Anda di halaman 1dari 47

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kasus Posisi

Bahwa ia Terdakwa H. Dedi Wahyudi, S.Sos Alias Dedi Bin Alm Subki M.

Bakri bersama saksi Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi (penuntutannya secara terpisah),

saksi Ruhiman als Maman bin Sarim (penuntutannya secara terpisah), saksi

Syahrul bin Sawiruddin (penuntutannya secara terpisah), saksi Dikky Mahfud bin

Syamsuri (alm) (penuntutannya secara terpisah) dan saksi Rosidi als Ros Bin

Sailin (alm) (penuntutannya secara terpisah) pada hari Kamis tanggal 13 Agustus

2020 sekira pukul 13.30 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam

bulan Agustus 2020, bertempat di Depan Ruko Royal Gading Square No. RG

10/16 RW. 24 Kel. Pegangsaan Dua Kec. Kelapa Gading, Jakarta Utara atau

ditempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri

Jakarta Utara, berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini “mereka yang

melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan yang

sengaja dengan rencana terlebih dahulu yang mengakibatkan hilangnya nyawa

seseorang” yang dilakukan Terdakwa dengan cara sebagai berikut :

Awalnya pada hari Senin tanggal 10 Agustus 2020 sekitar pukul 21.00 WIB

Terdakwa dihubungi oleh Ruhiman als Maman bin Sarim menyuruh Terdakwa

untuk datang ke Hotel Ciputra Jatisampurna, Kemudian pada hari Selasa tanggal

11 Agustus 2020 sekitar pukul 01.00 WIB Terdakwa berangkat ke Hotel Ciputra

66
67

Jatisampurna dengan menggunakan taksi online, dan pada sekitar pukul 02.00

WIB Terdakwa sampai di Hotel Ciputra Jatisampurna tersebut.

Kemudian setelah Terdakwa sampai di parkiran Hotel Ciputra Terdakwa

dihubungi oleh Syahrul bin Sawiruddin mengarahkan Terdakwa untuk langsung

menuju Lantai 7 kamar nomor 705 Hotel Ciputra, selanjutnya setelah Terdakwa

sampai dikamar tersebut ada Ruhiman als Maman bin Sarim, Syahrul bin

Sawiruddin, Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi, Rosidi als Ros Bin Sailin (alm),

selanjutnya pada saat di Hotel Ciputra dilakukan perencanaan pembunuhan oleh

Ruhiman als Maman bin Sarim terhadap Sugianto dengan cara dijerat didalam

mobil yang rencananya Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) sebagai orang pajak

menghubungi korban Sugianto lalu mengajak korban Sugianto untuk pergi

bersama Terdakwa yang sebagai supir dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) serta

Syahrul bin Sawiruddin dan Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi yang akan membunuh

korban Sugianto dengan tali raffia.

Kemudian Ruhiman als Maman bin Sarim menunjukan Foto orang yang

akan dijadikan target pembunuhan yakni foto Sugianto, dan setelah dilakukan

perencanaan tersebut Terdakwa bersama Syahrul bin Sawiruddin, Ir. Arbain

Junaedi bin Hasbi, dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) diperintahkan oleh

Ruhiman als Maman bin Sarim untuk melakukan tindakan pembunuhan tersebut

pada keesokan harinya. Kemudian pada sekitar pukul 08.30 WIB Terdakwa

bersama dengan Syahrul bin Sawiruddin, Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi dan Rosidi

als Ros Bin Sailin (alm) berangkat menuju ke Kelapa Gading untuk melakukan
68

pembunuhan tersebut menggunakan 1 (satu) Unit Mobil Fortuner warna Putih

milik Ruhiman als Maman bin Sarim.

Pada sekitar pukul 11.30 WIB Terdakwa bersama dengan Syahrul bin

Sawiruddin, Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) tiba

di parkiran Hotel Santika Kelapa Gading, selanjutnya Rosidi als Ros Bin Sailin

(alm) menghubungi korban Sugianto berpura – pura mengaku sebagai orang pajak

yang bernama LEO, selanjutnya setelah Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) selesai

menelpon Terdakwa mengarahkan kepada Syahrul bin Sawiruddin, Ir. Arbain

Junaedi bin Hasbi, dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) “kalau melakukan

pembunuhan dengan cara dijerat dengan tali rafia mana mungkin akan mati dan

juga masih rame orang, pasti akan ketahuan kamera CCTV juga banyak”.

Selanjutnya setelah Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) mendapat arahan dari

Terdakwa dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) untuk membatalkan rencana

tersebut, selanjutnya Terdakwa bersama Syahrul bin Sawiruddin, Ir. Arbain

Junaedi bin Hasbi dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) kembali ke Hotel Ciputra,

selanjutnya pada saat di perjalanan Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi menghubungi

Ruhiman als Maman bin Sarim dan memberitahu jika aksi pembunuhan tersebut

tidak jadi karena korban Sugianto tidak mau keluar dari kantor, selanjutnya

Ruhiman als Maman bin Sarim menyuruh kembali ke Hotel Ciputra.

Kemudian pada sekitar pukul 16.30 Terdakwa bersama dengan Syahrul

bin Sawiruddin, Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm)

sampai di Hotel Ciputra, dan langsung membahas pembunuhan tersebut,


69

selanjutnya Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi memiliki ide untuk membunuh korban

Sugianto dengan cara di tembak dan Ruhiman als Maman bin Sarim menyetujui

dan menyuruh Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) untuk mencarikan eksekutornya,

sedangkan senjata apinya milik Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi yang ada di

Lampung.

Selanjutnya Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) menghubungi Dikky Mahfud

bin Syamsuri (alm) untuk menjadi eksekutor dan menyuruh Dikky Mahfud bin

Syamsuri (alm) untuk pergi ke Jakarta, sedangkan Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi

menghubungi Arif untuk membawa senjata api (Senpi) milik Ir. Arbain Junaedi

bin Hasbi yang berada di mobil Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi yang berada di

Taklim Natar Lampung Selatan. kemudian Syahrul bin Sawiruddin menghubungi

Soleh untuk membawa senjata api milik Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi bersama

dengan Arif.

Pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2020 sekitar pukul 03.00 WIB Arif,

Soleh, Sodikin dan Anjar Bin Iwan tiba di Hotel Ciputra dengan membawa senjata

api milik Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi, selanjutnya senjata api tersebut di

serahkan ke Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi, dan setelah Senjata api tersebut

diserahkan Arif, Soleh, Sodikin dan Anjar Bin Iwan kembali pulang ke Lampung.

Kemudian pada sekitar pukul 08.30 WIB Terdakwa bersama Rosidi als Ros Bin

Sailin (alm) keluar dari Hotel Ciputra menuju Bendungan Hillir dengan maksud

mengambil helm dan jaket serta membuat Plat Nomor sepeda motor di Pasar

Benhill dengan harga Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) yang kemudian
70

Terdakwa simpan di dalam Mobil Fortuner warna putih milik Ruhiman als

Maman bin Sarim, sedangkan Ruhiman als Maman bin Sarim bersama Ir. Arbain

Junaedi bin Hasbi, Syahrul bin Sawiruddin dan Nur Lutfiah keluar Hotel Ciputra

membeli motor di Showroom daerah Kelapa Gading.

Selanjutnya pada sekitar pukul 13.00 WIB Dikky Mahfud bin Syamsuri

(alm) tiba di Jakarta dengan menggunakan pesawat terbang dari Bangka Belitung,

selanjutnya setelah sampai di Bandara Soekarno-Hatta Dikky Mahfud bin

Syamsuri (alm) dijemput oleh Ruhiman als Maman bin Sarim bersama-sama Ir.

Arbain Junaedi bin Hasbi, Syahrul bin Sawiruddin dan Nur Lutfiah sedangkan

Terdakwa dan Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) mengantarkan mobil milik

Terdakwa kerumah Terdakwa di Bendungan Hillir secara beriring-iringan,

selanjutnya setelah Terdakwa mengantarkan mobil milik Terdakwa bersama

Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) langsung menuju Bandara Sukarno Hatta untuk

menjemput Dikky Mahfud bin Syamsuri (alm).

Kemudian pada saat di perjalanan menuju Bandara Soekarno Hatta

Terdakwa dihubungi Syahrul bin Sawiruddin untuk ketemuan di Pom Bensin

daerah Kelapa Gading, selanjutnya sekitar pukul 14.30 WIB Terdakwa dan Rosidi

als Ros Bin Sailin (alm) bertemu di Pom Bensin, lalu Ruhiman als Maman bin

Sarim dan Nur Lutfiah pergi kekantor sedangkan Terdakwa bersama Rosidi als

Ros Bin Sailin (alm), Ir. Arbain Junaedi bin Hasbi, Syahrul bin Sawiruddin dan

Dikky Mahfud bin Syamsuri (alm) kembali ke Hotel Ciputra.


71

Kemudian setelah sampai di Hotel Ciputra sudah ada Ruhiman als

Maman bin Sarim dan rapat kembali untuk merencanakan pembunuhan

tersebut, selanjutnya Ruhiman als Maman bin Sarim menjelaskan kepada Dikky

Mahfud bin Syamsuri (alm) target yang akan di bunuh dengan menunjukan wajah

target, denah lokasi serta situasi kantor, dan setelah jelas Ir. Arbain Junaedi bin

Hasbi menjelaskan kepada Dikky Mahfud bin Syamsuri (alm) dan Syahrul bin

Sawiruddin cara menggunakan senjata api serta cara menembaknya.

Pada hari Kamis tanggal 13 Agustus 2020 sekira pukul 08.30 WIB

Terdakwa bersama Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) pergi dari Hotel Ciputra

menuju Bendungan Hillir untuk mengambil mobil milik Terdakwa, sedangkan Ir.

Arbain Junaedi bin Hasbi, Dikky Mahfud bin Syamsuri (alm) dan Syahrul bin

Sawiruddin pergi ke Showroom motor di daerah Jakarta Utara untuk mengambil 1

(satu) Unit sepeda Motor Honda Vario warna Hitam yang mana motor tersebut

sebelumnya sudah dibeli oleh Ruhiman als Maman bin Sarim.

