Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PPKN

ANALISIS KASUS PELANGGARAN PANCASILA SILA KE-2


BESERTA SOLUSINYA

Disusun oleh :

Kelompok 2
1. Dinul Mustaqim
2. Guntur Firmansyah
3. Siti Nur’Azizah
4. Rima Melati
5. Dwi N.R
6. Siti Rohayati

KELAS : XII IPS 1


DOKUMENTASI KELOMPOK 2
Pancasila merupakan acuan utama bagi pembentukan hukum nasional, kegiatan
penyelenggaraan negara, partisipasi warga negara dan pergaulan antar warga negara dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila menjiwai seluruh kegiatan berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah :
1. Nilai ketuhanan, mengandung arti pengakuan dan keyakinan terhadap Tuhan YME sebagai
pencipta alam semesta.
2. Nilai kemanusiaan, mengandung arti kesadaran akan sikap/prilaku sesuai dengan nilai moral
dan penghormatan HAM.
3. Nilai persatuan, mengandung arti kesadaran untuk membina persatuan dengan semangat
Bhineka Tunggal Ika.
4. Nilai kerakyatan, mengandung arti mengembangkan musyawarah mufakat dan nilai-nilai
demokrasi.
5. Nilai keadilan, mengandung arti kesadaran bersama mewujudkan bagi diri sendiri dan sesama
manusia.
1. Nilai kemanusiaan
nilai kemanusiaan yang beradil dan beradab mengadung arti bahwa kesadaran sikap dan
prilaku seuai dengan nilai-nilai moral dalam higup bersama atas dasar tuntutan hati nurani
dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Manusia diberlakukan sesuai
harkat dan martabatnya sebagai mahkluk tuhan yang sama derajatnya, hak dan kewajiban
asasinya.
Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau
bertindak adil terhadap nya. Sila ini menjamin diakui dan diperlakukan manusia sesuai
dengan harkat martabatnya sebagai manhkluk Tuhan Yang Maha Es, yang sama derajatnya,
yang sama haknya, dan ewajiban-kewajiban asasinya. Tanpa membeda-bedakan suku,
agama, budaya, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, wrna kulit dan
sebagainya.
Pokok dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab :
2. Menempatkan manusia sesuai dengan haknya sebagai mahkluk tuhan, maksudnya
kemanusiaan itu universal.
3. Menjungjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, maksudnya menghargai hak
setiap warga dan menolak rasialisme.
4. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah.
Mengingat betapa pentingnya hak asasi yang harus dijaminkan kepada setiap orang guna
melindungi martabatnya, maka pancasila sila ke-2 ini merupakan sesuatu yang relevan dan harus
disyukuri keberadaannya sebagai penegas bahwa kita harus selalu menghargai martabat orang
lain.
Pada sila ke dua terdapat butiran-butiran yang dapat menjeleskan lebih rinci apa yang ada
dalam pancasila sila ke-2 tersebut. Butir-butir pancasila sila ke-2 yaitu:
Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar sesama manusia.
Saling mencintai sesama manusia.
Mengembangkan sikap tenggang rasa.
Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu perlu mengembangkan
sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Dengan adanya butiran-butiran sila ke-2 tersebut, diharapkan manusia atau lebih tepatnya
Bangsa Indonesia dapat memahami apa yang ada dalam sila ke-2 tersebut. Sehingga Bangsa
Indonesia senantiasa berdasar kepada kemanusiaan yang adil dan beradab dalam bermasyarakat.
Namun pada kenyataannya saat ini sila ke-2 sudah mulai luntur dikalangan masyarakat
Indonesia. Saat ini masih saja marak kasus penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan,
pembuliyan dll. Yang bertentangan dengan pancasila sila ke-2
