Manajemen K3 Pertambangan
Manajemen K3 Pertambangan
K3
PERTAMBANGAN
2
1. PERENCANAAN &
OPERASI TAMBANG
3
TAHAPAN KEGIATAN PENAMBANGAN
Penyelidikan Umum
6
PENGANGKUTAN
BATUBARA
7
RONA MUKA
PENAMBANGAN
BIJIH
8
Tahapan Penerowongan
Pembongkaran
Pemuatan
Pengangkutan
9
ROOM & PILLAR DAN CUT
& FILL STOPING
10
TAMBANG BAWAH
TANAH
11
2. MASALAH K3 DI OPERASI
TAMBANG TERBUKA DI
INDONESIA
12
BAHAYA
Sesuatu yang bisa
mencelakai. Contoh -
tumpahan oli dilantai
RESIKO
Terjadi pada saat
energi atau orang
ditempatkan pada
suatu bahaya. Contoh -
orang berjalan diatas
13
tumpahan oli
ISU K3 UMUM DI DAERAH PERTAMBANGAN
14
ISU K3 DI TAMBANG TERBUKA
15
Isu K3 Di Tambang Terbuka
16
ISU K3 DI TAMBANG BAWAH TANAH
17
3. PERATURAN & PERUNDANGAN
K3 PERTAMBANGAN
18
TIGA FAKTOR UTAMA
SELAMAT MOBIL/TRUK
Lakukan refresh training untuk semua pemilik pengemudi
Pit Acces
Rencanakan defensive driving training secara periodik
Lakukan precheck LV secara periodik dan pastikan follow
up action sekiranya dijumpai hal-hal yang dianggap dapat
melanggar aturan K3
LV masuk pit harus memiliki radio trunking dan harus
selalu hidup
Dilarang mengendarai LV jika salahsatu hand brake-
brake, steering wheel dan seat belt tidak berfungsi. Hanya
LV ber-doble garden yang boleh masuk pit & gunakan di
dalam pit
Tidak meninggalkan LV dalam keadaan hidup. Buat
mekanisme agar mesin mati dan rotari tetap hidup jika
ditambang.
19
PERATURAN & PERUNDANGAN DALAM K3
PERTAMBANGAN
PP No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelaksanaan UU. No. 11/1967 Tentang Ketentuan Pokok Pertambangan
PP No. 19 Tahun 1973 Tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
PP No. 37 Tahun 1986 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pertambangan Kepada
Pemerintah Daerah Tingkat I
Keputusan Direktur Jenderal Pertambangan Umum No. 1245.K/26/DDJP/1993 Tentang Pelaksanaan Pengawasan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Lingkungan Pertambangan Bidang Pertambangan Umum
KepMen PE No. 2555.K/201/MPE/1993. Pelaksana Inspeksi Tambang (PIT) Bidang Pertambangan Umum
KepMen PE No. 555.K/26/MPE/1995 Tentang Keselamatan & Kesehatan Kerja Bidang Pertambangan Umum
Dasar: kenali resiko, peningkatan produktvitas, efisiensi dan biaya efektif, dan
dari peraturan yang bersifat rinci dan kaku menjadi umum, fleksibel &
operasional.
22
22
KEPMEN PE NO. 555.K/26/M.PE/1995.
KEPALA TEKNIK TAMBANG
Setiap usaha pertambangan harus memiliki KTT sebagai penanggung jawab terhadap
dilaksanakannya/terlaksananya peraturan perundangan yg berlaku tentang K3 pada lingkungan
Pertambangan Umum. KTT juga sebagai moderator atas dilaksanakannya peraturan bidang K3L dan
perintah, larangan, petunjuk dari PIT setelah melakukan investigasi & inspeksi di lapangan.
KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan tertinggi pada level kesatu
(top manajer) pada garis lini komando struktur organisasi di lapangan.
WAKIL KEPALA TEKNIK TAMBANG: seseorang yang mempunyai kedudukan jabatan level kedua pada
garis lini komando struktur organisasi di lapangan. Bisa menjabat KTT bila KTT tidak ada di tempat
(acting KTT). Dapat diusulkan orang yang mempunyai kedudukan jabatan pada level ketiga pada garis
lini komando struktur organisasi dilapangan, tetapi tidak bisa menjabat KTT bila KTT berhalangan /
tidak berada di tempat.
KEDUDUKAN KTT: harus di lapangan dimana kegiatan usaha pertambangan dilakukan.
BILA KTT TIDAK BERADA DI TEMPAT: karena cuti atau mendapat tugas atau mengikuti kursus dll, harus
menyerahkan tugasnya kepada wakil KTT atau yang ditunjuk dan menuliskan pada buku tambang
serta mengirim kopinya kepada KAPIT
23
PENGERTIAN KECELAKAAN
2. Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin oleh
4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau setiap
27
Definisi
Potensial Fatality
Potensial Fatality Frequensi Rate (PFFR):
tingkat terjadi insiden yang berpotensial PFFR x 200.000
mematikan per 200.000 jam kerja. Jam Unjuk Kerja
28
4. SISTEM MENEJEMEN
KESEHATAN & KESELAMATAN
KERJA
29
PENGALAMAN STATISTIK K3 FRANK E BIRD
(1969)
Cacat/cidera berat
Cidera/luka ringan
Hampir celaka
30
MODEL 5 PRINSIP PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PP MENAKER NO. PER. 05/MEN/96
VISION
Membantu operasi tambang untuk
Total Commitment mencapai pencegahan fataliti sekaligus
mengelola dampak lingkungan yang
Top Management untuk dihasilkan dari operasi tambang yang
Perbaikan Berkelanjutan efektif & efisien untuk meningkatan
Komitmen & kualitas hidup manusia yang terlibat
dengan operasi
Kebijakan
Pengorganisasian
SMK3
Peninjauan &
Peningkatan Jiwa manusia/karyawan adalah
Perencanaan segala-galanya
Pencapaian
Obyektif & Target, Patuh kepada semua peraturan
oleh Menejemen terkait
Identifikasi Bahaya
Pembuatan Manual Mencegah dampak K3L
Perbaikan berkesinambungan
Standard SMK3.
Lingkungan kerja yang aman
Terukur,
Pengukuran &
Tercapai & Realistis
Evaluasi SMK3
Inspeksi & Audit Penerapan
Tindakan Koreksi SMK3 KepMen PE No. 555.K/201/MPE/1995 Tentang
Tindakan & Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang31
Prioritas Pertambangan Umum
PERENCANAAN STRATEGI PROGRAM K3
Komponen Catatan
33
ADA 3 CARA UNTUK MELAKUKAN JSA
1. Pengamatan langsung
34
PERTIMBANGKAN HAL-HAL BERIKUT
SEBELUM MEMBUAT JSA
35
TAHAP-TAHAP JSA
36
Job Safety Analysis - JSA
Untuk identifikasi resiko yg berasosiasi dgn aktivitas dimana studi akan dilakukan
Menetapkan konsekuensi & peluang kejadian dari konsekuensi untuk sebuah resiko.
Resiko diidentifkasi melalui aktivitas diskusi yang menantang “but nothing personal”
Rekaman Resiko
Nomor resiko
Detail resiko
Perlakuan resiko yang ada atau yang diusulkan
Analisa resiko yang ada – tingkat/bobot resiko dengan kontrol yang ada atau yang berlaku
Tingkat konsekuensi (CL-consequence level) – 1, 2, 3, 4, 5 (5 rendah dan 1 tinggi)
Tingkat peluang kejadian konsekuensi (LL-likelihood) – A, B, C, D, E (A berulang setiap tahun dan
E tidak mungkin terjadi selama umur tambang)
Tingkat resiko (RL-risk level) – kritikal, tinggi, medium atau rendah
Resiko juga di rangking dari 25 (rendah) sampai dengan 1 tinggi/kritikal
Rekomendasi perlakuan resiko
Tingkat resiko residual – tingkat resiko dengan penambahan kontrol yang direkomendasikan
Orang yang bertanggung jawab 38
MATRIKS KONSEKUENSI & PROBABILITAS-1
Konsekuensi
Peluang 1. Serious injury – 1. Medical
1. Fatal 1. Disabling Injury 1. Minor impact
permanent Treatment
Kejadian 2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset >
2. Kerusakan Aset
Probabilitas USD 1 M USD 50K <USD 5K
USD 150K USD 30K
3. Penundaan produksi 3. Penundaan 3. Penundaan
3. Penundaan 3. Penundaan
> 1 mg produksi 1 hari produksi ½ shift
produksi 2 hari produksi 1 shift
Harian 1 3 6 10 15
Bulanan 2 5 9 14 19
Tahunan 4 8 13 18 22
5 Tahunan 7 12 17 21 24
> 25 Thn LOM 11 16 20 23 25
41
Pemantauan – Pengukuran - Inspeksi
Observasi Laporan Observasi Tugas
Rencana Inspeksi Mendadak Monthly
Perilaku K3 Pemantauan Traffic Control
(OSI) Inspection
(OPK-SBO) Kepatuhan (PTO)
• By Safety Dept staff
• By two people from
• By Safety Dept staff and • Involve one staff from • By appointed staff
• By two trained Safety Dept, and one
Who • Non trained Prinasa staff one from area responsible area responsible as from Department
Prinasa auditors form area responsible as
as witness & escort witness & escort e. g.: contractors
a witness & escort
Mining area
• Behavioral observation
• Behavioral • Behavioral and physical • Traffic rules
• Focus to particular • Physical compliance • Physical inspection
observation observation compliance montoring
Focus procedure, e. g.: SOP, observation • Relevant PN
• Compliance to FPE • Focus to FPE standards • Mobile equipment
SWP, JSA, & Risk • Relevant PN Standards Standards
and PN standards compliance condition monitoring
Assessment
42
Prinsip OPK
Kunci
44
Inspeksi House Keeping
45
AUDIT K3
46
PELAPORAN
47
INVESTIGASI INSIDEN
48
Statistik – Kecelakaan K3
400
Ringan
350 Berat
300 Mati
Total
250
Korban
200
150
100
50
0
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Tahun
5.21% 0.00%
19.79% 27.08%
47.92%
49
A<20 20<A<30 30<A<40 40<A<50 A>50
ISU LOKAL K3 DI DAERAH PERTAMBANGAN
50
ISU K3 DI PERTAMBANGAN
51
ISU K3 DI PERTAMBANGAN
52
Lifting & supporting load Cara kerja baik di ketinggian Electrical safety
54
CONTOH LTI PADA JARI & TANGAN
55
Incident Notification
Tanggal : Rabu 30 Mei 2007
Jam : 05.45am
Lokasi : South Waste Dump 2
Deskripsi: Sebuah DT 777A masuk ke South Waste
Dump 2 dan berencana menumpahkan
material ke bagian South Eastern
Tetapi operatornya kemudian mundur di
tanggul sebelah timur dan menaikan
baknya sekitar 2 meter dan ternyata
material disitu lunak sehingga DT berguling
ke lantai bawah daerah bantingan
57
STABILITAS LERENG
TAMBANG
58
5. KEADAAN DARURAT
59
KLASIFIKASI KEADAAN
DARURAT
1. Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya relatif kecil maka
insiden bisa ditanggap oleh ERT (Emergency Response Team).
2. Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi serius
dan tidak dapat ditanggap oleh ERT, dan bisa berdampak kepada komunitas
tapi tidak berdampak kepada reputasi bisnis perusahaan maka ditangani oleh
EMT (Emergency Management Team),
3. Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi
merusak reputasi bisnis perusahaan dan menghentikan operasi, masalahnya
harus ditangani oleh CMT (Crisis Management Team) yang dipimpin oleh
pimpinan atas manajemen.
60
TANGGAP DARURAT
KEADAAN DARURAT ADALAH SITUASI DIMANA ANCAMAN
SERIUS KEPADA ORANG ATAU KERUSAKAN BESAR KEPADA
ASET PERUSAHAAN
1. Pencegahan (prevention)
2. Kesiapan (preparedness)
3. Tindakan (response)
4. Pemulihan (recovery)
62
63
MERENCANA TANGGAP DARURAT
EFEKTIF & EFISIEN
1. Skenario peluang
kecelakaan
2. Kemampuan & kompetensi
orang
3. Peralatan Handal
4. Prosedur
64
SEKIAN
SUMBER:
Dr.Ir. Suseno Kramadibrata
Teknik Pertambangan ITB, 2009
65