Pada sekitar pukul 14.00 WIB Terdakwa dihubungi oleh Ruhiman als

Maman bin Sarim agar menjemput Ruhiman als Maman bin Sarim di Cinere

Jakarta Selatan dan Ruhiman als Maman bin Sarim memberitahu kepada

Terdakwa jika pembunuhan tersebut sudah berhasil, selanjutnya Terdakwa dan

Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) segera menuju ke Cinere Jakarta Selatan untuk

menjemput Ruhiman als Maman bin Sarim, dan setelah sampai Terdakwa dan

Rosidi als Ros Bin Sailin (alm) mengadakan pengajian. Selanjutnya setelah

selesai pengajian tersebut selesai Terdakwa bersama Rosidi als Ros Bin Sailin
72

(alm) berangkat menuju Lampung menggunakan 1 (satu) unit Mobil Mercedez

E300 warna Hitam No.Pol : B-1816-NBE milik Terdakwa.

Berdasarkan Surat Visume Et Repertum No. R/144/SK.B/ VIII/2020/IKF

dari Rumah Sakit Bhayangkara TK.I R. Said Sukanto pada tanggal 18 Agustus

2020 yang dibuat oleh dr. Farah P. Kaurow, SpF dan dr. Arif Wahyono, SpF

dengan Kesimpulan pada pemeriksaan ditemukan luka tembak masuk pada

punggung sisi kiri, selaput kelopak bawah mata kanan, dan pipi kiri, serta luka

tembak keluar pada dada sisi kiri, pipi kanan dan dagu sisi kiri akibat senjata api.

Selanjutnya ditemukan adanya robekan pada organ jantung, paru dan otot dan

sela iga kiri depan, patah pada tulang rahang bawah sisi kiri dan tulang iga, serta

pendarahan dalam rongga dada kiri dan kandung jantung. Sebab kematian

akibat luka tembak masuk pada punggung sisi kiri yang merobek organ dan paru

sehingga menyebabkan pendarahan.

Pada tuntutan Primair: Perbuatan Terdakwa tersebut di atas sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 Jo Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP. Pada

tuntutan Subsidair: Perbuatan Terdakwa tersebut di atas sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 338 Jo Pasal 55 ayat (1) ke- 2 KUHP.

Di dalam persidangan dihadirkan para saksi-saksi dan keterangan ahli yang

diajukan oleh Penasehat Hukum terdakwa. Hadir pula dalam persidangan tersebut

saksi verbalisan.

Di dalam persidangan tersebut terdakwa memberikan keterangannya, dan

tidak mengajukan saksi yang meringankan (a de charge).


73

Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut: 1 (satu) buah HP

merk Oppo warna gold, dan atas keberadaan barang bukti tersebut saksi dan

Terdakwa membenarkan keberadaannya.

B. Pertimbangan Hakim Dalam Perkara Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr

Yang Menyatakan Terdakwa Secara Bersama-sama Melakukan Tindak

Pidana Pembunuhan Yang Direncanakan

Pembunuhan yang direncanakan (moord) merupakan bagian dari delik

kejahatan terhadap nyawa. Delik pembunuhan yang direncanakan diatur dalam

Pasal 340 KUHP dan merupakan delik materiil. Bahwa sebagai delik materiil,

mensyaratkan adanya akibat-akibat tertentu yang dilarang oleh undang-undang

yakni hilangnya nyawa orang lain. Selain mensyaratkan adanya hilangnya nyawa

seseorang, agar dapat dikualifikasikan sebagai pembunuhan yang direncanakan,

Pasal 340 KUHP mensyaratkan pula adanya niat untuk melakukan pembunuhan

tersebut haruslah direnungkan terlebih dahulu dan terdapat cukup waktu antara

timbulnya niat untuk melakukan perbuatan tersebut dengan pelaksanaan

perbuatan. Oleh karenanya delik pembunuhan yang telah direncanakan

merupakan delik kejahatan terhadap nyawa yang dikualifikasikan sebagai delik

yang berat.

Subjek atau pelaku kejahatan dalam KUHP dirumuskan dengan

“barangsiapa” atau “hij die”. Bahwa yang dimaksud dengan barangsiapa atau hij

die, adalah orang, dan orang ini hanya satu orang, bukan banyak orang atau
74

beberapa orang.15 Namun dalam praktiknya, suatu delik tidak hanya dilakukan

oleh satu orang. Akan tetapi, dapat pula dilakukan oleh banyak orang atau

beberapa orang. Selain itu, tidak jarang dalam beberapa peristiwa tindak pidana

antara masing-masing pelaku kejahatan tidak memenuhi unsur-unsur tindak

pidana dalam suatu delik. Sebagai sebuah contoh perbuatan memegang tangan

korban, membuang mayat dalam delik pembunuhan, tentu perbuatan pelaku yang

demikian ini tidak memenuhi unsur-unsur dalam delik pembunuhan yang

mensyaratkan adanya perbuatan yang mengakibatkan kematian seseorang. Maka

perlu adanya aturan yang mengatur pertanggungjawaban pidana terhadap orang-

orang yang demikian ini.

Pasal 55 sampai dengan Pasal 62 KUHP mengatur tentang

pertanggungjawaban terhadap pelaku tindak pidana penyertaan yang dilakukan

lebih dari satu orang. Menurut Utrecht bahwa pelajaran umum turut serta justru

dibuat untuk menuntut pertanggungjawaban mereka yang memungkinkan

pembuat melakukan peristiwa pidana, biarpun perbuatan mereka itu sendiri tidak

memuat anasir peristiwa pidana. Biarpun mereka bukan pembuat yaitu perbuatan

mereka tidak memuat anasir-anasir peristiwa pidana, masih juga mereka

bertanggung jawab atas dilakukannya peristiwa pidana, karena tanpa turut

sertanya mereka sudah tentu peristiwa pidana itu tidak pernah terjadi.16

15
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 3 Percobaan Dan Penyertaan. Jakarta:
Rajawali Press, 2014, hlm. 70
16
Ibid. hlm.71
75

Putusan Hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang

sedang diperiksa dan diadili oleh hakim tersebut. Di dalam putusan terdapat

syarat formil yang harus dipenuhi salah satunya adalah pertimbangan. Bahwa

pertimbangan hakim adalah argumentasi atau alasan yang dipakai oleh hakim

sebagai pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus perkara.

Dalam praktik sebelum pertimbangan yuridis ini dibuktikan, maka hakim terlebih

dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan

konklusi komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang

bukti. Pasal 183 KUHAP telah menentukan sistem pembuktian secara negatif. 17

Bahwa pertimbangan disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta

alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar

penentuan kesalahan terdakwa. Oleh karena itu sebelum putusan dijatuhkan

hakim memberikan argumentasinya terhadap suatu perkara yang kemudian

menjadi landasan bagi hakim dalam menentukan kesalahan terdakwa dan

menjatuhkan pidana atas kesalahan itu.

Pada putusan Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr dalam perkara

pembunuhan berencana secara bersama-sama yang dilakukan oleh Terdakwa H.

Dedi Wahyudi, S.Sos Alias Dedi Bin Alm Subki M. Bakri bersama-sama dengan

Rohiman Alias Maman (berperan sebagai otak pembunuhan serta merencanakan

17
Negatief wettelijke bewijstheorie merupakan sistem atau teori pembuktian yang berdasar
undang-undang secara negatif, pemidanaan didasarkan pada pembuktian berganda (dubble en
grondslag) yaitu, pada peraturan perundang-undangan dan keyakinan hakim, dan menurut undang-
undang, dasar keyakinan hakim itu bersumber pada peraturan perundang-undangan. Andi Hamzah,
Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2014, hlm. 256
76

aksi pembunuhan tersebut), Rosidi (berperan sebagai penghubung eksekutor

pembunuhan tersebut dan juga mengetahui rencana pembunuhan, Arbain

(berperan sebagai mengetahui rencana pembunuhan serta pencetus ide untuk

menembak korban dan yang memiliki senjata api (senpi) yang digunakan oleh

eksekutor), Lutfiah (berperan sebagai mengetahui rencana pembunuhan serta

penyandang dana untuk aksi pembunuhan tersebut dan uang tersebut diberikan

kepada Rohiman Alias Maman dan juga merupakan otak dari perencanna

pembunuhan), Syahrul (berperan sebagai mengetahui rencana pembunuhan serta

joki (yang mengendarai motor) bersama eksekutor menuju lokasi aksi

pembunuhan tersebut), Mahfud (berperan sebagai eksekutor aksi pembunuhan

tersebut), dan Raden Sarmada membantu dalam pelarian Rosidi ke Surabaya Jawa

Timur dan akan menyeberang ke Kalimantan.

Bahwa atas perbuatan para pelaku terhadap korban yakni korban Sugianto

yang mengakibatkan hilangnya nyawa korban dengan cara ditembak dengan

senjata api.

Pada perkara Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr surat dakwaan yang dibuat

oleh jaksa disusun secara bertingkat sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan

oleh seseorang dimulai dari tindak pidana terberat sampai dengan tindak pidana

teringan.

Sehingga atas dasar hal tersebut hakim dapat memilih antara dakwaan

kesatu atau dakwaan kedua. Adapun dakwaan yang didakwakan oleh Penuntut

Umum terhadap terdakwa adalah sebagai berikut:


77

Pada tuntutan Primair: Perbuatan Terdakwa tersebut di atas sebagaimana diatur dan

diancam pidana dalam Pasal 340 Jo Pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP.

Pada tuntutan Subsidair: Perbuatan Terdakwa tersebut di atas sebagaimana diatur

dan diancam pidana dalam Pasal 338 Jo Pasal 55 ayat (1) ke- 2 KUHP.

Berdasarkan alat-alat bukti berupa keterangan saksi-saksi, keterangan

terdakwa serta dikaitkan dengan barang bukti dan bukti surat berupa visum et

repertum dapat diperoleh suatu kesimpulan bahwa fakta-fakta hukum yang

terungkap dalam sidang pemeriksaan dipersidangan adalah sebagai berikut:

Terdakwa mengikuti rencana aksi pembunuhan tersebut dan juga sebagai

supir saat melaksanakan pembunuhan dengan diikat tali namun tidak terlaksana,

menjadi sopir mobil saat Dikky Mahmud dan Syahrul mengambil motor saat akan

melakukan pembunuhan dengan menggunakan senjata api, melakukan antar

jemput Rosidi dan Ruhiman dan yang melakukan pembuatan plat palsu sepeda

motor Vario warna HItam dan yang menyediakan helm Grab dan Jaket Grab.

Berdasarkan Visum Et Repertum Nomor : R/144/SK.B/VIII/2020/IKF

tanggal 18 Agustus 2020 yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit R. Said Sukanto

Perihal Hasil Visum Et Repertum Mayat atas nama Sugianto dengan kesimpulan :

Telah dilakukan pemeriksaan terhadap mayat seorang laki-laki berusia lima

puluh tahun dan bergolongan darah O. Pada pemeriksaan ditemukan luka tembak

masuk pada punggung sisi kiri, selaput kelopak bawah mata kanan dan pipi kiri,

serta luka tembak keluar pada dada sisi kiri, pipi kanan dan dagu sisi kiri akibat

senjata api. Selanjutnya ditemukan adanya robekan pada organ jantung, paru
78

dan otot dan sela iga kiri depan, patah pada tulang rahang bawah sisi kiri dan

tulang iga, serta perdarahan dalam rongga dada kiri dan kandung jantung. Sebab

kematian akibat luka tembak masuk pada punggung sisi kiri yang merobek organ

jantung dan paru sehingga menyebabkan perdarahan.

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No.LAB :

4319/BSF/2020 tanggal 7 September 2020 dengan kesimpulan : Berdasarkan

hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada BAB III dan dari data/file

SUBBID Senjata Api Forensik Pusat Laboratorium Forensik maka pemeriksa

berpendapat bahwa : 1 (satu) butir anak peluru bukti Q1 yang tersebut pada Bab I

Sub I adalah anak peluru kaliber 380 Auto Round Nose Full Metal Jacket

terdeformasi dan 5 (lima) butir selongsong peluru bukti Q2.1 s/d Q2.5 yang

tersebut pada BAB I SUB 2 adalah selongsong peluru kaliber 380 Auto dan telah

ditembakkan dari 1 (satu) pucuk senjata api.

Berdasarkan Berita Acara Pemeriksaan Laboratoris Kriminalistik No.LAB :

4516/BSF/2020 tanggal 9 September 2020 dengan kesimpulan : Berdasarkan

hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada Bab III dan dari data/file Subbid

Senjata Api Forensik Pusat Laboratorium Forensik maka pemeriksa berpendapat

bahwa : 1 (satu) pucuk senjata api bukti Q yang tersebut pada Bab I Sub I adalah

senjata api genggam model pistol kaliber 380 Auto dan dapat berfungsi dengan

baik serta dapat ditembakkan dan 1 (satu) butir anak peluru bukti Q1 yang

tersebut pada BAP No.LAB : 4319/BSF/2020 adalah anak peluru kaliber 380
79

Auto Full Metal Jecket dan telah ditembakkan dari senjata api bukti Q yang

tersebut pada Bab 1 Sub I (Identik).

Berdasarkan fakta-fakta hukum dipersidangan sebagaimana disimpulkan

dari keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa serta dikaitkan dengan barang

bukti serta bukti surat visum et repertum. Kemudian hakim mempertimbangkan

fakta-fakta tersebut dengan dakwaan penuntut umum. Oleh karena penuntut

umum menyusun dakwaan dalam bentuk alternatif maka hakim dapat memilih

salah satu dari kedua dakwaan tersebut. Bahwa hakim memilih untuk

membuktikan dakwaan yang pertama. Adapun dalam dakwaan pertama oleh

penuntut umum disusun kembali secara subsidaritas. Oleh karenanya untuk

pertama kali hakim akan mempertimbangkan dakwaan kesatu primair. Dalam

dakwaan kesatu primair terdakwa didakwa oleh penuntut umum telah melakukan

tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1)

ke- 1 KUHP.

Adapun unsur-unsur tindak pidana pembunuhan berencana sebagaimana

diatur dalam Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP adalah sebagai

berikut:

1. Barangsiapa;

2. Dengan sengaja;

3. Direncanakan lebih dulu;

4. Menghilangkan nyawa orang lain;

5. Yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan.
80

Kemudian dalam pertimbangan hakim pada perkara Nomor

213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr terhadap unsur-unsur dalam Pasal 340 KUHP Jo.

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP adalah sebagai berikut:

Ad.1. Unsur Barangsiapa

Unsur “Barang Siapa” adalah dimaksudkan mengenai seseorang yang yang

diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yang mempunyai identitas sebagai mana

dalam Surat Dakwaan dan telah ternyata dalam persidangan berdasarkan

keterangan Terdakwa H. Dedi Wahyudi, S.Sos Alias Dedi Bin Alm Subki M.

Bakri, ia Terdakwa membenarkan identitas sebaimana dalam surat dakwaan

tersebut adalah dirinya , sehingga memang ia Terdakwalah yang dimaksud oleh

Penuntut Umum sebagai pelaku perbuatan pidana dalam uraian dakwaannya.

Selanjutnya unsur “Barang Siapa“ juga berkaitan dengan orang yang

apabila orang tersebut terbukti memenuhi unsur tindak pidana yang didakwakan

terhadapnya . Dengan demikian untuk membuktikan unsur “ Barang Siapa “

harus dibuktikan terlebih dahulu unsur lainnya , sehingga apabila unsur-unsur

lainnya tersebut telah terpenuhi, maka unsur “Barang Siapa“ akan menunjuk pada

diri Terdakwa, akan tetapi sebaliknya apabila unsur-unsur lainnya tidak

terpenuhi, maka unsur “Barang Siapa “ tidak terpenuhi pula.

Uraian pertimbangan tersebut merujuk pada pendapat Lamintang yang

menyebutkan “untuk menjabarkan sesuatu rumusan delik ke dalam unsur-

unsurnya, maka yang mula-mula dapat dijumpai adalah disebutkan sesuatu

tindakan manusia, maka dengan tindakan itu seseorang telah melakukan sesuatu
81

tindakan yang terlarang oleh UU“, sehingga selanjutnya untuk membuktikan

apakah benar Terdakwa telah melakukan perbuatan sebagaimana uraian di dalam

surat Dakwaan Penuntut Umum, maka haruslah juga mempertimbangkan tentang

teori Pemidanaan, pertanggungjawaban dan kesalahan dan pembuktian di depan

persidangan.

Syarat-syarat pokok dari sesuatu delik atau tindak pidana adalah :

a. Dipenuhinya semua unsur dari delik seperti yang terdapat di dalam rumusan

delik.

b. Dapat dipertangungjawabkannya Si Pelaku atas perbuatannya.

c. Tindakan dari Pelaku tersebut haruslah dilakukan dengan sengaja atau tidak

disengaja.

d. Pelaku tersebut dapat dihukum.

Syarat-syarat tersebut oleh Lamintang disebut “ Begeleidende omstandigen

atau vergezellende onstandigen atau keadaan- keadaan penyerta atau keadaan

yang menyertai sesuatu tindakan.

Berdasarkan uraian pertimbangan di atas, maka Majelis Hakim berpendapat

apakah unsur “Barang Siapa“ terpenuhi atau tidak akan tergantung dari

pertimbangan tentang terbukti atau tidaknya unsur-unsur berikutnya sebagaimana

uraian di bawah ini.

Ad.2. Unsur Dengan Sengaja Dan Dengan Rencana Terlebih Dahulu;

Mengenai unsur “Dengan Sengaja“ dalam literatur dikenal 2 (dua) Teori

Kesengajaan yaitu Teori Kehendak (Wilstheorie) yang diajarkan oleh Von Hippel
82

(ahli hukum Jerman) menerangkan bahwa Sengaja adalah kehendak untuk

membuat suatu perbuatan dan kehendak untk menimbulkan akibat dari

perbuatan itu, dengan demikian jika seseorang melakukan perbuatan tertentu,

maka kehendak orang tersebut adalah menimbulkan akibat atas perbuatannya, di

mana seseorang tersebut melakukan perbuatan tersebut justru karena ia

menghedaki akibatnya“. Selanjutnya yang kedua adalah Teori

Pengetahuan/Membayangkan (Voorstellingtheorie) yang diajarkan oleh Frank

(ahli hukum Jerman) dengan karangannya yaitu Vorstelung un Wille in der

Moderner Doluslehre, menerangkan bahwa Tidaklah mungkin sesuatu akibat

atau hal ihwal yang menyertai itu tidak dapat dikatakan oleh pembuatnya tentu

dapat dikehendakinya pula, karena manusia hanya dapat

membayangkan/menyangka terhadap akibat atau hal ikhwal yang menyertainya.

Sehingga menurut teori Pengetahuan ini pelaku tindak pidana tidak harus

menghendaki akibatnya, melainkan hanya dapat membayangkan/ menyangka

(Vorstellen) bahwa akibat perbuatannya itu akan timbul, sudah cukup untuk

menyatakan pelaku “ menghendaki dan mengetahui“.

Kemudian jika dilihat dari segi sifatnya, maka dikenal 2 (dua) Teori yaitu

Teori Kesengajaan Berwarna (Gekleurd) dan Teori Kesengajaan Tidak Berwarna

(Kleurloos), di mana yang dimaksud dengan Teori Kesengajaan Berwarna adalah

Bilamana kesengajaan melakukan sesuatu perbuatan mencakup pengetahuan si

Pelaku bahwa perbuatannya melawan hukum (dilarang). Jadi harus ada

hubungan antara keadaan batin pelaku dengan sifat melawan hukumnya


83

perbuatan, artinya untuk menyatakan adanya kesengajaan untuk berbuat jahat

diperlukan syarat bahwa pada saat melakukan perbuatan pidana, si Pelaku ada

kesadaran bahwa perbuatannya dilarang dan/atau dapat dipidana.

Kedua adalah Teori Kesengajaan Tidak Berwarna (Kleurloos) yaitu bahwa

untuk adanya kesengajaan Pelaku perbuatan yang dilarang/dipidana tidak

disyaratkan bahwa ia perlu tahu bahwa perbuatannya terlarang, sehingga bisa

saja si Pelaku dikatakan telah berbuat dengan sengaja, walaupun ia tidak

mengetahui bahwa perbuatannya tersebut dilarang atau bertentangan dengan

hukum.

Jika dikaitkan dengan doktrin Fiksi Hukum (Azas yang menganggap semua

orang tahu hukum) yang dianut di Indonesia, maka Teori Kesengajaan Tidak

Berwarna inilah yang sesuai, sehingga berdasarkan uraian teori Kesengajaan

berdasarkan jenis dan sifatnya maka dapat disimpulkan sistem pidana di

Indonesia (KUHP) menganut Teori Pengetahuan/Membayangkan

(Voorstellingstheorie) dan Teori Kesengajaan Tidak Berwarna (Kleurloos) di

mana untuk menilai apakah pelaku tindak pidana sengaja melakukan

perbuatannya adalah dengan menilai apakah Pelaku tindak pidana

membayangkan/menyangka (voorstellen) akibat dari perbuatannya tersebut, dan

tidak menjadi masalah apakah akibat perbuatannya sesuai dengan bayangan

atau pun sangkaan atau pun tujuan Pelaku , dan tidak menjadi soal apakah

Pelaku mengetahui perbuatannya tersebut melanggar hukum atau tidak

Menimbang, bahwa dalam KUHP sendiri tidak memberikan pengertian tentang


84

Kesengajaan, namun di dalam Memorie van Toelitchting (MvT) disebutkan

bahwa “Pidana pada umumnya hendaknya dijatuhkan hanya pada barang siapa

yang melakukan perbuatan yang dilarang, dengan dikehendaki dan diketahui“,

sehingga berdasarkan penjelasan tersebut Kesengajaan diartikan sebagai

“Menghendaki dan Mengetahui (Willens en Wettens) artinya seseorang yang

melakukan suatu tindakan dengan sengaja, harus menghendaki serta menginsyafi

tindakan tersebut dan/atau akibatnya.

Mengenai unsur “Dengan Rencana Terlebih Dahulu“ di dalam perumusan

delik adalah merupakan unsur yang memberatkan ancaman pidana/hukuman, jadi

bukanlah unsur yang menentukan ada tidaknya perbuatan pidana, namun hanya

merupakan suatu unsur tambahan, sehingga tidak terbuktinya unsur dimaksud

tidak menyebabkan perbuatan pidana dimaksud tidak pernah dilakukan.

Sebagaimana fakta hukum yang terjadi di persidangan Nur Luthfiah Binti

Nur Ghozali yang mempunyai inisiatif untuk melakukan perencanaan dan

pelaksanaan pembunuhan korban Sugianto, namun berdasarkan keterangan saksi

Ruhiman yang menerangkan bahwa Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali pernah

menyampaikan kepada saksi Ruhiman pada tanggal 4 Agustus 2020 untuk

mencarikan orang yang bisa “menghilangkan atau membunuh korban Sugianto“

dengan mengatakan akan diberikan uang sebesar Rp.220.000.000,- sebagai

imbalannya, yang akhirnya disanggupi oleh saksi Ruhiman, di mana setelah itu

Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali pada tanggal 5 Agustus 2020 men-transfer uang
85

sebesar Rp.100.000.000,- ke rekening saksi Ruhiman, yang selanjutnya uang

tersebut oleh saksi Ruhiman diberikan kepada saksi Arbaik Junaidi.

Fakta persidangan menunjukkan bukti bahwa pelaku pembunuhan

(eksekutor) adalah saksi Diki Mahfud sebagaimana diakui oleh saksi Diki

Mahfud yang keterangannya bersesuaian dengan saksi Syahrul yang berperan

memboncengkan saksi Diki Mahfud, di mana alat yang digunakan untuk

melakukan pembunuhan terhadap korban Sugianto adalah sepucuk pistol merk

Browning warna hitam dengan nomor seri: BDA-380425 NM01548 milik saksi

Arbaik Junaidi yang diberikan oleh saksi Arbaik Junaidi kepada saksi Diki

Mahfud.

Dari fakta hukum sebagaimana tersebut di atas, jelas terdapat rangkaian

perbuatan atau keadaan yang satu dengan lainnya bersesuaian, yang membuktikan

adanya niat atau kehendak (Mens Rea) pada diri Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali

untuk sengaja ingin melakukan pembunuhan terhadap korban Sugianto, apalagi

terdapat fakta lainnya yaitu Terdakwalah bersama dengan saksi Ruhiman yang

mengantar dengan menggunakan mobil untuk mengambil dan juga

mempersiapkan sepeda motor honda Vario yang digunakan oleh saksi Syahrul

dan saksi Diki Mahfud saat hendak melaksanakan pembunuhan terhadap korban

Sugianto.

Sebagaimana fakta hukum yang terjadi di persidangan pula, sejak

munculnya niat atau kehendak (Mens Rea) pada diri Nur Luthfiah Binti Nur

Ghozali pada tanggal 4 Agustus 2020 di mana Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali
86

menyampaikan niatnya tersebut kepada saksi Ruhiman, selanjutnya diikuti

rangkaian perbuatan sejak tanggal 5 Agustus 2020 sampai dengan tanggal 13

Agustus 2020 yaitu Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali memberikan uang kepada

saksi Ruhiman sebesar Rp.100.000.000,- melalui transfer, lalu memberikan uang

sisanya sebesar Rp.100.000.000,- kepada saksi Arbaik Junaidi pada tanggal 6

Agustus 2020, kemudian pertemuan saksi Ruhiman dengan saksi Nur Luthfiah

Binti Nur Ghozali, saksi Arbaik Junaidi, saksi Syahrul dan Terdakwa Dede

Wahyudi yang di- inisiatif oleh saksi Ruhiman, selanjutnya saat Nur Luthfiah

Binti Nur Ghozali pura-pura kerasukan arwah ayahandanya di hadapan saksi

Ruhiman, Terdakwa Dede Wahyudi, saksi Rosidi, saksi Syahrul sampai pada

perbuatan Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali bersama saksi Ruhiman yang membeli

sepeda motor honda Vario yang dipakai oleh saksi Syahrul dan saksi Mahfud dan

memberikan nomor HP korban Sugianto kepada Terdakwa saat hendak

melakukan pembunuhan terhadap korban Sugianto.

Dari sejak tanggal 4 Agustus 2020 sampai dengan tanggal 13 Agustus 2020

merupakan rentang waktu yang cukup berpikir bagi Nur Luthfiah Binti Nur

Ghozali sejak munculnya niat atau kehendak ( Mens Rea) sampai pada terjadinya

niat atau kehendak Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali tersebut, sehingga jelas

terdapat situasi kondisi yang sebenarnya bisa digunakan oleh Nur Luthfiah Binti

Nur Ghozali dan teman-temannya termasuk Terdakwa untuk mengurungkan

niatnya tersebut namun hal itu tidak dilakukan.


87

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana tersebut di atas,

Majelis Hakim berpendapat telah terbukti adanya perencanan terlebih dahulu

sebelum terjadinya pembunuhan korban Sugianto yang dilakukan oleh Nur

Luthfiah Binti Nur Ghozali bersama dengan saksi Ruhiman, saksi Arbaik Junaidi,

saksi Syahrul, Rosidi alias Ros saksi Diki Mahfud, dan Terdakwa, sehingga

dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.

Ad.3. Unsur Merampas nyawa orang lain

Sebagaimana fakta dipersidangan pada tanggal 13 Agustus 2020 sekitar jam

06.30 wib saksi Dikky Mahfud,Syahrul, Arbain Junaedi, Rosidi dan Terdakwa

Dedy Wahyudi berkemas untuk melakukan Ceck out dan selesai sarapan di hotel

tersebut Arbain Junaedi saksi Dikky Mahfud bersama Syahrul, Arbain Junaedi,

Rosidi dan Terdakwa dengan menggunakan mobil Toyota Fortuner warna putih

dan dikemudikan oleh Terdakwa berangkat ke tempat penitipan motor yang

dititipkan oleh Syahrul, ditengah perjalan Arbain Junaedi memberi uang tunai

sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) kepada saksi Dikky Mahfud dan sdr.

Syahrul sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah) dengan tujuan untuk biaya

operasional setelah melakukan pembunuhan terhadap Sugianto dengan cara

melarikan diri dan pakaian yang gunakan adalah Celana Jeans merk Triple warna

hitam, kaos merk Cole warna hitam, sepatu boat merk Pakalolo warna hitam,

Jaket warna hitam dan Topi warna Coklat.


88

Sekitar jam 08.15 wib Terdakwa bersama rombongan tiba di lokasi tempat

penitipan motor honda Vario warna hitam dan Syahrul turun dari mobil untuk

mengambil motor tersebut, pada saat saksi Dikky Mahfud menunggu Syahrul

mengambil motor yang dititipkan, Arbain Junaedi menyerahkan 1 (satu) pucuk

senjata berisi 5 (lima) dalam posisi sudah dikokang kepada Dikky Mahfud, lalu

saksi Dikky Mahfud menaruh senjata Api tersebut di dalam Tas slempang warna

hitam, selanjutnya Syahrul kembali menghampiri Dikky Mahfud bersama

rombongan yang menunggu tidak jauh dari tempat penitipan tersebut, lalu Dikky

Mahfud turun dari mobil dan Syahrul mengambil dan memakai Jaket dan Helm

ojek online (grab), lalu Ir. Arbaik Junaidi alias Arbain bersama Rosidi alias Ros

dan Terdakwa Dedi Wahyudi alias Dedy menuju ke daerah Benhil Jakarta Pusat

mengantar Terdakwa Dedi Wahyudi alias Dedy ke rumahnya tiba sekitar jam

11.00 WIB, ketika sedang ngobrol Terdakwa Dedi Wahyudi alias Dedy dihubungi

Ruhiman alias Maman yang menyuruh saksi Rosidi alias Ros dan Terdakwa Dedi

Wahyudi alias Dedy supaya menemui Ruhiman alias Maman di daerah Cinere,

kemudian Ir. Arbaik Junaidi alias Arbain pulang ke rumah di Perum PWS Blok

AE-10 No.39 RT.004 RW.002 Kelurahan Kadu Agung, Kecamatan Tiga Raksa,

Tangerang menggunakan Mobil Fortuner warna putih milk Saksi Ruhiman alias

Maman sambil menunggu kabar dari Saksi Syahrul dan Dikky Mahfud.

Selanjutnya Syahrul dan Dikky Mahfud dengan mengendarai honda Vario

warna hitam menuju Kepala Gading, oleh karena masih pagi dan korban belum

terlihat, keduanya sempat sarapan dan minum kopi sambil melihat keberadaan
89

korban, dan sekitar pukul 12.45 WIB Syahrul melihat Korban Sugianto keluar

dari Ruko No.RG 10/18i, lalu Syahrul memberi tahu Dikky Mahfud dan ketika

itu langsung bergegas menghampiri Korban Sugianto melalui pintu utama

Komplek Ruko sedangkan Syahrul menunggu didepan Warung Makan tersebut.

Setelah Dikky Mahfud berpapasan dengan Korban Sugianto di Teras di

depan Ruko Royal Gading Square No.RG 10/16 dan dapat dipastikan laki-laki

yang bepapasan tersebut adalah Korban Sugianto, selanjutnya dengan cepatnya

Dikky Mahfud mengeluarkan Senjata Api dari Tas lalu membuka kunci senjata

api dilanjutkan membalikkan badan dan dari jarak satu meter Dikky Mahfud

menembak punggung Korban Sugianto sebanyak 1 (satu) kali akan tetapi meleset,

sehingga Korban Sugianto berlari kearah Pos Security, lalu Dikky Mahfud

mengejar sambil menembak punggung Korban Sugianto sebanyak 2 (dua) kali,

ketika itu Korban Sugianto membalikan badannya selanjutnya Dikky Mahfud

kembali menembak bagian dada Korban Sugianto sebanyak 1 (satu) kali akan

tetapi Korban Sugianto masih berdiri, sehingga Terdakwa Dikky Mahfud

menembak kepala Korban Sugianto sebanyak 1 (satu) kali, setelah Korban jatuh,

selanjutnya Dikky Mahfud berlari akan tetapi Dikky Mahfud sempat terjatuh dan

berdiri kembali sambil mengunci Senjata Api berlari melompati pagar Komplek

Ruko menuju ke Warung Makan tempat Saksi Syahrul menunggu disebelah kiri

Ruko, kemudian Dikky Mahfud bersama Saksi Syahrulmelarikan diri

menggunakan Motor vario warna hitam merah yang dikemudikan Saksi Syahrul

menuju kearah Pasar Ular Tanjung Priok, ketika diperjalanan Dikky Mahfud
90

membuka Topi dan Jaket dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberikan

kepada Syahrul, setelah itu Syahrul menurunkan Dikky Mahfud dan menyuruh

kabur menggunakan Ojek, sedangkan Syahrul Bin SAWIRUDDIN menuju ke

rumahnya Ir. Arbaik Junaidi alias Arbain dan setelah sampai Kunci Kontak

berikut STNK diserahkan kepada Ir. Arbaik Junaidi alias Arbain serta Sepeda

Motor vario warna hitam merah disimpan di rumahnya Ir. Arbaik Junaidi alias

Arbain.

Berdasarkan Visum Et Repertum Nomor : R/144/SK.B/VIII/2020/IKF

tanggal 18 Agustus 2020 yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit R. Said Sukanto

Perihal Hasil Visum Et Repertum Mayat atas nama Sugianto dengan kesimpulan

: Telah dilakukan pemeriksaan terhadap mayat seorang laki-laki berusia lima

puluh tahun dan bergolongan darah O. Pada pemeriksaan ditemukan luka tembak

masuk pada punggung sisi kiri, selaput kelopak bawah mata kanan dan pipi kiri,

serta luka tembak keluar pada dada sisi kiri, pipi kanan dan dagu sisi kiri akibat

senjata api. Selanjutnya ditemukan adanya robekan pada organ jantung, paru

dan otot dan sela iga kiri depan, patah pada tulang rahang bawah sisi kiri dan

tulang iga, serta perdarahan dalam rongga dada kiri dan kandung jantung. Sebab

kematian akibat luka tembak masuk pada punggung sisi kiri yang merobek

organ jantung dan paru sehingga menyebabkan perdarahan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim

berpendapat unsur “Merampas Nyawa Orang Lain” telah terpenuhi.


91

Ad.4. Unsur Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang

turut serta melakukan perbuatan;

Sebagaimana ketentuan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP berbunyi “Dihukum

sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana yaitu orang yang melakukan,

yang menyuruh melakukan atau tururt melakukan perbuatan itu.“

Sebagaimana fakta hukum yang terbukti di persidangan, cara melakukan

pembunuhan tersebut dilakukan oleh saksi Diki Mahfud dengan menggunakan 1

(satu) Unit Sepeda Motor Honda Vario warna hitam dengan menggunakan

No.Pol palsu bersama saksi Syahrul, menggunakan 1 (satu) buah helm warna

hijau bertuliskan Grab, Menggunakan 1 (satu) pcs jaket warna hijau hitam

bertuliskan Grab, Menggunakan 1 (satu) pcs kaos warna hitam dengan celana

bahan warna hitam, Menggunakan 1 (satu) pcs sepatu merk pakalolo warna

hitam, Menggunakan 1 (satu) pucuk senjata api jenis pistol merk browning warna

hitam dengan nomor seri : BDA-380425 NM01548 berikut 10 (sepuluh) butir

peluru yang terisi pada magazine pistol tersebut.

Perbuatan saksi Diki Mahfud melakukan penembakan terhadap korban

Sugianto sebagaimana tersebut di atas diawali dari niat atau kehendak (Mens

Rea) diri Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali, sehingga Nur Luthfiah Binti Nur

Ghozali berperan sebagai yang merencanakan pembunuhan dengan cara

memberitakan bahwa dirinya akan dilecehkan oleh korban Sugianto kepada saksi

Ruhiman, sehingga sampai peristiwa pembunuhan tersebut terjadi, saksi Ruhiman

berperan menerima perintah dari Nur Luthfiah Binti Nur Ghozali untuk
92

merencanakan pembunuhan terhadap korban Sugianto, di mana saksi Arbaik

Junaidi berperan yang menyiapkan senjata api sekaligus sebagai pemiliknya,

saksi Rosidi berperan yang mengaku sebagai petugas pajak bernama LEO dengan

maksud agar korban keluar dari lokasi sekitar rumahnya, saksi DIKY Mahfud

berperan sebagai eksekutor (yang melakukan penembakan), saksi Syahrul yang

memboncengkan saksi DIKY Mahfud saat hendak melakukan penembakan.

Selain menyampaikan niat atau kehendak (Mens Rea) untuk menghilangkan

atau membunuh korban Sugianto kepada saksi Ruhiman, Nur Luthfiah Binti Nur

Ghozali juga memberikan uang sebesar Rp.220.000.000,- untuk pendanaan atau

imbalan bagi pelaksanaan pembunuhan, kemudian juga membeli sepeda motor

yang digunakan oleh saksi Diky Mahfud dan saksi Syahrul saat akan

melaksanakan pembunuhan korban Sugianto, serta juga menyewakan kamar

hotel di hotel Ciputra untuk Rosidi alias Ros, saksi Syahrul dan saksi Ruhiman.

Adapun peran dalam pembunuhan tersebut yaitu :

a. ROHIMAN Alias Maman berperan sebagai otak pembunuhan serta

merencanakan aksi pembunuhan tersebut.

b. Rosidi berperan sebagai penghubung eksekutor (Dikky Mahfud) pembunuhan

tersebut dan juga mengetahui rencana pembunuhan.

c. Arbain berperan sebagai mengetahui rencana pembunuhan serta pencetus ide

untuk menembak korban dan yang memiliki senjata api (senpi) yang

digunakan oleh eksekutor.


93

d. LUTFIAH berperan sebagai mengetahui rencana pembunuhan serta

penyandang dana untuk aksi pembunuhan tersebut dan uang tersebut

diberikan kepada ROHIMAN Alias Maman dan juag merupak otak dari

perencanaan pembunuhan.

e. Syahrul berperan sebagai mengetahui rencana pembunuhan serta joki (yang

mengendarai motor) bersama eksekutor menuju lokasi aksi pembunuhan

tersebut.

f. Dikky Mahfud berperan sebagai eksekutor aksi pembunuhan tersebut.

g. RADEN SARMADA membantu dalam pelarian Rosidi ke Surabaya Jawa

Timur dan akan menyeberang ke Kalimantan.

h. Terdakwa mengikuti rencana aksi pembunuhan tersebut dan juga sebagai supir

saat melaksanakan pembunuhan dengan diikat tali namun tidak terlaksana,

menjadi sopir mobil saat Dikky Mahmud dan Syahrul mengambil motor saat

akan melakukan pembunuhan dengan menggunakan senjata api, melakukan

antar jemput Rosidi dan Ruhiman dan yang melakukan pembuatan plat

palsu sepeda motor Vario warna Hitam dan yang menyediakan helm GRAB

dan Jaket GRAB.

Dengan demikian terbukti bahwa Terdakwa ikut membahas rencana

pembunuhan terhadap korban Sugianto di Hotel Pukowon, di Natar - Lampung

dan Hotel Ciputra Jatisampurna, Bekasi dan saat akan dilakukan pembunuhan

pada tanggal 13 Agustus 2020 Terdakwa bersama dengan Ir. Arbain JunaiDI
94

alias Arbain dan Rosidi alias Ros dengan mengendarai mobil Toyota Fortuner

warna putih yang dikemudikan Terdakwa sempat mengantar Dikky Mahfud dan

Syahrul untuk mengambil sepeda motor Honda Vario yang digunakan sebagai

alat transportasi untuk melakukan pembunuhan terhadap korban Sugianto.

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim

berpendapat unsur “Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan

yang turut serta melakukan perbuatan” telah terpenuhi.

C. Pertanggung Jawaban Pidana Terhadap Tindak Pidana Pembunuhan

Berencana Dalam Perkara Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr

Suatu proses peradilan berakhir pada dengan putusan akhir (vonnis). Di

dalam putusan itu hakim menyatakan pendapatnya tentang apa yang telah

dipertimbangkan dan putusannya.18 Pasal 1 angka 11 KUHAP merumuskan

pengertian dari putusan akhir (vonnis) sebagai berikut:

Putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang


pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas, atau lepas
dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini.

Berdasarkan pengertian Putusan Pengadilan sebagaimana dirumuskan

dalam Pasal 1 butir 11 KUHAP tersebut, bahwa putusan dapat berupa

pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan. Maka apabila seorang
18
Andi Hamzah. 2014. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 286
95

terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan suatu delik

yang didakwakan terhadap dirinya maka putusan akhir (vonnis) dapat berupa

pemidanaan, begitu pula sebaliknya. Hal ini sebagaimana dirumuskan dalam

Pasal 193 ayat (1) KUHAP sebagai berikut:118

“Jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana

yang didakwakan kepadanya, maka pengadilan menjatuhkan pidana”.

Sejatinya hakikat dari pemidanaan adalah memberikan nestapa/penderitaan

bagi pelaku yang melanggar hukum pidana. Pelaku pelanggaran sejatinya telah

melakukan perbuatan yang dilarang menurut syarat-syarat yang telah ditentukan

dalam kaidah hukum pidana. Bahwa karena perbuatan tersebut sejatinya adalah

perbuatan yang secara langsung menindas martabat manusia dan/atau

membahayakan manusia lainnya. Maka atas perbuatannya tersebut ia dikenai

sanksi pidana yang berupa pengenaaan penderitaan atau rasa tidak enak.

Pengenaan penderitaan kepada seseorang oleh Negara menuntut

pertanggungjawaban.

Dalam putusan pengadilan Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr, terdakwa

oleh hakim dijatuhi Pidana Penjara selama 10 (sepuluh) tahun. Adapun dasar

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana tersebut adalah sebagai berikut:

Terdakwa hanya terlibat dalam perencanaan pembunuhan, menjadi sopir

saat melaksanakan pembunuhan dengan diikat tali namun tidak terlaksana,

menjadi sopir mobil saat Dikky Mahmud dan Syahrul mengambil motor saat akan
96

melakukan pembunuhan dengan menggunakan senjata api dan Terdakwa tidak

terlibat langsung dalam pelaksanaan pembunuhan dan keterlibatkan Terdakwa

karena merasa sama-sama menjadi anggota Majelis T’alim At-Tadzkir sehingga

Terdakwa merasa peduli atas masalah yang dialami oleh Nur Lutfiah sebagai

anak dari guru Terdakwa, sehingga berdasarkan hal-hal tersebut, hukuman yag

akan dijatuhkan kepada Terdakwa sebagaimana dalam amar putusan dirasa sudah

adil bagi korban, Terdakwa maupun masyarakat.

Ditinjau dari tujuan pemidanaan, terdapat sebuah pertanyaan mendasar apa

yang hendak dicapai dari penjatuhan pidana. Sehingga penting kiranya

mengetahui apa yang mendasari pidana itu dijatuhkan. Apakah pidana dijatuhkan

dengan tujuan pembalasan ataukah pidana itu dijatuhkan dengan tujuan untuk

memperbaiki pelaku. Maka dengan demikian tujuan dari pemidanaan ini akan

menentukan jenis pidana apa yang tepat bagi pelaku kejahatan.

Dalam hukum positif di Indonesia, belum ada rumusan tentang tujuan

pemidanaan. Padahal perumusan tersebut sangat penting, karena tujuan

pemidanaan menjadi dasar dalam menjatuhkan jenis pidana apa yang tepat bagi

pelaku kejahatan. Sehingga muncul berbagai macam pandangan tentang tujuan

pemidanaan guna menjawab keabsahan dalam menjatuhkan pidana. Ada yang

berpandangan bahwa pemidanaan adalah upaya pembalasan, ada pula yang

berpandangan bahwa pemidanaan adalah upaya untuk mencegah, ada pula yang

berpandangan bahwa tujuan pidana adalah gabungan dari keduanya.


97

Tujuan pemidanaan menurut Muladi19 yang dikenal dengan konsep

pemidanaan yang integratif yakni 1) perlindungan masyarakat; 2) memelihara

solidaritas masyarakat; 3) pencegahan (umum dan khusus); dan 4)

pengimbalan/pengimbangan. Tindak pidana merupakan gangguan terhadap

keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan masyarakat yang

menimbulkan kerusakan individual dan masyarakat. Tujuan pemidanaan adalah

untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh tindak pidana.

Maka putusan hakim seharusnya berorientasi kepada adanya sifat pembalasan

(retributif), pencegahan terhadap pelaku lainnya (detterence) dan adanya

pendidikan bagi pelaku untuk menjadi masyarakat yang berguna nantinya

(rehabilitasi).

Bila ditinjau dari dari konsep pemidanaan yang bersifat integratif, putusan

hakim yang menjatuhkan Pidana Penjara selama 10 (sepuluh) tahun memang

bersifat sebagai pertanggung jawaban pidana oleh Terdakwa, dan perlindungan

terhadap masyarakat, selain itu memelihara solidaritas serta sebagai bentuk

prevensi secara umum. Di dalamnya juga terkandung pula sifat pembalasan,

karena hukuman pidana penjara merupakan pemindahan dengan menahan

kebebasan seseorang, karena telah melakukan suatu tindak pidana

Selain itu ditinjau dari filosofi pemidanaan dalam sistem pemasyarakatan

sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

19
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana. Bandung: Alumni,
1984, hlm. 4-5
98

Bahwa sistem pemasyarakatan dalam undang-undang tersebut menekankan pada

konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial, agar Narapidana menyadari

kesalahannya, sehingga tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana

dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri,

keluarga, dan lingkungannya. Maka penjatuhan pidana penjara terhadap terdakwa

dalam perkara nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr. juga menutup kemungkinan

adanya rehabilitasi dan reintegrasi sosial bagi terdakwa.

Maka sebagaimana penulis uraikan di atas bahwa penulis menarik suatu

kesimpulan bahwa ditinjau dari tujuan pemidanaan dari Putusan hakim dalam

perkara Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr. yang memutus terdakwa dengan

pidana penjara telah sesuai dengan sifat pemidanaan yang retributif dan sifat

pencegahan secara umum (detterence) yakni mencegah agar calon pelaku tindak

pidana yang lain melakukan tindak pidana pidana serupa. Namun dipandang dari

pencegahan secara khusus atau sifat rehabilitasi dari pemidanaan, putusan hakim

yang menjatuhkan pidana penjara memungkinan bagi terdakwa untuk

mendapatkan pembinaan melalui sistem pemidanaan.

Dalam hal sistem pemidanaan di Indonesia yang menganut sistem

pemasyarakatan sebagaimana di atur dalam UU Nomor 12 Tahun 1995 tentang

Pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan menghendaki bahwa pemidanaan itu

bukan lagi dipandang sebagai upaya pembalasan ataupun penjeraan melainkan

sebagai suatu upaya pembinaan atau rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Tujuan

dari pemasyarakatan agar para pelaku kejahatan dapat menyadari kesalahannya,


99

tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi

warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga, dan

lingkungannya.

Penulis berpandangan bahwa putusan pengadilan dalam nomor perkara

213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr., seharusnya juga dapat memberikan keadilan

terhadap terdakwa. Sehingga keadilan yang seharusnya diberikan oleh hakim

dalam putusan adalah keadilan yang juga bertumpu serta memperhatikan pada

dua kepentingan yakni kepentingan masyarakat termasuk korban dan juga bagi

kepentingan terdakwa itu sendiri. Penulis berpendapat bahwa keadilan

sebagaimana diungkapkan oleh Aristoteles adalah keadilan yang bersifat

distributive yakni keadilan yang memberikan bagian kepada setiap orang menurut

jasanya, dan pembagian mana tidak didasarkan bagian yang sama akan tetapi atas

keseimbangan.20

Pertanggungjawaban pidana pada perkara ini, dapat dilihat dari apakah

terdakwa mampu untuk dapat mengerti makna serta akibat sungguh-sungguh dari

perbuatannya, serta mampu menginsyafi bahwa perbuatan itu bertentangan

dengan ketertiban masyarakat, juga mampu untuk menentukan kehendak berbuat.

Berdasarkan pada putusan Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr., Majelis Hakim

menjelaskan bahwa terdakwa adalah orang yang sehat jasmani dan rohani. Dan

dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya dan kesalahannya pada

tindak pidana yang ia lakukan. Majelis Hakim juga tidak menemukan hal-hal
20
Ibid
100

yang dapat melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban pidana, baik sebagai

alasan pembenar dan atau alasan pemaaf.

D. Pembunuhan Menurut Pandangan Islam

Menurut hukum pidana Islam/Fiqh Jinayah, pembunuhan termasuk ke

dalam jarimah Qishash (tindakan pidana yang bersanksikan hukum Qishash).

Qishash adalah mengambil pembalasan hukum yang sama, yaitu suatu hukum

yang sama dijatuhkan kepada seseorang yang melakukan kesalahan.21

Jarimah Qishash/diyat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman

Qishash atau diyat. Baik Qishash maupun diyat keduanya adalah hukuman yang

sudah ditentukan oleh syara‟. Perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa

merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan Qishash dan diyat adalah hak

manusia (individu).22 Yang meliputi : pembunuhan sengaja, pembunuhan semi

sengaja, pembunuhan karena kesalahan, pelukaan sengaja, dan pelukaan semi

sengaja.

Imam Malik mengartikan pembunuhan menjadi dua macam : pembunuhan

sengaja dan pembunuhan karena kesalahan atau tidak disengaja. Alasannya, al-

Quran hanya mengenal kedua jenis jarimah tersebut.23

21
Choiruddin Hadhiri, Klasifikasi Kandungan Al-Quran Jilid 2, Jakarta: Gema Insari, 2005,
hlm.125.
22
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, Jakarta:
Sinar Grafika, 2004, hlm.18.
23
A. Djazuli., Fiqh Jinayah, Raja Grafindo Persada: Jakarta,1997, hlm.13.
101

Terkait hubungannya dengan hukuman Qishash dan diyat maka pengertian

hak manusia disini adalah bahwa hukuman tersebut bisa dihapuskan atau

dimaafkan oleh korban atau keluarganya. Dengan demikian maka ciri khas dari

jarimah Qishash dan diyat itu adalah :24

1. Hukumannya sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah ditentukan oleh

syara dan tidak ada batas minimal atau maksimal.

2. Hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti bahwa

korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan terhadap pelaku.

Kemudian jarimah ta’zir terbagi menjadi tiga bagian yaitu diantaranya :

1. Jarimah hudud atau Qishash/diyat yang syubhat atau tidak memenuhi syarat,

namun sudah merupakan maksiat. Misalnya, percobaan pencurian, percobaan

pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga, dan pencurian aliran listrik.

2. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh al-Qur‟an dan al-Hadis, namun tidak

ditentukan sanksinya. Misalnya penghinaan, saksi palsu, tidak melaksanakan

amanah, dan menghina agama.

3. Jarimah-jarimah yang ditentukan oleh Ulul Amri untuk kemashlahatan umum.

Dalam hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan pertimbangan penentuan

kemashlahatan umum. Misalnya, pelanggaran lalu lintas.

Pembunuhan termasuk ke dalam jarimah Qishash (tindakan pidana yang

bersanksikan hukum Qishash) dalam al-Qur‟an surat Al-baqarah ayat 178:

24
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam: Fikih Jinayah, Jakarta :
Sinar Grafika, 2004, hlm.18-19.
102

‫ٱُأۡلنَثٰۚى‬ ‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلۡي ُك ُم ٱۡل ِقَص اُص ِفي ٱۡل َقۡت َلۖى ٱۡل ُحُّر ِبٱۡل ُحِّر َو ٱۡل َع ۡب ُد ِبٱۡل َع ۡب ِد َو ٱُأۡلنَثٰى‬
‫ة‬ٞۗ ‫ِب ۡح‬ ‫ف ِّم ن َّرِّبُك ۡم‬ٞ‫ء َفٱِّتَباُۢع ِبٱۡل َم ۡع ُروِف َو َأَدٓاٌء ِإَلۡي ِه ِبِإۡح َٰس ٖۗن َٰذ ِلَك َتۡخ ِفي‬ٞ ‫َفَم ۡن ُع ِفَي َل ۥُه ِم ۡن َأِخ يِه َش ۡي‬
‫َو َر َم‬
١٧٨ ‫م‬ٞ‫َفَمِن ٱۡع َتَد ٰى َبۡع َد َٰذ ِلَك َفَل ۥُه َع َذ اٌب َأِلي‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa
yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian
itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih”.
Dari pengertian yang telah dipaparkan diatas menurut penulis mendefinikasikan
pembunuhan dengan suatu perbuatan manusia yang menyebabkan hilangnya
nyawa. Sebagian fuqaha membagi pembunuhan menjadi dua bagian :
pembunuhan sengaja dan pembunuhan kesalahan atau tidak disengaja.
Dua bentuk jarimah pembunuhan tersebut dijelaskan didalam Al- Qur‟an

surat An-Nisa‟ ayat 92 dan 93, sebagai berikut:

‫ة‬ٞ ‫ُر َر َقَب ٖة ُّم ۡؤ ِم َن ٖة َو ِدَي‬UU‫َو َم ا َك اَن ِلُم ۡؤ ِم ٍن َأن َيۡق ُت َل ُم ۡؤ ِم ًن ا ِإاَّل َخ ٗٔ‍َط ۚا َو َم ن َقَت َل ُم ۡؤ ِم ًن ا َخ ٗٔ‍َط ا َفَتۡح ِر ي‬
‫ُر َر َقَب ٖة ُّم ۡؤ ِم َن ٖۖة‬UU‫ن َفَتۡح ي‬ٞ ‫ُّمَس َّلَم ٌة ِإَلٰٓى َأۡه ِلِهٓۦ ِإٓاَّل َأن َيَّص َّد ُقوْۚا َفِإن َك اَن ِم ن َقۡو ٍم َع ُد َّلُك ۡم َو ُه َو ُم ۡؤ ِم‬
‫ِر‬ ‫ّٖو‬
‫ُر َر َقَب ٖة ُّم ۡؤ ِم َن ٖۖة َفَم ن َّلۡم َيِج ۡد‬UU‫ة ُّمَس َّلَم ٌة ِإَلٰٓى َأۡه ِلِهۦ َو َتۡح ِري‬ٞ‫ق َفِدَي‬ٞ ‫َو ِإن َك اَن ِم ن َقۡو ِۢم َبۡي َنُك ۡم َو َبۡي َنُهم ِّم يَٰث‬
‫ َو َم ن َيۡق ُت ۡل ُم ۡؤ ِم ٗن ا ُّم َتَعِّم ٗد ا‬٩٢ ‫َفِص َياُم َش ۡه َر ۡي ِن ُم َتَتاِبَع ۡي ِن َتۡو َب ٗة ِّم َن ٱِۗهَّلل َو َك اَن ٱُهَّلل َع ِليًم ا َح ِكيٗم ا‬
٩٣ ‫َفَج َز ٓاُؤ ۥُه َج َهَّنُم َٰخ ِلٗد ا ِفيَها َو َغ ِض َب ٱُهَّلل َع َلۡي ِه َو َلَع َن ۥُه َو َأَع َّد َل ۥُه َع َذ اًبا َع ِظ يٗم ا‬
Artinya : “Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang
mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa
membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah
ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat
dari pada Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
(Q.S An-nisa‟ ayat 92)

‫َو َم ن َيۡق ُت ۡل ُم ۡؤ ِم ٗن ا ُّم َتَعِّم ٗد ا َفَج َز ٓاُؤ ۥُه َجَهَّنُم َٰخ ِل ٗد ا ِفيَه ا َو َغ ِض َب ٱُهَّلل َع َلۡي ِه َو َلَع َن ۥُه َو َأَع َّد َل ۥُه َع َذ اًبا‬
٩٣ ‫َع ِظ يٗم ا‬
103

Artinya : “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan


sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar
baginya”. (Q.S An-nisa‟ ayat 93)

Pembunuhan sengaja menurut pendapat yang demikian dipegang oleh

mazhab Malik yaitu suatu perbuatan dengan maksud menganiaya dan

mengakibatkan hilangnya nyawa orang yang dianiaya, baik penganiayaan itu

dimaksudkan untuk membunuh ataupun tidak. Sedangkan yang dimaksud dengan

pembunuhan kesalahan adalah suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian

yang tidak disertai niat penganiayaan. Para ulama Hanafiyah, Syafi‟iyah, dan

Hanabilah membagi pembunuhan menjadi tiga macam yaitu:25

1. Pembunuhan sengaja (qatl al-‘amd), yaitu suatu perbuatan penganiayaan

terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya.

2. Pembunuhan semi sengaja (qatl syibh al-‘amd), yaitu perbuatan penganiayaan

terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk membunuhnya tetapi

mengakibatkan kematian.

3. Pembunuhan karena kesalahan (qatl al-khtha’), dalam jenis ini ada tiga

kemungkinan, yaitu :

a. Bila si pelaku pembunuhan sengaja melakukan suatu perbuatan dengan

tanpa maksud melakukan suatu kejahatan, tetapi mengakibatkan kematian

seseorang. Kesalahan seperti ini disebut salah dalam perbuatan (error in

concrito).

25
A Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm.123.
104

b. Bila pelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat membunuh

seseorang yang dalam persangkaannya boleh dibunuh, namun ternyata

orang tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya sengaja menembak

seseorang yang disangka musuh dalam peperangan, tetapi ternyata kawan

sendiri. Kesalahan demikian disebut salah dalam maksud (error in

objecto).

c. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tetapi akibat

kelalaiannya dapat menimbulkan kematian, seperti seseorang terjatuh dan

menimpa bayi yang berada dibawahnya hingga mati.

Tidaklah setiap tindakan kekejaman terhadap jiwa membawa konsekuensi

Qishash. Karena di antara tindakan kekejaman itu ada yang disengaja, ada yang

menyerupai kesengajaan, adakalanya kesalahan, dan adakalanya di luar itu

semua.26

Perbuatan yang melawan hukum ada kala disengaja dan ada kala karena

kekeliruan. Sengaja terbagi kepada dua bagian, yaitu sengaja semata-mata dan

menyerupai sengaja. Sedangkan kekeliruan juga ada dua macam, yaitu keliru

semata-mata dan perbuatan yang disamakan dengan kekeliruan. Dengan demikian

maka pertanggungjawaban itu juga ada empat tingkatan sesuai dengan tingkatan

perbuatan melawan hukum tadi, yaitu sengaja, semi sengaja, keliru dan yang

disamakan dengan keliru.27

26
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung: Alma'arif. Cet Ke-10, Jilid 12, 1996, hlm 28
27
Ahmad Wardi Muslich, Op. Cit., hlm.77
105

Dengan demikian maka pembunuhan diklasifikasikan menjadi 3 macam

oleh para fuqaha’. Pendapat yang paling masyhur di kalangan ulama adalah

pendapat yang membagi pembunuhan menjadi tiga macam.28

1. Pembunuhan Sengaja (qatl al-‘amd)

Menurut jumhur fuqaha’, ada pembunuhan sengaja yang memiliki arti

yang khusus, yaitu si pelaku bermaksud melakukan pembunuhan dan berniat

mencapai hasilnya (yaitu hilangnya nyawa). Dalam hal ini, jumhur fuqaha’

membedakan antara pembunuhan sengaja yang memiliki arti yang khusus

(pembunuhan sengaja) tersebut dan pembunuhan sengaja yang memiliki arti

yang umum (pembunuhan yang mirip disengaja).

Al-Qur‟an dan As-Sunnah mengharamkan pembunuhan sengaja ini

secara tegas dan termasuk perbuatan yang haram lidzatihi.

Unsur-unsur pembunuhan sengaja meliputi :

a. Korban adalah orang hidup.

b. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban.

c. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban.29

Unsur yang pertama, Yang dimaksud bahwa korban itu manusia hidup

adalah ia hidup ketika terjadi pembunuhan, sekalipun keadaan sakit keras.

28
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Bandung: Alma'arif. Cet Ke-10, Jilid 12, 1996, hlm.124
29
A Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm.128
106

Adapun bayi yang berada dalam perut ibunya tidak dianggap sebagai manusia

hidup yang sempurna. Oleh karena itu, pembunuhan terhadapnya dianggap

sebagai pembunuhan dalam bentuk khusus, dan sanksinya pun khusus.

Dalam unsur kedua, disyaratkan perbuatan itu dilakukan oleh si pelaku

dan bahwa perbuatannya itu dapat menimbulkan kematian. Tidak ada

ketentuan tentang bentuk dan frekuensinya, dapat berupa pemukulan,

pembakaran, pengracunan dan sebagainya. Hanya yang menjadi perhatian

kebanyakan ulama adalah alat yang digunakan untuk melakukan pembunuhan.

Sehubungan dengan unsur ketiga, yaitu adanya niat si pelaku untuk

menghilangkan nyawa orang lain, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi‟i, dan

Imam Ahmad berpendapat bahwa bila pelakunya tidak menghendaki

kematian, maka pembunuhannya tidak dapat dikatakan sebagai pembunuhan

sengaja. Meskipun ia melakukan kejahatan terhadap korbannya itu, seperti

melukai dan memukulnya. Hal ini sangat penting karena niat pelaku itu

merupakan syarat utama dalam pembunuhan sengaja, dan karena niat itu tidak

tampak maka ketiga imam di atas melihat kepada alat yang dugunakan oleh si

pelaku itu sebagai bukti adanya niat.30

2. Pembunuhan Semi Sengaja (qatl syibh al-‘amd)

Ada tiga unsur dalam pembunuhan semi sengaja, meliputi:

a. Pelaku melakukan suatu perbuatan yang mengakibatkan kematian.

b. Ada maksud penganiayaan atau permusuhan.


30
Ibid,. hlm 128
107

c. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan pelaku dengan kematian

korban.

Berdasarkan pada penjelasan diatas perbuatan yang mengakibatkan

kematian itu tidak ditentukan bentuknya, dapat berupa pemukulan, pelukan,

penusukan, dan sebagainya. Disyaratkan korban adalah orang yang terpelihara

darahnya. Bila pada kasus Wayan Mirna Salihin adalah bentuk pembunuhan

yang sengaja dan dengan alat yang mematikan, yakni racun, sehingga

perbuatannya termasuk dalam Pembunuhan Sengaja (qatl al-‘amd).

Berikut hadits tentang racun:

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdul Wahhab

telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan

kepada kami Syu'bah dari Sulaiman dia berkata; saya mendengar Dzakwan

menceritakan dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu

'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa menjatuhkan diri dari

gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke

neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama -lamanya.

Barangsiapa menegak racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut

akan berada di tangannya, dan ia akan menegaknya di neraka jahannam, ia

kekal serta abadi di dalamnya selama -lamanya. Dan barang siapa bunuh

diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di

tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka


108

jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya." (HR Al-

Bukhari).31

Pembunuhan lewat racun juga pernah terjadi pada nabi Muhammad saw

ketika berada di Khaibar pada saat perang dan rasul diberikan hadiah kambing

oleh wanita yang bernama Zainab binti Al-Harits dengan didalam kambing

tersebut diberikan racun32, berikut hadits tentang nabi diracuni:

Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf; Telah

menceritakan kepada kami Al Laits; telah menceritakan kepadaku Said dari

Abu Hurairah radliallahu 'anhu, katanya; Ketika Khaibar ditaklukkan,

Rasulullah diberi kambing yang diberi racun.” (HR. Bukhari).

3. Pembunuhan Karena Kesalahan (qatl al-khtha’)

Para fuqaha memberikan alasan tentang sanksi atas pembunuhan karena

kesalahan. Berkenaan dengan masalah ini, mereka menetapkan dua prinsip,

yaitu:33

a. Setiap orang yang membawa kemudharatan kepada orang lain harus

bertanggung jawab. Jika mungkin, ia harus menghindarkannya. Seseorang

dianggap mampu mencegahnya, jika ia tidak dapat mencegahnya secara

mutlak, maka ia tidak dapat diberi sanksi.

31
https://www.hadits.id/hadits/bukhari/5333 Diakses pada hari kamis 12 Agustus 2023 pukul
21:23
32
https://www.hadits.id/hadits/bukhari/3918 Diakses pada hari kamis 12 Agustus 2023 pukul
21:41
33
A Djazuli, Fiqh Jinayah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, hlm.133-135
109

b. Segala perbuatan yang tidak diizinkan secara syara dan perbuatan ini

dilakukan juga tanpa ada dharurat yang nyata, maka pelakunya dianggap

melakukan kesengajaan dan harus mempertanggungjawabkan akibat, baik

ia mampu mencegahnya ataupun tidak.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis menyimpulkan dari penjelasan diatas

bahwa perbuatan pembunuhan adalah perbuatan yang harus dihindarkan dan

harus dipertanggungjawaban dibebankan karena kelalaiannya atau kekurang hati-

hatiannya dalam mengendalikan perbuatan itu, adapun bila perbuatan itu

perbuatan yang dilarang, maka dasar pembebanan tanggung jawab itu karena ia

melakukan perbuatan yang terlarang itu.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah penulis sampaikan dalam penulisan skripsi ini, maka

dapat penulis simpulkan dalam uraian yang singkat dalam bab ini sebagai berikut:

1. Pertimbangan hakim, yang menyatakan bahwa Terdakwa secara bersama-

sama melakukan tindak pidana pembunuhan yang direncanakan dalam

perkara Nomor 213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr, adalah Terdakwa ikut membahas

rencana pembunuhan terhadap korban Sugianto di Hotel Pukowon, di Natar,

Lampung dan Hotel Ciputra Jatisampurna, Bekasi dan saat akan dilakukan

pembunuhan Terdakwa bersama dengan Ir. Arbain JunaidI alias Arbain dan

Rosidi alias Ros dengan mengendarai mobil Toyota Fortuner warna putih

yang dikemudikan Terdakwa sempat mengantar Dikky Mahfud dan Syahrul

untuk mengambil sepeda motor Honda Vario yang digunakan sebagai alat

transportasi untuk melakukan pembunuhan terhadap korban Sugianto, maka

berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka Majelis Hakim berpendapat

unsur “Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut

serta melakukan perbuatan” telah terpenuhi pada Pasal 340 KUHP Jo. Pasal

55 ayat (1) ke-1 KUHP.

110
111

2. Pertanggungjawaban pidana pada perkara ini, dapat dilihat dari apakah

terdakwa mampu untuk dapat mengerti makna serta akibat sungguh-sungguh

dari perbuatannya, serta mampu menginsyafi bahwa perbuatan itu

bertentangan dengan ketertiban masyarakat, juga mampu untuk menentukan

kehendak berbuat. Berdasarkan pada putusan Nomor

213/Pid.B/2021/PN.Jkt.Utr., Majelis Hakim menjelaskan bahwa terdakwa

adalah orang yang sehat jasmani dan rohani. Dan dapat diminta pertanggung

jawaban atas perbuatannya dan kesalahannya pada tindak pidana yang ia

lakukan. Majelis Hakim juga tidak menemukan hal-hal yang dapat

melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan

pembenar dan atau alasan pemaaf.

3. Dalam hukum Islam, pembunuhan termasuk ke dalam jarimah Qishash

(tindakan pidana yang bersanksikan hukum Qishash), hal tersebut sesuai

dengan al-Quran surat Al-baqarah ayat 178.

B. Saran

1. Dalam membuktikan unsur-unsur suatu tindak pidana yang tepat. Maka Jaksa

Penuntut Umum dapat memperhatikan unsur-unsur tindak pidana yang terdiri

atas unsur subjektif yaitu berasal dari dalam diri pelaku dan unsur objektif

yaitu unsur dari luar diri pelaku seperti perbuatan manusia, akibat perbuatan

manusia, keadaan-keadaan dan sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum.
112

2. Dalam hal pertanggungjawaban pidana pada pelaku pembunuhan berencana.

Diharapkan pemerintah bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk

dapat mensosialisasikan Undang-Undang tersebut kepada masyarakat yang

pada dasarnya masih banyak yang belum mengetahui akan pengaturan ini,

khususnya dalam pembunuhan berencana, sehingga dapat terhindar dari

perilaku-perilaku ini seperti yang dilarang dalam KUHP tersebut.

Anda mungkin juga menyukai