Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Dinul Mustaqim
2. Guntur Firmansyah
3. Siti Nur’Azizah
4. Rima Melati
5. Dwi N.R
6. Siti Rohayati
5. Anggota Kompolnas Andrea H Poeloengan mengecam insiden ini. Ia menilai aksi massa
tersebut sudah direncanakan karena ada yang membawa bensin."Sudah jelas perbuatan pelaku
adalah perbuatan keji. Bahkan sudah terencana, karena buat apa bensin digunakan ke dalam
kegiatan unjuk rasa. Tidak masuk akal," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat. Di sisi lain,
ia juga mengkritik ihwal kesigapan aparat keamanan. Pasalnya tak ada alat pemadam
kebakaran di saat ada anggota polisi yang terbakar. "Saya juga tidak habis pikir, kesiapan
dalam menghadapi unjuk rasa. Alat pemadam tidak ada ketika ada yang terbakar. Bagaimana
dengan persiapan pengamaman yang berasal dari perkiraan ancaman Sat Intel?" sambungnya.
Ia mengatakan, harus ada pihak yang dimintai pertanggung jawaban atas insiden ini, mulai dari
Kapolres, Kabagops, hingga Kasat Intel. "Para pelaku itu biadab, wajar jika nantinya hakim
mengadili dengan memutus seumur hidup bahkan jika berani hukuman mati, agar negara ini
tetap berwibawa dan terjaga utuh," imbuh Andrea.
3. Analisis kasus pembakaran polisi di Cianjur
I. What -) Apa yang terjadi ?
Pembakaran hidup-hidup empat orang polisi yang berusaha mengamankan para pendemo.
II. Where -) Dimana kejadian tersebut terjadi?
Di depan kantor Bupati Cianjur.
III. Who -) Siapa saja yang terlibat dalam kejadian tersebut?
OKP Cipayung Plus terdiri dari sejumlah organisasi mahasiswa, di antaranya DPC GMNI
Cianjur, PC PMII Cianjur, HMI Cianjur, HIMAT, CIF yang di perkirakan jumlah massa 50
orang dan sejumlah anggota kepolisian.
IV. When -) Kapan kejadian itu terjadi?
Pada tanggal 15 Agustus 2019, pukul 10.00 WIB.
V. Why -) Mengapa para mahasiswa unjuk rasa dan membakar polisi ?
Mahasiswa unjuk rasa terhadap pemerintah kabupaten Cianjur karena mereka
menyuarakan penolakan terhadap kinerja Plt Bupati Cianjur Herman Suherman.
Demo itu terkait dengan adanya mengemukakan pendapat dengan tujuan ke kantor DPRD. Di
mana mahasiswa menyuarakan keadilan dan kebenaran, yaitu :
- Belum jelas arah 6 program strategis 'Cianjur Jago‘
- Belum tegaknya kesejahteraan rakyat Cianjur dalam bidang sosial, pendidikan, kesehatan dan
lingkungan hidup.
- Minimnya lapangan pekerjaan.
-Belum terlaksananya reforma agraria sejati, wujudkan kedaulatan pangan.
- Belum terciptanya kesejahteraan ekonomi rakyat.
- Terjadi kapitalisasi di sektor pendidikan sehingga belum terwujudnya Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) di Cianjur.
- Ketidakberpihakan Pemkab Cianjur terhadap kepentingan rakyat.
Sedangkan penyebab mahasiswa membakar polisi diduga dibakar bermula saat
demonstran tidak terkendali dan mulai membakar ban. Hal itu disebabkan karena
kekecewaan demonstran yang tidak bisa bertemu dengan jajaran pemerintah dan anggota
dewan Kabupaten Cianjur.
VI. How -) Bagaimana penyelesaian dari kasus pembakaran polisi tersebut?
Kasus tersebut sudah di tindak lanjuti, menurut Kepala Biro Penerangan Divisi Humas
Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo anggota Polri sudah menangkap mahasiswa sejumlah
30 orang. Namun, belum diketahui apakah ada unsur kesengajaan atau tidak dari
kejadian polisi terbakar itu. Jika terbukti terlibat sebagaimana penerapan pasal berlapis,
puluhan mahasiswa itu terancam pidana mati. Adapun ancaman pasal berlapis itu di
antaranya, Pasal 213 ayat (1) KUHP yang mengakibatkan anggota polisi terluka, dengan
ancaman hukuman 8 tahun, atau hingga meninggal dunia dengan hukuman 12 tahun.
Selanjutnya, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dan pasal 340 KUHP tentang
pembunuhan berencana dengab ancaman maksimal hukuman mati. Dedi menyebut,
polisi juga akan segera melakukan gelar perkara guna menentukan status hukum puluhan
mahasiswa yang diringkus dalam insiden pembakaran anggota polisi itu.
4. Solusi dari berbagai pihak
1. Solusi dari Pemerintah.
Pemerintah mengirimkan sejumlah anggota Polri untuk mengamankan para demonstrasi,
pemerintah juga telah membuat peraturan daerah mengenai kasus
Mahasiswa yang melakukan demontrasi anarkis, seperti dalam kasus sebelumnya di jakarta
selatan.