Anda di halaman 1dari 4

Nama : Andrean Mi`rajul Alim Abdullah

NIM : D1A021344

SOAL UTS PENDIDIKAN KEWAGANEGARAAN

1. Mata kuliah pendidikan kewarganegaraan merupakan mata kuliah klasik yang sudah
diajarkan dari sekolah dasar dan menengah (PPKN), sampai PT. Akan tetapi perilaku
generasi-generasi muda banyak menyimpang dan terlihat tidak menghargai budaya
bangsanya sendiri Pertanyaan : menurut saudara apakah perilaku generasi muda tadi
merupakan hal yang lumrah karena perkembangan zaman sehingga kurikulum
pendidikan kewarganegaraan pun harus menyesuaikan dengan sikap generasi-generasi
muda tadi, ataukuah generasi mudanya yang terlalu kebablasan . kemukakan pendapat
saudara
2. Pancasila merupakan salah satu identitas luhur bangsa dan Negara Indonesia .
pancasila terdiri dari 5 sila yang dirumuskan dari nilai-nilai yang hidup pada masyarakat
Indonesia Pertanyaan : apakah pancasila sebagai identitas sudah tercermin dalam
sikap dan perilaku bangsa Indonesia dewasa ini (perilaku keTuhanan, kemanusiaan,
persatuan, permusyawaratan, dan keadilan social) hubungkan juga sikap dan perilaku
bangsa Indonesia tersebut dengan situasi dan kondisi Negara Indonesia saat ini yang
sedang menghadapi pandemic covid-19
3. Kemukakan sebuah kasus nyata yang berpotensi terjadinya disintegrasi pada bangsa
Indonesia dewasa ini. (cantumkan link dari media masa ). Selanjutnya analisislah
berita tersebut berdasarkan aspek-aspek berikut ini: a). isi pokok berita tersebut; b).
faktor penyebab disintegrasi tersebut; c). alternative penyelesainnya terhadap kasus
tersebut
4. Konstitusi (UUD 1945) Negara Indonesia mengalami pasang surut dan perubahan
(amandemen) sebanyak 4 kali. Pada masa depan tidak tertutup kemungkinan dilakukan
amandemen lagi terhadap UUD 1945. Menurut saudara apakah BAB XA yang mengatur
tentang hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya
cenderung susah untuk dituntaskan. Jelaskan pernyataan saudara

Jawaban:
1. Pendidikan karakter adalah konteks yang penting untuk mengatasi krisis moral yang
melanda Indonesia. Untuk itu pemerintah membuat kebijakan pendidikan untuk memiliki
peserta didik yang berkarakter. Dengan bantuan pelaku pendidikan, pemerintah,
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat peserta didik dapat
memperoleh pendidikan karakter yang efektif. Selain itu untuk menghadapi
perkembangan teknologi dan komunikasi peserta didik membutuhkan guru yang
profesional.
2. Pancasila dalam rumusan sila-silanya telah memberikan nilai-nilai yang mendasar terkait
konsep Tuhan, alam, dan manusia secara utuh dan komprehensif.

Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya keyakinan akan
keberadaan Tuhan YME yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya. Melalui
kejadian pandemi corona ini, kita tersadarkan adanya sebuah relasi antara Tuhan YME,
manusia dan alam semesta. Apa yang terjadi kini tidak lepas dari kehendak Tuhan YME dan
juga tidak terlepas dari kesalahan relasi manusia dengan alam yang tidak harmonis dan
seimbang.

Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan makna bahwa setiap
manusia adalah makhluk yang beradab yang perlu diakui dan diperlakukan sesuai harkat
dan martabatnya selaku makhluk ciptaan Tuhan YME, memiliki derajat, hak dan kewajiban
yang sama. Setiap manusia dilengkapi dengan olah pikir, rasa, karsa, dan cipta. Melalui hal
itu, manusia membangun budaya, nilai-nilai dan norma-norma yang dijadikan landasan
untuk bersikap dan bertingkah laku di masyarakat. Dalam situasi pandemi corona ini tentu
aspek kemanusiaan pada sisi kesehatan, ekonomi, sosial, agama, hukum, budaya dan lain
sebagainya sangatlah perlu menjadi perhatian dan menjadi dasar bagi penyelenggaraan
negara dan relasi sesama manusia yang berujung pada rasa keadilan bagi masyarakat
Indonesia secara keseluruhan. Semua masyarakat mendapatkan hak perlindungan dan
bantuan yang adil dari pemerintah. Di sisi lain, masyarakat Indonesia pun memiliki kewajiban
untuk patuh dan taat terhadap ketentuan hukum dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah dalam menanggulangi pandemi Covid-19 ini.

