Anda di halaman 1dari 3

Posisi Kasus (Pembunuhan)

Memiliki Rumah tangga adalah salah satu impian bagi semua orang, namun siapa sangka,
ternyata dalam rumah tangga juga ada problematika di dalamnya yakni dengan adanya kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Dilansir dari Simfoni-PPA tercatat data KDRT yang terlaporkan
pada tahun 2021 sebanyak 964 kasus (58,9%) dari 1.634 kasus kekerasan. KDRT yang
dilakukan secara stagnan bisa menjadi penyebab hilangnya nyawa seseorang yang mana hal
tersebut bisa dikualifikasikan sebagai tindak pidana pembunuhan. Tindak pidana pembunuhan
termasuk ke dalam kejahatan terhadap nyawa orang lain. Pembunuhan adalah kesengajaan
menghilangkan nyawa orang lain. Untuk menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku
harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya
orang lain dengan catatan bahwa opzet dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa
meninggalnya orang lain tersebut. Di Indonesia, tindak pidana pembunuhan dapat terjadi baik
karena unsur "kesengajaan" maupun karena unsur "ketidaksengajaan", yang mana tersebut
meliputi tindak pidana pembunuhan biasa, pembunuhan yang dikualifikasi/pemberatan,
pembunuhan berencana, pembunuhan terhadap bayi, pembunuhan atas permintaan korban, dan
pembunuhan terhadap diri sendiri. Kasus pembunuhan dalam rumah tangga kali ini dilakukan
oleh Achmad Mahfud Syafi’I, adalah seorang laki-laki berkewarganegaraan Indonesia yang
bertempat tinggal di Desa Talau RT 002/RW 001, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau. Achmad Mahfud Syafi’i merupakan lulusan Strata 1 PGSD di
Universitas Riau yang sekarang bekerja sebagai guru honorer di SD Talau 02 Palalawan.
Pada 14 Februari 2004, Achmad Mahfud Syafi’i melakukan pernikahan dengan
Sriwahyuni diumurnya yang ke-24 tahun. Diawal pernikahan, hubungan mereka sangatlah
harmonis. Achmad Mahfud Syafi’i bekerja sebagai guru honorer dan Sri Wahyuni sebagai ibu
rumah tangga. Mereka hidup dari sisa uang tabungan yang dikumpulkan sebelum menikah.
Setelah satu tahun pernikahan, Achmad Mahfud Syafi’i dan Sriwahyuni dikarunia anak pertama
yakni seorang anak laki laki yang bernama Dimas Ardiyansyah. Keluarga Achmad Mahfud
Syafi’i dengan Sriwahyuni hidup dengan bahagia.
Setelah tujuh tahun lamanya, keluarga Achmad Mahfud Syafi’i dan Sriwahyuni memiliki
anak yang kedua yakni yang bernama Tia Agustiyas. Ditahun yang sama yakni pada tahun 2012,
penghasilan dari Achmad Mahfud Syafi’I mengalami penurunan sedangkan kebutuhan dari
keluarga yang harus dipenuhi sangatlah banyak. Sehingga, menimbulkan perselisihan
dihubungan rumah tangganya.

Bermula pada hari selasa tanggal 16 september 2012 pukul 14.25 WIB dimana antara
Achmad Mahfud Syafi’i dan Sriwahyuni berselisih mengenai uang belanja yang dimintanya
untuk kebutuhan sosialita bukan untuk kebutuhan rumah tangga. Perselisihan berselang selama
kurang lebih 3 tahun lamanya hingga Sriwahyuni mendapatkan perlakuan kasar bahkan sampai
pemukulan terhadap dirinya. Karena Sriwahyuni tidak tahan dengan perlakuan dari Achmad
Mahfud Syafi’I, ia memutuskan untuk berpisah ranjang dan pulang kerumah orang tuanya.

Pada tahun 2016, Achmad Mahfud Syafi’I meminta untuk Sriwahyuni pulang. Yang
mana awalnya ia tidak mau untuk pulang, tetapi karena memikirkan kedua anaknya sehingga
Sriwahyuni memutuskan untuk ikut Achmad Mahfud Syafi’i untuk ikut bersamanya. Namun,
perselisihan dari mereka tetaplah terjadi tidak ada hentinya.

Pada tanggal 19 September 2017 sekitar pukul 22.00 WIB sepulang Achmad Mahfud
Syafi’i menghadiri pesta pernikahan adiknya di rumah orangtua bersama anaknya yang pertama.
Setibanya dirumah Achmad Mahfud Syafi’i mendapati istri dan anak bungsunya telah tidur
dikasur yang memiliki ukuran 2 x 2 meter dengan posisi berdampingan kepala ke arah jalan.
Setelah itu Achmad Mahfud Syafi’i serta Dimas Ardiyansyah langsung tidur dengan posisi
melintang kepala mengarah kearah dinding samping kiri rumah sedangkan Achmad Mahfud
Syafi’I tidur dengan posisi badan dilantai sementara kepala diatas kasur.