2. Kronologi Kasus Polisi yang di bakar di Cianjur
KOMPAS.com - Tiga orang petugas terbakar saat mengamankan demo mahasiswa di depan
Kantor Bupati Cianjur, Jawa Barat yang berlangsung pada Kamis (15/8/2019) kemarin.
Mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus Cianjur ini bertujuan menyuarakan mengenai
evaluasi pengangguran atau sempitnya lapangan kerja dan pendidikan di Kabupaten Cianjur.
Sebenarnya aksi ini telah direncanakan sejak 12 Agustus 2019 lalu. Pada awalnya, unjuk rasa
berlangsung damai. Situasi mulai memanas setelah pendemo terlibat aksi saling dorong dan
cekcok dengan petugas Satpol PP.
1. Tak temui pimpinan daerah Dikabarkan, pengunjuk rasa tak berhasil menemui pimpinan
daerah setempat, sehingga aksi berujung pada bakar ban dan menutup ruas jalan Siliwangi
dilakukan oleh para pendemo ini. Salah satu petugas, Aiptu Erwin sebenarnya berusaha untuk
memadamkan api akibat bakar ban yang dilakukan pendemo. Saat itu, terdapat oknum yang
melemparkan bahan bakar minyak dari belakang dan tersambarlah tubuh Erwin. Erwin
mengalami luka bakar 80 persen.
Melihat rekannya terluka, dua anggota lain, Bripda Yudi Muslim dan Bripda FA Simbolon
memberikan pertolongan. Namun, keduanya turut terbakar. Dua korban saat ini diamankan
Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih dan satu korban lain mendapatkan penanganan medis di
Rumah Sakit Kramatjati. Kepala Rumah Sakit Polri Kramat Jati Brigjen Musyafak mengatakan,
luka bakar yang diderita Erwin menyebabkan pembuluh darah terbuka, mengakitbatkan banyak
cairan yang keluar jumat, (16/82019).
2. Sejumlah orang diamankan Sebanyak lebih dari sepuluh pendemo diamankan oleh pihak
kepolisian. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi
Prasetyo menuturkan, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan intensif terkait dugaan
pelemparan cairan bahan bakar minyak ke arah sumber api. "Dari tujuh elemen (organisasi
mahasiswa) tersebut sudah 30 orang diamankan dan sedang dalam proses pemeriksaan," kata
Dedi, Jumat (16/8/2019).
3. Polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti terkait insiden ini, seperti ban bekas, 24
telepon genggam, spanduk, bendera, dan sisa-sisa residu pembakaran. Gelar perkara pun telah
dilakukan oleh pihak kepolisian. Meski begitu, belum ada tersangka yang ditetapkan. Ada atau
tidaknya unsur kesengajaan dalam pelemparan bahan bakar yang menyebabkan tiga polisi
terkena luka bakar juga masih diselidiki lebih lanjut.
4. Aksi tak terpuji ini mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak, salah satunya Gubernur
Jawa Barat Ridwan Kamil. Menurut Emil, sapaan Ridwan Kamil, peristiwa ini mencoreng
nilai kebebasan berpendapat individu yang dilindungi oleh undang-undang, di mana
seharusnya penyampaian pendapat dilakukan melalui cara yang humanis. "Ya saya turut
prihatin sekali ya, saya baru dengar hal seperti ini, saya imbau ini negara Pancasila kebebasan
berserikat berkumpul mengeluarkan pendapat itu dilindungi
Tapi harus dengan cara yang humanis, sesuai aturan, membakar ban, apalagi akhirnya ada
yang melempar membuat anggota polisi terbakar saya kira itu di luar batas kemanusiaan," tutur
Emil, di Gedung DPRD Jabar, Jumat (16/8/2019). Emil menuturkan, sebagai mahasiswa
memang kudu bersikap kritis, tapi penyampaian dilakukan sesuai aturan. Plt Bupati Cianjur
Herman Suherman mengecam peristiwa kericuhan yang terjadi dalam unjuk rasa, Kamis
(15/8/2019) kemarin.