Sila ketiga: Persatuan Indonesia. Sila ini memberikan karakteristik yang holistik atas paham
kebangsaan Indonesia dan didalamnya terkandung makna nasionalisme. Nasionalisme
merupakan perasaan satu sebagai sebuah bangsa, satu sebagai warga negara Indonesia,
tumbuhnya rasa saling mencintai sesama, cinta Tanah Air dan bangsa. Di sisi lain, rasa
kekeluargaan, kebersamaan dan gotong-royong juga mendasari sifat persatuan Indonesia.
Dalam konteks situasi pandemi corona ini tentunya kita butuh rasa nasionalisme,
kekeluargaan, kebersamaan, dan gotong-royong ini. Kita bahu membahu dalam
menghadapi dan mengatasi pandemi ini dengan memberikan bantuan materil maupun non
materi serta doa pada saudara-saudara kita. Melepas ego kita untuk berempati dan
menghormati pengorbanan para tenaga medis, relawan dan lain-lainnya. Bersatu untuk
melawan corona dengan selalu patuh dan taat terhadap ketentuan hukum yang berlaku
terkait upaya penanganan pandemi corona ini.

Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan. Sila ini memberikan makna adanya sifat bijaksana, tanggung
jawab terhadap Tuhan YME maupun terhadap sesama manusia, dan cinta akan kebenaran
dalam kerangka negara berkedaulatan rakyat. Demokrasi juga menjadi makna yang kental
untuk sila keempat ini. Mengusung sila keempat ini, tentu makna demokrasi ada dalam
upaya penanganan pandemi corona ini di mana tidak hanya pemerintah saja yang harus
berperan tetapi peran masyarakat pun menjadi unsur yang penting. Setiap putusan yang
telah diambil oleh pemerintah tentu nya hasil dari upaya musyawarah dan kesepakatan
bersama yang selanjutnya dilaksanakan dalam tindakan bersama demi kepentingan bangsa
ini.
Sila kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sila kelima ini menyiratkan
keadilan yang berlaku bagi seluruh kehidupan bangsa Indonesia. Tentu keadilan yang
dimaksud adalah keadilan yang berdasarkan Ketuhanan YME. Dalam konteks ini, sikap adil
kepada sesama, menghormati hak orang lain, sifat saling menolong dan menghargai
sesama dan melakukan pekerjaan yang membantu untuk kepentingan bersama adalah hal
yang perlu dilakukan terutama dalam masa pandemi corona ini. Berdasarkan bahasan di
atas, kita meyakini bahwa nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
tersebut bersifat universal dan dapat dijadikan landasan bagi pembentukan norma-norma
kenegaraan maupun norma-norma moral. Nilai-nilai Pancasila merupakan sumber nilai bagi
tertib hukum di Indonesia juga sebagai sumber norma moral bagi penyelenggaraan
kenegaraan dan pelaksanaan hukum di Indonesia, terutama dalam masa pandemi corona ini
dan memasuki kehidupan new normal. Nilai-nilai Pancasila yang tertuang dalam sila-sila
Pancasila tentunya perlu tertanam di setiap hati masyarakat Indonesia. Nilai-nilai tersebut
menjadi pedoman dan patokan dalam bernegara dan bermasyarakat bagi seluruh bangsa
Indonesia. Dalam kondisi pandemi corona saat ini, Pancasila memberikan lebih penyadaran
spiritual bagi kita, menumbuhkan nilai empati, tenggang rasa dan cinta bagi sesama,
menjadi perekat bagi persatuan bangsa Indonesia, menjadi penyejuk dalam kita bernegara
dan bermasyarakat, dan memberikan keadilan sosial serta kesejahteraan dalam
berkehidupan

