Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASALAH DISTRES SPRITUAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa”

Dosen pembimbing : Dr. Lilik Ma’rifatul.,S.Kep.Ns.,M.Kes

Disusun oleh :
1. Alimatul Misbah Almuniroh (201701162)
2. Titik Zumaroh (201701132)
3. Nabila Desy Ananda (201701173)
4. Khuzaimatul Abidah (201701147)
5. Nur Kholifah (201701174)
6. Rivaldo Imam Saputra (201701170)
7. Dhiaulhaq Helmi Indra Muzakki (201701172)

S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang DISTRES SPIRITUAL. Shalawat serta salam

senantiasa kami curahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan, kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritikan dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang DISTRES SPIRITUAL ini

dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Mojokerto, 07 Maret 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 Rumusan masalah.................................................................................2

1.2 Tujuan..................................................................................................2

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN..............................................................3

2.1 Definisi.................................................................................................3

2.2 Tanda dan Gejala.................................................................................3

2.3 Etiologi.................................................................................................4

2.4 Patofisiologi.........................................................................................5

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Distres Spiritual...................................6

2.5.1 Pengkajian......................................................................................6

2.5.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................10

2.5.3 Pohon Masalah.............................................................................11

2.5.4 Intervensi......................................................................................11

BAB III TINJAUAN KASUS.........................................................................13

3.1 Triger Case.........................................................................................13

3.2 Proses Terjadinya Gangguan Distres Spiritual...................................14

3.3 Model Keperawatan...........................................................................15

iii
3.4 Peran & Fungsi Perawat.....................................................................16

3.5 Proses Keperawatan...........................................................................18

3.5.1 Pengkajian....................................................................................18

3.5.2 Analisan Kasus.............................................................................23

3.5.3 Diagnosa.......................................................................................24

3.5.4 Pohon Masalah.............................................................................24

3.5.5 Intervensi......................................................................................24

3.5.6 Implementasi dan Evaluasi...........................................................26

BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN....28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................35

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk yang paling tinggi derajatnya dibandingkan makhluk

tuhan yang lainnya. Mengapa demikian?,tentu jawabannya karena manusia telah

diberkahi dengan akal dan fikiran yang bisa membuat manusia tampil sebagai

khalifah dimuka bumi ini. Akal dan fikiran ini lah yang membuat manusia bisa

berubah dari waktu ke waktu.Dalam kehidupan manusia sulit sekali dipredeksi sifat

dan kelakuannya bisa berubah sewaktu-waktu. Kadang dia baik,dan tidak bisa bisa

dipungkiri juga banyak manusia yang jahat dan dengki pada sesame manusia dan

makhluk tuhan lainnya.

Setiap manusia kepercayaan akan sesuatu yang dia anggap angung atau

maha.kepercyaan inilah yang disebut sebagai spriritual. Spiritual ini sebagai kontrol

manusia dalam bertindak, jadi spiritual juga bisa disebut sebagai norma yang

mengatur manusia dalam berperilaku dan bertindak.

Dalam ilmu keperawatan spiritual juga sangat diperhatikan.

Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-

kata : makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan. Dyson mengamati bahwa

perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan

dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual

mencakup hubungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal. Spiritual juga

diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya

1
dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan

diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000).

1.1 Rumusan masalah

Dalam makalah ini ingin menyampaikan beberapa permasalah yang menjadi

dasar penulisan makalah ini

1. Apa yang dimaksud dengan distres siritual?

2. Apa penyebab dari distres spiritual?

3. Bagaimana proses keperawatan dari distres spiritual?

1.2 Tujuan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas kami dapat menarik kesimpulan

tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu distres spiritual.

2. Untuk mengetahui tentang penyebab distres spiritual.

3. Untuk mengetahui bagaimana proses keperawatan distres spiritual.

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi

Distres spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa

kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang

lain, lingkungan atau Tuhan (PPNI, 2016)

Distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh

kehidupan seseorang dan terintegrasi serta melebihi sifat alamiah biologis dan

psikologis seseorang. (Kim, et al., 1995)

2.2 Tanda dan Gejala

Mayor :

 Subjektif

1. Mempertahankan makna/tujuan hidup

2. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang bermakna

3. Merasa menderita/kurang berdaya

 Objektif

1. Tidak mampu beribadah

2. Marah pada tuhan

3
Minor :

 Subjektif

1. Menyatakan hidupnya terasa tidak/kurang tenang

2. Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)

3. Merasa bersalah

4. Merasa terasing

5. Menyatakan telah diabaikan

 Objektif

1. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/pemimpin spiritual

2. Tidak mampu berkreativitas (misal: menyanyi, mendengarkan

musik, menulis)

3. Koping tidak efektif

4. Tidak berminat pada alam/literatur spiritual (PPNI, 2016)

2.3 Etiologi

 Menjelang ajal

 Kondisi penyakit kronis

 Kematian orang terdekat

 Perubahan pola hidup

 Kesepian

 Pengasingan diri

 Pengasingan sosial

4
 Gangguan sosio-kultural

 Peningkatan ketergantungan pada orang lain

 Kejadian hidup yang tidak diharapkan (PPNI, 2016)

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur

serta fungsi otak.

Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat

dapat menghindari stres, namun setiap orang diharapakan melakukan penyesuaian

terhadap perubahan akibat stress. Ketika kita mengalami stress, otak kita akan

berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh Cannon,

W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon “melawan

atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak yang

menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stress.

Stress akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke

hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimulus saraf simpatis untuk

melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem

limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab

terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan

perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status

mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi,

depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).

5
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan

menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan

dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai

dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis,

sosial termasuk spiritual.

Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan

dengan timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme

patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap

terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.

Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada

kasus depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya

termasuk kebutuhan spritual.

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Distres Spiritual

2.5.1 Pengkajian

 Identitas pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Tanggal pengkajian

6
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual

History Tool (Pulschalski, 1999) :

1. F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara

memikirkan diri saudara menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa

yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna

hidup?

2. I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan

saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan

perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi

perilaku selama sakit?

3. C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau

religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana?

Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara

cintai atua begini penting bagi saudara?

4. A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat,

untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?

5. Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres

spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :

a. Perasaan ketika seseorang gagal

b. Perasaan tidak stabil

c. Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri

7
d. Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan

e. Perasaan hampa.

 Faktor Predisposisi :

 Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif

seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam

proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang

pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.

 Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan,

pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya,

keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

 Faktor Precipitasi :

 Kejadian Stresful

Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi

karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang

yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan

baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha

tinggi.

 Ketegangan Hidup

Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap

terjadinya distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual

8
keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan

peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.

 Penilaian Terhadap Stressor :

 Respon Kognitif

 Respon Afektif

 Respon Fisiologis

 Respon Sosial

 Respon Perilaku

 Sumber Koping :

Terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :

 Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan

pada kepentingan orang lain.

 Dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,

mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.

 Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu

menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi

spiritual.

 Dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan

balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan

spiritualnya.

9
 Dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai

tentang aktifitas spiritual.

 PSIKOFARMAKA :

 Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara

tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual

tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu,

dua, tiga, empat atau lima.

2.5.2 Diagnosa Keperawatan

1. Distres Spiritual

 Batasan karakteristik:

1) Ansietas

2) Insomnia

3) Letih

4) Menangis

5) Menyakan identitas

6) Menanyakan makna hidup

7) Menyakan makna penderitaan

8) Takut.

10
2.5.3 Pohon Masalah

Harga Diri Rendah

Distres Spiritual

Koping individu tidak efektif

2.5.4 Intervensi

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Distres Spisitual Individu akan : 1) Kaji faktor-faktor


 Melanjutkan penyebab
pelaksanaan spiritual penunjang.
yang bukan merusak 2) Hilangkan atau
kesehatan. kurangi faktor
 Mengekspresikan penyebab dan
penurunan perasaan penunjang, bila
bersalah dan mungkin.
ansietas. 3) Pembatasan
 Mengekspresikan dimungkinkan
kepuasan dengan oleh rumah sakit
atau lingkungan

11
kondisi spiritual. keperawatan.
4) Keterbatasan yang
berhubungan dengan
proses penyakit atau
aturan tindakan.
5) Pemisahan dari artikel
kitab suci, atau
lingkungan spiritual
bermakna.
6) Rasa takut menentang
atau rasa malu.

12
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Triger Case

Ny D merupakan seorang mahasiswa semester 2 yang berusia 19 tahun. 3

bulan ini Ny D mendapatkan pacar baru bernama Tn E. Rupanya Tn E merupakan

laki-laki yang mempunyai pengaruh buruk untuk Ny D, ia jadi sering pulang malam,

jarang berangkat kuliah, jarang solat, tidak pernah mengikuti pengajian,

bahkan Ny D yang dulunya memakai jilbab sekarang sering melepas jilbabnya ketika

pergi bersama Tn E. Suatu ketika orang tua Ny D memergoki Ny D pulang larut

malam sambil mengendap-endap memasuki kamar, lalu Ny D dimarahi orang tuanya

bahkan hingga diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan tidak memutuskan

hubungan dengan Tn E, Ny D langsung menangis tersedu-sedu sambil memasuki

kamarnya dan semalaman tidak bisa tidur karena memikirkan perkataan orang tuanya.

Keesokan harinya Ny D tidak mau keluar kamar karena cemas dan takut saat

bertemu orang tuanya.

Keesokan harinya Ny D pergi ke klinik sendiri untuk konsultasi dengan

perawat, saat melakukan komunikasi dengan perawat dia menangis, dia

mengatakan bahwa ia cemas dan takut. Ny D menyadari apa yang

diperbuatnya salah, tapi ia tidak berani keluar kamar karena merasa hidupnya

kurang bermakna dan Ny D juga merasa orang tuanya sudah tidak

menyayanginya lagi, tidak mau menerimanya lagi, Ny D mengatakan ingin

13
kembali mengikuti pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali solat

tepat waktu, meningkatkan doanya, dan melaksanakan apa yang diperintahkan

Tuhan YME.

3.2 Proses Terjadinya Gangguan Distres Spiritual

a) Faktor predisposisi

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif

seseorang sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam

proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman yang pentingbagi

perkembangan spiritual seseorang.

b) Faktor precipitasi

Background stressornya berupa pertengkaran dalam kehidupannya yaitu

dengan kedua orang tuanya.

c) Penilaian terhadap stressor

Penilaian klien terhadap stressornya adalah :

1) Lingkungan : Lingkungan klien menirim stimulus secara terus

menerus, stimulus tersebut adalah dimana orang tuanya memarahi

klien bahkan hingga diancam diusir jika mengulangi perbuatannya dan

tidak memutuskan hubungan dengan Tn E.

2) Kondisi fisiologis tubuh : Pada kondisi fisiologis tubuh klien ini,

kondisinya adalah pertumbuhan masa remaja yang dimana pada masa

remaja biasa terjadi peningkatan stress karena beradaptasi dengan

14
kehidupan dengan yang baru. Seperti dikasus yang sudah mulai

mengenal sebuah hubungan dengan laki-laki yang membuat klien

menjadi berubah dan tidak disukai oleh orang tuanya.

d) Koping

Strategi koping yang dipilih oleh klien adalah :

1) Seeking social support yaitu dengan usaha klien mencari kenyamanan

dan nasehat dari perawat yang dikunjunginya untuk menceritak

masalah dan apa yang dirasakan ssat itu.

2) Accepting responbility yaitu dengan klien mengakui bahwa dirinya

juga menyebabkan masalah dan klien mencoba belajar dari

pengalaman. Kemudian klien ingin belajar kembali seperti dulu.

3.3 Model Keperawatan

 Model Interpersonal (Sullivan, Peplau)

 Pandangan tentang penyimpangan perilaku

Ansietas timbul dan dialami secara interpersonal. Rasa takut

yang mendasar adalah takut terhadap penolakan. Seseorang

membutuhkan rasa aman dan kepuasan yang diperoleh

melaluihubungan interpersonal yang positif.

 Proses terapeutik

15
Hubungan antara terapis dank lien yang penuh rasa percaya

dan aman untuk mencapai kepuasan interpersonal. Klien

dibantu untuk mengembangkan hubungan akrab diluar suasana

situasi terapi.

 Peran klien dan terapis

Klien menceritakan ansietas dan perasaannya pada terapis.

Terapis menjalin hungan akrab dengan klien, menggunakan

empati untuk merasakan perasaan klien dan menggunakan

hubungan sebagai suatu pengalaman interpersonal korektif.

3.4 Peran & Fungsi Perawat

 Pencegahan Primer

Peran dan fungsi perawat pada pencegahan primer meliputi :

a. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga

Dengan mengidentifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga,

perawat dapat memberikan helath education dan intervensi yang tepat

untuk klien.

b. Health Education

Peran dan fungsi perawat pada health education ini yakni pemberian

informasi bahwa pengobatan pada klien tidak berlangsung singkat,

namun memerlukan waktu yang cukup lama.

c. Pemberian dukungan sosial

16
Dengan perawat memberikan dukungan sosial, diharapkan tingkat

ansietas klien berkurang dank lien mampu patuh dalam pengobatan.

 Pencegahan Sekunder

Peran dan fungsi perawat pada pencegahan sekunder meliputi:

a. Pengkajian dan pemeriksaan klien untuk menentukan tingkat ansietas

dan ketakutan yang dialami klien

b. Penemuan tingkat ansietas klien dengan begitu perawat dapat

menentukan intervensi yang tepat untuk klien.

c. Implementasi intervensi keperawatan berdasarkan tingkat ansietas klien.

Dengan tujuan agar ansietas yang dialami oleh klien dapat berkurang

atau tidak terjadi ansietas.

 Pencegahan Tersier

Peran dan fungsi perawat pada pencegahan tersier meliputi :

a. Mengkaji berapa jangka waktu stressor yang mengganggu dan berakibat

menurunnya kapasitas dalam kaitan dengan kerja, hubungan sosial atau

personalnya sehingga menganggu lingkungan sosialnya

b. Mengupayakan klien tersebut belajar meninggalkan peran sakitnya dan

bertahap menjalankan hak dan kewajibannya sebagai orang sehat

kembali.

17
3.5 Proses Keperawatan

3.5.1 Pengkajian

I. Identitas pasien

1) Nama : Ny. D

2) Usia : 19 tahun

3) Jenis kelamin : Perempuan

II. Faktor precipitasi

1) Keluhan utama: Ny D merasa cemas dan takut.

III. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Composmentis

TTV :

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 80x/mnt

RR : 20x/mnt

Suhu : 36oC

Berat Badan : 50 kg

Tinggi badan : 153 cm

18
IV. Psikososial

 Genogram

- Klien tidak pernah mengalami aniaya fisik dalam

keluarganya maupun dlm lingkungannya

- Dalam keluarga klien tidak ada yang menderita gangguan

jiwa

- Klien tinggal dengan kedua orang tua.

 Konsep Diri

a) Gambaran diri

Klien mengatakan menyukai seluruh tubuhnya, tidak ada

kecacatan pada anggota tubuhnya

b) Identitas diri

Klien adalah seorang perempuan, pasien menerima dirinya

sebagai seorang perempuan.

c) Peran

Dalam keluarga klien berstatus sebagai seorang anak.

d) Ideal diri

Klien mengharapkan bisa kembali melakukan ibadah seperti

sebelumnya.

e) Harga diri

Klien tidak mau keluar kamar dikarenakan takut kepada orang

tua nya dan merasa tidak ada yang menyayanginya.

19
Masalah keperawatan : harga diri rendah situasi

 Hubungan Sosial

Klien tidak mengikuti organisasi disekitar lingkungannya.

 Spiritual

o Nilai dan keyakinan

a. Agama : klien beragama islam

b. Bagaiman pandangan keluarga tentang perubahan

yang dialami klien : kedua orang tuanya tidak

menyukai perubahan klien.

o Kegiatan ibadah

a) Sebelum mengenal pasangan klien melakukan

ibadah secara rutin. Setelah klien mengenal

pasangan klien menjadi jarang melakukan ibadah

dan klien sering melepas hijabnya.

V. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien cukup rapi, klien memakai pakaian dengan
sesuai.
2. Pembicaraan
Klien bicara dengan suara lambat, halus tapi jelas, inisiatif untuk
memulai pembicaraan kurang namun sudah sesuai dengan topik
pembicaraan.
3. Aktivitas Motorik

20
Tingkat motorik klien glisah karena klien cemas dengan masalah
yang dihadapinya.
Masalah keperawatan : defisit aktivitas deversional.

4. Alam Perasaan
Klien mengatakan sedih dan bersalah ketika memikirkan perkataan
orang tuanya.
5. Afek
Klien mengalami kesepian karena merasa tidak ada yang
menyanginya dan tidak mempedulikannya.
Masalah keperawatan : ansietas
6. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara respon klien mau menceritakan masalahnya
kepada perawat, dan klien merasa nyaman saat bercerita serta
menyadari kesalahannya.
7. Persepsi halusinasi
Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
8. Proses pikir
Klien mampu bercerita masalahnya dengan benar.
9. Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien composmentis, pasien menyadari bahwa dirinya
ada di Rumah, klien mengetauhi hari, klien mengenal nama orang
tuanya.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien sangat berkonsentrasi saat selama dilakukannya wawancara.
11. Kemampuan Penilaian
Klien mengalami gangguan ringan pada kemampuan penilaian
karena klien bisa mengambil keputusan untuk berubah kembali
seperti dulu setelah berkonsultasi kepada perawat.

21
12. Daya titik diri
Klien tidak mengingkari bahwa dirinya bersalah dan mengakuinya.

VI. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1) Nutrisi (Makan)
Klien mampu menyiapkan makanan, membersihkan alat-alat
makan
2) BAK/ BAB

Klien mampu mengontrol untuk BAK/BAB ditempat wc.

3) Mandi

Klien secara mandiri dapat mandi 2x sehari.

4) Berpakaian

Klien dapat mengenakan pakaian sendiri dengan rapi

5) Istirahat tidur

Klien mengatakan sulit untuk tidur, karena klien bersalah tentang

kelakuannya

Maslah keperawatan : gangguan pola tidur

VII. Mekanisme koping

Mekanisme koping Klien menggunakan cara adaptif dengan cara

berbicara atau konsultasi dengan perawat dan menyelesaikan

masalahnya.

 Masalah psikososial dan lingkungan

22
 Masalah dengan dukungan sosial, spesifiknya setelah klien mengenal

pasangan terjadilah konflik dengan orang tua karena pasangan klien

tidak disetujui oleh orang tua klien.

Masalah keperawatan : sindroma strss relokasi

3.5.2 Analisan Kasus

Data Fokus Masalah


DS Distres Spiritual
 Klien mengatakan bahwa
dirinya cemas
 Klien mengatakan sulit tidur
 Klien mengatakan takut bertemu
orang tuanya
 Klien mengatakan bahwa ia
merasa tidak dicintai lagi
 Klien mengatakan merasa
bersalah kepada orang tuanya
 Klien merasa tidak diterima
dikeluarganya
DO:
 Klien terlihat menunjukkan
ekspresi cemas
 Klien terlihat ketakutan
 Klien datang ke klinik sendirian
 Klien terlihat menangis.

23
3.5.3 Diagnosa

1) Distres Spiritual

3.5.4 Pohon Masalah

Harga Diri Rendah efeknya

Distres Spiritual Masalah utama

couse

Koping individu tidak efektif

3.5.5 Intervensi

Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

Distres Spisitual Individu akan :  Observasi faktor-


 Melanjutkan faktor penyebab
berhubungan dengan
pelaksanaan penunjang.
Kejadian Hidup Tak
spiritual yang bukan  Hilangkan atau
Terduga merusak kesehatan. kurangi faktor

24
 Mengekspresikan penyebab dan
penurunan penunjang, bila
perasaan bersalah mungkin.
dan ansietas.  Pembatasan
 Mengekspresikan dimungkinkan
kepuasan dengan oleh rumah sakit
kondisi spiritual. atau lingkungan
keperawatan.
 Keterbatasan yang
berhubungan
dengan proses
penyakit atau
aturan tindakan.
 Pemisahan dari
artikel kitab suci,
atau lingkungan
spiritual
bermakna.
 Rasa takut
menentang atau
rasa malu.