5. Anggota Kompolnas Andrea H Poeloengan mengecam insiden ini. Ia menilai aksi massa
tersebut sudah direncanakan karena ada yang membawa bensin."Sudah jelas perbuatan pelaku
adalah perbuatan keji. Bahkan sudah terencana, karena buat apa bensin digunakan ke dalam
kegiatan unjuk rasa. Tidak masuk akal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat. Di sisi lain,
ia juga mengkritik ihwal kesigapan aparat keamanan. Pasalnya tak ada alat pemadam
kebakaran di saat ada anggota polisi yang terbakar. "Saya juga tidak habis pikir, kesiapan
dalam menghadapi unjuk rasa. Alat pemadam tidak ada ketika ada yang terbakar. Bagaimana
dengan persiapan pengamaman yang berasal dari perkiraan ancaman Sat Intel?" sambungnya.
Ia mengatakan, harus ada pihak yang dimintai pertanggung jawaban atas insiden ini, mulai dari
Kapolres, Kabagops, hingga Kasat Intel. "Para pelaku itu biadab, wajar jika nantinya hakim
mengadili dengan memutus seumur hidup bahkan jika berani hukuman mati, agar negara ini
tetap berwibawa dan terjaga utuh," imbuh Andrea.
3. Analisis kasus pembakaran polisi di Cianjur
I. What -) Apa yang terjadi ?
Pembakaran hidup-hidup empat orang polisi yang berusaha mengamankan para pendemo.
II. Where -) Dimana kejadian tersebut terjadi?
Di depan kantor Bupati Cianjur.
III. Who -) Siapa saja yang terlibat dalam kejadian tersebut?
OKP Cipayung Plus terdiri dari sejumlah organisasi mahasiswa, di antaranya DPC GMNI
Cianjur, PC PMII Cianjur, HMI Cianjur, HIMAT, CIF yang di perkirakan jumlah massa 50
orang dan sejumlah anggota kepolisian.
IV. When -) Kapan kejadian itu terjadi?
Pada tanggal 15 Agustus 2019, pukul 10.00 WIB.
V. Why -) Mengapa para mahasiswa unjuk rasa dan membakar polisi ?
Mahasiswa unjuk rasa terhadap pemerintah kabupaten Cianjur karena mereka
menyuarakan penolakan terhadap kinerja Plt Bupati Cianjur Herman Suherman.
Demo itu terkait dengan adanya mengemukakan pendapat dengan tujuan ke kantor DPRD. Di
mana mahasiswa menyuarakan keadilan dan kebenaran, yaitu :
- Belum jelas arah 6 program strategis 'Cianjur Jago‘
- Belum tegaknya kesejahteraan rakyat Cianjur dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan dan
lingkungan hidup.
- Minimnya lapangan pekerjaan.
-Belum terlaksananya reforma agraria sejati, wujudkan kedaulatan pangan.
- Belum terciptanya kesejahteraan ekonomi rakyat.
- Terjadi kapitalisasi di sektor pendidikan sehingga belum terwujudnya Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) di Cianjur.
- Ketidakberpihakan Pemkab Cianjur terhadap kepentingan rakyat.
Sedangkan penyebab mahasiswa membakar polisi diduga dibakar bermula saat
demonstran tidak terkendali dan mulai membakar ban. Hal itu disebabkan karena
kekecewaan demonstran yang tidak bisa bertemu dengan jajaran pemerintah dan anggota
dewan Kabupaten Cianjur.
VI. How -) Bagaimana penyelesaian dari kasus pembakaran polisi tersebut?
Kasus tersebut sudah di tindak lanjuti, menurut Kepala Biro Penerangan Divisi Humas
Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo anggota Polri sudah menangkap mahasiswa sejumlah
30 orang. Namun, belum diketahui apakah ada unsur kesengajaan atau tidak dari
kejadian polisi terbakar itu. Jika terbukti terlibat sebagaimana penerapan pasal berlapis,
puluhan mahasiswa itu terancam pidana mati. Adapun ancaman pasal berlapis itu di
antaranya, Pasal 213 ayat (1) KUHP yang mengakibatkan anggota polisi terluka, dengan
ancaman hukuman 8 tahun, atau hingga meninggal dunia dengan hukuman 12 tahun.
Selanjutnya, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana dengab ancaman maksimal hukuman mati. Dedi menyebut,
polisi juga akan segera melakukan gelar perkara guna menentukan status hukum puluhan
mahasiswa yang diringkus dalam insiden pembakaran anggota polisi itu.
4. Solusi dari berbagai pihak
1. Solusi dari Pemerintah.
Pemerintah mengirimkan sejumlah anggota Polri untuk mengamankan para demonstrasi,
pemerintah juga telah membuat peraturan daerah mengenai kasus
Mahasiswa yang melakukan demontrasi anarkis, seperti dalam kasus sebelumnya di jakarta
selatan.

2. Solusi dari kepolisian / TNI


a. Melakukan penangkapan dan penahanan pelaku kasus polisi yang dibakar di Cianjur.
b. Memelihara keamanan dan ketertiban para demonstran.
c. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyelidikan.
d. Melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku.
e. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
3. Solusi dari Aparat Penegak hukum (Komnas HAM)
Pelaku sudah di amankan sebanyak 30 orang, tetapi belum di jatuhi hukuman
karena korban masih dalam keadaan kritis dan pihak kepolisian sedang mencari
bukti apakah pelaku melakukan perbuatan tersebut dengan sengaja atau tidak . Jika
perbuatan itu di sengaja akan dijatuhi hukuman mati sesuai dengan Pasal 213 ayat
(1) KUHP.

4. Solusi dari Masyarakat setempat


Sebaiknya, para mahasiswa lebih bijak lagi dalam memberikn aspirasi atau
demonstrasi kepada pemerintah daerah jangan berbuat anarkis karena dapat merusak
nama baik daerah dan almamater sekolah.
Masyarakat juga ikut turut andil dalam menyelesaikan kasus ini dengan bersedia
menjadi saksi dalam perkara ini.

Anda mungkin juga menyukai