuk mengungkapkan
melalui perantara (diperoleh dan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
dicatat oleh pihak lain). Dalam tersebut (Ghozali, 2005). Uji validitas
penelitian ini, data sekunder yang dilakukan dengan menggunakan metode
dimaksud adalah data mengenai Pearson Correlation, yang merupakan
gambaran umum kantor Kecamatan korelasi antara skor item dengan skor total
Grogol Petamburan Jakarta Barat. masing-masing variabel. Secara statistik,
angka korelasi bagian total yang diperoleh
Teknik pengukuran data yang harus dibandingkan dengan angka dalam
digunakan adalah skala likert. Teknik ini tabel r tabel. Apabila nilai r hitung lebih
merupakan pemberian skala pernyataan besar dari r tabel maka kuesioner tersebut
sikap yang menggunakan distribusi respon dapat dikatakan valid dan sebaliknya.
sebagai dasar penentuan nilai skalanya.
Selanjutnya pilihan jawaban responden Uji Reliabilitas
diberi skor. Skor yang diberikan atas Uji reliabilitas yaitu uji untuk
masing-masing tanggapan adalah berkisar menunjukkan sejauh mana suatu hasil
dari 1 sampai 5 dengan pilihan jawaban pengukuran relatif konsisten apabila
yang terdiri dari Sangat Tidak Setuju pengukuran diulangi dua kali atau lebih.
(STS), Tidak Setuju (TS), Netral (N), Uji reliabilitas dilakukan dengan
Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS). menggunakan teknik Alpha Cronbach dan
membandingkan koefisien Alpha dengan
Populasi dan Teknik Penentuan Sampel koefisien R yaitu 0,6 (Ghozali, 2005). Bila
Populasi dalam penelitian ini yaitu koefisien Alpha lebih besar dari koefisien
pegawai kantor Kecamatan Grogol R, maka alat penelitian (kuesioner) yang
Petamburan Jakarta Barat sebanyak 35 diuji adalah reliabel dan sebaliknya.
orang. Teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah sampling jenuh atau Uji Asumsi Klasik
sensus, dimana semua anggota populasi Uji ini dilakukan untuk memenuhi
dijadikan sampel (Sugiyono,2009). syarat agar syarat persamaan yang
diperoleh model regresi dapat diterima. Uji
Variabel Penelitian asumsi klasik ini terdiri dari:
Dalam Penelitian ini terdapat 4 1. Uji Normalitas, Model regresi yang
variabel yaitu 3 variabel bebas yang terdiri memenuhi uji normalitas jika dalam
dari Gaya Kepemimpinan (X1), grafik P-P Plot datanya menyebar di
Komunikasi Internal (X2), serta Motivasi sekitar garis diagonal dan mengikuti
Kerja (X3) dan 1 variabel terikat yaitu arah garis diagonal (Kuncoro, 2001).
Kinerja (Y). Indikator yang digunakan 2. Uji Multikolinieritas, untuk menguji
untuk masing-masing variabel antara lain apakah pada model regresi ditemukan
untuk Gaya Kepemimpinan (X1) terdiri dari adanya korelasi antar variabel bebas.
Adapun pedoman suatu model regresi Uji Simultan
yang bebas multikolinieritas adalah Uji Simultan (Uji F) dilakukan untuk
VIF di bawah 10 dan tolerance lebih mengetahui seberapa jauh pengaruh
besar dari 0.1 (Santoso,2000). variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
3. Uji Heteroskedastisitas, untuk menguji (Y) secara simultan. Adapaun kriteria
apakah pada model regresi ditemukan penentuan nilai uji F adalah dengan tingkat
adanya ketidaksamaan varian dari signifikan sebesar 5% dengan degree of
suatu pengamatan ke pengamatan lain. freedom (derajat keyakinan) df1=k-1 dan
Model regresi yang baik jika dalam df2= n-k-1 akan diperoleh nilai F tabel dan
grafik scatterplot tidak ada pola yang kemudian dibandingkan dengan nilai F
jelas, serta titik-titik menyebar diatas hitung. Dengan menggunakan SPSS, hasil
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y F hitung dapat dilihat pada tabel ANOVA.
(Santoso, 2000). Jika F hitung lebih besar dari F tabel, maka
4. Uji Autokorelasi, salah satu cara untuk Ho ditolak dan Ha diterima. Jika F hitung
mendeteksi masalah autokorelasi lebih kecil dari F tabel, maka Ho diterima
adalah uji Durbin Watson (DW). Jika dan Ha ditolak.
koefisien DW = 2, maka tidak terjadi
autokorelasi sempurna. Jika nilai DW Koefisien Determinasi (R2)
diantara 1,5 sampai 2,5 maka data Koefisien determinasi dalam regresi
tidak mengalami autokorelasi, tetapi linier berganda digunakan untuk
jika nilai DW 0 sampai 1,5 disebut mengetahui persentase sumbangan
memiliki autokorelasi positif, dan jika pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3) secara
DW lebih besar dari 2,5 sampai 4 serentak terhadap variabel terikat (Y).
disebut memiliki autokorelasi negatif Koefisien ini menunjukkan seberapa besar
(Setiaji, 2004). persentase variasi variabel bebas yang
digunakan mampu menjelaskan variasi
Analisis Regresi Linier Berganda variabel terikat.

Analisis regresi bertujuan untuk Uji Parsial


mengetahui pengaruh variabel bebas Uji ini digunakan untuk mengetahui
terhadap variabel terikat. Analisis ini apakah variabel-variabel bebas dapat
menunjukkan bahwa variabel terikat akan mempengaruhi variabel terikat, maka
bergantung (terpengaruh) pada lebih dari diperlukan pengujian hipotesis statistik
satu variabel bebas. Persamaan regresi secara parsial dengan menggunakan Uji
linier berganda dalam penelitian ini adalah Parsial (Uji t). Uji ini membandingkan
sebagai berikut: antara nilai t hitung dari masing-masing
variabel dengan t tabel. Jika t hitung lebih
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e besar dari t tabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Jika t hitung lebih kecil dari t
Dimana: tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Y = Kinerja pegawai
a = Konstanta HASIL DAN PEMBAHASAN
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X1 = Gaya kepemimpinan Karakteristik Responden
X2 = Komunikasi internal Dalam penelitian ini, karakteristik
X3 = Motivasi kerja responden terdiri dari jenis kelamin, usia,
e = Error pendidikan terakhir dan masa kerja. Hasil
penelitian dapat dilihat pada gambar
berikut ini.
0.514. Besar r tabel dapat dilihat pada
lampiran yaitu pada r tabel product moment
dengan tingkat signifikan 5%. Hasil uji
validitas menunjukkan bahwa semua
indikator yang dipakai dalam penelitian ini
dinyatakan valid.
Gambar 2 Karakteristik berdasarkan Jenis
Kelamin Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik Cronbach Alpha. Dari
hasil pengolahan data diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa variabel yang dipakai
dalam penelitian ini adalah reliabel. Hal ini
ditunjukkan dengan besarnya nilai
Cronbach Alpha per variabel lebih besar
dari standar alpha 0.6 (Ghozali, 2001).
Hasil uji reliabilitas dari semua variabel
menunjukkan bahwa semua variabel
memiliki nilai Cronbach Alpha lebih besar
Gambar 3 Karakteristik berdasarkan Usia
dari 0.6, maka semua variabel dinyatakan
reliabel.

Deskripsi Variabel Penelitian


Deskripsi variabel penelitian
menggambarkan nilai masing-masing
variabel dilihat dari mean, standar deviasi,
median, modus, minimum dan maksimun.
Deskripsi variabel penelitian yang akan
Gambar 4 Karakteristik berdasarkan dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari
Pendidikan Terakhir variabel gaya kepemimpinan, komunikasi
internal, motivasi kerja dan kinerja.

Variabel Gaya Kepemimpinan


Variabel gaya kepemimpinan pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan
4 pernyataan yang mempresentasikan
indikator-indikator dari variabel tersebut.
Hasil penelitian yang diperoleh dari
Gambar 5 Karakteristik berdasarkan Masa pengumpulan data tentang gaya
Kerja kepemimpinan (X1), skor terendah
(minimum) adalah 10 dan skor tertinggi
Uji Validitas (maksimum) adalah 20, dengan range
sebesar 10, sedangkan jumlah data
Menurut Ghozali (2006), uji validitas sebanyak 35. Mean 17.11, median 18,
digunakan untuk mengukur valid tidaknya modus 18, standar deviasi 2.610 dan sum
suatu kuesioner. Uji signifikansi dilakukan 599.
dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel untuk degree of freedom (df) Variabel Komunikasi Internal
= n – 2. Besar r tabel pada penelitian ini Variabel komunikasi internal pada
adalah sebesar ((n-2);a) = ((15-2); 5%) = penelitian ini diukur dengan menggunakan
5 pernyataan yang mempresentasikan Hasil uji normalitas dalam penelitian
indikator-indikator dari variabel tersebut. ini menunjukkan bahwa data
Hasil penelitian yang diperoleh dari berdistribusi normal karena pada grafik
pengumpulan data tentang komunikasi P-P Plot data menyebar dan mengikuti
internal (X2), skor terendah (minimum) arah garis diagonal.
adalah 14 dan skor tertinggi (maksimum) B. Uji Multikolinieritas
adalah 25, dengan range sebesar 11, Adapun pedoman suatu model regresi
sedangkan jumlah data sebanyak 35. Mean yang bebas multikolinieritas adalah
20.83, median 21, modus 21, standar nilai VIF dibawah 10 dan tolerance
deviasi 2.256 dan sum 729. lebih besar dari 0.1. Dalam penelitian
ini menghasilkan nilai VIF dibawah 10
Variabel Motivasi Kerja dan nilai tolerance diatas 0.1, maka
Variabel motivasi kerja pada dinyatakan tidak terdapat
penelitian ini diukur dengan menggunakan multikolinieritas.
5 pernyataan yang mempresentasikan C. Uji Heteroskedastisitas
indikator-indikator dari variabel tersebut. Menurut Santoso (2000), gejala
Hasil penelitian yang diperoleh dari heteroskedastisitas dapat dideteksi
pengumpulan data tentang motivasi kerja dengan melihat ada tidaknya pola
(X3), skor terendah (minimum) adalah 17 tertentu pada grafik Scatterplot. Hasil
dan skor tertinggi (maksimum) adalah 25, uji heteroskedastisitas menunjukkan
dengan range sebesar 8, sedangkan jumlah bahwa titik-titik yang terdapat pada
data sebanyak 35. Mean 20.97, median 20, grafik Scatterplot tidak membentuk
modus 20, standar deviasi 2.256 dan sum pola yang jelas dan menyebar diatas
734. dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.
Oleh karena itu dinyatakan tidak
Variabel Kinerja terjadi heteroskedastisitas.
Variabel kinerja pada penelitian ini D. Uji Autokorelasi
diukur dengan menggunakan 6 pernyataan Cara menguji autokorelasi dengan
yang mempresentasikan indikator-indikator menggunakan uji Durbin Watson
dari variabel tersebut. Hasil penelitian yang (DW) dengan ketentuan jika koefisien
diperoleh dari pengumpulan data tentang DW = 2, maka tidak terjadi
kinerja (Y), skor terendah (minimum) autokorelasi sempurna. Jika nilai DW
adalah 17 dan skor tertinggi (maksimum) diantara 1.5 sapai 2.5 maka data tidak
adalah 25, dengan range sebesar 8, mengalami autokorelasi, tetapi jika
sedangkan jumlah data sebanyak 35. Mean nilai DW 0 sampai 1.5 maka memiliki
21.46, median 22, modus 22, standar autokorelasi positif dan jika nilai DW
deviasi 1.868 dan sum 757. lebih besar dari 2.5 disebut memiliki
autokorelasi negatif. Uji autokorelasi
Uji Asumsi Klasik dalam penelitian ini menghasilkan nilai
Uji ini dilakukan untuk memenuhi DW sebesar 1.897, berarti tidak
syarat agar syarat persamaan yang terdapat autokorelasi.
diperoleh model regresi dapat diterima. Uji
asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, Regresi Linier Berganda
multikolinieritas, heterokedastisitas dan
autokorelasi. Pengaruh Simultan
A. Uji Normalitas Analisis regresi berganda bertujuan
Model regresi yang memenuhi asumsi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
normalitas jika dalam grafik P-P plot, terhadap variabel terikat. Data dalam
data menyebar disekitar garis diagonal penelitian ini diolah dengan menggunakan
dan mengikuti arah garis diagonal.
SPSS versi 16 dan hasil persamaan regresi sebesar 0.742. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagai berikut. persentase sumbangan pengaruh variabel
bebas (gaya kepemimpinan, komunikasi
Y = 4.728+0.322X1+0.201X2+0.334X3 + e internal, motivasi kerja) terhadap variabel
terikat (kinerja) sebesar 74.2%. Sedangkan
Dimana : sisanya sebesar 25.8% dipengaruhi atau
Y = Kinerja dijelaskan oleh variabel lain misalnya
X1 = Gaya Kepemimpinan budaya organisasi, lingkungan organisasi,
X2 = Komunikasi Internal disiplin kerja.
X3 = Motivasi Kerja
e = error Pengaruh Parsial
Untuk mengetahui apakah variabel-
Uji F menunjukkan apakah semua variabel independen dapat mempengaruhi
variabel bebas mempunyai pengaruh secara variabel dependen, maka diperlukan
bersama-sama atau simultan terhadap pengujian hipotesis statistik secara parsial
varaibel terikat (Kuncoro, 2001). dengan menggunakan uji t (t test).
Hipotesis: Hipotesis:
Ho : Gaya kepemimpinan, komunikasi Ho: Gaya kepemimpinan, komunikasi
internal, dan motivasi kerja secara internal, dan motivasi kerja secara
simultan tidak berpengaruh signifikan parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai kantor terhadap kinerja pegawai kantor
Kecamatan Grogol Petamburan Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat. Jakarta Barat.
Ha : Gaya Kepemimpinan, komunikasi Ha : Gaya kepemimpinan, komunikasi
internal dan motivasi kerja secara internal, dan motivasi kerja secara
simultan berpengaruh signifikan parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai kantor terhadap kinerja pegawai kantor
Kecamatan Grogol Petamburan Kecamatan Grogol Petamburan
Jakarta Barat. Jakarta Barat.

Berdasarkan hasil perhitungan Berdasarkan hasil perhitungan


statistik melalui SPSS versi 16 dapat statistik melalui SPSS versi 16 dapat
diketahui bahwa nilai F hitung sebesar diketahui bahwa nilai t hitung variabel gaya
29.750 lebih besar dari nilai F tabel (2.92) kepemimpinan (X1) sebesar 4.357,
dan nilai signifikan 0.000. Maka komunikasi internal (X2) sebesar 2.230 dan
kesimpulan yang dapat diambil adalah Ho motivasi kerja (X3) sebesar 3.814. Hasil t
ditolak dan Ha diterima, yang artinya gaya hitung dari masing-masing variabel
kepemimpinan, komunikasi internal, dan semuanya memiliki nilai yang lebih besar
motivasi kerja secara simultan berpengaruh dari t tabel sebesar 1.689 . Dengan
signifikan terhadap kinerja pegawai kantor menggunakan taraf signifikan sebesar 5%
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta (0.05), nilai signifikan tersebut lebih kecil
Barat. dari batas signifikan yang digunakan, maka
kesimpulan yang diambil adalah Ho ditolak
Koefisien Determinasi (R2) dan Ha diterima yang berarti gaya
Koefisien ini menunjukkan seberapa kepemimpinan, komunikasi internal dan
besar persentase variasi variabel bebas motivasi kerja secara parsial berpengaruh
yang digunakan mampu menjelaskan signifikan terhadap kinerja pegawai kantor
variasi variabel terikat. Berdasarkan hasil Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
perhitungan statistik melalui SPSS versi 16 Barat.
dapat diketahui bahwa nilai R Square
Variabel yang Paling Dominan pegawai. Namun, faktor motivasi kerja dan
Dari ketiga variabel bebas dalam komunikasi internal juga harus diperhatikan
penelitian ini, variabel yang paling karena kedua faktor tersebut juga dapat
dominan dalam memengaruhi kinerja berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
pegawai adalah gaya kepemimpinan (X1) pegawai.
sebesar 0.449, diikuti oleh variabel
motivasi kerja (X3) sebesar 0.403 dan DAFTAR PUSTAKA
komunikasi internal (X2) sebesar 0.255. Arifin, Bey. 2005. “Pengaruh Faktor-faktor
Kepuasan Komunikasi terhadap
Kinerja Karyawan”. Jurnal Studi
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
Manajemen dan Organisasi. Vol.2.
No.1. 16-34.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis
Bashor, Choirul. 2007. “Pengaruh Motivasi
sebelumnya, maka dapat disimpulkan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan
bahwa.
PT. Semen Gresik. Tuban dengan
1. Gaya kepemimpinan, komunikasi
Variabel Moderator Etos Kerja
internal, dan motivasi kerja secara
Spiritual”. Jurnal Manajemen,
simultan berpengaruh signifikan
Akuntansi dan Bisnis. Vol.5. No.3.
terhadap kinerja pegawai kantor
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Bitterl, Lester R. dan John W. Newstrom.
Barat.
1994. Pedoman Bagi Penyelia
2. Gaya kepemimpinan, komunikasi
(Terjemahan). Pustaka Binaman
internal, dan motivasi kerja secara
Pressindo. Jakarta.
parsial berpengaruh signifikan
terhadap kinerja pegawai kantor
Brahmasari, Ida Ayu dan Agus Suprayetno.
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
2008. “Pengaruh Motivasi Kerja,
Barat.
Kepemimpinan dan Budaya
3. Variabel yang paling dominan dalam
Organisasi terhadap Kepuasan
memengaruhi kinerja pegawai kantor
Kerja Karyawan Serta Dampaknya
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Pada Kinerja Perusahaan (Studi
Barat adalah variabel gaya
Kasus Pada PT. Pei Hai
kepemimpinan, diikuti oleh variabel
Internasional Wiratama Indonesi)”.
motivasi kerja dan komunikasi
Jurnal Manajemen dan
internal.
Kewirausahaan. Vol.10. No.2. 124-
135.
Implikasi
Implikasi dari penelitian ini adalah
Buchori, Zainun. 2004. Manajemen dan
Camat Grogol Petamburan Jakarta Barat
Motivasi. Balai Aksara. Jakarta.
sebaiknya tetap mempertahankan gaya
kepemimpinan yang digunakan saat ini
Ciptono, Agus dan Zulian Yamit. 2005.
karena dapat meningkatkan kinerja para
“Pengaruh Motif Berprestasi, Motif
pegawainya. Selain itu hasil penelitian ini
Berafiliasi dan Motif Kekuasaan
juga dapat dijadikan sebagai contoh oleh
terhadap Kinerja Pekerja Pada
camat baru yang nantinya memimpin di
Kantor BRI Unit Cabang Sleman.
kantor Kecamatan Grogol Petamburan
Kajian Bisnis dan Manajemen.
Jakarta Barat terutama dalam menggunakan
Edisi Khusus on Human Resources.
gaya kepemimpinan. Karena dari hasil
59-72.
penelitian ini menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan adalah faktor yang paling
berpengaruh dalam meningkatkan kinerja
Daft, Richard L. 2001. Organization Handoko, T. Hani. 1992. Manajemen
Theory and Design. South Westen Personalia dan Sumber Daya
College Publishing. Manusia. Edisi Kedua. BPFE UGM.
Yogyakarta.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1985.
Human Behaviour at Work : Harlen, H. 2009. “Pengaruh Motivasi,
Organizational Behaviour. Kemampuan dan Lingkungan
Mc.Grav-Hill Inc. New York. Organisasi terhadap Kinerja
Karyawan (Studi Pada PT. XYZ,
Deddy, Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi: Perusahaan Perkebunan Swasta
Suatu Pengantar. Remaja Nasional di Pekanbaru, Riau)”.
Rosdakarya. Bandung. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol.7
No. 2. 293-304.
Djati, Sundring Pantja. 1999. “Pengaruh
Variabel-Variabel Motivasi Hasibuan, Malayu SP. 1995. Manajemen
terhadap Produktivitas Tenaga Sumber Daya Manusia Dasar dan
Kerja Karyawan pada Industri Kunci Keberhasilan. Haji Mas
Rumah Tangga di Kabupaten Agung. Jakarta.
Sidoarjo”. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan. Vol.1 No.1. 22-35. Heidjerahman dan Su’ad Husnan. 1996.
Manajemen Personalia. BPFE
Dubrin, Andrew J. 2005. Leadership UGM. Yogyakarta.
(Terjemahan). Edisi Kedua. Prenada
Media. Jakarta. Hersey, Paul Kenneth, H. Blanchard, dan
Dewey E. Johnson. 2001.
George, J.M., and G.R. Jones. 2002. Management of Organization. New
Understanding and Managing Jersey: Prentice Hall International
Organizational gBehavior. Prentice Inc.
Hall. New Jersey.
House, R.J. 1971. A Path Goal Theory of
Ghozali, Imam. 2001. Analisis Leader Effectiveness.
Multivariate. Badan Penerbit Administrative Science Quarterly.
UNDIP. Semarang. 321-338.

. 2005. Aplikasi Analisis Jubaedah, Edah. 2009. “Analisis Hubungan


Multivariate dengan Program SPSS. Gaya Kepemimpinan dan
Badan Penerbit UNDIP. Semarang. Kompetensi Komunikasi dalam
Organisasi”. Jurnal Ilmu
Gibson, James L., John M. Ivancevich dan Administrasi. Vol.VI. No.4. 371-
James H. Donnelly, Jr. (1996). 380.
Organisasi, Perilaku, Struktur,
Proses, (Alih Bahasa Nunuk Kartika, Endo Wijaya dan Thomas S.
Adiarni). Penerbit Binarupa Aksara. Kaihatu. 2010. “Analisis Pengaruh
Jakarta. Motivasi Kerja terhadap Kepuasan
Kerja (Studi Kasus Pada Karyawan
Hadari, Nawawi. 2003. Manajemen Restoran Di Pakuwon Food Festival
Sumber Daya Manusia untuk Bisnis Surabaya)”. Jurnal Manajemen dan
yang Kompetitif. Gajah Mada Kewirausahaan. Vol.12. No.1. 100-
University Press. Yogyakarta. 112.
Kuncoro, Mudrajad. 2001. Metode terhadap Kinerja Karyawan Pada
Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk PT. Panen Lestari Internusa
Bisnis dan Manajemen. UPP AMP Medan”. Jurnal Ilmu Manajemen
YKPB. dan Bisnis. Vol.III. No.1. 26-29.
Universitas Negeri Medan.
Lewa, Eka Idham Lip K. 2005. “Pengaruh
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Nasution, Mulia. 1994. Manajemen
fisik dan Kompensasi terhadap Personalia, Aplikasi dalam
Kinerja Karyawan di PT. Pertamina Perusahaan. Djambatan. Jakarta.
(Persero) Daerah Operasi Hulu
Jawa Bagian Barat Cirebon”. Kajian Nitisemito, Alex. 1998. Manajemen
Bisnis dan Manajemen. Edisi Personalia (Manajemen Sumber
Khusus on Human Resources. Daya Manusia). Ghalia Indonesia.
ISSN:1978-3116. 195-216. Jakarta.

Lussier, Robert N. 1996. Human Relation Nursada, I., Alhabsji, T., Al Musadieq.
in Organization;a skill Building 2008. “Pengaruh Motivasi Kerja,
Approach. Richard D. Irwin Inc. Kemampuan Kerja, Gaya
Kepemimpinan Situasional dan
Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Disiplin Kerja terhadap Prestasi
Edisi Kesepuluh. Penerbit Andi. Kerja Karyawan”. Jurnal Ekonomi
Jakarta. dan Bisnis. Vol.6. No.2. 108-115.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Prawirosentono, Suyadi. 1999. Manajemen


Evaluasi Kinerja Sumber Daya Sumber Daya Manusia: Kebijakan
Manusia. Refika Aditama. Kinerja Karyawan. BPFE.
Bandung. Yogyakarta.