25
3.5.6 Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Implementasi Evaluasi

18 maret 2018  Mengobservasi S : Klien mengatakan apa

faktor-faktor yang menjadi penyebab

penyebab kecemasan yang dialami.

penunjang. O : Ketika klien

 mengurangi menceritakan masalahnya

faktor penyebab klien menangis.

dan penunjang, A : Klien nampak sudah

bila mungkin. mampu menyadari

kesalahan kemudian mau

untuk berubah.

P : Menganjurkan klien

untuk menerapkan rencana

kegiatan yang telah di buat

bersama.

19 Maret 2018  Pembatasan S : Klien mengatakan

dimungkinkan ingin berubah dan kembali

oleh rumah sakit seperti dahulu.

atau O : Klien nampak bisa

lingkungan

26
keperawatan. menerima kesalahannya.

 Keterbatasan yang A : Klien mampu untuk

berhubungan menjalankan ibadah

dengan proses seperti sebelumnya.

penyakit atau P : Memberi pengarahan

aturan tindakan. lebih lanjut.

20 Maret 2018  Memisahan dari S : Klien mengatakan

artikel kitab suci, sudah menjalankan ibadah

atau lingkungan seperti dahulu dan rasa

spiritual takut dan cemasnya hilang.

bermakna. O : Klien menggunakan

 Rasa takut hijabnya kembali dan

menentang tampak lebih tenang dan

atau rasa malu. santai.

A : Klien mampu

mepertahankan ibadahnya.

P : Menganjurkan klien

untuk tetap beribadah dan

lebih istiqomah.

27
BAB IV

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

 SP 1

Masalah keperawatan : Distres spiritual

Pertemuan ke : Pertama

Hari/Tanggal : 18 maret 2018

A. Proses Keperawatan

 Kondisi Klien

Klien merupakan seorang mahasiswa semester 2 yang

berusia 19 tahun. 3 bulan ini klien mendapatkan pacar baru.

Rupanya pasangannya merupakan laki-laki yang mempunyai

pengaruh buruk untuk klien, ia jadi sering pulang malam, jarang

berangkat kuliah, jarang solat, tidak pernah mengikuti pengajian,

bahkan klien yang dulunya memakai jilbab sekarang sering

melepas jilbabnya ketika pergi bersama pasangan . Suatu ketika

orang tua klien memergoki klien pulang larut malam sambil

mengendap-endap memasuki kamar, lalu klien dimarahi orang

tuanya bahkan hingga diancam diusir jika mengulangi

perbuatannya dan tidak memutuskan hubungan dengan

pasangannya , klien langsung menangis tersedu-sedu sambil

28
memasuki kamarnya dan semalaman tidak bisa tidur karena

memikirkan perkataan orang tuanya.

Saat melakukan komunikasi dengan perawat dia menangis,

dia mengatakan bahwa ia cemas dan takut. Klien menyadari apa

yang diperbuatnya salah, tapi ia tidak berani keluar kamar karena

merasa orang tuanya sudah tidak menyayanginya lagi, tidak mau

menerimanya lagi, Klien mengatakan ingin kembali mengikuti

pengajian yang ada di kampungnya, ingin kembali solat tepat

waktu, meningkatkan doanya, dan melaksanakan apa yang

diperintahkan Tuhan YME.

 Diagnosa Keperawatan

Distress Spiritual

 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam bisa

melanjutkan pelaksanaan spiritual yang bukan merusak kesehatan.

 Tindakan Keperawatan

 Mengobservasi faktor-faktor penyebab penunjang.

 Hilangkan atau kurangi faktor penyebab dan

penunjang, bila mungkin.

29
B. Strategi Komunikasi Orientasi

 Salam Terapeutik

Assalamualaikum...!!. selamat pagi mbak, perkenalkan

nama saya perawat X

 Evaluasi Validasi

Apakah benar ini dengan mbak D dengan usia 19 tahun?

Mbak suka dipanggil apa ?

 Kontrak : Disini saya akan melakukan pemeriksaan kepada mbak

Topik : untuk mengetahui keadaan mbak saat ini.

Waktu : pemeriksaan dilakukan sekitar 20 menit.

Tempat : bagaimana jika berbincang-bincang di teras

depan?

C. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)

1. Bagaimana keadaan mbak saat ini ? Apakah ada masalah ? Jika iya,

bisakah mbak menjelaskan bagaimana perasaan mbak saat ini ?

Bagaimana mbak menjelaskan keadaan mbak saat ini ?

D. Terminasi

1. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang ? Apakah

setelah berbincang-bincang mbak merasa lebih tenang ?

2. Besok lagi kita bertemu untuk mengetahui manfaat kegiatan

ibadah yang mbak lakukan serta belajar cara ibadah yang lain.

3. Sampai jumpa mbak, assalamualaikum!

30
 SP 2

Masalah keperawatan : Distres spiritual

Pertemuan ke : Kedua

Hari/Tanggal : 19 Maret 2018

A. Proses Keperawatan

 Kondisi Klien

Klien belajar untuk beribadah dan belajar kembali untuk

selalu menjalankan ibadah semaksimal mungkin.

 Diagnosa Keperawatan

Distress Spiritual

 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan observasi 1x24 jam bisa

mengekspresikan penurunan perasaan bersalah dan ansietas.

 Tindakan Keperawatan

 Pembatasan dimungkinkan oleh rumah sakit atau

lingkungan keperawatan.

 Keterbatasan yang berhubungan dengan proses

penyakit atau aturan tindakan.

31
B. Strategi Komunikasi Orientasi

 Salam Terapeutik

Assalamualaikum...!!. selamat siang mbak

 Evaluasi Validasi

Bagaimana perasaan dan keadaan mbak saat ini ? Sudah

dicoba melakukan ibadah ?

 Kontrak : Disini saya akan mengobservasi tindakan selanjutnya

kepada mbak

Topik : untuk mengetahui keadaan mbak saat ini

Waktu : Observasi dilakukan sekitar 30 menit

Tempat : Menurut mbak tempat yang cocok untuk kita

ngobrol dimana ?

C. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)

1. Mbak, sepengetahuan mbak, apa saja persiapan solat, baik alat

maupun diri kita ? dalam sehari berapakah solat wajib yang harus

dilakukan ?

D. Terminasi

1. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang dan diskusi

tentang cara dan persiapan solat ?

2. Baik mbak besok kita akan mencoba untuk melaksanakan dan

mencoba cara sholat.

32
 SP 3

Masalah keperawatan : Distres spiritual

Pertemuan ke : Ketiga

Hari/Tanggal : 20 Maret 2018

A. Proses Keperawatan

 Kondisi Klien

Klien sudah bisa melaksanakan ibadah sesuai yang

dianjurkan oleh perawat, dan mulai untuk mengikuti pengajian dan

menggunakan hijab kembali.

 Diagnosa Keperawatan

Distress Spiritual

 Tujuan Khusus

Setelah dilakukan observasi 1x24 jam distress spiritual

teratasi.

 Tindakan Keperawatan

 Pemisahan dari artikel kitab suci, atau lingkungan spiritual

bermakna.

 Rasa takut menentang atau rasa malu.

33
B. Strategi Komunikasi Orientasi

 Salam Terapeutik

Assalamualaikum...!!. selamat siang mbak

 Evaluasi Validasi

Bagaimana perasaan dan keadaan mbak saat ini ?

Bagaiman perasaan mbak setelah mencoba ibadah ?

 Kontrak : Disini saya akan mengobservasi tindakan selanjutnya

kepada mbak

Topik : untuk mengetahui keadaan spiritual mbak saat ini

Waktu : Observasi dilakukan sekitar 30 menit

Tempat : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang di

musholah?

C. Kerja (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)

1. Apakah ibadah mbak sudah mulai lancar ? Berapa kali

dalam sehari mbak melakukan ibadah sholat dan mengaji ?

Sudahkah mbak mulai mencoba untuk berhijab ?

D. Terminasi

1. Bagaimana perasaan mbak setelah kita berbincang-bincang ?

2. Jadi mbak sudah mengetahui apa masalah yang sedang dihadapi ?

3. Kalau begitu saya permisi dulu dulu ya mbak. Assalamualaikum....

34
DAFTAR PUSTAKA

Kim, M. J., McFarland, G. K. & Mclane, A. M., 1995. Diagnosa Keperawatan. 5 ed.

Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Lilik Ma'rifatul Azizah, I. Z. (2016). BUKU AJAR KEPERAWATAN KESEHATAN

JIWA Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai