Fitri Nur Astuti berusia 25 Tahun lulusan S1 dan bekerja sebagai
PNS, Fitri mengalami penganiayaan yang dilakukan suaminya yang bernama Joko Prayitno (49 th) berpendidikan SMA yang bekerja sebagai Pengawas Proyek di perusahaan swasta di Daerah Sleman, kejadian tersebut terjadi pada tanggal 1 Oktober 2017 di rumah pada saat suami pulang kerja yang disebabkan percekcokan karena diduga suami memiliki WIL. Akibatnya Fitri mengalami luka lebam pada pipi dan merasa ketakutan. Fitri dan Suami berdomisili di dusun Beran, Tridadi, Sleman. KASUS 1 (LANJUTAN) Pada Tanggal 2 Oktober 2017 Fitri datang ke P2TP2A untuk melaporkan kekerasan yang dialami dan diterima petugas layanan pengaduan, Fitri menyampaikan kronologis kejadian yang dialami, Fitri sendiri telah menikah dengan Joko sejak Tahun 2010 di KUA Kec. Sleman. Pada tanggal 3 Oktober ditindaklanjuti oleh Petugas layanan pengaduan untuk merujuk ke bidang layanan Kesehatan dan Psikologi, dan pada hari itu juga korban bertemu psikolog untuk melakukan konseling. Setelah dilakukan konseling Psikolog membuat permohonan tindak lanjut kepada Kepala P2TP2A untuk dilakukan Klarifikasi sekaligus mediasi. Kemudian Kepala P2TP2A menugaskan Bidang Layanan Rehabilitasi Sosial untuk menggelar case conference untuk memediasi Fitri dan Joko. Mediasi berkalan lancar kedua belah pihak sepakat berdamai dengan menandatangani surat kesepakatan Bersama. KASUS 2
Agnes Kurnia merupakan siswi SMK 7 Yogyakarta. Agnes lahir di Pemalang,
20 Mei 2001 tinggal di dusun Ngaglik, Giwangan. Agnes mengalami pencabulan yang dilakukan oleh guru sekolahnya yang bernama Onisimus Dony yang berusia 50 tahun, tindak pencabulan tersebut dilakukan di UKS, kejadian tersebut terjadi pada tanggal 10 Oktober 2017 bermula saat korban mengalami pusing saat pelajaran didalam kelas dan kemudian ditolong oleh sang guru dan dibawa ke UKS namun guru tersebut melakukan persetubuhan kepada siswinya tersebut. Kejadian tersebut baru diketahui pada 15 Oktober 2017 oleh Ibunya dikarenakan Agnes mengeluh sakit kemudian diantar ke Rumah Sakit (sebutkan RS Masing2) untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan dan diketahui bahwa terjadi luka pada kemaluan korban setelah ditanya Agnes mengaku telah disetubuhi oleh Gurunya. Setelah kejadian tersebut Agnes terlihat murung dan menutup diri. KASUS 2 (LANJUTAN) Kemudian pada tanggal 17 Oktober Agnes kembali datang ke RS untuk konseling dengan psikolog, kemudian Psikolog merujuk Agnes untuk melaporkan tindak kekerasan yang dialaminya ke Polres agar kasus tersebut di proses hukum. KASUS 3 17 Oktober 2017 Polres menerima pelaporan adanya kekerasan yang dialami Sri Atun (35 th) yang bekerja sebagai buruh bangunan. Kekerasan dilakukan anaknya yang bernama Fajar (16 th). Fajar putus sekolah dibangku kelas XI di SMK. Sri Atun beralamat di Panjatan, Kulonprogo namun sejak bercerai di tahun 2014, Sri Atun bersama anaknya tinggal bersama di Sewon Bantul bersama kerabatnya. Tindak kekerasan yang dilakukan Fajar kepada Ibunya terjadi di tempat kerja ibunya, di Bambanglipuro Bantul. Fajar merupakan anak yang temperamental, suatu saat dia kehabisan uang sehingga meminta ibunya, namun ibunya tidak memberikan, kemudian Fajar menganiaya ibunya hingga tidak sadar diri, baru 2 hari kemudian dengan diantar kerabatnya Sri Atun membuat laporan kepolisian. KASUS 3 (LANJUTAN) Sebelum dilakukan BAP, Sri Atun berkonsultasi dengan petugas unit PPA Polres. Sri Atun menyampaikan bahwa Fajar agar mendapat efek jera namun tidak sampai dipenjara. Kemudian Sri Atun dirujuk ke P2TP2A untuk dilakukan mediasi.
Setelah dilakukan mediasi di P2TP2A, akibat dari pada kekerasan
tersebut korban masih membutuhkan penanganan medis sehingga korban dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan kesehatan.