Tepat pada pukul 02.00 WIB hari minggu tanggal 20 september 2017 Sriwahyuni
membangunkan Achmad Mahfud Syafi’i untuk menghidupkan lampu pelita.. Kemudian achmad
mahfud syafi’I langsung bangun dan mengambil minyak lampu didapur dalam botol merek big
cola melewati pintu depan dan selanjutnya kembali kedalam rumah untuk mengisi minyak pelita
tersebut dan ketika mahfud akan memasukkan minyak kedalam botol pelita timbul niat Achmad
Mahfud Syafi’I untuk menghabisi nyawa istrinya karena terlalu kesal. Lalu minyak lampu yang
berada didalam botol merek big cola tersebut disiramkan mahfud ke tubuh Sriwahyuni dan
langsung menyulutnya dengan api yang ada di lampu pelita sehingga api membakar tubuh
Riawahyuni dan Tia Agustiyah

Melihat tubuh Tia Agustiyah ikut terbakar kemudian Achmad Mahfud Syafi’i langsung
mengangkat serta menggendong Tia Agustiyas seraya memadamkan api yang membakar tubuh
anaknya, setelah itu Achmad Mahfud Syafi’i membangunkan anak yang pertama yakni Dimas
Ardiansyah lalu membawa mereka ke luar rumah. Sesampainya di luar rumah Achmad Mahfud
Syafi’i, tidak berapa lama kemudian Achmad Mahfud Syafi’i melihat istrinya keluar dari dalam
rumah dengan tergopoh-gopoh lalu berguling di tanah sambil mengerang minta tolong.
Achmad Mahfud Syafi’i langsung berteriak minta tolong sehingga tidak berapa lama
kemudian datang tetangga yang bernama Hosin Asyari. Ketika Hosin Asyari mendengar suara
minta tolong dan segera mendekati tumpukan ysng terbakar yang berada didalam pintu rumah
Achmad Mahfud Syafi’i. yang mana didalam tumpukan yang terbakar tersebuut merupakan
Srimulyani dan pada saat itujuga Hosin Asyari segera bergegas mencari air dibelakang rumah
dan memadamkan api yang membakar tubuh srimuyani. Setelah beberapa saat datanglah saudara
Isti Qomariya selkau tetangga dari Achmad Mahfud Syafi’I yang dimintai tolong oleh Hosin
asyari untuk membantu memadamkan api yang berada dirumah Achmad Mahfud Syafii yang
membakar kasur tempat Achmad Mahfud Syafi’i dan istri serta anak-anak tidur. setelah semua
api dipadamkan tidak lama kemudian datang warga serta perangkat desa dan membawa
Sriwahyuni kerumah sakit Efarina Pangkalan Kerinci, dan sekira pukul 16.30 WIB keluarga
korban membawa korban beserta anaknya ke rumah sakit Siak dan setelah mendapatkan
perawatan secara intensive di rumah sakit Tengku Ropian Kab. Siak, dua hari kemudian
Sriwahyuni dinyatakan meninggal dunia sedangkan anak Tia Agustiyah delapan hari kemudian
dinyatakan meninggal dunia.

Setelah dinyatakan meninggal dunia, pada tanggal 19 September 2017 dilakukannya


Visum Et Repertum yang dilakukan oleh dr. Ronna Liya Harahap dengan adanya hasil
pemeriksaan yakni adanya kulit diberbagai bagian tubuh istri dan anaknya. berdasarkan Visum
Et Repertum Nomor : VER-115/IX/2017/RSB tanggal 22 September 2017 (Otopsi Mayat) yang
dibuat dan ditandatangani oleh dr. Muhammad Tegar Indrayana, dokter spesialis Forensik pada
RS Bhayangkara Pekanbaru, pada hasil pemeriksaan luar pada angka 15 menerangkan korban
bernama Afriani dan diperoleh hasil pemeriksaan sebagai berikut : Pada tulang pembatas hidung,
tepatpada garis pertengahan depan, empat sentimeter di bawah puncak hidung, terdapat patah
tulang dengan bentuk tidak simetris, tepi tidak rata, bentuk garis bergelombang dengan panjang
patahan membentuk garis sepanjang dua sentimeter, disertai serapan darah sepanjang satu
sentimeter.

Anda mungkin juga menyukai