3. Cekcok di Media Sosial Berujung Seorang Tewas Dibacok

ISI POKOK

Jakarta - Perkelahian seorang pria melawan 2 pria di Duren Sawit, Jakarta Timur
berujung maut. Aksi pembacokan itu bermula dari percekcokan di media sosial.
Peristiwa berdarah itu terjadi di Taman Beringin 12, Malaka Jaya, Duren Sawit, Jakarta
Timur, pada Minggu (28/2) malam. Satu orang tewas dan 2 lainnya terluka, termasuk
pelaku. Korban tewas yakni FS (22), sementara temannya berinisial AD (22) mengalami
luka-luka. Pelaku berinisial RT (25) juga mengalami luka akibat kejadian itu. Kapolsek
Duren Sawit AKP Rensa Sastika Aktadivia menjelaskan peristiwa itu bermula ketika
kakak pelaku cekcok di media sosial dengan korban FS. Sang kakak ini menyuruh
pelaku RT untuk bertemu dengan korban FS di lokasi.

FAKTOR PENYEBAB

Pembacokan 2 Orang di Duren Sawit Jatim Berawal dari Cekcok di Medsos


"Gara-gara di media sosial (medsos) awalnya ribut di medsos," kata Kapolsek Duren
Sawit AKP Rensa Sastika Aktadivia saat dihubungi detikcom, Senin (1/3/2021). Rensa
menjelaskan bahwa korban dengan RT sebetulnya tidak ada masalah. Namun, kakak
pelaku tidak bersedia datang saat diajak bertemu dengan korban. Rensa belum
memerinci persoalan antara kakak pelaku dengan korban. Namun pada Minggu (28/2)
malam, adik pelaku menyanggupi ajakan korban untuk bertemu di Duren Sawit,Jakarta
Timur usai saling tantang di media sosial. Setelah saling tantang di medsos ini, korban
dan pelaku kemudian bertemu di lokasi. Korban FS saat itu datang bersama temannya
inisial AD (22) bertemu dengan pelaku. Ketiganya kemudian terlibat aksi saling hantam
di lokasi. Menurut Rensa, korban AD awalnya mempersenjatai diri dengan celurit.
Namun, celurit tersebut berhasil direbut oleh pelaku. Pelaku kemudian membacok
korban FS secara membabi buta dan temannya. "Pelaku juga kena bacok juga, karena
senjata itu tadinya dibawa oleh temennya korban yang meninggal yang sekarang lagi
dirawat di rumah sakit. Terus gelutlah terus kerebut," terang Rensa. Sementara korban
berinisial AD hingga kini masih dirawat di Rumah Sakit Islam Pondok Kopi, Jakarta
Timur. "Korban satu meninggal dunia, satu masih dirawat," imbuh Rensa. Peristiwa itu
membuah warga sekitar geger. Warga kemudian membawa kedua korban ke rumah
sakit.

ALTERNATIVE PENYELESAIAN

Warga juga melaporkan peristiwa tersebut ke Polsek Duren Sawit. Polisi kemudian
bergerak cepat mengejar pelaku. Rensa mengatakan pelaku RT berhasil diamankan
tengah malam tadi. Pelaku diamankan di daerah Duren Sawit, Jakarta Timur. Polisi kini
masih mendalami keterangan dari pelaku. Namun atas perbuatannya tersebut, pelaku
dijerat dengan Pasal 351 KUHP ayat 3 tentang penganiayaan sampai merenggut nyawa
seseorang.

Baca artikel detiknews, "Cekcok di Media Sosial Berujung Seorang Tewas Dibacok"
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5477054/cekcok-di-media-sosial-berujung-
seorang-tewas-dibacok.

4. perubahan pada UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara,
kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara demokrasi dan hukum.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Perubahan tersebut sebagai respon
tuntutan reformasi pada waktu itu. Tuntutan tersebut antara lain dilatar belakangi oleh
praktek penyelenggaraan negara pada masa pemerintahan rezim Soeharto. Alasan filosofis,
historis, yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis juga mendukung dilakukannya perubahan
terhadap konstitusi.  Selain itu adanya dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai