Buku Panduan Praktikum Agroklimatologi 2022
Buku Panduan Praktikum Agroklimatologi 2022
AGROKLIMATOLOGI
(IKLIM UNTUK PERTANIAN)
Oleh :
Tim Pengampu Mata Kuliah Agroklimatologi
NAMA : ..............................................................
NPM : ..............................................................
KELAS/GOL : ..............................................................
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAWA TIMUR
2022
KATA PENGANTAR
Modul ini diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
dan Agribisnis. Materi perkuliahan Agroklimatologi perlu diadakan praktikum yang diperuntukkan
bagi mahasiswa. Selain memberikan perluasan wawasan tentang Agroklimatologi, juga bertujuan
untuk meningkatkan ketrampilan yang kaitannya dengan Agroklimatologi. Sejalan dengan arahan
Gubernur Jawa Timur dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, juga arahan
pemerintah pusat yang mengalihkan semua bentuk pembelajaran termasuk kegiatan praktikum di
kampus menjadi kegiatan dirumah dan dilakukan secara daring maupun virtual untuk mengurangi
penyebaran virus Covid-19. Selanjutnya Dosen dan tenaga pendidikan lainnya akan menyusun
program pembelajaran dan kegiatan praktikum yang dapat dilakukan di rumah Pernyusun Modul
Agroklimatologi ini disesuaikan dengan silabus perkuliahan (teori) yang didapat dari dosen yang
bersangkutan dan sarana serta prasarana dengan waktu yang ada. Kegiatan praktikum di rumah
selama masa pandemi akan dijadwalkan berlangsung sampai waktu yang belum ditentukan sambil
terus mengamati perkembangan situasi yang ada, keputusan diambil dengan kesadaran penuh
bahwa COVID-19 sangat menular dan setiap individu bisa berperan memutus mata rantai
penularan Pandemi Global yang sedang menyebar di berbagai bagian dunia, termasuk di
Indonesia. Kampus sebagai ruang publik, berpotensi besar menyebar atau sebaliknya memutus
mata rantai penularan sambil menerapkan prokol kesehatan dan social distancing.
Isi modul ini merupakan dasar bagi mahasiswa yang ingin memahami klimatologi pertanian,
yaitu dengan memahami alat-alat yang ada pada stasiun klimatologi pertanian serta dapat
mengukur usur- unsur cuaca (lama penyinaran, radiasi surya, kelembaban nisbi, curah hujan,
evaporasi dan kecepatan angin). Dalam kehidupan sehari-hari iklim sangat mempengaruhi jenis
tanaman yang sesuai untuk dibudidayakan pada suatu kawasan, dan teknik budidaya yang
dilakukan petani. Dengan demikian pengetahuan iklim sangat penting artinya dalam sektor
pertanian. Hal ini tercermin dengan berkembangnya cabang klimatologi dan meteorology yang
khusus dikaitkan dengan kegiatan pertanian yang disebut Agroklimatologi (iklim untuk pertanian).
Modul ini diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu 12 jam praktek dimana setiap kali
melakukan kegiatan praktikum diawali dengan penjelasan singkat paling lama 15 menit.
Akhir kata mudah-mudahan modul ini sesuai dengan yang diharapkan, yaitu dapat
memenuhi kompetensi mengidentifikasi faktor-faktor dan unsur-unsur iklim dalam kegiatan
pertanian.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM DASAR iii
JADWAL PRAKTIKUM iv
MATERI I Pengukuran Lama Penyinaran Matahari 2
MATERI II Pengukuran Suhu Tanah dan Suhu Udara 5
MATERI III Pengukuran Kelembaban Nisbi 8
MATERI IV Pengukuran Curah Hujan 11
MATERI V Pengukuran Evaporasi 14
MATERI VI Pengukuran Kecepatan Angin 17
MATERI VII Penentuan Klasifikasi Iklim di Indonesia 20
DAFTAR PUSTAKA 23
PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM PRODUKSI
TTD
Minggu ACARA
I PENDAHULUAN
MATERI I
PENGUKURAN LAMA PENYINARAN MATAHARI
Dibidang meteorologi dan klimatologi pertanian, data tentang lama penyinaran dan
intensitas radiasi matahari adalah sangat penting. Pengukuran dilakukan terhadap cahaya
matahari yang sampai ke permukaan bumi. Dibidang pertanian lama penyinaran dan
intensitas radiasi matahari merupakan sumber energi baik dalam proses fotosintesa, yaitu
dapat merubah CO2 dan air di dalam tanaman menjadi karbohidrat maupun sebagai energi
panas yang dapat digunakan pada proses pengeringan hasil-hasil pertanian.
