Anda di halaman 1dari 66

Bahan Kuliah: K3 & UU Pertambangan

K3
PERTAMBANGAN

Program Studi Teknik Pertambangan


Fakultas teknik Jurusan Teknik Geologi
Universitas Hasanuddin
1
2011
DAFTAR ISI

1. Perencanaan & Operasi Tambang


2. Masalah K3 di Operasi Tambang Terbuka di Indonesia
3. Peraturan & Perundangan K3 di Pertambangan
4. Sistem Menejemen K3
5. Menejemen Darurat

2
1. PERENCANAAN &
OPERASI TAMBANG

3
TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN
Penyelidikan Umum

• Keberadaan mineral & batubara adalah


Eksplorasi suatu karunia
• Lokasinya “given”, tersebar tidak merata &
Studi Kelayakan tidak terbarukan
• Temuan cadangan ekonomis ±1% dari
AMDAL total projek eksplorasi
• Padat modal & menggunakan peralatan
Studi Konseptual
Penilaian karakteristik fisik & kuantitas
besar & berteknologi
Menguntungkan OB dari beberapa metode, tataletak & • Resiko tinggi: ekonomi, politik, sosial
Sistem penambangan
(PETI), K3 & lingkungan (PETI)
• Pionir pembuka daerah terpencil &
Persiapan Studi Rekayasa pembangkit perubahan ekonomi & sosial
Arsip
Penambangan
Kuantifikasi & pembandingan konsep2 dengan cepat
yg telah dihasilkan agar diperoleh
Rancangan & biaya yg pasti • Ongkos penambangan & nilai bijih fungsi
Penambangan waktu
• Mengubah rona lingkungan awal
Studi Rancangan Rinci
Pengolahan & Spesifikasi & gambar konstruksi • Harus selalu menemukan cadangan baru
Pemurnian dari metode yg dipilih • Karakteristik teknologi - digital
• Bersifat sementara, selanjutnya diikuti
Pengangkutan dengan tahap rehabilitasi, reklamasi, dan
Laporan Rekayasa Final
Keputusan investasi, pengadaan
pengakhiran tambang (mine closure)
Pemasaran peralatan & jadual pelaksanaan 4
5
KLASIFIKASI PENGGALIAN
Keras & kompak
Lunak - keras

6
PENGANGKUTAN
BATUBARA

7
RONA MUKA
PENAMBANGAN
BIJIH

8
Tahapan Penerowongan

Pembongkaran

Pemuatan

Pengangkutan
9
ROOM & PILLAR DAN CUT
& FILL STOPING

10
TAMBANG BAWAH
TANAH

11
2. MASALAH K3 DI OPERASI
TAMBANG TERBUKA DI
INDONESIA

12
BAHAYA
Sesuatu yang bisa
mencelakai. Contoh -
tumpahan oli dilantai

RESIKO
Terjadi pada saat
energi atau orang
ditempatkan pada
suatu bahaya. Contoh -
orang berjalan diatas
13
tumpahan oli
ISU K3 UMUM DI DAERAH PERTAMBANGAN

 Daerah terpencil tidak memiliki latar belakang pendidikan yang


cukup untuk kepedulian K3L
 24 jam/hari, 365 hari/tahun,
 Cuaca panas dan lembab
 Curah hujan 3000-4000 mm/tahun
 Intensif penggunaan tenaga kerja sebagai operator
 Memerlukan supervisi dengan kemampuan kepemimpinan

14
ISU K3 DI TAMBANG TERBUKA

15
Isu K3 Di Tambang Terbuka

16
ISU K3 DI TAMBANG BAWAH TANAH

17
3. PERATURAN & PERUNDANGAN
K3 PERTAMBANGAN

18
TIGA FAKTOR UTAMA
SELAMAT MOBIL/TRUK
 Lakukan refresh training untuk semua pemilik pengemudi
Pit Acces
 Rencanakan defensive driving training secara periodik
 Lakukan precheck LV secara periodik dan pastikan follow
up action sekiranya dijumpai hal-hal yang dianggap dapat
melanggar aturan K3
 LV masuk pit harus memiliki radio trunking dan harus
selalu hidup
 Dilarang mengendarai LV jika salahsatu hand brake-
brake, steering wheel dan seat belt tidak berfungsi. Hanya
LV ber-doble garden yang boleh masuk pit & gunakan di
dalam pit
 Tidak meninggalkan LV dalam keadaan hidup. Buat
mekanisme agar mesin mati dan rotari tetap hidup jika
ditambang.
19
PERATURAN & PERUNDANGAN DALAM K3
PERTAMBANGAN

 UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan Pokok Pertambangan

 PP No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan UU. No. 11/1967 Tentang Ketentuan Pokok Pertambangan

 UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

 PP No. 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

 PP No. 37 Tahun 1986 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pertambangan Kepada
Pemerintah Daerah Tingkat I

 Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 1245.K/26/DDJP/1993 Tentang Pelaksanaan Pengawasan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Pertambangan Bidang Pertambangan Umum

 KepMen PE No. 2555.K/201/MPE/1993. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan Umum

 KepMen PE No. 555.K/26/MPE/1995 Tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Pertambangan Umum

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No:05/PERMEN/1996

 UUNo. 4 Tahun 2009 Tentang Minerba


20
KEPMEN PE NO. 555.K/26/MPE/1995. KESELAMATAN &
KESEHATAN KERJA BIDANG PERTAMBANGAN UMUM
Terdiri dari: 10 Bab
1 Bab. Ketentuan Peralihan
1 Bab. Penutup
Berisi: 555 Pasal
Bab. I. Ketentuan Umum (Pasal 1 s/d 51)
Bab. II. Bahan Peledak & Peledakan (Pasal 52 s/d 79)
Bab. III. Lingkungan Tempat Kerja (Pasal 80 s/d 91)
Bab. IV. Sarana Tambang di Permukaan (Pasal 92 s/d 227)
Bab. V. Pemboran (Pasal 228 s/d 238)
Bab. VI. Tambang Permukaan (Pasal 239 s/d 257)
Bab. VII. Kapal Keruk (Pasal 258 s/d 294)
Bab. VIII. Tambang Bijih Bawah Tanah (Pasal 295 s/d 489)
Bab. IX. Tambang Batubara Bawah Tanah (Pasal 490 s/d 551)
Bab. X. Sanksi (Pasal 552)
Bab. XI. Ketentuan Peralihan (Pasal 553)
Bab. XII. Ketentuan Penutup (Pasal 554 dan 555) Peraturan & SOP
Operasional
21
21
TUJUAN PERATURAN K3 OPERASIONAL
PERTAMBANGAN

 Dasar: kenali resiko, peningkatan produktvitas, efisiensi dan biaya efektif, dan
dari peraturan yang bersifat rinci dan kaku menjadi umum, fleksibel &
operasional.

 Tujuan: untuk melindungi karyawan dari timbulnya penyakit, kecelakaan dan


kelangsungan usaha dari sebuah industri atau pengusahaan pertambangan
dengan memperhatikan kriteria & analisa resiko melalui menejemen resiko

22
22
KEPMEN PE NO. 555.K/26/M.PE/1995.
KEPALA TEKNIK TAMBANG
 Setiap usaha pertambangan harus memiliki KTT sebagai penanggung jawab terhadap
dilaksanakannya/terlaksananya peraturan perundangan yg berlaku tentang K3 pada lingkungan
Pertambangan Umum. KTT juga sebagai moderator atas dilaksanakannya peraturan bidang K3L dan
perintah, larangan, petunjuk dari PIT setelah melakukan investigasi & inspeksi di lapangan.
 KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan tertinggi pada level kesatu
(top manajer) pada garis lini komando struktur organisasi di lapangan.
 WAKIL KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan level kedua pada
garis lini komando struktur organisasi di lapangan. Bisa menjabat KTT bila KTT tidak ada di tempat
(acting KTT). Dapat diusulkan orang yang mempunyai kedudukan jabatan pada level ketiga pada garis
lini komando struktur organisasi dilapangan, tetapi tidak bisa menjabat KTT bila KTT berhalangan /
tidak berada di tempat.
 KEDUDUKAN KTT: harus di lapangan dimana kegiatan usaha pertambangan dilakukan.
 BILA KTT TIDAK BERADA DI TEMPAT: karena cuti atau mendapat tugas atau mengikuti kursus dll, harus
menyerahkan tugasnya kepada wakil KTT atau yang ditunjuk dan menuliskan pada buku tambang
serta mengirim kopinya kepada KAPIT
23
PENGERTIAN KECELAKAAN

 Insiden: kontak yg dapat menyebabkan kerugian atau kerusakan. Penyebab


potensial kecelakaan adalah kontak dengan energi diatas kemampuan tubuh atau
struktur. Contoh: benda terbang atau bergerak mengandung energi kinetik yg
berpindah ke tubuh. Apabila energi yg berpindah terlalu besar dapat menyebabkan
kerugian atau kerusakan. Kenyataan bahwa tidak hanya energi kinetik, tetapi juga
energi listrik, energi panas, maupun energi kimia.
 Kecelakaan: sesuatu yg tidak diinginkan yg mengakibatkan kerugian pada
manusia, kerusakan pada bangunan dan kerugian pada proses. Umumnya
Kecelakaan terjadi akibat hasil kontak substansi (zat) dengan sumber energi
(kimia, panas, akustik, mekanik, listrik, dan lain lain) diatas batas kemampuan
tubuh atau struktur.
24
SK
KepMen PE No. 555.K/26/M.PE/95.
Kecelakaan Tambang & Kejadian Berbahaya -
Pasal 39

Kecelakaan tambang memenuhi 5 Kriteria


1. Benar-benar terjadi

2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh

Kepala Teknik Tambang

3. Akibat kegiatan usaha pertambangan

4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau setiap

saat orang yang diberi izin dan

5. Terjadi didalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek


25
Slide 25

SK5 Suseno Kramadibrata; 23/05/2006


KEPMEN PE NO. 555.K/008/M.PE/1995. KATEGORI CIDERA
AKIBAT KECELAKAAN TAMBANG - PASAL 40
1. Cidera ringan
 Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang tdk mampu melakukan tugas semula
selama > dari 1 hari; Tumpahan yang relatif kecil; Dapat diatasi oleh sumber daya yang ada di perusahaan; Tidak
ada potensi untuk eskalasi
2. Cidera berat
 Cidera akibat kecelakaan tambang yg menyebabkan pekerja tambang tdk mampu melakukan tugasnya
semula selama > 3 mg termasuk minggu & hari hari libur; Cidera akibat kecelakaan tambang yg
menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid) yg tidak mampu menjalankan tugasnya semula; Cidera
akibat kecelakaan tambang yg tidak tergantung dari lamanya pekerjaan tambang tidak mampu melakukan
tugasnya semula, tetapi mengalami cidera seperti salah satu dibawah ini: keretakan tengkorak kepala, tulang
punggung, pinggul, lengan bawah, lengan atas, paha atau kaki; pendarahan di dalam, atau pingsan
disebabkan kekurangan oksigen; luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan
ketidakmampuan tetap; persendian yang lepas yang sebelumnya tidak pernah terjadi; Tumpahan bahan
berbahaya yang cukup besar; Memerlukan sumber daya dari luar untuk menangani; Berpotensi untuk
eskalasi walaupun terbatas

3. Mati / Meninggal Dunia


 Kecelakaan tambang yg mengakibatkan pekerja tambang mati dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya
kecelakaan tersebut; Tumpahan bahan berbahaya dalam jumlah yang sangat besar; Berdampak terhadap property atau
proses produksi; Bantuan dari luar mutlak diperlukan; Mempunyai potensi yang signifikan untuk eskalasi
26
CATATAN KESELAMATAN KERJA

Lost Time Injuries (LTI):


adalah jumlah Lost Day Injuries (LDI) dan Restricted Work Duty Injuries (RWDI).

Lost Day Injury (LDI):


adalah cedera kerja yang mengakibatkan satu atau dua hari absent dari kerja. Korban
meninggal terhitung dalam LDI.

Restricted Work Duty Injury (RWDI):


adalah kecelakaan kerja sebagai akibat di mana(1) pekerja ditugaskan ke pekerjaan
lain secara sementara, atau (2) pekerja bekerja secara permanen kurang dari waktu
penuh., atau (3) pekerja bekerja secara permanent dalam pekerjaan yang diberikan
tetapi tidak dapat melaksanakan tugasnya secara normal.

27
Definisi

LOST TIME INJURY FREQUENCY RATE (LTIFR):


  Insident LTI 
TINGKAT TERJADINYA LTI PER 200.000 JAM LTIFR    x 200.000
KERJA:  Jam Unjuk Kerja 

Lost Time Injury Severity Rate (LTISR): tingkat   Insident LTIs 


dimana hari atau shift kerja normal yg terdaftar LTISR    x 200.000
hilang sebagai konsekuensi dari LTI per  Jam Unjuk Kerja 
200.000 jam kerja

All Injury Frequency Rate (AIFR): tingkat   Semua Cidera 


terjadinya semua cidera per 200.000 jam kerja.
AIRFR    x 200.000
 Jam Unjuk Kerja 

  Potensial Fatality 
Potensial Fatality Frequensi Rate (PFFR):
tingkat terjadi insiden yang berpotensial PFFR    x 200.000
mematikan per 200.000 jam kerja.  Jam Unjuk Kerja 
28
4. SISTEM MENEJEMEN
KESEHATAN & KESELAMATAN
KERJA

29
PENGALAMAN STATISTIK K3 FRANK E BIRD
(1969)

Cacat/cidera berat

Cidera/luka ringan

Kecelakaan dengan harta

Hampir celaka

30
MODEL 5 PRINSIP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PP MENAKER NO. PER. 05/MEN/96
VISION
Membantu operasi tambang untuk
Total Commitment mencapai pencegahan fataliti sekaligus
mengelola dampak lingkungan yang
Top Management untuk dihasilkan dari operasi tambang yang
Perbaikan Berkelanjutan efektif & efisien untuk meningkatan
Komitmen & kualitas hidup manusia yang terlibat
dengan operasi
Kebijakan
Pengorganisasian
SMK3
Peninjauan &
Peningkatan  Jiwa manusia/karyawan adalah
Perencanaan segala-galanya
Pencapaian
Obyektif & Target,  Patuh kepada semua peraturan
oleh Menejemen terkait
Identifikasi Bahaya
Pembuatan Manual  Mencegah dampak K3L
 Perbaikan berkesinambungan
Standard SMK3.
 Lingkungan kerja yang aman
Terukur,
Pengukuran &
Tercapai & Realistis
Evaluasi SMK3
Inspeksi & Audit Penerapan
Tindakan Koreksi SMK3 KepMen PE No. 555.K/201/MPE/1995 Tentang
Tindakan & Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang31
Prioritas Pertambangan Umum
PERENCANAAN STRATEGI PROGRAM K3
Komponen Catatan

VISI Operasi tanpa kematian, cedera dan penyakit

 Nil kecelakaan kematian


TARGET  Kurangi kecelakaan potensi kematian
 Kurangi LTI

 Tingkatkan leadership baris menejemen menegah & frontline


 Identifikasi resiko K3 di setiap aktivitas operasi & yg mengarah ke kematian
PRIORITAS  Perbaiki Sistem Menejemen K3, laksanakan Standard Perusahaan
 Terapkan sistem Menejemen K3 kepada kontraktor
 Cegah kematian dengan menerapkan praktek K3 terbaik

 Perbaiki kualitas proses identifikasi, menaksir dan menilai resiko


TINDAKAN  Perbaiki material pelatihan dari upaya pencegahan kematian
YANG
DIPERLUKAN  Berikan dukungan & perkuat kepatuhan dengan contoh kepemimpinan
 Lakukan supervisi yg tepat & lengkapi kebutuhan dasar didaerah beresiko tinggi
32
DEFINISI JOB SAFETY ANALYSIS
ANALISA KESELAMATAN KERJA

 Analisis Keselamatan Kerja (Job Safety Analysis) merupakan suatu sistem


perencanaan suatu pekerjaan dengan keselamatan kerja sebagai prioritas utama.
Perlu diperhatikan bahwa tidak setiap orang mengetahui dengan pasti cara
melakukan pekerjaannya dengan benar dan aman.
 Proses formal mengidentifikasi bahaya, mengevaluasi dan mengendalikan resiko
 Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan pekerjaan adalah
keselamatan menjadi pertimbangan utama
 Pikirkan terhadap pekerjaan tersebut dan bahaya apa yang akan muncul sebelum
dimulai

33
ADA 3 CARA UNTUK MELAKUKAN JSA

1. Pengamatan langsung

2. Diskusi dalam suatu kelompok

3. Mengingat kembali atau ditetapkan dan diuji ulang

34
PERTIMBANGKAN HAL-HAL BERIKUT
SEBELUM MEMBUAT JSA

1. Apa yang akan saya lakukan?


2. Dengan bahan-bahan apa sajakah saya akan berkerja?
3. Peralatan dan perlengkapan apa yang saya gunakan?
4. Kapan saya akan melakukan pekerjaan itu?
5. Bagaimana pengaruh pekerjaan ini terhadap pekerjaan yang lain?
6. Adakah pengaruh yang lain?
7. Dimana pekerjaan ini dilakukan?

35
TAHAP-TAHAP JSA

1. Pilih pekerjaan/tugas yang akan dianalisa


2. Jabarkan pekerjaan/tugas ke dalam urutan yang logis
3. Kenali bahaya/resiko dalam setiap urutan
4. Tentukan cara mengendalikannya
5. Lengkapi formulir JSA dengan informasi penting lainnya

36
Job Safety Analysis - JSA

Jenis Mesin milling dan copy mill


APD Google, gloves, masker, safety shoes, safety helmet
No Tahapan pekerjaan Potensial bahaya Tindakan yang dianjurkan

1. Pasang benda yang Tangan terjepit Pemasangan dengan hati-


akan di hati
bentuk/dikikis
(milling) di penjepit
2. Pasang mata pisau Tangan terkena Jangan memegang mata
(modul) sesuai mata mata pisau pisau (modul), gunakan
kebutuhan (modul) sarung tangan

3. Nyalakan mesin, Tangan terkena Jaga jarak dengan mesin,


atur kecepatan mata pisau jangan memegang mata
putaran pisau (modul), gunakan
safety google
4. Matikan mesin Tangan terkena Tunggu sampai modul
setelah selesai me- mata pisau benar-benar berhenti
milling benda kerja (modul) berputar
37
ANALISA RESIKO

 Untuk identifikasi resiko yg berasosiasi dgn aktivitas dimana studi akan dilakukan
 Menetapkan konsekuensi & peluang kejadian dari konsekuensi untuk sebuah resiko.
 Resiko diidentifkasi melalui aktivitas diskusi yang menantang “but nothing personal”
Rekaman Resiko
 Nomor resiko
 Detail resiko
 Perlakuan resiko yang ada atau yang diusulkan
 Analisa resiko yang ada – tingkat/bobot resiko dengan kontrol yang ada atau yang berlaku
 Tingkat konsekuensi (CL-consequence level) – 1, 2, 3, 4, 5 (5 rendah dan 1 tinggi)
 Tingkat peluang kejadian konsekuensi (LL-likelihood) – A, B, C, D, E (A berulang setiap tahun dan
E tidak mungkin terjadi selama umur tambang)
 Tingkat resiko (RL-risk level) – kritikal, tinggi, medium atau rendah
 Resiko juga di rangking dari 25 (rendah) sampai dengan 1 tinggi/kritikal
 Rekomendasi perlakuan resiko
 Tingkat resiko residual – tingkat resiko dengan penambahan kontrol yang direkomendasikan
 Orang yang bertanggung jawab 38
MATRIKS KONSEKUENSI & PROBABILITAS-1
Konsekuensi
Peluang 1. Serious injury – 1. Medical
1. Fatal 1. Disabling Injury 1. Minor impact
permanent Treatment
Kejadian 2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset
Probabilitas USD 1 M USD 50K <USD 5K
USD 150K USD 30K
3. Penundaan produksi 3. Penundaan 3. Penundaan
3. Penundaan 3. Penundaan
> 1 mg produksi 1 hari produksi ½ shift
produksi 2 hari produksi 1 shift

Harian 1 3 6 10 15
Bulanan 2 5 9 14 19
Tahunan 4 8 13 18 22
5 Tahunan 7 12 17 21 24
> 25 Thn LOM 11 16 20 23 25

Resiko kritikal Resiko tinggi Resiko menengah Resiko rendah

Resiko kritikal 1-5: Resiko tinggi 6-12:


Hentikan aktivitas Lakukan tindakan koreksi & preventif segera
Lakukan tindakan koreksi & preventif segera Tindakan kontrol dikaji atau ditentukan oleh menejemen
Hanya mulai jika kontrol terjadi

Resiko menengah 13-17:


Resiko rendah 18-25: 39sesuai
Lakukan koreksi dalam jangka waktu yang
Lakukan tindakan koreksi seperlunya Tindakan kontrol dikaji seperlunya
Tambang
Daerah Kerja
 Interaksi AAB (ADR)
 Stabilitas lereng Beresiko
 Penangangan & pemakaian Bahan Peledak Tinggi
 Jalur angkutan
 Peralatan mudah bakar
Penunjang Tambang
Peraturan K3 Perusahaan harus dipatuhi setiap waktu  Interaksi kendaraan kecil
1. Harus mampu identifikasi hazard  Mesin bergerak
2. Pekerjaan harus disupervisi  Peralatan angkat
3. K3 Kendaraan kecil dan berat
 Bekerja di ketinggian
4. Peraturan lalulintas
 Isolasi peralatan bergerak
5. Isolasi & penguncian isolasi
6. K3 kelistrikan  Logistik Bahan Peledak
7. Bekerja diketinggian  Pengangkutan karyawan
8. Bekerja diruang terbatas  Pekerjaan dekat air
9. Peralatan angkat dan beban  Pekerjaan listrik
10. Bekerja dekat air
 Pekerjaan uap panas
11. Bekerja dekat daerah mudah longsor
12. Bekerja dekat peledakan
 Pekerjaan bertekanan tinggi 40
Representatif perusahaan bertanggung jawab
untuk memastikan setiap karyawan yang bekerja Kebutuhan PPE
dengan resiko atau yang didaerah yang wajib
dilindungi dengan PPE berhak memiliki Personal
Protective Equipment (PPD) yang sesuai dan
ketika anda memasuki yang memerlukannya
pastikan anda menggunakannya

41
Pemantauan – Pengukuran - Inspeksi
Observasi Laporan Observasi Tugas
Rencana Inspeksi Mendadak Monthly
Perilaku K3 Pemantauan Traffic Control
(OSI) Inspection
(OPK-SBO) Kepatuhan (PTO)
• By Safety Dept staff
• By two people from
• By Safety Dept staff and • Involve one staff from • By appointed staff
• By two trained Safety Dept, and one
Who • Non trained Prinasa staff one from area responsible area responsible as from Department
Prinasa auditors form area responsible as
as witness & escort witness & escort e. g.: contractors
a witness & escort
Mining area

• Behavioral observation
• Behavioral • Behavioral and physical • Traffic rules
• Focus to particular • Physical compliance • Physical inspection
observation observation compliance montoring
Focus procedure, e. g.: SOP, observation • Relevant PN
• Compliance to FPE • Focus to FPE standards • Mobile equipment
SWP, JSA, & Risk • Relevant PN Standards Standards
and PN standards compliance condition monitoring
Assessment

• Follow fixed schedule


• No fixed schedule but min
set by Safety Dept
by 2 yearly basis per each • No fixed schedule • Monthly basis per
procedure • And or follow accepted area as PN Standards
• Follow fixed schedule • No guided by specific
• No fixed schedule special request by
• Guided by PTO standard checklist • Guided by set of
• Guided by set of dept./ contractors
How • No guided checklist form • Identifying left current checklist that
checklist • Guided by Traffic
• Interview • May be replaced by substandard conditions by customized to the
• Interview Offence checklist & need of the Dept
Prinasa by focusing in Dept monthly inspections
Mobile equipment
specific procedure • Without interview • Without interview
condition checklist
• Interview
• Interview

• Use standard • Use standard CMR


Prinasa form to report template
• Use standard PTO form • Use standard OSI report
report findings • Comprehensive report • Use standard
• Revised SOP, SWP, JSA template • Use standard Traffic
• Addressed to • Addressed to relevant inspection checklist
or Risk Assessment • Less comprehensive Control report form
Report relevant observed area manager and from
• Addressed to relevant report than CMR • Addressed to area
persons or area copied to relevant GM • Addressed to relevant
supervisor if supervisor/ the procedure • Addressed to area manager
• The achievement in area manager
necessary user manager
percentage reported to
• Report to Exco Exco meeting

42
Prinsip OPK

Make safety equal - Input


 Observe people working
 Use all senses
 Enter into conversation - use questions only
 Make agreements & give praise

Get the response - Output


 Smile
 Open
 Friendly
 Territory
 Eye contact
43
 Name
INSPEKSI
ISOLASI
KETINGGIAN
KECEPATAN

Kunci

44
Inspeksi House Keeping

45
AUDIT K3

 Audit adalah proses pengukuran dan evaluasi sebuah system


organisasi K3 dengan tujuan untuk melaksanakan perbaikan
berkelanjutan
 Program Audit dilakukan secara regular baik untuk eksternal &
internal.
 Eksternal:
 Pemerintah
 Badan Independent
 Internal
 Tipe pekerjaan diaudit sebelum sebuah kontraktor diberi pekerjaan
 Tindak lanjut audit harus dilakukan untuk perbaikan

46
PELAPORAN

 KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Ketentuan Melapor -


Pasal 41
 Semua insiden yang terjadi didalam kawasan proyek harus
dilaporkan ke Perusahaan dan dicatat dalam sistem K3
Database dan statistik perusahaan
 Semua insident berakibat celaka serius atau kematian harus
segera dilaporkan ke Kepala Inspeksi Tambang oleh KTT

47
INVESTIGASI INSIDEN

 KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95. Penyelidikan Kecelakaan


Tambang & Kejadian Berbahaya - Pasal 46
 Semua insiden atau kecelakaan harus di-investigasi terlepas kecil
atau besar/serius
 Standard K3 Perusahaan memberikan rujukan proses investigasi
 Semua hasil investigasi harus disimpan dalam sistem database.

48
Statistik – Kecelakaan K3
400
Ringan
350 Berat

300 Mati
Total
250

Korban
200

150

100

50

0
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

Tahun

5.21% 0.00%

19.79% 27.08%

47.92%
49
A<20 20<A<30 30<A<40 40<A<50 A>50
ISU LOKAL K3 DI DAERAH PERTAMBANGAN

50
ISU K3 DI PERTAMBANGAN

51
ISU K3 DI PERTAMBANGAN

52
Lifting & supporting load Cara kerja baik di ketinggian Electrical safety

Bekerja dekat alat berat

Keselamatan stabilitas lereng 53


INTERAKSI AAB &
KENDARAAN KECIL

54
CONTOH LTI PADA JARI & TANGAN

55
Incident Notification
Tanggal : Rabu 30 Mei 2007
Jam : 05.45am
Lokasi : South Waste Dump 2
Deskripsi:  Sebuah DT 777A masuk ke South Waste
Dump 2 dan berencana menumpahkan
material ke bagian South Eastern
 Tetapi operatornya kemudian mundur di
tanggul sebelah timur dan menaikan
baknya sekitar 2 meter dan ternyata
material disitu lunak sehingga DT berguling
ke lantai bawah daerah bantingan

Hasil Gagal melakukan barikade pada daerah yang


Investigasi: dianggap tidak aman dan menumpahkan
material bukan pada tempat yang diizinkan
Gagal untuk patuh kepada peraturan yg
berlaku utk tidak menumpahkan material pada
sisi lereng yang tingginya >10 m
Gagal mencatat instruksi verbal saat
pengalihan shift kerja
Melanggar Aturan Baku # 1-identify hazards
& # 2-supervision of work
Horizontal distance 35 m; Vertical distance 19
m; Slope distance 40 m; Gradient: 54%
56
Kecelakaan
Tambang

57
STABILITAS LERENG
TAMBANG

58
5. KEADAAN DARURAT

59
KLASIFIKASI KEADAAN
DARURAT

1. Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya relatif kecil maka
insiden bisa ditanggap oleh ERT (Emergency Response Team).
2. Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi serius
dan tidak dapat ditanggap oleh ERT, dan bisa berdampak kepada komunitas
tapi tidak berdampak kepada reputasi bisnis perusahaan maka ditangani oleh
EMT (Emergency Management Team),
3. Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi
merusak reputasi bisnis perusahaan dan menghentikan operasi, masalahnya
harus ditangani oleh CMT (Crisis Management Team) yang dipimpin oleh
pimpinan atas manajemen.

60
TANGGAP DARURAT
KEADAAN DARURAT ADALAH SITUASI DIMANA ANCAMAN
SERIUS KEPADA ORANG ATAU KERUSAKAN BESAR KEPADA
ASET PERUSAHAAN

Dalam Keadaan Darurat:


1. Telepone xxxx
2. Radio Channel 1A Mining & other defined areas.
3. Ketika darurat ucapkan “may day”,.. 3X untuk ancaman jiwa
4. Ucapkan
 Nama anda
 Nomor telepon anda
 Lokasi keadaan darurat
 Tipe keadaan darurat
 Jenis keperluan bantuan
 Jumlah yang cedera atau korban
61
KONSEP MENEJEMEN KEADAAN DARURAT

1. Pencegahan (prevention)

2. Kesiapan (preparedness)

3. Tindakan (response)

4. Pemulihan (recovery)

62
63
MERENCANA TANGGAP DARURAT
EFEKTIF & EFISIEN

1. Skenario peluang
kecelakaan
2. Kemampuan & kompetensi
orang
3. Peralatan Handal
4. Prosedur
64
SEKIAN
SUMBER:
Dr.Ir. Suseno Kramadibrata
Teknik Pertambangan ITB, 2009

65

Anda mungkin juga menyukai