Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KIMIA
“TEORI ASAM BASA ARRHENIUS”

GURU PEMBIMBING : MEGA SILVIA S.Pd


DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2
• RIZKA SAFINA
• SYIREN
• MOH RAFI
• SYAMSUL BAHRI
• NUR EMI

KELAS XI MIPA 3
SMA NEGERI 1 TINOMBO
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaiakan makalah Teori Asam Basa Arrhenius meskipun banyak
kekurangan di dalamnya dan juga penulis berterima kasih pada mata pelajaran
kimia yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai pembangunan dan
lingkungan. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapa saja yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenaan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi makalah ini di
waktu yang akan datang
DAFTAR ISI

SAMPUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 LATAR BELKANG.........................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................1
1.3 TUJUAN...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
2.1 PENGERTIAN TEORI ASAM BASA ARRHENIUS.....................................2
2.2 RUMUS TEORI ASAM BASA ARRHENIUS................................................4
2.3 MACAM-MACAM CONTOH TEORI ASAM BASA ARRHENIUS...........16
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
3.1 KESIMPULAN................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air murni tidak mempunyai rasa bau dan warna. Bila mengandung zat
tertentu, air dapat terasa asam, pahit, asin dan sebagainya. Air yang
mengandung zat lain dapat pula menjadi berwarna. Kita ketahui bahwa cairan
yang berasa asam di sebut larutan asam yang terasa asin di sebut, larutan
garam, sedangkan yang terasa licin dan pahit di sebut larutan basa. Di
ingatkan jangan mencicipi larutan untuk mengetahui rasanya, sebab
berbahaya.
Cara yang baik adalah mencelupkan kertas lakmus, karena lakmus dalam
larutan asam berwarna merah, dan dalam basa berwarna putih.
Sifat asam dan basa larutan tidak hanya terdapat dalam larutan air, tetapi juga
dalam larutan lain, cukup sulit mengetahui sifat asam dan basa larutan yang
sesungguhnya. Oleh sebab itu, asam dan basa dapat di jelaskan dengan teori
yang di sebut teori asam basa yaitu yang di kemukakan oleh Arrhenius dll.

1.2 Rumusan Masalah

• Apa yang di maksud dengan asam basa Arrhenius?


• Bagaimana konsep asam basa Arrhenius?
• Jelaskan teori Arrhenius?
• Apa yang dimaksud dengan kekuatan asam pOH?

1.3 Tujuan

• Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan asam basa Arrhenius


• Mengetahui konsep asam basa Arrhenius
• Mengetahui penjelasan teori dari Arrhenius
• Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kekuatan asam pOH
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Asam – Basa Arrhenius

Teori Arrhenius pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Swedia Svante


Arrhenius pada tahun 1887. Untuk menghantarkan listrik, seseorang harus
memiliki ion yang bergerak bebas. Svante Arrhenius memperhatikan bahwa
larutan asam menghantarkan listrik dengan melarutkan zat dalam larutan, yang
terdisosiasi menjadi ion. Konsep ini terkenal akhir-akhir ini, tetapi selama itu
kontroversial. Teori ini dikenal sebagai “Disosiasi elektrolitik“.
Air adalah zat netral yang tidak menghantarkan listrik. Dengan melarutkan
beberapa zat dalam air, ia menghantarkan listrik. Zat ini disebut elektrolit dan
prosesnya dikenal sebagai “Disosiasi elektrolit”.

Menurut teori Arrhenius, asam adalah zat yang memberikan ion H + saat larut
dalam larutan air. Ini meningkatkan konsentrasi ion H + dalam larutan. Basa
adalah zat yang mengionisasi ion OH– dengan melarutkannya dalam larutan air.
Konsentrasi ion OH- tinggi dalam larutan.

Arrhenius mengemukakan suatu teori dalam disertasinya (1883) yaitu bahwa


senyawa ionik dalam larutan akan terdissosiasi menjadi ion-ion penyusunnya.
Menurut Arrhenius:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menghasilkan H+ dalam air
HCl (aq) H+(aq) + Cl -(aq)
• Basa : zat/senyawa yang dapat menghasilkan OH-dalam air
NaOH (aq) Na+(aq) + OH –(aq)
• Reaksi netralisasi adalah reakai antara asam dengan basa yang menghasilkan
garam:
HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (ℓ)H+(aq) + OH – (aq) H2O (ℓ)
Keterbatasan Teori Arrhenius
Asam klorida dapat dinetralkan baik oleh larutan natrium hidroksida maupun
amonia. Pada kedua kasus tersebut, akan didapatkan larutan hasil reaksi yang
jernih yang dapat dikristalkan menjadi garam berwarna putih, baik natrium
klorida maupun amonium klorida. Kedua reaksi tersebut merupakan reaksi yang
sangat mirip. Reaksi yang terjadi adalah
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
NH3(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq)
Pada kasus reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida, ion
hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari NaOH. Hal ini sesuai
dengan teori asam-basa Arrhenius. Akan tetapi pada kasus reaksi amonia dengan
asam klorida, tidak terdapat ion hidroksida. Kita bisa mengatakan bahwa amonia
bereaksi dengan air menghasilkan ion amonium dan hidroksida, menurut reaksi
sebagai berikut:
NH3(aq) + H2O(l)
Konsep Asam Basa Arrhenius

Asam merupakan suatu zat yang mengandung hidrogen dan bila dilarutkan dalam
air terdisosiasi melepaskan ion H+ .
HCl(aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)
2HNO3(aq) → H+(aq) + NO3 - (aq)

Basa adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air menghasilkan ion hidroksida
(OH-)
NaOH → Na+(aq) + OH- (aq)
NH3 + H2O ↔ NH4+ (aq) + OH- (aq)
2.2 Rumus Teori Asam Basa Arrhenius
A. Rumus menyatakan hubungan PH dan H
pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau ke basaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksudkan “keasaman”
di sini adalah konsentrasi ion hidrogen dalam pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Derajat atau tingkat keasaman larutan bergantung pada konsentrasi H+
dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan.
Nilai pH 7 dikatakan netral karena pada air murni ion H+ terlarut dan ion
OH- terlarut (sebagai tanda kebasaan) berada pada jumlah yang sama, yaitu 10-7
pada kesetimbangan. Penambahan senyawa ion H+ terlarut dari suatu asam akan
mendesak kesetimbangan ke kiri (ion OH- akan diikat oleh H+ membentuk air).
Akibatnya terjadi kelebihan ion hidrogen dan meningkatkan konsentrasinya.

Sorensen (1868 – 1939), seorang ahli kimia dari Denmark mengusulkan


konsep pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+, yaitu sama dengan negatif
logaritma konsentrasi ion H+. Secara sistematis diungkapkan dengan persamaan
sebagai berikut :
pH = - log [H+]

Analog dengan di atas, maka :


pH = - log [OH-]
Sedangkan hubungan antara pH dan pOH adalah :
Kw = [H+] [OH-]
Kw = - log [H+] + - log [OH-]
Maka :

pKw = pH + pOH

**Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14


Atas dasar pengertian ini, maka :
1. Netral : [H+] = 1,0 x 10-7 M atau PH = 7 dan [OH-] = 1,0 x 10-7 M atau PH
=7
2. Asam : [H+] > 1,0 x 10-7 M atau PH < 7 dan [OH-] < 1,0 x 10-7 M atau
POH > 7
3. Basa : [H+] < 1,0 x 10-7 M atau PH > 7 dan [OH-] > 1,0 x 10-7 atau POH <
7

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumus sebagai berikut :


Jika [H+] = 1 x 10-n, maka pH = n
Jika [H+] = x x 10-n, maka pH = n – log x
Sebaliknya, jika pH = n, maka [H+] = 10-n

Contoh soal menyatakan hubungan pH dengan [H+]


1. Berapa pH larutan jika konsentrasi ion [H+] sebesar :
a. 1 x 10-3 b. 5 x 10-6
Jika diketahui log 2 = 0,3
Jawab :
a. [H+] = 1 x 10-3 → pH = - log (1 x 10-3)
=3
b. [H+] = 5 x 10-6 → pH = -log (5 x 10-6)
= 6 – log 5
= 6 – log 10/2
= 6 – ( log 10 – log 2)
= 5 + log 2
= 5,3
Penghitungan pH
Telah disinggung dalam pembahasan sebelumnya bahwa asam terbagi
menjadi dua, yaitu asam kuat dan asam lemah. Begitu juga pada larutan basa
terbagi menjadi dua, yaitu basa kuat dan basa lemah. Pembagian ini sangat
membantu dalam penentuan derajat keasaman (pH).

4. Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan
langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
Rumus :
[H+] = x . [HA]
pH = - log [H+]

Contoh :

• Hitung pH larutan dari 100 ml larutan 0.01 M HCl!


Jawab :
HCL → H+ + Cl-
[H+] = x . [HA]
= 1 x 0.01 M
= 10-2 M
pH = - log 10-2
pH =2
• Berapa pH dari :
a. Larutan HCL 0,1 M
b. Larutan H2SO4 0,001 M
Jawab
a. HCL → H+ + Cl- b. H2SO4 → 2 H+ + SO42-
[H+] = x . [HA] [H+] = x . [HA]
= 1 . 0,1 = 0,1 M = 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
pH = - log 0,1 = - log 10-1 pH = - log 2 x 10-3
=1 = 3 – log 2

• Hitung pH larutan dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat!

Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,1 / 2 = 0.05 M

H2SO4 → 2 H+ + SO42-

[H+] = x . [HA]
= 2 . 0.05
= 0,1 = 10-1 M
pH = - log 10-1
=1

2. Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat).
Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan menghitung konsentrasi
[H+] terlebih dahulu dengan rumus :
[H+] = √ Ka . [HA] atau [H+] = M x α

pH = - log [H+]

Ket : Ka = tetapan ionisasi asam lemah


[HA] = konsentrasi asam lemah

Contoh :

• Hitunglah pH dari 0,025 mol CH3COOH dalam 250 mL larutannya, jika


Ka =10-5 !
Jawab :
Molaritas = mol/v = 0,025/0,25 = 0.1
[H+] = √ Ka . [HA]
= √ 10-5 . 0,1
= √ 10-6
= 10-3 M
pH = - log 10-3
=3
Catatan : Semakin besar konsentrasi ion H+, semakin kecil nilai pH. Larutan
dengan pH = 1 adalah 10 kali lebih asam dari larutan dengan pH = 2.
V Hitunglah pH larutan dari HCOOH 0,05 M (Ka = 1,8 x 10-4)
Jawab :
[H+] = √ Ka . [HA] pH = - log 3 x 10-3
= √ 1,8 x 10-4 . 0,05 = 3 – log 3
= √ 9 x 10-6
= 3 x 10-3 M

• Hitunglah pH larutan H2S 0,01 jika diketahui Ka1 = 8,9 x 10-8 dan
Ka2 = 1.2 x 10-13 !
Jawab
[H+] = √ Ka . [HA]
= 8,9 x 10-8 x 0,01
= 3 x 10-5 M
pH = -log 3 x
= 5 – log 3
= 4,52

Catatan : Perhatikan bahwa asam yang dinyatakan (S) mempunyai nilai yang
relatif kecil (kurang dari 1 x , maka konsentrasi ion praktis hanya ditentukan oleh
ionisasi tahap pertama. Oleh karena itu, tinggal memasukkan data yang ada
(konsentrasi dan ) ke dalam rumus yang digunakan untuk asam lemah.

Hitunglah pH dari HCOOH 0,1 M (α = 0,01)


Jawab
[H+ ] =M x α
= 0,1 x 0,01
= 0,001 = 10-3 M
pH = - log 10-3
=3

3. Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion
seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih
dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.
Rumus :
[OH-] = x. [M(OH)] pOH = - log [OH-]

pH = 14 – pOH
pH larutan basa kuat dapat ditentukan dengan alur sebagai berikut.
· Tentukan [OH-] berdasarkan perbandingan koefisien
· Tentukan pOH dengan rumus pOH = - log [OH-]
· Tentukan pH berdasarkan pH = 14 – pOH

Contoh :
• Hitung pH dari :
a. 100 mL larutan KOH 0,1 M ! b. Larutan Ca(OH)2 0,001 !

Jawab :
a. KOH → K+ + OH- [OH-] = x. [M(OH)]
= 1 . 0,1 M = 10-1 M
pOH = - log 10-1
=1
pH = 14 – pOH
= 14 – 1
= 13

b. Ca(OH)2 → Ca2+ + 2OH-


[OH-] = x. [M(OH)]
= 2 . 0,001 = 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (3-log 2)
= 11 + log 2

4. Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat
ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat),
akan tetapi harus dihitung dengan menggunakan rumus :

Rumus :
[OH-] = √Kb . [M(OH)] atau [OH-] = M x α
pOH = - log [OH-] pH = -14 – pOH

Contoh
• Hitung pH dari larutan 500 mL amonia 0,1M (Kb= 4 x 10-5

Jawab
NH4OH → NH4+ + OH-
[OH- ]= √Kb . [M(OH)]
= √ 4x 10-5 . 0,1
= √ 4 x 10-6
= 2 x 10-3 M
pOH = - log 2 x 10-3
= 3 – log 2
pH = 14 – pOH
= 14 – (3 – l0g 2)
= 11 + log 2
B. Kekuatan asam POH dan CH
Yang dimaksud dengan pOH adalah negatif dari logaritma konsentrasi
OH– dalam larutan. pOH kadang-kadang digunakan sebagai satuan ukuran
konsentrasi ion hidroksida OH−. pOH tidaklah diukur secara independen, namun
diturunkan dari pH. Konsentrasi ion hidroksida dalam air berhubungan dengan
konsentrasi ion hidrogen berdasarkan persamaan
[OH−] = KW /[H+]

dengan KW adalah tetapan swaionisasi air. Dengan menerapkan kologaritma:

pOH = pKW − pH.

Sehingga, pada suhu kamar pOH ≈ 14 − pH. Namun hubungan ini tidaklah selalu
berlaku pada keadaan khusus lainnya.

pOH adalah ukuran konsentrasi ion hidroksida (OH-). Ini digunakan untuk
mengekspresikan alkalinitas suatu larutan. Larutan berair pada suhu 25 ° C dengan
pOH kurang dari 7 bersifat basa, pOH lebih besar dari 7 bersifat asam dan pOH sama
dengan 7 adalah netral.

Rumus pOH

pOH dihitung berdasarkan pH atau konsentrasi ion hidrogen ([H +]). Konsentrasi ion
hidroksida dan konsentrasi ion hidrogen terkait:

[OH-] = Kw / [H +]

Kw adalah konstanta pengionisasian air. Dengan mengambil logaritma dari kedua sisi
persamaan diperoleh:

pOH = pKw – pH

dengan memakai nilai pKw sebesar 14 diperoleh:

pOH = 14 – pH

Ada beberapa cara untuk menentukan asam dan basa, tetapi pH dan pOH masing-
masing merujuk pada konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida. “P” dalam pH dan
pOH adalah “logaritma negatif” dan digunakan untuk membuatnya lebih mudah
untuk bekerja dengan nilai yang sangat besar atau kecil. pH dan pOH hanya
bermakna jika diterapkan pada larutan berair (berbasis air). Ketika air terdisosiasi, ia
menghasilkan ion hidrogen dan hidroksida.

H2O ⇆ H+ + OH–

Saat menghitung pOH, ingat bahwa [] mengacu pada molaritas, M.

Kw = [H+][OH–] = 1×10-14 pada suhu 25°C


untuk air murni [H+] = [OH–] = 1×10-7
larutan Asam: [H+] > 1×10-7
larutan basa: [H+] < 1×10-7

Cara mencari pOH Menggunakan rumus

Ada beberapa rumus berbeda yang dapat Anda gunakan untuk menghitung pOH,
konsentrasi ion hidroksida, atau pH (jika Anda tahu pOH):

pOH = -log10[OH–]
[OH–] = 10-pOH
pOH + pH = 14 untuk setiap larutan air

Kekuatan asam merujuk pada kecenderungan suatu asam, disimbolkan dengan rumus
kimia HA, mengalami disosiasi menjadi proton, H+, dan sebuah anion, A−. Asam
kuat dalam larutan mengalami disosiasi sempurna, kecuali dalam keadaan pekatnya.

