Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhamad Hansetyo

NIM : G8401211062
Kelas : ST25
Nama Dosen : A. Syahirul Alim, Lc., M.Pd.I.
Penugasan : Kewajiban Menutup Aurat
Asisten Dosen : Wira Gautama

KEWAJIBAN MENUTUP AURAT


Dalam kehidupan muamalah sehari-hari, aspek perbedaan yang paling
menonjol dari sejumlah budaya dan tradisi masyarakat yang bersifat simbolis antara
lain adalah busana. Syariat Islam mewajibkan kaum muslimin memakai busana
yang menutup aurat dan sopan, baik laki-laki maupun perempuan.

Aurat secara bahasa dapat diartikan sebagai sesuatu yang menimbulkan rasa
malu, sehingga seseorang terdorong untuk menutupnya. Secara terminologi dalam
Hukum Islam, aurat adalah bagian badan yang tidak boleh kelihatan menurut syariat
Islam atau batas minimal bagian tubuh manusia yang wajib ditutup berdasarkan
perintah Allah.

Islam mengajarkan bahwa pakaian bukan hanya permata semata, tetapi juga
penutup aurat. Islam mewajibkan semua wanita dan pria menutup aurat yang
menarik perhatian lawan jenis. Menurut syariat Islam menutup aurat hukumnya
wajib bagi setiap orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan terutama yang
telah dewasa dan dilarang memperlihatkannya kepada orang lain dengan sengaja
tanpa ada alasan yang dibenarkan syariat. Demikian juga syariat Islam pada
dasarnya memerintahkan kepada setiap mukmin, khususnya yang sudah memiliki
nafsu birahi untuk tidak melihat dan tidak memperlihatkan auratnya kepada orang
lain terutama yang berlainan jenis. Dalil yang menjadi landasan kewajiban menutup
aurat bagi setiap mukmin ialah firman Allah SWT:

Artinya:
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-
isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

1
Allah SWT berfirman:

Artinya:
“Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian untuk
menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang
lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka ingat.” (QS. Al-A’raf: 59)

Batas aurat laki-laki dengan perempuan itu berbeda, para ulama telah
bersepakat bahwa batas aurat laki-laki adalah dari pusar sampai lutut. Hal ini sesuai
dengan apa yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW:
"Karena di antara pusar sampai lutut adalah aurat." (HR Ahmad)

Jumhur Ulama sepakat bahwa aurat wanita yang wajib ditutup ketika
bershalat adalah segenap anggota tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangannya.
Muka dan dua telapak tangan itu, menurut Sayyid Sabiq adalah bagian tubuh yang
dibolehkan tampak sesuai dengan kalimat illaa mââ zâhâ minhââ dalam QS An-Nur
(24): 31.1 Sedangkan batas aurat wanita di luar shalat, harus dibedakan antara dua
keadaan, yakni ketika berhadapan dengan orang yang bukan muhrimnya dan ketika
berhadapan dengan muhrimnya sendiri atau yang disamakan dengan itu.

ketika berhadapan dengan orang yang bukan muhrimnya, seluruh badan


harus ditutup kecuali wajah dengan telapak tangan sesuai dengan hadits Nabi
Muhammad SAW:
“Sesungguhnya wanita yang telah baligh dan haidh tidak boleh terlihat darinya
kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan dengan wajah dan kedua telapak
tangan)”. (HR. Abu Daud secara mursal).

Adapun aurat wanita ketika berhadapan dengan muhrimnya sendiri atau


yang disamakan dengan itu adalah dari pusar hingga lutut, dengan syarat aman dari
fitnah dan tidak disertai dorongan syahwat.

Disini tampaknya batasan aurat wanita ketika berhadapan dengan orang


yang bukan muhrimnya sama dengan batasan auratnya ketika shalat. Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa sebagian besar fuqaha’ menilai apa yang wajib ditutup dalam
shalat (ketika berhadapan dengan Tuhan) wajib pula ditutup dari pandangan orang
lain yang bukan muhrim.

1
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah. t.t. : Dar- Al-Kitab Al-Arabiy,tt, jilid I, h.114

Anda mungkin juga menyukai