Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ilyas Abi Setiana

Kelas/No : XI MIPA 4/11

PPKn Hal 204 (Mari Menganalisis Kasus)


Jawaban:
1. a) Kronologi persengketaan Pulau Sipadan dan Ligitan

Persengketaan antara Indonesia dengan Malaysia mencuat pada tahun 1967. Dalam pertemuan
teknis hukum laut antara kedua negara, baik Indonesia maupun Malaysia sama-
sama memasukkan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan ke dalam batas-batas wilayahnya. Dikutip
dari Wikipedia Indonesia, kedua negara lalu sepakat Pulau Sipadan dan Ligitan dinyatakan
dalam keadaan status quo. Namun ternyata pengertian ini berbeda.

Indonesia mengartikan bahwa status quo berarti Sipadan dan Ligitan tidak boleh
ditempati/diduduki sampai persoalan atas kepemilikan dua pulau itu selesai. Sedangkan Malaysia
memahami status quo sebagai tetap berada di bawah pemerintahannya sampai persengketaan
selesai. Malaysia pun membangun resor pariwisata baru yang dikelola pihak swasta Malaysia di
pulau sengketa itu.

b) Kronologi perselisihan di Blok Ambalat.

Konflik Ambalat bermula sejak tahun 1969. Indonesia dan Malaysia menandatangani Perjanjian
Tapal Batas Landas Kontinen pada tanggal 27 Oktober 1969. Indonesia meratifikasi perjanjian
tersebut pada tanggal 7 November 1969 (Bakhtiar, 2011). Malaysia memasukkan Ambalat ke
dalam wilayahnya pada tahun 1979 secara sepihak. Klaim Malaysia atas Ambalat waktu menuai
protes negara-negara tetangga seperti Singapura, Filipina, China, Thailand, Vietnam dan Inggris.

Indonesia kemudian mengleuarkan protes pada tahun 1980 atas pelanggaran tersebut. Klaim
Malaysia atas blok Ambalat ini dinilai sebagai keputusan politis yang tidak memiliki dasar
hukum (Gambaran Historik Sengketa di Perairan Ambalat, hal. 65). Menurut Indoensia, garis
batas yang ditentukan Malaysia melebihi ketentuan garis ZEE yang telah diatur sejauh 200 mil
laut. Klaim Malaysia atas Ambalat disebabkan kandungan minyak bumi yang ada di blok ini.

2. Apakah dapat mengancam keutuhan wilayah negara kita?

Ya, karena hal tersebut berupa perebutan wilayah sehingga bisa saja dapat memicu
terjadinya peperangan antar negara.

3. Yang dilakukan pemerintah dan hasilnya

a. Pulau Sipadan dan Ligitan

Pemerintah Indonesia yang juga merasa memiliki pulau-pulau itu segera mengirim protes
ke Kuala Lumpur meminta agar pembangunan di sana dihentikan. Alasannya, Sipadan
dan Ligitan itu masih dalam sengketa dan belum diputus siapa pemiliknya. Hasilnya
Mahkamah Internasional (MI) memenangkan Malaysia dalam kasus sengketa Pulau
Sipadan dan Ligitan dengan Indonesia. Keputusan tersebut dibacakan Ketua Pengadilan
Gilbert Guillaume di Gedung MI Den Haag, Belanda pada Selasa 17 Desember 2002.

b. Blok Ambalat

Indonesia kemudian mengleuarkan protes pada tahun 1980 atas pelanggaran


tersebut. Klaim Malaysia atas blok Ambalat ini dinilai sebagai keputusan politis
yang tidak memiliki dasar hukum (Gambaran Historik Sengketa di Perairan
Ambalat, hal. 65). Menurut Indoensia, garis batas yang ditentukan Malaysia
melebihi ketentuan garis ZEE yang telah diatur sejauh 200 mil laut. Hasilnya
Indonesia tetap berpegang pada aturan UNCLOS yang menentukan bahwa batas
landas kontinen dihitung sejauh 200 mil laut dari garis pangkal (UNCLOS pasal
76) dan Zona Ekonomi Ekslusif suatu negara juga diukur sebesar 200 mil laut
(UNCLOS pasal 57). 

4. Perasaan ketika pulau Sipadan dan Ligitan lepas dari Indonesia.

Kecewa karena Indonesia tidak bisa mempertahankannya.

5. Penyebab pulau Sipadan dan Ligitan lepas.

MI menerima argumentasi Indonesia bahwa Pulau Sipadan dan Ligitan tidak pernah


masuk dalam Kesultanan Sulu seperti yang diklaim Malaysia. Namun, MI juga mengakui
klaim-klaim Malaysia bahwa mereka telah melakukan administrasi dan pengelolaan
konservasi alam di kedua pulau yang terletak di sebelah timur Kalimantan itu.

Pada babak akhir, MI menilai, argumentasi yang diajukan Indonesia mengenai


kepemilikan Sipadan dan Ligitan yang terletak di sebelah timur Pulau Sebatik,
Kalimantan Timur itu tidak relevan. Karena itu, secara defacto dan dejure, dua pulau
yang luasnya masing-masing 10,4 hektare untuk Sipadan dan 7,4 ha untuk Ligitan itu
menjadi milik Malaysia. Keputusan yang diambil melalui pemungutan suara itu bersifat
mengikat bagi Indonesia dan Malaysia. Kedua negara bertetangga itu juga tidak dapat
lagi mengajukan banding.

6. Apa yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar hal tersebut tak terulang
kembali.

Hal yang harus dilakukan adalah dengan menjaga keutuhan dan keamanan seluruh
wilayah negara Indonesia dengan melakukan penjagaan-penjaga disetiap wilayah
terutama dalam perbatasan. Selain itu juga perlu dilakukan pengendalian yang efektif di
wilayah perbatasan untuk menegakkan kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut .

Anda mungkin juga menyukai