Contoh asam kuat adalah asam klorida (HCl), asam perklorat (HClO4), asam nitrat
(HNO3) dan asam su lfat (H2SO4).

Asam lemah hanya terdisosiasi sebagian, sehingga dalam larutannya terdapat


produk disosiasi dan asam yang tak terdisosiasi, yang keduanya berada dalam
kesetimbangan. Kekuatan suatu asam biasanya diukur dari konstanta disosiasi
asamnya (Ka), yang dapat ditentukan secara eksperimen melalui metode titrasi. Asam
yang lebih kuat memiliki Ka yang lebih besar dan konstanta logaritma yang lebih
kecil (pKa = −log Ka) daripada asam yang lebih lemah. Semakin kuat suatu asam,
semakin mudah ia kehilangan proton, H+. Dua faktor utama yang menyumbang
kemudahan mengalami deprotonasi adalah polaritas ikatan H—A dan ukuran atom A,
yang menentukan kekuatan ikatan H—A. Kekuatan asam juga tergantung pada
kestabilan basa konjugatnya.

Sementara nilai pKa menentukan kecenderungan suatu solut asam untuk


memindahkan proton ke pelarut standar (umumnya air atau DMSO), kecenderungan
pelarut asam untuk memindahkan proton ke solut terkaitnya (biasanya basa anilin
lemah) ditentukan berdasarkan fungsi keasaman Hammett, nilai H0. Meskipun kedua
konsep kekuatan asam ini sering dianggap sebagai kencenderungan umum suatu zat
mendonorkan proton, nilai pKa dan H0 mengukur sifat yang berbeda dan kadang-
kadang menyimpang. Misalnya, hidrogen fluorida, ketika dilarutkan dalam air (pKa =
3,2) atau DMSO (pKa = 15), memiliki nilai pKa yang menunjukkan bahwa ia
mengalami disosiasi tak sempurna dalam kedua pelarut ini, menunjukkan bahwa ia
adalah asam lemah. Namun, dalam kondisi kering, media asam, hidrogen fluorida
memiliki nilai H0 –15,[1] membuatnya memprotonasi medium dengan kekuatan
melebihi asam sulfat 100%, sehingga secara definitif, ia adalah superasam.[2] (Untuk
mencegah ketidakjelasan, istilah "asam kuat" dalam artikel ini adalah asam yang
memiliki nilai pKa < –1,74, kecuali bila disebutkan lain. Ini selaras dengan bahasa
umum yang digunakan oleh para praktisi kimia).

Ketika medium asam yang dipertanyakan adalah larutan air encer, H0


mendekati sama dengan nilai pH, yang merupakan –log dari konsentrasi H+ dalam
larutan berair. pH larutan sederhana suatu asam ditentukan oleh Ka dan konsentrasi
asam sekaligus. Untuk larutan asam lemah, ia tergantung pada derajat disosiasi, yang
dapat ditentukan melalui perhitungan kesetimbangan. Untuk larutan pekat suatu
asam, terutama asam kuat dengan pH < 0, pengukuran nilai H0 lebih baik daripada
mengukur pH-nya.

Asam kuat adalah asam yang terdisosiasi menurut reaksi berikut:

HA + S <=> SH+ + A-

dengan S mewakili molekul pelarut, seperti molekul air atau DMSO, sedemikian rupa
karena konsentrasi spesies HA yang tak terdisosiasi sangat kecil untuk diukur. Untuk
keperluan praktis, asam kuat dapat dikatakan terdisosiasi sempurna. Contoh asam
kuat adalah asam klorida. Untuk mencari pOH suatu larutan basa, caranya sama
dengan mencari pH larutan asam. Analog dengan pH, konsentrasi ion OH- dapat
ditulis dengan pOH sehingga diperoleh persamaan berikut.

pOH = - log [OH-]

Contoh soal berikut akan membuat kalian lebih paham.

Contoh Soal Menentukan nilai POH (1) :

Berapakah pOH larutan NaOH 0,01M ?

Jawab:

Jika dilarutkan dalam air, larutan NaOH akan mengalami ionisasi sebagai berikut.
NaOH (aq) → Na+(aq) + OH-(aq)

0,01 M 0,01 M 0 ,01 M

Koefisien OH- sama dengan koefisien NaOH, sehingga konsentrasi ion OH- juga
sama, yaitu 0,01 M dan pOHnya = -log 1 x 10-2 =2.

Jadi, pOH larutan NaOH adalah 2.

C. Kekuatan basa

Definisi basa menurut Arrhenius adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam H2O
atau air maka akan terurai jadi ion OH- (ion hidroksida). Ini adalah jenis ion yang
terbentuk akibat senyawa hidroksida mengikat satu elektron pada saat larut dalam
air. Basa juga bisa menetralisir asam (H+) sehingga membentuk H2O (air).

Contoh benda yang bersifat basa dalam kehidupan sehari-hari adalah


sabun. Misalnya reaksi kimia Kalium hidroksida (KOH) + air (H2O) berikut ini:
KOH + air → K+ + OH- - Beberapa sifat dari senyawa basa:

1. Licin saat disentuh kulit, karena bereaksi dengan minyak yang ada pada
permukaan kulit. Misalnya saat memakai sabun.

2. Jika direaksikan dengan asam, maka akan membentuk garam serta air

3. Mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru

4. Bersifat kaustik serta mampu melarutkan wool, sutra, dan rambut.

5. Menghantar listrik

6. Dipakai sebagai pembersih kotoran yang terdiri atas lemak dan minyak.

7. Berbentuk padat kecuali NH4OH, dan warnanya putih

8. Umumnya sukar larut dalam air kecuali NH4OH, KOH, NaOH, Ba(OH)2,
Sr(OH)2, Ca(OH)2.

- Basa kuat Pengertian basa kuat adalah senyawa basa yang akan terurai sempurna
jika terlarut dalam air. Misalnya pada senyawa: NaOH, KOH, Ba(OH)2.
- Basa lemah Pengertian basa lemah adalah senyawa basa yang tidak sempurna
proses pelarutan atau terurainya jika ada dala air. Misalnya pada senyawa basa
NaHCO3, NH4OH.

2.3 Macam-Macam Contoh Teori Asam Basa Arrhenius

Contoh soal pOH

Hitunglah [OH-] jika diketahui pH = 4,5.

pOH + pH =14
pOH + 4.5 = 14
pOH = 14 – 4.5
pOH = 9.5

[OH–] = 10-pOH
[OH–] = 10-9.5
[OH–] = 3.2 x 10-10 M

Cari konsentrasi ion hidroksida suatu larutan dengan pOH 5,90.

pOH = -log[OH–]
5.90 = -log[OH–]

Karena Anda bekerja dengan log, Anda dapat menulis ulang persamaan untuk
menyelesaikan konsentrasi ion hidroksida:

[OH-] = 10-5.90

Untuk mengatasinya, gunakan kalkulator ilmiah dan masukkan 5.90 dan gunakan
tombol +/- untuk membuatnya negatif dan kemudian tekan tombol 10x. Pada
beberapa kalkulator, Anda cukup mengambil invers log -5,90.

[OH–] = 10-5.90

Tentukan pOH larutan kimia jika konsentrasi ion hidroksida adalah 4.22 x 10-5 M.

pOH = -log [OH-]


pOH = -log [4,22 x 10-5]
Untuk menemukan jawaban ini pada kalkulator ilmiah, masukkan 4,22 x 5
(membuatnya negatif menggunakan tombol +/-), tekan tombol 10x untuk membuat
pangkat. Sekarang tekan log. Ingat jawaban Anda adalah nilai negatif (-) dari angka
ini.

pOH = – (-4.37)
pOH = 4.37

Mengapa pH + pOH = 14

Air, apakah itu air sendiri atau bagian dari larutan air, mengalami ionisasi diri yang
dapat direpresentasikan oleh persamaan:

2 H2O ⇆ H3O+ + OH–

Kesetimbangan terbentuk antara air yang tergabung dan ion hidronium (H3O+) dan
hidroksida (OH–). Ekspresi untuk konstanta kesetimbangan Kw adalah:

Kw = [H3O+][OH–]

Sebenarnya, hubungan ini hanya berlaku untuk larutan air pada suhu 25 ° C karena
saat itulah nilai Kw adalah 1 x 10-14. Jika Anda mengambil log dari kedua sisi
persamaan:

log (1 x 10-14) = log [H3O+] + log [OH–]

(Ingat, ketika angka-angka dikalikan, log-nya ditambahkan.)

og (1 x 10-14) = – 14
– 14 = log[H3O+] + log [OH–]

kalikan kedua sisi persamaan dengan -1:

14 = – log [H3O+] – log [OH–]

pH didefinisikan sebagai – log [H3O+] dan pOH didefinisikan sebagai -log [OH-],
sehingga hubungannya menjadi:

14 = pH – (-pOH)
14 = pH + Poh
Contoh soal menyatakan hubungan pH dengan [H+]

1. Berapa pH larutan jika konsentrasi ion [H+] sebesar :

a. 1 x 10-3 b. 5 x 10-6

Jika diketahui log 2 = 0,3

Jawab :

a. [H+] = 1 x 10-3 → pH = - log (1 x 10-3)

=3

b. [H+] = 5 x 10-6 → pH = -log (5 x 10-6)

= 6 – log 5

= 6 – log 10/2

= 6 – ( log 10 – log 2)

= 5 + log 2

= 5,3

Contoh soal asam kuat

Hitung pH larutan dari 100 ml larutan 0.01 M HCl!

Jawab :

HCL → H+ + Cl-

[H+] = x . [HA]

= 1 x 0.01 M

= 10-2 M
pH = - log 10-2

pH =2

Contoh soal asam lemah

Hitunglah pH larutan H2S 0,01 jika diketahui Ka1 = 8,9 x 10-8 dan

Ka2 = 1.2 x 10-13 !

Jawab

[H+] = √ Ka . [HA]

= 8,9 x 10-8 x 0,01

= 3 x 10-5 M

pH = -log 3 x

= 5 – log 3

= 4,52

Catatan : Perhatikan bahwa asam yang dinyatakan (S) mempunyai nilai yang relatif
kecil (kurang dari 1 x , maka konsentrasi ion praktis hanya ditentukan oleh ionisasi
tahap pertama. Oleh karena itu, tinggal memasukkan data yang ada (konsentrasi dan )
ke dalam rumus yang digunakan untuk asam lemah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Arrhenius menjabarkan asam sebagai zat yang ketika dimasukkan dalam


air menghasilkan ion hydronium (H+). Lebih jelasnya, asam di identikan dengan
zat yang berupa kovalen polar dan akan larut di air. Sedangkan basa menurut
Arrhenius adalah zat yang dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika
ditaruh di dalam air. Kendati bisa larut juga dalam air, basa ternyata memiliki
perbedaan dengan asam ada pada ion yang dihasilkan nantinya. Indikator
penguasaan konsep yang diperoleh ialah: menyebutkan pengertian asam basa
menurut teori asam basa Arrhenius menentukan sifat asam dan basa suatu
senyawa menurut teori asam basa, menganalisis sifat senyawa asam dan basa
menurut teori asam basa, dan berdasarkan pengamatan
DAFTAR PUSTAKA

https://ardra.biz/topik/kekuatan-asam-basa/
http://annesniwa.blogspot.com/2014/05/menghitung-ph-asam-dan-basa.html
https://blog.ub.ac.id/malbo/2014/09/22/makalah-asam-basa/
https://www.sridianti.com/kimia/teori-asam-dan-basa-arrhenius.html

Anda mungkin juga menyukai