Lama penyinaran matahari merupakan lamanya matahari bersinar cerah mencapai
permukaan bumi dalam periode satu hari, diukur dalam jam. Periode satu hari disini lebih
tepat disebut panjangg hari yakni jangka waktu selama matahari berada di atas horizon.
Lama penyinaran matahari seringkali tidak penuh dalam satu hari, hal ini disebabkan sinar
matahari terhalang oleh awan, aerosol atau kabut.
Untuk tujuan ini digunakan suatu alat yang dapat merekam lamanya matahari bersinar
cerah sampai di permukaan bumi sejak terbit hingga terbenam, alat tersebut harus teliti sehingga
mampu merekam dengan tepat sampai nilai persepuluhan jam atau enam menit. Sampai saat ini
terdapat empat tipe alat yaitu : (1) Alat tipe Cmpbell Stokes (2) Alat tipe Jordan
(3) Alat tipe Marvin dan alat tipe Foster. Selanjutnya hanya dijelaskan satu tipe yakni
Campbell Stokes karena tipe Jordan banyak dipakai di Indonesia pada jaman sebelum
Indonesia merdeka dan kemudian berangsur-angsur terdesak oleh alat tipe Campbel Stokes
yang sekarang paling luas penggunaannya karena lebih mudah dan teliti. Sejak tahun 1962
alat tipe Campbell Stokes ditetapkan sebagai alat baku bagi pengukuran lama penyinaran
matahari oleh WMO (World Meteorological Organization) suatu badan PBB dibidang
meteorologi dan klimatologi yang sampai saat ini berpusat di Geneva.
Ada dua macam prinsip alat yang mengukur lama penyinaran matahari :
1. Reaksi kimia oleh cahaya dan sinar ultra violet dari radiasi matahari (tipe Jordan).
2. Daya bakar radiasi matahari (tipe Campbell Stokes).
Prinsip kerja alat Campbell Stokes ini adalah lensa menangkap sinar matahari dan
sinar terusannya yang terkonsentrasi yang dapat membakar kertas pias yang diletakkan
dibagian bawahnya. Panjang pias yang terbakar akan sesuai dengan lamanya matahari
bersinar cerah yang menandakan panjangnya atau lama penyinaran matahari pada hari
yang bersangkutan. Oleh karena itu penangkapan sinar matahari oleh alat akan dipengaruhi
oleh lintang tempat dan kedudukan pemasangan alat terhadap lintasan gerakan matahari.
Sehubungan dengan lintang tempat, alat Campbell Stokes dirancang berbeda, (1) untuk
daerah equator, (2) untuk daerah lintang besar, demikian pula kertas piasnya.
Tujuan
Memahami cara pengukuran lama penyinaran dengan menggunakan Campbell
Stokes serta mengetahui durasi total penyinaran matahari harian yang sampai dipermukaan
bumi sejak terbit hingga terbenam.
2
Panduan Praktikum Agroklimatologi
5. Catat waktu posisi awal pengukuran dan biarkan terjadi proses pembakaran kertas
pias selama pengamatan (15 menit / 30 menit / 60 menit).
6. Setelah lama waktu pengamatan tercapai, ukur lama penyinaran surya berdasarkan
panjang goresan kertas pias dan koreksikan terhadap satuan panjang waktu yang
tercantum pada kertas pias tersebut. Perhitungan lama penyinaran dari setiap kertas
pias sebagai berikut :
a. Bila pembakaran jelas dengan ujung bulat, lama penyinaran harus dikurangi
dengan setengah radius lingkaran atau dengan waktu 0,1 jam.
b. Bila pembakaran berbentuk bulatan, dinyatakan sebagai setengah diameter. Bila
dalam satu hari ada lebih dari satu bulatan bakaran, maka 2 atau 3 bulatan
dinyatakan sama dengan 0,1 jam dan 4; 5 dan 6 bulatan bakaran dinyatakan 0,2 jam.
c. Bila pembakaran hanya berupa tanda garis lurus tipis, seluruh tanda ini harus
diukur meskipun pembakarannya kurang jelas dan dinyatakan sebagai sinar
penuh.
d. Bila pembakaran jelas dan sewaktu-waktu berkurang lebarnya dengan sedikitnya
sepertiganya, lama penyinaran total dari setiap pengurangan lebarnya itu harus
dikurangi 0,1 jam.
3
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Tugas :
Stokes Keterangan :
1. Busur dan sumbu pemegang bola, kemiringannya dapat diatur.
2. Lensa bola untuk memusatkan sinar matahari.
3. Busur meridian pengatur sudut kemiringan lensa.
4. Jarum penahan pias.
5. Sekrup pengunci setelah kemiringan lensa diatur menurut letak lintang setempat.
6. Kerangka alat.
7. Sekrup pengatur letak horizontal bagi tubuh alat.
8. Paku sekrup sebagai pengatur kedudukan horizontal bagi tubuh alat.
9. Dasar alat.
10. Cekungan tepat pada titik api, tempat meletakkan kertas pias.
11. Tanda petunjuk letak horizontal (water pas).
4
Panduan Praktikum Agroklimatologi
MATERI II
PENGUKURAN SUHU TANAH DAN SUHU UDARA
Matahari merupakan sumber energi bagi semua peristiwa cuaca. Atmosfer menerima
panas matahari dan secara tidak langsung dari radiasi yang dipancarkan kembali oleh bumi.
Menurut hukum termodinamika, panas adalah energi total dari gerakan-gerakan molekul
suatu benda, semakin intensif gerakannya maka semakin panas benda itu. Dibidang
pertanian suhu udara yang perlu diketahui adalah suhu udara pada ketinggian rendah dan
umumnya mengacu pada temperatur yang diukur di ruangan atau sangkar cuaca yang
dipasang pada ketinggian 1,5 – 2 meter.
Suhu adalah tingkat kemampuan benda dalam hal memberikan atau menerima panas.
Perubahan suhu menyebabkan perubahan fisik pada molekul benda, dan tiap benda memiliki
kepekaan yang berbeda terhadap perubahan suhu. Sebagai sensor termometer, dipilih suatu
bahan yang kepekaannya terhadap perubahan suhu tinggi dan suhu rendah teramati.
Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur dikenal dengan nama termometer.
Di stasiun klimatologi pertanian, termometer yang banyak digunakan di lapangan adalah :
1. Untuk data seketika digunakan termometer gelas air raksa.
2. Untuk pencatatan dalam grafik digunakan air raksa dalam baja atau termograf bimetal.
3. Untuk termometer maksimum digunakan termometer gelas air raksa atau termograf
bimetal bila ada.
4. Untuk termometer minimum digunakan termometer gelas alkohol atau termograf
bimetal.
5. Termometer bola basah/kering digunakan termometer gelas air raksa.
Berdasarkan prinsip fisikanya, termometer digolongkan ke dalam empat macam : (a)
termometer berdasarkan prinsip pemuaian, (b) termometer berdasarkan arus listrik (c)
termometer berdasarkan perubahan tekanan dan volume gas (d) termometer berdasarkan
prinsip perubahan panjang gelombang cahaya yang dipancarkan oleh suatu permukaan
yang bersuhu tinggi. Bidang agrometeorologi dan agroklimatologi umumnya menggunakan
prinsip a dan b.
Termometer maksimum adalah termometer untuk mengetahui temperatur tertinggi
selama waktu yang diamati. Pengukuran dengan alat ini bisanya dilakukan setiap 24 jam atau
sehari semalam. Termometer ini diletakkan dalam sangkar stevenson dengan posisi miring
kira-kira 5o, dengan bola air raksa atau reservoar sedikit kebawah. Termometer minimum
adalah suhu terendah dalam suatu periode pengukuran, umumnya diukur dengan
menggunakan thermometer gelas alcohol, yang mempunyai titik beku – 114,9oC. Didalam
sangkar Stevenson thermometer ini dipasang dalam posisi hamper mendatar dengan
kemiringan kira-kira 3o dengan reservoar berada di ujung bawah. Pengamatan temperatur
minimum dilakukan bersamaan dengan temperatur maksimum dan setelah melakukan
pengamatan alat harus di set kembali.
Tujuan
Memahami cara pengukuran suhu udara dan tanah dengan menggunakan
thermometer serta mengetahui rata-rata suhu harian.
5
Panduan Praktikum Agroklimatologi
4. Lembar pengamatan
5. Alat tulis.
Gambar Sangkar Stevenson dan Peletakkan thermometer max dan min dalam sangkar Stevenson
6
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Tugas :
Hitung rata-rata Harian dari data pengamatan suhu udara dibawah ini?
7
Panduan Praktikum Agroklimatologi
MATERI III
PENGUKURAN KELEMBABAN NISBI
Kelembaban udara adalah ukuran banyaknya uap air di udara. Walaupun uap air
hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer dan berperan penting dalam
kehidupan. Jumlah uap air yang terkandung didalam udara pada suatu waktu kebanyakan
tergantung dari suhu itu. Panas dapat menyimpan lebih banyak uap air dari pada udara
dingin karena kemampuan udara untuk mengikat air akan berubah-ubah dengan
berubahnya suhu. Jika suhu udara naik maka kapasitas udara menampung air menjadi lebih
besar tetapi jika pada saat itu tidak ada penambahan uap air maka terjadi penurunan
kelembaban. Sebaliknya jika terjadi penurunan suhu udara kapasitas udara menampung uap
air menjadi lebih kecil sehingga terjadi penurunan kelembaban.
Ada beberapa istilah dalam menentukan jumlah uap air yang terkandung dalam udara.
Salah satu yang paling sering digunakan dalam bidang Meteorologi dan Klimatologi adalah
kelembaban nisbi (Relative Humidity = RH) yaitu perbndingan antara jumlah uap air yang
sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal yang dapat dikandung pada saat itu.
Salah satu alat pengukur kelembaban nisbi adalah thermometer bola basah dan bola
kering. Termometer bola basah dan bola kering adalah dua termometer gelas air raksa biasa
yang dipasang tegak, dimana satu bagian reservoarnya dibalut dengan kain yang dapat
menyerap air, seperti kain kaos atau kain perban yang dicelupkan air digelas yang disimpan
dibawah thermometer, berfungsi sebagai thermometer bola basah, sedangkan thermometer
yang satu tidak diperlakukan hal tersebut. Dengan mengetahui temperatur bola basah dan
bola kering, melalui table konversi yang tersedia dapat ditentukan kelembaban udara di
tempat pengukuran.
Tujuan
Memahami cara pengukuran kelembaban udara dan menggunakan thermometer
basah dan kering serta mengetahui rata-rata kelembaban harian.
5. Nilai prosentase RH dapat dilihat pada tabel Kelembaban Relatif berdasarkan suhu bola
o
kering dan selisih suhu bola kering dan bola basah. Misal T kering 35,5 C selisih suhu
o
bola kering dan bola basah sebesar 4 C maka RH sebesar :
36 – 35,5 = 75 – x
35,5 – 35 x – 74
Tabel 2. Kelembaban Relatif (%) dari Suhu Bola Kering dan Bola Basah di dalam Sangkar Stevenson
Suhu bola Selisih suhu bola kering dan bola basah (oC)
kering (oC) 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 8.0 9.0 10.0 11.0 12.0
40 100 94 88 82 76 71 66 61 56 52 47 43 39
39 100 94 88 81 76 71 65 60 55 51 46 42 38
38 100 94 88 81 76 70 65 60 54 50 45 40 37
37 100 94 88 81 75 70 64 59 54 49 44 39 36
36 100 93 87 80 75 69 64 59 53 48 43 38 35
35 100 93 87 80 74 69 63 58 52 47 42 37 33
34 100 93 87 80 74 68 62 57 51 46 41 36 32
33 100 93 86 80 73 67 62 56 50 45 40 35 31
32 100 93 86 79 73 67 61 55 50 44 39 34 30
31 100 93 86 79 73 66 60 54 49 43 38 33 29
30 100 92 85 79 72 65 59 53 48 42 27 32 27
29 100 92 85 78 71 65 59 52 47 41 36 31 25
28 100 92 85 78 71 64 58 51 45 40 34 29 23
27 100 92 84 77 70 63 57 50 44 38 32 27 22
26 100 92 84 77 70 63 56 49 43 37 31 26 20
25 100 92 84 76 69 62 55 48 42 36 30 24 18
24 100 91 83 76 68 61 54 47 40 34 28 22 16
23 100 90 83 75 67 60 53 45 38 32 26 20 14
22 100 90 82 74 67 59 52 44 37 31 24 18 12
21 100 90 82 73 66 58 50 43 36 29 22 16 9
20 100 90 82 73 65 57 49 41 34 27 20 13 6
19 100 90 81 72 64 55 47 39 32 24 17 10
18 100 90 81 71 63 54 45 37 30 21 14 7
17 100 90 80 71 62 53 44 36 28 19 12
16 100 89 80 70 60 51 42 34 25 17 9
15 100 89 80 70 59 49 40 31 23 14 6
9
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Tugas
Hitunglah Selisih Suhu Udara Harian?
Hitunglah Rerata RH/Kelembaban Harian pada data table di bawah ini?
10
Panduan Praktikum Agroklimatologi
MATERI IV
PENGUKURAN CURAH HUJAN
Salah satu unsur penting untuk pertanian adalah air hujan. Hujan adalah air yang jatuh di
permukaan sebagai akibat terjadinya kondensasi dari partikel-partikel awan. Hujan diukur
sebagai tinggi air yang jatuh di permukaan yang datar dalam periode waktu tertentu, apakah
harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Data hujan adalah data unsur cuaca yang bervariasi
menurut tempat ataupun waktu. Karena variasinya yang besar inilah orang harus sering
mengukur dalam jangkauan jarak ataupun periode tertentu. Istilah untuk kuantitas hujan dipakai
istilah curah hujan atau prsipitas yang dinyatakan dalam millimeter (mm) atau inchi.
Karakteristik curah hujan yang penting diketahui adalah :
1. Intensitas hujan adalah laju turunnya hujandalam mm per jam.
2. Lama hujan diartikan (a) periode waktu turunnya hujan pada intensitas tertentu yang
dinyatakan yang dinyatakan dalam jam atau menit atau (b) Total waktu dari awal sampai
akhir suatu kejadian hujan. Pada keteknikan pengertian yang pertama yang digunakan.
3. Total jumlah hujan adalah (a) hasil perkalian antara intensitas hujan dengan lama hujan
dalam satuan mm atau (b) banyaknya hujan pada suatu permukaan datar atau
tertampung pada alat penakar hujan.
4. Periode ulang kejadian hujan adalah rata-rata jumlah tahun dimana intensitas dan lama
hujan tertentu diperkirakan terulang kembali.
Alat pengukur hujan secara umum dinamakan penakar hujan. Penakar hujan dibagi
dalam dua golongan besar, yaitu tipe observatorium dan tipe syphon. Penakar hujan terdiri dari
(a) lingkaran penangkap hujan yang terbuat dari bahan anti bocor dan luasnya antara 200
2
sampai 500 cm , (b) corong yang meneruskan air hujan yang tertangkap ke penerima, (c)
penerima merupakan tempat penampungan atau reservoarnya. Pengamatan curah hujan dengan
alat penakar hujan ini sampai satuan 0,1 mm. Pembacaan 0,05 mm harus dicatat sebagai sisa.
Umumnya pembacaan telah ditetapkan mencakup waktu 24 jam, setiap pukul 09.00 atau pukul
07.00 untuk hari sebelumnya. Sebagai contoh dibaca pukul 07.00 pada tanggal 1 Desember,
maka harus dicatat sebagai data untuk hari sebelumnya, yaitu 30 Nopember. Sebagian alat
pencatat curah hujan mempunyai prinsip: (a) pelampung atau siphon, contohnya pada penakar
hujan type Hellman, (b) bejana berjungkat, contohnya pada penakar hujan tipe Tipping Bucket,
(c) timbangan, contohnya pada penakar hujan tipe Bendix.
Tujuan
Memahami cara pengukuran curah hujan dengan menggunakan ombrometer tipe
observatorium dan tipe siphon serta mengethui jumlah hujan harian dan intensitas hujan.
Prosedur/Tata Kerja
Pengukuran jumlah hujan dan intensitas hujan
1. Pasang alat penakar hujan tipe observatorium dan type siphon pada pukul 07.30 di
tempat terbuka yang 45o sudut pandang dari permukaan corong ke sekitarnya, bebas
dari halangan. Tinggi alat dipasang 120 cm dari permukaan tanah hingga mulut corong.
11
Panduan Praktikum Agroklimatologi
2. Posisi pemasangan alat tegak lurus dan rata-rata air. Amati penakar hujan yang
disediakan meliputi :
a. Jenis alat yang digunakan
b. Tinggi lingkaran penangkap hujan dari permukaan tanah
c. Luas lingkaran penangkap hujannya dengan menggunakan rumus :
2
πr
3. Pengukuran curah hujan dilakukan setiap periode 24 jam dengan cara :
a. Siapkan gelas ukur yang sesuai dengan alat penakar tersebut
b. Buka kunci kran (bila dikunci)
c. Dekatkan mulut gelas ukur mulut kran
d. Buka kran, sehingga air keluar dan tunggu air dalam penakar sampai habis (bila
sebelum habis ternyata gelas ukur sudah penuh, maka sebelum penuh tutup kran dan
lakukan pembacaan dan pencatatan banyaknya air dalam gelas tersebut dan
seterusnya lakukan lagi kegiatan c dan d ini sampai air dalam penakar hujan ini habis
e. Tutup lagi kran dan kalau biasa dikunci, kuncikan lagi. Untuk menghitung
besarnya curah hujan harian adalah volume air dibagi dengan luas bidang
tamping pada penakar.
f. Untuk pengukuran intensitas hujan per jam, dilakukan penakaran hujan setiap jam
sekali.
Keterangan :
1. Lingkaran penangkap hujan
2. Corong penerima hujan
3. Penampung/reservoir
4. Kran pembuka/penutup air
5. Gelas ukur
6. Tiang penyangga umbrometer
12
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Tugas
Lihat video di link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=5AR3tGMDAtk&ab_channel=StaklimSemarang
Hitunglah curah hujan dibawah ini
Tabel 3 Data Hasil Pengamatan Curah Hujan
No Tanggal Waktu Curah Hujan (ml)
13
Panduan Praktikum Agroklimatologi
MATERI V
PENGUKURAN EVAPORASI
Evaporasi atau penguapan adalah hilangnya air menjadi uap melalui proses perubahan
fasa yaitu dari cair (air) menjadi gas (uap). Hilangnya air menjadi uap dapat juga melalui
permukaan vegetasi dengan nama transpirasi. Jumlah air yang hilang akibat gabungan dari
evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi
adalah cuaca dan persediaan air. Faktor cuaca seperti radiasi matahari, suhu udara,
kelembaban udara dan kecepatan angin mempengaruhi banyaknya evaporasi setiap hari,
karena faktor-faktor tersebut merupakan sumber energy untuk terjadinya evaporasi.
Air merupakan kebutuhan mutlak suatu tanaman, jumlah air yang dibutuhkan atau
digunakan tanaman tergantung dari beberapa factor lingkungan (iklim dan tanah) serta tanaman
(jenis, pertumbuhan dan fase perkembangan). Kehilangan air melalui evaporasi mempunyai
akibat terhadap fisiologi tanaman secara tidak langsung, seperti mempercepat penurunan kadar
air pada lapisan atas dan memodifikasi iklim mikro. Beberapa usaha untuk mengurangi
evaporasi tanah telah dilakukan seperti penggunaan mulsa dan pengaturan populasi tanaman
atau jarak tanam yang efisien.
Alat ukur penguapan dapat digolongkan menjadi tiga golongan menurut bidang penguapan
yakni : 1) Atmometer: sebagai bidang penguapan adalah bidang berpori yang terus menerus
dibasahi aquades (atmometer Livingston, atmometer Bellani, atmometer Piche); 2) Evaporimeter :
sebagai bidang penguapan digunakan bejana berisi air bersih (Kancah atau panic
2
kelas A, panic BPT, evaporimeter soviet GGI-3000, GGI- 20M ); 3) Evapotranspirometer :
sebagai bidang penguapan bejana berisi tanah ditanami vegetasi pendek (Lisimeter drainase,
Evapotranspirometer Thornthwaite, Lisimeter timbangan/Weighing Lysimeter).
Tujuan
Memahami cara pengukuran evaporasi dengan menggunakan evaporimeter tipe panca
kelas A serta menghitung banyaknya evaporasi dalam sehari.
Prosedur/Tata Kerja
1. Persiapkan peralatan ukur evaporasi, yaitu: panci kelas A, Mikrometer pancing,
mistar/penggaris, alat-alat tulis serta lembar pengamatan.
2. Tempatkan panic kelas A pada dudukan panic dengan posisi rata-rata air.
3. Isi panic kelas A dengan air bersih setinggi 5 cm dibawah bibir panci.
4. Ukur tinggi muka air setiap pagi (jam 07.30), pantau tinggi muka air, jangan dibiarkan tinggi
muka air turun melebihi 10 cm dari asal, maka nilai evaporasi yang diukur mengalami
kesalahan 15 % dari evaporasi sebenarnya akibat pengaruh angin berkurang karena
terhalang bibir panci yang makin tinggi yang disebabkan air dalam panci turun.
5. Ukur tinggi muka air setelah 24 jam mengalami evaporasi dengan alat micrometer pancing,
bila :
14
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Keterangan :
1. Silinder terbuat dari logam monel berdinding kuat dengan tebal 0,8 cm
2. Batang pancing pengukur berskala (Hoo gauge)
3. Tabung peredam riak (Stilling Well Cylinder) dengan garis tengah 10 cm dan tinggi 30 cm.
4. Anemometer
5. Kerangka kayu setinggi 5 – 10 cm bercat putih
15
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Tugas
Lihat video di link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=2qhYz6HtHSI&ab_channel=MasbroTutorialOfficial
Hitunglah besaran Evaporasi dari data dibawah ini
Tabel 4. Data Hasil Pengamatan Evaporasi
Tinggi muka air (cm)
(17.00)
18/11/2017 17 cm 16,8 cm
21/11/2017 25,1 cm 25 cm
25/11/2017 17,5 cm 17 cm
27/11/2017 17 cm 16,7 cm
30/11/2017 18 cm 18,2 cm
16
Panduan Praktikum Agroklimatologi
MATERI VI
PENGUKURAN KECEPATAN ANGIN
Angin adalah gerakan relative udara terhadap permukaan bumi, pada arah horizontal atau
hamper horizontal yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat
lain. Masa udara ini mempunyai sifat yang dibedakan antara lain oleh kelembaban (RH) dan
suhunya, sehingga dikenal adanya angin kering, angin basah dan sebagainya. Sifat-sifat ini
dipengaruhi oleh tiga hal utama yaitu : (1) daerah asalnya, (2) daerah yang dilewatinya, (3) lama
atau jarak pergerakannya. Dua macam komponen yang diukur adalah kecepatan dan arah angin.
Kecepatan angin merupakan besaran vector tiga dimensi, kecuali pada konveksi local, dalam
meteorology pada umumnya komponen vertikal dari kecepatan angin dapat diabaikan sehingga
kecepatan angin dapat dianggap sebagai besaran dua dimensi. Lamanya pengamatan maupun data
hasil pencatatan biasanya disesuaikan dengan kepentingannya. Untuk kepentingan agroklimatologi
umumnya dicari rata-rata kecepatan dan arah angin selama periode 24 jam (nilai harian).
Berdasarkan nilai ini kemudian dapat dihitung nilai mingguan, bulanan dan tahunannya.
Bila dipandang perlu dapat dilakukan pengamatan interval waktu lebih pendek agar
dapat diketahui rata-rata kecepatan angin periode pagi, siang dan malam. Kecepatan angin
dinyatakan dalam satuan meter per detik, kilometer per jam, dan mil per jam. Satuan mil (mil
laut) per jam disebut juga knot (kn) = 1,85 km/jam = 0,514 m/det atau 1 m/det = 1,944 knot.
Kecepatan angin atau laju angin tergantung pada besarnya gesekan atau hambatan yang
terdapat pada permukaan, atau dengan kata lain tergantung pada kekasapan permukaan.
Perubahan laju angin dengan ketinggian mengikuti hukum logaritma yakni laju angin bertambah
secara cepat dengan atau sampai suatu ketinggian tertentu dan setelah itu laju angin dapat
dianggap konstan terhadap ketinggian. Untuk suatu permukaan yang datar, seragam batas
ketinggian tersebut adalah 10 m dari permukaan.
Sehubungan dengan adanya perbedaan kecepatan angin dari berbagai ketinggian yang
berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer biasanya disesuaikan dengan tujuan atau
kegunaannya. Untuk bidang Agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor (mangkok) 2
meter di atas tanah. Untuk mengumpulkan data penunjang bagi pengukuran penguapan panci
kelas A, dipasang anemometer setinggi 0,5 meter, di lapangan terbang umumnya di pasang
setinggi 10 meter.
Arah angin didefinisikan sebagai arah dari mana datangnya angin dan dinyatakan dengan
puluhan derajat yang terdekat dalam arah jarum jam mulai dari arah utara geogarfik. Bila tidak ada
o
tiupan angin maka arah angin dinyatakan dengan kode 0 dan bila angin berasal dari titik
o
Utara dinayatakan dengan kode 360 . Arah angin tiap saat dapat dilihat dari posisi panah angin
(Wind Vane) atau dari posisi kantong angin (Wind Sack). Pengamatan dengan kantung angin
umumnya dilakukan di lapangan terbang. Untuk dapat memberikan arah angin yang lebih
mudah dilihat maka panah angin dihubungkan dengan system aliran listrik sehingga posisi
panah angin langsung ditunjukkan oleh jarum pada kotak monitornya. Adanya variabilitas
keadaan angin dari satu ke lain tempat maka akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan
tempat pemasangan yang baik dari alat pengukurnya.
Tujuan
Memahami cara pengukuran kecepatan dan arah angin dengan menggunakan
anemometer jenis mangkok serta mengukur kecepatan angin pagi hari, sore hari dan malam
hari serta rata-rata kecepatan angin harian.
17
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Gambar alat pengukur kecepatan dan arah angin Gambar enam belas arah mata angina
18
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Tugas
Lihat video di link berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=xn-yW0H59z8&ab_channel=sobomedia
Hitunglah Kecepatan angain dari data dibawah ini
Data Anemometer
Tanggal 07.30 13.30 Tanggal 07.30 13.30
11/04/2013 9642.92 9643.07 12/03/2013 9674.04 9674.15
11/05/2013 9643.88 9643.93 12/04/2013 9674.46 9674.55
11/06/2013 9648.93 9649.17 12/05/2013 9675.16 9675.37
11/07/2013 9650.06 9650.51 12/06/2013 9675.91 9676.10
11/08/2013 9651.15 9651.54 12/07/2013 9676.58 9676.77
11/09/2013 9651.82 9651.92 12/08/2013 9677.69 9677.78
11/10/2013 9652.19 9652.23 12/09/2013 9681.26 9681.50
11/11/2013 9654.09 9654.43 12/10/2013 9681.40 9681.55
11/12/2013 9656.67 9656.70 12/11/2013 9681.71 9681.88
13/11/2013 9656.87 9656.93 12/12/2013 9682.32 9286.40
14/11/2013 9657.41 9657.52 13/12/2013 9682.42 9286.50
15/11/2013 9657.71 9657.90 14/12/2013 9683.50 9683.59
16/11/2013 9658.06 9658.21 15/12/2013 9683.57 9683.70
17/11/2013 9658.53 9658.97 16/12/2013 9683.91 9683.94
18/11/2013 9659.66 9659.76 17/12/2013 9684.05 9684.20
19
Panduan Praktikum Agroklimatologi
MATERI VII
PENENTUAN KLASIFIKASI IKLIM DI INDONESIA
Iklim adalah intergrasi secara umum dari kondisi cuaca yang mencakup periode waktu
tertentu pada suatu wilayah, sedangkan cuaca menggambarkan kondisi atmosfer pada suatu saat.
Kondisi cuaca ataupun iklim ini dicirikan oleh unsur-unsur atau komponen atau parameter cuaca
atau iklim antara lain : suhu, angin, kelembaban udara, penguapan, curah hujan serta lama dan
intensitas matahari. Kondisi unsur-unsur tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tinggi tempat, lintang tempat dan posisi matahari. Sebagai contoh makin tinggi tempat maka suhu
udara makin rendah, kemudian daerah sekitar khatulistiwa lapisan troposfer kira- kira setebal 12 km
dan daerahnya tergolong tropis dengan dua musim yaitu : musim hujan dan musim kemarau yang
juga dipengaruhi oleh posisi matahari, sementara itu daerah subtropis terdapat empat musim dan
daerah kutub lapisan troposfer hanya sekitar 9 km. Berdasarkan hal di atas maka kondisi iklim di
setiap daerah tidak sama dan oleh karena itu terdapat penggolongan iklim yang sering disebut
dengan istilah klasifikasi iklim. Ada beberapa klasifikasi iklim yang dikenal seperti iklim menurut
Koppen, Torthwaite (merupakan klasifikasi iklim yang meliputi skala dunia), Mohr, Schmidth dan
Ferguson, serta Oldeman (merupakan klasifikasi iklim di Indonesia).
Klasifikasi iklim ini sering kali dinyatakan sebagai tipe hujan, karena datanya dianalisis
adalah data curah hujan. Untuk penentuan klasifikasi iklim ini telah disepakati datanya harus
tersedia datanya paling sedikit 10 tahun yang diperoleh datanya dari stasiun klimatologi atau
hasil rata-rata dari beberapa stasiun yang tercakup di daerah yang akan ditentukan tipe
iklimnya. Data yang dikumpulkan adalah data curah hujan bulanan.
Beberapa metode penentuan klasifikasi iklim di Indonesia antara lain:
Rata-rata jumlah bulan basah adalah banyaknya bulan basah dari seluruh data
pengamatan dibagi jumlah tahun data pengamatan, demikian pula rata-rata jumlah bulan kering
20
Panduan Praktikum Agroklimatologi
adalah banyaknya bulan kering dari seluruh data pengamatan dibagi jumlah tahun data
pengamatan. Dari besarnya nilai Q ini selanjutnya ditentukan tipe curah hujan dari suatu tempat
atau daerah dengan menggunakan tabel Q atau diagram segita criteria klasifikasi tipe hujan
menurut Schmidt-Ferguson.
Tujuan
Memahami cara menentukan tipe iklim menurut Mohr, Schmidt-Ferguson dan Oldeman.
Tabel Schmidt-Ferguson
NILAI Q (%) TIPE IKLIM SIFAT
0≤Q<14,3 A Sangat basah
14,3 ≤Q<33,3 B Basah
33,3≤Q<60 C Agak basah
60≤Q<100 D Sedang
100 ≤Q<167 E Agak kering
167 ≤Q<300 F Kering
300 ≤Q<700 G Sangat kering
700≤Q< H Luar biasa kering
21
Panduan Praktikum Agroklimatologi
Bulan Kering
Bulan Basah
22
Panduan Praktikum Agroklimatologi
DAFTAR PUSTAKA
Handoko. 1993. Klimatologi Dasar “Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-
unsur Iklim”. Jurusan Geofisika dan Meteorologi, FMIPA. Institut Pertanian Bogor.
177 hal.
Manan, M.E., M.A. Nursiwan dan Sudarsono. 1986. Alat Pengukur Cuaca di Stasiun
Klimatologi. Jurusan Geofisika dan Meteorologi FMIPA. Bogor. 115.
Nasir, A.A. dan M.E. Manan. 1980. Alat-alat Pengukur Cuaca di Stasiun Klimatologi
Pertanian. Bagian Klimatologi Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Pengetahuan
Alam. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 131 hal.
23