Maslow, A. 1994. Motivasi dan Ruvendi, Ramlan. 2005. “Imbalan dan


Kepribadian, Terjemahan. Pustaka Gaya Kepemimpinan Pengaruhnya
Binaman Pressindo. Jakarta. terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
di Balai Besar Industri Hasil
Mathis, R.L dan Jackson. 2001. Human Pertanian Bogor”. Jurnal Ilmiah
Resource Management Binaniaga. Vol.01. No.1 17-26.
(Terjemahan) Buku 1. Edisi
Kesembilan. Salemba Empat. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan
Jakarta. SPSS Statistik Parametrik. Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Muhammad, Arni. 2001. Komunikasi
Organisasi. Bumi Aksara. Jakarta. Setiaji, Bambang. 2004. Panduan Riset
dengan Pendekatan Kuantitatif.
Musafir. 2007. “Pengaruh Kemampuan dan Program Pasca Sarjana UMS.
Motivasi terhadap Kinerja Pegawai Surakarta.
Pemerintah Propinsi Gorontalo”.
Jurnal Ichsan Gorontalo Vol.2. Siagian, Sondang P. 1993. Manajemen
No.3. 1104-1118. Universitas Sumber Daya Manusia. PT. Toko
Ichsan Gorontalo. Gunung Agung. Jakarta.

Mutmainnah, Sri. 2008. “Pengaruh . 1995. Teknik


Motivasi dan Disiplin Kerja Menumbuhkan dan Menekan
Perilaku Organisasi. CV.Haji Sunarni, Theresia dan Veni Istanti. 2007. “
Masagung. Jakarta. Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi
Kerja terhadap Kinerja Karyawan di
. 2003. Manajemen PT. Interbis Sejahtera Palembang”.
Sumber Daya Manusia. Bumi Jurnal Teknik Industri. Vol. 7 No. 2
Aksara. Jakarta. 21-30.

Sudiro, Achmad dan Nona F. A. Tampubolon, Biatna D. 2007. “Analisis


Sumanang. 2005. “Pengaruh Faktor Gaya Kepemimpinan dan
Komunikasi yang Efektif dalam Faktor Etos Kerja terhadap Kinerja
Organisasi terhadap Kepuasan Pegawai Pada Organisasi yang
Kerja Karyawan Pada Bagian Telah Menerapkan SNI 19-9001-
Produksi (Studi Pada PT. Tirta 2001. Jurnal Standarisasi. No.9.
Investama Pandaan). Jurnal 106-115.
Aplikasi Manajemen. Vol.3 No.3.
204-211. Timpe, Dale. 1992. Seni Ilmu dan Seni
Manajemen Bisnis (Memimpin
Sudardjat, Giri Yani Djaja. 2007. Manusia). PT.Elex Media
“Hubungan Gaya Kepemimpinan Komputindo. Jakarta.
dan Insentif terhadap Produktivitas
Kerja pada PT. Recapital Securities Triyaningsih, SL. dan Wiharso. 2007.
di Jakarta”. Jurnal Manajemen “Pengaruh Motivasi Kerja dan Gaya
Publik dan Bisnis. 20-36. Kepemimpinan terhadap Kinerja
Penghulu”. Jurnal Manajemen
Sukmawati, Ferina. 2008. “Pengaruh Sumber Daya Manusia. Vol.2.
Kepemimpinan, Lingkungan Kerja No.2. 44-53.
Fisik dan Kompensasi terhadap
Kinerja Karyawan di PT. Pertamina Widodo, Untung. 2006. “Analisis Pengaruh
(Persero) UPMS III Terminal Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan
Transit Utama Balongan, Kerja terhadap Kinerja Bawahan
Indramayu”. Jurnal Ekonomi dan (Studi Empiris pada Perguruan
Bisnis. Vol.2 No. 3. 175-194. Tinggi Swasta di Kota Semarang)”.
Fokus Ekonomi. Vol.1. No.2. 92-
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. 108.
Alphabeta. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai